Anda di halaman 1dari 23

karya tulis bangunan tahan gempa

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis masih diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan

karya tulis sesuai dengan disiplin ilmu penulis yaitu Teknik Sipil dan dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Karya Tulis ini dengan judul Meminimalisir

Kerusakan Bangunan yang Disebabkan Oleh Gempa Bumi dibuat sebagai

pengajuan beasiswa PPA dan BBBM Tahun 2010.

Karya tulis ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak oleh karena

itu penulis mengucapkan terimakasi kepada semua pihak, baik secara langsung

ataupun tidak langsung yang turut membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.

Dalam penulisan karya tulis ini penulis berharap semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat dalam meminimalisir rusaknya banguna akibat dari gempa bumi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari yang

diharapkan, maka kritik dan saran sangat diharapkan guna penyempurnaan karya

tulis ini.

Jimbaran , Maret 2010


Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..i

Daftar Isi ..ii

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ..1

1.2 Rumusan Masalah ..3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ..3

1.3.1 Tujuan Penulisan ..3

1.3.2 Manfaat Penulisan ..3

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Devinisi Gempa Bumi ..4

III. Pembahasan

3.1 Prinsip-prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa ..6

3.1.1 Denah Yang Sederhana dan Simetris ..6

3.1.2 Bahan Bangunan Harus Seringan Mungkin ..6

4.2 Perlunya Sistem Konstruksi Penahan Beban Yang Memadai ..7

3.2 Struktur Rumah Penahan Gempa ..8

4.4.2 struktur Atap ..8

4.4.3 Struktur Dinding .12

4.4.3 Struktur Pondasi .13

IV. Penutup

4.1 Kesimpulan & Saran.17


Daftar Pustaka

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Setiap tahun kerak luar bumi bergetar sekitar satu juta kali. Getaran-getaran

tersebut dapat diukur dengan peralatan seismograf. Sekitar 20 getaran diantaranya

merupakan gempa bumi kuat dan 2 getaran merupakan gempa bumi ynag sangat

kuat. Gempa bumi merambat melalui getaran keseluruh permukaan Bumi, akan

tetapi menjadi berbahaya disekitar pusat gempa. Daerah yang paling rawan adalah

yang mengalami pergeseran lempeng tektonik.

Gempa bumi merupakan bencana alam yang paling menakutkan bagi manusia,

karena bencana alam ini terjadi secara tiba-tiba, tidak dapat diprediksi kapan

terjadinnya. Hal ini akibat kita selalu mengandalkan tanah tempat kita berpijak di

bumi sebagai landasan yang paling stabil yang bisa selalu dalam keadaan diam

dan menopang kita. Begitu terjadi gempa bumi, kita tiba-tiba menyadari bahwa

tanah yang kita pijak tersebut ternyata bisa kehilangan stabilitasnya sehingga

dapat merusak lingkungan dan bangunan yang ada di atas lapisan permukaan

tanah, dan mampu menelan korban.

Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko

gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa diseIuruh dunia. Data-data

terakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata-rata setiap tehun terjadi

sepuluh kegiatan gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan yang cukup besar

di Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan sebagian lagi pada

daerah pemukiman. Pada daerah pemukiman yang cukup padat, perlu adanya
suatu perlindungan untuk mengurangi angka kematian penduduk dan kerusakan

berat akibat goncangan gempa. Dengan menggunakan prinsip teknik yang benar,

detail konstruksi yang baik dan praktis maka kerugian harta benda dan jiwa

menusia dapat dikurangi.

Seperti halnya peristiwa beberapa tahun yang lalu di Yogjakarta diguncang oleh

gempa berkekuatan 6,2 skala Richter pada tanggal 27 Mei 2006 kurang lebih

pukul 05.55 WIB selama 57 detik.Korban tewas menurut laporan terakhir dari

Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB,

berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26

jiwa, Gunung Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3

jiwa, Boyolali 3 jiwa, Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di

Bantul 3.968 jiwa. Sementara korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917

lainnya menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling

parah terkena bencana. Informasi menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah

ini rubuh.

Gambar 1. gempa Yogjakarta.


Biasanya setelah terjadi gempa manusia baru sadar akan konstruksi bangunan

yang kurang kokoh menyebabkan banyak menelan korban jiwa. Bangunan yang

tahan gempa bisa dibangun dengan teknologi sederhana yang biasa dipakai dalam

rumah-rumah konvensional dengan sistem struktur beton bertulang, dinding batu-

bata dan atap kayu. Penambahan yang perlu dilakukan, misalnya pada

penambahan angkur yang memperkuat hubungan antara elemen beton, dinding,

atap dan elemen lainnya. Dengan sistem-sistem bangunan yang dikenal di

Indonesia dan dibuat oleh standarisasi pemerintah.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara meminimalisir hancurnya bangunan akibat dampak yang

ditimbulkan gempa bumi?

2. Apakah struktur suatu bangunan berpengaruh terhadap kekuatan bangunan

untuk menahan gempa bumi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1.3.1. Tujuan Penulisan

1. Memahami dampak yang ditimbulkan gempa bumi agar dapat meminimalisir

rusaknya suatu bangunan

2. Berpengaruh atau tidaknya struktur bangunan dalam menahan gempa bumi

1.3.2. Manfaat Penulisan

1. Kita dapat mengetahui, memahami arti dari gempa bumi, dampak yang

ditimbulkannya.

2. mengetahui bahwa struktur bangunan sangat berpengaruh terhadap kekuatan

suatu bangunan dalam menahan gempa bumi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Devinisi Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan suatu bencana alam yang disebabkan oleh lempeng-

lempeng yang merupakan bagian dari kerak bumi yang bergerak aktif. Pergerakan

itu

dipicu antara lain oleh air laut dan samudera.

Sekitar 71 persen wilayah bumi kita terdiri atas laut dan samudera, atau dengan

kata lain berupa air.

Lempeng-lempeng bumi ini sebenarnya adalah bagian dari kerak bumi yang

terdiri atas berbagai jenis bebatuan. Efek dari pergeseran itu adalah berupa getaran

yang disebut gempa. Gempa terjadi karena ada perpindahan massa dalam lapisan

batuan bumi. Kekuatan suatu gempa bergantung pada jumlah energi yang terlepas,

saat terjadi pergeseran dan tumbukan. Pergeseran tersebut memang

memungkinkan terjadinya tumbukan. Ada kalanya pergeseran itu menyebabkan

perubahan bentuk yang tiba-tiba, sehingga terjadi ledakan dan patahan yang
menimbulkan gempa hebat yang disebut sebagai gempa tektonik. Keadaan itu

tidak bisa kita hindari karena memang bagian dari evolusi bumi.

Walaupun gempa tidak dapat kita prediksi, namun kita dapat meminimalisir

dampak yang ditimbulkannya dengan cara membangun rumah tahan gempa.

Ketika gempa dan tsunami, sebagian besar rumah tradisional (berbahan kayu)

masih tetap

berdiri kokoh. Bahkan di negara jepang yang sering terjadi ratusan gempa, bahan

dasar rumah mereka (Jepang, red) terbuat dari kayu dan kertas ditambah lagi

dengan pintu yang digeser kesamping, serta meja ala jepangnya yang hampir

menyentuh lantai. Kini dengan teknologi barunya, Jepang menciptakan rumah

Barier adalah rumah bola nomaden yang memiliki banyak keistimewaan.

Diantaranya, tahan gempa dan bisa mengapung di air. Rumah bola ini dibuat

berdasarkan Hukum Bernauli yang berbunyi: jika ada angin berhembus di bawah

suatu benda, maka benda tersebut mengalami tekanan gaya ke bawah. Dinding

rumah ini terdiri dari 32 sisi. Rahasia dari rumah ini adalah pada sistem

pondasinya. Dengan menggunakan struktur pondasi bebas (beda dengan rumah

biasa) dan pemberian gaya yang merata di 32 sisi dinding rumah bola ini

menyebabkan rumah bola ini memiliki kekuatan yang

merata pada setiap bagiannya.

Bahan rumah ini terdiri dari tiga lapisan, lapisan tengahnya mampu mengalirkan

udara masuk dan keluar. Bagian sisi paling luar dibuat dari bahan urethane anti

air, lapisan tengah adalah

agregat (kerikil) dan lapisan dalamnya terbuat dari bahan kayu. Makanya, sela-

sela kerikil inilah yang dimanfaatkan untuk mengalirkan udara. Jika terjadi banjir,
rumah ini akan secara otomatis bisa mengapung di atas air. Hanya saja

tidak bisa dikendalikan oleh penghuni rumah bola tersebut. Mereka akan terbawa

terus oleh arus. Walaupun demikian, rumah Barier ini juga bisa dimodifikasi

sesuai dengan keinginan pemilik rumah. Menurut perusahaan World Window

yang berlokasi di Timinaga, Yamagata city,

terdapat beberapa ukuran tipe rumah Barier, yaitu ada ukuran 3S, 3SL, 2S, S, M

dan L.

III. PEMBAHASAN

3.1. Prinsip-prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa.

Di Indonesia, Rumah tahan gempa (Smart Modula) ini tergolong konsep

revolusioner untuk konstruksi bangunan serba guna. Desain rumah ini memiliki

fleksibilitas tinggi, mudah dalam membangunnya, dan cukup kokoh. Konsep

knock down atau bongkar pasang yang cukup sederhana tapi praktis ini telah

digulirkan sejak lima tahun lalu oleh BB Triatmoko SJ. Struktur utama rumah

tahan gempa ini tidak ditanam atau ditopang dengan fondasi yang memanjang di

bawah dinding rumah, tetapi hanya menggunakan umpak di setiap sudut rumah.

Konsepnya mengadopsi model rumah tradisional adat Jawa yang dibuat dari kayu.

Dengan penopang semacam ini, saat terjadi gempa, relatif bisa fleksibel. Jika

menggunakan

model fondasi seperti rumah-rumah konvensional, hampir dipastikan akan

mengalami

keretakan atau patah saat dilanda gempa hebat. Berikut perinsip-perinsip utama
rumah tahan gempa.

3.1.1. Denah yang sederhana dan simetris

Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah bangunan

yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal yang

simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena

kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang lebih merata.

3.1.2. Bahan bangunan harus seringan mungkin

Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu. Arsitek dan

Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika mungkin

sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya

beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai

contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa

horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap seng diatas

kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan beban

gempa sebesar 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.

3.1.3. Perlunya sistim konstruksi penahan beban yang memadai

Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat

disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal

yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah.

Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu bersifat

kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba

tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi Ieleh terlebih dulu.

Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi sebelum

keruntuhan akibat momen lentur pada batangnya.


Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut jalur Iintasan gaya.

Tiap-tiap bangunan harus mempunyai jalur lintasan gaya yang cukup untuk dapat

menahan gaya gempa horisosontal.

3.2. Struktur Rumah Penahan Gempa.

3.2.1. Struktur Atap

Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang menahan

beban gempa dalam arah X maka keruntuhan akan terjadi seperti, diperlihatkan

pada gambar berikut:


Gambar 2. keruntuhan menahan gempa dalam arah X.

Sistim batang pengaku yang diperlukan diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 3. Sistim batang pengaku yang diperlukan.

Jika lebar bangunan lebih besar dari lebar bangunan di mungkin diperlukan 2 atau

3 batang pengaku pada tiap-tiap ujungnya.

Dengan catatan bahwa pengaku ini harus merupakan sistim menerus sehingga

semua gaya dapat dialirkan melalui batang-batang pengaku tersebut.

Gaya-gaya tersebut kemudian dialirkan ke ring balok pada ketinggian langit-

langit.

Gaya-gaya dari batang pengaku dan beban tegak lurus bidang pada dinding
menghasilkan momen lentur pada ring balok seperti terlihat pada gambar dibawah

ini:

Gambar 4. arah momen lentur pada ring balok.


Gambar 5. kuda-kuda.

Jika panjang dinding pada arah lebar (arah pendek) lebih besar dari 4 meter maka

diperlukan batang pengaku horisontal pada sudut untuk memindahkan beban dari

batang pengaku pada bidang tegak dinding daIam arah X dimana elemnen-elemen

struktur yang menahan beban gempa utama.

Sekali lagi ring balok juga harus menerus sepanjang dinding dalam arah X dan

arah Y

Sebagai pengganti penggunaan batang pengaku diagonal pada sudut, ada 2 (dua)

alternatif yang dapat dipilih oIeh perencana;

Ukuran ring balok dapat diperbesar dalam arah horisontal, misalnya 15 cm

menjadi 30cm atau sesuai dengan yang dibutuhkan dalam perhitungan. Ring

bolok ini dipasang diatas dinding dalam arah X.

Dipakai langit-langit sebagai diafragma, misalnya plywood.

Untuk beban gempa arah Y, sistim struktur dibuat untuk mencegah ragam

keruntuhan. Untuk mengalirkan gaya dari atap kepada dinding dalam arah Y, salah

satu alternatif diatas dapat dipilih yaitu penggunaan batang pengaku horisontal

ring balok atau memakai langit-langit sebagai diafragma.

3.2.2. Struktur Dinding

Gaya-gaya aksiaI dalam ring balok harus ditahan oleh dinding.


Pada dinding bata gaya-gaya tersebut ditahan oleh gaya tekan diagonal yang

diuraikan menjadi gaya tekan dan gaya tarik. Gaya aksiaI yang bekerja pada ring

balok juga dapat menimbulkan gerakan berputar pada dinding. Putaran ini ditahan

oleh berat sendiri dinding, berat atap yang bekerja diatasnya dan ikatan sloof ke

pondasi.

Jika momen guling lebih besar dari momen penahannya maka panjang dinding

harus diperbesar.

Kemungkinan lain untuk memperkaku dinding adalah sistim diafragma dengan

menggunakan plywood, particle board atau sejenisnya, atau pengaku diagonal

kayu untuk dinding bilik.

Penggunaan dinding diafragma lebih dianjurkan karena sering terjadi kesulitan

untuk memperoleh sambungan ujung yang lebih pada sistim pengaku diagonal.

Beban gempa yang bekerja pada arah Y ditahan dengan cara yang sama dengan

arah X

Sebagal sistem struktur utama yang mana dinding harus mampu menahan beban

gempa yang searah dengan bidang dinding, dinding juga harus mampu menahan

gempa dalam arah yang tegak lurus bidang dinding.

Dengan alasan ini maka dinding bata (tanpa tulangan) harus diperkuat dengan

kolom praktis dengan jarak yang cukup dekat. Sebagai pengganti kolom praktis

ini dapat dipakai tiang kayu.


Gambar 6. struktur pondasi.

3.2.3. Struktur Pondasi

Struktur pondasi berperanan penting untuk memindahkan beban gempa dari

dinding ke tanah.

Pertama, pondasi harus dapat menahan gaya tarik vertikal dan gaya tekan dari

dinding. Ini berarti sloof menerima gaya geser dan momen lentur sebagai jalur

Iintasan gaya terakhir sebelum gaya-gaya tersebut mencapai tanah.

Akhirnya sloof memindahkan gaya-gaya datar tersebut ke pada tanah yang

ditahan oleh daya dukung tanah dan tekanan tanah lateral.

Rumah yang terbuat dari kayu dengan lantai kayu dan pondasi kayu seperti

gambar-gambar di bawah ini memerlukan batang pengaku untuk mencegah

keruntuhan.
Gambar 7. rumah kayu.

Gambar 8. detail.
Gambar 9. detail A.
Gambar 10. detail B.
Gambar 11. detai C.
Gambar 12. detail D.
IV. PENUTUP
4.1. kesimpulan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, struktur bangunan sangat

berpengaruh dalam mencegah kerusakan bangunan akibat gempa bumi, terutama

kekenyalan struktur sehingga dapat meminimalisir kerugian. Gaya gempa hanya

dapat ditahan oleh sistem struktur yang menerus (jalur lintasan gaya yang

menerus) dari puncak bangunan sampai ke tanah.

4.2. Saran.

Waspadailah bencana alam, salah satunya gempa bumi, karena kita tidak dapat

mengetahui kapan gempa bumi itu datang dan dapat merugikan jiwa dan harta

kita, maka dari itu dalam membangun suatu bangunan tempat tinggal haruslah

menggunakan prinsip Teknik yang benar.


DAFTAR PUSTAKA

Sasrodarsono, Suyono.,2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Pertja,

Jakarta.

http://www.pu.go.id/publik/bencana/gempa/gempa%20tsunami4.htm.5 Februari

2010

http://aboutsipil.wordpress.com/...t-bag-1/.8 Februari 2010

http://forum.detikinet.com/showt...%3D92231.5 Februari 2010

Anda mungkin juga menyukai