Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH

(SAINS TERPADU)

“Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi”

Oleh Kelompok 6:
Merry Rosalin Handayani A 202 19 027
Nengah Nitriani A 202 19 029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS PROGRAM MAGISTER


PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah adalah salah
satu sarana untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa juga pengetahuan yang
dimiliki mahasiswa. Makalah ini merupakan suatu sumbangan pikiran dari penulis
untuk dapat digunakan oleh pembaca.
Makalah ini disusun berdasarkan data-data dan sumber-sumber yang telah
diperoleh penulis. Penulis menyusun makalah ini dengan bahasa yang mudah
ditangkap oleh pembaca sehingga makalah ini dapat dengan mudah dimengerti
oleh pembaca. Pada akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dalam memahami persoalan Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi
beserta kejadian-kejadiannya.

Palu, Maret 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN


2.1 Gempa Bumi................................................................................... 5
2.1.1 Penyebab terjadinya gempa bumi......................................... 11
2.1.2 Proses terjadinya gempa bumi.............................................. 14
2.1.3 Dampak terjadinya gempa bumi........................................... 16
2.1.4 Mitigasi gempa bumi............................................................ 19
2.2 Tsunami........................................................................................... 21
2.2.1 Penyebab terjadinya tsunami................................................ 29
2.2.2 Proses terjadinya tsunami..................................................... 30
2.2.3 Dampak terjadinya tsunami.................................................. 33
2.2.4 Mitigasi terjadinya tsunami.................................................. 35
2.3 Likuifaksi........................................................................................ 37
2.3.1 Penyebab terjadinya likuifaksi.............................................. 43
2.3.2 Proses terjadinya likuifaksi................................................... 44
2.3.3 Dampak terjadinya likuifaksi................................................ 47
2.3.4 Mitigasi likuifaksi................................................................. 48

iii
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 52
3.2 Saran............................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 55

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi yang kita tempati memiliki banyak rahasia alam yang tidak kita
ketahui. Kita tidak pernah mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi di
muka bumi ini. Banyak kejadian-kejadian alam yang mendatangkan pertanyaan
bagi manusia. Bumi sebagai tempat hidup dan kehidupan manusia menyimpan
sumber daya alam yang mensejahterakan dan juga menyimpan potensi bencana
yang merusakkan.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.499 pulau sehingga


Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki jumlah tanah pasir terluas. Tanah
pasir terbentuk melalui proses pelapukan batuan dan memiliki ukuran partikel yang
besar sehingga mudah dilalui oleh air. Semakin banyak air yang masuk ke pori-pori,
tekanan air pori pada tanah pasir akan meningkat kemudian akan mendesak untuk
mengalir keluar. Kondisi ini mengakibatkan pori-pori tanah terisi penuh oleh air dan
tanah tidak mampu lagi menampung air di dalam pori atau disebut dengan tanah
jenuh air (saturated).

Tanah pasir pada kondisi jenuh air cenderung memampat ketika diberikan
beban, salah satunya beban dinamis. Di Indonesia beban dinamis yang rawan terjadi
adalah gempa bumi. Hal ini disebabkan karena letak Indonesia yang berada di titik
pertemuan 3 lempeng tektonik aktif, yakni, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia,
dan lempeng Pasifik. (Fun, 2018). Gempa bumi biasa di sebabkan oleh pergerakan
kerak bumi (lempeng bumi). Salah satu dampak yang di timbulkan dari adanya
gempa bumi adalah likuifaksi. Fenomena likuifaksi terjadi karena berubahnya
sifat tanah dari solid ke liquid yang disebabkan oleh tekanan berulang yang teratur
pada saat gempa terjadi sehingga tekanan air pori (porewater) meningkat
melampaui tegangan vertikal. Peristiwa likuifaksi juga mengakibatkan kerusakan
infrastruktur seperti amblasnya bangunan, kerusakan pipa bawah tanah, bangunan,
miring dan longsor, (Wikipedia, 2018).

1
Tidak hanya itu, dampak akibat gempa bumi juga menyebabkan terjadinya
tsunami. Tsunami merupakan bencana alam yang berkaitan dengan gelombang
lautan. Tsunami terjadi karena perpindahan badan air yang disebabkan oleh
perubahan permukaan laut secara vertikal yang berlangsung dengan tiba-tiba.
Gelombang tsunami merupakan jenis gelombang yang dapat bergerak ke segala
arah hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Daya kerusakan yang diakibatkan
gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan.

Apabila di lautan tinggi gelombang tsunami hanya sekitar 1 meter saja,


namun kecepatan yang dimiliki oleh gelombang ini bisa mencapai 500 hingga
1000 kilometer per jam.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka


penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah tersebut menjadi judul
makalah yaitu: “Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penulisan ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan gempa bumi ?
a. Apa penyebab terjadinya gempa bumi ?
b. Bagaimana proses terjadinya gempa bumi ?
c. Apa dampak terjadinya gempa bumi ?
d. Bagaimana mitigasi gempa bumi ?
2. Apa yang dimaksud dengan tsunami ?
a. Apa penyebab terjadinya tsunami ?
b. Bagaimana proses terjadinya tsunami ?
c. Apa dampak terjadinya tsunami ?
d. Bagaimana mitigasi tsunami ?
3. Apa yang dimaksud dengan likuifaksi ?
a. Apa penyebab terjadinya likuifaksi ?
b. Bagaimana proses terjadinya likuifaksi ?

2
c. Apa dampak terjadinya likuifaksi ?
d. Bagaimana mitigasi likuifaksi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan yaitu:
1. Dapat mengetahui defenisi gempa bumi
a. Dapat mengetahui penyebab terjadinya gempa bumi
b. Dapat mengetahui proses terjadinya gempa bumi
c. Dapat mengetahui dampak terjadinya gempa bumi
d. Dapat mengetahui mitigasi gempa bumi
2. Dapat mengetahui defenisi tsunami
a. Dapat mengetahui penyebab terjadinya tsunami
b. Dapat mengetahui proses terjadinya tsunami
c. Dapat mengetahui dampak terjadinya tsunami
d. Dapat mengetahui mitigasi tsunami
3. Dapat mengetahui defenisi likuifaksi
a. Dapat mengetahui penyebab terjadinya likuifaksi
b. Dapat mengetahui proses terjadinya likuifaksi
c. Dapat mengetahui dampak terjadinya likuifaksi
d. Dapat mengetahui mitigasi likuifaksi

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang terkait dalam dunia pendidikan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh
melalui penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui defenisi gempa bumi
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gempa bumi
b. Untuk mengetahui proses terjadinya gempa bumi
c. Untuk mengetahui dampak terjadinya gempa bumi
d. Untuk mengetahui mitigasi gempa bumi
2. Untuk mengetahui defenisi tsunami

3
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tsunami
b. Untuk mengetahui proses terjadinya tsunami
c. Untuk mengetahui dampak terjadinya tsunami
d. Untuk mengetahui mitigasi tsunami
3. Untuk mengetahui defenisi likuifaksi
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya likuifaksi
b. Untuk mengetahui proses terjadinya likuifaksi
c. Untuk mengetahui dampak terjadinya likuifaksi
d. Untuk mengetahui mitigasi likuifaksi

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini bersumber dari internet dan kajian
pustaka yakni dengan mengkaji buku-buku atau referensi yang relevan sesuai
dengan topik-topik yang di bahas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gempa Bumi


Gempa bumi (earthquakes) adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat
pelepasan energi dari dalam perut bumi secara tiba-tiba sehingga menciptakan
gelombang seismik, yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
bumi. Biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi.

Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang paling serius dan
misterius bagi umat manusia. Betapa tidak, karena dapat terjadi secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu. Gempa bumi adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah
di bawah permukaan bumi. Sewaktu pergeseran ini terjadi, timbullah getaran yang
disebut dengan gelombang seismik.

Gempa bumi (earthquake) adalah peristiwa bergetar atau bergoncangnya


bumi karena pergerakan/pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba‐
tiba akibat pergerakan lempeng‐lempeng tektonik. Gempabumi yang disebabkan
oleh aktivitas pergerakan lempeng tektonik disebut gempa bumi tektonik. Namun
selain itu, gempabumi bisa saja terjadi akibat aktifitas gunung berapi yang disebut
sebagai gempabumi vulkanik.

Gempa bumi merupakan sebuah guncangan hebat yang menjalar ke


permukaan bumi yang disebabkan oleh gangguan di dalam litosfir (kulit bumi).
Gangguan ini terjadi karena di dalam lapisan kulit bumi dengan ketebalan 100 km
terjadi akumulasi energi akibat dari pergeseran kulit bumi itu sendiri. Lapisan
kulit bumi mempunyai temperatur relatif jauh lebih rendah dibandingkan lapisan
di bawahnya (mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran konvektif, yaitu massa
dengan suhu tinggi mengalir ke daerah bersuhu lebih rendah. Massa bersuhu
tinggi ini berada di lapisan astenosfir yang bersifat sangat kental yang mengalir
secara perlahan. Akibat gerakan-gerakan ini, maka kulit bumi terpecah-pecah
menjadi bagian-bagian berupa lempengan yang saling bergerak satu sama lain,

5
yang kemudian disebut dengan lempeng tektonik. Umumnya gempa bumi
disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan
oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai suatu keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi
oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi, yang
energinya menjalar ke berbagai arah.

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan tektonik tersebut.


Tapi gempa bumi yang paling kuat biasanya terjadi di perbatasan lempengan
kompresional dan translasional. Gempa bumi yang pusatnya dalam kemungkinan
besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit ke dalam mengalami
transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Sumber: https://katadata.co.id/berita/2019/01/08/bmkg-catat-23-kali-gempa-bumi-yang-merusak-terjadi-selama-2018

Gambar 2.1 Gempa Palu, 2018

Gempa bumi adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit
bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas
tektonik (gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas,
uap, dan lainnya) dari dalam bumi menuju kepermukaan, di sekitar gunung api,
disebut gempa bumi gunung api/vulkanik.

Bencana alam seperti gempa bumi merupakan suatu bencana dimana


permukaan bumi berguncang oleh penggerakan energi dari dalam bumi. Berikut
beberapa gempa bumi yang pernah terjadi dibeberapa negara.

6
A. Aceh

Minggu pagi 26 Desember 2004, sebuah peristiwa alam besar terjadi di


dasar Samudera Hindia, lepas pantai Sumatera. Di dasar Bumi, di kedalaman 30
kilometer, lempeng Hindia disubduksi oleh lempeng Burma. Tepat pukul 07.58
WIB, gempa berkekuatan 9,1 skala Richter terjadi, mengguncang hebat Pulau
Sumatera, khususnya Aceh. Gempa tersebut menimbulkan gelombang tsunami
dengan ketinggian mencapai 30 meter.

Dari Aceh, gelombang memantul ke 12 pantai di pesisir Samudera Hindia.


Tidak hanya berdampak di Indonesia, tetapi juga di sejumlah negara yaitu
Thailand, Sri Lanka, India, Maladewa, Thailand, Myanmar, Malaysia, Somalia,
Tanzania, Seychelles, Bangladesh, dan Kenya. Ada total lebih dari 230 ribu
nyawa berjatuhan.

B. Tiongkok
Tiongkok adalah negara selanjutnya yang kerap dihajar oleh gempa bumi
dengan kekuatan yang cukup besar. Wilayah ini berada di persinggahan beberapa
lempeng minor dunia yang cukup aktif bergerak. Akibatnya, gempa menjadi hal
biasa meski tak menyebabkan terjadinya tsunami seperti yang terjadi di Jepang
dan juga Indonesia.

Gempa di Tiongkok rata-rata memiliki kekuatan 6-8 SR. Meski demikian,


jumlah korban jiwa selalu banyak. Sebagai contohnya gempa di Sichuan,
Tiongkok tahun 2008 silam. Gempa dengan kekuatan 7,9 SR ini membuat 69.000
orang meninggal dunia. Sebelumnya di tahun 1927 sebuah gempa di Gulang juga
membuat 41.000 orang meninggal dengan mengerikan.

C. Filipina
Hampir mirip dengan Indonesia, Filipina juga dilalui oleh lempeng
tektonik yang cukup aktif bergerak. Selain itu, Filipina juga memiliki banyak
sekali jalur gunung api yang sangat aktif dan kerap menyimpulkan goncangan.

7
Dua kolaborasi ini membuat Filipina menjadi sering mengalami gempa bumi yang
cukup dahsyat. Bahkan banyak menyebabkan kematian.

Pada tahun 2013 lalu sebuah gempa berkekuatan 7,2 SR mengguncang


wilayah Bohol di Filipina. Akibat hal ini, ratusan orang meninggal dan kerusakan
infrastruktur sangat parah. Selanjutnya ada gempa dengan kekuatan 7,9 SR di
tahun 1976 yang menyebabkan kematian hingga 8.000 orang. Rata-rata gempa
yang ada di Filipina memiliki kekuatan 6-8 SR dan hampir bisa dirasakan setiap
tahun.

D. Jepang
Dalam satu tahun Jepang mengalami lebih dari 1.500 gempa bahkan
pernah sampai 3.000 gempa. Negara ini berada di dalam kawasan cincin api yang
sangat berbahaya. Selain itu Jepang juga berada di dalam lempeng pasifik yang
aktif bergeser. Akibatnya, gempa dengan kekuatan yang sangat tinggi kerap
terjadi.

Pada tanggal 14 April 2016 Jepang lagi-lagi diguncang gempa dengan


kekuatan mencapai 6,2 SR di Kumamoto. Akibat gempa ini 9 orang meninggal
dunia dan banyak bangunan rusak. Sebelum gempa besar ini terjadi, Jepang
pernah mengalami gempa besar beberapa kali, bahkan ada yang sampai
menyebabkan tsunami yang sangat besar di tahun 2011 (gempa Tohoku) dan 1923
(gempa besar Kanto).

E. Meksiko
Gempa bumi dahsyat berkekuatan 8,4 skala Richter mengguncang wilayah
pesisir Meksiko menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan bangunan
besar-besaran, dengan potensi tsunami. Gempa terjadi pada Kamis (7/9/2017)
malam waktu setempat. Versi lain meyakini, kekuatan gempa adalah 8,1
magnitudo.

8
F. Lombok
Gempa lombok 2018 merupakan fonemana langka dan menarik untuk di
pahami perilakunya. Pola seismisitas yang naik turun memberikan kepanikan dan
kebingungan, terutama masyarakat yang bermukim di Lombok, Bali dan
Sumbawa.

Setidaknya ada enam kejadian gempa bumi yang memiliki magnitudo


lebih dari 5,5. Gempa bumi magnitudo 6,4 yang terjadi pada 29 Juli 2018
merupakan awal dari rangkaian Gempa lombok 2018.

Secara mekanisme kejadiannya, gempa ini di picu oleh adanya aktivitas


sesar naik di Utara Lombok. Berdasarkan laporan awal BNPB pada 30 juli 2018,
gempa bumi ini mengakibatkan korban jiwa 16 orang dan lebih dari 10.000
bangunan rusak. Sedangkan BMKG mencatat, setidaknya ada 585 kejadian gempa
susulan sampai dengan pukul 07.00, 5 Agustus 2018.

Pukul 18.46 WIB, gempa bumi magnitudo 6,9 pada kedalaman hiposenter
34 km kembali menghantam Lombok bagian utara. Secara kekuatan, gempa kedua
ini lebih besar dari gempa yang pertama. Tentunya kejadian ini memperbanyak
jumlah korban jiwa dan memperparah kerusakan bangunan di Lombok, Bali, dan
sebagian di Sumbawa bagian barat.

Berselang empat hari setelah gempa kedua, tepatnya pada 9 Agustus 2018
pukul 12.25 WIB, gempa dengan kekuatan 5,9 kembali terjadi. Posisi gempa
ketiga lebih ke barat dan berbeda dengan gempa pertama dan kedua yang saling
berdekatan di bagian utara Lombok.

Sekitar 10 hari setelah gempa ketiga tepatnya 19 Agustus 2018, kita


kembali dikejutkan dengan dua gempa dengan kekuatan lebih besar dari
magnitudo 6,0 terjadi di Lombok yang posisi gempanya lebih ke timur.

9
Kedua gempa tersebut memiliki magnitudo 6,3 terjadi pada pukul 11.10
WIB dengan kedalaman hiposenter 7,9 km dan magnitudo 7,0 terjadi pada pukul
21.56 WIB dengan kedalaman hiposenter 25 km.

Pada 25 Agustus 2018, gempa magnitudo 5,5 terjadi di timur Lombok atau
lebih tepatnya di Sumbawa bagian barat. Gempa ini bisa dikatakan gempa ke-6
dari rangkaian gempa Lombok yang magnitudonya lebih dari 5,5 SR.

Disamping gempa-gempa yang kekuatannya relatif lebih kecil, BMKG


mencatat gempa-gempa susulan yang terjadi di Lombok baik yang dirasakan
maupun tidak adalah lebih dari 2000 kejadian.

Sebaran gempa yang terjadi di Lombok, enam gempa besar ditandai


dengan lingkaran hitam kombinasi biru yang memberi informasi mekanisme
fokus sesar naik. Sedangkan lingkaran merah adalah sebaran gempa susulan yang
terjadi mulai tanggal 29 Juli – 10 September 2018. Data mekanisme fokus dan
hiposenter gempa diperoleh dari katalog USGS.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),


secara keseluruhan kerusakan yang diakibatkan oleh rangkaian gempa Lombok
2018 adalah 71.962 unit rumah rusak, 671 fasilitas pendidikan rusak, 52 unit
fasilitas kesehatan, 128 unit fasilitas peribadatan dan sarana infrastruktur.

Sedangkan data korban adalah 460 orang meninggal dunia, 7.733 korban
luka-luka, 417.529 orang mengungsi. Perkiraan kerugian sementara yang
dilakukan oleh BNPB akibat gempa Lombok mencapai triliunan. Angka ini belum
termasuk kerugian yang diakibatkan oleh penurunan kunjungan wisatawan lokal
dan manca negara

G. Palu, Sulawesi Tengah


Pada pukul 18.02 WITA, bencana terjadi. Gempa yang berkekuatan 7.4 SR
telah melanda kota Palu, Sulawesi Tengah. Gempa ini bukanlah yang pertama,
tapi inilah yang terkuat.

10
Pada 28 September di Palu, getaran-getaran kecil terjadi sepanjang hari,
namun gempa 7,4 pada skala Richter berlangsung saat Patahan Palu Koro yang
melintasi Kota Palu, bergeser sekitar 10 kilometer di bawah permukaan tanah.

Sejak saat itu, ada sedikitnya 500 gempa susulan di Palu, yang sebagian
besar di antaranya tidak dirasakan warga. Wilayah Indonesia sangat berpotensi
terjadi gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng
utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik.

Selain berada di antara lempeng-lempeng utama dunia, posisi Indonesia


terletak di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu daerah 'tapal kuda' sepanjang
40.000 km yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang
mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang
terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto, memaparkan


bahwa Indonesia memiliki peta zonasi gempa. Sulawesi Tengah, khususnya di
jalur Patahan Palu Koro, masuk dalam kategori merah sampai cokelat dengan nilai
percepatan gempa bumi pada batuan dasar kisaran 0,7 sampai lebih dari 1,2 g
(gravitasi m/2det). Ini artinya kawasan tersebut amat rawan gempa bumi.

Akibat gempa bumi yang berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang kota


Palu banyak menimbulkan kerusakan di sejumlah lokasi. Ada beberapa bangunan
seperti rumah, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, dan bangunan lainnya
ambruk sebagian maupun seluruhnya.

2.1.1 Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

Pada umumnya gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang


dihasilkan oleh lempengen yang bergerak. Semakin lama tekanan tersebut
semakin besar dan pada akhirnya tiba pada kondisi tekanan tersebut tidak dapat
ditahan lagi oleh pinggiran lempengen. Saat itulah gempa bumi terjadi.

11
Beberapa gempa bumi dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa bumi demikian dapat menjadi gejala akan terjadi letusan
gunung berapi. Beberapa gempa bumi, meskipun jarang terjadi akibat
penumpukan massa air yang sangat besar di balik dam, misalnya Dam Karibia di
Zambia, Afrika. Sebagian lagi dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan
dari/ke dalam bumi. Contohnya, pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas
bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Ada pula gempa yang terjadi karena
peledakan bahan peledak atau karena perbuatan manusia. Gempa bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Indonesia termasuk negara yang sering mengalami gempa, baik dalam


skala kecil maupun skala besar dan sampai menimbulkan banyak korban jiwa
maupun harta benda. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan
lempeng-lempeng tektonik menjadikan wilayah Indonesia memiliki kondisi
geologi yang sangat kompleks. Di samping menjadikan wilayah Indonesia kaya
akan sumber daya alam, salah satu konsekuensi logis dari kekompleksan tersebut
menjadikan banyak daerah di Indonesia rawan gempa bumi, tsunami, dan rawan
letusan gunung berapi di sepanjang ring of fire dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Banda, dan Maluku.

Penyebab terjadinya gempa bumi ini dapat dibagi menjadi empat


penyebab utama, yaitu:
1. Gempa vulkanik
Gempa bumi vulkanik terjadi karena adanya pergerakan secara terus-
menerus dari magma dan cairan yang bersifat hidrotermal di bawah gunung
berapi. Pergerakan magma dan kenaikan suhu ini dapat digunakan sebagai tanda-
tanda awal peningkatan aktivitas gunung berapi. Pergerakan fluida dengan proses
yang dinamis ini terjadi karena adanya perubahan suhu dan tekanan secara cepat
pada magma. Kondisi ini kemudian menimbulkan gelombang gempa yang berasal
dari proses resonansi retakan yang berisi cairan magma.

12
2. Gempa runtuhan
Semula diduga, bahwa gempa bumi terjadi akibat runtuhnya goa-goa
raksasa yang terdapat di dalam bumi. Ternyata dugaan tersebut tidak benar karena
keruntuhan seperti itu tidak pernah ada. Seandainya, terjadi keruntuhan, hal
tersebut hanya ada ada di bawah tanah (underground), penggalian batu kapur dan
sejenisnya. Biasanya getarannya sangat kecil dan setempat.

3. Gempa buatan
Aktivitas manusia juga dapat menimbulkan gempa bumi, misalnya
percobaan nuklir yang getaran gelombangnya dapat menyebabkan terjadinya
gempa bumi. Gelombang gempa bumi ini dapat menjalar di dalam bumi sehingga
terekam oleh seismograph.

4. Gempa tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan pergeseran lempeng-lempeng tektonik
yang ada dilapisan kerak bumi. Pergeseran ini kemudian menghasilkan gaya
tektonik yang mendorong sehingga bagian yang paling lemah akan patah.
Peristiwa inilah yang kemudia disebut dengan gempa bumi. Pertemuan lempeng
tersebut juga menimbulkan terbentuknya deretan gunung sepanjang pertemuan
ini. Di dalam lempeng juga dapat timbul patahan-patahan batuan (faults) akibat
dari tarikan dan tekanan dari pergerakan lempeng-lempeng batuan penyusun kerak
bumi. Hampir 90% gempa bumi disebabkan oleh aktivitas lempeng tektonik ini.

Sumber: https://karyapemuda.com/pengertian-gempa-bumi/

Gambar 2.2 Penyebab Terjadinya Gempa Bumi Akibat Pergeseran Lempeng


Bumi

13
Sumber: https://www.pustakapengetahuan.com/2018/10/penyebab-dan-proses-terjadinya-gempa.html

Gambar 2.3 Gempa akibat dari pergerakan dua lempeng bumi yang saling
menjauh

2.1.2 Proses Terjadinya Gempa Bumi


Proses terjadinya gempa bumi ada dua macam, yaitu gempa bumi tektonik
dan gempa bumi vulkanik.
1. Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik terjadi akibat gesekan atau tumbukan pada kerak
bumi. Tumbukan ini terjadi akibat adanya pergerakan antarlempeng tektonik yang
berada di bawah permukaan bumi. Perbatasan lempeng-lempeng tektonik
merupakan tempat-tempat yang mempunyai kondisi tektonik paling aktif atau
paling rapuh. Pelepasan energi di daerah sesar atau batas lempeng-lempeng bumi
inilah yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi.

Proses terjadinya gempa bumi tektonik karena lempeng samudra ketika


bertumbukan dengan lempeng benua menyusup ke bawah. Lempeng samudra dan
lempeng benua akan bertumbukan di zona tumbukan. Pergerakan lempeng-
lempeng tersebut akan mengalami perlambatan akibat gesekan dengan selubung
bumi. Perlambatan gerakan tersebut akan menyebabkan penumpukan energi pada

14
zona tumbukan dan zona patahan atau sesar. Hal ini akan berakibat tekanan,
tarikan, dan gesekan pada zona-zona tadi.

Pada saat elastisitas lempeng bumi terlampaui, terjadilah patahan batuan


yang selanjutnya diikuti oleh pelepasan energi secara tiba-tiba. Proses inilah yang
menimbulkan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang seismik
atau gempa bumi.

Apabila terjadi pergerakan lempeng-lempeng bumi saling mendekat maka


terdapat tiga kemungkinan tipe gempa bumi, yaitu sebagai berikut:
a. Gempa bumi yang disebabkan oleh penunjaman antara kedua lempeng
samudra.
b. Gempa bumi yang disebabkan oleh penunjaman antara lempeng samudra dan
lempeng benua.
c. Gempa bumi yang disebabkan oleh tumbukan antara kedua lempeng benua.
(ini info penting).

Sumber: https://ekosistem.co.id/proses-terjadinya-gempa-bumi/

Gambar 2.4 Proses Terjadinya Gempa Bumi Tektonik

15
2. Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi ini terjadi akibat aktivitas gunung berapi. Gempa vulkanik
terjadi akibat adanya pergerakan secara terus-menerus dari magma dan cairan
yang bersifat hidrotermal (peka terhadap panas) di bawah gunung berapi.
Pergerakan magma dan kenaikan suhu tersebut dapat merupakan pertanda awal
adanya peningkatan aktivitas gunung berapi.

Pergerakan cairan (fluida) dengan proses yang dinamis terjadi karena


adanya perubahan suhu dan tekanan secara cepat pada magma. Perubahan suhu
dan tekanan secara cepat pada magma tersebut kemudian menimbulkan
gelombang gempa yang berasal dari proses resonansi retakan yang berisi cairan
magma.

Sumber: https://geologi.co.id/2018/05/11/merapi-batuk-sebentar-kini-kondisi-normal/merapi-freatik/

Gambar 2.5 Proses Terjadinya Gempa Bumi Vulkanik

2.1.3 Dampak Terjadinya Gempa Bumi


Meskipun kita ketahui jika gempa bumi sangat sering terjadi, secara umum
gempa berkekuatan besarlah yang secara nyata menimbulkan banyak kerugian
bagi aktifitas manusia. Berikut ini adalah beberapa kerugian yang diakibatkan
oleh gempa bumi.

16
1. Kerusakan Pada Bangunan
Hancurnya bangunan-bangunan dan infrastruktur karena goncangan gempa
bumi seringkali terjadi. Kerusakan bangunan dan sarana umum ini tentu saja akan
menganggu aktifitas masyarakat.

Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2018/09/29/14353121/ini-daftar-kerusakan-pascatsunami-di-palu-dan-donggala

Gambar 2.6 Kerusakan pada Ramayana Mall Palu

2. Jatuhnya Korban Jiwa dan Luka-luka


Jika kekuatan gempa bumi relatif besar, maka akan membuat bangunan
yang ditempati warga rusak dan hancur. Ancaman nyata dari gempa adalah
banyaknya reruntuhan yang menimpa warga sehingga tak sedikit korban luka-luka
bahkan meninggal dunia.

Sumber : https://babel.antaranews.com/berita/86353/korban-jiwa-akibat-gempa-tsunami-palu-donggala-capai-1411

Gambar 2.7 Jatuhnya Korban Jiwa Akibat Gempa Palu

17
3. Tsunami
Jika sumber gempa bumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan
gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber
gempa tetapi juga mencapai jauh ke daratan.

Sumber : https://tekno.tempo.co/read/1131924/dampak-kerusakan-gempa-di-palu-tsunami-hingga-likuifaksi

Gambar 2.8 Jembatan kuning yang ambruk akibat gempa dan tsunami Palu

4. Tanah Longsor
Gempa bumi juga mengakibatkan getaran dan guncangan tanah. Hal ini
menyebabkan tanah dan massa batuan keluar dan akhirnya terjadi penyebab tanah
longsor pada lapisan tanah dan batuan yang ada diatasnya.

Sumber : https://ilmugeografi.com/bencana-alam/dampak-tanah-longsor

Gambar 2.9 Tanah longsor akbat gempa

5. Kerusakan Lingkungan
Getaran yang dihasilkan gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan fungsi
lingkungan hidup seperti rusaknya struktur tanah, erosi, rusaknya fungsi
ekosistem terumbu karang, dan lain sebagainya.

18
Sumber : https://www.idntimes.com/news/indonesia/teatrika/ini-data-kerusakan-akibat-gempa-dan-tsunami-di-palu

Gambar 2.10 Kerusakan lingkungan IAIN Palu akibat gempa

6. Likuifaksi
Likuifaksi tanah atau sering disebut likuifaksi gempa adalah keadaan
hilangnya kekuatan tanah karena mengandung banyak air, Tanah berpasir,
berlumpur, dan berkerikil dengan drainase (saluran pembuangan air) buruk,
kemudian terdampak gelombang seismik ketika gempa bumi terjadi.

Sumber : https://tirto.id/pemerintah-petakan-daerah-aman-likuifaksi-di-palu-c6rB

Gambar 2.11 Likuifaksi akibat gempa Palu

2.1.4 Mitigasi Gempa Bumi


Mitigasi bencana gempa bumi merupakan langkah yang penting. Mitigasi
bencana gempa bumi adalah istilah untuk menggambarkan upaya Pengurangan
Risiko Bencana (PRB) gempa bumi. Karena itu, mitigasi bencana gempa bumi
berarti melakukan langkah-langkah untuk mengurangi dampak buruk bencana,
sebelum bahaya itu terjadi.

19
Selain itu, tujuan mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk
mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan
dari alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi
dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh
bencana gempa bumi.

Tindakan mitigasi mencakup semua tindakan perlindungan, mulai dari


penyiapan sarana fisik yang memadai, pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat,
sampai pemberian informasi dan peringatan dini. Tujuan utama mitigasi bencana
gempa bumi adalah untuk mengembangkan berbagai tindakan yang dapat
mengurangi risiko. Risiko tersebut dapat berupa korban meninggal dunia, luka-
luka dan menderita penyakit, kerusakan lingkungan hidup, serta kerugian harta
benda.

Beberapa langkah dalam mitigasi bencana gempa bumi, antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Pemetaan
2. Relokasi Permukiman Penduduk
3. Prediksi Gempa Bumi
4. Konstruksi Tahan Gempa
5. Pembuatan Jalur dan Rambu Evakuasi
6. Penyiapan Alat untuk Mitigasi
7. Pembentukan Satuan Tugas
8. Pendidikan dan Latihan Mitigasi

Upaya mitigasi gempa bumi juga dapat di lakukan dengan cara seperti
berikut.
1. Membangun bangunan vital/strategis atau bangunan lainnya yang
mengundang konsentrasi banyak manusia di wilayah rawan gempa bumi
menggunakan konstruksi yang tahan terhadap gempa.
2. Tidak membangun permukiman dan aktifitas penduduk diatas, pada atau
dibawah tebing.

20
3. Tidak mendirikan bangunan diatas tanah timbunan yang tidak memenuhi
tingkatkepadatan yang sesuai dengan daya dukung tanah terhadap konstruksi
bangunandiatasnya.
4. Pemetaan mikrozonasi di wilayah rawan gempa bumi.
5. Perlu adanya RUTR dan RTRW yang dituangkan dalam peraturan daerah
yang berwawasan dan mempertimbangkan aspek kebencanaan sehingga
prinsip bangunan berkelanjutan dapat tercapai.
6. Membangun kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui
pelatihan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi.
7. Menyiapkan alur dan tempat evakuasi bencana.
8. Menyelenggarakan pendidikan dini melalui jalur pendidikan formal dan non-
formal tentang gempa bumi dan bahayanya di wilayah rawan gempa bumi.
9. Membangun alur dan tempat pengungsian serta bukit-bukit untuk menghindar
dari gelombang tsunami.

2.2 Tsunami
Kata Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yakni Tsu berarti pelabuhan dan
Nami yang berarti gelombang. Tsunami merupakan bencana alam yang berkaitan
dengan gelombang lautan. Tsunami terjadi karena perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal yang berlangsung
dengan tiba- tiba. Gelombang tsunami merupakan jenis gelombang yang dapat
bergerak ke segala arah hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Daya kerusakan
yang diakibatkan gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan.

Tsunami dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang


yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan
impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi vulkanik (meletusnya
gunung api) di laut longsoran di laut, atau jatuhnya meteor di laut.

Tsunami juga merupakan gelombang air laut yang membawa material baik
berupa sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas segala
sesuatu yang berdiri di dataran pantai dengan kekuatan yang dahsyat.

21
Tsunami merupakan bencana alam yang berkaitan dengan gelombang
lautan. Tsunami terjadi karena perpindahan badan air yang disebabkan oleh
perubahan permukaan laut secara vertikal yang berlangsung dengan tiba- tiba.
Gelombang tsunami merupakan jenis gelombang yang dapat bergerak ke segala
arah hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Daya kerusakan yang diakibatkan
gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan.

Apabila di lautan tinggi gelombang tsunami hanya sekitar 1 meter saja,


namun kecepatan yang dimiliki oleh gelombang ini bisa mencapai 500 hingga
1000 kilometer per jam. Karena cepatnya gelombang ini, kapal yang berada di
lautan seringkali tidak merasakan kehadirannya. Sebaliknya, ketika mendekati
pantai, kecepatan gelombang semakin menurun, hanya sekitar 35 hingga 50
kilometer per jam. Namun, tingginya gelombang akan semakin naik, hingga
mencapai 20 meter. Dengan begitu, maka gelombang tsunami dapat masuk ke
daratan hingga jarak puluhan kilometer dan merusak apapun yang dilewatinya.

Negara mana saja yang pernah mengalami Tsunami ?


A. Portugal
Siapa sangka negara Christiano Ronaldo ini juga pernah dilanda tsunami
dahsyat. Bencana ini terjadi pada November 1755. Tsunami terjadi setelah gempa
besar berkekuatan 8,5 SR menerjang kawasan Pantai Barat, Portugal hingga
merembet ke sejumlah negara tetangga seperti Spanyol dan Maroko. Ketinggian
gelombang tsunami diperkirakan mencapai 30 meter dan menewaskan sedikitnya
60.000 orang.

Sumber: https://news.harianjogja.com/read/2018/04/05/500/908305/ini-dia-negara-yang-pernah-dihantam-tsunami-dahsyat

Gambar 2.12 Dampak Tsunami Portugal Pada Tahun 1755.

22
B. Chile
Pada Mei 1960, gempa bumi berkekuatan besar 9,5 SR mengguncang
Chile. Sebagaimana dikutip dari National Geographic, gempa ini menyebabkan
sebanyak 2 juta orang kehilangan tempat tinggal akibat bangunan rumah porak
poranda. Setelah gempa muncul gelombang tsunami yang menghancurkan
sejumlah negara-negara di kawasan Lautan Pasifik, termasuk Filipina dan Jepang.
Jumlah korban tewas mencapai 5.700 jiwa. Akibat gempa ini, muncul gelombang
tsunami yang menerjang Hawai dan menyebabkan 61 orang tewas.

Sumber: https://www.researchgate.net/figure/View-WSW-across-Waiakea-after-the-23-May-1960-tsunami-impacted-Hilo-Hawaii-Photograph_fig3_258646136

Gambar 2.13 Dampak Tsunami Chile Pada Tanggal 23 Mei Tahun 1960

C. Jepang
Boleh dikatakan Jepang merupakan negara yang kerap dilanda tsunami.
Menjelang abad 16 tepatnya tahun 1586 tsunami dahsyat melanda Teluk Ise,
Jepang setelah sebelumnya terjadi gempa berkekuatan 8.2 SR. Gelombang tinggi
kemudian menyapu daratan di mana Kota Nagahama merupakan kota yang paling
parah terkena tsunami. Bencana ini setidaknya menyebabkan 8.000 orang
meninggal dunia.

Pada bulan Oktober 1707 gempa berkekuatan 8,4 SR melanda Pantai


Pasifik. Tsunami setinggi 25 meter menghantam sejumlah tempat di Jepang antara
lain, Kyushu, Shikoku dan Honshin. Sekitar 30.000 meninggal dunia. Selanjutnya,
pada April 1771, gempa berkekuatan 7,4 SR wilayah kepulauan Jepang seperti

23
Pulau Ishigaki dan Pulau Miyako. Gelombang setinggi puluhan meter menerjang
pulau tersebut dan menyebabkan sedikitnya 3.000 rumah dan sekitar 12.000 orang
meninggal dunia. Gempa bumi berkekuatan terjadi pada Juni 1896 melanda pantai
Sanriku, Jepang. Tsunami dengan ketinggian sekitar 38 meter terjadi setelah ada
gempa berkekuatan 7,6 SR. Akibatnya, belasan ribu rumah rusak dan sekitar
22.000 meninggal dunia.

Yang terbaru, tsunami yang melanda Pantai Timur Jepang pada Maret
2011. Ini merupakan tsunami yang sangat dahsyat. Sebagaimana dikutip dari
BBC,  tsunami ini menewaskan sekitar 10.000 orang dan  17.440 orang
dinyatakan hilang. Tsunami terjadi setelah gempa berkekuatan 9,0 SR. Akibat
bencana ini, Negeri Matahari Terbit tersebut mengalami kerugian sekitar Rp2.500
triliun.

Sumber: https://www.merdeka.com/foto/dunia/162077/ tsunami 20130311154525-foto-saat-dan-sesudah-tragedi- -jepang-001-mudasir.html

Gambar 2.14 Jepang Porak-poranda diLanda Bencana Tsunami

D. Biak
Gempa bumi berkekuatan 8,2 skala richter mengakibatkan gelombang
tsunami di Kabupaten Biak Numfor, Papua pada 17 Febuari 1996. Tsunami
dengan ketinggian 7 meter ini memakan korban 108 orang meninggal, 423 orang
mengalami luka-luka, 58 orang korban hilang dan 4.053 rumah hancur ataupun
rusak.

24
Sumber: http://agung-sabtaji.blogspot.com/2012/11/gempabumi-dan-tsunami-biak-papua.html

Gambar 2.15 Akibat Tsunami Biak Tahun 1996

E. Aceh
Gelombang tsunami setinggi 35 meter yang terjadi tidak hanya
meluluhlantakkan Aceh, tetapi juga menyapu sepanjang pesisir barat Sumatera.
Tsunami bahkan menjangkau daratan Sri Lanka dan Semenanjung India.

Gelombang tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004, pukul 09.00


WIB telah menelan lebih dari 160.000 korban jiwa. Gempa dan tsunami ini
menghancurkan kehidupan warga Aceh, mayoritas bangunan rata dengan tanah,
banyak yang kehilangan sanak saudara karena menjadi korban bencana ini.
Sebelumnya, gempa bermagnitudo 9,3 melanda Aceh 30 menit sebelum terjadi
tsunami.

Sumber: https://aceh.inews.id/berita/peringatan-gempa-dan-tsunami-aceh-tetapkan-26-desember-sebagai-hari-libur-resmi

Gambar 2.16 Tampak Kerusakan Akibat Tsunami Aceh, Hanya Satu Bangunan yang
Masih Berdiri Kokoh yaitu Bangunan Masjid.

25
F. Pangandaran
Serangkaian gempa bumi mengguncang wilayah pantai selatan Pulau Jawa
pada 17 Juli 2006. Berawal dengan gempa bermagnitudo 8, kemudian
menimbulkan gelombang yang menyapu daerah pesisir. Harian Kompas edisi 18
Juli 2006 menerangkan, gelombang besar mengempaskan 125 perahu dan
menghancurkan tempat pelelangan ikan (TPI) di Karangduwur. Di desa ini 20
warung hanyut ke laut setelah disapu gelombang, sementara 150 unit perahu
nelayan di Ayah dan 372 perahu di Pantai Suwuk hancur. Gempa disertai
gelombang tsunami membuat warga di pantai selatan Jateng dari Kebumen hingga
Cilacap panik. Hampir semua warga bahkan penduduk di desa-desa berjarak lebih
dari 25 kilometer dari garis pantai ikut mengungsi.

Gempa yang disusul gelombang pasang itu diperkirakan mengakibatkan


sedikitnya 100 orang tewas, ratusan lainnya hilang, dan ribuan warga di sejumlah
wilayah pesisir mengungsi ke tempat yang lebih aman. Gempa yang diikuti
tsunami bersifat penjalaran gelombang laut. Sedangkan getarannya menjalar
melalui alur patahan yang arahnya menyerong ke timur laut, dengan arah ke Jawa
Tengah melalui kawasan pantai Cilacap, dan Pantai Kebumen di Jawa Tengah,
serta Pantai Baron, di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Pusat gempa
tektonik pada kedalaman kurang dari 30 kilometer di titik 9,4 derajat Lintang
Selatan dan 107,2 derajat Bujur Timur.

Sumber: https://news.mypangandaran.com/berita/read/pernik/2043/netizen-pangandaran-ramai-ramai-kenang-tsunami-pangandaran-12-tahun-silam

Gambar 2.17 Tampak Kerusakan yang Terjadi di Pantai Timur Pangandaran Akibat
Tsunami Pada Tahun 2006

26
G. Mentawai
Tsunami ini terjadi pada 25 Oktober 2010 dengan gempa bumi
berkekuatan 7,7 skala richter dan terjadi di lepas pantai Sumatera. Gempa ini
berpusat sekitar 240 km sebelah barat Bengkulu, dekat Kepulauan Mentawai. 
Tsunami dengan tinggi 3-10 meter menghancurkan 77 desa dan lebih dari 461
orang tewas. Selain itu, 545 rumah warga rusa berat, 204 rusak ringan dan 8
rumah ibadah rusak berat.

Sumber: http://masmintos.blogspot.com/2010/10/foto-kerusakan-tsunami-mentawai-2010.html

Gambar 2.18 Bangunan Ambruk Akibat Terjangan Tsunami Mentawai Tahun 2010 dan
Menelan Banyak Korban Jiwa.

H. Palu, Sulawesi Tengah


Tsunami yang terjadi dikota Palu tahun 2018 adalah sesaat setelah
peristiwa terjadinya gempa bumi yang berkekuatan 7,4 SR. Tsunami yang
melanda pantai barat Pulau Sulawesi, Indoensia, bagian utara pada tanggal 28
September 2018, pukul 18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km Utara
Donggala dan 80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10 km. Guncangan
gempa bumi dirasakan di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi
Moutang, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Toli-toli, Kabupaten Buol,
Kabupaten Mamuju, bahkan hingga kota Gorontalo, kota Samarinda, Kota
Balikpapan, dan kota Makassar. Gempa tersebut ialah yang memicu tsunami
hingga ketinggian 5 meter di kota Palu.

27
Tsunami terjadi di kota Palu dan kabupaten Donggala. Di kota Palu ada
beberapa wilayah yang diterjang tsunami yaitu wilayah pantai Talise, kelurahan
Tondo, Mamboro, Tawaeli, dan Pantoloan.

Tsunami diprediksi memiliki ketinggian 0,5–3 meter dengan waktu tiba di


kota Palu pukul 18.22 WITA. Pukul 18.27 WITA terjadi kenaikan air muka laut 6
cm di pesisir kabupatena Mamuju. BNPB mengeluarkan asbab daripada terjadinya
tsunami ini. Menurut BNPB, tsunami ini sebabnya adalah adanya kelongsoran
sedimen dalam laut yang mencapai 200-300 meter. 

Adapun jumlah korban tsunami Palu mencapai kurang lebih 2.045 korban
tewas, lebih dari 500 orang luka berat, 29 orang hilang, dan sebanyak 65.733
rumah rusak.

Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45832237

Gambar 2.19 Jembatan IV Salah satu Ikon Kota Palu yang Ambruk Akibat
Terjangan Tsunami Palu

Sumber: https://pojokcelebes.com/2018/10/04/warga-sulteng-eksodus-secara-besar-besaran-ini-tanggapan-longki-djanggola/

Gambar 2.20 Anjungan Talise Pasca Tsunami Palu

28
2.2.1 Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan berskala besar
terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung
berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Pada dasarnya tsunami dapat
terjadi apabila dasar laut mengalami perubahan secara tiba-tiba dan bergerak
secara vertikal. Berikut ini beberapa faktor-faktor yang menimbulkan tsunami.

1. Gempa Bumi Bawah Laut


Gempa bumi bawah laut merupakan faktor yang paling utama dalam proses
terjadinya tsunami. Karena, gempa bumi bawah laut menimbulkan banyak getaran
yang akan mendorong timbulnya gelombang tsunami. Gempa bumi bawah laut
yang berpotensi menimbulkan tsunami dilihat dari kekuatan dan kedalamannya,
dimana semakin dangkal pusat gempa maka akan semakin besar kesempatan
untuk terjadi tsunami karena getaran yang ditimbulkan semakin besar.

2. Longsoran Lempeng Bawah Laut


Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di pertemuan antar
lempeng tektonik. Celah retakan antar kedua lempeng tektonik ini di sebut dengan
sesar. Pada sesar terjadi gerakan vertikal antara kedua lempeng yang bisa
menimbulkan longsoran. Sebagai contoh, di sekeliling tepian Samudra Pasifik
yang biasa di sebut dengan lingkaran api, lempeng samudra yang lebih padat
menghunjam masuk kebawah lempeng benua, sementara lempeng benua
cenderung naik secara vertikal. Proses ini dinamakan dengan penghunjaman.
Gerakan subduksi sangat efektif menimbulkan longsoran bawah laut yang bisa
membangkitkan gelombang tsunami.

3. Letusan Gunung Api


Penyebab terjadinya tsunami yang selanjutnya adalah terjadinya letusan
gunung api yang ada di daratan maupun di bawah laut. Jika letusan gunung api di
darat, potensi tsunami datang karena adanya longsoran dan muntahan material
gunung api yang menimbulkan gelombang-gelombang tinggi. Namun, jika letusan

29
yang terjadi pada gunung bawah laut, maka potensi tsunami datang dari efek
ledakan yang terjadi.

4. Aktivitas Vulkanik
Adanya gunung berapi yang terletak di dasar samudra dapat menaikkan air
dan dapat membangkitkan gelombang tsunami.

5. Jatuhnya Meteor atau Bom Atom


Potensi tsunami juga datang karena jatuhnya benda berkekuatan besar
seperti meteor atau bom atom. Meskipun jarang sekali terjadi, adanya potensi ini
tetap menjadikan ancaman akan datangnya tsunami.

2.2.2 Proses Terjadinya Tsunami


Gempa bumi merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami. Gempa
bumi bisa disebabkan oleh berbagai sumber, antara lain (1) letusan gunung berapi
(erupsi vukalnik), (2) tubrukan meteor, (3) ledakan bawah tanah (seperti uji
nuklir), dan (4) pergerakan kulit bumi. Gempa bumi sering terjadi karena
pergerakan kulit bumi, atau disebut gempa tektonik.

Berdasarkan seismology, gempa tektonik dijelaskan oleh “Teori Lapisan


Tektonik”. Teori ini menyebutkan bahwa lapisan bebatuan terluar yang disebut
lithosphere mengandung banyak lempengan. Di bawah lithospere ada lapisan
yang disebut athenosphere, lapisan ini seakan-akan melumasi bebatuan tersebut
sehingga mudah bergerak.
Diantara dua lapisan ini, bisa terjadi 3 hal, yaitu:
1. Lempengan bergerak saling menjauh, maka magma dari perut bumi akan
keluar menuju permukaan bumi. Magma yang sudah dipermukaan bumi ini
disebut lava.
2. Lempengan bergerak saling menekan, maka salah satu lempeng akan naik
atau turun, atau dua-duanya naik atau turun. Inilah cikal gunung atau lembah.
3. Lempengan bergerak berlawanan satu sama lain, misalnya satu ke arah
selatan dan satunya ke arah utara.

30
Ketiga prediksi tersebut akan menimbulkan getaran yang dilewatkan oleh
media tanah dan batu. Getaran ini disebut gelombang seismik (seismic wave),
bergerak ke segela arah. Inilah yang disebut gempa. Lokasi di bawah tanah tempat
sumber getaran disebut fokus gempa.

Jika lempengan bergerak saling menekan terjadi di dasar laut, ketika salah
satu lempengan naik atau turun, maka voluma daerah di atasnya akan mengalami
perubahan kondisi stabilnya. Apabila lempengan itu turun, maka voluma daerah
itu akan bertambah. Sebaliknya apabila lempeng itu naik, maka voluma daerah itu
akan berkurang.

Perubahan volume tersebut akan mempengaruhi gelombang laut. Air dari


arah pantai akan tersedot ke arah tersebut. Gelombang-gelombang menuju pantai
akan terbentuk karena massa air yang berkurang pada daerah tersebut (efek dari
hukum Archimedes); karena pengaruh gaya gravitasi, air tersebut berusaha
kembali mencapai kondisi stabilnya. Ketika daerah tersebut cukup luas, maka
gelombang tersebut mendapatkan tenaga yang lebih dahsyat. Inilah yang disebut
dengan tsunami. Tsunami merupakan fenomena gelombang laut yang tinggi dan
besar akibat dari gangguan mendadak pada dasar laut yang secara vertikal
mengurangi volume kolom air. Gangguan mendadak ini bisa datang dari gempa.

Sumber: file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/198304032008012-NANIN_TRIANA_SUGITO/TSUNAMI.pdf

Gambar 2.21 Proses Terjadinya Tsunami

31
Epicenter adalah titik pada permukaan bumi yang mengalami efek dari
gempa. Garis yang menghubungi fokus gempa dengan epicenter disebut faultline.
Perbedaan tingkat ketinggian pada lapisan terluat kulit bumi adalah prediksi
terjadinya lempengan bergerak saling menekan yang terjadi di dasar laut dari
Teori Lapisan Tektonik.

Sumber energi terjadinya tsunami adalah adanya patahan dari lempeng


geologi (termasuk ke dalam lithosfer; lingkungan / lapisan batuan) yang lalu
menggerakkan air laut (termasuk ke dalam hidrosfer; lingkungan / lapisan air). Di
dalam laut terdapat banyak jenis organisme hidup (biosfer) dengan metabolisme
biokimianya. Baik hidrosfer maupun biosfer terhubung dengan atmosfer diatasnya
sehingga ketiga jenis lingkungan tersebut dapat saling berinteraksi. Seperti
diketahui bahwa iklim tidak hanya terbentuk oleh atmosfer (lingkungan udara)
saja, tetapi sebagai hasil interaksi antara biosfer (lingkungan makhuk hidup),
hidrosfer (lingkungan air), cryosfer (lingkungan salju/es), lithosfer (lingkungan
batuan), dan atmosfer.

Sumber: https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Tsunami.pdf

Gambar 2.22 Proses terjadinya Tsunami

32
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181001123917-202-334598/infografis-proses-terjadinya-tsunami

Gambar 2.23 Proses Terjadinya Tsunami

2.2.3 Dampak Terjadinya Tsunami


Setelah terjadi tsunami terdapat beberapa dampak dari tsunami yang
sangat berbahaya tersebut, adapun dampak dari tsunami tersebut yaitu:
1. Hancurnya Bangunan; Dampak terjadinya tsunami adalah terjadinya
kerusakan dimana-mana. Berbagai macam bangunan yang ada disekitar
pantai seketika luluh lantak karena terjangan ombak besar ini, sehingga selalu
meninggalkan kerugian yang tidak sedikit.

2. Korban Jiwa dan Luka; Tsunami yang terjadi secara mendadak akan
membuat masyarakat panik seketika. Runtuhnya bangunan dan besarnya
gelombang juga menjadi penyebab utama resiko kematian dari bencana
tsunami. Selain itu, korban yang bisa selamat juga tak jarang mengalami luka
parah dan guncangan mental.

33
3. Hancurnya Lahan Pertambakan dan Pertanian; Gelombang tsunami yang
dahsyat juga dapat menyebabkan lahan pertanian dan pertambakan rusak.
Sawah dan ikan-ikan yang milik warga akan tersapu oleh air dari gelombang
tsunami tersebut, sehingga tidak ada lagi hasil panen yang dapat diharapkan.

4. Munculnya Bibit Penyakit; Seperti bencana alam pada umumnya, tsunami


juga kerap memunculkan bibit penyakit. Ketika gelombang laut menyerang
daratan, maka akan membawa benda-benda kotor, lumpur dan bahkan jasad
para korban yang ikut hanyut. Sehingga lingkungan yang tidak bersih akan
menimbulkan banyak sekali bibit penyakit.

5. Tsunami; Bencana tsunami seringkali meninggalkan duka mendalam bagi


para korban. Mereka dihadapkan dengan kehilangan keluarga, harta benda,
serta kejadian dahsyat secara bersama-sama, sehingga seringkali butuh
penanganan esktra untuk para korban agar kondisi mental mereka kembali
pulih.

Sumber: https://www.mongabay.co.id/2018/10/04/foto-begini-kerusakan-dampak-gempa-dan-tsunami-di-kota-palu/

Gambar 2.24 Dampak Tsunami Palu, 2018.

34
2.2.4 Mitigasi Tsunami
Sampai saat ini para ilmuwan tidak dapat meramalkan terjadinya gempa
bumi dan tsunami. Namun, dengan melihat catatan sejarah para ilmuwan dapat
mengetahui tempat-tempat yang rawan tsunami. Pengukuran tinggi gelombang
dan batas landasan dari kejadian tsunami masa lalu akan berguna untuk
memperkirakan dan mengurangi dampak tsunami di masa depan.

Berikut ada beberapa faktor mitigasi bencana tsunami yang dapat


dilalukan yaitu:
A. Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
Upaya struktural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya
teknis yang bertujuan untuk meredam energi gelombang tsunami yang menjalar
ke kawasan pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami,
karakteristik gelombang tsunami, inventarisasi, dan identifikasi kerusakan struktur
bangunan, upaya struktural tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok
sebagai berikut.
1. Alami, seperti penanaman hutan mangrovel green belt, di sepanjang kawasan
pantai dan perlindungan terumbu karang.
2. Buatan, misalnya pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang
sejajar pantai untuk menahan tsunami. Memperkuat desain bangunan serta
infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami
dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif
antara lain retrofitting dan relokasi.

B. Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Nonstruktural


Upaya Nonstruktural merupakan upaya nonteknis yang menyangkut
penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai
dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Upaya nonstruktural
tersebut meliputi antara lain sebagai berikut.
1. Kebijakan tentang tata guna lahan, tata ruang, dan zonasi kawasan pantai
yang aman bencana.

35
2. Kebijakan tentang standarisasi bangunan (permukiman maupun bangunan
lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana.
3. Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal.
4. Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta
tingkat ketahanan sehingga dapat didesain kompleks permukiman “akrab
bencana” yang memerhatikan berbagai aspek.
5. Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat
kawasan pantai.
6. Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami.
7. Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami.
8. Pengembangan sistem peringatan dini adanya bahaya tsunami.

C. Penanggulangan Tsunami
Beberapa langkah yang dilakukan untuk penanggulangan bencana tsunami
adalah sebagai berikut.
1. Melaksanakan evakuasi secara intensif.
2. Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
3. Melakukan terus pencarian orang hilang dan pengumpulan jenazah.
4. Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplai serta
pendistribusian logistik yang diperlukan.
5. Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antardaerah atau kota.
6. Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh piung dan lumpur.
7. Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan dana
sumbangan lain dengan tepat.

D. Penyelamatan Saat Terjadi Tsunami


Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat.
Oleh karena itu, janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan
menikmati pantai dan lautan.
1. Jika berada di sekitar pantai, lalu terasa ada guncangan gempa bumi, air laut
dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari

36
menuju ke tempat yang tinggi, perbukitan atau bangunan tinggi, sambil
memberitahukan kepada orang yang lain.
2. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar
berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan
perahu ke laut.
3. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun
ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
4. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban.

2.3 Likuifaksi
Bumi yang kita tempati memiliki banyak rahasia alam yang tidak kita
ketahui. Kita tidak pernah mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi di
muka bumi ini. Banyak kejadian atau bencana alam yang mendatangkan
pertanyaan bagi manusia. Bencana alam merupakan salah satu musibah yang tidak
kita harapkan kedatangannya, karena kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan
sangat besar. Salah satu kejadian alam yang sudah tidak asing di telinga
masyarakat yaitu gempa bumi.

Gempa bumi merupakan suatu peristiwa yang sangat sering terjadi di


muka bumi ini salah satunya di Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara
yang memiliki tingkat rawan bencana alam yang sangat tinggi. Indonesia sendiri
memiliki titik-titik gempa yang tersebar diseluruh wilayah di Indonesia. Gempa
bumi sudah menghancurkan sebagian dari wilayah Indonesia dan sudah banyak
korban akibat bencana tersebut.

Gempa bumi biasanya diperhitungkan hanya pada struktur bagian atas


saja. Namun pada kenyataannya gempa juga dapat menyebabkan suatu kegagalan
akibat hilangnya kestabilan tanah (kegagalan struktur bagian bawah). Kegagalan
struktur akibat hilangnya kestabilan tanah pada saat gempa biasanya terjadi pada
tanah pasir yang bersifat jenuh dan memiliki gradasi yang seragam. Peristiwa ini

37
biasanya dikenal dengan kegagalan akibat tanah pasir yang mencair saat terjadi
gempa atau disebut likuifaksi.

Likuifaksi tanah (soil liquefaction) adalah proses perubahan kondisi tanah


pasir yang jenuh air menjadi cair akibat meningkatnya tekanan air pori yang
harganya menjadi sama dengan tekanan total oleh sebab terjadinya beban
dinamik, sehingga tegangan efektif tanah menjadi nol. Likuifaksi adalah
fenomena dimana tanah kehilangan banyak kekuatan (strength) dan kekakuannya
(stiffness) akibat adanya tegangan misalnya getaran gempa bumi atau perubahan
ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud
menjadi cairan atau air berat.

Likuifaksi terjadi pada lapisan pasir, bukan batu pasir tanah. Terjadinya
harus ada air tanah di bawah lapisan pasir untuk membuat tanah berubah seperti
bubur. Harus ada guncangan kuat dengan skala lebih dari 6 skala richter. Jarak
sumber pusat gempa dengan tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi akan
sangat memengaruhi tingkat kekuatan likufaksi yang terjadi.

Syarat terjadinya likuifaksi, Tohari menjabarkan likuifaksi dapat terjadi


pada kondisi lapisan tanah berupa tanah pasir bersifat lepas (gembur).
Kedua, kedalaman muka air tanah tergolong dangkal (kurang dari -4,0 m dari
permukaan tanah). Ketiga, goncangan gempa bumi lebih dari 6 skala
richter. Keempat, durasi goncangan gempa bumi lebih dari 1 menit dan kelima
percepatan gempa bumi lebih dari 0,1 g.

Likuifaksi merupakan fenomena di mana kekuatan tanah berkurang akibat


guncangan gempa yang meningkatkan tekanan air sementara daya ikat tanah
melemah, hal ini menyebabkan sifat tanah berubah dari padat menjadi cair.
Likuifaksi disebabkan tekanan berulang (beban siklik) saat gempa sehingga
tekanan air pori meningkat atau melampaui tegangan vertikal. Inilah yang
menyebabkan benda-benda di sekitar lokasi jadi terseret.

38
Fenomena likuifaksi (soil liquefaction) yang membuat bangunan dan
pohon 'berjalan' muncul setelah gempa bumi yang mengguncang Sulawesi
Tengah. Fenomena ini juga pernah dialami di berbagai negara akibat gempa bumi.

Lantas, di mana saja likuifaksi ini pernah terjadi?

A. San Francisco, Amerika Serikat


Sebuah rumah di Mission District San Francisco mengalami kerusakan
akibat likuifaksi yang terjadi akibat gempa bumi pada 18 April tahun 1906.
Guncangan gempa menyebabkan tanah mencair dan kehilangan kemampuannya
untuk menyangga rumah. Likuifaksi juga terjadi di Dore Street, San Francisco di
periode yang sama. Rumah-rumah di lokasi amblas. Dilansir dari USGS, daerah
tersebut dulunya merupakan tanah rawa.

Sumber: https://news.detik.com/beri0ena-likuifaksi-tanah-bergerak-jepang-nz-hingga-sulteng

Gambar 2.25 Rumah Amblas Akibat Likuifaksi di San Francisco Tahun 1906

B. Niigata, Jepang
Dikutip dari USGS, peristiwa di Niigata (1964) merupakan salah satu
likuifaksi yang paling terkenal. Akibatnya, bangunan apartemen amblas.
Fenomena ini terjadi pada 16 Juni 1964 pascagempa bermagnitudo 7,5. Ada
sekitar 2.000 rumah yang dilaporkan hancur total.

39
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Niigata_soil_liquefaction.jpg

Gambar 2.26 Dampak Likuifaksi di Niigata, Jepang 1964

C. Christchurch, Selandia Baru


Gempa Bumi Chrsitchurch 2011 adalah gempa Bumi berkekuatan 6.3
skala richter yang mengguncang Region Canterbury Pulau Selatan, Selandia Baru,
pada tanggal 22 Februari 2011, pukul 12.51 waktu lokal (21 Januari 2011, pukul
23.51 UTC) yang mengakibatkan likuifaksi. Episentrum gempa berada sekitar 2
kilometer sebelah barat kota kecil Lyttelton, dengan kedalaman 5 kilometer.
Gempa Bumi ini menimbulkan kerusakan besar, terutama di kota Christchurch,
kota terdekat dari episentrum gempa, dan juga kota terbesar kedua di Selandia
Baru. Dilansir dari The New Zealand Herald, sejumlah bangunan rusak akibat
likuifaksi.

Sumber: https://news.detik.com/internasional/d-3344704/gempa-selandia-baru-bangkitkan-kenangan-pahit-warga-atas-bencana-christchurch

Gambar 2.27 Jalan Terbelah Akibat Likuifaksi seperti Pada Ruas Jalan di
Chrsitchurch

40
D. Pohang, Korea Selatan
Gempa bumi berkekuatan 5,4 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah
Pohang, Korea Selatan (Korsel). Gempa bumi ini tergolong langka dan tercatat
sebagai gempa dengan kekuatan paling besar kedua yang pernah mengguncang
Korsel. Pemerintah secara resmi mengonfirmasikan adanya 'fenomena pencairan
tanah' setelah gempa bumi mengguncang Pohang.

Sumber: https://foto.tempo.co/read/61168/gempa-langka-54-sr-guncang-korea-selatan#foto-4

Gambar 2.28 Bangunan Runtuh Akibat Gempa di Wilayah Pohang

E. Palu, Sulawesi Tengah


Likuifaksi terjadi sesaat setelah gempa bermagnitugo 7,4 di Palu, Sulawesi
Tengah, Jumat 28 September 2018. Rumah dan pohon amblas akibat likuifaksi.
Ada empat lokasi yang mengalami likuifaksi. Kebanyakan di Kabupaten
Sigi. Luasan wilayah terdampak sangat besar. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) merangkum fenomena ini dalam peta sebaran likuifaksi bencana
gempa Sulteng. Dalam peta itu hanya termuat empat area,  yaitu Kelurahan
Petobo, Palu Selatan dengan luas 181.24 hektar, Perumnas Balaroa, Kecamatan
Palu Barat 40 hektar. Untuk Kabupaten Sigi, di  Desa Sidera–Jono Oge 209.58
hektar dan Desa Sibalaya, Kecamatan Tanambulava 52.98 hektar.

41
Sumber:https://aceh.tribunnews.com/2018/10/02/peneliti-lipi-gempa-itu-tidak-acak-manusia-bisa-menguak-polanya

Gambar 2.29 Lumpur Yang Keluar Dari Perut Bumi Pasca-Gempa


Menenggelamkan Rumah-Rumah di Kelurahan Petobo

Sumber: https://jogjainside.com/pengungsi-terdampak-likuifaksi-di-petobo-kesulitan-air-bersih/

Gambar 2.30 Kondisi Lokasi Dampak Likuifaksi Balaroa Yang Terendam Air

Sumber: https://tirto.id/saat-lumpur-menghanyutkan-desa-terparah-gempa-sulawesi-tengah-c46v

Gambar 2.31 Kerusakan Rumah Akibat Likuifaksi Tanah Di Desa Jono Oge

42
2.3.1 Penyebab Terjadinya Likuifaksi
Untuk memahami likuifaksi penting untuk mengenali kondisi yang ada di
deposit tanah sebelum gempa bumi. Deposit tanah terdiri dari satu himpunan
partikel tanah individu. Jika kita melihat secara dekat partikel-partikel ini, kita
dapat melihat bahwa setiap partikel berada dalam kontak dengan sejumlah partikel
lainnya. Berat partikel tanah yang saling melapisi menghasilkan kekuatan kontak
antara partikel, kekuatan ini menahan partikel individu di tempatnya dan
merupakan sumber perkuatan dari tanah.

Panjang panah mewakili ukuran kekuatan kontak antara  individu butir


tanah. Kekuatan kontak menjadi besar ketika tekanan air pori rendah.
1. Tanah berupa pasir atau lanau
2. Lapisan tanah jenuh air
3. Lapisan tanah tidak padat
4. Terjadi gempa berkekuatan di atas 5,0 SR

Likuifaksi terjadi ketika struktur pasir jenuh yang longgar rusak karena


pergerakan tanah. Sebagaimana struktur rusak, individu partikel yang longgar
berusaha untuk pindah ke konfigurasi yang padat. Pada gempa bumi,
bagaimanapun tidak ada cukup waktu untuk air di pori-pori tanah untuk dapat
dikeluarkan dari tanah. Sebaliknya air "terjebak" dan mencegah partikel tanah
untuk bergerak lebih dekat satu sama lain. Hal ini disertai dengan peningkatan
tekanan air yang mengurangi kekuatan kontak antara individu partikel tanah,
sehingga terjadi pelunakan dan melemahnya deposit tanah.

Likuifaksi adalah suatu gejala perubahan sifat tanah yaitu, dari sifat solid
ke sifat liquid. Perubahan sifat ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis
pembebanan sebagai berikut:
1. Disebabkan oleh pembebanan monotonic yang biasanya terjadi pada tanah
lempung yang mengalami tekanan dari gaya rembesan air atau arus pasang
sehingga menimbulkan gejala quick clay, sebagai akibatnya tanah lempung

43
kehilangan kekuatan gesernya yang dikenal dengan nama static liquefaction.
Kondisi ini walaupun mungkin tetapi jarang terjadi.
2. Disebabkan oleh pembebanan cyclic yang biasanya terjadi pada tanah pasir
jenuh air yang mengalami getaran gempa sehingga pasir kehilangan daya
dukungnya yang dikenal dengan cyclic liquefaction. Kondisi ini lazim terjadi
di lapangan.
3. Disebabkan oleh pembebanan yang bersifat shock wave yang biasa terjadi
pada tanah pasir kering berbutir halus yang mengalami getaran gempa yang
bersifat shock wave atau getaran dari bom sehingga menimbulkan gejala
fluidization yang berupa longsoran tanah yang dikenal dengan nama impact
liquefaction. Kondisi ini juga jarang ditemukan, karena pada umumnya terjadi
bila kondisi pasir jenuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial likuifaksi:


1. Sifat butir tanah, pasir yang uniform (seragam) lebih mudah likuifaksi
dibandingkan well graded sand (pasir yang bergradasi baik), untuk
uniformity yang sama, butir pasir yang lebih halus akan lebih mudah
likuifaksi. Pasir yang mudah likuifaksi adalah pasir yang mempunyai harga
D10 antara 0,01-0,25 mm, D50 antara 0,075-2,0 mm, D20 antara 0,04-0,50
mm atau 0,004-1,20 mm dengan uniformity coefficient (Cu) antara 2-10.
2. Kerapatan relatif (Dr), makin kecil harga Dr makin mudah terjadi likuifaksi.
3. Pengaruh kondisi stress mula-mula di lapangan, makin besar harganya makin
sulit tanah itu mencair (likuifaksi).

2.3.2 Proses Terjadinya Likuifaksi


Sebelum terjadi gempa, tekanan air di dalam tanah relatif rendah. Namun,
pada saat terjadi gempa, getaran yang ditimbulkan dapat menyebabkan
peningkatan tekanan air ke titik di mana partikel-partikel tanah dapat dengan
mudah bergerak sehingga ikatan antar partikel lapisan pasir tersebut menjadi
luruh.

44
Ketika hal itu terjadi, kekuatan tanah akan berkurang, sehingga tanah
tersebut tidak mampu lagi untuk menopang beban bangunan di atasnya. Oleh
karena itu proses likuifaksi ditandai dengan munculnya semburan air dan pasir
dari dalam tanah (sand boiling).

Sumber: BMKG, LIPI & AIGI, Teks: Aghnia & Sandy N., Ilustrasi & Design: Sandy N

Gambar 2.32 Proses Terjadinya Likuifaksi

Jika mengamati proses terjadinya Likuifaksi sebenarnya mudah, namun


permasalahan utamanya adalah likuifaksi ini tidak dapat dideteksi terlebih dulu
berbeda dengan tsunami yang bisa dideteksi menggunakan alat. Likuifaksi sangat
bergantung pada getaran dan juga gempa, sehingga kita tidak bisa menilai bahwa
gempa tersebut bisa menyebabkan pencairan tanah atau tidak.

Namun hal jelasnya bahwa fenomena gempa bumi yang terjadi di zona
dengan tanah yang mengandung air tinggi sangat beresiko untuk terjadi likuifaksi.
Biasanya fenomena ini terjadi untuk tanah yang dekat dengan laut atau pantai.

45
Bisa juga terjadi gempa di area yang kaya akan air dan juga tanahnya berpasir.
Maka likuifaksi bisa terjadi begitu saja.

Menurut Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa


Likuifaksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu semburan air yang ada dari dalam
tanah keluar memancar layaknya air mancur dan merusak struktur tanah sekaligus.
Bisa juga kejadian lapisan pasir yang terbawa gempa sangat kuat sehingga air
yang ada terperas dan mengalir membawa lapisan tanah. Kejadian ini juga sama
halnya dengan likuifaksi pertama, sama-sama akan menghanyutkan tanah.

Berbicara soal bahaya semua bencana alam dan fenomena alam tentu
membahayakan, apalagi yang bersifat merusak dan terjadi secara besar-besaran
layaknya likuifaksi yang terjadi di Palu. Tentu bukan hal yang aneh jika semua
bangunan dan benda yang terkena likuifaksi hanyut dan tidak bersisa, bahkan
menelan korban jiwa untuk itu Likuifaksi memang sangat bahaya, karena sifatnya
seperti banjir ditambah dengan kandungan tanah. Jika ada yang terhanyut maka
akan sulit menyelamatkan diri karena bukan di air jernih atau air biasa. Namun
bersamaan dengan struktur tanah dan bangunan lainnya yang ikut hanyut.

Bagaimana mengangani likuifaksi? sebenarnya fenomena ini tidak bisa


ditangani, BMKG sendiri hanya bisa memberi peringatan akan bahaya tsunami
atau tidak setelah gempa atau likuifaksi. Kita bisa membenahi dan kembali
menata area yang terkena pencairan tanah jika gempa sudah benar-benar selesai
dan juga pergerakan tanah sudah tidak ada kembali. Selain itu, kita harus
menunggu tanah kembali untuk solid jika ingin membangun bangunan di area
bekas terkena likuifaksi. Namun hal ini akan memakan waktu tahunan, agar tanah
bisa kembali kuat dan solid lagi.

Studi megenai mekanisme terjadinya likuifaksi memberikan suatu metode


guna menganalisis masalah peningkatan dan dissipasi (keluarnya air pori ke
permukaan tanah) dari dalam lapisan horizontal suatu deposit (lapisan) pasir
selama dan sesudah berlangsungnya getaran gempa bumi, dan untuk
menggambarkan besarnya perubahan tekanan air pori yang dapat terjadi di dalam

46
profil tanah sebagai fungsi dari waktu. Dalam menganalisis kemungkinan terjadi
likuifaksi diasumsikan bahwa selama berlangsungnya getaran gempa belum
terjadi dissipasi yang berarti, dengan perkataan lain belum terjadi redistribusi
tekanan air pori pada masa tanah. Akibat beban cyclic, tanah mengalami tekanan
sebelum air sempat keluar meninggalkan pori. Hal ini menyebabkan tekanan air
pori meningkat, sebaliknya tegangan efektif berkurang dan dengan demikian
kekuatan geser juga berkurang.

Pada suatu lapisan tanah pasir jenuh air, pengaruh dari getaran-getaran
gempa bumi atau dibebani secara cyclic, akan mengalami perubahan sifat yaitu
dari sifat solid ke sifat liquid yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan air
pori dan pengaruh tegangan efektif, sehingga memungkinkan terjadi suatu gejala
yang disebut likuifaksi, yang merupakan gejala keruntuhan struktur.

2.3.3 Dampak Terjadinya Likuifaksi


Setelah mengetahui pengertiannya, masuk kedalam dampak yang akan
terjadi jika sebuah area terkena pencairan tanah atau likuifaksi, ada beberapa
dampak yang akan dirasakan diantaranya adalah:
1. Tanah bergeser, khususnya rumah dan bangunan yang ada diatasnya akan
roboh atau ikut bergeser.
2. Permukaan tanah menjadi turun dan membuat perbedaan permukaan
(akhirnya area tersebut akan seperti bukit ada yang turun dan naik
permukaannya)
3. Material diatas tanah dapat hanyut semua

Sumber: https://www.beritasatu.com/galeri-foto/9269- Sumber: https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/likuifaksi


dampak-likuifaksi-pascagempa-palu

Gambar 2.33 Dampak Likuifaksi

47
Tentu saja kerusakan-kerusakan yang diakibatkan peristiwa likuifaksi
semacam itu memiliki konsekuensi yang sangat tinggi, yaitu:
1. Dalam jangka pendek dapat menghambat proses evakuasi para korban dan
menghambat upaya tanggap darurat karena rusaknya infarastruktur seperti
jalan, jembatan, bahkan gedung rumah sakit.
2. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan
dari segi bisnis yang terganggu.

Pada dasarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
resiko sebelum mendesain dan membangun sebuah konstruksi, yaitu :
2. Melakukan survei lapangan
3. Menghindari daerah yang mengandung pasir lepas
4. Perbaikan tanah dengan cara pemadatan (deep compaction & vibro
flotation)
5. Memaksimalkan pondasi bangunan hingga kedalaman aman

2.3.4 Mitigasi Likuifaksi


Pilihan utama untuk mengurangi bahaya likuifaksi ketika merancang dan
membangun struktur baru seperti bangunan, jembatan, terowongan, jalan, dll
adalah:
A. Teknik Peningkatan Tanah
Mitigasi bahaya likuifaksi oleh peningkatan tanah termasuk meningkatkan
kekuatan, kepadatan sehingga kerangka tanah tidak akan runtuh karena pemuatan
cepat dan/atau meningkatkan karakteristik drainase tanah. Ini dapat dilakukan
dengan berbagai teknik perbaikan tanah.
1) Vibroflotation
Metode memadatkan tanah berpasir yang lepas dengan memasukkan
vibroflot horizontal ke dalam profil lapisan tanah, sambil mengalirkan air dari
ujung bawah vibroflot. Getaran menyebabkan struktur butir runtuh, sehingga
memadatkan tanah di sekitar vibroflot. Penempatan getaran adalah kombinasi
vibroflotasi dengan timbunan kerikil yang menghasilkan kolom batu, yang tidak

48
hanya meningkatkan jumlah densifikasi tetapi juga memberikan tingkat penguatan
dan juga merupakan cara drainase yang efektif.

2) Dynamic compaction (Pemadatan dinamis)


Densifikasi dengan pemadatan dinamis dilakukan dengan menjatuhkan
baja atau beton yang berat dari ketinggian 30 hingga 100 kaki. Pencairan lokal
dapat dimulai di bawah titik jatuh sehingga memudahkan butiran pasir memadat.
Ketika tekanan air pori berlebih dari pembebanan dinamis menghilang, kepadatan
berlebih terjadi.

3) Stone columns (Kolom Batu)


Perkuatan stone column salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk
memperkuat tanah dasar (sub grade). Perkuatan ini berupa batu yang dibungkus
dengan kawat pembungkus dan dibentuk seperti tiang besi kemudian dimasukan
kedalam tanah seperti kolom-kolom tiang pancang. Perkuatan ini diharapkan
mampu memperkuat tanah dasar (sub grade) lunak, sehingga perkerasan jalan
akan semakin tahan lama, aman, nyaman dan tidak mudah rusak.

4) Compaction piles (Tumpukan pemadatan)


Memasang tumpukan pemadat adalah cara yang sangat efektif untuk
memperbaiki tanah. Tumpukan pemadatan biasanya terbuat dari beton pratekan
atau kayu. Pemasangan tumpukan pemadatan baik memperkuat dan memperkuat
tanah. Tumpukan biasanya didorong ke kedalaman 60ft.

5) Deep soil mixing (Pencampuran tanah)


Pencampuran tanah dalam adalah teknik perbaikan tanah in situ yang
meningkatkan karakteristik tanah lemah dengan mencampurnya secara mekanis
dengan pengikat semen. Tindakan mencampur bahan seperti semen, fly ash, kapur
atau bentonit dengan tanah menyebabkan sifat-sifat tanah menjadi lebih seperti
batuan lunak.

49
6) Grouting kompaksi (Sementasi pemadatan)
Grouting pemadatan adalah teknik di mana campuran air / pasir / semen /
bentonit / tanah liat yang lambat disuntikkan di bawah tekanan ke dalam tanah
granular. Nat membentuk bohlam yang bergeser dan karenanya memperkuat tanah
di sekitarnya. Grouting pemadatan adalah pilihan yang cocok jika fondasi struktur
tegakan perlu ditingkatkan, karena grout dapat disuntikkan ke tanah pada sudut
miring untuk mencapai di bawah bangunan.

7) Permeation grouting
Metode ini melibatkan injeksi cairan dengan viskositas rendah ke dalam
tanah dengan tujuan mengisi lubang dan membasahi tanah yang tidak dipadatkan
dengan cairan yang disuntikkan. Metode ini secara lokal memadatkan tanah,
sehingga mengurangi risiko pemadatan dan pencairan.

8) Jet grouting
Jet grouting adalah salah satu perkembangan metode perbaikan tanah
dengan menggunakan teknologi aliran berkecepatan jet. Jet grouting dapat
digunakan pada berbagai jenis tanah dengan meningkatkan kekuatan, kekakuan,
dan permeabilitas, serta membentuk berbagai model konstruksi. Jet grouting juga
tidak menimbulkan berbagai dampak buruk pada tanah karena mengurangi
penggunaan grout kimia, serta meminimalkan dampak tegangan dan settlement
pada tanah sekitar. Namun, untuk penerapan jet grouting diperlukan pengetahuan
dan pengalaman yang cukup tentang metode, dan cara kerjanya, serta
perbandingannya dengan metode lam untuk mendapatkan efektiritas biaya.

9) Stabilisasi lokasi pasif


Ini adalah teknik mitigasi non-destruktif di mana material stabil seperti
silika secara perlahan diinjeksikan ke area yang rentan. Sumur injeksi di tepi situs
digunakan untuk injeksi bahan stabilisasi yang didistribusikan ke lapisan yang
dapat dicairkan karena aliran air tanah yang sudah ada sebelumnya. Silika koloid
yang inert beracun, kimia dan biologis membentuk gel permanen yang mengikat
partikel tanah, meningkatkan kekuatan dan ketahanan deformasi tanah.

50
10) Geoteknologi Mikroba
Geoteknologi Mikroba adalah penggunaan metode mikrobiologis ke tanah
untuk memperbaiki sifat mekanik tanah dan membuatnya memenuhi tujuan
konstruksi dan lingkungan. Tiga aplikasi utama geoteknologi mikroba yang
menggunakan mikroorganisme untuk mengolah tanah adalah biocementation,
bioclogging, dan biogas. Biokementasi adalah pembangunan material yang
mengikat partikel sehingga kekuatan geser tanah dapat ditingkatkan. Bioclogging
adalah produksi bahan pengisi pori sehingga porositas dan konduktivitas hidrolik
tanah berkurang. Biogas adalah proses untuk menghasilkan gelembung gas kecil
di tanah yang jenuh untuk meningkatkan ketahanan likuifaksi pasir atau untuk
mengurangi permeabilitas. Dibandingkan dengan grouting kimia, yang biasanya
mahal dan beracun bagi lingkungan, biocementation, bioclogging, atau biogas
lebih hemat biaya dan memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah. Karena
proses mikroba lebih rumit, aplikasi ini bersifat spesifik tanah dan lingkungan
situs.

51
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Gempa bumi (earthquakes) adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat
pelepasan energi dari dalam perut bumi secara tiba-tiba sehingga menciptakan
gelombang seismik, yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
bumi. Biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi.
a. Penyebab terjadinya gempa bumi ini dapat dibagi menjadi empat
penyebab utama, yaitu:
- Gempa Vulkanik
- Gempa Runtuhan
- Gempa Buatan
- Gempa Tektonik
b. Ada beberapa dampak dari gempa bumi, yaitu:
- Kerusakan Pada Bangunan
- Jatuhnya Korban Jiwa dan Luka-luka
- Tsunami
- Tanah Longsor
- Kerusakan Lingkungan
- Likuifaksi
c. Adapun langkah-langkah dalam mitigasi bencana gempa bumi, yaitu:
- Pemetaan
- Relokasi Permukiman Penduduk
- Prediksi Gempa Bumi
- Konstruksi Tahan Gempa
- Pembuatan Jalur dan Rambu Evakuasi
- Penyiapan Alat untuk Mitigasi
- Pembentukan Satuan Tugas
- Pendidikan dan Latihan Mitigasi

52
2. Tsunami dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan
impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi vulkanik
(meletusnya gunung api) di laut longsoran di laut, atau jatuhnya meteor di
laut.
a. Adapun faktor-faktor penyebab Tsunami.
- Gempa bumi bawah laut
- Longsoran lempeng bawah laut
- Letusan gunung api
- Aktivitas vulkanik
- Jatuhnya meteor atau bom atom
b. Setelah terjadi tsunami, terdapat beberapa dampak yang terjadi yaitu:
- Hancurnya bangunan
- Korban jiwa dan luka
- Hancurnya Lahan Pertambakan dan Pertanian
- Munculnya Bibit Penyakit
c. Berikut ada beberapa faktor mitigasi bencana tsunami yang dapat
dilalukan yaitu:
- Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
- Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Nonstruktural
- Penanggulangan Tsunami
- Penyelamatan Saat Terjadi Tsunami
3. Likuifaksi adalah pencairan pada tanah artinya kegagalan tanah atau
kehilangan kekuatan yang menyebabkan tanah padat berperilaku sementara
sebagai cairan kental.
a. Likuifaksi terjadi ketika getaran atau tekanan air dalam massa tanah
menyebabkan partikel-partikel tanah kehilangan kontak satu sama lain.
Kondisi ini biasanya bersifat sementara dan paling sering disebabkan
oleh gempa yang bergetar dengan kandungan air jenuh atau tanah yang
tidak terkonsolidasi.

53
b. Cara paling umum untuk mencegah terjadinya likuifaksi adalah metode
perbaikan tanah fondasi. Salah satu jenis perbaikan adalah mengganti
tanah yang rentan dengan jumlah kerikil yang sesuai.

3.2 Saran
Masyarakat harus lebih tahu mengenai gejala-gelaja alam yang sering
terjadi di Indonesia dan pemerintah juga harus sering mengadakan penyuluhan-
penyuluhan serta pengetahuan bagi masyarakat agar mereka mengerti dan dapat
mengetahui apa yang harus mereka lakukan apabila suatu saat mereka dihadapkan
dengan bencana gempa bumi, Tsunami dan Likuifaksi.
Makalah ini masih banyak kekuragan, kritik dan saran diharapkan agar
terciptanya makalah yang sempurna agar bisa bermanfaaat untuk semua.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anies. (2017). Negara Sejuta Bencana. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

BNPB. (2008). Pedoman Penyusunan Rencana Penaggulangan Bencana. Jakarta:


BNPB.

Faturahman, B.M. (2018). Konseptualisasi Mitigasi Bencana Melalui Perspektif


Kebijakan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi Publik. Vol. 3(2).

John P. Rafferty. (2020). Soil liquefaction. Amerika Serikat: Encyclopædia


Britannica

Mulyo, A. (2008). Pengantar Ilmu Kebumian. Bandung: CV Pustaka Setia.

Nur. M.A. (2010). Gempa Bumi, Tsunami, dan Mitigasinya. Jurnal Geografi.
Vol. 7(1): 66-73.

Nurlaili, L. (2009). Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami.


Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional.

Sofyatiningrum E. (2009). Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko


Gempa Bumi. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Sunarjo., Gunawan, M.T., Pribadi, S. (2012). Gempa Bumi Edisi Populer. Jakarta:
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Tamara, Indra. (2011). Likuifaksi. (online),


https://www.scribd.com/document/391013630/Makalah-Likuifaksi-1
(diakses pada tanggal 15 Maret 2020 09:50)

Wibawa, N. Q. A. (2019). Aspek Geoteknik Bencana Geologi Gempa Dan


Pemetaan Kerentanan likuifaksi Kota Palu Donggala.

Wikipedia, (2018). Pencairan Tanah. (online),


https://id.wikipedia.org/wiki/Pencairan_tanah (diakses pada tanggal 15
Maret 2020, 01:05)

Wirawan, A. (2019). Identifikasi Sifat Fisik Tanah Pada Kawasan Terkena


Dampak Likuifaksi Di Desa Jono Oge Lembah Palu. (Doctoral dissertation,
Universitas Tadulako).

55

Anda mungkin juga menyukai