PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Ibnu Sanjaya
562417001
II
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kebaikan
kedepannya. Meskipun demikian, penulis berharap Proposal Penelitian Tugas
akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan.
Penyusun
Ibnu Sanjaya
III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................3
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.6 Spesifikasi Produk..........................................................................................4
1.7 Manfaat Penelitian..........................................................................................5
IV
2.5 Kerangka Berfikir ..........................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................17
3.1. Jenis Penelitian..............................................................................................17
3.2. Prosedur dan Capaian Pengembangan..........................................................18
3.3. Teknik Pengumpulan Data............................................................................22
3.4. Analisis Data.................................................................................................25
3.4.1 Analisis Deskriptif Kualitatif.............................................................25
3.4.2 Analisis Data Kuantitatif....................................................................25
3.5. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................26
3.5.1. Waktu Penelitian..................................................................................26
3.5.2. Tempat Penelitian.................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
LAMPIRAN..........................................................................................................31
V
DAFTAR TABEL
VI
DAFTAR GAMBAR
VII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan menurut Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 yang berbunyi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilalui manusia
dalam mengembangakan potensi pada dirinya, sehingga mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sesuai dengan Undang-Undang
(UU) Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 maka tujuan Pendidikan yang
sudah ditetapkan harus dicapai dengan optimal oleh Lembaga Pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses internalisasi ilmu pengetahuan ke dalam
skemata pelajar. Pada proses ini terdapat aktivitas siswa sebagai pelajar dan
terdapat aktivitas guru sebagai pembelajar (Albitar Septian Syarifudin, 2020).
Menurut Aswardi dkk (2019), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu “Instruction”
diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan peserta didik yang berlangsung
secara dinamis. Pembelajaran sebagai pengganti istilah lama proses pembelajaran
tidak hanya sekedar mengubah istilah, melainkan juga mengubah peran guru
dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga
membelajarkan peserta didik agar mau belajar. Pembelajaran mempunyai tujuan
mengubah tingkah laku guna mencapai satu hasil tertentu.
Untuk menghasilkan calon pendidik yang kompeten maka diperlukan
proses pembelajaran yang efektif. Suasana hendaknya pendidikan bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Untuk menerapkan pembelajaran
yang tercantum dalam Undang-undang SISDIKNAS tersebut, maka perlu
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai serta media pembelajaran
1
yang sesuai. Salah satunya yaitu alat bantu pembelajaran, agar peserta didik dapat
memahami
2
materi yang disampaikan pendidik dan juga dapat melakukan praktik langsung
sehingga dapat mengembangkan potensi pada dirinya.
Menurut Soekidjo dalam Basri (2019), mengemukakan bahwa alat bantu
pembelajaran merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu pembelajaran difungsikan
sebagai alat untuk membantu individu dalam aktivitasnya, sehingga segala
kegiatan yang dijalankan dapat berjalan efektif dan efesien (Aser Paul Nainggolan
dkk, 2020).
Proses pengelasan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari semua
tahapan kegiatan baik dalam perencanaan, perakitan, dan perawatan suatu benda
yang berbahan dasar logam. Keberadaan meja las sangat dibutuhkan dalam rangka
memenuhi tahapan proses pengelasan tersebut. Dalam proses pengelasan juga,
posisi pengelasan dan kecepatan pengelesan merupakan salah satu parameter
pengelasan yang berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis, khususnya
ketangguhan impact charpy.
Di Program Studi S1 Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Teknik Industri
Universitas Negeri Gorontalo, terdapat beberapa mata kuliah pengelasan salah
satunya adalah mata kuliah Teknik Pengelasan GTAW (Gass Tungsten Arc
Welding). Mata kuliah Teknik Pengelasan GTAW adalah mata kuliah yang
mengajarkan proses pengelasan busur listrik menggunakan elektroda tidak
terumpan atau tidak ikut mencair. Dalam proses pengelasan ini, terdapat beberapa
posisi pengelasan yaitu posisi 1G, 2G, 3G, dan 4G pada pengelasan plat dan posisi
pengelasan 1G, 2G, 5G, dan 6G pada pengelasan pipa. Selain itu juga pengelasan
GTAW merupakan pengelasan yang banyak digunakan di sektor industri.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada dosen pengampu mata
kuliah Teknik Pengelasan GTAW, diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan
praktikum pengelasan berjalan sesuai dengan waktu dan ketersediaan alat bantu
praktikum, namun terkadang terdapat kendala dari pelaksanaan praktikum
pengelasan khususnya pada pengelasan pipa. Hal ini dikarenakan terbatasnya alat
bantu yang akan digunakan sehingga pelaksanaan praktikum tidak berjalan
dengan baik. Kemudian berdasarkan wawancara peneliti terhadap mahasiswa
jurusan Teknik Industri Program Studi S1 Pendidikan Teknik Mesin, masih
2
banyak mahasiswa belum bisa melakukan proses pengelasan pipa posisi 2G,
selain itu juga mahasiswa mengatakan bahwa lebih senang menggunakan alat
bantu pembelajaran pada proses praktikum pengelasan, hal ini dikarenakan alat
bantu pembelajaran dapat mempermudah mereka melakukan kegiatan praktikum
pengelasan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mustamin (2019) pada tahap
pendefenisian diperoleh hasil gaya belajar peserta didik lebih cenderung ke
kinestetik dengan jumlah presentase 62,95%.
Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi di Laboratorium Teknik Industri
Universitas Negeri Gorontalo, belum terdapat sebuah alat bantu pembelajaran
pengelasan pipa yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan
praktikum pengelasan pipa baik posisi pengelasan pipa 1G maupun 2G. Hal ini
akan berdampak pada proses pembelajaran praktikum Teknik Pengelasan dimana
mahasiswa akan kesusahan dalam melaksankan praktik pengelasan, sehingganya
mahasiswa sulit untuk mengembangkan potensi dirinya.
Dari data observasi dan wawancara tersebut, menunjukan bahwa begitu
pentingnya dilakukan suatu pengembanagan alat bantu pembelajaran pada mata
kuliah Teknik Pengelasan untuk memenuhi kebutuhan akan cara belajar
mahasiswa serta proses pembelajaran yang lebih efektif dan kreatif. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka peneliti memiliki gagasan atau ide untuk melakukan
penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Meja Roll Welding
Sebagai Alat Bantu Pembelajaran Praktikum Pada Mata Kuliah Teknik
Pengelasan”.
3
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka penelitian ini hanya
dibatasi pada masalah :
1. Pengembangan alat bantu pembelajaran difokuskan pada mata kuliah Teknik
Pengelasan GTAW (Gass Tungsten Arc Welding).
2. Pengembangan yang dilakukan berupa pembuatan meja roll welding sebagai
alat bantu pembelajaran praktikum Teknik Pengelasan GTAW.
4
3. Alat bantu pembelajaran meja Roll Welding yang dikembangkan, dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah mahasiswa dalam
melakukan pengelasan pipa.
4. Alat bantu pembelajaran meja Roll Welding dikembangkan sesuai dengan SK
(Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) suatu pokok bahasan
yang akan diajarkan di mata kuliah Pengelasan GTAW.
5. Alat bantu pembelajaran meja Roll Welding yang dikembangkan dapat
memenuhi capaian pembelajaran mata kuliah Pengelasan GTAW dalam
memahami dan mempraktekan posisi pngelasan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Bantu Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses internalisasi ilmu pengetahuan ke dalam
skemata pelajar. Pada proses ini terdapat aktivitas siswa sebagai pelajar dan
terdapat aktivitas guru sebagai pembelajar (Albitar Septian Syarifudin, 2020).
Menurut Abd. Rahim Mansyur (2020) mengemukakan bahwa
pembelajaran berkaitan dengan suatu proses interaksi yang melibatkan guru dan
peserta didik. Pembelajaran dilakukan secara berkesinambungan untuk mengelola
potensi peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan. Proses interaksi dalam
pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru kreatif memanfaatkan berbagai
media dan metode dalam pembelajaran untuk menstimulus peserta didik belajar
dengan motivasi yang baik dalam pembelajaran.
Menurut Aswardi dkk (2019), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu “Instruction”
diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan peserta didik yang berlangsung
secara dinamis. Pembelajaran sebagai pengganti istilah lama proses pembelajaran
tidak hanya sekedar mengubah istilah, melainkan juga mengubah peran guru
dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga
membelajarkan peserta didik agar mau belajar. Pembelajaran mempunyai tujuan
mengubah tingkah laku guna mencapai satu hasil tertentu
Berdasarkan uraian pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik berupa
pemberian stimulus dan interaksi edukatif sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong peserta didik melakukan proses belajar.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran
Seluruh rangkaian pembelajaran mengarah pada ketercapaian tujuan
sebagai arah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran harus menjadi pertimbangan dalam melakukan rancangan
pembelajaran. Secara teoritik, tujuan pembelajaran meliputi tujuan kognitif, tujuan
psikomotorik, dan tujuan afektif (Abd. Rahim Mansyur, 2020).
6
Menurut Annisa Nidaur Rohmah (2017), tujuan pembelajaran merupakan
komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya, seperti
bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan
alat evaluasi. Oleh karena itu, maka seorang guru tidak dapat mengabaikan
masalah perumusan tujuan pembelajaran apabila hendak memprogramkan
pengajarannya. Jika dilihat dari sisi ruang lingkupnya, tujuan pembelajaran dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Tujuan yang dirumuskan secara spesifik oleh guru yang bertolak dari materi
pelajaran yang akan disampaikan.
2) Tujuan Pembelajaran Umum, yaitu tujuan pembelajaran yang sudah
tercantum dalam garis-garis besar pedoman pengajaran yang dituangkan
dalam rencana pengajaran yang disiapkan oleh guru. Tujuan khusus yang
dirumuskan oleh seorang guru harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:
a) Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai
b) Membatasi dalam keadaan mana pengetahuan perilaku diharapkan
dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku)
c) Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti
menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai
hasil yang dicapai.
2.1.3 Pengertian Alat Bantu Pembelajaran
Menurut Soekidjo dalam Basri (2019), mengemukakan bahwa alat bantu
pembelajaran merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu pembelajaran difungsikan
sebagai alat untuk membantu individu dalam aktivitasnya, sehingga segala
kegiatan yang dijalankan dapat berjalan efektif dan efesien (Aser Paul Nainggolan
dkk, 2020).
Menurut Yudhi Purnama dkk (2021) mengemukakan bahwa alat bantu
pembelajaran termasuk media pembelajaran dalam mengajar serta sarana
pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar. Pemakaian media
pembelajaran dapat membangkitkan minat dan motivasi serta membawa pengaruh
psikologis terhadap pebelajar.
7
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alat bantu
pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mempermudah peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif
dan efesien.
2.1.4 Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Saripah (2021) mengemukakan beberapa dasar pertimbangan
dalam pemilihan media pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1) media pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
pemakai yang dilayani serta mendukung tujuan pembelajaran.
2) media pembelajaran yang dipilih perlu didasarkan atas azas manfaat, untuk
apa dan mengapa media pembelajaran tersebut dipilih.
3) pemilihan media pembelajaran hendaknya berposisi ganda baik berada pada
sudut pandang pemakai (guru, peserta didik) maupun kepentingan Lembaga.
4) pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada kajian edukatif
dengan memperhatikan kurikulum yang berlaku, cakupan bidang
pengembangan yang dikembangkan, karakteristik peserta didik serta aspek-
aspek lainnya yang berkaitan dengan pengembangan Pendidikan dalam arti
luas.
5) media yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan kualitas yang telah
ditentukan antara relevansi dengan tujuan, persaratan fisik, kuat dan tahan
lama, sederhana, atraktif dan berwarna, serta kelengkapan lainnya.
6) pemilihan media pembelajaran hendaknya memperhatikan pula
keseimbangan koleksi (well rounded collection) termasuk media
pembelajaran pokok dan bahan penunjang sesuai dengan kurikulum baik
untuk pembelajaran maupun media pembelajaran penunjang untuk
pembinaan bakat, minat dan keterampilan yang terkait.
Menurut Sanjaya Wina dalam Surya Putra (2021), mengemukakan bahwa
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media
diantaranya :
1) pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
2) pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas
8
3) pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar peserta didik serta gaya
dan kemampuan guru
4) pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas, dan
waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan alat pembelajaran
dapat dikatakan baik jika alat bantu pembelajaran mempunyai tujuan pendidikan
untuk mengubah pengetahuan, pendapat serta konsep-konsep, mengubah sikap
dan presepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru. Selain itu juga alat
bantu harus efesien dalam penggunaanya, dalam waktu yang singkat dapat
mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Penempatan
alat bantu perlu diperhatikan ketepatanya agar dapat diamati dengan baik oleh
siswa. Kemudian juga alat bantu harus efektif dan komunikatif.
2.1.5 Manfaat Alat Bantu Pembelajaran
Menurut Soekidjo dalam Basri (2019), mengemukakan manfaat alat bantu
pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1) menimbulkan minat sasaran Pendidikan
2) mencapai sasaran yang banyak
3) membantu mengatasi hambatan bahasa
4) merangsang sasaran Pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan
Kesehatan
5) membantu sasaran Pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat
6) merangsang sasaran Pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima kepada orang lain
7) mempermudah pencapaian bahan Pendidikan/informasi oleh para pendidik
pelaku Pendidikan
8) mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran Pendidikan, seperti
diuraikan di atas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima
melalui indera
2.2 Las GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
2.2.1 Pengertian Pengelasan
Pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
9
lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan setempat dari
beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.
Menurut Awal Syahrani, dkk (2017), Pengelasan dapat diartikan dengan
proses penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam, dengan
atau tanpa menggunakan bahan tambah dan menggunakan energi panas sebagai
pencair bahan yang dilas. Pengelasan juga dapat diartikan sebagai ikatan tetap dari
benda atau logam yang dipanaskan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengelasan merupakan satu
bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam teknologi manufaktur. Pengelasan
merupakan proses penyambungan dua buah logam dengan menggunakan energi
panas sebagai pencair bahan yang dilas.
2.2.2 Pengertian Las GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau sering juga disebut Tungsten
Inert Gas (TIG) merupakan salah satu dari bentuk las busur listrik (Arc Welding)
yang menggunakan iner gas sebagai pelindung dengan tungsten atau wolfram
sebagai elektroda (Awal Syahrani dkk, 2017).
Pada proses GTAW, tungsten hanya berfungsi sebagai generator busur
listrik jika bersentuhan dengan benda uji, sedangkan untuk logam pengisi menjadi
batang pengisi. Welding GTAW sering juga disebut las argon, hal ini dikarenakan
gas pelindung yang digunakan adalah gas argon (Apang Djafar Shieddieque, dkk
2021).
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengelasan GTAW
(Gas Tungsten Arc Welding) adalah sebuah proses pengelasan busur listrik yang
menggunakan elektroda tidak terumpan atau tidak ikut mencair. Pada pengelasan
GTAW ini, elektroda atau tungsten ini hanya berfungsi sebagai penghasil busur
listrik saat bersentuhan dengan benda kerja sedangkan untuk logam pengisi adalah
filler rod.
2.2.3 Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan menurut ASME (American Society of Mechanical
Engineers) section IX yaitu pada posisi pengelasan plat terdiri dari posisi 1G
(posisi pengelasan datar), 2G (posisi pengelasan horizontal), 3G (posisi
pengelasan vertical), 4G (posisi pengelasan di atas kepala). Sedangkan pada posisi
10
pengelasan pipa terdiri dari posisi 1G (posisi engelasan datar pipanya dapat
diputar), 2G (posisi pengelasan horizontal pipa dapat diputar), 5G (posisi
pengelasan vertical namun pipa tidak dapat diputar), dan 6G (posisi pengelasan
pipanya miring sekitar 45º dan statis atau tidak dapat diputar).
Menurut Mesak Frits dkk (2019), mengemukakan bahwa posisi pengelasan
atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakkan arah dari pada
elektroda sewaktu mengelas. Adapun posisi mengelas terdiri dari empat macam
yaitu :
1) Posisi Di Bawah Tangan
Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada
permukaan rata/datar dan dilakukan di bawah tangan. Kemiringan elektroda las
sekitar 10º - 20º terhadap garis vertikal dan 70º- 80º terhadap benda kerja.
2) Posisi Tegak (Vertikal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya ke atas
atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena
bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan
kemiringan elektroda sekitar 10º-15º terhadap garis vertikal dan 70º- 85º terhadap
benda kerja.
3) Posisi Datar (Horisontal)
Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata dimana
kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horisontal.
Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º-10 º terhadap garis vertikal
dan 70 º - 80 º ke arah benda kerja.
11
Posisi pengelasan tegak
(vertical)
Adapun gambar posisi pengelasan pipa 1G, 2G, 5G dan 6G menurut Bayu
Arie Hanggara (2019) yaitu :
12
roll welding adalah memegang benda yang akan dilas pada saatnya ataupun
sebelumya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alat bantu
meja roll welding adalah alat bantu pengelasan yang dapat digunakan untuk
membantu serta mempermudah pekerja (welder) dalam melakukan proses
pengelasan agar lebih efesien.
1) Chuck
Chuck yang akan digunakan adalah chuck atau cekam mesin bubut yang
terbuat dari material hardened steel yang memiliki ukuran maksimal adalah
13
4 inch. Komponen ini berfungsi sebagai alat untuk menjepit benda kerja
atau pipa yang akan di las.
2) Permukaan Meja
Pada permukaan meja bagian atas, bahan yang akan digunakan adalah besi
plat yang memiliki ketebalan 5 milimeter (mm).
3) Meja Bagian Atas
Ukuran meja bagian atas yang akan digunakan pada meja bagian atas adala
1000 mm x 600 mm atau 100 cm x 60 cm.
14
Panel kontrol box digunakan sebagai tempat kontrol kecepatan dan kontrol
kelistrikan alat bantu meja roll welding. Pada panel kontrol box terdiri dari
dimer yang berfungsi sebagai pengontrol kecepatan, panel kecepatan, dan
switch on dan off.
12) Baut Penghubung Tiang
Bahan baut yang akan digunakan sebagai penghubung tiang pada meja roll
welding adalah besi, dan memiliki ukuran diameter 12 mm.
15
sistem grounding, peneliti menggunakan flexible braid yang terbuat dari
tembaga. Hal ini dikarenakan flexible braid yang terbuat dari tembaga
sangat baik digunakan pada sistem grounding. Selain itu juga karena
sifatnya yang fleksibel, sehingga baik untuk mengimbangi getaran pada alat
bantu meja roll welding.
2.3 Mata Kuliah Teknik Pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) Di
PRODI S1 Pendidikan Teknik Mesin UNG
Teknik pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) merupakan salah
satu mata kuliah pada Program Studi S1 Pendidikan Teknik Mesin. Sesuai dengan
latar belakang yang peneliti buat, bahwa di Laboratoriumn Teknik Industri belum
memiliki alat bantu yang dapat digunakan mahasiswa dalam melakukan kegiatan
praktek pengelasan pipa, sehingganya proses pelaksanaan praktikum pengelasan
terutama pada pengelasan pipa masih terkendala. Selain itu juga mahasiswa
kesusahan dalam melaksanakan kegiatan pengelasan dan juga tidak dapat
mengembangkan potensi dirinya.
Deskripsi dan capaian pembelajaran mata kuliah teknik pengelasan GTAW
(Gas Tungsten Arc Welding) :
a. Deskripsi
Mata kuliah Teknik Pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
merupakan mata kuliah praktik dengan bobot 2 sks. Tujuan Mata kuliah ini adalah
membekali memahasiswa untuk bisa menguasai dasar-dasar pengelasan GTAW
dan memiliki keterampilan dalam penyambungan logam. Untuk itu pada mata
kuliah ini menyajikan pembahasan mengenai kecepatan pengelasan, posisi
pengelasan, kuat arus pengelasan. Sehingganya pada mata kuliah ini, proses
pembelajaran praktik lebih banyak dibandingkan dengan pembelajaran teori.
b. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan mata kuliah Teknik Pengelasan GTAW, adapun
kemampuan akhir mahasiswa yang diharapkan yaitu :
Mampu menjelaskan mesin TIG (GTAW)
Mampu melakuakn pencairan bahan dasar Alumunium TIG (GTAW) Down
Hand
16
Mampu membuat jalur las alumunium TIG (GTAW)
Mampu membuat sambungan dengan posisi 1G TIG (GTAW) Down Hand
Repair and Maintenance
17
Kelas VI Sekolah Dasar”. Menjelaskan bahwa Penggunaan alat bantu dalam
pembelajaran lompat jauh gaya sraddle dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru
yang ingin menggunakan media pengajaran dengan menggunakan alat bantu
pembelajaran.
2.5 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka untuk
dapat meningkatkan kemudahan dan efektifitas dalam proses pembelajaran, maka
perlu adanya alat bantu pembelajaran dalam proses pembelajaran mata kuliah
teknik pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding). Alat bantu pembelajaran
juga dapat mempermudah pendidik dalam menyampaikan bahkan memberikan
parktik kepada peserta didik.
Rancang bangun alat bantu pembelajaran teknik pengelasan GTAW (Gas
Tungsten Arc Welding) ini diharapkan dapat mempermudah dan meningkatkan
efektifitas dalam proses pembelajaran teknik pengelasan GTAW (Gas Tungsten
Arc Welding). Kerangka Pemikiran pada penelitian ini bisa dilihat di bawah ini :
Kesimpulan Kesimpulan
penggunaan alat bantu meja Penggunaan alat bantu dalam
putar roll welding dapat pembelajaran lompat jauh gaya
mengurangi cacat pengelasan sraddle dapat meningkatkan
mereduksi waktu setup dan hasil belajar siswa sehingga
dapat meningkatkan volume penelitian ini dapat digunakan
produksi, menghilangkan cacat sebagai suatu pertimbangan
18 las yang berakibat pada bagi guru yang ingin
penurunan biaya produksi, menggunakan media pengajaran
sehingga cukup layak dan dengan menggunakan alat bantu
efisien dari segi ekonomi. pembelajaran.
Kerangka Berpikir
Pengembangan Meja Roll Welding Sebagai Alat Bantu
Pembelajaran Praktikum Mata Kuliah Teknik
Pengelasan
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Research and
Development (R&D) yang diadopsi dari Sugiyono (2013). Metode penelitian dan
pengembangan atau dalam Bahasa Inggrisnya Research and Development adalah
metode penelitian untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan
produk tersebut. Adapun Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut
Sugiyono (2013) yaitu sebagai berikut :
Revisi Produksi
Produk Masal
17
Potensi dan Masalah
Pendahuluan
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Pengembangan
Revisi Desain
Pembuatan Produk
Validasi Produk
Ahli Media
Ahli Materi
Revisi Produk
Produk Akhir
18
1. Potensi dan Masalah
Penelitian yang dilakukan berangkat dari adanya suatu potensi dan
masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan
memiliki daya tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang
diharapkan dan kenyataan (Sugiyono, 2013). Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan di Laboratorium Teknik Industri Universitas Negeri
Gorontalo, terdapat potensi pada pengembangan ini yaitu alat bantu
pembelajaran praktikum pada mata kuliah Teknik Pengelasan di
Laboratorium Teknik Industri. Alat bantu pembelajaran praktikum teknik
pengelasan yang berada di Laboratorium Teknik Industri belum lengkap
sehingganya proses pembelajaran praktikum pengelasan khususnya
pengelasan pipa masih terkendala dan juga masih banyak mahasiswa yang
kesulitan dalam melaksanakan proses pengelasan pipa posisi 2G.
Capaian yang diharapkan peneliti pada tahap ini adalah dengan adanya
Pengembangan alat bantu pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan
proses pembelajaran praktikum teknik pengelasan menjadi lebih efektif serta
membantu mahasiswa dalam mengembangkan potensi dirinya.
2. Pengumpulan Data
Setelah potensi dan masalah dapat diidentifikasi, maka peneliti
mengumpulkan informasi dan data sebagai bahan untuk perencanaan produk
yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada. Informasi diperoleh
dengan melakukan Kegiatan analisis kebutuhan melalui observasi dan
wawancara pada dosen pengampu mata kuliah Teknik Pengelasan GTAW
yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran praktikum Teknik
Pengelasan GTAW dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran praktikum.
Pengembangan alat bantu pembelajaran ini diharapkan dapat digunakan
peserta didik dengan variasi posisi pengelasan pipa 1G dan 2G sehingga
peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya.
3. Desain Produk
Berdasarkan analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah peneliti
membuat desain produk yang akan dikembangkan. Produk yang dihasilkan
19
dalam penelitian R&D (research and development) bermacam-macam
(Sugiyono, 2013). Produk yang dihasilkan pada penelitian ini berupa alat
bantu pembelajaran praktikum teknik pengelasan. Desain produk
dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan pada pengumpulan data yaitu
berupa meja roll welding.
Dari hasil desain alat bantu pembelajaran ini diharapkan dapat
menghasilkan desain produk yang sesuai sehingga mampu mengembangkan
potensi peserta didik serta mengatasi permasalahan pada proses pembelajaran
prkatikum.
4. Validasi Desain
Langkah selanjutnya adalah melakukan tahap validasi desain. Validasi
desain merupakan proses penilaian rancangan produk yang dikembangkan
secara rasional, guna melihat apakah lebih efektif dari yang lama atau tidak
(Sugiyono, 2013). Validasi desain meja roll welding membutuhkan pakar
atau ahli yang sudah berpengalaman dalam bidangnya untuk menilai
kelemahan dan kekuatan desain produk ini. Penilaian serta saran dari ahli
diperlukan untuk dijadikan dasar pertimbangan untuk perencanaan alat bantu
pembelajaran yang dikembangkan.
Capaian yang diharapkan pada tahap ini adalah menghasilkan desain
perencanaan alat bantu pembelajaran praktikum teknik pengelasan yang
sesuai. Sehingganya alat bantu pembelajaran ini diharapkan layak digunakan,
aman, dan lebih fektif dari alat bantu sebelumnya serta proses pembelajaran
praktikum teknik pengelasan bisa berjalan lebih efektif dan dapat
mempermudah mahasiswa.
5. Revisi Desain
Revisi desain produk meja roll welding dilakukan sesuai dengan
penilaian dan saran dari validator. Apabila ditemukan kelemahan dalam
desain produk tersebut, maka peneliti mencoba mengurangi kelemahan
tersebut dengan cara melakukan perbaikan desain meja roll welding.
Sehingganya dapat menghasilkan produk yang efektif dalam pembelajaran
praktikum Teknik Pengelasan. Sebaliknya apabila desain meja roll welding
mendapat predikat baik, maka tidak membutuhkan revisi atau dikatakan valid
20
dan desain produk tersebut dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu
pembuatan produk.
Capaian yang diharapkan setelah melakukan tahapan ini adalah
menghasilkan desain produk pengembangan alat bantu pembelajaran
praktikum teknik pengelasan yang sesuai dengan penilaian validator.
Sehingga alat bantu pembelajaran ini diharapkan layak, aman, dan efektif
digunakan pada proses pembelajaran praktikum teknik pengelasan serta
mempermudah mahasiswa dalam melakukan praktikum pengelasan.
6. Pembuatan Produk
Setelah desain produk telah disetujui dan diterima oleh validator, maka
selanjutnya peneliti akan melakukan kegiatan pembuatan produk yang akan
dikembangkan berdasarkan hasil revisi desain. Pada tahap ini produk yang
akan dihasilkan adalah meja roll welding sebagai alat bantu pembelajaran
praktikum teknik pengelasan.
Capaian yang diharapkan pada tahap ini adalah menghasilkan produk alat
bantu pembelajaran yang sesuai dan lebih efektif sehingga mampu membantu
pendidik dalam melakukan proses pembelajaran praktikum serta
mempermudah mahasiswa dalam mengembangkan potensi dirinya. Setelah
produk selesai dibuat, maka peneliti melakukan tahap selanjutnya yaitu tahap
validasi produk.
7. Validasi produk
Validasi produk terdiri dari ahli media dan ahli materi, dari hasil
penilaian dan saran yang diberikan baik kelebihan maupun kelemahan dari
produk yang dikembangkan. Capaian yang diharapkan pada tahap ini adalah
menjadikan hasil penilaian dan saran sebagai dasar perbaikan agar
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran praktikum
teknik pengelasan, serta membantu mahasiswa dalam proses praktikum
pengelasan berlangsung khususnya pada praktikum pengelasan pipa.
8. Ujicoba Produk
Setelah tahap validasi produk selesai, maka selanjutnya adalah tahap
ujicoba produk. Pada langkah ini uji coba yang dilakukan adalah uji coba
terbatas. Capaian yang diharapkan pada tahap ini adalah untuk mengetahui
21
apakah produk yang telah dibuat layak dan efektif digunakan atau tidak dalam
mencapai sasaran dan tujuan serta kesusaian dengan pengguna untuk
menyelesaikan masalah pembelajaran.
9. Revisi Produk
Apabila tahap ujicoba produk telah dilakukan kemudian terdapat
kekurangan yang harus diperbaiki maka dilakukan tahap revisi produk.
Capaian yang diharapkan pada tahap ini adalah untuk menghasilkan produk
yang memenuhi kriteria alat bantu dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
sehingga layak untuk digunakan serta dapat mengatasi permasalah dalam
proses pembelajaran praktikum teknik pengelasan.
10. Produk Akhir
Produk akhir yang diharapkan dalam penelitian adalah meja roll welding
sebagai alat bantu pembelajaran praktikum yang layak untuk digunakan serta
mengatasi permasalahan pembelajaran praktikum pengelasan dan dapat
mempermudah peserta didik dalam melaksanakan proses pengelasan pipa
pada mata kuliah Teknik Pengelasan GTAW.
22
3. Kuesioner
Peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan cara kuesioner pada
bagan prosedur pengembangan dan evaluasi. Hal ini dikarenakan produk
yang akan dikembangkan adalah alat bantu pembelajaran, sehingga peneliti
mengembangkan kuesioner menggunakan pernyataan sebagai instrumen
kelayakan produk dimana yang menjadi indikator kelayakan adalah kriteria
alat bantu pembelajaran yang dibagi menjadi beberapa aspek.
Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh penilaian dari validator,
tanggapan peserta didik mengenai alat bantu pembelajaran yang akan
dikembangkan oleh peneliti. Hasil dari validator dan tanggapan guru dan
siswa akan digunakan sebagai acuan apakah media tersebut sudah layak atau
tidak. Pada kuesioner ini, akan divalidasi oleh dua ahli, yaitu ahli materi dan
ahli media atau ahli alat bantu pembelajaran.
Adapun kisi-kisi instrumen validasi ahli media atau ahli alat bantu
pembelajaran, kisi-kisi validasi ahli materi, dan kisi-kisi kuesioner tanggapan
peserta didik menurut Uci Efftica (2021), yang kemudian dikembangkan oleh
peneliti yaitu :
a) Instrumen atau kuesioner validasi ahli media atau ahli alat bantu
pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data kelayakan alat
bantu pembelajaran meja roll welding meliputi aspek desain dan tampilan,
aspek teknis, dan aspek kemanfaatan. Adapun kisi-kisi kuesioner atau
instrumen validasi ahli media atau ahli alat bantu pembelajaran yaitu sebagai
berikut :
Tabel 3.1. Kisi-Kisi instrumen Ahli media atau ahli Alat Bantu pembelajaran
No Aspek Penilaian Indikator
1. Aspek Desain dan a. Ukuran alat bantu
Tampilan b. Desain alat bantu pembelajaran menarik
c. Alat bantu jelas dan mudah dipahami
d. Alat bantu sesuai dengan posisi pengelasan
2. Aspek Teknis a. Alat bantu mudah digunakan
b. Alat bantu aman digunakan
c. Alat bantu kuat dan tidak mudah rusak
3. Aspek a. Alat bantu dapat membantu dosen dalam
23
Kemanfaatan pembelajaran
b. Alat bantu dapat mempermudah peserta didik
b) Instrumen atau kuesioner validasi ahli materi
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui data kualitas materi dari
produk yang dibuat. Validasi ini dilakukan dengan dosen ahli materi teknik
pengelasan GTAW (gass tungsten arc welding). Adapun kisi-kisi kuesioner
validasi ahli materi yaitu sebagai berikut :
24
3.4 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2013) dalam bukunya “Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D” mengemukakan analisis data adalah proses mencari dan
Menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori , menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan memnuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data mempunyai prinsip yaitu guna mengolah dan
menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang sistematis, teratur,
terstruktur dan mempunyai makna. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian pengembangan meja roll welding sebagai alat bantu pembelajaran
praktikum teknik pengelasan ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif dan analisis kuantitatif.
3.4.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis kualitatif dalam penelitian dilakukan sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan (Sugiyono, 2013).
Data yang didapat kemudian dianalisis dengan mengelompokkan informasi-
informasi dari data kualitatif yang berupa tanggapan, kritik, dan saran perbaikan
yang terdapat pada kuesioner. Hasil analisis data digunakan sebagai upaya
memperbaiki produk meja roll welding sebagai alat bantu pembelajaran
praktikum teknik pengelasan yang akan dikembangkan oleh peneliti.
25
kuesioner akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran alat bantu yang akan
dikembangkan. Pada pengembangan meja roll welding sebagai alat bantu
pembelajaran praktikum teknik pengelasan, validitas bertujuan untuk menguji
kelayakan alat bantu pembelajaran. Apakah alat bantu pembelajaran layak atau
tidak, sehingga dapat diketahui tingkat kebenaran dan ketepatan penggunaan alat
bantu tersebut.
Pada penelitian ini, teknik analisis skor rata-rata pernyataan berdasarkan
pendapat Arikunto dalam Surya Putra (2021) menyatakan bahwa pada alternatif
jawaban yang bergradasi atau menggunakan peringkat oleh setiap kolom dan tabel
menunjukan letak nilai, maka sebagai konsekuensinya setiap centangan dalam
setiap kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu.
Menurut Sugiyono (2013) skala likert merupakan metode pengukuran
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
kelompok tentang fenomena social. Pada skala likert terdiri dari beberapa skor
yaitu skor 1 sampai dengan skor 5, dimana skor 1 untuk nilai yang terendah dan
skor 5 untuk nilai yang tertinggi.
Menurut Hafifah dalam Surya Putra (2021) mengemukakan bahwa untuk
mengetahui peringkat nilai akhir untuk butir yang bersangkutan, jumlah nilai
tersebut harus dibagi dengan jumlah skor ideal. Pada penelitian ini, Angket
validasi alat bantu pembelajaran meja roll welding serta angket tanggapan siswa
yang diperoleh dari ahli media, ahli materi dan tanggapan siswa, menggunakan
skala likert dengan lima alternatif jawaban yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.4. Skor Skala Likert
No Kategori Skor
1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Kurang Setuju 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1
26
∑x
P¿ x 100 %
∑ xi
Keterangan :
P = Jumlah presentase
∑x = Jumlah skor jawaban
∑ xi = Jumlah skor ideal (banyak uraian butir x banyak skala)
100% = Konstanta
Keterangan :
a. Apabila hasil uji coba produk mencapai persentase 81% - 100% maka
produk termasuk sangat layak.
b. Apabila hasil uji coba produk mencapai tingkat presentase 61% - 80%
maka produk termasuk layak.
c. Apabila hasil uji coba produk mencapai tingkat presentase 41% - 60%
maka produk termasuk cukup layak.
d. Apabila hasil uji coba produk mencapai tingkat presentase 21% - 40%
maka produk termasuk tidak layak.
e. Apabila hasil uji coba produk mencapai tingkat presentase <21% maka
produk termasuk sangat tidak layak.
27
Tabel 3.6. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Penelitian Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi
2. Pengajuan judul
3. Penyususnan laporan
28
DAFTAR PUTAKA