Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri

Gorontalo mempunyai sebuah visi menjadi program studi yang berdaya saing di Asia

Tenggara pada tahun 2035, melalui visi tersebut semua civitas yang tergabung dalam

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin diharapkan dapat mewujudkannya.

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin memiliki mata kuliah Teknologi

Sepeda Motor, mata kuliah Teknologi Sepeda Motor yang dimiliki oleh program

studi Pendidikan Teknik Mesin, merupakan mata kuliah yang diberikan pada

mahasiswa, yang menjelaskan seputar teknologi sepeda motor dalam bidang otomotif.

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib untuk syarat penuntasan akademik

setiap mahasiswa, mata kuliah Teknologi Sepeda Motor dapat di program pada

semester IV (genap) dengan bobot 3 SKS, mata kuliah ini memiliki capaian yang

membekali mahasiswa agar memiliki kemampuan praktik dasar pada Teknologi

Sepeda motor.

Materi Teknologi Sepeda Motor mempelajari secara umum seluruh bagian-

bagian serta prinsip kerja dari komponen-komponen dalam mesin otomotif. Adapun

upaya yang dilakukan dalam mencapai prinsip kerja tersebut, harus memiliki

karakteristik pemahaman yang tinggi. Dimana mahasiswa di tuntut untuk memiliki

kemampuan tersebut, ketidakmampuan mahasiswa dalam melakukan pemahaman

yang tinggi akan menimbulkan sebuah kesulitan dalam proses pembelajaran. Untuk

1
itu dalam membekali mahasiswa untuk mengatasi adanya kesulitan dan mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan menggunakan metode yang tepat yaitu

metode praktikum (Suryaningsih, 2017).

Adapun modul praktikum sangat diperlukan dalam proses melakukan

praktikum, karena modul ini sebagai bahan ajar mandiri, alat evaluasi dan bahan

rujukan bagi mahasiswa. Dalam modul praktikum ini terdapat uraian cara pengerjaan

Teknologi Sepeda Motor yang akan di kerjakan oleh mahasiswa saat proses

praktikum, sehingga memudahkan mahasiswa untuk melakukan praktikum.

Berdasarkan hasil belajar mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Mesin

pada mata kuliah Teknologi Sepeda Motor adalah sebagai berikut :

Tabel data hasil belajar mahasiswa :

Tabel : 1.1 Data Nilai Mahasiswa

Nilai A A- B+ E
Jawaban Mahasiswa 1 10 17 1
Persentase 3,45% 34,48% 58,67% 3,45%
Persentase 25,12%
Keseluruhan
Sumber : https://siat.ung.ac.id/

Berdasarkan data di atas, dapat dikemukakan bahwa mahasiswa yang

memperoleh nilai A adalah 3,45% A- 34,48%, B+ 58,67% dan E 3,45%. Maka, rata-

rata nilai keseluruhan adalah 25,12%. Data tersebut mengindikasikan masih adanya

mahasiswa yang belum maksimal dalam peroleh nilai maksimal. Salah satu

penyababnya adalah dukungan fasilitas belajar mengajar yang memadai, termasuk

kelengkapan perangkap pembelajaran seperti modul.

2
Beberapa penelitian telah menghasilkan modul praktikum untuk meningkatkan

pemahaman mahasiswa dan memecahkan masalah seperti yang dilakukan oleh

(Mahmudi & Fauzi, 2018) bahwa dengan adanya modul fisika berbasis problem

based learning pada topik keseimbangan dan dinamika rotasi dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah fisika siswa SMA dan mengetahui bagaimana

kelayakannya serta respon siswa terhadap modul tersebut, berdasarkan hasil

penelitian (Rahmawati et al., 2021) bahwa modul IPA berbasis Problem Based

Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi polusi

serta dampaknya pada manusia dan lingkungan. Dengan adanya modul praktikum

dapat mengurangi tingkat kesalahan yang dilakukan mahasiswa pada saat praktikum.

Berdasarkan uraian permasalahan yang terjadi, maka peneliti akan terfokus

untuk mengembangkan modul pratikum mata kuliah Teknologi Sepeda Motor untuk

meningkatkan pemahaman mahasiswa dan memecahkan masalah dalam proses

pembelajaran di program studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri

Gorontalo. Sehingga di harapkan dengan adanya pengembangan modul praktikum

alat mekanisme engine sepeda motor 4 langkah berbasis Problem based learning

ini maka aktifitas pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berdampak pada

penguasaan kompetensi Teknologi Sepeda Motor juga dapat meningkat.

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah dalam

pembelajaran mata kuliah Teknologi Sepeda Motor sebagai berikut :

1. Belum adanya modul praktikum berbasis Problem Based Learning pada alat

Trainer Mekanisme Engine 4 Langkah.

3
2. Mahasiswa masih kesulitan dalam memahami dan memecahkan masalah

terhadap alat mekanisme engine sepeda motor 4 langkah.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas tentang belum adanya modul praktikum

mata kuliah Teknologi Sepeda Motor berbasis Problem Based Learning, maka

permasalahan yang akan di kaji adalah sebagai berikut:

1. Media pembelajaran modul praktikum yang akan dikembangkan berbasis

Problem Based Learning.

2. Materi dalam mata kuliah Teknologi Sepeda Motor yang akan dikembangkan

menjadi modul dibatasi menjadi beberapa materi tertentu. Hal ini dikarenakan

keterbatasan waktu dan tenaga peneliti.

3. Modul praktikum ini dikhususkan untuk memberi pemahaman terhadap

mahasiswa tentang sebagian materi mata kuliah Teknologi Sepeda Motor sesuai

dengan keterangan diatas.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan modul praktikum Pengembangan Modul

Praktikum Mekanisme Engine Sepeda Motor 4 Langkah Berbasis Problem

Based Learning Pada program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Negeri Gorontalo ?

2. Bagaimana kelayakan Pengembangan Modul Praktikum Mekanisme Engine

Sepeda Motor 4 Langkah Berbasis Problem Based LearningPada program Studi

Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo?

4
1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pengembangan modul ini adalah sebagai

berikut :

1. Mengembangkan modul praktikum Pengembangan Modul Praktikum

Mekanisme Engine Sepeda Motor 4 Langkah Berbasis Problem Based

Learning Pada program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Negeri Gorontalo.

2. Mengetahui kelayakan Pengembangan Modul Praktikum Mekanisme Engine

Sepeda Motor 4 Langkah Berbasis Problem Based Learning Pada program

Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo.

1.6 Produk Yang Diharapkan

Adapun produk yang diharapkan pada pengembangan modul praktikun ini

yaitu :

1. Modul Praktikum Mekanisme Engine Sepeda Motor 4 Langkah Berbasis

Problem Based Learning dapat digunakan sebagai panduan untuk mahasiswa

program studi Pendidikan Teknik Mesin , dalam melakukan proses praktikum

pada mata kuliah Teknologi Sepeda Motor.

2. Modul Praktikum Mekanisme Engine Sepeda Motor 4 Langkah Berbasis

Problem Based Learning dikembangkan untuk pembelajaran pada satu semester

yaitu pada semester genap.

5
3. Modul Praktikum Mekanisme Engine Sepeda Motor 4 Langkah Berbasis

Problem Based Learning sesuai dengan kriteria capaian pada mata kuliah

Teknologi Sepeda Motor.

1.7 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi

mahasiwa untuk menambah pengetahuan mengenai penegembangan

modul praktikum.

2. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah mahasiswa untuk

melakukan proses praktikum pada mata kuliah Teknologi Sepeda Motor,

agar bisa meningkatakan penguasaan kompetensi mahasiswa.

3. Bagi Dosen

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan ajar agar mempermudah

dosen pengajar dalam proses pembelajaran, dan dapat membantu dosen

dalam mencapai ketuntasan materi.

4. Bagi Dunia Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi modul prkatikum yang dapat di

gunakan dengan baik, terutama pada Program Studi Pendidikan Teknik

Mesin di mata kuliah Teknologi Sepeda Motor.

b. Manfaat Teoritis

6
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan tambahan bagi ilmu

pengetahuan pada umumnya. Dan dapat memberikan sumbangan informasi bagi

peneliti berikutnya di masa yang akan datang, terutama yang melakukan penelitian,

pengembangan modul praktikum di Universitas Negeri Gorontalo.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Modul Praktikum

2.1.1 Pengertian Modul

Modul merupakan bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di

dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain

untuk membantu peserta menguasai tujuan belajar yang spesifik, Darmiyatu dkk

(2013).

Menurut Daryanto (2013), modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang

dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman

belajar dengan terencana dan didesain untuk membantu pelajar menguasai materi

belajar dan evaluasi.

2.1.2 Karakteristik Modul Praktikum

Modul yang dikembangkan harus mampu meningkatkan motivasi dan

efektifitas penggunanya. Modul tersebut harus memperhatikan karakteristik modul,

self intrucsional, self contained, stand alone, adaptif dan user frendly (Husnanizar,

2020).

1. Self instructional

7
Ketergantungan kepada orang lain harus dikurangi atau malah dihilangkan

ketika seorang peserta didik menggunakan bahan ajar tersebut. Peserta didik mampu

membelajarkan diri sendiri dengan modul yang dikembangkan tersebut, inilah

maksud dari self instructional. Hal ini sesuai dengan tujuan modul, yaitu agar peserta

didik mampu belajar secara mandiri. Untuk memenuhi karakter self instructional,

maka didalam modul harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan

akhir ataupun tujuan antara. Selain itu, dengan modul tersebut akan memudahkan

peserta didik belajar secara tuntas dengan memberikan materi pembelajaran yang

dikemas kedalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.

2. Self contained

Self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu kompetensi atau sub

kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul secara utuh. Tujuan konsep

ini adalah memberikan kesempatan peserta didik untuk mempelajari materi

pembelajaran secara tuntas, karena materi dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.

Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu kompetensi atau sub

kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keleluasan

kompetensi atau subkompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.

3. Stand Alone

Stand alone atau berdiri sendiri yaitu modul yang dikembangkan tidak

tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan

bahan ajar lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar

yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tgersebut. Jika

peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul

8
yang digunakan tersebut, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul

yang berdiri sendiri.

4. Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan

ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel digunakan diberbagai

tempat, serta isi materi pembelajaran dan perangka lunaknya dapat digunakan sampai

dengan kurun waktu tertentu.

5. User Friendly

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat atau

akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil

bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan

pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunanya bahasa

yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan

merupakan salah satu bentuk user friendly.

2.2 Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL)

2.2.1 Defenisi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang dimulai dengan mengajukan masalah dan dilanjutkan dengan

menyelesaikan masalah tersebut. Peserta didik dibimbing untuk dapat mencari

jawaban atas masalah yang dihadirkan. Pemecahan masalah ini merupakan proses

pencarian dan pemahaman atas materi yang dipelajari oleh peserta didik, Aghata dkk

(2020).

9
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mengacu pada proses

pemecahan masalah oleh peserta didik. Masalah ditempatkan sebagai titik awal

pembelajaran. Peserta didik dibimbing untuk dapat mencari jawaban atas masalah

yang dihadirkan. Pemecahan masalah ini merupakan proses pencarian dan

pemahaman atas materi yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam hal ini, Problem

Based Learning (PBL) tentu memiliki perbedaan dengan model pembelajaran yang

lain, Aghata dkk (2020).

2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning(PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang tidak

berusaha menyampaikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik. PBL

memungkinkan adanya pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

aktif peserta didik yang dapat membangun pengetahuan mereka sendiri. Kelebihan

dari Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut, Aghata dkk (2020) :

1. Peserta didik didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah

dalam situasi nyata.

2. Peserta didik memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri

melalui aktivitas belajar.

3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada

hubungannya tidak perlu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini mengurangibeban

peserta didik dengan menghafal atau menyimpan informasi.

4. Terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok.

5. Peserta didik terbiasa menggunakan sember-sumber pengetahuan, baik dari

perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

10
6. Peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

7. Peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam

kegiatan diskusi atau persentasi hasil pekerjaan mereka.

8. Kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelompok dalam bentuk peer teaching.

Sementara itu, menurut Sanjaya (2017) kelebihan dari Problem Based Learning

(PBL) adalah sebagai berikut :

1. Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran.

2. Realistis dengan kehidupan peserta didik.

3. Konsep sesuai dengan kebutuhan peseta didik.

4. Orientasi pembelajaran adalah pemecahan masalah, sehingga perhatian peserta

didik terpusat pada masalah.

5. Pengetahuan bertahan lama dan dapat diingat.

6. Dapat meningkatkan penalaran peserta didik dan kemampuan untuk berpikir

kritis.

7. Dapat membangkitkan keinginan peserta didik, memotivasi untuk bekerja

sampai menemukan jawaban.

8. Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan otonom.

9. Dapat membuat pembelajaran lebih luas dan konkret.

10. Menumpuk sifat inquiry dan kemampuan peoblem solving.

2.2.3 Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaranProblem Based Learning (PBL) dinilai mampu membuat

peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaan. Model pembelajaran Problem

11
Based Learning (PBL) dianggap efektif dan memudahkan guru dalam membantu

peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Adapun kekurangan Problem Based

Learning (PBL) adalah sebagai berikut, Aghata dkk (2020) :

1. Problem Based Learning (PBL) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi

pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. Problem

Based Learning (PBL) lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut

kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

2. Kapasitas peserta didik yang banyak sulit bagi guru menerapkan model ini.

3. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan

terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

4. Problem Based Learning (PBL) kurang cocok untuk diterapkan disekolah dasar

karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok. Problem Based

Learning (PBL) sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi.

5. Problem Based Learning (PBL) biasanya membutuhkan waktu yang tidak

sedikit sehingga dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang

diharapkan walaupun Problem Based Learning (PBL) berfokus pada masalah

bukan konten materi.

2.3 Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam

kelompok secara efektif, artinya guru harus memiliki kemampuan memotivasi

siswa dengan baik.

6. Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap.

7. Perlu persiapan pembelajaran yang kompleks.

8. Sulitnya mencari masalah yang relevan.

12
9. Waktu kurang efektif dan efisien.

10. Tidak semua peserta didik bisa memahami pembelajaran dengan model ini.

2.3 Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Langkah-langkah Problem Based Learning(PBL) dibagi menjadi 5. Adapun

langkah-langkah model pembalajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai

berikut :

1. Mengamati (mengorientasikan siswa terhadap masalah)

Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan terhadap fenomena

tertentu, terkait dengan KD yang akan dikembangkan.

2. Menanya (memunculkan permasalahan)

Guru mendorong siswa untuk merumuskan suatu masalah terkait dengan

fenomena yang diamatinya. Masalah itu diirumuskan berupa pertanyaan yang

bersifat problematis.

3. Menalar (mengumpulkan data)

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi (data) dalam rangka

menyelesaikan masalah, baik secara individu ataupun kelompok, dengan

membaca berbagai referensi, pengamatan lapangan, wawancara, dan

sebagainya.

4. Mengasosiasi (merumuskan jawaban)

Guru meminta siswa untuk melakukan analisis data dan merumuskan jawaban

dengan masalah yang mereka ajukan sebelumnya.

5. Mengkomunikasikan

13
Guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan jawaban atas permasalahan

yang mereka rumuskan sebelumnya. Guru juga membantu siswa melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

2.4 Teknologi Sepeda Motor

Mata kuliah Teknologi Sepeda Motor merupakan salah satu mata kuliah

peminatan otomotif di Prodi Pendidikan Teknik Mesin FT UNG. Mata kuliah ini

akan membekali mahasiswa pemahaman secara komprehensif mengenai sepeda

motor sehingga mampu melakaukan diagnosa kerusakan, perawatan pada sepeda

motor. Arafat, M. Y. (2016).

Kompetensi Teknologi Sepeda Motor Program Studi Penndidikan Teknik

Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, yaitu :

1. Prinsip Kerja Mesin Sepeda

a. Komponen mesin sepeda motor

Komponen utama pada mesin sepeda motor yaitu:

a) Kepala silinder (cylinder head)

b) Blok silinder mesin (cylinder block)

c) Bak engkol mesin (crankcase)

Pada tahap pertama mempelajari mesin secara teori maupun praktek, terlebih

dahulu diperlukan pengetahuan tentang nama-nama, lokasi dan fungsi dari

komponen-komponennya.

a) Kepala Silinder (Cylinder Head)

Bagian paling atas dari konstruksi mesin sepeda motor adalah kepala silinder.

Kepala selinder berfungsi seagai penutup lubang silinder dan tempat dudukan busi.

14
Kepala silinder bertumpu pada bagian atas blok silinder. Titik tumpunya disekat

dengan gasket (paking) untuk menjaga agar tidak terjadi kebocoran kompresi,

disamping itu agar permukaan metal kepala silinder dan permukaan bagian atas blok

silinder tidak rusak. Kepalasilinder biasanya dibuat dari bahan Aluminium campuran,

supaya tahan karat juga tahan pada suhu tinggi serta ringan. Biasanya bagian luar

kontruksi kepala silinder bersirip, ini untuk membantu melepaskan panas pada mesin

berpendingin udara. Adapun gambar kepala silinder dapat dilihat pada Gambar. 2.1.

Gambar 2.1 Kepala Silinder

b) Blok Silinder Mesin

Silinder liner dan blok silinder merupakan dua bagian yang melekat satu sama

lain. Daya sebuah motor biasanya dinyatakan oleh besarnya isi silinder suatu motor.

Silinder liner terpasang erat pada blok, dan bahannya tidak sama. Silinder liner dibuat

dari bahan yang tahan terhadap gesekan dan panas, sedangkan blok dibuat dari besi

tuang yang tahan panas. Pada mulanya, ada yang merancang menjadi satu, sekarang

sudah jarang ada. Sekarang dibuat terpisah berarti silinder liner dapat diganti bila

15
keausannya sudah berlebihan. Bahannya dibuat dari besi tuang kelabu. Untuk motor-

motor yang ringan seperti pada sepeda motor bahan ini dicampur dengan alumunium.

Bahan blok dipilih agar memenuhi syarat-syarat pemakaian yaitu: Tahan terhadap

suhu yang tinggi, dapat menghantarkan panas dengan baik, dan tahan terhadap

gesekan.

Blok silinder merupakan tempat bergerak piston. Tempat piston berada tepat di

tengah blok silinder. Silinder liner piston ini dilapisi bahan khusus agar tidak cepat

aus akibat gesekan. Meskipun telah mendapat pelumasan yang mencukupi tetapi

keausan lubang silinder tetap tak dapat dihindari. Karenanyadalam jangka waktu yang

lama keausan tersebut pasti terjadi. Keausan lubang silinder bisa saja terjadi secara

tidak merata sehingga dapat berupa keovalan atau ketirusan.

Masing-masing kerusakan tersebut harus diketahui untuk menentukan langkah

perbaikannya. Cara mengukur keausan silinder:

1. Lepaskan blok silinder.

2. Lepaskan piston.

3. Ukur diameter lubang silinder dengan ”dial indikator” bagian yang diukur

bagian atas, tengah dan bawah dari lubang silinder.Pengukuran dilakukan dua

kali pada posisi menyilang.

4. Hitung besarnya keovalan dan ketirusan. Bandingkan dengan ketentuan pada

buku manual servisnya. Jika besarnya keovalan dan ketirusan melebihi batas-

batas yang diijinkan lubang silinder harus diover size. Tahapan over size adalah

0,25 mm, 0,50 mm, 0,75 mm dan 1,00 mm. Over size pertama seharusnya 0,25

mm dengan keausan di bawah 0,25 mm dan seterusnya. Jika silinder sudah

16
tidak mungkin di over size maka penyelesaiannya adalah dengan diganti pelapis

silindernya. Adapun diameter puring dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Diameter Puring

Piston

Piston mempunyai bentuk seperti silinder. Bekerja dan bergerak secara translasi

(gerak bolak-balik) di dalam silinder. Piston merupakan sumbu geser yang terpasang

presisi di dalam sebuah silinder. Dengan tujuan, baik untuk mengubah volume dari

tabung, menekan fluida dalam silinder, membuka-tutup jalur aliran atau pun

kombinasi semua itu. Piston terdorong sebagai akibat dari ekspansi tekanan sebagai

hasil pembakaran. Piston selalu menerima temperatur dan tekanan yang tinggi,

bergerak dengan kecepatan tinggi dan terus menerus. Gerakan langkah piston bisa

2400 kali atau lebih setiap menit. Jadi setiap detik piston bergerak 40 kali atau lebih

di dalam silindernya. Temperatur yang diterima oleh piston berbeda-beda dan

pengaruh panas juga berbeda dari permukaan ke permukaan lainnya. Sesungguhnya

17
yang terjadi adalah pemuaian udara panas sehingga tekanan tersebut mengandung

tenaga yang sangat besar. Piston bergerak dari TMA ke TMB sebagai gerak lurus.

Selanjutnya, piston kembali ke TMA membuang gas bekas. Gerakan turun naik

piston ini berlangsung sangat cepat melayani proses motor yang terdiri dari langkah

pengisian, kompresi, usaha dan pembuangan gas bekas. Adapun piston dapat dilihat

pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Piston

Katup (valve)

Katup hanya terdapat pada motor empat langkah, sedangkan motor dua langkah

umumnya tidak memakai katup. Katup pada motor empat langkah terpasang pada

kepala silinder. Tugas katup untuk membuka dan menutup ruang bakar. Setiap

silinder dilengkapi dengan dua jenis katup (isap dan buang) Pembukaan dan

penutupan kedua katup ini diatur dengan sebuah poros yang disebut poros cam

(camshaft). Sehingga silinder motor empat langkah memerlukan dua cam, yaitu cam

katup masuk dan cam katup buang. Poros cam diputar oleh poros engkol melalui

transmisi roda gigi atau rantai. Poros cam berputar dengan kecepatan setengah

putaran poros engkol. Jadi, diameter roda gigi pada poros cam adalah dua kali

18
diameter roda gigi pada poros engkol. Sebab itu lintasan pena engkol setengah kali

lintasan poros cam.

Katup dibuat dari bahan yang keras dan mudah menghantarkan panas. Katup

menerima panas dan tekanan yang tinggi dan selalu bergerak naik dan turun, sehingga

memerlukan kekuatan yang tinggi. Selain itu hendaknya katup tahan terhadap panas

dan gesekan.

Fungsi katup sebenarnya untuk memutuskan dan menghubungkan ruang

silinder di atas piston dengan udara luar pada saat yang dibutuhkan. Karena proses

pembakaran gas dalam silinder mesin harus berlangsung dalam ruang bakar yang

tertutup rapat. Jika sampai terjadi kebocoran gas meski sedikit, maka proses

pembakaran akan terganggu. Oleh karenanya katup-katup harus tertutup rapat pada

saat pembakaran gas berlangsung. Katup masuk dan katup buang berbentuk

cendawan (mushroom) dan di sebut “poppet valve”. Katup masuk menerima panas

pembakaran, dengan demikian katup mengalami pemuaian yang tidak merata yang

akan berakibat dapat mengurangi efektivitas kerapatan pada dudukan katup. Untuk

meningkatkan efisiensi biasanya lubang pemasukan dibuat sebesar mungkin.

Sementara itu katup buang juga menerima tekanan panas, tekanan panas yang

diterima lebih tinggi, hal ini akan mengurangi efektivitas kerapatan juga, sehingga

akibatnya pada dudukan katup mudah terjadi keausan.

Untuk menghindari hal tersebut, kelonggaran (clearence) antara stem katup dan

kepala stem dibuat lebih besar. Untuk membedakan katup masuk dengan katup buang

dapat dilihat pada diameter keduanya, diameter katup masuk umumnya lebih besar

dari pada katup buang. Dari berbagai penampang katup yang digambarkan mari kita

19
lihat gambar katup pada gambar berikut ini, disana diperlihatkan dimana katup

terpasang, dan komponen lain yang menyertainya pada pemasangan. Adapun Katup

dan komponen lain dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Katup dan Komponen Lain

Chamshaft (Nokn As)

Camshaft adalah sebuah alat yang digunakan dalam mesin untuk menjalankan

poppet valve. Dia terdiri dari batangan silinder. Cam membuka katup dengan

menekannya, atau dengan mekanisme bantuan lainnya, ketika mereka berputar.

Hubungan antara perputaran camshaft dengan perputaran poros engkol sangat

penting. Karena katup mengontrol aliran masukan bahan bakar dan pengeluarannya,

mereka harus dibuka dan ditutup pada saat yang tepat selama langkah piston. Untuk

alasan ini, camshaft dihubungkan dengan crankshaft secara langsung (melalui

mekanisme gear) atau secara tidak langsung melalui rantai yang disebut ”rantai

waktu”. Adapun Chamshaft dapat dilihat pada Gambar 2.5.

20
Gambar 2.5 Chamshaft

Rantai Cam Dan Peregangannya

Katup masuk dan katup buang pada sepeda motor membuka dan menutup

sesuai dengan proses yang terjadi pada ruang bakar. Proses yang terjadi pada ruang

bakar motor ditentukan oleh langkah piston dimana langkah piston tersebut

ditentukan oleh putaran poros engkol. Sebaliknya putaran poros engkol dipengaruhi

pula oleh proses yang terjadi dalam ruang bakar. Dengan demikian ada hubungan

timbal-balik antara putaran poros engkol dan proses yang terjadi dalam ruang bakar.

Agar pembukaan katup-katup sesuai dengan proses yang terjadi dalam ruang

bakar maka mekanisme pembukaan dan penutupan katup-katup tersebut digerakkan

oleh putaran poros engkol. Ada tiga macam mekanisme penggerak katup, yaitu

dengan batang pendorong, roda gigi, dan rantai (rantai camshaft). Rantai camshaft

sepeda motor harus dipasang dengan tegangan yang cukup.

Rantai camshaft yang terlalu tegang akan menimbulkan bunyi mendesing

terutama pada putaran tinggi sedangkan rantai camshaft yang terlalu kendor akan

menimbulkan suara berisik. Untuk menyetelnya harus diperhatikan terlebih dahulu

21
mekanisme penyetelannya. Cara penyetelan rantai camshaft untuk setiap sepeda

motor tidak sama.

Jika kekencangan rantai berubah-ubah, akan berpengaruh pada putaran mesin,

valve timing atau saat pengapian akan berubah-ubah pula. Untuk menghasilkan

setelan rantai yang standar, ada 3 tipe penyetelan rantai:

 Tipe penyetelan manual

Tipe ini memerlukan penyetelan kekencangan secara berkala. Cara penyetelan

dengan menekan batang penekan

 Tipe penyetelan otomatis

Jika rantai mengalami kekendoran, maka secara otomatis batang penekan akan

menekan chain guide (karet), karena adanya per penekan. Karet akan

melengkung, dan akan menekan rantai sehingga rantai mengalami ketegangan.

Selanjutnya batang penekan yang berbentuk rachet bergerak searah dan tidak

dapat kembali

 Tipe semi otomatis

Ketegangan rantai secara otomatis menyetel sendiri, jika baut pengunci dilepas,

sehingga batang penekan akan masuk kedalam karena tekanan per. Adapun

Rantai Cam Dan Peregangannya dapat dilihat pada Gambar 2.6.

22
Gambar 2.6 Rantai Cam Dan Peregangannya

Bak engkol mesin (crankcase)

Crankcase (bak engkol) biasanya terbuat dari aluminium die casting dengan

sedikit campuran logam. Bak engkol fungsinya sebagai rumah dari komponen yang

ada di bagian dalamnya, yaitu komponen:

1. Generator atau alternator untuk pembangkit daya tenaga listriknya sepeda

motor.

2. Pompa oli.

3. Kopling.

4. Poros engkol dan bantalan peluru.

5. Poros Engkol.

6. Gigi persneling atau gigi transmisi.

7. Sebagai penampung oli pelumas.

23
Adapun Bak Engkol dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Bak Engkol

Poros Engkol (crankshaft)

Fungsi poros engkol adalah mengubah gerakan piston menjadi gerakan putar

(mesin) dan meneruskan gaya kopel (momen gaya) yang dihasilkan motor ke alat

pemindah tenaga sampai ke roda. Adapun Poros Engkol dapat dilihat pada Gambar

2.8.

Gambar 2.8 Poros Engkol

Untuk motor satu silinder pada poros engkolnya (biasanya dihadapan pena

engkol) ditempatkan bobot kontra sebagai pengimbangan putaran engkol sewaktu

24
piston mendapat tekanan kerja. Tetapi motor yang bersilinder banyak, pena

engkolnya dipasang saling mengimbangi. Berat bobot kontra kira-kira sama dengan

berat batang piston di tambah dengan berat engkol seluruhnya. Dengan demikian

poros engkol itu dapat diseimbangkan, sehingga dapat berputar lebih rata dan

getaran-getaran engkol menjadi hilang. Dengan adanya bobot kontra ini

menyebabkan tekanan pada bantalan menjadi berkurang dan merata.

Poros engkol dan batang penggerak adalah untuk merobah gerak translasi

piston menjadi gerak putar. Kedua bagian ini selalu menderita tegangan dan regangan

yang sangat besar. Karena itu harus dibuat dari bahan yang khusus dan ukuran yang

tepat. Dalam keadaan diam dan berputar poros engkol selalu setimbang (balance).

Bagian permukaan bantalan dikeraskan dan harus licin untuk mengurangi keausan.

Poros engkol berputar dengan didukung oleh beberapa buah bantalan utama.

Banyaknya bantalan tergantung dari jumlah silinder. Motor empat silinder

mempunyai 3 bantalan dan motor enam silinder mempunyai 4 bantalan utama.

Bantalan ini dibuat dari baja yang dicampur dengan babbit atau ada juga dengan

aluminium. Batang penggerak dan poros engkol dibuat dari besi tuang. Pemasangan

batang penggerak pada poros engkol dilapisi dengan memakai bantalan.

b. Cara Kerja Mesin Empat Langkah

Sebagaimana telah dikemukakan pada pendahuluan, mesin empat langkah

memerlukan 2 putaran poros engkol (4 gerakan piston) untuk menyelesaikan 1 siklus

di dalam silinder.

25
Beberapa contoh sepeda motor yang menggunakan mesin empat langkah yaitu :

Suzuki Shogun, Honda CG, Honda GL, Honda GL Max,Yamaha Vega, Suzuki

Thunder, Honda Supra XX, Honda Nova Sonic125 RX, Honda New Sonic, Honda

Legenda, Honda GL Pro, Honda Tiger 2000, Honda Supra X.

Ciri-ciri umum sepeda motor mesin empat langkah, yaitu :

1. Gas buang tidak berwarna (kecuali ada kerusakan)

2. Bahan bakar lebih irit

3. Menggunakan satu minyak pelumas untuk melumasi ruang engkol, piston,

dinding silinder dan transmisi.

Adapun Irisan penampang mesin sepeda Motor empat langkah dapat dilihat

pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Irisan penampang mesin sepeda Motor empat langkah

Sebagaimana telah dikatakan di pendahuluan, mesin empat langkah

memerlukan 2 putaran poros engkol (4 gerakan piston) untuk menyelesaikan 1 siklus

didalam cylinder.

26
Saat membuka dan menutup klep pemasukan dan pengeluaran yang

berhubungan dengan posisi piston disebut ”valve timing”. Adapun diagram Valve

Timing dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Diagram Valve Timing

Ciri-ciri umum sepeda motor mesin empat langkah:

1. Gas buang tidak berwarna (kecuali ada kerusakan)

2. Bahan bakar lebih irit

3. Menggunakan satu minyak pelumas untuk melumasi ruang engkol, piston,

dinding silinder dan transmisi

Keuntungan Dan Kerugian Mesin empat langkah :

a. Keuntungan mesin empat langkah:

1. Karena proses pemasukan, kompresi, kerja, dan buang prosesnya berdiri

sendiri-sendiri sehingga lebih presisi, efisien dan stabil, jarak putaran dari

rendah ke tinggi lebih lebar (500-10000 rpm).

2. Kerugian langkah karena tekanan balik lebih kecil dibanding mesin dua langkah

sehingga pemakaian bahan bakar lebih hemat.

27
3. Putaran rendah lebih baik dan panas mesin lebih dapat didinginkan oleh

sirkulasi oli.

4. Langkah pemasukan dan buang lebih panjang sehingga efisiensi pemasukan

dan tekanan efektive rata-rata lebih baik.

5. Panas mesin lebih rendah dibanding mesin dua langkah.

b. Kerugian mesin empat langkah:

1. Komponen dan mekanisme gerak klep lebih banyak, sehingga perawatan lebih

sulit.

2. Suara mekanis lebih gaduh.

3. Langkah kerja terjadi dengan 2 putaran poros engkol, sehingga keseimbangan

putar tidak stabil, perlu jumlah silinder lebih dari satu dan sebagai peredam

getaran.

2. Mekanisme Katup Pada Sepeda Motor

Katup hanya terdapat pada motor empat langkah, sedangkan motor dua langkah

umumnya tidak memakai katup. Katup pada motor empat langkah terpasang pada

kepala silinder. Tugas katup untuk membuka dan menutup ruang bakar. Setiap

silinder dilengkapi dengan dua jenis katup (isap dan buang) Pembukaan dan

penutupan kedua katup ini diatur dengan sebuah poros yang disebut poros cam

(camshaft).

Fungsi katup sebenarnya untuk memutuskan dan menghubungkan ruang

silinder di atas piston dengan udara luar pada saat yang dibutuhkan. Karena proses

pembakaran gas dalam silinder mesin harus berlangsung dalam ruang bakar yang

tertutup rapat. Jika sampai terjadi kebocoran gas meski sedikit, maka proses

28
pembakaran akan terganggu. Oleh karenanya katup-katup harus tertutup rapat pada

saat pembakaran gas berlangsung.

Ada beberapa jenis mekanisme katup pada kendaraan roda dua, mekanisme

katup OHV, mekanisme katup SOHC, mekanisme katup DOHC.

a. OHV (overhead valve assembly)

Pada tipe ini posisi klep berada diantara piston dan digerakkan oleh rocker arm.

Tipe ini ruang kompresinya lebih kecil, sehingga dapat menghasilkan perbandingan

kompresi yang tinggi dan tenaga mesin menjadi lebih besar. Karena dilengkapi

dengan batang penekan yang panjang serta adanya rocker arm menyebabkan gerakan

balik lebih besar dan juga jarak klep dan cam yang jauh menyebabkan kurang

stabilnya ia pada putaran tinggi. Adapun Gambar OHV (overhead valve assembly)

dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 OHV (overhead valve assembly)

b. SOHC ( single over head camshaft)

Pada tipe ini batang penekan tidak ada, sehingga gerakan balik dapat

dinetralisir. Posisi cam barada diatas silinder yaitu ditengahnya, cam digerakkan oleh

29
rantai penggerak yang langsung memutar cam sehingga cam menekan rocker arm.

Poros cam berfungsi untuk menggerakkan katup masuk (IN) dan katup buang (EX),

agar membuka dan menutup sesuai dengan proses yang terjadi dalam ruang bakar

mesin. Tipe ini komponennya sedikit sehingga pada putaran tinggi tetap stabil.

Disebut single over head camshaft karena hanya menggunakan satu cam pada

desainnya. Atau SOHC adalah system poros tunggal di kepala silinder. Adapu

gambar SOHC ( single over head camshaft) dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 SOHC ( single over head camshaft)

c. DOHC ( double over head chamshaft)

DOHC adalah sistem poros ganda di kepala silinder. Fungsi DOHC sama

dengan SOHC, bedanya terletak pada banyaknya poros cam tersebut. Pada DOHC

jumlah poros camnya dua, sedangkan pada SOHC hanya satu. Pada tipe ini ada yang

memakai rocker arm ada juga yang tidak ada. Klep masuk dan klep buang

dioperasikan tersendiri oleh dua buah cam. Tipe DOHC yang memakai rocker arm

alasannya untuk mempermudah penyetelan kelonggaran klep dan merubah langkah

buka klep. Tipe ini perawatannya rumit biaya pembuatannya tinggi dan mesin lebih

30
berat.s Biasanya dipakai pada mesin-mesin sport kecepatan tinggi. Adapun gambar

DOHC ( double over head chamshaft) dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 DOHC ( double over head chamshaft)

3. Sistem Pemindahan Tenaga Pada Sepeda Motor

Kopling berfungsi meneruskan dan memutuskan putaran dari poros engkol ke

transmisi (perseneling) ketika mulai atau pada saat mesin akan berhenti atau

memindahkan gigi. Umumnya kopling yang digunakan pada sepeda motor adalah

adalah kopling tipe basah dengan plat ganda, artinya kopling dan komponen kopling

lainnya terendam dalam minyak pelumas dan terdiri atas beberapa plat kopling. Tipe

kopling yang digunakan pada sepeda motor menurut cara kerjanya ada dua jenis yaitu

kopling mekanis dan kopling otomatis. Cara melayani kedua jenis kopling ini

sewaktu membebaskan (memutuskan) putaran poros engkol sangat berbeda.

a. Kopling Manual (Manual Clutch)

Kopling mekanis adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh handel kopling,

dimana pembebasan dilakukan dengan cara menarik handel kopling pada batang

kemudi. Kedudukan kopling ada yang terdapat pada crankshaft (poros engkol/kruk

as) (misalnya: Honda S90Z, Vespa, Bajaj dan lain-lain) danada yang berkedudukan

31
pada as primer (input/main shaft) (misalnya: Honda CB 100 dan CB 125, Yamaha,

Suzuki dan Kawasaki). Sistem kopling mekanis terdiri atas bagian-bagian berikut

yaitu:

a) Mekanisme handel terdiri atas: handel, tali kopling (kabel kopling), tuas

(batang) dan pen pendorong.

b) Mekanisme kopling terdiri atas: gigi primer kopling (driven gear), rumah

(clutch housing), plat gesek (friction plate) plat kopling (plain plate), per (coil

spring), pengikat (baut), kopling tengah (centre clutch), plat tutup atau plat

penekan (pressure plate), klep penjamin dan batang penekan/pembebas (release

rod). Rumah kopling (clutch housing) ditempatkan pada poros utama (main

shaft) yaitu poros yang menggerakkan semua roda gigi transmisi. Tetapi rumah

kopling ini bebas terhadap poros utama, artinya bila rumah kopling berputar

poros utama tidak ikut berputar. Pada bagian luar rumah kopling terdapat roda

gigi (diven gear) yang berhubungan dengan roda gigi pada poros engkol

sehingga bila poros engkol berputar maka rumah kopling juga ikut berputar.

Agar putaran rumah kopling dapat sampai pada poros utama maka pada poros

utama dipasang hub kopling (clutch sleeve hub). Untuk menyatukan rumah kopling

deng hub kopling digunakan dua tipe pelat, yaitu pelat tekan (clutch driven

plate/plain plate) dan pelat gesek (clutch drive plate/friction plate). Pelat gesek dapat

bebas bergerak terhadap hub kopling, tetapi tidak bebas terhadap rumah kopling.

Sedangkan pelat tekan dapat bebas bergerak terhadap rumah kopling, tetapi tidak

bebas pada hub kopling.

32
Adapun Konstruksi kopling plat banyak dengan penggerak tipe coil spring

(pegas keong) dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Konstruksi kopling plat banyak dengan penggerak tipe coil spring

(pegas keong)

Cara kerja kopling mekanis adalah sebagai berikut:

Bila handel kopling pada batang kemudi bebas (tidak ditarik) maka pelat tekan

dan pelat gesek dijepit oleh piring penekan (clutch pressure plate) dengan bantuan

pegas kopling sehingga tenaga putar dari poros engkol sampai pada roda belakang.

Sedangkan bila handel kopling pada batang kemudi ditarik maka kawat kopling akan

menarik alat pembebas kopling. Alat pembebas kopling ini akan menekan batang

tekan (pushrod) atau release rod yang ditempatkan di dalam poros utama. Pushrod

akan mendorong piring penekan ke arah berlawanan dengan arah gaya pegas kopling.

Akibatnya pelat gesek dan pelat tekan akan saling merenggang dan putaran rumah

kopling tidak diteruskan pada poros utama, atau hanya memutarkan rumah kopling

dan pelat geseknya saja.

33
Ilustrasi aliran tenaga (putaran) dari mesin ke transmisi. Handel kopling ditekan

sehingga kopling saat ini tidak meneruskan putaran dari mesin ke transmisi. Handel

kopling mulai dilepas sehingga saat ini plat–plat pada kopling mulai berhubungan

antara satu dengan yang lainnya sehingga putaran dari mesin (chranshaft) mulai

diteruskan ke transmisi. Sedangkan saat handel kopling dilepas penuh sehingga

putaran dari mesin diteruskan dengan sempurna ke transmisi karena antara plat

kopling dan plat gesek pada kopling sudah saling berhubungan. Adapun Putaran

mesin mulai diteruskan ke Transmisi saat handel kopling mulai dilepas dan ke

transmisi saat handel kopling dilepas Putaran mesin diteruskan dengan sempurna

dapat dilihat pada Gambar 2.15 dan Gambar 2.16.

Gambar 2.15 Putaran mesin mulai diteruskan ke Transmisi saat handel kopling mulai

dilepas

34
Gambar 2.16 ke transmisi saat handel kopling dilepas Putaran mesin diteruskan

dengan sempurna

Pada tipe kopling mekanik terdapat dua cara untuk membebaskan kopling

(putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi), yaitu secara manual dan hidrolik.

Metode pembebasan kopling secara manual adalah dengan menggunakan kabel

kopling yang ditarik oleh handel kopling.

Terdapat tiga tipe untuk pembebasan kopling secara manual, yaitu:

1) Tipe dengan mendorong dari arah luar (outer push type).

Pada tipe ini, jika handel kopling ditarik, plat penekan (pressure plate) akan

ditekan ke dalam dari arah sebelah luar. Dengan tertekannya plat penekan

tersebut, plat kopling akan merenggang dari plat penekan, sehingga kopling

akan bebas dan putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi. Adapun Pembebas

kopling dengan outer push type dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Pembebas kopling dengan outer push type

2) Tipe dengan mendorong ke arah dalam (inner push type)

Pada tipe ini, jika handel kopling ditarik, plat penekan (pressure plate) akan

ditekan ke luar dari arah sebelah dalam. Dengan tertekannya plat penekan

35
tersebut, plat kopling akan merenggang dari plat penekan, sehingga kopling

akan bebas dan putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi. Adapun Pembebas

kopling dengan inner push typedapat dilihat pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18 Pembebas kopling dengan inner push type

3) Tipe rack and pinion

Pada tipe ini, dimungkinkan kopling dapat dihubungkan dan dilepas secara

langsung. Konstruksinya sederhana namun mempunyai daya tahan yang tinggi

sehingga cocok untuk sepeda motor bermesin putaran tinggi. Adapun Pembebas

kopling dengan rack and pinion type dapat dilihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Pembebas kopling dengan rack and pinion type

Sedangkan metode pembebasan kopling tipe mekanik dengan menggunakan

sistem hidrolik adalah dengan mengganti fungsi kabel kopling oleh cairan hidrolik.

36
Cara kerjanya hampir sama dengan sistem rem yang menggunakan cairan/fluida

hidrolik. Jika handel kopling/tangkai kopling ditarik, batang pendorong (pushrod)

pada master cylinder mendorong cairan hidrolik yang berada pada slang. Kemudian

cairan hidrolik tersebut menekan piston yang terdapat pada silinder pembebas

(release cylinder). Adapun pembebas kopling dengan sistem hidrolik dapat dilihat

pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20 Pembebas kopling dengan sistem hidrolik

Akibatnya piston bergerak keluar dan mendorong pushrod yang terdapat pada

bagian dalam poros utama transmisi. Pergerakan pushrod pada poros utama transmisi

tersebut akan menyebabkan plat penekan pada kopling tertekan sehingga kopling

akan terbebas dan putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi. Metode pembebasan

kopling tipe mekanik dengan menggunakan sistem hidrolik mempunyai keuntungan,

antara lain; lembut dan ringan dalam membebaskan dan menghubungkan pergerakan

kopling, bebas penyetelan dan perawatan terkecuali pemeriksaan berkala/rutin pada

sistem hidrolik seperti ketinggian cairan hidrolik, dan penggantian cairan dan perapat

(seal) hidrolik. Dengan pergerakan yang ringan tersebut, maka tipe ini bisa

37
menggunakan pegas kopling (clutch spring) yang lebih kuat dibanding kopling tipe

mekanik yang menggunakan kabel kopling. Pegas kopling yang lebih kuat akan

menyebabkan daya tekan/cengkram plat penekan menjadi lebih kuat juga saat kopling

tersebut terhubung, sehingga proses penyambungan putaran mesin ke transmisi akan

lebih baik.

b. Kopling Otomatis (Automatic Clutch)

Kopling otomatis adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh tinggi atau

rendahnya putaran mesin itu sendiri, dimana pembebasan dilakukan secara otomatis,

pada saat putaran rendah. Kedudukan kopling berada pada poros engkol/kruk as dan

ada juga yang berkedudukan pada as primer persnelling/poros utama transmisi

(main/input shaft transmisi) seperti halnya kopling mekanis.

Mekanisme atau peralatan kopling otomatis tidak berbeda dengan peralatan

yang terdapat pada kopling mekanis, hanya tidak ada perlengkapan handel sebagai

gantinya terdapat alat khusus yang bekerja secar otomatis pula seperti:

1) Otomatis kopling; terdapat pada kopling tengah (untuk kopling yang

berkedudukan pada crankshaft),

2) Bola baja keseimbangan gaya berat (roller weight); berguna untuk menekan

palat dasar waktu digas,

3) Per kopling yang lemah; berguna untuk menetralkan (menolkan) kopling waktu

mesin hidup langsam/idle, dan

4) Pegas pengembali (return spring); berguna untuk mengembalikan cepat dari

posisi masuk kenetral bila mesin hidup dari putaran tinggi menjadi rendah.

Kopling otomatis terdiri atas dua unit kopling yaitu koplingpertama dan kopling

38
kedua. Kopling pertama ditempatkan pada poros engkol. Komponennya terdiri

atas pasangan sepatu (kanvas) kopling, pemberat sentrifugal, pegas pengembali

dan rumah kopling.

Cara kerjanya adalah sebagai berikut:

Pada putaran stasioner/langsam (putaran rendah), putaran poros engkol tidak

diteruskan ke gigi pertama penggerak (primary drive gear) maupun ke gigi pertama

yang digerakkan (primary driven gear). Ini tejadi karena rumah kopling bebas (tidak

berputar) terhadap kanvas, pemberat, dan pegas pengembali yang terpasang pada

poros engkol. Adapun Konstruksi kopling otomatis tipe centripugal, (A) centripugal

tipe kanvas/sepatu, (B) centripugal tipe plat, dapat dilihat pada Gambar 2.21.

Gambar 2.21 Konstruksi kopling otomatis tipe centripugal, (A) centripugal tipe

kanvas/sepatu, (B) centripugal tipe plat

Pada saat putaran mesin rendah (stasioner), gaya sentrifugal dan kanvas

kopling, pemberat menjadi kecil sehingga sepatu kopling terlepas dari rumah kopling

dan tertarik ke arah poros engkol, akibatnya rumah kopling yang berkaitan dengan

gigi pertama penggerak menjadi bebas terhadap poros engkol. Saat putaran mesin

bertambah, gaya sentrifugal semakin besar sehingga mendorong kanvas kopling

39
mencapai rumah kopling di mana gayanya lebih besar dari gaya tarik pengembali.

Rumah kopling ikut berputar dan meneruskan ke tenaga gigi pertama yang

digerakkan. Sedangkan kopling kedua ditempatkan bersama primary driven gear pada

poros center (countershaft) dan berhubungan langsung dengan mekanisme pemindah

gigi transmisi/persnelling. Pada saat gigipersnelling dipindahkan oleh pedal pemindah

gigi, kopling kedua dibebaskan oleh pergerakan poros pemindah gigi (gear shifting

shaft).

2.5 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian yang terdahulu yang relevan, diantaranya :

1. Penelitian oleh Sudi Dul Aji dan Muhammad Nur Hudha dan Astri Yuni

Rismawati (2017). Tentang Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

Berbasis Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Fisika. Hasil penelitian ini, yaitu sebuah modul fisika

berbasis PBL pada topik keseimbangan dan dinamika rotasi untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa SMA. Kelayakan

modul pembelajaran fisika berbasis PBL menurut ahli materi, ahli media dan

guru fisika SMA untuk komponen isi, penyajian dan bahasa memiliki kriteria

sangat valid dengan presentase masing-masing sebesar 94,8%, 95%, dan

88,5%.

2. Penelitian oleh Mingle A. Pistanty dan Widha Sunarno dan Maridi (2015).

Tentang Pengembangan Modul IPA Berbasis Problem Based Learning Untuk

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Polusi Serta

Dampaknya Pada Manusia Dan Lingkungan Siswa kelas XI SMK Pancasila

40
Purwodadi. Pelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik modul IPA

berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah pada materi polusi serta dampaknya pada manusia dan

lingkungan, mengetahui kelayakan modul IPA berbasis Problem Based

Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi

polusi serta dampaknya pada manusia dan lingkungan, mengetahui efektivitas

modul IPA berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah pada materi polusi serta dampaknya pada manusia dan

lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Research

and Development yang dikemukakan oleh Thiagarajan, meliputi tahapan define,

design, develop, disseminate Pengumpulan data kemampuan memecahkan

masalah menggunakan tes.Tahap pengembangan modul IPA berbasis Problem

Based Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada

materi polusi serta dampaknya pada manusia dan lingkungan menggunakan

model 4D meliputi tahapan define berupa analisis kebutuhan, tahap design

berupa penyusunan draft modul, tahap develop berupa validasi draft modul,

setelah valid dilakukan uji coba skala terbatas pada 10 siswa yang kemudian

memperoleh kritik dan saran. Perbaikan draft modul dilakukan sesuai kritik dan

saran menjadi draft 2 produk dan tahap terakhir dilakukan disseminate pada 30

siswa untuk mengetahui efektivitas modul. Modul yang dikembangkan

memiliki kualitas dengan kategori sangat baik sehingga layak digunakan dalam

pembelajaran IPA. Ada peningkatan kemampuan memecahkan masalah selama

pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis Problem Based Learning

41
untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi polusi

serta dampaknya pada manusia dan lingkungan, ditunjukkan oleh besarnya N-

gain sebesar 0,62 dengan kategori sedang.

3. Penelitian oleh Ulyanur Khairunnufus dan Dwi Laksmiwati dan Saprizal Hadi

saputra dan Jeckson Siahaan (2019) tentang Pengembangan Modul Praktikum

Kimia Berbasis Problem Based Learning untuk Kelas XI SMAPenelitian ini

merupakan penelitian Research and Development yang bertujuan untuk

mengetahui kelayakan serta kepraktisan dari modul praktikum kimia berbasis

problem based learning untuk kelas XI SMA yang sudah dikembangkan Hasil

penelitian menunjukkan bahwa nilai validitas dari tiga orang validator yang

diperoleh dengan menggunakan indeks Aiken adalah V = 0,78 yang

menunjukkan bahwa modul praktikum kimia berbasis problembased learning

untuk kelas XI SMA telah valid dan layak digunakan Sementara itu,

praktikalitas dapat diketahui dari respon siswa dan guru yang menunjukkan

respon positif dengan rata-rata praktikalitas semua komponen modul sebesar

82%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa modul praktikum

kimia berbasis problem based learning untuk kelas XI SMA yang

dikembangkan Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan alam yang

berkembang melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk

menghasilkan produk sains.

42
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Model Penelitian dan Pengembangan

Penelitian pada pengembangan modul praktikum ini menggunakan metode

penelitian pengembangan R&D (Research and Development). Metode penelitian ini

mengacu model 4-D (Four-D Models) yang dikembangkan oleh S. Thiagrajan, Dkk

(1974). Model 4-D terdiri dari 4 langkah yaitu define (pendefinisian), design

(perancangan), develop (pengembangan), disseminate (penyebaran). Dan modul yang

dihasilkan ini akan dikembangkan dan divalidasi sehingga dapat diketahui tingkat

kelayakannya.

Gambar 3.1 Langkah-langkah model pengembangan

(S. Thiagarajan, Dkk 1974)

43
3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan pada penelitian ini dilakukan dengan

model 4-D (Four-D Models) yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S.

Semmel dan Melvyn I. Semmel (1974). Model ini menggunakan 4 tahap yang terdiri

dari :

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-

kebutuhan di dalam proses pembelajaran serta mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Menurut Trianto (2015) terdapat

5 langkah dalam tahap pendefinisian. Kelima langkah tersebut adalah analisis awal,

analisis peserta didik, analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan

pembelajaran.

a. Analisis Awal

Analisis awal bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar

yang dihadapi dalam peroses belajar mengajar, sehingga diperlukan suatu

pengembangan media pembelajaran. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran

fakta, harapan, dan alternatif penyelesaian masalah dasar yang memudahkan dalam

penentuan atau pemilihan media pembelajaran yang dikembangkan. Masalah dasar

yang terjadi pada mata kuliah Teknologi Sepeda Motor adalah tidak terdapatnya

modul pembelajaran yang digunakan, sehingga mahasiswa tidak dapat belajar secara

mandiri dan memahami materi secara detail.Pada tahapan ini juga dilakukan analisis

terhadap silabus mata kuliah Teknologi Sepeda Motor mulai dari kompetensi dasar,

44
indikator dan strategi pembelajaran yang digunakan sehingga didapatkan suatu

gambaran mengenai materi-materi yang akan dimuat pada modul.

b. Analisis Peserta Didik

Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui karakteristik mahasiswa

serta kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Karakteristik mahasiswa dalam hal ini adalah andragogi sehingga

peroses pembelajaran yang dilakukan merupakan proses pembelajaran dewasa yang

menerapkan dan mengimplmentasikan teori-teori yang telah didapatkan dalam bentuk

konkret. Kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa adalah kurang memahami langkah

kerja yang mereka lakukan secara rinci, karena peroses pembelajaran terpaku pada

instruksi-instruksi yang diberikan oleh dosen.

c. Analisis Konsep

Analisis konsep merupakan langkah penting untuk memenuhi prinsip dalam

membangun konsep atas materi-materi yang digunakan sebagai sarana pencapaian

Kompetensi Dasar. Analisis ini dilakukan sebelum pembuatan media pembelajaran

dan pelaksanaan penelitian, agar materi yang disajikan dalam penelitian tidak ada

yang terlewatkan dan dapat terlihat sistematis sehingga memudahkan mahasiswa

untuk menemukan makna konsep tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini

adalah analisis terhadap silabus mata kuliah Teknologi Sepeda Motor, sehingga

dihasilkan garis besar materi yang akan disajikan dalam media pembelajaran yang

akan dikembangkan.

45
d. Analisis Tugas

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan

utama yang dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya ke dalam himpunan

keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan

yang menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran. Rincian analisis tugas

untuk materi teknologi sepeda motor pada kompetensi dasar yang diamati merujuk

pada indikator kemampuan pemecahan masalah yang dimodifikasi sesuai dengan

analisis konsep.

e. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Perumusan tujuan pembelajaran merupakan perubahan perilaku yang

diharapkan setelah belajar. Tujuan pembalajaran yang dirumuskan mengacu pada

silabus mata kuliah teknologi sepeda motor.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tujuan tahap ini yaitu untuk menyiapkan produk awal perangkat pembelajaran.

Tahap ini ada 3 langkah, yaitu 1) penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah

yang menghubungkan antara tahap define dengan design. 2) pemilihan bahan ajar

sesuai tujuan. 3) pemilihan format.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah

direvisi berdasarkan masukan para pakar. Tahap ini meliputi: a) validasi dosen

pembimbing dengan konsultasi dan revisi sebelum ke validasi para ahli materi dan

ahli media; b) validasi para ahli materi dan ahli media untuk mengetahui tingkat

kelayakan modul; c) uji coba pengembangan.

46
4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian ini. Perangkat pembelajaran

yang sudah dikembangkan dan direvisi disebar luaskan ke seluruh mahasiswa yang

menempuh mata kuliah teknologi sepeda motor

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini berupa subjek uji coba modul, yaitu Ahli dan

Mahasiswa. Subjek dari ahli untuk validasi modul yang dikembangkan, berupa ahli

media dan ahli materi. Subjek Mahasiswa yang memprogram mata kuliah Teknologi

Sepeda Motor.

Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Modul Praktikum

Mekanisme Engine Sepeda Motor 4 Langkah yang akan digunakan sebagai media

pembelajaran pada mata kuliah teknologi sepeda motor Program Studi Pendidikan

Teknik Mesin Universitas Negeri Gorontalo.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi (pengamatan

langsung), wawancara (masukan), dan angket (kuesioner) pada Program Studi

Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Gorontalo.

a) Observasi

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran di

kelas, penggunaan metode mengajar, penggunaan bahar ajar, serta perangkat

pembelajaran. Observasi ini dilakukan agar mendapat data sebagai studi awal atau

47
pendahuluan pembuatan modul praktikum Mekanisme Engine Sepeda Motor 4

Langkah.

b) Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada dosen pengampu mata

kuliah Teknologi Sepeda Motor, untuk mengetahui keadaan pembelajaran dan

kebutuhan mengenai pengembangan media pembelajaran modul praktikum

Mekanisme Engine Sepeda Motor 4 Langkah. Wawancara yang dilakukan peneliti

merupakan wawancara yang terstruktur dan memiliki pedoman yang telah disusun.

c) Angket

Teknik pengumpulan data menggunakan angket untuk mengukur kelayakan

dari modul praktikum Mekanisme Engine Sepeda Motor 4 Langkah. Angket terdiri

dari aspek media, aspek materi, dan aspek pengguna. Angket diberikan kepada ahli

media, ahli materi, dan mahasiswa.

3.4.2 Instrumen pengumpulan data

Berikut adalah instrumen penelitian yang di gunakan dalam pengumpulan data

adalah :

1. Lembar angket (Kuesioner)

Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan modul dari segi media,

materi dan respon pengguna. Angket yang dibuat diberikan kepada ahli media, ahli

materi, dan mahasiswa. Metode yang digunakan dalam angket atau kuesioner

menggunakan skala Likert lima pilihan yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,

(3) cukup setuju, (4) setuju, (5) sangat setuju. Sugiyono (2015).

48
a. Instrumen uji kelayakan untuk Ahli Media

Instrumen untuk ahli media dibuat dengan beberapa aspek yaitu aspek format,

organisasi, daya tarik, bentuk dan ukuran huruf dan konsistensi. Rangkuman kisi-kisi

instrumen untuk ahli media di modifikasi dari Daryanto (2013) dapat dilihat pada

Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen untuk ahli media

No Aspek Indikator

1. Format a. Format kertas.

b. Penggunaan gambar.

2. Organisasi a. Kelengkapan bagian-bagian modul.

b. Penggunaan peta/bagan yang

menggambarkan cakupan materi.

c. Sistematika atau urutan materi

pembelajaran.

d. Penempatan naskah, gambar dan ilustrasi.

e. Susunan dan alur antar bab.

3. Daya tarik a. Bentuk gambar (ilustrasi) dan ukuran huruf

pada bagian cover.

b. Pemberian gambar atau ilustrasi,

percetakan huruf tebal, miring, garis

bawah atau warna pada bagian isi modul

praktikum.

49
4. Bentuk dan ukuran huruf a. Kemudahan membaca dan bentuk dan

ukuran huruf.

b. Perbandingan huruf yang proposional antar

judul, subjudul dan isi makalah.

5. Konsistensi a. Konsistensi bentuk dan huruf dari halaman

ke halaman

b. Konsistensi spasi

c. Konsistensi tata letak pengetikan.

b. Instrumen uji kelayakan untuk Ahli Materi

Instrumen untuk ahli media dibuat dengan beberapa aspek yaitu aspek self

instruction, self conttained, stand alone, adaptif, dan user frendly. Rangkuman kisi-

kisi instrumen untuk ahli materi di modifikasi dari Daryanto (2013) dapat dilihat pada

Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen data untuk Ahli Materi

No Aspek Indikator

1. Self Instruction a. Kejelasan tujuan pembelajaran.

b. Pengemasan materi pembelajaran.

c. Materi pembelajaran didukung dengan

contoh dan ilustrasi

d. Ketersediaan soal-soal dan tugas untuk

mengukur penguasaan peserta didik.

50
e. Penggunaan bahasa yang sederhana dan

komunikatif

f. Adanya rangkuman dari materi

pembelajaran

g. Ketersediaan instrumen penilaian

h. Ketersediaan umpan balik atas penilaian

peserta didik.

2. Self Conttained Memuat seluruh materi pembelajaran sesuai

dengan kompetensi yang diharapkan.

3. Stand Alone Tidak tergantung pada bahan ajar/media lain.

4. Adaptive Dapat menyesuaikan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

5. User friendly Instruksi dan informasi mudah digunakan dan

bersahabat dengan pemakainya.

c. Instrumen Tanggapan Mahasiswa

Instrumen untuk Mahasiswa digunakan untuk memperoleh data mengenai

respon pengguna terhadap modul ditinjau dari media,materi dan modul praktikum.

Rangkuman kisi-kisi instrumen untuk ahli materi di modifikasi dari Daryanto (2013)

dapat dilihat pada Tabel 3.4.

51
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen tanggapan Mahasiswa

No Aspek Indikator

1. Media Media gambar interaktif.

2. Materi a. Materi sesuai dengan pembelajaran.

b. Menarik minat membaca mahasiswa.

3. Bahasa a. Bahasa yang supel.

b. Mudah dimengerti oleh mahasiswa.

4. Modul praktikum a. Menuntun mahasiswa untuk berfikir

kreatif.

b. Memberikan motivasi untuk mahasiswa

dalam mengerjakan tugas.

3.5 Analisis Data

Analisis data penilaian para ahli menggunakan analisis data Skala Likert. Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial Sugiyono (2015). Skala Likert dapat dilihat pada tabel

3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Aturan pemberian skor

Kategori Skor
Sangat Tidak Setuju ( STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Cukup Setuju (CS) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5

52
Kemudian menganalisis pernyataan, menggunakan skala likert dengan rumus:

Arikunto (2002).

P=
∑ x x 100 %
∑ xi
Keterangan :

P = Jumlah Presentasi

∑ x = Jumlah skor jawaban


∑xi = Jumlah skor ideal (banyak uraian x Banyak skala)

Tabel 3.6 Kategori Kelayakan

Presentasi Kategori

81%-100% Sangat Layak

61%-80% Layak

41%-60% Cukup Layak

21%-40% Tidak Layak

0%-20% Sangat Tidak Layak

Arikunto (2002).

53

Anda mungkin juga menyukai