Anda di halaman 1dari 21

Arsitektur Lingkungan

PENERAPAN KONSEP DESAIN ARSITEKTUR


DI DAERAH RAWAN GEMPA

Disusun Oleh :

1. Annisa Qathrunnada 1704104010095


2. Siti Afifah 1704104010087
3. Zitkala Sa 1704104010056

PRODI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
GANJIL 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada akhirnya
bisa menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Arsitektur Lingkungan tepat pada waktunya.

Semoga makalah tugas mata kuliah Arsitektur Lingkungan yang telah kami susun ini
turut memperkaya ilmu serta dapat menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian agar penyusunan makalah ini
dapat sempurna.

Banda Aceh, 2 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gempa
2.2. Karakteristik Goncangan Gempa
2.3. Konsep Desain Bangunan Tahan Gempa Secara Struktural
2.4. Elemen Bangunan Tahan Gempa
2.5. Prinsip Dasar Bangunan Tahan Gempa
2.6. Kesatuan Struktur (Struktur Atap, Struktur Dinding, Struktur Pondasi)
2.7. Karakteristik Konstruksi Bangunan Tahan Gempa
2.8. Teknologi Pada Struktur Bangunan Tahan Gempa

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa, karena negara kita berada
di atas tiga lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia yang sewaktu-waktu bisa terjadi
gempa tektonik karena terjadinya tumbukan. Walaupun gempa tidak dapat di prediksi, namun
dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir dengan cara membangun rumah tahan gempa.

Beranjak dari kondisi yang tak terelakkan sebagai wilayah yang rawan bencana, maka
masyarakat yang tinggal di dalamnya sudah semestinya memiliki kemampuan dalam
menghadapi dan tanggap bencana. Tanggap bencana bukan lagi menjadi hal baru tapi seharusnya
sudah mendarah daging bagi warga yang tinggal di wilayah yang kerap dilanda bencana. Pola
adaptasi tanggap bencana juga harus diimplementasikan dalam upaya pembangunan rumah
rakyat sehingga rumah yang dibangun juga tahan terhadap bencana agar tidak menimbulkan
korban dan kerugian dalam jumlah besar. Untuk itu, arsitektur yang tanggap bencana harus
dibumikan di Tanah Air.

Oleh karenanya, pemerintah perlu menyediakan aturan yang mendorong implementasi


arsitektur yang tanggap bencana terutama bagi perumahan rakyat. Arsitektur yang tanggap
bencana itu dapat dibangun dengan mengadopsi budaya lokal seperti rumah tradisional yang
berbahan kayu atau bambu. Kearifan lokal tersebut dapat dikawinkan dengan perkembangan
teknologi saat ini sehingga rumah atau bangunan yang dihasilkan tetap elegan, indah dan
mengikuti perkembangan zaman.

Ketika kesadaran akan pentingnya pemanfaatan material alam muncul, maka secara tidak
sadar kepedulian terhadap pengelolaan alam akan bertumbuh untuk menjamin ketersediaan
bahan baku dari alam. Selain itu, paradigma masyarakat juga harus mulai diubah untuk
menyadari pentingnya arsitektur yang tanggap bencana di Indonesia sehingga membangun dan
merenovasi rumah mereka dengan memperhatikan aspek ketahanan terhadap bencana. Untuk itu
sangatlah penting saat ini membangun rumah dengan memikirkan juga bagaimana ketahanan
rumah nantinya terhadap gempa. Gempa sangat merugikan bagi manusia. Selain bisa
menyebabkan kerugian materi, gempa juga bisa menyebabkan kerugian jiwa. Kini telah banyak
konsep rumah yang tahan terhadap gempa, walau rumah tahan gempa rata-rata memiliki model
yang lazim dari rumah pada umumnya. Namun fungsinya yang bisa menahan terhadap kerusakan
yang di timbulkan oleh gempa, bisa membuat Anda terhindar dari kerugian materi maupun jiwa.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan beberapa upaya untuk bersiap
menghadapi gempa adalah dengan membangun rumah yang dirancang tahan gempa,
mempelajari sehingga mengetahui cara-cara menyelamatkan diri dan melakukan latihan secara
rutin. "Padahal Indonesia rawan bencana, termasuk gempa. Tidak perlu takut, tetapi kita harus
siap menghadapi bencana," kata Sutopo. Pembangunan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha)
menjadi salah satu inovasi yang ditawarkan pemerintah untuk membangun rumah tahan gempa.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Prof. Arif Sabarudin mengatakan dalam membangun Risha yang
terpenting adalah strukturnya, sementara untuk dinding bisa menggunakan batu bata atau kayu
dan atap rangka baja ringan termasuk menggunakan material dari rumah yang rusak sebelumnya.

Rumah tahan gempa teknologi Risha merupakan rumah sistem modular yang terdiri dari
panel-panel beton dengan ukuran standar yang dirakit menggunakan baut-mur. "Biaya
pembangunan struktur rumah Risha diperkirakan Rp25 juta-27 juta. Waktu pengerjaan satu
unitnya bila sudah ahli bisa selesai 6 jam, namun bila belum selesai dalam 2 hari. Oleh
karenanya setelah pelatihan dan semakin sering diterapkan akan semakin ahli," kata Arif.

1.2. Rumusan Masalah


 Bagaimanakah model desain rumah tinggal yang ramah terhadap gempa bumi?
 Bagaimanakah model desain sistem struktur-konstruksi rumah tinggal yang
mampu menahan dan ramah terhadap pengaruh gaya lateral yang disebabkan oleh
gempa bumi?

1.3. Tujuan Masalah

 Mengungkap dan mendeskripsikan potensi Arsitektur yang dapat dikembangkan


menjadi model rumah tinggal yang ramah terhadap gempa bumi.
 Menemukan dan mengembangkan model desain rumah tinggal yang ramah
terhadap gempa bumi.
 Menemukan dan mengembangkan model desain sistem struktur dan konstruksi
rumah tinggal yang mampu menahan dan ramah terhadap pengaruh gaya lateral
yang disebabkan oleh gempa bumi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gempa

Gempa adalah suatu getaran yang ditimbulkan oleh pergerakan lempeng bumi
ataupun gunung yang pergerakannya tidak teratur dan menimbulkan kerusakan. Terdapat
bermacam jenis gempa, yaitu :
 Gempa Bumi, adalah pergerakan lapisan batu bumi yang berasar dari dasar atau bawah
permukaan bumi.
 Gempa Bumi Vulkanik (Gunung Api), adalah suatu getaran bumi yang terjadi akibat
adanya aktivitas magma gunung api, yang terjadi biasanya sebelum gunung api tersebut
meletus.
 Gempa Bumi Tektonik, adalah getaran yang disebabkan karena adanya aktivitas
pergeseran lempeng bumi secara mendadak dan mempunyai kekuatan dari yang kecil
sampai yang sangat besar.
 Gempa Bumi Runtuhan, adalah getaran bumi yang disebabkan adanya runtuhan bumi
atau longsor tanah, biasanya terjadi pada daerah tanah kapur atau daerah pertambangan.
 Gempa Bumi Buatan, adalah getaran bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
misalnya peledakan dinamit, nuklir atau bahan peledak lainnya yang dapat menyebabkan
getaran pada muka bumi.

2.2. Karakteristik Goncangan Gempa


Pada lokasi bangunan, gempa bumi akan menyebabkan tanah dibawah bangunan
dan sekitarnya tergoncang dan bergerak secara tak beraturan. Percepatan tanah terjadi
secara tiga dimensi membentuk kombinasi frekwensi getaran dari 0,5 Hertz sampai 50
Hertz. Jika bangunan kaku (fixed) terhadap tanah (tidak dapat bergeser) gaya inersia yang
menahan percepatan tanah akan bekerja pada tiap-tiap elemen struktur dari bangunan
selama gempa terjadi. Besarnya gaya-gaya inersia ini tergantung dari berat bangunan.
Semakin ringan berarti semakin kecil gaya inersia yang bekerja pada struktur tersebut.

2.3. Konsep Desain Bangunan Tahan Gempa Secara Struktural


Bangunan yang didesain tahan gempa pada prinsipnya harus menjamin keamanan
dan kenyamanan pengguna bangunan. Untuk menghasilkan bangunan yang berkualitas
harus didukung oleh penggunaan material yang bermutu dan tenaga kerja yang terampil.
Hasil akhir yang diharapkan dari bangunan tahan gempa ini adalah tercapainya kinerja
bangunan, yaitu:
 Bangunan tidak mengalami kerusakan pada elemen struktural maupun non-
struktural saat terjadi gempa ringan.
 Pada saat terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan yang dapat
diperbaiki pada elemen non-struktural, sedangkan elemen struktural tidak boleh
mengalami kerusakan.
 Pada saat terjadi gempa kuat, bangunan boleh mengalami kerusakan pada elemen
struktural dan non-struktural, tetapi bangunan tidak boleh runtuh. Untuk
memenuhi kinerja bangunan yang diharapkan, maka harus dipenuhi persyaratan
bangunan tahan gempa sebagai berikut:
o Bangunan harus terletak di atas tanah yang stabil.
o Denah bangunan rumah sebaiknya sederhana dan simetris.
o Kualitas material dan campuran beton serta spesi/mortar harus memadai.
o Sloof diangkur ke pondasi.
o Adanya balok ring yang diikat kaku dengan kolom.
o Setiap luasan dinding 10 m2 harus dipasang kolom praktis.
o Dinding pasangan bata/batako dipasang angkur setiap jarak vertikal 30 cm
yang dijangkarkan ke kolom.
o Seluruh kerangka bangunan harus terikat secara kokoh dan kaku.
o Rangka kuda-kuda, pada titik sambungan kayu diberi baut dan plat
pengikat.
o Usahakan atap terbuat dari material yang ringan.
o Pelaksanaan konstruksi harus baik.

Dalam merancang bangunan tahan gempa ada tiga hal penting yang harus dilakukan :
1. Tersusun dengan baik
2. Dirancang dengan baik
3. Dibangun dengan baik

Rancangan gedung dengan konsep struktur simetri :

 Elemen-elemen penahan beban seismis sebaiknya disusun secara simetris.


 Pentingnya susunan yang simetris berbanding lurus dengan tingginya gedung.
 Elemen yang penting untuk menahan beban seismis ( contoh: tembok, kerangka
struktur beton / baja ) sebaiknya disebar secara simetris dan teratur menghadap ke
dua arah dasar gedung.
 Tembok dan kerangka sebaiknya dipasang di batas pinggir bangunan. Jika semua
elemen tersebut dipusatkan pada satu lokasi, maka elemen-elemen tersebut akan
mengakibatkan puntiran pada bangunan; dan puntiran ini bisa mengakibatkan
runtuhnya gedung.
 Konsep rancangan simetri sebaiknya diupayakan pada kedua arah orthogonal.
Ketika membangun gedung berbentuk “L”, "H" atau “U”, rancangan denah
gedung sebaiknya dibuat dengan rasio panjang-lebar kurang dari 1 banding 3. Jika
ini tak memungkinkan karena adanya tuntutan design arsitektur, maka sebaiknya
sayap gedung dijadikan bangunan terpisah secara struktural ( melakukan dilatasi =
pemisahan bangunan secara struktural )
 Asimetri vertical juga sangat penting untuk dihindari jika membangun gedung
lebih tinggi dari satu lantai. Elemen penahan beban lateral utama harus tersusun
secara konsisten dari bawah sampai atas gedung. Hindarilah perubahan berat jenis
diantara lantai ( perbedaannya sebaiknya dibawah 50% ), dan juga hindarilah
perubahan kekakuan lateral.

Pemisahan bangunan ini hanya terjadi pada bagian struktur bangunan,


sehingga saat terjadi gempa distribusi tekanan tidak akan mempengaruhi bagian
bangunan lainnya.
Contoh terjadinya kerusakan akibat gempa pada bagian pertemuan bangunan bila
desain dilakukan tanpa pemisahan struktur / dilatasi.

2.4. Elemen Bangunan Tahan Gempa

Pada dasarnya bangunan tahan gempa terdiri atas beberapa elemen penting yang
membentuk suatu kesatuan. Elemen-elemen penting yang bekerja sama membentuk suatu
kesatuan untuk memikul beban gempa tersebut adalah:
 Elemen tegak (vertikal), berfungsi menyalurkan berat bangunan ke pondasi dan
menahan beban luar. Contoh: kolom, dinding, dan pengaku/ bracing.
 Elemen datar (horisontal), berfungsi mengikat elemen tegak dan menyalurkan
beban ke elemen tegak. Contoh: balok dan diafragma (lantai dan atap).
 Sistem pondasi, berfungsi mengikat dinding dan menyalurkan berat bangunan ke
tanah dasar.
 Sambungan, berfungsi mengikat elemen bangunan menjadi satu kesatuan.
Contoh: sambungan balok kolom, angkur, sambungan paku, dll

Hal yang harus diperhatikan :

1. Defleksi, termasuk defleksi yang diakibatkan pergantian suhu dan gerakan gerakan lain.
2. Daya tahan terhadap api; perlindungan terhadap petir.
3. Daya Tahan terhadap cuaca; pengendalian tingakt air permukaan.
4. Daya tahan (termasuk terhadap serangan serangga) / stabilitas bahan bangunan
5. Proses pembangunan dan kecepatan pembangunan.
6. Daya tahan bangunan terhadap waktu.
7. Rancangan khusus untuk daerah tropis.
8. Insulasi buat mengendalikan suhu; ventilasi, dan efisiensi energi.
9. Cahaya alami
10. Sistem saluran pipa.
11. Keamanan, keleluasaan pribadi penghuni, insulasi akustik seiring dengan budaya, agama,
dan tradisi local.
12. Estetika.
13. Adanya bahan baku yang memadai.
14. Adanya tenaga buruh.

2.5. Prinsip Dasar Bangunan Tahan Gempa

Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari
keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran.
Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman.

1. Prinsip Dasar Kekakuan Strukur Rumah

Prinsip kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih solid terhadap


goncangan. Terbukti, struktur kaku seperti beton bertulang jika dibuat dengan baik dapat
meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini berarti perlu diperhatikan dengan sungguh-
sungguh struktur yang dibuat pada saat pembangunan agar dapat lebih kuat dan lebih
kaku. Kekakuan struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan runtuh saat
gempa terjadi. Kolom-kolom dan balok pengikat harus kuat dan ditopang oleh pondasi
yang baik pula.

2. Prinsip Fleksibilitas

Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil,


misalnya dengan menggunakan prinsip hubungan roll pada tumpuan-tumpuan beban.
Yang dimaksud dengan roll adalah jenis hubungan pembebanan yang dapat bergerak
dalam skala kecil untuk meredam getaran.

3. Prinsip Penggunaan Bahan Material Yang Ringan Dan “Kenyal”

Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu, arsitek dan


sarjana sipil harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika mungkin
sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya beban
inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai contoh penutup
atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3x
beban gempa yang dihasilkan oleh penutupatap seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya
dengan pasangan dinding bata menghasiIkan beban gempa sebesa 15x beban gempa yang
dihasilkan oleh dinding kayu. Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan
“kenyal” menggunakan bahan-bahan material ringan yang tidak lebih membahayakan
jika runtuh dan lebih ringan sehingga tidak sangat membebani struktur yang ada.
Contohnya : struktur kayu dapat menerima perpindahan hubungan antar kayu dalam skala
gempa sedang.

4. Prinsip Massa Yang Terpisah-Pisah

Prinsip massa yang terpisah-pisah, yaitu memecah bangunan dalam beberapa


bagian menjadi struktur yang lebih kecil sehingga struktur ini tidak terlalu besar dan
terlalu panjang karena jika terkena gempa harus meredam getaran lebih besar.

5. Prinsip Denah Yang Sederhana Dan Simetris

Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah bangunan


yangsederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal yang simetris.
Struktur seperti inidapat menahan gaya gempa Iebih baik karena kurangnya efek torsi dan
kekekuatannya yang lebih merata.

6. Prinsip Sistim Konstruksi Penahan Beban Yang Memadai

Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus
dapatdisalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal
yang kemudianmemindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah. Adalah sangat
penting bahwa strukturutama penahan gaya horizontal itu bersifat kenyal. Karena, jika
kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada
beberapa tempat tertentu terjadiIeleh terlebih dulu. Suatu contoh misalnya deformasi
paku pada batang kayu terjadi sebelumkeruntuhan akibat momen lentur pada batangnya.
Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut jalur Iintasan gaya. Tiap-tiap
bangunan harus mempunyai jalur lintasan gayayang cukup untuk dapat menahan gaya
gempa horizontal.

2.6. Kesatuan Struktur ( Struktur Atap, Struktur Dinding, Struktur Pondasi )

Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh struktur
menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan bersama-sama
dan proporsioanal. Bangunan juga harus bersifat daktail, sehingga dapat bertahan apabila
mengalami perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
1. Pondasi

Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk
menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras.
KEdalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Lebar pondasi
bagian bawah 0,4 m, sedangkan lebar bagian atas pondasi 0,3 m. Seluruh pekerjaan
pasangan batu gunung ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan
batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai
dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat
dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur
dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm.

2. Beton

Beton yang digunakan untuk beton bertulang dapat menggunakan perbandingan 1


semen : 2 pasir : 3 kerikil. Air yang digunakan adalah ½ dari berat semen (FAS 0,5).
Mutu yang diharapkan dapat tercapai dari perbandingan ini adalah 150 kg/cm 2.

3. Cetakan beton (bekisting)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cetakan beton adalah :

1. Pemasangan bekisting harus kokoh dan kuat sehingga tahan terhadap getaran yang
ditimbulkan pada saat pengecoran.
2. Setiap selesai pemasangan, harus diteliti ulang baik kekuatan maupun bentuknya.
3. Cetakan beton terbuat dari bahan yang baik sehingga mudah pada saat dilepaskan
tanpa mengakibatkan kerusakan beton.
4. Bekisting boleh dibuka setelah 28 hari. Selama beton belum mengeras harus
dilakukan perawatan beton (curing).
4. Beton bertulang

Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi


tahan gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan
karena dapat melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau
tukang suka menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau
vibrator sangat disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

Untuk membuat struktur beton bertulang (balok,sloof,dan ring balok) menjadi


satu kesatuan system pengakuran yang baik dan penerusan tulangan harus dilakukan
dengan baik. Tulangan yang digunakan untuk beton bertulang mempunyai diameter
minimum Æ10 mm dengan jarak sengkang bervariasi.

Secara garis besar beton bertulang dapat dibagi 2, kolom dan balok. Ukuran-
ukuran beton bertulang yang digunakian adalah :

 Sloof = 15 cm x 20 cm
 Kolom utama = 15 cm x 15 cm
 Kolom praktis = 13 cm x 13 cm
 Ring balok = 13 cm x 15 cm
 Balok kuda-kuda = 13 cm x 15 cm

5. Ikatan Tulangan Beton

Tulangan beton memegang peranan penting dalam konsep bangunan tahan


gempa. Pengerjaan dan kualitas dari penulangan beton harus sangat diperhatikan. Di
masyarakat umum, tukang kebanyakan mengganggap sepele titik pekerjaan ini dan
kurang mengindahkan nilai-nilai kekuatan ikatan tulangan.
Ikatan tulangna beton ini terdiri dari :

 Sloof beton,
 Kolom beton,
 Ring balok beton
Ikatan pada tulangan beton

Detail sambungan tulangan tahan gempa

Detail sambungan tulangan tahan gempa


6. Rangka Atap

Bahan yang ringan untuk struktur atap biasanya digunakan seperti kayu dengan
metode sambungan ikatan sederhana. Untuk memperkuat hubungan antara batang dan
menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk segitiga. Hubungan
antara kuda-kuda yang satu dengan yang lainnya menggunakan batang pengaku.

7. Pembuatan Kolom

Kolom berfungsi sebagai pemikul beban dan menyalurkan beban ke pondasi.


Kolom bangunan sederhana tahan gempa minmal harus memenuhi persyaratan berikut:
 Ukuran kolom minimal 12 x 12 cm.
 Tebal selimut beton 2.5 cm.
 Diamater minimum tulangan utama yang digunakan adalah 12 mm.
 Jarak sengkang pada daerah tumpuan lebih rapat dari pada sengkang pada
daerah tengah bentang (jarak < 15 cm).
 Tulangan Utama pada kolom harus dibengkokkan ke arah pondasi dan
balok sepanjang 40D guna memenuhi panjang penyaluran untuk bangunan
tahan gempa.
 Untuk meningkatkan kesatuan elemen dan mencegah agar dinding tidak
lepas saat terjadi gempa maka angkur harus dipasang dari kolom ke
dinding.
 Kolom harus diangkurkan pada pondasi.
 Sengkang harus memiliki seismic hook (bengkokan) sepanjang 6D dan
diameter tulangan sengkang minimal yang digunakan adalah 8 mm.
 Kolom harus dilot dengan bantuan benang dan besi pemberat
2.7. Karakteristik Konstruksi Bangunan Tahan Gempa

1. Denah yang Sederhana dan Simetris

Penelitian pada kerusakan yang diakibatkan oleh gempa menunjukan pentingnya


membuat bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horizontal
yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa lebih baik karena
kurangnya efek torsi dan kekuatannya lebih merata.

2. Bahan Bangunan yang Ringan

Seringkali, pada pelaksanaan pembangunan tertentu menggunakan bahan bangunan


yang berat. Tapi jika mungkin, sebaiknya memakai bahan bangunnan yang ringan. Hal
ini dikarenakan bersarnya beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan
bangunan. Sebagai contoh, penutup atap genteng diatas rangka kuda-kuda kayu
menghasilkan beban horizontal sebesar 3x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup
atap seng. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasilkan beban sebesar 15x
beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.

3. Sistem Penahan Beban Yang Baik

Agar suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat
disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya horizontal yang
kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan tanah.

2.8. Teknologi Pada Struktur Bangunan Tahan Gempa


Sebenarnya saat ini sudah banyak teknologi yang diklaim sebagai “penahan
gempa” pada bangunan. Bukan berarti bangunan tidak hancur sama sekali,
setidaknya ketika terjadi gempa dengan skala besar maka bangunan tidak langsung
ambruk sehingga para penghuni bangunan bisa langsung menyelamatkan diri. Selain
itu, struktur bangunan tahan gempa juga bisa diartikan sebagai bangunan yang
mampu meredam getaran gempa sehingga efeknya tidak terlalu besar terhadap
bangunan. Pada dasarnya rumah anti gempa menerapkan beberapa prinsip seperti
prinsip fleksibilitas, prinsip kekakuan dan prinsip penahan.

1. Teknologi PPBM (Poly Propelybe Band Mesh)


Tahun 2016 lalu University of Tokyo, Meguro Laboratorium dan JICA
bersama PIP2B Yogyakarta memperkenalkan sebuah konstruksi rumah yang
sangat aman dan tahan gempa dengan biaya pembangunan yang jauh lebih
murah.
Rumah tahan gempa ini menggunakan teknologi PPBM (Polypropelyne
Band Mesh). Teknologi ini merupakan penguat dinding yang menggunakan tali
poly propelyne untuk mengikat dinding bangunan sehingga dinding tetap kuat
dan tidak langsung runtuh ketika gempa.
Teknologi ini sangat cocok untuk perumahan di Indonesia karena sebagian
besar bangunan masih menggunakan batu bata untuk bagian dindingnya. Tali
Propelyne ini akan menahan dinding bangunan ketika terjadi gempa sehingga
penghuni rumah masih memiliki waktu untuk menyelamatkan diri.

2. Base Isolation
Penggunaan base isolation sebenarnya bukan alat dengan teknologi tinggi,
dasarnya menggunakan fleksibilitas seperti karet, maka dari itu base isolation
sering disebut bantalan karet. Alat ini sangat ampuh untuk meredam getaran
gempa sehingga struktur bangunan tetap terjaga.
Bantalan karet ini biasanya diterapkan di antara bagian pondasi bangunan.
Bagian atas dan bawah base isolation dilapisi lempengan baja dengan tujuan
untuk menambah tingkat kekakuan pada karet, dengan begitu penurunan yang
terjadi akibat tumpuan bangunan di atas bantalan karet tidak terlalu besar.
Dengan adanya bantalan karet ini maka bangunan bisa bergerak fleksibel ketika
gempa secara horizontal. Bantalan karet mampu menahan daya reaksi sebesar
70% karena secara alami dapat bergerak secara fleksibel dan mampu menyerap
energi yang dihasilkan oleh gempa.

3. Early Warning System Gempa

Selain memasang berbagai alat untuk meredam gempa, dibutuhkan juga


suatu teknologi yang mampu “bertindak” secara langsung ketika terjadi gempa.
Early Warning System Gempa merupakan teknologi berupa instrument yang
terhubung dengan seluruh sistem di dalam Gedung. Ketika gempa terjadi, sistem
akan mematikan semua listrik secara otomatis (lift, lampu, cctv, escalator, dll).
Kemudian akan dibunyikan alarm sebagai warning atau peringatan bahwa sedang
ada gempa sehingga para penghuni gedung bisa langsung menyelamatkan diri.

Early Warning System menggunakan teknologi berupa sensor yang


dipasang di beberapa titik pada struktur gedung. Sensor yang terhubung dengan
program AI (Artificial Intelligence) akan mempelajari kondisi sekitar dengan
menganalisa getaran, sehingga sensor bisa membedakan antara getaran yang
ditimbulkan dengan sengaja (kendaraan, alat berat, dll) dengan getaran gempa
bumi.
BAB III

KESIMPULAN

3.1.Kesimpulan

Perencanaan rumah bangunan tahan gempa sebaiknya selalu mengacu pada


ketentuan dasar sebagai berikut : Kekenyalan struktur sangat ditekankan sekali untuk
mencegah keruntuhan bangunan, gaya gempa hanya dapat ditahan oleh sistem struktur
yang menerus (jalur lintasan gaya yang menerus) dari puncak bangunan sampai ke tanah,
agar menghindari bangunan dari gempa sebaiknya perletakan rumah pada tempat yang
aman misalnya jauh dari tebing untuk menghindari terjadinya longsor apabila terjadi
gempa, untuk bangunan rumah tahan gempa adukan beton yang terlalu encer akan
menyebabkan berkurangnya kekuatan beton ataupun beton cepat keropos, membangun
rumah tahan gempa ada 2 cara yaitu dengan cara bata terlebih dahulu atau kolom terlebih
dahulu. Prinsip utama dalam bangunan tahan gempa meliputi : Denah yang sederhana &
simetris, bahan bangunan harus seringan mungkin, dan sistem konstruksi penahan beban
yang harus memadai meliputi struktur atap, dinding, dan pondasi.

3.2. Saran

Spesifikasi teknis yang diperlukan dalam membangun rumah sederhana tahan


gempa harus memenuhi kaidah-kaidah teknis yang terdapat dalam peraturan Kepmen
Kimpraswil No. 403/2002 tentang bangunan rumah tinggal dan standart perencanaan
bangunan tahan gempa dari Departemen Pekerjaan Umum. Disamping itu pula secara
umum teknis perencanaan rumah tahan gempa meliputi :

1. Pembuatan tulangan kolom harus diteruskan sampai ke fondasi bangunan.


2. Menggunakan angkur untuk menguatkan ikatan kolom dengan dinding, jarak
vertikal antar angkur adalah 30 cm.
3. Bahan pembuat dinding menggunakan bahan yang ringan dan kaku.
4. Bahan atap juga sebaiknya dari bahan yang ringan.
5. Ikatan struktur dan kuda-kuda atap harus kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, Purwanti (2008). Membangun Rumah Yang Tahan Gempa, Kontan, Jakarta.

Frick, Heinz (1984). Rumah Sederhana,. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Mistra (2007), Membangun Rumah Tahan Gempa. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Jogja – Jateng Archquick Response Production Team Universitas Gadjah Mada (2006).
Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa, UGM, Yogyakarta.

https://dokumen.tips/documents/konsep-dasar-bangunan-tahan-gempa.html

https://zaialqudri.wordpress.com/2014/03/23/konsep-bangunan-tahan-gempa/

https://artcivcad.blogspot.com/2016/04/bangunan-tahan-gempa.html

https://www.terraconblock.com/konsep-dasar-bangunan-tahan-gempa/

https://www.kompasiana.com/christiesuharto/550dc66d8133116b2cb1e638/desain-rumah-
sederhana-konsep-bangunan-tahan-gempa?page=all

Anda mungkin juga menyukai