Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1910611028
FAKULTAS TEKNIK
2022
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI................................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
i
DAFTAR GAMBAR
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kami ke hadirat Allah SWT. Sehingga penulis
telah menyelesaikan laporan Rekayasa Gempa Teknik Sipil ini dengan tepat waktu.
Salah satu tujuan penulis dalam menulis laporan Rekayasa Gempa Teknik Sipil ini adalah
sebagai dokumentasi dan juga bentuk evaluasi dalam mengerjakan tugas. Laporan yang penulis
buat ini berdasarkan data-data yang valid yang telah dikumpulkan dalam berbagai metode.
Penulis menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut mendukung proses
pembuatan laporan ini hingga selesai. Yaitu :
1. Bapak Muhtar DR. ST., MT sebagai dosen pengampu awal mata kuliah Rekayasa Gempa
Teknik Sipil hingga UTS yang telah bersedia meberikan ilmu-ilmunya kepada kami
sehingga kami bisa mengerjakan tugas dengan pondasi awal materi dari bapak Muhtar.
2. Bapak Adhitya Surya Manggala ST., MT. sebagai dosen pengampu mata kuliah
Rekayasa Gempa Teknik Sipil yang telah bersedia membimbing kami dalam dalam
pengerjaan tugas-tugas hingga laporan yang kami buat ini
3. Teman-teman yang telah bersidia membantu dalam pengerjaan laporan ini
Penulis
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebuah gedung haruslah didesain dengan baik dan benar agar gedung tersebut kuat
dan dapat tetap berdiri kokoh sampai waktu yang direncanakan bahkan melebihi waktu
tersebut. Gedung dapat hancur bukan hanya dikarenakan gangguan dari dalam atau akibat
struktur nya sendiri misalnya beban yang diterimanya pada saat penggunaan gedung
tersebut baik beban mati ataupun beban hidup melebihi kapasitas beban yang telah
direncanakan, akan tetapi sebuah gedung juga dapat hancur dikarenakan faktor alam yang
mungkin tidak dapat diduga bisa terjadi yaitu karena adanya gempa.
Gempa merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan keruntuhan gedung,
untuk itu dalam perencanaan desain gedung haruslah memperhitungkan beban gempa yang
harus dipikul oleh bangunan gedung tersebut. Dalam perencanaan pengaruh beban gempa
terhadap sebuah gedung agar gedung tersebut dapat memikul pengaruh beban gempa
tersebut digunakanlah gempa rencana yang ditetapkan sebagai gempa dengan
kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar
2%.
1
struktur itu sendiri dilakukan dengan menggunakan software perancangan bangunan yaitu
SAP 2000.
Namun dalam semua hal, rancangan yang akan dibuat diupayakan untuk
mempertimbangkan faktor biaya dan kekuatan dengan tetap mematuhi peraturanperaturan
yang berlaku dimana lokasi gedung tersebut akan berdiri. Hal ini untuk menghindari
kegagalan struktur yang akan dapat menimbulkan kerugian harta maupun jiwa dan
menghasilkan rancang gedung yang kuat akan tetapi tetap ekonomis dalam segi
pembiayaannya.
Bangunan Candi Prambanan ini berdiri di atas tiga bentuk halaman yang masing-
masing berbentuk segi empat yaitu halaman pertama dengan ukuran 110 m x 110 m, pada
halaman ini dijumpai Candi utama (Brahma, Çiwa, dan Wisnu beserta Candi Perwara
serta Candi Apit). Halaman ke dua berukuran 222 m x 222 m dan pada halaman ini
dijumpai Candi Perwara, sedangkan halaman ke tiga merupakan halaman kompleks
Candi Prambanan dengan ukuran 390 m x 390 m (Gambar 1.1).
2
Gambar 1. 1 Kompleks Candi Prambanan
Candi Prambanan yang terletak di perbatasan Propinsi DIY dan Jawa Tengah
pasca gempa bumi tampak mengalami kerusakan cukup parah. Di bagian halaman candi
banyak batu-batu candi (bagian ratna) berserakan akibat goncangan gempa, namun secara
keseluruhan seolah-olah masih tegak berdiri dengan kokoh, dan kekawatiran akan adanya
gempa susulan yang mungkin mengakibatkan bertambah parah kondisi sekarang ini.
Selama ini masih sering terjadi gempa susulan di kawasan Yogyakarta dengan kekuatan
gempa lebih kecil (Suryolelono, 2009)
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah Untuk mengetahui kondisi
baik tanah pendukung bangunan candi di kompleks Candi Prambanan maupun struktur
fondasinya dan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam tentang struktur bangunan
bawah, serta karakteristik fisis maupun mekanis dari tanah dasar fondasinya.
3
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menguji kondisi tanah pada candi prambanan?
2. Metode apa yang digunakan untuk penelitian ini?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan fenomena alam biasa, sama seperti hujan, angin, gunung
meletus, dan sebagainya. Dalam proses pembentukan bumi, lempeng-lempeng tektonik
bergerak dan dapat menabrak dengan lempeng lain, dari kejadian itulah gempa bumi mulai
terjadi.
Terdapat banyak definisi gempa bumi menurut banyak pakar, namun, secara umum,
(Pawirodikromo, 2012, pp. 95-96). mengartikan gempa bumi sebagai fenomena
bergetarnya permukaan tanah karena pelepasan energi secara tiba-tiba akibat dari
pecah/slipnya massa batuan di lapisan kerak bumi. Pengertian inilah yang menjelaskan
mengapa terjadinya pergetaran permukaan tanah, yaitu karena energi gempa yang
merambat dari pusat gempa ke segala arah.
1) Gelombang bodi (body waves) yaitu gelombang yang menjalar dari dalam bumi/pusat
gempa.
2) Gelombang permukaan (surface waves) yaitu gelombang yang menjalar pada lapis
permukaan tanah.
5
Gambar 1. 3 Rekaman urutan kedatangan gelombang gempa.
Sumber : Prawirodikromo, W., 2012
6
Gambar 1. 4 (a,b,c) Contoh struktur yang termasuk SDOF.
Sumber: Dynamic of Structures, Mario Paz
7
Gambar 1. 7 Model matematis sistem MDOF.
Sumber: Respon Dinamik Struktur Elastik, Widodo Prawirodikromo
1) Beban mati, ialah berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
2) Beban hidup, ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.
3) Beban gempa, ialah semua beban static ekuivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. dalam
hal pengaru gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa
dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam
struktur tersbut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
Kelas Situs �
�
̅
SA (batuan keras) N/A
8
SB (batuan) N/A
SC (tanah keras) >50
SD (tanah sedang) 15-50
SE (tanah lunak) <15
Tabel 2. 1 Klasifikasi situs.
Sumber: SNI 1726-2012
9
kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun dan dinyatakan dalam bilangan decimal
terhadap percepatan gravitasi (SNI 1726:2012).
Tabel 2. 3 Peta SS
Sumber: SNI 1726:2012
Tabel 2. 4 8 Peta S1
Sumber: SNI 1726:2012
10
BAB III
METODOLOGI
Pengujian dilakukan di lapangan dengan menggunakan alat bor mesin sampai kedalaman
15,00 m, dan dikombinasi dengan uji geolistrik yang dilakukan di seluruh areal kompleks candi,
serta di lokasi khusus di sekitar bangunan Candi Çiwa. Selain itu, dilakukan uji dengan alat
georadar untuk mengetahui material bahan fondasi bangunan candi.
Adapun lokasi uji bor dan geolistrik dapat dilihat pada skema Gambar 2.
11
BAB IV
12
GL-9
GL-4
GL-2
GL-6 GL-3 GL-1 GL-5
GL-7
GL-8
Gambar 4. 1 Skema lokasi uji bor mesin dan geolistrik di lokasi Candi Prambanan
Keterangan:
13
Hasil interpretasi pemboran dan geolistrik dapat dilihat dalam Gambar 4.1
Gambar 4. 2 Interpretasi kondisi muka tanah asli dan muka tanah keras di
Lokasi candi Prambanan
14
kedalaman pem-bor-an) sebesar 31, berdasarkan kriteria Peck, dkk. 1977 dalam
Bowles, 1997 adalah sebagai berikut ini.
15 – 29 kepadatan sedang
≥ 30 padat
Selain itu, besarnya parameter tanah untuk analisis kapasitas dukung tanah
adalah nilai sudut gesek internal tanah: 30 – 32o , sedangkan nilai kohesi dapat
diabaikan. Besarnya nilai kapasitas dukung tanah (soil bearing capacity) 150 –
175 kN/m2 .
15
putih (tuff) setebal 2,00 m dari permukaan halaman candi, dan selanjutnya dibungkus
dengan batu andesit yang tampak seperti sekarang.
16
dasar fondasi dan selanjutnya batu putih (tuff) ukuran besar dapat digelincirkan yang
selanjutnya ditempatkan di lokasi yang tepat. Setelah tersusun rapi, sekitar susunan batu
candi ditimbun untuk meratakan permukaan tanah timbunan dengan permukaan batu putih,
demikian selanjutnya sampai ketinggian yang diinginkan. Dinding candi yang sekarang ini
dapat dilihat (warna hitam) merupakan batu andesit sebagai batu dinding yang diberi
ornamen, dan selanjutnya ditempatkan struktur Ratna di bagian-bagian tertentu, serta
susunan pagar keliling (bagian langkan-pagar lorong). Struktur Ratna inilah sebagian besar
lepas dan jatuh akibat guncangan gempa tanggal 27 Mei 2006. Dari hasil-hasil tersebut
dapat diambil suatu kesimpulan dan saran sebagai berikut ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji ini dapat diberikan suatu kesimpulkan sebagai berikut :
a. Lokasi Candi Prambanan berada di suatu cekungan dan di sebelah timur Candi Çiwa
dijumpai mata air dan permukaan tanah asli pada kedalaman 14,00 m dari muka tanah
di halaman candi.
b. Candi berada di atas tanah timbunan pasir, dan di bawah halaman candi merupakan
lapisan tanah pasir dengan kepadatan sedang.
c. Perbaikan tanah dasar fondasi yang merupakan tanah pasir yang dipadatkan di bawah
Candi Çiwa setebal 6,00 m dengan material tanah timbunan berupa pasir tercampur
kerikil, kerakal dalam kondisi basah.
d. Fondasi bangunan candi tampak masih kokoh berupa batu putih (batu tuff), setebal
8,00 m dari muka tanah di halaman candi dan batu tuff ini juga merupakan penyusun
tubuh candi di bagaian dalam, sampai ketinggian sekitar 2,00 m, yang kemudian
ditutup oleh batu andesit (batu dinding lorong).
e. Struktur utama bangunan Candi Çiwa tetap kokoh, karena didukung oleh struktur
kolomkolom dan balok-balok beton yang membentuk portal di dalam bangunan candi.
17
f. Keretakan dinding bangunan Candi Çiwa sampai kedalaman sekitar 1,50 – 2,00 m,
terutama di sekitar gapuran di setiap bilik dan terjadinya keretakan ini disebabkan
beban batu di atas gapura yang memberikan tambahan beban akibat pengaruh beban
gempa.
5.2 Saran
Dari hasil uji Geoteknik-Geolistrik dan Georadar dapat disarankan perbaikan
bangunan Candi sebagai berikut ini.
a. Bangunan candi selain Candi Çiwa tidak ada masalah, dan dapat dilakukan
pembongkaran.
b. Khusus bangunan Candi Çiwa, dijumpai permasalahan sambungan batu telah
direkatkan dengan perekat yang kuat pada saat pemugaran di masa lampau, dan
bangunan candi masih kokoh berdiri. Untuk itu disarankan perbaikan candi dilakukan
secara parsial (bagian per bagian) adalah sebagai berikut ini.
1) Dibongkar seluruhnya dari atas. Pembongkaran ini akan mengalami kendala
sambungan batu di bagian puncak candi menggunakan sambungan perekat dan
angker. Selain itu, diperlukan crane untuk memindahkan batu-batu candi.
2) Dibongkar sebagian berdasarkan kuadran. Bangunan utama candi tidak
dibongkar, hanya dari bagian bawah gapura ke atas yang dibongkar.
Pembongkaran harus hati-hati agar batu candi tidak rusak, dan kemudian disusun
kembali. Teknologi yang digunakan sebaiknya menggunakan teknologi
sederhana, dikombinasi teknologi modern. Tujuannya untuk menjual object dalam
rangka renovasi ulang bangunan candi. Untuk itu melalui BP3 perlunya
memanage “Wisata Teknologi Renovasi (Tourism of Renovation Technology)”
untuk penggalangan dana baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan
menjual teknologi pemugaran candi.
3) Bangunan candi dibiarkan apa adanya seperti kondisi sekarang, dan untuk
memperkokoh bangunan dilakukan grouting, namun metode ini perlu
diperhatikan berkaitan dengan masalah lingkungan. Bahan grouting umumnya
bersifat racun, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap bahan grouting
terhadap kerusakan bahan batu di masa mendatang. metode ini sebaiknya
merupakan pilihan terakhir apabila metode lain sudah sulit untuk dilaksanakan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Suryolelono, K. B. (2009). Candi Prambanan Pasca Gempa Bumi. Civil Engineering Forum
Teknik Sipil, 17(3), pp--594.
Binus, Library. 2017. “Landasan Teori 2.1 Pendahuluan”
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2017_1_238_Bab2.pdf, diakses
pada 18 Juli 2022. Pukul 22.58 WIB
19