Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH REKAYASA GEMPA

“Kerusakan Bangunan Akibat Gempa dan Konsep Bangunan Tahan


Gempa”

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Rekayasa Gempa

Dosen Pengampu :

Iman Hadiman, S.T., M.T.

Putri Nadia Lestari


177011003
Kelas A

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, marilah panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Kerusakan Bangunan Akibat Gempa dan Konsep
Bangunan Tahan Gempa”

Makalah ini di buat untuk memenuhi mata kuliah Rekayasa Gempa.


Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca.
Dalam penyusunan Makalah Rekayasa Gempa ini, kami ucapkan terimakasih
kepada Bapak Iman Hadiman, S.T., M.T. atas bimbingannya sehingga makalah ini
dapat disusun dengan baik.
Dalam makalah ini sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu memohon kritik dan saran
yang membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik.

Tasikmalaya, November 2020 Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Pengertian Gempa Bumu............................................................................... 3
2.2 Jenis – jenis Gempa Bumi ............................................................................. 3
2.2.1 Berdasarkan Penyebabnya ...................................................................... 3
2.2.2 Berdasarkan Kedalaman ......................................................................... 4
2.2.3 Berdasarkan Terjadinya Gempa.............................................................. 4
2.3 Parameter - parameter Gempa ...................................................................... 5
2.4 Penyebab Terjadi Gempa Bumi..................................................................... 6
2.5 Macam-macam kerusakan pada struktur bangunan ...................................... 7
2.6 Faktor Penyebab Kerusakan Sruktur Bangunan Akibat Gempa ................... 9
2.7 Struktur Bangunan Tahan Gempa ............................................................... 10
2.8 Konsep Bangunan Tahan Gempa ................................................................ 13
2.8.1 Tinjauan Arsitektural ............................................................................ 13
2.8.2 Tinjauan Struktural ............................................................................... 14
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 18
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18
3.2 Saran ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Focus, Epicenter, seismic waves, dan fault......................................... 6


Gambar 2.2 Kerusakan Ringan ............................................................................... 7
Gambar 2.3 Kerusakan Sedang ............................................................................... 8
Gambar 2.4 Kerusakan Tingkat Berat ..................................................................... 9
Gambar 2.5 Denah Taha Gempa ........................................................................... 13
Gambar 2.6 Atap Tahan Gempa............................................................................ 14
Gambar 2.7 Pondasi Tahan Gempa ....................................................................... 15
Gambar 2.8 Balok dan Kolom Tahan Gempa ....................................................... 15
Gambar 2.9 Dinding Tahan Gempa ...................................................................... 16
Gambar 2.10 Konstruksi Bangunan Dengan Capasity Design ............................. 17

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gempa bumi (earthquake) adalah salah satu peristiwa alam yang dapat
menimbulkan bencana, yang pada umumnya terjadi akibat rusak atau
runtuhnya gedung, rumah, atau bangunan buatan manusia. Lapisan kulit bumi
dengan ketebalan 100 km mempunyai temperatur relatif jauh lebih rendah
dibanding dengan lapisan dalamnya (mantel dan inti bumi), sehingga terjadi
aliran konveksi dimana massa dengan temperatur tinggi mengalir ke daerah
temperatur rendah atau sebaliknya. Teori aliran konveksi ini sudah lama
berkembang untuk menerangkan terjadinya pergeseran pelat tektonik yang
menjadi penyebab utama terjadinya gempa bumi tektonik. Disamping itu kita
juga mengenal gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan, dan gempa
buatan. Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke permukaan,
gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan yang runtuh, gempa imbasan
biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam, sedangkan gempa
buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau
ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik jauh lebih besar
dibandingkan dengan jenis gempa lainnya, sehingga efeknya lebih banyak
terhadap bangunan.

Hampir setiap tahun bencana gempa bumi terjadi di berbagai wilayah di


Indonesia. Walaupun bencana ini berpengaruh sangat besar terhadap
perekonomian regional dan pembangunan, kelihatannya masih sangat sedikit
usaha-usaha yang dilakukan untuk mengantisipasi, mempersiapkan, atau
mengurangi pengaruh bencana dari gempa-gempa yang akan datang.
Sepanjang sejarah manusia, gempa bumi telah menimbulkan banyak korban
jiwa serta harta benda di seluruh dunia. Bencana ini pada umumnya
disebabkan oleh gagalnya bangunan-bangunan buatan manusia. Sampai saat
ini manusia belum dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya gempa
bumi, meskipun demikian manusia dapat berihtiar dan berusaha untuk

1
mengurangi dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh bencana gempa. Oleh
karena itu, salah satu upaya nyata untuk mengurangi atau mencegah pengaruh
gempa bumi yang akan datang adalah dengan memberikan ketahanan gempa
yang cukup terhadap bangunan-bangunan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan jenis-jenis gempa bumi?
2. Apa saja parameter gempa bumi?
3. Apa penyebab gempa bumi ?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan gempa bumi terhadap struktur
bangunan
5. Bagaimana konsep bangunan tahan gempa

1.3 Tujuan
Agar kita mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi,
dampak yang ditimbulkan terhadap struktur bangunan, dan konsep bangunan
tahan gempa.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gempa Bumu


Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakankerak bumi (lempeng
bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal
terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu
bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena
pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

Gempa bumi juga bisa diartikan sebagai suatu peristiwa bergetarnya


bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai
dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Frekuensi gempa bumi di
suatu wilayah mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami
selama periode waktu.

2.2 Jenis – jenis Gempa Bumi

2.2.1 Berdasarkan Penyebabnya


1. Gempa bumi tektonik
Gempa bumi ini diakibatkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai
kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini
banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa
bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi
tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena perrgeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditark dan dilepaskan
dengan tiba-tiba.
2. Gempa bumi vulkanik (gunung api)
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan
menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya

3
gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api
tersebut.

3. Gempa bumi tumbukan


Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang
jatuh ke Bumi. Jenis gempa bumi ini jarang terjadi.
4. Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat local.
5. Gempa bumi buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas
dari manusia seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke
permukaan bumi.

2.2.2 Berdasarkan Kedalaman


1. Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrmnya berada lebih
dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi
dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
2. Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya beradda
anatara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi
menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya
lebih terasa.
3. Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada
kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya
menimbulkan kerusakan yang besar.

2.2.3 Berdasarkan Terjadinya Gempa


1. Gelombang primer

4
Gelombang primer (gelombang longitudinal) adalah gelombang yang
merambat di tubuh bbumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini
berasal dari hiposentrum.
2. Gelombang sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau
getaran yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang
sudah berkurang, yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat
merambat melalui lapisan cair.

2.3 Parameter - parameter Gempa


Suatu peristiwa gempa biasanya digambarkan dengan beberapa parameter,
sebagai berikut :

 Tanggal dan waktu terjadinya gempa


 Koordinat epicenter ( dinyatakan dengan garis lintang dan garis bujur
geografi )
 Kedalaman pusat gempa (focus)
 Magnitude dan Intensitas maksimum gempa

Pusat gempa atau focus adalah titik di bawah permukaan bumi di mana
gelombang gempa untuk pertama kali dipancarkan. Fokus biasanya ditentukan
berdasarkan perhitungan data gempa yang diperoleh melalui peralatan
pencatat gempa (seismograf). Lokasi sumber gempa pada umumnya terdapat
diperbatasan antara pelat-pelat tektonik, di mana pada tempat ini sering terjadi
patahan bidang permukaan bumi. Pada prinsipnya gempa adalah suatu
peristiwa pelepasan energi pada suatu tempat di perbatasan antara pelat-pelat
tektonik. Episentrum ( Epicenter ) adalah titik pada permukaan bumi yang
didapat dengan menarik garis melalui focus, tegak lurus pada permukaan
bumi. Episentrum dapat ditentukan melalui peralatan pencatat gempa atau
secara makroseismik. Episentrum yang ditentukan melalui peralatan pencatat
getaran gempa disebut instrumental epicenter. Bilamana tidak ada hasil
pencatatan getaran gempa, episentrum ditentukan berdasarkan pengamatan
terhadap kerusakan pada suatu daerah. Episentrum pada cara ini adalah titik di
mana kerusakan terbesar terjadi, dan disebut macroseismic epicente.

5
Kedalaman fokus adalah kedalaman jarak antara fokus dengan epicentrum.
Berdasarkan kedalaman fokus ini, suatu gempa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

 Gempa dengan kedalaman fokus lebih kecil dari 70 km, disebut Gempa
Dangkal.
 Gempa dengan kedalaman fokus antara 70 km sampai dengan 300 km,
disebut Gempa Menengah.
 Gempa dengan kedalaman fokus lebih besar dari 300 km, disebut Gempa
Dalam.

Gambar 2.1 Focus, Epicenter, seismic waves, dan fault

2.4 Penyebab Terjadi Gempa Bumi


Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang
dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada
keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya
terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling
parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena
materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada
kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi
karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa

6
bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat
besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi
(jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke
dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan
di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan
bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia
senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh
manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

2.5 Macam-macam kerusakan pada struktur bangunan


a. Kerusakan Ringan Struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat
ringan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding.
2. plester berjatuhan.
3. mencakup luas yang besar.
4. kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong, lisplang, dsb.
5. kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang.

Gambar 2.2 Kerusakan Ringan


b. Kerusakan Struktur Tingkat Sedang
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat
sedang apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

7
a. retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding.
b. retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding pemikul
beban, kolom;cerobong miring; dan runtuh.
c. kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian.

Gambar 2.3 Kerusakan Sedang


c. Kerusakan Struktur Tingkat Berat
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat
berat apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. dinding pemikul beban terbelah dan runtuh
b. bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat
c. kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan

8
Gambar 2.4 Kerusakan Tingkat Berat
d. Kerusakan Total
Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total / roboh apabila
terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Bangunan roboh seluruhnya ( > 65%)
b. Sebagian besar komponen utama struktur rusak

2.6 Faktor Penyebab Kerusakan Sruktur Bangunan Akibat Gempa


1. Rendahnya mutu bahan bangunan seperti kayu lapuk, kuat tekan beton
rendah
2. Rendahnya mutu pengerjaan seperti: penggunaan aduk yang salah,
besarnya bukaan pada dinding pasangan bata, sistem sambungan
tradisional yang lemah, pengecoran beton tanpa pemadatan
3. Penggunaan bahan struktur yang tidak tepat seperti, pasangan didnding
polos ( tanpa penguat atua baja tulangan) difungsikan sebagai struktur
pemikul beban
4. Kesalahan konfigurasi sistem struktur seperti tidak mengikuti kaidah
struktur bangunan tahan gempa
5. Salah penyelesaian detail tulangan

9
6. Bangunan tradisional joglo, sistim sambungan sunduk terkait lidah alur,
lemah pada sistem sambungan antar batang komponen, mudah patah dan
roboh total
7. Bangunan bertingkat yang dirancang oleh ahli bangunan mengalami rusak
atau roboh total akibat tidak mengikuti ketentuan SNI bang. Tahan gempa
( soft story, short column effect and column share failure, short beam weak
column and weak joint, strong beam weak column and weak joint, salah
detail tulangan karna tidak mengikuti ketentuan SNI, kurangnya sengkang
penahan geser dan pengekang di inti join).

2.7 Struktur Bangunan Tahan Gempa


Perencanaan serta rekayasa struktur bangunan tahan gempa merupakan
salah satu cara untuk mengantisipasi pengaruh-pengaruh yang dapat
ditimbulkan oleh gempa, agar kerugian harta benda serta jatuhnya korban jiwa
dapat ditekan seminimal mungkin. Di Indonesia, syarat-syarat minimum untuk
prosedur perencanaan struktur bangunan tahan gempa telah tercantum di
dalam beberapa peraturan yang berlaku. Untuk bangunan gedung persyaratan-
persyaratan ini tercantum di dalam beberapa pedoman yaitu :

 Tatacara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI-


03-2847-2002)
 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung (SNI 1726-2002)
 Tatacara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI-03-
1729-2002)
 SNI/03-28434-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal
 SNI-03-3430-1994 Tata Cara Perencanaan Dinding Struktural
Pasangan Balok Beton Berongga Bertulang untuk Bangunan Rumah
dan Gedung
 SNI T – 02 - 2003, Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia
 SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan.

10
 SNI 03-2847-1992, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
 SNI 03 – 1729 - 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan.
 SNI 03 – 6816 – 2002, Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
Bertulang Indonesia

Sedangkan untuk struktur jembatan atau struktur jalan layang (fly


over), ketentuan mengenai persyaratan desain struktur terhadap pengaruh
gempa, tercantum di dalam pedoman atau manual Sistem Manajemen
Jembatan-1992.

Perencanaan struktur bangunan di daerah rawan gempa, memerlukan


filosofi dan antisipasi yang tepat dengan menggunakan spesifikasi atau
peraturan yang berlaku. Dalam kaitannya dengan perencanaan struktur
bangunan tahan gempa, struktur bangunan diklasifikasikan menjadi dua
jenis struktur, yaitu Engineered Structures dan Non-engineered
Structures. Engineered Structures adalah struktur-struktur bangunan yang
memerlukan tenaga ahli di dalam proses perencanaan maupun
pelaksanaannya. Sebagai contoh dari Engineered Structures adalah
struktur gedung bertingkat, struktur jembatan dan jalan layang, fasilitas
pembangkit tenaga listrik atau tenaga nuklir, bendungan serta bangunan
air, dan lain-lain. Sedangkan Non-engineered Structures adalah struktur-
struktur bangunan yang direncanakan dan dilaksanakan tanpa bantuan
tenaga ahli, tetapi masih harus memenuhi kriteria persyaratan bangunan
pada umumnya, sesuai yang tercantum di dalam standar bangunan
(building code) yang ada.

Pada suatu proyek bangunan Teknik Sipil, pada umumnya biaya yang
diperhitungkan meliputi biaya untuk perencanaan, biaya pelaksanaan atau
pembangunan konstruksi, dan biaya perawatan atau perbaikan jika terjadi
kerusakan. Makin tinggi tingkat kekuatan dari struktur bangunan terhadap
pengaruh gempa, maka akan semakin besar biaya yang diperlukan untuk
pembuatan konstruksi bangunan, akan tetapi akan semakin kecil biaya

11
yang diperlukan untuk perbaikan jika bangunan tersebut mengalami
kerusakan akibat gempa. Begitu juga sebaliknya, makin kurang kuat
struktur bangunan terhadap gempa, maka akan semakin kecil biaya yang
diperlukan untuk pembuatan konstruksi bangunannya, tetapi akan semakin
besar biaya yang harus disediakan untuk perbaikan jika bangunan tersebut
mengalami kerusakan akibat gempa. Dari beberapa segi pertimbangan
tersebut di atas, maka merupakan suatu hal yang tidak wajar, atau bahkan
tidak mungkin untuk membuat konstruksi bangunan yang tidak mengalami
kerusakan sama sekali pada saat terjadi gempa. Dari segi konstruksi, perlu
ditinjau tingkat kerusakan yang dapat terjadi pada bangunan pada saat
terjadi gempa. Kerusakan yang terjadi pada bangunan dapat berupa
kerusakan ringan, kerusakan berat, atau bahkan keruntuhan dari bangunan.
Menurut saran dari Applied Technology Council (ATC, 1984), struktur
bangunan tahan gempa harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut :

 Struktur bangunan harus tetap utuh dan tidak mengalami


kerusakan yang berarti, pada saat terjadi Gempa Ringan.
 Komponen non-struktural dari struktur bangunan
diperkenankan mengalami kerusakan, tetapi komponen
struktural harus tetap utuh pada saat terjadi Gempa Sedang.
 Pada saat terjadi Gempa Kuat, komponen non-struktural dan
komponen struktural dari sistem struktur diperbolehkan
mengalami kerusakan, tetapi struktur bangunan secara
keseluruhan tidak boleh runtuh. Kerusakan struktur bangunan
pada saat terjadi Gempa Kuat diijinkan, akan tetapi terjadinya
korban jiwa harus selalu dihindarkan.

Jadi pada persyaratan struktur bangunan tahan gempa,


kemungkinan terjadinya risiko kerusakan pada bangunan merupakan hal
yang dapat diterima, tetapi keruntuhan total (collapse) dari struktur yang
dapat mengakibatkan terjadinya korban yang banyak, harus dihindari.

12
2.8 Konsep Bangunan Tahan Gempa

2.8.1 Tinjauan Arsitektural


1. Denah

Bangunan sebaiknya mempunyai bentuk simetris, karena bentuk


tersebut bisa menghindari terjadinya puntiran.

Gambar 2.5 Denah Taha Gempa


2. Atap Bangunan

Pada dasarnya bentuk-bentuk atap yang terlalu besar dan terlalu berat
dapat membahayakan keamanan struktur, karena dapat mengakibatkan
beban gempa yang lebih besar. Oleh karena itu pemakaian atap bangunan
dianjurkan untuk memakai bahan-bahan yang ringan seperti seng, asbes
atau alimunium.

13
Gambar 2.6 Atap Tahan Gempa

2.8.2 Tinjauan Struktural


1. Pondasi
Rumah harus berdiri pada tanah yang stabil, begitu pula dengan
pembuatan pondasi juga harus di letakkan pada tanah yang stabil atau
keras. Bilamana kondisi tanahnya kurang bagus maka harus memperbaiki
kondisi tanah tersebut supaya pondasi tidak mudah amblas. Kedalaman
pondasi juga harus diperhatikan, paling baik adalah pondasi yang terletak
pada kedalaman 45 cm dari permukaan tanah yang aslinya.
Sebaiknya pondasi rumah dibuat menerus sekeliling pada rumah yang
akan dibuat. Pondasi dinding kamar juga harus dibuat menerus tersambung
dengan pondasi dinding lainnya. Kemudian pada pondasi-pondasi tersebut
perlu diikat satu sama lain supaya tidak patah dengan memakai balok
pengikat yang disebut sloof pada sepanjang pondasi tersebut. Pastikan
selalu pondasi, sloof dan kolom akan saling terikat satu dengan yang
lainnya.

14
Gambar 2.7 Pondasi Tahan Gempa
2. Kolom dan Balok

Pada setiap luasan dinding 12 m2, harus dipasang kolom, bisa


mengguanakan bahan kayu, beton bertulang, baja, plester ataupun bambu.
Rumah harus dipasang balok pada sekeliling bangunannya yang diikat
kaku dengan kolom sehingga kerangka bangunan dapat terikat dengan
kokoh dan kaku.

Gambar 2.8 Balok dan Kolom Tahan Gempa

15
3. Dinding

Pilihlah bahan dinding dengan bahan ringan seperti papan, papan


berserat, papan lapis, bilik dan ikat dengan kencang dinding tersebut
dengan kolom. Selanjutnya bila menggunakan dinding bata/batako, atua
bata yang tidak mudah patah. Ciri-ciri bata yang bagus ialah bata yang jika
diadukan berbunyi nyaring. Pada setiap jarak vertikal 30 cm, pemasangan
bata diberi angker yang dijangkarkan ke kolom. Ukuran panjang angker
kurang liih 50 cm dan berdiameter 6 mm.

Gambar 2.9 Dinding Tahan Gempa


4. Bahan bangunan harus seringan mungkin
Berat bahan bangunan adalah sebanding dengan beban inersia
gempa. Sebagai contoh penutup atap genteng menghasilkan beban gempa
horisontal sebesar tiga kali beban gempa yang dihasilkan oleh penutup
atap seng. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan
beban gempa sebesar 15 kali beban gempa yang dihasilkan oleh dinding
kayu.
5. Konsep Desain Kapasitas (capasity Design)
Konsep Desain Kapasitas adalah dengan meningkatkan daktalitas
elemen- elemen struktur dan perlindungan elemen- elemen struktur lain
yang diharapkan dapat berperilaku elastik. Salah satunya adalah dengan
konsep “strong column weak beam”. Dengan metode ini, bila suatu saat
terjadi goncangan yang besar akibat gempa, kolom bangunan di desain
akan tetap bertahan, sehingga orang- orang yang berada dalam Gedung

16
masing mempunyai waktu untuk menyelamatka diri sebelum Bangunan
roboh seketika. Berikut ini adalah ilustrasi pembentukan sendi plastis
dalam perencanaan bangunan tahan gempa.

Gambar 2.10 Konstruksi Bangunan Dengan Capasity Design

17
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan


bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakankerak bumi (lempeng
bumi).
2. Gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama
tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana
tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada
saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
3. Penyusunan standar bangunan (building code) sangat penting untuk
menjamin bahwa bangunan tersebut aman untuk dihuni. Dengan adanya
standar konstruksi bangunan yang memadai, maka sekiranya standar ini
diterapkan dengan baik, maka jika terjadi gempa, akibat yang ditimbulkan
oleh gempa dapat ditekan seminimum mungkin. Teknologi rekayasa
struktur bangunan tahan gempa sudah diketahui, namun karena berbagai
alasan teknologi ini belum dapat diterapkan sepenuhnya, sehingga
seringkali gempa masih menimbulkan kerusakan yang cukup besar.
Penerapan standar konstruksi bangunan dengan ketat hendaknya
merupakan suatu kewajiban bagi semua pihak yang terlibat, terutama bagi
bangunan-bangunan umum yang dipergunakan oleh banyak orang, seperti
bangunan rumah sakit, sekolahan dan lain-lain.

3.2 Saran
1. Karena gempa bumi merupakan bencana alam yang tidak dapat dipastikan
kapan terjadi, diperlukan pengembangan IPTEK yang lebih tinggi untuk
bisa memprediksi kapan dan dimana gempa bumi terjadi.
2. Tidak ada acuan pasti tentang bangunan tahan gempa.

18
3. Sumber informasi yang terbatas sehingga sedikit menghambat dalam
mengumpulkan data materi makalah.
4. Tidak adanya ruang lingkup atau batasan bahasan makalah sehingga
sedikit sulit menentukan isi makalah.

19
DAFTAR PUSTAKA
Elvis Saputra. (2018) Filosofi dan Konsep Bangunan Tahan Gempa. from
blogspot: https://farmadel.wordpress.com/2018/10/26/filosofi-dan-konsep-
bangunan-tahan-gempa

SNI -1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan


Gedung

www.perencanaanstruktur.com/2010/07/perencanaan-bangunan-tahan-
gempa.html

Ari. Buku Ajar Rekayasa Gempa. from blogspot:


https://www.academia.edu/16294939/buku_ajar_rekayasa_gempa

https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_Bumi

Anda mungkin juga menyukai