Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FILM BANDUNG LAUTAN API

Dosen:

Dosen: Mal Alfahnum, S.Pd. I., M.Pd.

Materi ini dibuat untuk mengikuti kuliah

Kewarganegaraan

Disusun oleh:

Desi Nurhidayah (201613500060)

Kelas R8A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA

2020
2

DAFTAR ISI
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan analisa film yang
berjudul “Bandung Lautan Api”.

Adapun makalah ini saya susun guna memenuhi persyaratan nilai UTS.
Dalam mata kuliah Kewarganegaraan di Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Indraprasta PGRI

Saya menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, Untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan dan saran dari
ibu dosen.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Bekasi,23 April 2020

Penulis
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Identitas Film
Judul Film : Bandung Lautan Api
Sutradara : Alam Surawijaya
Produksi : PT. Propelat Kodam VI
Cerita : Lukman Madewa
Produser : Ny. Yulies Rofi’i
Tahun Produksi : 1974
Jenis : Film Perjuangan
Pemain : Dicky Zulkarnaen, Chirtine Hakim, Tatik
Tito, Arman Effendi, Hadisham Tahak, Mila Karmila.

2. Sejarah Bandung Lautan Api


Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar
yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23
Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung
membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di
daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu
dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung
sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
5

Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung


pada tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan
pemerintah RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api
yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR dan polisi, diserahkan kepada
mereka. Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan
mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan.
Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat
dihindari. Malam tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan
perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris
di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka
gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan
ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan
oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.

Tentara sekutu memberikan ultimatum pertama dengan alasan


untuk menjaga keamanan, mereka menuntut agar Kota Bandung bagian
utara dikosongkan oleh pihak Indonesia selambat-lambatnya pada 29
November 1945. Ancaman-ancaman seperti itu semakin membuat pejuang
Indonesia yang ada di daerah Bandung merasa kesal. Pihak sekutu
membatasi wilayah di tanah yang jelas-jelas bukan milik mereka dan
memerintahkan warga Bandung mengosongkan wilayah Bandung.

Batas kota bagian utara dan selatan yang harus dikosongkan adalah
rel kereta api yang melintasi Kota Bandung. Para pejuang Republik
Indonesia tidak mau mengindahkan ultimatum Sekutu tersebut. Sejak saat
itu, sering terjadi insiden antara pasukan sekutu dan pejuang Republik.
Insiden tersebut seperti sebuah rangkaian peristiwa pertempuran Bandung
Lautan Api yang jauh lebih dahsyat. Beberapa hari sebelumnya, tepatnya
pada 25 November 1945, rakyat Bandung ditimpa musibah, yakni banjir
besar akibat meluapnya Sungai Cikapundung. Bencana alam tersebut
6

menelan ratusan korban yang dihanyutkan derasnya arus sungai. Ribuan


penduduk Bandung juga kehilangan tempat tinggal. 

Keadaan tersebut justru dimanfaatkan tentara sekutu dan Belanda


atau NICA (Netherland Indies Civil Administration). Mereka menyerang
rakyat yang sedang tertimpa musibah. Pada 5 Desember 1945, pesawat-
pesawat tempur Inggris mengebom daerah Lengkong Besar. Dengan
segala kelebihan yang dimiliki oleh para tentara sekutu, persenjataan
lengkap, semuanya serba terbaru, mereka menyerang warga Bandung yang
saat itu tengah dilanda musibah banjir.

Tentara sekutu mengeluarkan ultimatum kedua pada 23 Maret


1946. Kali ini, mereka menuntut Tentara Republik Indonesia (TRI)
mengosongkan seluruh kota Bandung. Pemerintah Republik Indonesia
memerintahkan agar TRI mengosongkan Kota Bandung. Menteri
Keamanan Rakyat Mr. Amir Sjarifuddin tiba di Bandung dengan perintah
kepada TRI untuk mengundurkan diri dari Kota Bandung. Sementara itu,
dari Markas TRI di Jogjakarta datang perintah yang berbeda. Tentara
Republik Indonesia dinstruksikan untuk tidak meninggalkan Kota
Bandung. Walau dengan berat hati, TRI di Bandung akhirnya mematuhi
perintah dari Jakarta. Akan tetapi, sebelum meninggalkan Kota Bandung,
para pejuang Republik melancarkan serangan ke arah kedudukan-
kedudukan tentara Sekutu. Hal tersebut bukan lantas menghentikan
perjuangan warga Bandung untuk mempertahankan wilayahnya. Membela
dengan cara lain pun dilakukan, pertempuran Bandung Lautan Api
menjadi salah satu cara peristiwa dari cara yang dipilih.
7

Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI,


sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan kota Bandung mendorong
TRI untuk melakukan operasi "bumihangus". Para pejuang pihak Republik
Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu
dan NICA. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil
melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di
hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada
tanggal 23 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku
Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan
memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar
penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan
malam itu pembakaran kota berlangsung.

Selain menyerang kedudukan tentara sekutu, para pejuang juga


membumihanguskan Kota Bandung bagian selatan. Pembumihangusan
Kota Bandung diputuskan melalui musyawarah Majelis Persatuan
Perjuangan Priangan (MP3) pada 24 Maret 1946. Keputusan musyawarah
tersebut diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku
Panglima Divisi III/ Priangan dan meminta rakyat untuk meninggalkan
kota. Peristiwa Bandung Lautan Api dilakukan dengan banyak
pertimbangan, mengingat akibat yang akan dirasakan oleh warganya.
Bersama rakyat, TRI sengaja membakar kota mereka. Udara Kota
Bandung yang biasanya sejuk dipenuhi asap hitam yang membubung
tinggi dan listrik di Kota Bandung juga mati.
8

Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan


maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas
strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi
di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga
pertempuran sengit terjadi. Pasukan sekutu pun mulai menyerang yang
mengakibatkan pertempuran sengit karena para pejuang memberikan
perlawanan hebat. Di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung,
pertempuran paling dahsyat terjadi karena terdapat gudang mesiu yang
dikuasai sekutu. Para pejuang bermaksud menghancurkan gudang mesiu
tersebut. Dua orang pemuda, Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan
diperintahkan untuk meledakkan gudang mesiu di Dayeuhkolot dan
berhasil meledakkannya dengan menggunakan granat tangan. Dalam
peristiwa tersebut Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan gugur
karena ikut terbakar bersama gudang mesiu yang mereka ledakkan.

Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal


di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu
juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat
itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk
dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga
Bandung pun menjadi lautan api.

Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi


yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI
dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan
NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama
milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.
9

Peristiwa ini mengilhami lagu Halo, Halo Bandung yang nama


penciptanya masih menjadi bahan perdebatan.

Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo, Halo Bandung" secara


resmi ditulis, menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang
kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali
ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

 Asal Istilah

Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah


peristiwa pembumihangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah
Jenderal TRI yang dalam pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi
Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan
Sjahrir di Jakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota
Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut.

"Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu.
Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu,
berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana,
Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin
Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi
sebenarnya lautan air."-A.H Nasution, 1 Mei 1997

Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara


Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu,
yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung
dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu
Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai
dengan Cimindi.

Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat


segera menulis berita dan memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api".
10

Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita
diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".

 Monumen Bandung Lautan Api

Monumen Bandung Lautan Api, merupakan monumen yang


menjadi markah tanah Bandung. Monumen ini setinggi 45 meter, memiliki
sisi sebanyak 9 bidang. Monumen ini dibangun untuk memperingati
peristiwa Bandung Lautan Api, dimana terjadi pembumihangusan
Bandung Selatan yang dipimpin oleh Muhammad Toha.

Monumen ini berada di tengah-tengah kota yaitu terletak di


kawasan Lapangan Tegallega. Monumen ini menjadi salah satu monumen
terkenal di Bandung. Monumen ini menjadi pusat perhatian setiap
tanggal 23 Maret mengenang peristiwa Bandung Lautan Api.
11

BAB II

PEMBAHASAN

Hasil Analisis Film Bandung Lautan Api

Film Bandung lautan api adalah sebuah film yang berlatar dari peristiwa Bandung
lautan api yang terjadi pada 24 Maret 1946. Film berlatar perjuangan putra putri
Indonesia yang di bumbui dengan kisah cinta segitiga antara Hidayat (Dicky
Zulkarnaen), Nani (Christine Hakim) dan Priatna (Arman Effendy). 

Hidayat (Dicky Zulkarnaen) dan Nani (Christine Hakim) adalah orang-orang yang
kerja di Radio Bandung.  Nani juga menjadi anggota PMI untuk perjuangan
Indonesia. Setelah Proklamasi Berkumandang yang juga di teruskan oleh Radio
Bandung, maka rakyat pun bergembira. Pekik Merdeka bersautan dimana-
mana.  Pasukan Jepang yang berjaga-jaga di tarik. Antara Hidayat dan Nani sering
berselisih paham, karena Hidayat selalu meras a benar dan menang sendiri seolah
meremehkan orang lain. Hidayat lebih mengedepankan perjuangan melalui otak
tidak hanya lewat fisik. Adalah Priatna, pejuang bekas tentara PETA yang juga
ikut berjuang mengamankan radio Bandung ketika mengumandangkan proklamasi
kemerdekaan. Priatna berhasil mencuri perhatian 

Nani tertarik pada pandangan pertama, sementara Hidayat selalu mebandingkan


antara Priatna dengan dirinya, kalau Priatna selalu mengedepankan perjuangan
fisik sedangkn Hidayat melalui otak.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan di entuklah BKR (Badan Keamanan RakyatO


yang disambut antusias oleh pemuda-pemuda Bandung untuk mendaftarkan diri
termasuk juga Hidayat yang juga seorang mantan PETA, termasuk juga dengan
Priatna yang masuk ke BKR. Antara Priatna dan Hidayat terdapat perbedaan bagu
bawahannya. Hidayat mendapat tentangan dari sebagian orang yang tidak setuju
namun demi perjuangan merebut kembali Indonesia untuk mengusir Belanda yang
12

membonceng skutu Priatna berhasil meredam ketidaksetujuan di beberapa


kalangan.

Sementara itu Nani pulang ke kampungnya dengan mengajak Priatna. Namun


kedatangan Nani tidak disambut gembira oleh ayahnya yang seorang antek
Belanda. Ayahnya menginginkan Nani untuk pulang ke desanya dan menjadi
guru. Ia merasa kalau kehidupan yang Nani peoleh karena peran Belanda sudah
sangat cukup daripada harus nerjuang. Namun Nani berjanji pada ayahnya akan
tetap membela Indonesia meski ayahnya hanya mementingkan diri sendiri dengan
mengabdikan hidupnya untuk penjajah, Nani pun kecewa dan kembali ke markas.

Di markas BKR, Hidayat mencium adanya pertemuan dai pihak musuh. Dengan
membawa beberapa pejuang, Hidayat ditugaskan untuk mengintip dan
mendengarkan isi pembicaraan mereka. Namun Hidayat dan kawannya berhasil di
ketahui maka terjadilah baku tembak, hingga akhirnya seluruh peserta pertemuan
yang hadir tewas tertembak termasuk ayah Nani yang ikut dalam pertemuan
tersebut. Setelah mengetahui ayah Nani tertembak, Hidayat marah karena telah
terjadi kesalahpahaman antara dirinya yang menyuruh menghabisi mereka dengan
Jarot yang telah menembaki mereka secara membabi buta. Hidayat dengan jantan
mengakui kesalahannya pada Nani. Sementara itu Nani tetap ikut berperan aktif di
PMI.

Mendaratnya sekutu di Indonesia telah disetujui oleh pemerintah pusat. Wilayah


Bandung Utara disuruh untuk di kosongkan. Dan pemerintah pusat juga telah
menyetujui sekutu untuk membawa tawanan di daerah Bandung Selatan.
Pemerintah kota Bandung tidak bisa berbuat apa-apa. Namun pejuang yang berada
di wilayah Bandung Selatan tidak mau mendengar perintah dai pusat karena
khawatir dengan dibawanya tawanan perang, maka Belanda dengan leluasa akan
bertindak semena-mena. Priatna yang ditugaskan di wilayah Bandung Selatan
juga tida bisa meredam kemarahan rakyat, hingga terjadilah pertempuran sengit.
Para pejuang dapat di pukul mundut. Kekalahan ini menjadi bahan cemoohan oleh
13

Kompi Hidayat yang ditugaskan di Bandung Utara karena dianggap tidak


menggunakan strategi yang bagus. Terjadi sedikit ketegangan antara Priatna dan
Hidayat.

Priatna menolak Hidayat untuk turut serta melakukan serangan dan ingin
membuktikan pada Hidayat. Namun Hidayat bersikeras karena meski ia tidak
biasa berjuang secara fisik. Namun ia juga mampu untuk berjuang dan tida hanya
bisa berbicara saja. Dalam pertempuram tersebut Hidayat tertembak. Lalu ia
ditolong oleh Priatma untuk di bawa ke markas PMI. Hidayat dirawat oleh Nani
yang sesungguhnya ia cintai. Namun jiwa besar Hidayat akhirnya ia menyuruh
Nani untuk menemui Priatna dengan pakaian tebagusnya. Hidayat dengan
berbesar hati menyuruh Nani untuk menemui Priatna yang ia cintai.

Akhirnya setelah menolong Hidayat. Nani buru-buru minta diantarkan ke


wilayahnya untuk mengambil baju yang disimpn dirumh ibunya. Sementara itu
kekalahan yang kali ini di derita di sinyalir akibat adanya pengkhianatan dianata
para pejuang. Setelah ditangkap orang yang dicurugau, komandannya menjami
bahwa bukan dialah orangnya. Ia mengaku malam sebelumnya ke wilayah
perbatasan utara hanya unyuk mengantar Nani. Maka tertuduh utama kini beralih
ke Nani. Nani bersama jarot salah seorang bawahan Hidayat yang sedang
menghampiri Priatna, akhirnya di hadang dan dituduh pengkhianat. Setelah
menganggap nani pengkhianat maka Priatna menembakan pelurunya untuk
ditujukan padanya. Namun sayang sekali peluru tidak mengenai Nani, tapi Jarot.
Akhirnya terkuak bahwa Nani bukanlah pengkhianat. Ia pergi ke wilayah utara
malam-malam hanya ingin mengabil baju dirumah ibunya dengan tujuan untuk
memakai baju bagus untuk menemui Priatna. Namun sayang sekali Jarot
tertembak dan Nani telah lari pergi. Priatna hanya membeku karena telah salah
mengira.

Perlawanan para pejuang Bandung meresahkan Sekutu sehingga sekutu memberi


ultimatum pada para pejuang untuk mundur. Namun hal ini dijawab oleh para
14

pejuang dengan membumihanguskan kota Bandung. Pembakaran di mana-mana.


Termasuk rumah keluarga Nani ikut terbakar. Nani dan ibunya tida mau keluar
dari rumah. Ia lebih memilih mati tertembak oleh musuh. Nani akhirnya mau
menuruti untuk keluar dari rumah yang hampir roboh karena api. Setelah dibujuk
oleh Jarot. Sementara itu Hidayat yang terkena luka tembak akhirnya meningga
dunia.
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar
yang terjadi di Kota Bandung provinsi Jawa Barat pada tanggal 23 Maret
1946. Dalam waktu tujuh jam sekutar 2000.000 penduduk dibandung
membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegununugan di
daerah selatan bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu
dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung
sebagai markas strategi militer dalam perang kemerdekaan Indonesia.
Dalam film tersebut terdapat isi percintaan segitiga anatara Nani,
Hidayat dan Priatna, dan ada keegoisan seorang ayah yang mementingkan
diri sendiri. Tetapi masih ada Nani yang tetap ikut bersama para pejuang
untuk mempertahan kemerdekaan meski pernah dituduh sebagai seorang
pengkhianat.

B. Saran
Banyak hikmah yang bisa diambil dari peristiwa Bandung Lautan
Api ini yang terjadi tidak terlepas atas peranan dari berbagai para
pahlawan yang dimaknai dan dapat dicontoh yaitu sikap rela berkorban,
kepemimpinan dan keberanian. Dan selalu ingat Bangsa yang besar
adalah bangsa yang mengenang sejarahnya.
16

DAFTAR PUSTAKA

https://artikelbandem.blogspot.com/2015/03/bandung-lautan-api.html (Diakses 22
April 2020)

https://youtu.be/Brgghs5ujgg (Diakses 21 April 2020)

Anda mungkin juga menyukai