(SAINS TERPADU)
Oleh Kelompok 6:
Merry Rosalin Handayani A 202 19 027
Nengah Nitriani A 202 19 029
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah adalah salah
satu sarana untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa juga pengetahuan yang
dimiliki mahasiswa. Makalah ini merupakan suatu sumbangan pikiran dari penulis
untuk dapat digunakan oleh pembaca.
Makalah ini disusun berdasarkan data-data dan sumber-sumber yang telah
diperoleh penulis. Penulis menyusun makalah ini dengan bahasa yang mudah
ditangkap oleh pembaca sehingga makalah ini dapat dengan mudah dimengerti
oleh pembaca. Pada akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dalam memahami persoalan Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi
beserta kejadian-kejadiannya.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................... 4
iii
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 52
3.2 Saran............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 55
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah pasir pada kondisi jenuh air cenderung memampat ketika diberikan
beban, salah satunya beban dinamis. Di Indonesia beban dinamis yang rawan terjadi
adalah gempa bumi. Hal ini disebabkan karena letak Indonesia yang berada di titik
pertemuan 3 lempeng tektonik aktif, yakni, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia,
dan lempeng Pasifik. (Fun, 2018). Gempa bumi biasa di sebabkan oleh pergerakan
kerak bumi (lempeng bumi). Salah satu dampak yang di timbulkan dari adanya
gempa bumi adalah likuifaksi. Fenomena likuifaksi terjadi karena berubahnya
sifat tanah dari solid ke liquid yang disebabkan oleh tekanan berulang yang teratur
pada saat gempa terjadi sehingga tekanan air pori (porewater) meningkat
melampaui tegangan vertikal. Peristiwa likuifaksi juga mengakibatkan kerusakan
infrastruktur seperti amblasnya bangunan, kerusakan pipa bawah tanah, bangunan,
miring dan longsor, (Wikipedia, 2018).
1
Tidak hanya itu, dampak akibat gempa bumi juga menyebabkan terjadinya
tsunami. Tsunami merupakan bencana alam yang berkaitan dengan gelombang
lautan. Tsunami terjadi karena perpindahan badan air yang disebabkan oleh
perubahan permukaan laut secara vertikal yang berlangsung dengan tiba-tiba.
Gelombang tsunami merupakan jenis gelombang yang dapat bergerak ke segala
arah hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Daya kerusakan yang diakibatkan
gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan.
2
c. Apa dampak terjadinya likuifaksi ?
d. Bagaimana mitigasi likuifaksi ?
3
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tsunami
b. Untuk mengetahui proses terjadinya tsunami
c. Untuk mengetahui dampak terjadinya tsunami
d. Untuk mengetahui mitigasi tsunami
3. Untuk mengetahui defenisi likuifaksi
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya likuifaksi
b. Untuk mengetahui proses terjadinya likuifaksi
c. Untuk mengetahui dampak terjadinya likuifaksi
d. Untuk mengetahui mitigasi likuifaksi
4
BAB II
PEMBAHASAN
Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang paling serius dan
misterius bagi umat manusia. Betapa tidak, karena dapat terjadi secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu. Gempa bumi adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah
di bawah permukaan bumi. Sewaktu pergeseran ini terjadi, timbullah getaran yang
disebut dengan gelombang seismik.
5
yang kemudian disebut dengan lempeng tektonik. Umumnya gempa bumi
disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan
oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai suatu keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi
oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi, yang
energinya menjalar ke berbagai arah.
Sumber: https://katadata.co.id/berita/2019/01/08/bmkg-catat-23-kali-gempa-bumi-yang-merusak-terjadi-selama-2018
Gempa bumi adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit
bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas
tektonik (gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas,
uap, dan lainnya) dari dalam bumi menuju kepermukaan, di sekitar gunung api,
disebut gempa bumi gunung api/vulkanik.
6
A. Aceh
B. Tiongkok
Tiongkok adalah negara selanjutnya yang kerap dihajar oleh gempa bumi
dengan kekuatan yang cukup besar. Wilayah ini berada di persinggahan beberapa
lempeng minor dunia yang cukup aktif bergerak. Akibatnya, gempa menjadi hal
biasa meski tak menyebabkan terjadinya tsunami seperti yang terjadi di Jepang
dan juga Indonesia.
C. Filipina
Hampir mirip dengan Indonesia, Filipina juga dilalui oleh lempeng
tektonik yang cukup aktif bergerak. Selain itu, Filipina juga memiliki banyak
sekali jalur gunung api yang sangat aktif dan kerap menyimpulkan goncangan.
7
Dua kolaborasi ini membuat Filipina menjadi sering mengalami gempa bumi yang
cukup dahsyat. Bahkan banyak menyebabkan kematian.
D. Jepang
Dalam satu tahun Jepang mengalami lebih dari 1.500 gempa bahkan
pernah sampai 3.000 gempa. Negara ini berada di dalam kawasan cincin api yang
sangat berbahaya. Selain itu Jepang juga berada di dalam lempeng pasifik yang
aktif bergeser. Akibatnya, gempa dengan kekuatan yang sangat tinggi kerap
terjadi.
E. Meksiko
Gempa bumi dahsyat berkekuatan 8,4 skala Richter mengguncang wilayah
pesisir Meksiko menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan bangunan
besar-besaran, dengan potensi tsunami. Gempa terjadi pada Kamis (7/9/2017)
malam waktu setempat. Versi lain meyakini, kekuatan gempa adalah 8,1
magnitudo.
8
F. Lombok
Gempa lombok 2018 merupakan fonemana langka dan menarik untuk di
pahami perilakunya. Pola seismisitas yang naik turun memberikan kepanikan dan
kebingungan, terutama masyarakat yang bermukim di Lombok, Bali dan
Sumbawa.
Pukul 18.46 WIB, gempa bumi magnitudo 6,9 pada kedalaman hiposenter
34 km kembali menghantam Lombok bagian utara. Secara kekuatan, gempa kedua
ini lebih besar dari gempa yang pertama. Tentunya kejadian ini memperbanyak
jumlah korban jiwa dan memperparah kerusakan bangunan di Lombok, Bali, dan
sebagian di Sumbawa bagian barat.
Berselang empat hari setelah gempa kedua, tepatnya pada 9 Agustus 2018
pukul 12.25 WIB, gempa dengan kekuatan 5,9 kembali terjadi. Posisi gempa
ketiga lebih ke barat dan berbeda dengan gempa pertama dan kedua yang saling
berdekatan di bagian utara Lombok.
9
Kedua gempa tersebut memiliki magnitudo 6,3 terjadi pada pukul 11.10
WIB dengan kedalaman hiposenter 7,9 km dan magnitudo 7,0 terjadi pada pukul
21.56 WIB dengan kedalaman hiposenter 25 km.
Pada 25 Agustus 2018, gempa magnitudo 5,5 terjadi di timur Lombok atau
lebih tepatnya di Sumbawa bagian barat. Gempa ini bisa dikatakan gempa ke-6
dari rangkaian gempa Lombok yang magnitudonya lebih dari 5,5 SR.
Sedangkan data korban adalah 460 orang meninggal dunia, 7.733 korban
luka-luka, 417.529 orang mengungsi. Perkiraan kerugian sementara yang
dilakukan oleh BNPB akibat gempa Lombok mencapai triliunan. Angka ini belum
termasuk kerugian yang diakibatkan oleh penurunan kunjungan wisatawan lokal
dan manca negara
10
Pada 28 September di Palu, getaran-getaran kecil terjadi sepanjang hari,
namun gempa 7,4 pada skala Richter berlangsung saat Patahan Palu Koro yang
melintasi Kota Palu, bergeser sekitar 10 kilometer di bawah permukaan tanah.
Sejak saat itu, ada sedikitnya 500 gempa susulan di Palu, yang sebagian
besar di antaranya tidak dirasakan warga. Wilayah Indonesia sangat berpotensi
terjadi gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng
utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik.
11
Beberapa gempa bumi dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa bumi demikian dapat menjadi gejala akan terjadi letusan
gunung berapi. Beberapa gempa bumi, meskipun jarang terjadi akibat
penumpukan massa air yang sangat besar di balik dam, misalnya Dam Karibia di
Zambia, Afrika. Sebagian lagi dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan
dari/ke dalam bumi. Contohnya, pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas
bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Ada pula gempa yang terjadi karena
peledakan bahan peledak atau karena perbuatan manusia. Gempa bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
12
2. Gempa runtuhan
Semula diduga, bahwa gempa bumi terjadi akibat runtuhnya goa-goa
raksasa yang terdapat di dalam bumi. Ternyata dugaan tersebut tidak benar karena
keruntuhan seperti itu tidak pernah ada. Seandainya, terjadi keruntuhan, hal
tersebut hanya ada ada di bawah tanah (underground), penggalian batu kapur dan
sejenisnya. Biasanya getarannya sangat kecil dan setempat.
3. Gempa buatan
Aktivitas manusia juga dapat menimbulkan gempa bumi, misalnya
percobaan nuklir yang getaran gelombangnya dapat menyebabkan terjadinya
gempa bumi. Gelombang gempa bumi ini dapat menjalar di dalam bumi sehingga
terekam oleh seismograph.
4. Gempa tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan pergeseran lempeng-lempeng tektonik
yang ada dilapisan kerak bumi. Pergeseran ini kemudian menghasilkan gaya
tektonik yang mendorong sehingga bagian yang paling lemah akan patah.
Peristiwa inilah yang kemudia disebut dengan gempa bumi. Pertemuan lempeng
tersebut juga menimbulkan terbentuknya deretan gunung sepanjang pertemuan
ini. Di dalam lempeng juga dapat timbul patahan-patahan batuan (faults) akibat
dari tarikan dan tekanan dari pergerakan lempeng-lempeng batuan penyusun kerak
bumi. Hampir 90% gempa bumi disebabkan oleh aktivitas lempeng tektonik ini.
Sumber: https://karyapemuda.com/pengertian-gempa-bumi/
13
Sumber: https://www.pustakapengetahuan.com/2018/10/penyebab-dan-proses-terjadinya-gempa.html
Gambar 2.3 Gempa akibat dari pergerakan dua lempeng bumi yang saling
menjauh
14
zona tumbukan dan zona patahan atau sesar. Hal ini akan berakibat tekanan,
tarikan, dan gesekan pada zona-zona tadi.
Sumber: https://ekosistem.co.id/proses-terjadinya-gempa-bumi/
15
2. Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi ini terjadi akibat aktivitas gunung berapi. Gempa vulkanik
terjadi akibat adanya pergerakan secara terus-menerus dari magma dan cairan
yang bersifat hidrotermal (peka terhadap panas) di bawah gunung berapi.
Pergerakan magma dan kenaikan suhu tersebut dapat merupakan pertanda awal
adanya peningkatan aktivitas gunung berapi.
Sumber: https://geologi.co.id/2018/05/11/merapi-batuk-sebentar-kini-kondisi-normal/merapi-freatik/
16
1. Kerusakan Pada Bangunan
Hancurnya bangunan-bangunan dan infrastruktur karena goncangan gempa
bumi seringkali terjadi. Kerusakan bangunan dan sarana umum ini tentu saja akan
menganggu aktifitas masyarakat.
Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2018/09/29/14353121/ini-daftar-kerusakan-pascatsunami-di-palu-dan-donggala
Sumber : https://babel.antaranews.com/berita/86353/korban-jiwa-akibat-gempa-tsunami-palu-donggala-capai-1411
17
3. Tsunami
Jika sumber gempa bumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan
gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber
gempa tetapi juga mencapai jauh ke daratan.
Sumber : https://tekno.tempo.co/read/1131924/dampak-kerusakan-gempa-di-palu-tsunami-hingga-likuifaksi
Gambar 2.8 Jembatan kuning yang ambruk akibat gempa dan tsunami Palu
4. Tanah Longsor
Gempa bumi juga mengakibatkan getaran dan guncangan tanah. Hal ini
menyebabkan tanah dan massa batuan keluar dan akhirnya terjadi penyebab tanah
longsor pada lapisan tanah dan batuan yang ada diatasnya.
Sumber : https://ilmugeografi.com/bencana-alam/dampak-tanah-longsor
5. Kerusakan Lingkungan
Getaran yang dihasilkan gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan fungsi
lingkungan hidup seperti rusaknya struktur tanah, erosi, rusaknya fungsi
ekosistem terumbu karang, dan lain sebagainya.
18
Sumber : https://www.idntimes.com/news/indonesia/teatrika/ini-data-kerusakan-akibat-gempa-dan-tsunami-di-palu
6. Likuifaksi
Likuifaksi tanah atau sering disebut likuifaksi gempa adalah keadaan
hilangnya kekuatan tanah karena mengandung banyak air, Tanah berpasir,
berlumpur, dan berkerikil dengan drainase (saluran pembuangan air) buruk,
kemudian terdampak gelombang seismik ketika gempa bumi terjadi.
Sumber : https://tirto.id/pemerintah-petakan-daerah-aman-likuifaksi-di-palu-c6rB
19
Selain itu, tujuan mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk
mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan
dari alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi
dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh
bencana gempa bumi.
Beberapa langkah dalam mitigasi bencana gempa bumi, antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Pemetaan
2. Relokasi Permukiman Penduduk
3. Prediksi Gempa Bumi
4. Konstruksi Tahan Gempa
5. Pembuatan Jalur dan Rambu Evakuasi
6. Penyiapan Alat untuk Mitigasi
7. Pembentukan Satuan Tugas
8. Pendidikan dan Latihan Mitigasi
Upaya mitigasi gempa bumi juga dapat di lakukan dengan cara seperti
berikut.
1. Membangun bangunan vital/strategis atau bangunan lainnya yang
mengundang konsentrasi banyak manusia di wilayah rawan gempa bumi
menggunakan konstruksi yang tahan terhadap gempa.
2. Tidak membangun permukiman dan aktifitas penduduk diatas, pada atau
dibawah tebing.
20
3. Tidak mendirikan bangunan diatas tanah timbunan yang tidak memenuhi
tingkatkepadatan yang sesuai dengan daya dukung tanah terhadap konstruksi
bangunandiatasnya.
4. Pemetaan mikrozonasi di wilayah rawan gempa bumi.
5. Perlu adanya RUTR dan RTRW yang dituangkan dalam peraturan daerah
yang berwawasan dan mempertimbangkan aspek kebencanaan sehingga
prinsip bangunan berkelanjutan dapat tercapai.
6. Membangun kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui
pelatihan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi.
7. Menyiapkan alur dan tempat evakuasi bencana.
8. Menyelenggarakan pendidikan dini melalui jalur pendidikan formal dan non-
formal tentang gempa bumi dan bahayanya di wilayah rawan gempa bumi.
9. Membangun alur dan tempat pengungsian serta bukit-bukit untuk menghindar
dari gelombang tsunami.
2.2 Tsunami
Kata Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yakni Tsu berarti pelabuhan dan
Nami yang berarti gelombang. Tsunami merupakan bencana alam yang berkaitan
dengan gelombang lautan. Tsunami terjadi karena perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal yang berlangsung
dengan tiba- tiba. Gelombang tsunami merupakan jenis gelombang yang dapat
bergerak ke segala arah hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Daya kerusakan
yang diakibatkan gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan.
Tsunami juga merupakan gelombang air laut yang membawa material baik
berupa sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas segala
sesuatu yang berdiri di dataran pantai dengan kekuatan yang dahsyat.
21
Tsunami merupakan bencana alam yang berkaitan dengan gelombang
lautan. Tsunami terjadi karena perpindahan badan air yang disebabkan oleh
perubahan permukaan laut secara vertikal yang berlangsung dengan tiba- tiba.
Gelombang tsunami merupakan jenis gelombang yang dapat bergerak ke segala
arah hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Daya kerusakan yang diakibatkan
gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan.
Sumber: https://news.harianjogja.com/read/2018/04/05/500/908305/ini-dia-negara-yang-pernah-dihantam-tsunami-dahsyat
22
B. Chile
Pada Mei 1960, gempa bumi berkekuatan besar 9,5 SR mengguncang
Chile. Sebagaimana dikutip dari National Geographic, gempa ini menyebabkan
sebanyak 2 juta orang kehilangan tempat tinggal akibat bangunan rumah porak
poranda. Setelah gempa muncul gelombang tsunami yang menghancurkan
sejumlah negara-negara di kawasan Lautan Pasifik, termasuk Filipina dan Jepang.
Jumlah korban tewas mencapai 5.700 jiwa. Akibat gempa ini, muncul gelombang
tsunami yang menerjang Hawai dan menyebabkan 61 orang tewas.
Sumber: https://www.researchgate.net/figure/View-WSW-across-Waiakea-after-the-23-May-1960-tsunami-impacted-Hilo-Hawaii-Photograph_fig3_258646136
Gambar 2.13 Dampak Tsunami Chile Pada Tanggal 23 Mei Tahun 1960
C. Jepang
Boleh dikatakan Jepang merupakan negara yang kerap dilanda tsunami.
Menjelang abad 16 tepatnya tahun 1586 tsunami dahsyat melanda Teluk Ise,
Jepang setelah sebelumnya terjadi gempa berkekuatan 8.2 SR. Gelombang tinggi
kemudian menyapu daratan di mana Kota Nagahama merupakan kota yang paling
parah terkena tsunami. Bencana ini setidaknya menyebabkan 8.000 orang
meninggal dunia.
23
Pulau Ishigaki dan Pulau Miyako. Gelombang setinggi puluhan meter menerjang
pulau tersebut dan menyebabkan sedikitnya 3.000 rumah dan sekitar 12.000 orang
meninggal dunia. Gempa bumi berkekuatan terjadi pada Juni 1896 melanda pantai
Sanriku, Jepang. Tsunami dengan ketinggian sekitar 38 meter terjadi setelah ada
gempa berkekuatan 7,6 SR. Akibatnya, belasan ribu rumah rusak dan sekitar
22.000 meninggal dunia.
Yang terbaru, tsunami yang melanda Pantai Timur Jepang pada Maret
2011. Ini merupakan tsunami yang sangat dahsyat. Sebagaimana dikutip dari
BBC, tsunami ini menewaskan sekitar 10.000 orang dan 17.440 orang
dinyatakan hilang. Tsunami terjadi setelah gempa berkekuatan 9,0 SR. Akibat
bencana ini, Negeri Matahari Terbit tersebut mengalami kerugian sekitar Rp2.500
triliun.
D. Biak
Gempa bumi berkekuatan 8,2 skala richter mengakibatkan gelombang
tsunami di Kabupaten Biak Numfor, Papua pada 17 Febuari 1996. Tsunami
dengan ketinggian 7 meter ini memakan korban 108 orang meninggal, 423 orang
mengalami luka-luka, 58 orang korban hilang dan 4.053 rumah hancur ataupun
rusak.
24
Sumber: http://agung-sabtaji.blogspot.com/2012/11/gempabumi-dan-tsunami-biak-papua.html
E. Aceh
Gelombang tsunami setinggi 35 meter yang terjadi tidak hanya
meluluhlantakkan Aceh, tetapi juga menyapu sepanjang pesisir barat Sumatera.
Tsunami bahkan menjangkau daratan Sri Lanka dan Semenanjung India.
Sumber: https://aceh.inews.id/berita/peringatan-gempa-dan-tsunami-aceh-tetapkan-26-desember-sebagai-hari-libur-resmi
Gambar 2.16 Tampak Kerusakan Akibat Tsunami Aceh, Hanya Satu Bangunan yang
Masih Berdiri Kokoh yaitu Bangunan Masjid.
25
F. Pangandaran
Serangkaian gempa bumi mengguncang wilayah pantai selatan Pulau Jawa
pada 17 Juli 2006. Berawal dengan gempa bermagnitudo 8, kemudian
menimbulkan gelombang yang menyapu daerah pesisir. Harian Kompas edisi 18
Juli 2006 menerangkan, gelombang besar mengempaskan 125 perahu dan
menghancurkan tempat pelelangan ikan (TPI) di Karangduwur. Di desa ini 20
warung hanyut ke laut setelah disapu gelombang, sementara 150 unit perahu
nelayan di Ayah dan 372 perahu di Pantai Suwuk hancur. Gempa disertai
gelombang tsunami membuat warga di pantai selatan Jateng dari Kebumen hingga
Cilacap panik. Hampir semua warga bahkan penduduk di desa-desa berjarak lebih
dari 25 kilometer dari garis pantai ikut mengungsi.
Sumber: https://news.mypangandaran.com/berita/read/pernik/2043/netizen-pangandaran-ramai-ramai-kenang-tsunami-pangandaran-12-tahun-silam
Gambar 2.17 Tampak Kerusakan yang Terjadi di Pantai Timur Pangandaran Akibat
Tsunami Pada Tahun 2006
26
G. Mentawai
Tsunami ini terjadi pada 25 Oktober 2010 dengan gempa bumi
berkekuatan 7,7 skala richter dan terjadi di lepas pantai Sumatera. Gempa ini
berpusat sekitar 240 km sebelah barat Bengkulu, dekat Kepulauan Mentawai.
Tsunami dengan tinggi 3-10 meter menghancurkan 77 desa dan lebih dari 461
orang tewas. Selain itu, 545 rumah warga rusa berat, 204 rusak ringan dan 8
rumah ibadah rusak berat.
Sumber: http://masmintos.blogspot.com/2010/10/foto-kerusakan-tsunami-mentawai-2010.html
Gambar 2.18 Bangunan Ambruk Akibat Terjangan Tsunami Mentawai Tahun 2010 dan
Menelan Banyak Korban Jiwa.
27
Tsunami terjadi di kota Palu dan kabupaten Donggala. Di kota Palu ada
beberapa wilayah yang diterjang tsunami yaitu wilayah pantai Talise, kelurahan
Tondo, Mamboro, Tawaeli, dan Pantoloan.
Adapun jumlah korban tsunami Palu mencapai kurang lebih 2.045 korban
tewas, lebih dari 500 orang luka berat, 29 orang hilang, dan sebanyak 65.733
rumah rusak.
Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45832237
Gambar 2.19 Jembatan IV Salah satu Ikon Kota Palu yang Ambruk Akibat
Terjangan Tsunami Palu
Sumber: https://pojokcelebes.com/2018/10/04/warga-sulteng-eksodus-secara-besar-besaran-ini-tanggapan-longki-djanggola/
28
2.2.1 Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan berskala besar
terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung
berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Pada dasarnya tsunami dapat
terjadi apabila dasar laut mengalami perubahan secara tiba-tiba dan bergerak
secara vertikal. Berikut ini beberapa faktor-faktor yang menimbulkan tsunami.
29
yang terjadi pada gunung bawah laut, maka potensi tsunami datang dari efek
ledakan yang terjadi.
4. Aktivitas Vulkanik
Adanya gunung berapi yang terletak di dasar samudra dapat menaikkan air
dan dapat membangkitkan gelombang tsunami.
30
Ketiga prediksi tersebut akan menimbulkan getaran yang dilewatkan oleh
media tanah dan batu. Getaran ini disebut gelombang seismik (seismic wave),
bergerak ke segela arah. Inilah yang disebut gempa. Lokasi di bawah tanah tempat
sumber getaran disebut fokus gempa.
Jika lempengan bergerak saling menekan terjadi di dasar laut, ketika salah
satu lempengan naik atau turun, maka voluma daerah di atasnya akan mengalami
perubahan kondisi stabilnya. Apabila lempengan itu turun, maka voluma daerah
itu akan bertambah. Sebaliknya apabila lempeng itu naik, maka voluma daerah itu
akan berkurang.
Sumber: file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/198304032008012-NANIN_TRIANA_SUGITO/TSUNAMI.pdf
31
Epicenter adalah titik pada permukaan bumi yang mengalami efek dari
gempa. Garis yang menghubungi fokus gempa dengan epicenter disebut faultline.
Perbedaan tingkat ketinggian pada lapisan terluat kulit bumi adalah prediksi
terjadinya lempengan bergerak saling menekan yang terjadi di dasar laut dari
Teori Lapisan Tektonik.
Sumber: https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Tsunami.pdf
32
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181001123917-202-334598/infografis-proses-terjadinya-tsunami
2. Korban Jiwa dan Luka; Tsunami yang terjadi secara mendadak akan
membuat masyarakat panik seketika. Runtuhnya bangunan dan besarnya
gelombang juga menjadi penyebab utama resiko kematian dari bencana
tsunami. Selain itu, korban yang bisa selamat juga tak jarang mengalami luka
parah dan guncangan mental.
33
3. Hancurnya Lahan Pertambakan dan Pertanian; Gelombang tsunami yang
dahsyat juga dapat menyebabkan lahan pertanian dan pertambakan rusak.
Sawah dan ikan-ikan yang milik warga akan tersapu oleh air dari gelombang
tsunami tersebut, sehingga tidak ada lagi hasil panen yang dapat diharapkan.
Sumber: https://www.mongabay.co.id/2018/10/04/foto-begini-kerusakan-dampak-gempa-dan-tsunami-di-kota-palu/
34
2.2.4 Mitigasi Tsunami
Sampai saat ini para ilmuwan tidak dapat meramalkan terjadinya gempa
bumi dan tsunami. Namun, dengan melihat catatan sejarah para ilmuwan dapat
mengetahui tempat-tempat yang rawan tsunami. Pengukuran tinggi gelombang
dan batas landasan dari kejadian tsunami masa lalu akan berguna untuk
memperkirakan dan mengurangi dampak tsunami di masa depan.
35
2. Kebijakan tentang standarisasi bangunan (permukiman maupun bangunan
lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana.
3. Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal.
4. Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta
tingkat ketahanan sehingga dapat didesain kompleks permukiman “akrab
bencana” yang memerhatikan berbagai aspek.
5. Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat
kawasan pantai.
6. Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami.
7. Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami.
8. Pengembangan sistem peringatan dini adanya bahaya tsunami.
C. Penanggulangan Tsunami
Beberapa langkah yang dilakukan untuk penanggulangan bencana tsunami
adalah sebagai berikut.
1. Melaksanakan evakuasi secara intensif.
2. Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
3. Melakukan terus pencarian orang hilang dan pengumpulan jenazah.
4. Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplai serta
pendistribusian logistik yang diperlukan.
5. Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antardaerah atau kota.
6. Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh piung dan lumpur.
7. Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan dana
sumbangan lain dengan tepat.
36
menuju ke tempat yang tinggi, perbukitan atau bangunan tinggi, sambil
memberitahukan kepada orang yang lain.
2. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar
berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan
perahu ke laut.
3. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun
ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
4. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban.
2.3 Likuifaksi
Bumi yang kita tempati memiliki banyak rahasia alam yang tidak kita
ketahui. Kita tidak pernah mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi di
muka bumi ini. Banyak kejadian atau bencana alam yang mendatangkan
pertanyaan bagi manusia. Bencana alam merupakan salah satu musibah yang tidak
kita harapkan kedatangannya, karena kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan
sangat besar. Salah satu kejadian alam yang sudah tidak asing di telinga
masyarakat yaitu gempa bumi.
37
biasanya dikenal dengan kegagalan akibat tanah pasir yang mencair saat terjadi
gempa atau disebut likuifaksi.
Likuifaksi terjadi pada lapisan pasir, bukan batu pasir tanah. Terjadinya
harus ada air tanah di bawah lapisan pasir untuk membuat tanah berubah seperti
bubur. Harus ada guncangan kuat dengan skala lebih dari 6 skala richter. Jarak
sumber pusat gempa dengan tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi akan
sangat memengaruhi tingkat kekuatan likufaksi yang terjadi.
38
Fenomena likuifaksi (soil liquefaction) yang membuat bangunan dan
pohon 'berjalan' muncul setelah gempa bumi yang mengguncang Sulawesi
Tengah. Fenomena ini juga pernah dialami di berbagai negara akibat gempa bumi.
Sumber: https://news.detik.com/beri0ena-likuifaksi-tanah-bergerak-jepang-nz-hingga-sulteng
Gambar 2.25 Rumah Amblas Akibat Likuifaksi di San Francisco Tahun 1906
B. Niigata, Jepang
Dikutip dari USGS, peristiwa di Niigata (1964) merupakan salah satu
likuifaksi yang paling terkenal. Akibatnya, bangunan apartemen amblas.
Fenomena ini terjadi pada 16 Juni 1964 pascagempa bermagnitudo 7,5. Ada
sekitar 2.000 rumah yang dilaporkan hancur total.
39
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Niigata_soil_liquefaction.jpg
Sumber: https://news.detik.com/internasional/d-3344704/gempa-selandia-baru-bangkitkan-kenangan-pahit-warga-atas-bencana-christchurch
Gambar 2.27 Jalan Terbelah Akibat Likuifaksi seperti Pada Ruas Jalan di
Chrsitchurch
40
D. Pohang, Korea Selatan
Gempa bumi berkekuatan 5,4 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah
Pohang, Korea Selatan (Korsel). Gempa bumi ini tergolong langka dan tercatat
sebagai gempa dengan kekuatan paling besar kedua yang pernah mengguncang
Korsel. Pemerintah secara resmi mengonfirmasikan adanya 'fenomena pencairan
tanah' setelah gempa bumi mengguncang Pohang.
Sumber: https://foto.tempo.co/read/61168/gempa-langka-54-sr-guncang-korea-selatan#foto-4
41
Sumber:https://aceh.tribunnews.com/2018/10/02/peneliti-lipi-gempa-itu-tidak-acak-manusia-bisa-menguak-polanya
Sumber: https://jogjainside.com/pengungsi-terdampak-likuifaksi-di-petobo-kesulitan-air-bersih/
Gambar 2.30 Kondisi Lokasi Dampak Likuifaksi Balaroa Yang Terendam Air
Sumber: https://tirto.id/saat-lumpur-menghanyutkan-desa-terparah-gempa-sulawesi-tengah-c46v
Gambar 2.31 Kerusakan Rumah Akibat Likuifaksi Tanah Di Desa Jono Oge
42
2.3.1 Penyebab Terjadinya Likuifaksi
Untuk memahami likuifaksi penting untuk mengenali kondisi yang ada di
deposit tanah sebelum gempa bumi. Deposit tanah terdiri dari satu himpunan
partikel tanah individu. Jika kita melihat secara dekat partikel-partikel ini, kita
dapat melihat bahwa setiap partikel berada dalam kontak dengan sejumlah partikel
lainnya. Berat partikel tanah yang saling melapisi menghasilkan kekuatan kontak
antara partikel, kekuatan ini menahan partikel individu di tempatnya dan
merupakan sumber perkuatan dari tanah.
Likuifaksi adalah suatu gejala perubahan sifat tanah yaitu, dari sifat solid
ke sifat liquid. Perubahan sifat ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis
pembebanan sebagai berikut:
1. Disebabkan oleh pembebanan monotonic yang biasanya terjadi pada tanah
lempung yang mengalami tekanan dari gaya rembesan air atau arus pasang
sehingga menimbulkan gejala quick clay, sebagai akibatnya tanah lempung
43
kehilangan kekuatan gesernya yang dikenal dengan nama static liquefaction.
Kondisi ini walaupun mungkin tetapi jarang terjadi.
2. Disebabkan oleh pembebanan cyclic yang biasanya terjadi pada tanah pasir
jenuh air yang mengalami getaran gempa sehingga pasir kehilangan daya
dukungnya yang dikenal dengan cyclic liquefaction. Kondisi ini lazim terjadi
di lapangan.
3. Disebabkan oleh pembebanan yang bersifat shock wave yang biasa terjadi
pada tanah pasir kering berbutir halus yang mengalami getaran gempa yang
bersifat shock wave atau getaran dari bom sehingga menimbulkan gejala
fluidization yang berupa longsoran tanah yang dikenal dengan nama impact
liquefaction. Kondisi ini juga jarang ditemukan, karena pada umumnya terjadi
bila kondisi pasir jenuh.
44
Ketika hal itu terjadi, kekuatan tanah akan berkurang, sehingga tanah
tersebut tidak mampu lagi untuk menopang beban bangunan di atasnya. Oleh
karena itu proses likuifaksi ditandai dengan munculnya semburan air dan pasir
dari dalam tanah (sand boiling).
Sumber: BMKG, LIPI & AIGI, Teks: Aghnia & Sandy N., Ilustrasi & Design: Sandy N
Namun hal jelasnya bahwa fenomena gempa bumi yang terjadi di zona
dengan tanah yang mengandung air tinggi sangat beresiko untuk terjadi likuifaksi.
Biasanya fenomena ini terjadi untuk tanah yang dekat dengan laut atau pantai.
45
Bisa juga terjadi gempa di area yang kaya akan air dan juga tanahnya berpasir.
Maka likuifaksi bisa terjadi begitu saja.
Berbicara soal bahaya semua bencana alam dan fenomena alam tentu
membahayakan, apalagi yang bersifat merusak dan terjadi secara besar-besaran
layaknya likuifaksi yang terjadi di Palu. Tentu bukan hal yang aneh jika semua
bangunan dan benda yang terkena likuifaksi hanyut dan tidak bersisa, bahkan
menelan korban jiwa untuk itu Likuifaksi memang sangat bahaya, karena sifatnya
seperti banjir ditambah dengan kandungan tanah. Jika ada yang terhanyut maka
akan sulit menyelamatkan diri karena bukan di air jernih atau air biasa. Namun
bersamaan dengan struktur tanah dan bangunan lainnya yang ikut hanyut.
46
profil tanah sebagai fungsi dari waktu. Dalam menganalisis kemungkinan terjadi
likuifaksi diasumsikan bahwa selama berlangsungnya getaran gempa belum
terjadi dissipasi yang berarti, dengan perkataan lain belum terjadi redistribusi
tekanan air pori pada masa tanah. Akibat beban cyclic, tanah mengalami tekanan
sebelum air sempat keluar meninggalkan pori. Hal ini menyebabkan tekanan air
pori meningkat, sebaliknya tegangan efektif berkurang dan dengan demikian
kekuatan geser juga berkurang.
Pada suatu lapisan tanah pasir jenuh air, pengaruh dari getaran-getaran
gempa bumi atau dibebani secara cyclic, akan mengalami perubahan sifat yaitu
dari sifat solid ke sifat liquid yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan air
pori dan pengaruh tegangan efektif, sehingga memungkinkan terjadi suatu gejala
yang disebut likuifaksi, yang merupakan gejala keruntuhan struktur.
47
Tentu saja kerusakan-kerusakan yang diakibatkan peristiwa likuifaksi
semacam itu memiliki konsekuensi yang sangat tinggi, yaitu:
1. Dalam jangka pendek dapat menghambat proses evakuasi para korban dan
menghambat upaya tanggap darurat karena rusaknya infarastruktur seperti
jalan, jembatan, bahkan gedung rumah sakit.
2. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan
dari segi bisnis yang terganggu.
Pada dasarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
resiko sebelum mendesain dan membangun sebuah konstruksi, yaitu :
2. Melakukan survei lapangan
3. Menghindari daerah yang mengandung pasir lepas
4. Perbaikan tanah dengan cara pemadatan (deep compaction & vibro
flotation)
5. Memaksimalkan pondasi bangunan hingga kedalaman aman
48
hanya meningkatkan jumlah densifikasi tetapi juga memberikan tingkat penguatan
dan juga merupakan cara drainase yang efektif.
49
6) Grouting kompaksi (Sementasi pemadatan)
Grouting pemadatan adalah teknik di mana campuran air / pasir / semen /
bentonit / tanah liat yang lambat disuntikkan di bawah tekanan ke dalam tanah
granular. Nat membentuk bohlam yang bergeser dan karenanya memperkuat tanah
di sekitarnya. Grouting pemadatan adalah pilihan yang cocok jika fondasi struktur
tegakan perlu ditingkatkan, karena grout dapat disuntikkan ke tanah pada sudut
miring untuk mencapai di bawah bangunan.
7) Permeation grouting
Metode ini melibatkan injeksi cairan dengan viskositas rendah ke dalam
tanah dengan tujuan mengisi lubang dan membasahi tanah yang tidak dipadatkan
dengan cairan yang disuntikkan. Metode ini secara lokal memadatkan tanah,
sehingga mengurangi risiko pemadatan dan pencairan.
8) Jet grouting
Jet grouting adalah salah satu perkembangan metode perbaikan tanah
dengan menggunakan teknologi aliran berkecepatan jet. Jet grouting dapat
digunakan pada berbagai jenis tanah dengan meningkatkan kekuatan, kekakuan,
dan permeabilitas, serta membentuk berbagai model konstruksi. Jet grouting juga
tidak menimbulkan berbagai dampak buruk pada tanah karena mengurangi
penggunaan grout kimia, serta meminimalkan dampak tegangan dan settlement
pada tanah sekitar. Namun, untuk penerapan jet grouting diperlukan pengetahuan
dan pengalaman yang cukup tentang metode, dan cara kerjanya, serta
perbandingannya dengan metode lam untuk mendapatkan efektiritas biaya.
50
10) Geoteknologi Mikroba
Geoteknologi Mikroba adalah penggunaan metode mikrobiologis ke tanah
untuk memperbaiki sifat mekanik tanah dan membuatnya memenuhi tujuan
konstruksi dan lingkungan. Tiga aplikasi utama geoteknologi mikroba yang
menggunakan mikroorganisme untuk mengolah tanah adalah biocementation,
bioclogging, dan biogas. Biokementasi adalah pembangunan material yang
mengikat partikel sehingga kekuatan geser tanah dapat ditingkatkan. Bioclogging
adalah produksi bahan pengisi pori sehingga porositas dan konduktivitas hidrolik
tanah berkurang. Biogas adalah proses untuk menghasilkan gelembung gas kecil
di tanah yang jenuh untuk meningkatkan ketahanan likuifaksi pasir atau untuk
mengurangi permeabilitas. Dibandingkan dengan grouting kimia, yang biasanya
mahal dan beracun bagi lingkungan, biocementation, bioclogging, atau biogas
lebih hemat biaya dan memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah. Karena
proses mikroba lebih rumit, aplikasi ini bersifat spesifik tanah dan lingkungan
situs.
51
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Gempa bumi (earthquakes) adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat
pelepasan energi dari dalam perut bumi secara tiba-tiba sehingga menciptakan
gelombang seismik, yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
bumi. Biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi.
a. Penyebab terjadinya gempa bumi ini dapat dibagi menjadi empat
penyebab utama, yaitu:
- Gempa Vulkanik
- Gempa Runtuhan
- Gempa Buatan
- Gempa Tektonik
b. Ada beberapa dampak dari gempa bumi, yaitu:
- Kerusakan Pada Bangunan
- Jatuhnya Korban Jiwa dan Luka-luka
- Tsunami
- Tanah Longsor
- Kerusakan Lingkungan
- Likuifaksi
c. Adapun langkah-langkah dalam mitigasi bencana gempa bumi, yaitu:
- Pemetaan
- Relokasi Permukiman Penduduk
- Prediksi Gempa Bumi
- Konstruksi Tahan Gempa
- Pembuatan Jalur dan Rambu Evakuasi
- Penyiapan Alat untuk Mitigasi
- Pembentukan Satuan Tugas
- Pendidikan dan Latihan Mitigasi
52
2. Tsunami dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan
impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi vulkanik
(meletusnya gunung api) di laut longsoran di laut, atau jatuhnya meteor di
laut.
a. Adapun faktor-faktor penyebab Tsunami.
- Gempa bumi bawah laut
- Longsoran lempeng bawah laut
- Letusan gunung api
- Aktivitas vulkanik
- Jatuhnya meteor atau bom atom
b. Setelah terjadi tsunami, terdapat beberapa dampak yang terjadi yaitu:
- Hancurnya bangunan
- Korban jiwa dan luka
- Hancurnya Lahan Pertambakan dan Pertanian
- Munculnya Bibit Penyakit
c. Berikut ada beberapa faktor mitigasi bencana tsunami yang dapat
dilalukan yaitu:
- Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
- Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Nonstruktural
- Penanggulangan Tsunami
- Penyelamatan Saat Terjadi Tsunami
3. Likuifaksi adalah pencairan pada tanah artinya kegagalan tanah atau
kehilangan kekuatan yang menyebabkan tanah padat berperilaku sementara
sebagai cairan kental.
a. Likuifaksi terjadi ketika getaran atau tekanan air dalam massa tanah
menyebabkan partikel-partikel tanah kehilangan kontak satu sama lain.
Kondisi ini biasanya bersifat sementara dan paling sering disebabkan
oleh gempa yang bergetar dengan kandungan air jenuh atau tanah yang
tidak terkonsolidasi.
53
b. Cara paling umum untuk mencegah terjadinya likuifaksi adalah metode
perbaikan tanah fondasi. Salah satu jenis perbaikan adalah mengganti
tanah yang rentan dengan jumlah kerikil yang sesuai.
3.2 Saran
Masyarakat harus lebih tahu mengenai gejala-gelaja alam yang sering
terjadi di Indonesia dan pemerintah juga harus sering mengadakan penyuluhan-
penyuluhan serta pengetahuan bagi masyarakat agar mereka mengerti dan dapat
mengetahui apa yang harus mereka lakukan apabila suatu saat mereka dihadapkan
dengan bencana gempa bumi, Tsunami dan Likuifaksi.
Makalah ini masih banyak kekuragan, kritik dan saran diharapkan agar
terciptanya makalah yang sempurna agar bisa bermanfaaat untuk semua.
54
DAFTAR PUSTAKA
Nur. M.A. (2010). Gempa Bumi, Tsunami, dan Mitigasinya. Jurnal Geografi.
Vol. 7(1): 66-73.
55