Disusun Oleh :
PRODI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
GANJIL 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada akhirnya
bisa menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Arsitektur Lingkungan tepat pada waktunya.
Semoga makalah tugas mata kuliah Arsitektur Lingkungan yang telah kami susun ini
turut memperkaya ilmu serta dapat menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian agar penyusunan makalah ini
dapat sempurna.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gempa
2.2. Karakteristik Goncangan Gempa
2.3. Konsep Desain Bangunan Tahan Gempa Secara Struktural
2.4. Elemen Bangunan Tahan Gempa
2.5. Prinsip Dasar Bangunan Tahan Gempa
2.6. Kesatuan Struktur (Struktur Atap, Struktur Dinding, Struktur Pondasi)
2.7. Karakteristik Konstruksi Bangunan Tahan Gempa
2.8. Teknologi Pada Struktur Bangunan Tahan Gempa
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa, karena negara kita berada
di atas tiga lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia yang sewaktu-waktu bisa terjadi
gempa tektonik karena terjadinya tumbukan. Walaupun gempa tidak dapat di prediksi, namun
dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir dengan cara membangun rumah tahan gempa.
Beranjak dari kondisi yang tak terelakkan sebagai wilayah yang rawan bencana, maka
masyarakat yang tinggal di dalamnya sudah semestinya memiliki kemampuan dalam
menghadapi dan tanggap bencana. Tanggap bencana bukan lagi menjadi hal baru tapi seharusnya
sudah mendarah daging bagi warga yang tinggal di wilayah yang kerap dilanda bencana. Pola
adaptasi tanggap bencana juga harus diimplementasikan dalam upaya pembangunan rumah
rakyat sehingga rumah yang dibangun juga tahan terhadap bencana agar tidak menimbulkan
korban dan kerugian dalam jumlah besar. Untuk itu, arsitektur yang tanggap bencana harus
dibumikan di Tanah Air.
Ketika kesadaran akan pentingnya pemanfaatan material alam muncul, maka secara tidak
sadar kepedulian terhadap pengelolaan alam akan bertumbuh untuk menjamin ketersediaan
bahan baku dari alam. Selain itu, paradigma masyarakat juga harus mulai diubah untuk
menyadari pentingnya arsitektur yang tanggap bencana di Indonesia sehingga membangun dan
merenovasi rumah mereka dengan memperhatikan aspek ketahanan terhadap bencana. Untuk itu
sangatlah penting saat ini membangun rumah dengan memikirkan juga bagaimana ketahanan
rumah nantinya terhadap gempa. Gempa sangat merugikan bagi manusia. Selain bisa
menyebabkan kerugian materi, gempa juga bisa menyebabkan kerugian jiwa. Kini telah banyak
konsep rumah yang tahan terhadap gempa, walau rumah tahan gempa rata-rata memiliki model
yang lazim dari rumah pada umumnya. Namun fungsinya yang bisa menahan terhadap kerusakan
yang di timbulkan oleh gempa, bisa membuat Anda terhindar dari kerugian materi maupun jiwa.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan beberapa upaya untuk bersiap
menghadapi gempa adalah dengan membangun rumah yang dirancang tahan gempa,
mempelajari sehingga mengetahui cara-cara menyelamatkan diri dan melakukan latihan secara
rutin. "Padahal Indonesia rawan bencana, termasuk gempa. Tidak perlu takut, tetapi kita harus
siap menghadapi bencana," kata Sutopo. Pembangunan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha)
menjadi salah satu inovasi yang ditawarkan pemerintah untuk membangun rumah tahan gempa.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Prof. Arif Sabarudin mengatakan dalam membangun Risha yang
terpenting adalah strukturnya, sementara untuk dinding bisa menggunakan batu bata atau kayu
dan atap rangka baja ringan termasuk menggunakan material dari rumah yang rusak sebelumnya.
Rumah tahan gempa teknologi Risha merupakan rumah sistem modular yang terdiri dari
panel-panel beton dengan ukuran standar yang dirakit menggunakan baut-mur. "Biaya
pembangunan struktur rumah Risha diperkirakan Rp25 juta-27 juta. Waktu pengerjaan satu
unitnya bila sudah ahli bisa selesai 6 jam, namun bila belum selesai dalam 2 hari. Oleh
karenanya setelah pelatihan dan semakin sering diterapkan akan semakin ahli," kata Arif.
Gempa adalah suatu getaran yang ditimbulkan oleh pergerakan lempeng bumi
ataupun gunung yang pergerakannya tidak teratur dan menimbulkan kerusakan. Terdapat
bermacam jenis gempa, yaitu :
Gempa Bumi, adalah pergerakan lapisan batu bumi yang berasar dari dasar atau bawah
permukaan bumi.
Gempa Bumi Vulkanik (Gunung Api), adalah suatu getaran bumi yang terjadi akibat
adanya aktivitas magma gunung api, yang terjadi biasanya sebelum gunung api tersebut
meletus.
Gempa Bumi Tektonik, adalah getaran yang disebabkan karena adanya aktivitas
pergeseran lempeng bumi secara mendadak dan mempunyai kekuatan dari yang kecil
sampai yang sangat besar.
Gempa Bumi Runtuhan, adalah getaran bumi yang disebabkan adanya runtuhan bumi
atau longsor tanah, biasanya terjadi pada daerah tanah kapur atau daerah pertambangan.
Gempa Bumi Buatan, adalah getaran bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
misalnya peledakan dinamit, nuklir atau bahan peledak lainnya yang dapat menyebabkan
getaran pada muka bumi.
Dalam merancang bangunan tahan gempa ada tiga hal penting yang harus dilakukan :
1. Tersusun dengan baik
2. Dirancang dengan baik
3. Dibangun dengan baik
Pada dasarnya bangunan tahan gempa terdiri atas beberapa elemen penting yang
membentuk suatu kesatuan. Elemen-elemen penting yang bekerja sama membentuk suatu
kesatuan untuk memikul beban gempa tersebut adalah:
Elemen tegak (vertikal), berfungsi menyalurkan berat bangunan ke pondasi dan
menahan beban luar. Contoh: kolom, dinding, dan pengaku/ bracing.
Elemen datar (horisontal), berfungsi mengikat elemen tegak dan menyalurkan
beban ke elemen tegak. Contoh: balok dan diafragma (lantai dan atap).
Sistem pondasi, berfungsi mengikat dinding dan menyalurkan berat bangunan ke
tanah dasar.
Sambungan, berfungsi mengikat elemen bangunan menjadi satu kesatuan.
Contoh: sambungan balok kolom, angkur, sambungan paku, dll
1. Defleksi, termasuk defleksi yang diakibatkan pergantian suhu dan gerakan gerakan lain.
2. Daya tahan terhadap api; perlindungan terhadap petir.
3. Daya Tahan terhadap cuaca; pengendalian tingakt air permukaan.
4. Daya tahan (termasuk terhadap serangan serangga) / stabilitas bahan bangunan
5. Proses pembangunan dan kecepatan pembangunan.
6. Daya tahan bangunan terhadap waktu.
7. Rancangan khusus untuk daerah tropis.
8. Insulasi buat mengendalikan suhu; ventilasi, dan efisiensi energi.
9. Cahaya alami
10. Sistem saluran pipa.
11. Keamanan, keleluasaan pribadi penghuni, insulasi akustik seiring dengan budaya, agama,
dan tradisi local.
12. Estetika.
13. Adanya bahan baku yang memadai.
14. Adanya tenaga buruh.
Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari
keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran.
Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman.
2. Prinsip Fleksibilitas
Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus
dapatdisalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal
yang kemudianmemindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah. Adalah sangat
penting bahwa strukturutama penahan gaya horizontal itu bersifat kenyal. Karena, jika
kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada
beberapa tempat tertentu terjadiIeleh terlebih dulu. Suatu contoh misalnya deformasi
paku pada batang kayu terjadi sebelumkeruntuhan akibat momen lentur pada batangnya.
Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut jalur Iintasan gaya. Tiap-tiap
bangunan harus mempunyai jalur lintasan gayayang cukup untuk dapat menahan gaya
gempa horizontal.
Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh struktur
menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan bersama-sama
dan proporsioanal. Bangunan juga harus bersifat daktail, sehingga dapat bertahan apabila
mengalami perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
1. Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk
menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras.
KEdalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Lebar pondasi
bagian bawah 0,4 m, sedangkan lebar bagian atas pondasi 0,3 m. Seluruh pekerjaan
pasangan batu gunung ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan
batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai
dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat
dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur
dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm.
2. Beton
1. Pemasangan bekisting harus kokoh dan kuat sehingga tahan terhadap getaran yang
ditimbulkan pada saat pengecoran.
2. Setiap selesai pemasangan, harus diteliti ulang baik kekuatan maupun bentuknya.
3. Cetakan beton terbuat dari bahan yang baik sehingga mudah pada saat dilepaskan
tanpa mengakibatkan kerusakan beton.
4. Bekisting boleh dibuka setelah 28 hari. Selama beton belum mengeras harus
dilakukan perawatan beton (curing).
4. Beton bertulang
Secara garis besar beton bertulang dapat dibagi 2, kolom dan balok. Ukuran-
ukuran beton bertulang yang digunakian adalah :
Sloof = 15 cm x 20 cm
Kolom utama = 15 cm x 15 cm
Kolom praktis = 13 cm x 13 cm
Ring balok = 13 cm x 15 cm
Balok kuda-kuda = 13 cm x 15 cm
Sloof beton,
Kolom beton,
Ring balok beton
Ikatan pada tulangan beton
Bahan yang ringan untuk struktur atap biasanya digunakan seperti kayu dengan
metode sambungan ikatan sederhana. Untuk memperkuat hubungan antara batang dan
menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk segitiga. Hubungan
antara kuda-kuda yang satu dengan yang lainnya menggunakan batang pengaku.
7. Pembuatan Kolom
Agar suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat
disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya horizontal yang
kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan tanah.
2. Base Isolation
Penggunaan base isolation sebenarnya bukan alat dengan teknologi tinggi,
dasarnya menggunakan fleksibilitas seperti karet, maka dari itu base isolation
sering disebut bantalan karet. Alat ini sangat ampuh untuk meredam getaran
gempa sehingga struktur bangunan tetap terjaga.
Bantalan karet ini biasanya diterapkan di antara bagian pondasi bangunan.
Bagian atas dan bawah base isolation dilapisi lempengan baja dengan tujuan
untuk menambah tingkat kekakuan pada karet, dengan begitu penurunan yang
terjadi akibat tumpuan bangunan di atas bantalan karet tidak terlalu besar.
Dengan adanya bantalan karet ini maka bangunan bisa bergerak fleksibel ketika
gempa secara horizontal. Bantalan karet mampu menahan daya reaksi sebesar
70% karena secara alami dapat bergerak secara fleksibel dan mampu menyerap
energi yang dihasilkan oleh gempa.
KESIMPULAN
3.1.Kesimpulan
3.2. Saran
Baskoro, Purwanti (2008). Membangun Rumah Yang Tahan Gempa, Kontan, Jakarta.
Jogja – Jateng Archquick Response Production Team Universitas Gadjah Mada (2006).
Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa, UGM, Yogyakarta.
https://dokumen.tips/documents/konsep-dasar-bangunan-tahan-gempa.html
https://zaialqudri.wordpress.com/2014/03/23/konsep-bangunan-tahan-gempa/
https://artcivcad.blogspot.com/2016/04/bangunan-tahan-gempa.html
https://www.terraconblock.com/konsep-dasar-bangunan-tahan-gempa/
https://www.kompasiana.com/christiesuharto/550dc66d8133116b2cb1e638/desain-rumah-
sederhana-konsep-bangunan-tahan-gempa?page=all