PROPOSAL
Disusun Oleh :
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal pra tugas akhir
dengan judul “Perencanaan Pusat Pelatihan dan Pembinaan Bola Basket Di
Kendari Dengan Pendekatan Arsitektur Hijau” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan proposal pra tugas akhir ini adalah untuk
memenuhi syarat dalam rangka menyelesaikan studi Sarjana Arsitektur, Jurusan
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo, Kota Kendari.
Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa
syukur terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Arief Saleh Sjamsu, S. T., M. T. Selaku ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
2. Bapak Dr. M. Arzal Tahir., ST., M. Si. Selaku dosen pembimbing satu,
atas bimbingan, saran, nasihat, dan motivasi yang telah diberikan.
3. Bapak Alim Bahri, ST., M. Sc. Selaku dosen pembimbing dua, atas
bimbingan, saran, nasihat, dan motivasi yang telah diberikan.
4. Segenap dosen- dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Halu Oleo yang telah dengan sabar mengajari dan mendidik serta
membagi ilmunya kepada penulis.
5. Seluruh staff jurusan arsitektur yang telah membantu penulis dalam proses
pengurusan kebutuhan administrasi dan lain sebagainya.
6. Orang tua, adik-adik serta seluruh keluarga besar penulis atas doa,
bimbingan, bantuan moril dan materil serta kasih sayang yang selalu
tercurah selama ini.
7. Kawan-kawan Tarkas 18 yang telah berjuang bersama-sama penulis dalam
suka maupun duka selama penyelesaikan penyusunan proposal pra tugas
akhir ini serta selama penulis berkuliah di Fakultas Teknik Universitas
Halu Oleo.
8. Kawan-kawan Gempur 18 yang telah berjuang bersama-sama penulis
dalam suka maupun duka selama penyelesaikan penyusunan proposal pra
tugas akhir ini serta selama penulis berkuliah di Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo.
9. Archer 16 yang telah memberikan banyak pembelajaran berharga,
dukungan moril maupun materil, saran motivasi serta kritik yang
membangun bagi penulis.
10. Katana 20 yang telah memberikan banyak pembelajaran berarti dan
dungungan moril maupun materil bagi penulis.
11. Para senior di dalam maupun di luar lingkup Fakultas Teknik yang telah
memberikan banyak dukungan moril maupun materil, saran, motivasi,
serta kritik yang membangun bagi penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal pra tugas
akhir.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan dan Sasaran Penulisan......................................................................3
D. Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah...................................4
E. Metode Pembahasan dan Sistematika Penulisan.........................................4
BAB II.....................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
A. Pengertian Judul.............................................................................................6
B. Teori Pendukung.............................................................................................7
1. Pengertian Umum Pusat Pelatihan dan Pembinaan Olahraga Bola Basket
7
2. Sistem Pembinaan Olahraga Bola Basket.................................................8
3. Standar Perancangan Bangunan Gedung Olahraga.................................11
4. Standar dan Prasarana Sekolah (Pusat Pembinaan)................................25
5. Olahraga Bola Basket Secara Umum......................................................29
6. Standar Sarana dan Prasarana Bola Basket.............................................31
C. Tinjauan Tema Rancangan..........................................................................35
1. Pengertian Arsitektur Hijau.....................................................................35
2. Prinsip Desain Arsitektur Hijau..............................................................36
3. Faktor-faktor dalam Arsitektur Hijau.........................................................41
D. Studi Kasus....................................................................................................42
1. Studi Kasus Fungsi Bangunan Sejenis....................................................42
2. Studi Kasus Penerapan Arsitektur Hijau.................................................50
3. Komparasi Studi Kasus...........................................................................56
BAB III..................................................................................................................59
TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN...........................................................59
A. Tinjauan Makro Kota Kendari....................................................................59
1. Letak Geografis.......................................................................................59
2. Luas Wilayah...........................................................................................59
3. Tinggi Wilayah........................................................................................59
4. Keadaan Iklim (suhu, kelembapan dan curah hujan)..............................60
5. Batasan Administrasi...............................................................................61
6. Pola Umum Tata Ruang Kota Kendari....................................................61
B. Penentuan Lokasi Perencanaan Objek.......................................................65
C. Potensi Kota Kendari....................................................................................67
1. Perkembangan Olahraga Bola Basket di Kota Kendari..........................67
2. Urgensi Pengadaan Objek.......................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................71
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu Visi Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
tahun 2020-2024 dalam gagasannya adalah tentang olahraga. Yakni
“Bangsa berprestasi olahraga di tingkat internasional”. Dalam visi ini,
Indonesia diharapkan mampu menjadi negara yang berprestasi di multi
event dan single event olahraga tingkat regional Asia dan dunia, terutama
pada cabang olahraga Olimpiade baik event elite junior maupun elite
senior” . Selain itu juga visi ini bertujuan untuk terwujudnya budaya
berolahraga dan prestasi olahraga di tingkat regional dan internasional.
Salah satunya adalah dalam cabang olahraga bola basket.
Di provinsi Sulawesi Tenggara sendiri, langkah Dinas Kepemudaan
dan olahraga (Dispora) dalam memajukan olahraga ditempuh melalui
pembinaan atlet melalui Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP).
Lima cabang olahraga yang termasuk kedalam binaan PPLP tahun 2023.
Namun sangat disayangkan dari kelima cabang olahraga, bola basket tidak
termasuk ke dalam salah satu cabang olahraga yang diikutsertakan dalam
Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP). (Heerly, 2023)
Jumlah tersebut berdasarkan instruksi Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora). Cabor tersebut, Pencak Silat, Karate, Dayung,
Taekwondo dan Atletik. Ada pun total atlet berjumlah 28 orang.
Rinciannya, 16 pedayung, 6 pesilat, 2 taekowndo, 2 karate dan 2 atletik.
Pada kasus olahraga bola basket di Sulawesi Tenggara khusunya di
Kota Kendari yang menjadi permasalahan dalam kasus olahraga bola
basket yakni kurangnya persediaan fasilitas yang memadai yang dapat
mendukung penuh minat dan bakat dalam olahraga bola basket, utamanya
pada fasiltas pusat pelatihan dan pembinaan olahraga bola basket.
Sebagian besar kegiatan olahraga bola basket dilaksanakan di ruang
1
terbuka seperti lapangan kampus, lapangan sekolah, dan lapangan yang
biasa berada di kompleks perumahan. Baik lapangan terbuka maupun
lapangan tertutup, keduanya sama-sama tidak memenuhi standar
kebutuhan lapangan yang sebagaimana mestinya.
Hal ini pula yang dapat menghambat perkembangan para atlet muda
berpresatasi dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Bila hal itu
terjadi maka bisa dikatakan bahwa peluang yang dicapai Sulawesi
Tenggara dalam mewujudkan visi Indonesia tentang “bangsa berprestasi
olahraga di tingkat internasional” sangat kecil atau bahkan terhambat.
Padahal pembangunan olahraga memiliki peran penting dalam
menghadirkan keunggulan daya saing serta kemajuan bangsa, sekaligus
meningkatkan harkat dan martabat bangsa di kancah internasional.
Menanggapi hal tersebut, “pusat pelatihan dan pembinaan” merupakan
sebuah ide gagasan yang sangat baik yang bisa mewujudkan pemenuhan
minat olahraga anak-anak muda dibidang olahraga bola basket. Ide
gagasan ini bertujuan agar minat dan bakat dalam olahraga bola basket
dapat disalurkan dengan baik sehingga dapat melahirkan kualitas atlet bola
basket di Sulawesi Tenggara menjadi berkembang hingga dapat bersaing
di jenjang nasional bahkan internasional.
Seperti yang kita ketahui di Sulawesi Tenggara, khusunya di Kota
Kendari berbagai masalah timbul dalam lingkungan perkotaan. Salah
satunya yakni adanya perubahan iklim yang tidak menentu dan berbagai
permasalahan lingkungan lain, utamanya dalam hal polusi udara.
Dengan adanya konsep arsitektur hijau yang diterapkan pada ide
gagasan “pusat pelatihan dan pembinaan olahraga bola basket” yang
direncanakan, diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan berkelanjutan serta diharapkan dapat mengurangi atau bahkan
mencegah emisi, dan berbagai pengaruh buruk yang dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan manusia utamanya saluran pernapasan serta
diharapkan dapat meminimalisir penggunaan energi yang berlebih dan
menambah penghijauan dalam lingkungan kota sehingga meningkatkan
2
oksigen (O2) segar bagi kualitas hidup penduduk kota menjadi lebih sehat
dan diharapkan juga dapat meningkatkan area resapan air yang lebih luas.
Itulah mengapa pentingnya perencanaan “pusat pelatihan dan pembinaan
olahraga bola basket dengan pendekatan arsitektur hijau” di Kota Kendari
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan lokasi dan tapak yang sesuai untuk pusat
pelatihan dan pembinaan olahraga bola basket di Kota Kendari?
2. Bagaimana merencanakan pusat pelatihan dan pembinaan olahraga
bola basket yang dapat mewadahi kegiatan pelatihan dan pembinaan
olahraga bola basket di Kota Kendari?
3. Bagaimana menerapkan pendekatan arsitektur hijau pada perencanaan
pusat pelatihan dan pembinaan olahraga bola basket di Kota Kendari?
2. Sasaran Penulisan
3
Untuk menyusun landasan konseptual pusat pelatihan dan
pembinaan olahraga bola basket dengan mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan pengguna dan lokasi sehingga kebutuhan ruang dapat
memenuhi setiap aktivitas yang ada. Serta mewujudkan konsep
perancangan dengan menggunakan prinsip-prinsip arsitektur hijau.
2. Batasan Masalah
Perencanaan pusat pelatihan dan pembinaan olahraga bola basket
di Kendari adalah berfokus pada prinsip arsitektur hijau yang di
tekankan pada pusat pelatihan dan pembinaan olahraga bola basket
yang mewadahi setiap kegiatan olahraga bola basket.
4
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang
gambaran arena bola basket mupun pusat pelatihan dan pembinaan
di beberapa tempat melalui refrensi buku, kabar harian, maupun
jurnal.
2. Studi komparasi
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data melalui
observasi, wawancara, maupun dokumentasi dari dua atau lebih
mengenai kasus yang sedang diteliti.
2. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan untuk menyusun acuan dasar perancangan
arsitektur ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Memberikan penjelasan mengenai judul, latar
belakang, permasalahan dan persoalan,tujuan
dan sasaran, batasan dang lingkup
pembahasan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berupa pengertian judul, tinjauan umum
terhadap judul dan tinjauan preseden.
Menyusun teori-teori yang diperoleh baik dari
studi observasi, studi literatur, maupun
wawancara yang nantinya akan menjadi
bahan untuk membuat analisa guna
memecahkan permasalahan dan dirangkum
menjadi sebuah kesimpulan tinjauan.
BAB III TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN
Memberikan gambaran umum terkait lokasi
perencanaan yang terletak di Kota Kendari,
berupa tinjauan terhadap kecamatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Judul
Pusat Pelatihan dan Pembinaan :
1. Pusat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat adalah
pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan berbagai hal, urusan, dan
sebagainya.
2. Pelatihan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pelatihan
merupakan proses, cara, kegiatan atau pekerjaan melatih.
3. Pembinaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembinaan
merupakan usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien
dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Olahraga :
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana
yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan
fungsionalnya. (Giriwijoyo, 2005)
Bola Basket :
Bola basket adalah permainan yang menggunakan bola yang dapat
didorong, di tepuk dengan telapak tangan, melempar, dan menangkap,
hingga menggiring ke segala arah dalam lapangan permainan. (PEBASI,
2014)
6
Arsitektur Hijau :
Arsitektur hijau adalah arsitektur yang berwawasan lingkungan dan
berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami
dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola
berkelanjutan (sustainable), dan pendekatan holostik (holostic apporoach).
Bertitik tolak dari pemikiran desain ekologi yang menekankan pada saling
ketergantungan (interdependencies) dan keterkaitan (interconnectedness)
antara semua sistem (artifisial maupun natural) dengan lingkungan
lokalnya dan biosfeer. (Priatman, 2002).
Kendari :
Kendari adalah nama kotamadya dan juga sebagai ibukota dari
provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.
B. Teori Pendukung
7
Pusat pelatihan dan pembinaan olahraga bola basket merupakan
sarana olahraga yang difungsikan sebagai pusat pelatihan dan pusat
pembinaan bagi atlet olahraga bola basket dalam lingkup wilayah
tertentu.
Olahraga prestasi menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional adalah olahraga yang membina
dan melalui kempetisi untuk mencapai prestasi tingkat daerah, nasional
dan internasional dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat
bangsa dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan.
10
Tahap perkembangan multilateral (menyeluruh) disebut juga
tahap multiskill yang diberikan pada anak usia 6-15 tahun yang
bertujuan mengembangkan gerak dasar. Apabila tahap inidilakukan
dengan baik, maka akan memberikan keuntungan antara lain: altlet
memiliki gerak yang bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan
dan penguasaan taktik tinggi dengan gerakan-gerakan yang variatif.
b) Tahapan spesialisasi
Secara umum tahap ini dilaksanakan pada usia 15-19 tahun ,
materi latihan disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga, meliputi
: (1) biomotor, (2) klasifikasi skill baik open skill maupun close skill
atau kombinasi. Tahap spesialisasi berbanding terbalik dengan tahap
multilateral, artinya semakin bertambah usia atlet maka semakin
mengarah ke spesialisasi atau dengan perkataan lain semakin muda usia
atlet maka proporsi latihan untuk multilateral semakin besar.
c) Puncak prestasi
Setelah melalui pembinaan pada tahap multilateral dan tahap
spesialisasi, diharapkan akan meraih prestasi pada usia emas (golden
age). Untuk mendapatkan atlet-atlet yang berbakat untuk ditingkatkan
prestasinya, ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan. Bila
tidak dilaksanakan salah satu komponen, maka akan mendapatkan hasil
yang tidak diharapkan/tidak maksimal.
11
Tabel II. 2. Tipologi dan Penggunaan Gedung Olahraga
Penggunaan
Tipe Jumlah Lapangan
Gedung Cabang Olahraga Pertandingan
Olahraga Pertandingan Latiha
Nasional/Inte
Lokal n
rnasional
1. Bulu Tangkis 4 buah 4 buah 6 buah
2. Bola Voli 1 buah 1 buah 3 buah
3. Bola Basket 1 buah 1 buah 2 buah
Tipe A 4. Futsal 1 buah 1 buah 2 buah
5. Tenis Lapangan 1 buah 1 buah 1 buah
6. Senam 1 buah 1 buah 1 buah
7. Sepak Takraw 4 buah 4 buah 5 buah
1. Bulu Tangkis 4 buah 4 buah 4 buah
2. Bola Voli 1 buah 1 buah 2 buah
3. Bola Basket 1 buah 1 buah 1 buah
Tipe B
4. Futsal - 1 buah 1 buah
5. Tenis Lapangan 1 buah 1 buah 1 buah
6. Sepak Takraw 4 buah 4 buah 4 buah
1. Bulu Tangkis - 2 buah 2 buah
2. Bola Voli - - 1 buah
3. Bola Basket - - 1 buah
Tipe C
4. Futsal - - 1 buah
5. Sepak Takraw - 1 buah 1 buah
12
Secara umum, beberapa fasilitas yang tersedia dalam
gedung olahraga antara lain sebagai berikut :
1) Fasilitas utama
a. Ruang ganti pemain;
b. Ruang ganti pelatih dan wasit;
c. Ruang pijat (massage) dan fisioterapi;
d. Ruang medis;
e. Ruang tes dopping;
f. Ruang pemanasan;
g. Ruang latihan beban;
h. Ruang rehat pemain;
i. Nama ruang dan sistem tanda; dan
j. Ruang pengelolaan pertandingan/kegiatan.
2) Fasilitas umum
a. Pintu masuk/Entrance hall;
b. Selasar/koridor;
c. Tribun penonton;
d. Toilet penonton;
e. Fasilitas ibadah;
f. Kantin; dan
g. Tempat parkir.
3) Fasilitas pengelolaan gedung olahraga
a. Gudang alat olahraga dan alat kebersihan;
b. Ruang kontrol;
c. Ruang mekanikal elektikal (ME);
d. Fasilitas pemeliharaan;
e. Ruang fungsional; dan
f. Pos keamanaan.
13
b. Fasilitas Utama
14
1 unit toilet khusus untuk penyandang cacat (difable), dengan 1
buah closet, 1 urinoir, 1 buah wastafel, dan bangku.
c. Fasilitas Umum
17
1) Pintu masuk/Entrence hall
Ketentuan sebagai berikut :
Lebar bukaan pintu minimal 120 cm, khusus untuk tribun lebar
bukaan minimal 200 cm;
Jumlah dan lebar pintu harus memenuhi persyaratan sebagai
jalan keluar pada saat terjadi keadaan darurat didalam gedung
sehingga gedung dapat dikosongkan dari pengunjung gedung
olahraga maksimum dalam waktu 6 menit;
Lebar bukaan pintu minimal 60 cm dan harus dapat dilalui oleh
40 orang/menit;
Jarak antara satu pintu dengan pintu lainnya maksimum 25 m;
Jarak antar pintu dengan setiap tempat duduk maksimum 18 m;
Pintu harus membuka keluar, tidak boleh menggunakan pintu
geser;
Bukaan pintu pada dinding arena tidak boleh mempunyai sisi
atau sudut yang tajam dan harus dipasang rata dengan
permukaan dinding atau lebih kedalam; dan
Bukaan pintu harus diatur agar cahaya matahari tidak
menembus langsung ke arena dan menyilaukan pemain karena
terjadi kontras kuat cahaya.
2) Selasar/koridor
Sebagaimana dimaksud pada pasal 12 dan pasal 13 Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang Persyaratan Kemudahan
Bangunan Gedung:
Perancangan dan penyediaan selasar/koridor sebagai sarana
hubungan horizontal antar ruang atau antar bangunan harus
mempertimbangkan :
Ukuran dasar ruang;
Keselamatan;
Kenyamanan;
18
Kemudahan; dan
Fungsi ruang.
3) Toilet penonton
Untuk gedung olahraga tipe A, B dan C harus disediakan
dengan pebandingan pria dan wanita adalah 2 : 1, yang
penempatannya dipisahkan, minimum dilengkapi dengan :
1 WC untuk 200 penonton pria dan 1 WC untuk 100 penonton
wanita;
Wastafel yang dilengkapi dengan cermin minimum 1 untuk
200 penonton pria dan 1 untuk 100 penonton wanita; dan
Jumlah urinoir yang dibutuhkan minimum 1 untuk 100
penonton pria.
4) Fasilitas ibadah
Fasilitas ibadah disesuaikan dengan kebutuhan.
5) Kantin
Kios makanan dan minuman harus disediakan ditempat yang
mudah dicapai; dan
Kios makanan dan minuman tidak boleh ditempatkan pada
jalur keluar atau evakuasi.
6) Tempat parkir
Jarak maksimum dari tempat parkir, pool atau tempat
pemberhentian kendaraan umum menuju pintu masuk gedung
olahraga 500 m.
Lahan parkir harus tersedia minimum 3.000 m2 untuk tipe A
dan minimum 1.000 m2 untuk tipe B, sedangkan untuk tipe C
disesuaikan dengan kebutuhan.
Harus tersedia lahan parkir khusus diffable.
19
1) Kantor pengelola
Gedung olahraga tipe A dan B :
Harus dilengkapi dengan kantor pengelola dapat menampung
minimal 10 - 15 orang dengan luas minimum 5 m² / orang.
Gedung olahraga tipe C :
Minimum 5 orang yang luasnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
2) Gudang alat olahraga dan alat kebersihan
Gudang harus dilengkapi dengan luas sebagai berikut :
Gedung olahraga tipe A, minimum 120 m2 untuk alat olahraga
dan 20 m2 untuk alat kebersihan;
Gedung olahraga Tipe B, minimum 60 m2 untuk alat olahraga
dan 20 m2 untuk alat kebersihan;
Gedung olahraga Tipe C, minimum 20 m2 untuk alat olahraga
dan 10 m2 untuk alat kebersihan.
3) Ruang kontrol
Gedung olahraga tipe A dan B :
Harus memiliki ruang kontrol yang memungkinkan pengamat
dapat melihat secara leluasa ke arah arena, untuk
pengendalian/monitoring yang dilengkapi dengan :
Sound system;
Light system;
Screen;
CCTV.
4) Ruang mekanikal elektrikal (ME)
Lokasi ruang ME harus berdekatan dengan ruang kerja staf
teknik;
ME tidak boleh menimbulkan gangguan getaran dan suara
bising terhadap ruang-ruang lainnya yang membutuhkan
ketenangan.
20
5) Fasilitas pemeliharaan
Ruangan untuk mengelola masalah keteknikan bangunan, dapat
dilengkapi dengan bengkel untuk perbaikan sarana gedung;
Gudang untuk peralatan dan gudang untuk pemeliharaan.
6) Ruang fungsional
Gedung olahraga tipe A dan B harus dilengkapi dengan ruang
fungsional yang digunakan untuk berbagai kegiatan antara lain:
Ruang pertemuan;
Ruang pameran;
Kantor kegiatan olahraga;
Ruang layanan telekomunikasi dan internet;
Sports shop;
Ruang harus bisa dicapai oleh diffable.
7) Pos keamanan
Pos keamanan direncanakan untuk tipe A dan B, untuk tipe
C.
8) Ruang VIP
Direncanakan untuk tipe A dan B yang digunakan untuk
tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus.
e. Utilitas Bangunan
1) Tata cahaya
Tingkat pencahayaan, pencegahan silau serta sumber
cahaya lampu harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Tingkat penerangan horizontal pada arena dengan posisi 1
m diatas permukaan lantai harus dibedakan sesuai dengan
kebutuhan, yakni sebagai berikut:
a. Untuk latihan dibutuhkan minimal 200 lux,
b. Untuk pertandingan dibutuhkan antara 300-600 lux,
c. Untuk pengambilan gambar dengan kamera TV
dibutuhkan minimal 1000-1200 lux.
21
Penerangan buatan/alami tidak menyilaukan bagi para
pemain;
Pencegahan silau akibat matahari harus sesuai dengan SNI
03-2396-2001, Badan Standardisasi Nasional (BSN),
tentang tata cara sistem pencahayaan alami untuk bagunan
gedung;
Sumber cahaya lampu atau bukaan harus diletakan dalam
satu area pada langit – langit sedemikian rupa sehingga
sudut yang terjadi antara garis yang menghubungkan
sumber cahaya tersebut dengan titik terjauh dari arena
setinggi 1,5 m garis harisontalnya minimal 30º-55 º;
22
maksimum 10 detik pada saat setelah aliran listrik dari PLN
terputus atau padam.
2) Tata udara
Tata udara yang dapat menggunakan ventilasi alami atau
ventilasi mekanis, serta harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
Penggunaan ventilasi alami, harus memenuhi ketentuan:
a. Luas bukaan minimum 40% dari luas dinding efektif;
b. Ventilasi alami harus diatur mengikuti pergerakan udara
silang.
Penggunaan ventilasi buatan, harus memenuhi ketentuan:
a. Volume pengganti udara dalam ruang minimum 15-25
m2/jam/orang dan cukup merata pada seluruh bagian
ruang;
b. Alat ventilasi buatan tidak boleh menimbulkan
kebisingan atau gangguan suara lainnya baik di dalam
arena.
3) Pencegah bahaya kebakaran
Pencegah bahaya kebakaran harus memenuhi persyaratan
dengan mengacu pada SNI-03-1735-2000, Badan Standardisasi
Nasional (BSN), tentang tata cara perencanaan akses bangunan
dan akses lingkungan pada bangunan gedung.
1) Tangga
Tangga harus memiliki ketentuan sebagai berikut :
23
Jumlah anak tangga minimal 3 -16 buah, bila anak tangga
lebih besar dari 16 maka harus diberi bordes;
Lebar tangga minimal 1,20 m, bila lebar tangga lebih besar
dari 1,80 m maka harus diberi pagar pemisah pada tengah
bentang;
Tinggi tanjakan tangga minimal 15-18 cm;
Lebar injakan tangga minimal 28-32 cm;
Jarak antara satu tangga dengan tangga lainnya maksimal
25 m;
Mudah dicapai dan memiliki ventilasi serta pencahayaan
yang memadai; dan
Tangga darurat harus berada pada jalur evakuasi dan
dilengkapi dengan lampu penerangan darurat.
2) Ramp
Ramp harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Sudut kemiringan maksimal di dalam bangunan 7º, di luar
bangunan 6º atau untuk kenyamanan dapat menggunakan
perbandingan 1:10 dan 1:12;
Panjang ramp maksimal 900 cm, diawali dan diakhiri
dengan lantai datar horizontal atau bordes minimal 160 cm
yang berfungsi untuk kursi roda berputar arah;
Permukaan lantai awalan dan akhiran harus memiliki
tekstur supaya tidak licin;
Lebar ramp minimal 95 cm tanpa tepi pengaman atau 120
cm bila dilengkapi dengan tepi pengaman tinggi 10 cm,
dirancang untuk mencegah kursi roda tidak terperosok
keluar jalur ramp;
Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan
(handrail) dengan ketinggian yang sesuai dan dijamin
kualitasnya; dan
24
Ramp harus mendapat pencahayaan yang memadai baik
pada siang hari maupun malam hari.
3) Dinding arena
Dinding arena dapat berupa dinding pengisi atau dinding
pemikul beban dengan ketentuan sebagai berikut :
Konstruksi dinding harus kuat menahan benturan dari
pemain / bola;
Permukaan dinding pada arena harus rata, tidak boleh ada
tonjolan – tonjolan, dan tidak boleh kasar;
Bukaan pada dinding kecuali pintu, minimal 2 meter diatas
lantai;
Sampai pada ketinggian dinding 2,0 m, tidak boleh ada
perubahan bidang, tonjolan, atau bukaan yang tetap;
Dihindari adanya elemen-elemen atau garis-garis yang tidak
vertikal/horizontal, agar tidak menyesatkan jarak, lintasan dan
kecepatan bola bagi para atlet;
Warna harus merata serta kontras dengan bola.
(Sumber : Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0445
Tahun 2014)
25
4. Standar dan Prasarana Sekolah (Pusat Pembinaan)
Kelompok ruang pembelajaran umum terdiri dari ruang kelas
dan ruang perpustakaan, kelompok ruang penunjang terdiri dari ruang
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kesehatan dan
gudang, sementara ruang pembelajaran khusus meliputi ruang
praktik yang disesuaikan dengan keahlian yang ada, seperti sekolah
basket dapat berupak lapangan basket baik indoor maupun outdoor
dan ruang latihan kebugaran atau gymnasium. Berikut adalah uraian
mengenai standar sarana dan prasarana sekolah menurut buku
Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah (Barnawi, 2014) :
a. Ruang kelas
Ruang kelas merupakan tempat berlangsungnya
pembelajaran yang lebih bersifat teori. Jumlah ruang kelas
disesuaikan dengan jumlah siswa yang berada di sekolah tersebut.
Rasio minimum untuk sebuah ruang kelas ialah 2 m /peserta 2
didik.
26
b. Ruang perpustakaan
Ruang perpustakaan adalah tempat buku-buku disimpan
dan dibaca. Di perpustakaan, guru maupun peserta didik dapat
memperoleh berbagai informasi dari berbagai jenis bahan
pustaka. Luas perpustakaan minimum adalah satu setengah kali
luas ruang kelas dan lebarnya minimum 5 m. Dalam
ruang perpustakaan harus cukup memadai untuk membaca,
perlu adanya jendela yang memberikan pencahayaan dan
lokasinya hendaknya berada di bagian yang mudah untuk dicapai.
(Barnawi, 2014)
c. Ruang pimpinan
Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat
melakukan kegiatan pengelolaan sekolah dan pertemuan
dengan tamu-tamu sekolah. Luas minimum ruang pimpinan
adalah 12 m2 dengan lebar minimumnya adalah 3 m. Ruang
27
pimpinan harus mudah diakses oleh guru dan tamu lainnya serta
keamanannya harus terjamin.
Standar sarana ruang pimpinan dapat dilihat pada (Tabel II. 6)
28
Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas
yang menangani masalah administrasi sekolah. Rasio minimum
luas ruang tata usaha adalah 4m 2/petugas dengan luas minimum
32 m2.
Standar sarana ruang tata usaha dapat dilihat pada (Tabel II. 8)
f. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan
pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara
peralatan sekolah yang sedang tidak digunakan. Luas
minimum dari gudang adalah 24 m 2 dan sebuah gudang harus
bisa dikunci. Berdasarkan Permendiknas No.24 tahun 2007.
Standar sarana gudang terdiri dari rak dan lemari dan
dilengkapi dengan meja dan kursi kerja dengan rasio 1
buah/ruang.
30
Tiongkok membawa permainan bola basket yang berkembang di
Tiongkok.
Bola basket awalnya hanya dimainkan oleh elit Tionghoa,
dan di Indonesia menjadi identik dengan orang-orang ini, negara
Indonesia sendiri belum bermain bola basket.
Belanda tidak melarang penduduk setempat bermain bola
basket, tetapi pada saat itu jumlah pemain bola basket Indonesia
sangat sedikit. Inilah mengapa pebasket Indonesia yang paling
terkenal adalah orang Tionghoa. Pada saat itu semua sekolah
Tionghoa di Indonesia harus menyelenggarakan basket, dan pada
akhirnya semua siswa harus bermain basket.
Pemain bola basket Indonesia yang cukup handal dalam
memanfaatkan waktunya dengan pengaruh bola basketnya.
Buktinya adalah masuknya pertandingan bola basket dalam PON
pertama di Indonesia, Pekan Olahraga Nasional (PON), pada tahun
1948. Satu-satunya batasan dalam kompetisi ini adalah hanya pria
yang bisa bermain. Kemudian, pada tahun 1951, Pekan PON kedua
menampilkan bola basket beregu putra dan putri. Tim yang kuat
tidak lagi dari Karesidenan saja. Tapi jangkauannya sudah
termasuk negara bagian.
Sejarah bola basket di Indonesia selanjutnya ditandai
dengan didirikannya Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia
(PERBASI) pada tahun 1951 dan diakui sebagai anggota Federasi
Bola Basket Internasional (FIBA) pada tahun 1953. Setahun
kemudian, Indonesia mengirimkan tim bola basket pertamanya ke
Asian Games di Manila. Sejarah bola basket Indonesia terus
mengalami kemajuan dengan lahirnya liga bola basket profesional
putra. Yakni awalnya bernama Kobatama dan sekarang dikenal
dengan nama Indonesian Basketball League (IBL). Ada juga liga
bola basket wanita profesional yang dikenal sebagai Liga Bola
31
Basket Nasional Wanita, women's National Basketball League
(WNNBL).
32
Gambar II. 4. Ukuran Lapangan Bola Basket dalam FIBA
(Sumber : FIBA)
33
(Sumber : FIBA)
c. Ukuran papan pantul bola basket
Panjang papan pantul bagian luar adalah 1,2 meter. Panjang
papan pantul bagian dalam adalah 0,59 meter dengan lebar 0,45
meter.
(Sumber : FIBA)
34
3) Semua garis dalam lapangan basket harus digambarkan dengan
warna yang sama dan warna yang digunakan merupakan warna
yang kontras seperti putih. Garis tersebut digambarkan dengan
lebar 5 cm dan harus terlihat dengan jelas.
4) Lapangan harus dibatasi dengan garis batas yang terdiri dari
garis ujung dan garis samping. Garis ini tidak termasuk ke
dalam area pertandingan. Segala halangan seperti pelatih,
asisten pelatih, pemain cadangan harus berada sejauh dua meter
dari garis batas.
5) Garis tengah lapangan harus sejajar dengan garis ujung dari
titik tengah garis samping. Garis ini harus diperpanjang sejauh
0,15 dari garis tepi dan merupakan bagian dari lapangan
belakang.
Lingkaran tengah dalam lapangan basket dan memiliki jari-jari
lingkaran sepanjang 1,8 m yang diukur dari tepi luar keliling.
Setengah lingkaran lemparan bebas harus ditandai di lapangan
dengan radius 1,8 meter yang diukur dari tepi luar keliling dan
dengan pusatnya di titik tengah garis lemparan bebas.
6) Area bangku tim harus ditandai dengan garis di luar lapangan
dan dibatasi oleh dua garis. Setidaknya harus terdapat 16
bangku yang disediakan untuk pelatih, asisten pelatih, pemain
cadangan, pemain yang dikeluarkan dan delegasi tim.
7) Area 3 point merupakan seluruh area lapangan basket kecuali
area yang dekat dengan ring lawan dan dibatasi sebagai
berikut:
Dua garis sejajar memanjang dari dan tegak lurus dengan
garis akhir yang memiliki tepi luar 0,9 m dari tepi dalam
garis samping.
Sebuah busur dengan radius 6,75 meter diukur dari titik di
lapangan tepat di bawah ring lawan ke tepi luar busur. Jarak
35
titik di lapangan dari tepi dalam titik tengah garis akhir
adalah 1,575 meter.
36
(Sumber : edugoedu.com)
37
Tradisi mendesain dengan iklim untuk mencapai kenyamanan
di dalam gedung tidak dibatasi ketetapan dari kehangatan di
beberapa iklim, problem yang muncul untuk arsitek, tempat sejuk
yang diinginkan untuk mencapai kenyamanan kondisi, pemecahan
masalah konvensional, ketetapan dari sistem pengaturan udara, itu
tidak lebih dari proses kasar dari menentang iklim dengan tenaga.
Artinya perencanaan arsitektur hijau semuanya bisa menjadi
nyaman asal masyarakat mau melihat kelebihan-kelebihan dari
karakteristik alam yang mulai di lupakan dengan adanya kemajuan
teknologi, seperti angin, matahari, air dan tanah.
Untuk suatu perencanaan dan pelaksanaan bangunan perlu
diperhatikan kondisi-kondisi iklim setempat. Hal-hal yang akan
dibahas pada prinsip ini adalah:
Pencahayaan alami
Penghawaan alami
Pemanfaatan energi matahari
Dari informasi yang didapat dari iklim setempat maka
dilakukan analisa yang akhirnya menghasilkan perancangan.
Radiasi matahari merupakan penyebab semua ciri umum iklim dan
radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap perancangan
bangunan. Solusi dari tiap permasalahan yang diakibatkan oleh
iklim setempat bisa dipecahkan dengan perencanaan dan
perancangan bangunan maupun dengan bantuan teknologi.
38
2. Tata hijau dan o Memberi perlindungan terhadap silau,
air angin, panas, dan debu.
o Menyegarkan udara sekitar.
39
matahari menjadi pemanfaatan energi
energi listrik surya secara efektif.
dengan bantuan sel o Cocok untuk iklim
surya. Indonesia yang
merupakan iklim
tropis basah.
o Harga per-unit yang
masih mahal.
2. Sun screen Menghalangi o mengurangi beban
masuknya sinar panas di dalam ruang,
matahari secara yang akan
langsung ke dalam mengurangi atau
bangunan meniadakan
penggunaan
penghawaan buatan.
3. Pembatasan Membatasi o Pengaturan
penggunaan energi penggunaan lampu
penggunaa
dan pemilihan o Pemilihan jenis
n energi jenis alat yang lampu yang
digunakan digunakan untuk
setiap ruang
(Sumber : Brenda & Vale, 1991)
40
nantinya. Seperti penggunaan CFC (chloro fluoro carbons) dalam
jangka waktu lama akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Untuk negara tropis seperti Indonesia, kecocokan bahan
bangunan tidak hanya ditentukan oleh iklim tapi juga oleh
kemudahan pengolahannya baik secara manual maupun dengan
mesin. Hal ini juga mempengaruhi ketahanan dan pelapukan bahan
bangunan. Pengetahuan mengenai proses pelapukan bahan-bahan
baru seperti plastik, masih sangat kurang. Proses pelapukannya
berlangsung sangat lama, sehingga efeknya belum dapat dianalisis
sampai sekarang. Tetapi dapat diramalkan bahwa produk-produk
modern, seperti plastik, logam sepuhan khusus, besi, akan cepat
dikenal seperti di negara-negara industri maju.
Dari bahan yang dijelaskan diatas ada beberapa bahan yang
tidak aman oleh kondisi tertentu seperti besi jika berada pada
daerah pantai yang akan menimbulkan korosi dan bisa
membahayakan kesehatan pengguna. Untuk itu pemilihan bahan
yang relatif aman dan memiliki kelebihan dari bahan yang lain baik
dari fungsi maupun estetika akan menjadi pertimbangan desain
nantinya.
5) Perhatian terhadap tapak (Respect for site)
Arsitek dari Australia Glenn Murcutt mengatakan
'bangunan menyentuh bumi dengan lembut (Brenda and Vale,
1991). Ini menjelaskan sikap pokok dari interaksi bangunan
terhadap tapak untuk mencapai pendekatan wawasan arsitektur
hijau.
Pembangunan pada suatu tapak diharapkan tidak merusak
tapak tersebut secara harafiah. Artinya pembangunan di tapak
tersebut tidak merusak lingkungan yang sudah ada. Penjelasan
yang lebih konkrit adalah, jika suatu bangunan akan dipindahkan
dari tapak asal ke tapak yang baru maka tapak yang ditinggalkan
haruslah dalam kondisi seperti pertama kali dibangun.
41
6) Holistik
Semua prinsip arsitektur hijau perlu dipikirkan/
dipertimbangkan secara holistik karena ini dibutuhkan untuk
mewujudkan suatu pendekatan harafiah dalam membentuk
lingkungan. Sangat tidak mudah untuk membangun gedung yang
mewujudkan semua prinsip-prinsip dari arsitektur hijau, ini
disebabkan kondisi alam, tapak dan solusi arsitek sendiri.
Dari penjelasan prinsip-prinsip arsitektur hijau diatas yang
ditinjau secara umum, merupakan arahan yang nantinya akan
membantu dalam penggunaan aplikasi-aplikasi yang akan
digunakan bagi bangunan.
42
D. Studi Kasus
43
DBL Academy merupakan sekolah basket yang
didirikan oleh PT DBL Indonesia sebagai konsistensi untuk
mengembangkan liga basket pelajar. Mengusung tag line
"Where champions begin", DBL Academy hadir dengan
program pendidikan basket sekaligus pengembangan diri bagi
anak-anak usia SD hingga SMP.
Di DBL Academy diberlakukan sistem yang kurang
lebih sama dengan sekolah pada umumnya. Dalam 10 kali
pertemuan tiap bulannya ada dua model kelas, kelas praktik
dan kelas teori. Kelas praktik akan berfokus pada
pengembangan skill basket seperti teknik, latihan fisik, dan strategi
basket.
Kelas teori berfokus pada pengembangan karakter dan
kelas nutrisi. Setiap siswa akan benar-benar dipantau secara
akademik oleh pelatih. DBL Academy tidak hanya memberikan
materi mengenai bola basket saja, tapi peserta didik juga
diberikan pengetahuan mengenai nutrisi, pembentukan
karakter, cedera-cedera yang mungkin terjadi dalam olahraga
basket beserta pertolongan pertamanya serta mengenai peraturan
bola basket itu sendiri.
Markas atau tempat berlatih dari DBL Academy adalah
DBL Arena Surabaya yang merupakan stadion bola basket
yang bertaraf internasional.
Developmental Basketball League (DBL), sebelumnya
bernama Deteksi Basketball League adalah sebuah kompetisi liga
bola basket pelajar SMP dan SMA terbesar di Indonesia dan
memiliki gedung olahraga bernama DBL Arena.
44
Gedung basket tersebut mempunyai tiga lantai, yaitu lantai
dasar gedung digunakan untuk area parkir, lantai pertama berupa
atrium yang luas, sedangkan lapangan basket berada di lantai
teratas.
2 ruang VVIP,
1 ruang kamera,
4 ruang ganti pemain,
2 ruang ganti tim yel-yel,
1 ruang wasit,
1 ruang panitia
1 ruang loket, dan
1 ruang museum DBL.
1) Main gate
3) Atrium
46
Area ini merupakan lobby dari DBL Arena. Lantai pada
ruangan ini merupakan keramik berukuran 60 x 60 cm dan
terdapat gambar logo DBL Arena. Dengan luasan 2.040 m2.
5) Food court
Food court adalah area yang berfungsi sebagai area makan
dan minum bagi para pengunjung.
7) DBL Store
Merupakan area dimana pengunjung dapat membeli sesuatu
barang yang berhubungan dengan basket.
49
50
karena ditempat lain di Indonesia belum terdapat pusat olahraga
yang lengkap seperti di DBL Arena ini. Desainnya yang modern
dan fututuristik menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung
yang hadir.
(Sumber : www.greenroofs.com)
51
di kota Fukuoka, Jepang. Arsiteknya merupakan tokoh yang
dikenal secara internasional yakni Emilio Ambasz & Associates
yang berasal dari Argentina. Gedung yang mempunyai ketinggian
sekitar 60 meter ini layaknya seperti gedung pada umumnya yang
biasa dihiasi dengan kaca, tetapi disisi belakang terlihat sebuah
taman yang hijau dan luas dengan sekitar 35.000 tanaman.
(Sumber : www.greenroofs.com)
Terdiri dari 115 jenis tumbuh-tumbuhan yang ditanam
secara mencampur dan tersebar dibagian atap gedung. Dengan
desain atap yang bertingkat menyerupai terasering ini, maka
disetiap tingkatan atap yang ada diletakkan vegetasi yang
menyerupai taman.
52
Gambar II. 21. Survei Pengukuran Suhu Lingkungan
(Sumber : www.greenroofs.com)
Survei pengukuran lingkungan termal dilakukan di step
garden dengan mengumpulkan data dari meteran radiasi
gelombang panjang dan gelombang pendek, meteran suhu dan
kecepatan angin tiga dimensi ultrasonik, dan scintillometers yang
dipasang di tingkat atas, kesepuluh, keenam, dan kelima.
Fenomena pulau panas perkotaan terbukti diringankan oleh rooftop
greening. (Tekenaka Coporation, 2000)
(Sumber : www.greenroofs.com)
55
56
3. Komparasi Studi Kasus
Tabel II. 11. Komparasi Studi Kasus Fungsi Bangunan Sejenis
Studi kasus
Variabel DBL Academy
Jumlah Penonton 4.000 Penonton
- Lapangan utama
Lapangan - Lapangan mini
- Atrium
- Lobby & R. Loket
- Toko souvenir & kafe
- Rg. Ganti pemain
- Rg. Ganti tim yel-yel
- Rg. Ganti wasit
- Rg. Panitia
Fasilitas - Rg. VVIP
- Rg. Museum
- Rg. Kelas teori
- Rg. Keamanan
- Kantor pengelola
- Area parkir
- Toilet
(Sumber : Analisa Penulis, 2023)
58
dan miring ke luar yang
menciptakan tenda di atas
pembayangan pada
jalan dan trotoar. Efek ini
bagian dinding yang
memungkinkan bangunan
terkena panas.
untuk menentukan pintu
masuk utara.
Atrium setinggi 58,4 m
Atrium sebagai ruang
memanjang dari B2 hingga
Atrium transisi di antara luar
12F, menciptakan ruang
dan dalam bangunan.
seluas 69.000
Pada daerah tropis Digunakan sebagai pusat
disarankan bukaan kegiatan bagi
keluar sehingga
memiliki ventlasi pengunjung/pekerja yang
Lantai udara yang baik. dirancang dengan konsep
dasar Ventilasi udara
tersebut berfungsi ruang terbuka untuk
sebagai lubang inlet memungkinkan udara
untuk menciptakan
stackeffect. bersirkulasi di semua area.
Vegetasi digunakan Pohon ditanam disisi selatan
untuk menurunkan gedung untuk menghasilkan
Vegetasi suhu udara luar oksigen (O2) serta
dan sebelum masuk ke mengurangi suhu udara yang
Lansekap dalam bangunan, juga mengalir kedalam gedung
terdapat banyak sehingga menghasilkan
daerah resapan air lingkungan yang nyaman.
Prinsip ventilasi silang pada
ACROS diganti fungsinya
Pemanfaatan ventilasi dengan sebuah cela kaca
silang untuk sebagai jalur keluar udara
Ventilasi
mengalirkan udara panas di dalam bangunan dan
Silang
segar pada daerah penggunaan pintu masuk
yang panas. berbentuk V sebagai ventilasi
untuk lantai bawah tanah
dibawah bangunan.
(Sumber : Analisa Penulis, 2023)
59
BAB III
1. Letak Geografis
Wilayah Kota Kendari dengan ibukotanya “Kendari” dan sekaligus
juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis
terletak di bagian Selatan garis khatulistiwa berada diantara 3º 54’ 30”-
4º 3’ 11” Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur
diantara 120º 39” 6’-122º 39” 6’ Bujur Timur.
2. Luas Wilayah
Wilayah Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara pulau Sulawesi
yang wilayah daratannya sebagian besar terdapat di dataran pulau
Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu
pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari yakni ±267,37
km2 atau 0,70% dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Luas wilayah menurut kecamatan sangat beragam, kecamatan
Baruga merupakan kecamatan yang paling luas (18,18%), selanjutnya
kecamatan Puuwatu (16,01%), kecamatan Poasia (15,79%), kecamatan
Nambo (9,32%), kecamatan Kambu (8,13%), Kecamatan Mandonga
(8%), kecamatan Kendari Barat (7,77%), kecamatan Kendari (5,33%),
kecamatan Abeli (5,12%), kecamatan Wua-wua (3,97%), dan
kecamatan Kadia (2,38%). (Kota Kendari dalam angka, 2021)
3. Tinggi Wilayah
Dilihat berdasarkan ketinggian wilayah Kota Kendari di atas
permukaan laut, kecamatan Mandonga merupakan wilayah tertinggi
yang berada pada ketinggian 45 meter di atas permukaan laut,
60
selanjutnya wilayah kecamatan Puuwatu dan kecamatan Baruga berada
pada ketinggian 31 m dan 29 m di atas permukaan laut.
a. Musim
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari
hanya dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan.
Keadaan musim sangat di pengaruhi oleh arus angin yang bertiup
di atas wilayahnya. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak
menentu dengan curah hujan yang tidak merata. Musim ini dikenal
sebagai musim pancaroba atau musim peralihan antara musim
hujan dan musim kemarau. Pada bulan Mei-Agustus, angin bertiup
dari arah Timur berasal dari benua Australia yang kurang
mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah
hujan di daerah ini. Pada bulan Agustus-Oktober, terjadi musim
kemarau. Kemudian pada bulan November-Maret, angin bertiup
mengandung banyak uap air yang berasal dari benua Asia dan
Samudra Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-
bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya terjadi
musim hujan. Menurut data yang ada memberikan indikasi bahwa
61
di Kota Kendari tahun 2009 terjadi 137 hh dengan curah hujan
mencapai 1.419 mm.
b. Suhu udara
Suhu udara juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan
daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit berbeda
untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara
keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu
tropis. Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Maritim Kendari, selama tiga bulan pertama tahun 2015
suhu udara maksimum 33,24º C dan minumum 21,8º C. Tekanan
udara rata-rata 1.022,98 milibar dengan kelembapan udara rata-rata
82,6%. Kecepatan angin di Kota Kendari selama tiga bulan
pertama pada tahun 2015 umumnya berjalan normal, mencapai 5,6
knot.
5. Batasan Administrasi
Secara administrasi, Kota Kendari berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Soropia dan
kecamatan Sampara (kabupaten Konawe).
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Moramo (kabupaten
Konawe Selatan).
d. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Sampara (kabupaten
Konawe), kecamatan Ranomeeto dan kecamatan Konda (kabupaten
Konawe Selatan).
62
6. Pola Umum Tata Ruang Kota Kendari
a. Administrasi wilayah Kota Kendari
Sebagai suatu sistem wilayah, kota terbentuk oleh adanya interaksi
antara Bagian Wilayah Kota (BWK) ataupun pembagian zona
wilayah tertentu yang direncanakan oleh Dinas Tata Kota dan
Pemukiman Kota Kendari 2010-2030. Sehubung dengan
perkembangan kebutuhan lahan kegiatan-kegiatan perkotaan, maka
fungsi eksisting Bagian Wilayah Kota (BWK) di Kota Kendari di
masa mendatang mengalami perubahan sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Kendari
yang telah membuat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW)
Kota Kendari 2010-2030 yakni membagi wilayah-wilayah Kota
Kendari melalui penzoningan wilayah.
b. Struktur ruang Kota Kendari
Berdasarkan struktur ruang Kota Kendari yang akan dibentuk,
konsep pengembangan pola ruang Kota Kendari adalah :
c. Pembagian zonasi
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari dan
merupakan hasil pertimbangan dari berbagai aspek dan kaidah
perencanaan, maka pemerintah membagi batas wilayah kota
(zonasi) yang masing-masing diarahkan berdasarkan pelayanannya
masing-masing. Adapun zonasi tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Kecamatan Kendari dan kecamatan Kendari Barat berfungsi
sebagai kawasan perdagangan, kawasan pariwisata dan pusat
trasnportasi.
2) Kecamatan Mandonga dan kecamatan Kadia berfungsi sebagai
pusat pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, dan
kawasan pariwisata.
3) Kecamatan Puuwatu berfungsi sebagai kawasan perdagangan
agribisnis, kawasan trasnportasi dan kawasan agrowisata.
4) Kecamatan Baruga berfungsi sebagai kawasan perdagangan,
kawasan transportasi regional dan kawasan perdagangan
pelayanan kesehatan.
5) Kecamatan Kambu berfungsi sebagai kawasan pemerintahan
dan jasa, dan kawasan pendidikan tinggi.
6) Kecamatan Poasia berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan
jasa, dan kawasan pariwisata.
7) Kecamatan Abeli berfungsi sebagai kawasan industri dan
kawasan perdagangan.
8) Kecamatan Bungkutoko berfungsi sebagai kawasan trasportasi
regional dan kawasan perdagangan.
64
d. Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pelayanan umum
Aturan kawasan pelayanan umum diambil dalam RTRW
adalah kawasan pelayanan umum dengan pertimbangan pasal 40
RTRW Kota Kendari meliputi pelayanan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
1) Kawasan pendidikan
Dilakukan dengan menyediakan fasilitas pendidikan pada
sub pusat pelayanan dan pusat lingkungan.
2) Kawasan kesehatan, meliputi : kawasan kesehatan dan sarana
prasarana untuk rumah sakit, dan fasilitas kesehatan pada sub
pusat pelayanan dan pusat lingkungan.
Berdasarkan ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari tahun 2010-
2030 pasal 78 bahwa :
1) Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) maksimum 60%
2) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 60%
3) Koefisien Dasar Hijau (KDH) 40%
4) Garis Sempadan Bangunan (GSB) setengah ruang milik jalan
di tambah satu meter (1 m) jika lebar ruang milik jalan lebih
lebar dari 8 meter.
e. Klasifikasi bangunan gedung di Kota Kendari
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Kendari nomor 1
tahuna 2011 tentang Bangunan Gedung:
1) Menurut fungsinya, bangunan gedung di klasifikasikan sebagai
berikut;
a. Bangunan rumah tinggal dan sejenisnya;
b. Bangunan keagamaan;
c. Bangunan perdagangan dan jasa;
d. Bangunan industri;
e. Bangunan perdagangan;
f. Bangunan perkantoran;
g. Bangunan transformasi;
h. Bangunan pelayanan umum;
i. Bangunan khusus.
65
2) Menurut umumnya, bangunan gedung di klasifikasikan sebagai
berikut;
a. Bangunan permanen;
b. Bangunan semi permanen;
c. Bangunan sementara.
3) Menurut luasnya, bangunan gedung di klasifikasikan sebagai
berikut;
a. Bangunan dengan luas kurang dari 100 m2 - 500 m2;
b. Bangunan dengan luas 500 m2 - 1000 m2;
c. Bangunan dengan luas di atas 1000 m2.
1. Kecamatan Kambu
Kecamatan Kambu merupakan kecamatan yang memiliki
total luas wilayah 22,1 km2 dengan luas wilayah dan persentasi tiap
66
kelurahan yakni Mokouau 10,7 km2 atau 48,42%, Kambu 5,82 km2
atau 26,33%, Padaleu 2,62 km2 atau 11,86%, dan Lalolara 2,96
km2 atau 13,39%. Luas wilayah kelurahan tidak termasuk kawasan
perhutanan. (BPS Kota Kendari, 2022)
(Sumber : BPS Kota Kendari, 2021)
2. Kecamatan Baruga
Kecamatan Baruga merupakan kecamatan yang memiliki
total luas wilayah 49, 41 km 2 dengan luas wilayah dan persentasi
tiap kelurahan yakni Baruga 25,28 km 2 atau 51,16%, Lepo-lepo
7,52 km2 atau 15,22%, Watubangga 12,61 km2 atau 25,52%, dan
Wundudopi 4 km2 atau 8,1%.
67
berdasarkan aturan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari
yaitu berada di Kecamatan Kambu.
69
5 Juara 3 O2SN Putra 2017
6 Juara 4 O2SN Putri 2017
7 Juara 3 O2SN Putra 2021
8 Juara 4 O2SN Putri 2021
(Sumber : Data Hasil Olah, 2023)
71
DAFTAR PUSTAKA
KBBI. (2023). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses 2 Februari 2023.
Kecamatan Baruga dalam Angka 2022. [Online]. http://kendarikota.bps.go.id.
Diakses 25 Juni 2023.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 14 Tahun 2017
Tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung. 2017. [Online].
http://peraturan.bpk.go.id. Diakses 5 Juli 2023.
Perda Kota Kendari No. 01 Tahun 2011. [Online]. http://peraturan.bpk.go.id.
Diakses 5 Juli 2023.
73