0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
185 tayangan1 halaman
Butet Manurung adalah seorang perempuan Batak kelahiran Jakarta tahun 1972 yang mendedikasikan diri sebagai guru bagi suku Anak Dalam di pedalaman Jambi. Ia telah memberikan pendidikan kepada 10.000 anak dan orang dewasa suku Anak Dalam sejak 1999 dengan berjalan kaki menembus hutan belantara. Upaya Butet ini telah memberinya penghargaan seperti Heroes of Asia Award dari Time pada 2004 dan penghargaan Magsaysay.
Butet Manurung adalah seorang perempuan Batak kelahiran Jakarta tahun 1972 yang mendedikasikan diri sebagai guru bagi suku Anak Dalam di pedalaman Jambi. Ia telah memberikan pendidikan kepada 10.000 anak dan orang dewasa suku Anak Dalam sejak 1999 dengan berjalan kaki menembus hutan belantara. Upaya Butet ini telah memberinya penghargaan seperti Heroes of Asia Award dari Time pada 2004 dan penghargaan Magsaysay.
Butet Manurung adalah seorang perempuan Batak kelahiran Jakarta tahun 1972 yang mendedikasikan diri sebagai guru bagi suku Anak Dalam di pedalaman Jambi. Ia telah memberikan pendidikan kepada 10.000 anak dan orang dewasa suku Anak Dalam sejak 1999 dengan berjalan kaki menembus hutan belantara. Upaya Butet ini telah memberinya penghargaan seperti Heroes of Asia Award dari Time pada 2004 dan penghargaan Magsaysay.
bangsa berdarah Batak kelahiran Jakarta, 21 Februari 1972. Perempuan luarbiasa yang mendedikasikan diri sebagai guru bagi suku pedalaman Jambi. Dia seorang pahlawan pendidikan. Majalah Time menganugerahinya "Heroes of Asia Award 2004". Indonesia kembali mencatatkan prestasi di kancah internasional setelah antropolog Saur MarlinaManurung (42) meraih penghargaan Magsaysay, yang kerap disebut sebagai Hadiah Nobel-nya Asia. Saur Marlina Manurung meraih penghargaan ini karena kegigihannya melindungi dan memberdayakan kehidupan warga penghuni hutan Indonesia dengan mendirikan sekolah rimba. Perempuan yang lebih dikenal dengan nama Butet Manurung itu berhasil memberikan pendidikan bagi 10.000 anak dan orang dewasa anggota suku Anak Dalam di hutan Bukit Duabelas, Jambi. Sejak 1999, Butet memilih meninggalkan gemerlap kota untuk memberikan pendidikan bagi warga suku Anak Dalam di pedalaman Provinsi Jambi. Di sana, Butet harus berjalan kaki menembus hutan belantara untuk menemui kelompok-kelompok masyarakat dan menawarkan pendidikan. Upaya Butet ini tak selalu mendapatkan sambutan. Tak jarang, warga pedalaman menolak tawaran pendidikan baca tulis yang disampaikan perempuan kelahiran Jakarta itu. Sebelum meraih penghargaan Magsaysay, Butet juga pernah menerima penghargaan "Man and Biospher" dari UNESCO dan LIPI pada 2001 dan menjadi salah satu pahlawan versi majalah Time pada 2004.