Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

SISTEM KESEIMBANGAN ALAM TEMPAT KITA TINGGAL

MPKT B - D
HG 3

Oleh:

Adelia Nathifa Rachma Nur Setiati, 1906347426


Andrew Jonathan Brahms Simangunsong, 1906347395
Artati Phoebe Manihuruk, 1906347445
Ricky, 1906347501
Raden Jacinda Yasmin Purnama Putri, 1906318161
Saori Salma Adelia, 1906308116
Tsaabita Nabila Rifqa, 1906347382

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem
Keseimbangan Alam Tempat Kita Tinggal ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai sistem keseimbangan dan cara kerja alam, serta hal-hal yang harus
dilakukan untuk meminimalisir bencana. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Depok, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 4
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 5
2.1 SISTEM KERJA BUMI ..................................................................................................... 5
2.2 SISTEM KERJA ATMOSFER ....................................................................................... 10
2.3 STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK BUMI .............................................................. 15
2.4 EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI ................................................ 22
2.5 BIOGEOGRAFI ................................................................................................................ 28
2.6 SISTEM KESEIMBANGAN ALAM .............................................................................. 32
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 37
3.1 KALIMANTAN SEBAGAI PARU-PARU DUNIA .................................................. 37
3.2 KARAKTERISTIK HUTAN HUJAN TROPIS ....................................................... 37
3.3 DAMPAK DEFORESTASI HUTAN ......................................................................... 38
3.4 DAMPAK ALIH FUNGSI HUTAN ........................................................................... 40
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................... 42
4.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 42
4.2 SARAN .......................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 43
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dewasa ini, telah terjadi banyak masalah lingkungan dan bencana alam dengan berbagai
macam faktor penyebab. Rusaknya lingkungan tempat kita tinggal tentu membuat hidup menjadi
tidak sehat dan nyaman. Masalah lingkungan terus terjadi seiring digalakan aksi cinta lingkungan.
Kini, banyak orang yang telah sadar tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan
alam. Namun, masih banyak pula orang yang merusak alam demi keuntungan semata.

Perusakan alam yang terjadi telah mengganggu sistem keseimbangan alam. Hal tersebut
memicu terjadinya bencana alam yang sangat merugikan. Tidak ada orang yang mau terkena
dampak dari bencana alam. Oleh karena itu, pemahaman tentang sistem keseimbangan alam
tempat kita tinggal menjadi amat penting guna meminimalisir terjadinya bencana.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Mengapa Kalimantan disebut sebagai paru-paru dunia?
2. Apa saja karakteristik hutan hujan tropis?
3. Bagaimana dampak deforestasi bagi lingkungan?
4. Bagaimana dampak alih fungsi hutan menjadi pertambangan dan perkebunan kelapa
sawit?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN


1. Mengetahui alasan Kalimantan disebut sebagai paru-paru dunia
2. Mengetahui karakteristik hutan hujan tropis
3. Mengetahui dampak deforestasi bagi lingkungan
4. Mengetahui dampak alih fungsi hutan menjadi pertambangan dan perkebunan kelapa
sawit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SISTEM KERJA BUMI


Sebelum kita membahas sistem kerja yang berlaku di Bumi, kita harus terlebih dahulu
mengenal karakteristik Bumi. Bentuk Bumi itu sendiri ialah cenderung elips dengan bagian
ujung atas dan bawahnya relatif lebih datar. Bumi lebih tepatnya berbentuk geoid. Ellips berubah
menjadi geoid karena adanya perbedaan densitas massa bumi. Hal itu dikarenakan adanya
dataran, cekungan, laut, dan gunung.

Bumi mengalami rotasi dan revolusi. Rotasi Bumi ialah perputaran bumi terhadap
porosnya (sumbu putarnya) sendiri. Terjadi dalam waktu sehari. Berotasi dari barat ke timur.
Bumi terlihat seperti berputar berlawanan arah jarum jam. Dengan adanya rotasi Bumi,
dihasilkanlah beberapa dampak, yaitu :

 Pergantian siang dan malam


 Pembelokan arah angin
 Peredaran semu harian benda langit
 Pasang surut air laut
 Perbedaan waktu
 Pembelokkan arus laut
 Perbedaan percepatan gravitasi di permukaan bumi

Sedangkan Revolusi bumi berlangsung selama 356 hari (1 taun) yang terbagi menjadi dua
posisi, yaitu terdekat dengan matahari (perihelion) pada 3 Januari dan terjauh dari matahari
(aphelion) pada 4 Juli. Terjadinya revolusi Bumi juga memberi beberapa dampak, seperti :
 Keberagaman rasi bintang
 Perubahan lamanya siang dan malam
 Pergantian musim
 Gerak semu tahunan matahari
Di Bumi terjadi pula sebuah radiasi, isolasi dan induksi. Radisi di Bumi digolongkan
pada radiasi elektromagnetik, yaitu semua permukaan memancarkan radiasi. Benda panas
memancarkan radiasi dalam bentuk cahaya sedangkan benda yang lebih dingin memancarkan
panas radiasi. Bumi memancarkan jumlah yang sama dengan yang diterimanya dari matahari.
Sehingga terbentuk keseimbangan energi. Radiasi elektomagnetik juga dapat dimaknai
gelombang-gelombang dengan panjang yang berbeda, yang berasal dari permukaan suatu benda.

Radiasi elektromagnetik terdiri dari :


 Sinar gama dan sinar-x
 Ultraviolet
 Sinar tampak
 Infrared

Isolasi sendiri Berasal dari kata Insolation, yaitu Incoming Solar Radiation. Jadi, insolasi
adalah radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi persatuan luas dan waktu. Insolasi
berubah terhadap variasi ketinggian matahari, seperti :
 Jika matahari tinggi maka radiasi jatuh tegak lurus terhadap permukaan bumi. Jika
matahari rendah maka daerah yang terkena paparan radiasi akan semakin luas
 Panjang waktu dari matahari terbit sampai terbenam juga mempengaruhi.
Insolasi terdiri dari berbagai gelombang dengan panjang yang berbeda. Jika lebih panjang
dari sinar tampak adalah infrared dan jika lebih pendek dari sinar tampak adalah ultraviolet.

Terdapat sistem energi yang berlaku pada Bumi, salah satunya ialah saat hilangnya cahaya
matahari di atmosfer. Hal tersebut terjadi ketika :
 Langit Cerah
Memiliki insolasi yang mencapai permukaan bumi sebanyak 80% dan memantul kembali
ke angkasa sebanyak 20% (3% serpihan, 17% molekul dan debu
 Langit Berawan
Memiliki insolasi yang dipantulkan awan (30%—60%), diserap awan (5%—20%) dan
mencapai permukaan bumi (45%—10%)
Persentasi radiasi matahari yang dipantulkan disebut juga dengan istilah Albedo. Beberapa
contoh persentase pemantulan radiasi matahari, seperti :
 Salju dan es (45%—85%), memantulkan sebagian besar cahaya matahari dan menyerap
sebagian kecil.
 Jalan beraspal (3%), menyerap hampir semua cahaya yang diterima.
 Air (2%), menyerap cahaya matahari kecuali cahaya datang dari sudut tertentu.
 Bumi dan sistem atmosfer (2,9%—3,4%)
 Tanah lapang dan hutan (3%—2,5%)
Terdapat juga istilah Counter Radiation, yaitu ketika pemancaran energi gelombang
panjang (longwave energy) oleh atmosfer ke luar angkasa dan permukaan bumi yang
menyebabkan efek rumah kaca.

Selanjutnya ialah sistem air yang ada di Bumi. Air di Bumi terbagi menjadi dua golongan,
yaitu air laut, air yang bersumber dari laut dan samudra yang merupakan 97% dari air di bumi,
dan air tanah, Air yang berada pada daerah saturasi yang jumlahnya tergantung banyaknya pori-
pori tanah serta berasal dari air permukaan (air parit, selokan, sungai, dan danau) dan air bawah
tanah (mengandung mineral seperti Ca, Mn, Mg, Fe, SO4, CO3, HCO3). Dari gabungan kedua
golongan tersebut air yang dapat diminum, yaitu 70% berbentuk es dan hanya 1% yang bisa
dimanfaatkan secara langsung.

Siklus air itu sendiri terjadi melalui empat tahap, yaitu :

 Presipitasi (hujan)
 Koleksi (pengumpulan)
 Evaporasi (penguapan)
 Kondensasi (pendinginan)

Bumi pun memiliki energi panasnya sendiri. Sumber energi panas yang terkandung di
dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi. Sistem panas bumi di Indonesia
umumnya merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225°C), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐225°C). Perpindahan panas
secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi
karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas.

Dalam Sistem Kerja Bumi juga terdapat fenomena-fenomena yang tidak bisa dilepas dari
pengaruh atmosfer, lapisan tipis gas-gas yang menyelubungi permukaan luar bumi, ke Bumi.
Lapisan dari atmosfer terbagi menjadi lima lapisan, yaitu :
● Troposfer : lapisan yang menyebabkan terjadinya cuaca dan iklim
● Stratosfer : lapisan yang mengembalikan sebagian besar sinar Ultraviolet dan radiasi
bahaya lainnya.
● Mesosfer : lapisan yang sebagian besar meteor akan terbakar dan terurai
● Thermosfer : radiasi ultraviolet (UV) menyebabkan ionisasi
● Eksosfer : lapisan terpanas
Atmosfer memiliki komposisi yang terbagi menjadi tiga, yaitu Mayor (nitrogen, oksigen);
Minor (hidrogen, kripton, helium, neon, argon); dan Variabel (ozon, metana, karbon dioksida,
uap air).

Fenomena-Fenomena yang terjadi di Bumi salah satunya ialah cuaca dan iklim. Definisi
dari cuaca ialah nilai aktual dari atmosfer dalam jangka waktu tertentu dan di wilayah yang
terbatas atau rata-rata udara. Contohnya ialah suhu udara di Depok pada tanggal 16 September
2019 pukul 11.00 WIB sebesar 27°C. Kadar cuaca dinyatakan dari nilai unsur fisika atmosfer,
yaitu :
● Radiasi surya (Watt/m2 )
● Lama penyinaran surya (jam)
● Suhu udara (°C)
● Kelembaban udara (%)
● Tekanan udara (milibar atau mb)
● Kecepatan angin (knot)
● Arah angin (derajat)
● Penutupan awan, presipitasi yang meliputi embun, hujan, salju (mm)
● Evaporasi/evapotranspirasi (mm).
Sedangkan, iklim adalah peluang statistik kejadian berbagai keadaan atmosfer di suatu
daerah selama kurun waktu kalender atau kebiasaan/ rata-rata cuaca yang terjadi di suatu daerah.
Sebagai contoh, iklim di Depok selama kurun waktu 100 tahun memiliki suhu maksimum 30°C.
Sebagaimana diketahui terdapat perbedaan iklim di beberapa wilayah. Hal tersebut karena
dipengaruhi faktor-faktor, seperti :

● Posisi garis lintang


● Ketinggian tempat
● Daratan dan air
● Massa udara dan angin
● Tekanan tinggi dan rendah udara
● Halangan pegunungan
● Arus laut
● Luas hutan

Perubahan Iklim yang terjadi pada wilayah yang sama pun kerap terjadi karena
dipengaruhi berbagai faktor, seperti kelembaban, curah hujan, temperatur udara, arah angin, dan
kecepatan angin. Iklim pun memiliki beberapa aspek, yaitu :

1) Waktu
a) Iklim Prasejarah
b) Iklim Sejarah
c) Iklim Quaterner
2) Wilayah
a) Iklim Kutub (Polar Climate)
b) Iklim Tengah (Temperate Climate)
c) Iklim Subtropis (Subtropical Climate)
d) Iklim Tropis (Tropical Climate)
e) Iklim Khatulistiwa (Equatorial Climate)
3) Skala
a) Mikro
b) Meso
4) Ruangan
5) Jenis
a) Iklim Benua (Continental Climate)
b) Iklim Bahari (Maritime/ Marine Climate)
c) Iklim Monsun (Monsoon Climate)
d) Iklim Mediteran (Mediterranian Climate)
e) Iklim Tundra (Tundra Climate)
f) Iklim Gunung (Mountain Climate).

2.2 SISTEM KERJA ATMOSFER


Atmosfer merupakan lapisan yang menyelimuti dan melindungi bumi dari bahaya radiasi
matahari serta jatuhnya benda langit lain ke bumi. Selain itu, atmosfer juga dapat menghantarkan
gelombang TV dan radio. Lapisan atmosfer terbagi menjadi 5 berdasarkan ketinggiannya yaitu

1. Troposfer

Troposfer adalah lapisan atmosfer yang paling dekat dengan permukaan Bumi. Campuran gas
pada lapisan troposfer ideal untuk menunjang adanya kehidupan di Bumi, karena terlindungi dari
radiasi dari benda langit yang ada.

Lapisan troposfer dimulai dari permukaan tanah sampai 15 kilometer di atas permukaan laut.
Pada lapisan troposfer terjadi berbagai peristiwa yang berkaitan dengan iklim dan cuaca seperti
hujan, angin, salju, kemarau dan sebagainya.

Rata-rata suhu pada lapisan troposfer hangat dan memungkinkan terjadinya kehidupan manusia.
Tekanan udara akan menjadi turun dan suhu akan menjadi lebih dingin seiring dengan ketinggian
yang bertambah. Hal ini karena sangat sedikit penyerapan radiasi gelombang pendek dari
matahari.

2. Stratosfer

Lapisan stratosfer dimulai secara bertahap dari ketinggian sekitar 15 kilometer sampai 50
kilometer dari permukaan Bumi. Pada lapisan ini, angin berhebus sangat kencang dengan pola
tertentu, dimana lapisan ini juga menjadi tempat terbangnya pesawat.

Suhu di lapisan stratosfer paling bawah relatif stabil dan dingin. Namun pola suhu tersebut
kemudian terus bertambah seiring dengan kenaikan ketinggian. Artinya semakin tinggi maka
suhu semakin panas pada lapisan stratosfer ini.
Hal ini dikarenakan bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang ada pada lapisan
stratosfer ini. Lapisan ozon yang ada juga menyerap sinar ultraviolet berenergi tinggi dari
Matahari, mengubah energi ultraviolet tersebut menjadi panas.

3. Mesosfer

Lapisan udara di Bumi berikutnya adalah mesosfer. Mesosfer dimulai dari ketinggian 50
kilometer sampai pada ketinggian 85 kilometer. Pada lapisan ini, suhu atmosfer akan berkurang
seiring bertambahnya ketinggian, bahkan dapat mengakibatkan munculnya awal noctilucent yang
berbentuk kristal es.

Suhu udara yang ada pada lapisan mesosfer terlalu tipis untuk bernafas dan akan terus berkurang.
Tekanan udara pada bagian bawah lapisan jauh di bawah 1% tekanan di permukaan laut dan
akan terus menurun saat kamu pergi lebih tinggi.

Selain itu, udara pada lapisan mesosfer juga akan menyebabkan terjadinya pergeseran pada objek
langit yang datang dari luar angkasa. Kebanyakan meteor dan benda-benda langit lainnya akan
terbakar pada lapisan mesosfer ini sebelum sampai ke Bumi.

Setelah lapisan mesosfer ada lapisan termosfer. Di antara keduanya terdapat lapisan mesopause
yang menjadi pembatas antara lapisan mesosfer dan lapisan termosfer.

4. Termosfer

Lapisan atmosfer yang keempat adalah termosfer. Termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 85
kilometer sampai sekitar 500 kilometer di atas permukaan Bumi. Lapisan ini dinamai termosfer
karena terjadi kenaikan temperatur atau suhu yang cukup tinggi dan drastis hingga mencapai
1500 derajat celcius.

Perubahaan suhu yang drastis disebabkan oleh serapan radiasi sinar ultraviolet yang
menyebabkan reaksi kimia. Akibatnya terbentuklah lapisan bermuatan listrik yang bernama
ionosfer dimana radiasi berenergi tinggi dari matahari melepaskan elektron dari atom induk dan
molekulnya.

Lapisan ini bisa digunakan untuk memancarkan gelombang radio juga. Banyak satelit buatan
manusia yang ada di lapisan ini, termasuk juga ISS (International Space Station). Fenomena
Aurora atau sinar kutub juga terjadi di lapisan termosfer ini.

Pada beberapa kajian, lapisan ionosfer juga dikategorikan sebagai lapisan atmosfer yang berdiri
sendiri. Namun secara umum lapisan ionosfer ini berada pada bagian lapisan termosfer secara
keseluruhan.
5. Eksosfer

Lapisan atmosfer yang berada di posisi terluar adalah lapisan eksosfer. Sebenarnya banyak
kajian yang menganggap bahwa termosfer adalah lapisan atmosfer terluar, namun secara umum
ada 1 lagi lapisan akhir lain yaitu lapisan eksosfer yang berbatasan langsung dengan luar angkasa.

Eksosfer dimulai dari ketinggian 500 kilometer dan terus sampai ketinggian yang tidak
ditentukan. Batas antara lapisaan eksosfer dan luar angkasa pun begitu bias dan tidak bisa
ditentukan pada titik atau garis tertentu, sehingga karakteristik eksosfer dan luar angkasa sangat
identik.

Pada lapisan ini terdapat refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik.
Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga dikenal sebagai cahaya zodiakal.

Lapisan eksosfer juga disebut dengan nama lapisan geostasioner yang merupakan ruang antar
planet. Lapisan ini tidak memiliki tekanan udara sama sekali. Eksosfer adalah lapisan yang
menjadi benteng utama untuk melindungi bumi dari meteor dan benda langit lainnya.

Kerusakan atmosfer dapat memicu terjadinya pemanasan global atau naiknya suhu rata-rata bumi.
Pemanasan global dikatakan disebabkan oleh tiga faktor, yaitu variasi energi matahari, variasi
aliran samudera, dan aktivitas gunung berapi. Para ilmuwan menyatakan bahwa pemanasan
global disebabkan gas rumah kaca. Gas rumah kaca menahan panas di atmosfer sehingga bumi
lebih hangat. Gas-gas tersebut ditingkatkan aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar
fosil, penebangan hutan, dan produksi limbah pabrik. Selain itu, aktivitas manusia juga
menghasilkan aerosol sulfat. Gas Rumah Kaca (GRK), yaitu:

 CH4

Metana sendiri bersumber dari ternak dengan kontribusi 18% dari total metana yang ada di udara
dan juga memiliki tingkat bahaya 23 kali dari CO2. Metana dipaparkan melalui lubang sampah ,
inhalasi , dan sentuhan gas.

 CO2

Karbon dioksida mempunyai rumus molekul yaitu CO2. Gas ini merupakan komponen utama
dalam pemanasan global karena dapat merusak ozon. Gas ini bersumber dari asap pabrik ,
pembakaran sampah , dan asap kendaraan bermotor. Pada faktanya, metana itu dapat
menyebabkan efek rumah kaca lebih kuat daripada CO2 dengan memberi kontribusi jumlah
pemanasan 28%. Saat ini, kadar CO2 mencapai 400 ppm dari 280 ppm dalam 150 tahun.

 CFC
CFC (Chloro-Fluorocarbon) merupakan salah satu gas rumah kaca yang terdiri atas karbon ,
klorin , dan fluor. Gas ini bersumber dari alat pendingin ruangan / AC dan pembuatan plastik.
Gas ini dapat mengakibatkan ozon berlubang dan perluasan area kering.

 NO

Nitrogen oksida mempunyai rumus molekul N2O. Gas ini bersumber dari peternakan , pertanian ,
dan proses industri. Emisi gas N2O dapat menyebabkan perusakan ozon (O3)

Akibat dari pemanasan global secara umum mencangkup empat hal, yaitu cuaca di bumi,
peningkatan permukaan air laut, migrasi, dan kepunahan spesies. Iklim di bumi sudah tidak
beraturan akibat pemanasan global. Musim panas yang lebih kering dan lama, musim dingin
yang lebih basah, dan sebagainya. Suhu di bumi juga semakin meningkat dan diprediksi pada
tahun 2100 suhu bumi mencapai 4,5 C. Akibat dari meningkatnya suhu bumi, air laut menguap
terus-menerus. Hal itu dapat menyebabkan hujan yang lebat dan berujung ke banjir. Banjir yang
mendadak menyebabkan persediaan pangan penduduk menurun.

Selain itu, pemanasan global juga mengakibatkan permukaan air laut meningkat. Peningkatan air
laut sebenarnya sudah terjadi sejak zaman es karena mencairnya gunung-gunung es di kutub
utara dan selatan. Jika hal itu terus dibiarkan, sendi-sendi kehidupan akan terancam. Pulau-pulau
kecil banyak yang tenggelam, masyarakat yang tinggal di pesisir pantai terancam, dan rusaknya
berbagai macam fasilitas ekonomi dan sosial. Migrasi besar-besaran juga timbul menjadi
masalah besar. Banyak masyarakat penduduk asli tradisional yang berpindah akibat bencana
alam di kawasan tempat tinggal mereka. Tidak hanya manusia yang bermigrasi, tetapi fauna juga.
Contohnya seperti sekumpulan kupu-kupu di sebelah barat Amerika utara telah bermigrasi
sejauh 95 km dalam 100 tahun terakhir. Perpindahan areal penyakit juga terjadi akibat migrasi
fauna. Contohnya seperti perpindahan areal penyakit nyamuk, yaitu virus West Nile. Virus itu
disebabkan oleh musim dingin yang lebih basah.

Terakhir adalah kepunahan berbagai macam spesies. Kepunahan ini disebabkan oleh iklim bumi
yang semakin panas dan kurangnya kemampuan untuk beradaptasi. Contoh kasus spesies yang
hampir punah adalah kasus Kritland’s Warbler. Kritland’s Warbler membutuhkan habitat khusus,
yaitu jack-pine. Flora jack-pine ini tidak dapat bertumbuh dengan baik sekarang ini karena
pemanasan global yang terus-menerus.

Pemanasan Global dapat berdampak pada 4 hal yaitu:

 Iklim

Iklim disebabkan oleh gunung berapi yakni dapat menyebabkan suhu menjadi dingin. Setelah itu
iklim juga dapat meningkatkan permukaan air dan frekuensi serta intensitas badai.

 Ekologi
Dalam hal ekologi, disebabkan oleh aktifitas manusia yang dapat merusak ekosistem dan
menyebabkan perubahan biosfer.

 Biologi

Dalam hal biologi pemicunya adalah datangnya musim semi yang berlangsung 2 minggu lebih
awal. Hal tersebut mengakibatkan cuaca menjadi panas lebih lama dibandingkan dengan
datangnya musim semi dalam waktu normal. Dengan adanya musim semi dalam jangka panjang,
menyebabkan banyak spesies yang berpindah-pindah wilayah. Hal tersebut mengakibatkan
perubahan wilayah spesies.

 Kesehatan Manusia.

Dalam kesehatan manusia, pemicunya adalah hewan yang melakukan migrasi ke areal-areal
tertentu dan menyebabkan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh hewan terinfeksi.
Contohnya burung yang terinfeksi oleh nyamuk yang bermigrasi.

4 hal tersebut dapat ditanggulangi dengan 4 solusi, yaitu:

1. Adaptasi lingkungan yang dilakukan dengan cara belajar dengan perubahan hidup.

2. Pengelolaan pertanian yang dapat berguna untuk menjaga kebutuhan pangan


masyarakat, yaitu melakukan penanaman varian baru pada tanaman.

3. Pengelolaan kehutanan yang dilakukan dengan cara memigrasikan spesies


ketempat yang seharusnya, mengkoridorkan kehidupan liar, dan mempreservasi
alam baru. Hal tersebut bertujuan untuk melestarikan spesies agar tidak punah dan
dapat mengurangi spesies yang harus berpindah ke areal lain agar tidak ada
persebaran penyakit.

4. Pengelolaan lingkungan yaitu dengan cara pengurangan efek rumah kaca dan
menurunkan suhu iklim. Hal tersebut dapat mencegah penurunan suhu yang dapat
berakibat ke dalam perubahan musim dan perubahan biosfer juga wilayah.

Variasi energi matahari adalah perubahan jumlah energi radiasi matahari. Teori bahwa adanya
variasi energi matahari menyebabkan terjadinya pemanasan global dicetus pertama kali oleh
William Herschel pada 1801 yang didukung oleh John Eddy. Eddy menyatakan matahari tidak
konstan yang dibuktikan dengan tidak adanya aktivitas bitnik matahari selama periode “Little Ice
Age” pada abad ke-16 sampai abad ke-17.

Teori tersebut ditentang karena adanya bukti dari penelitian NASA yang menyatakan bahwa
variasi energi matahari sangat kecil sehingga tidak signifikan. NASA setuju dengan pendapat
para ilmuwan bahwa pemanasan global disebabkan gas rumah kaca.
Variasi aliran samudera ada karena gerakan air laut dalam sabuk aliran besar bernama “Arus
Lintas Sabuk Benua” yang memindahkan energi panas matahari sehingga memengaruhi suhu.
Contohnya ialah sirkulasi samudera besar, yaitu The Gulf Stream, yang memengaruhi iklim di
pantai timur Florida. Gerakan air laut disebabkan oleh pasang surut, radiasi matahari, dan angin
musim.

Aktivitas gunung berapi memancarkan aerosol sulfat atau debu yang memantulkan sinar
matahari yang masuk serta menyebabkan kondensasi air sehingga mendinginkan iklim. Teori ini
disimpulkan oleh Zielinski, tetapi ditentang Foster & Rahmstorf serta Lean & Rind. Mereka
menentukan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh efek rumah kaca yang diperburuk aktivitas
manusia.

2.3 STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK BUMI


Bumi terdiri dari kerak, mantel, Inti luar, dan Inti dalam. Kerak bumi dibedakan menjadi dua
yaitu kerak benua dan kerak samudera.

Batuan adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh kumpulan atau
kombinasi dari satu macam mineral atau lebih.

Karakteristik utama yang sangat berguna untuk mengidentifikasi batuan, adalah :

1. Komposisi mineral : Jenis mineral yang terkandung dalam batuan

2. Tekstur : Ukuran, bentuk dan hubungan butiran mineral dalam batuan

3. Struktur : Kenampakan khas pada batuan


Batuan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu batuan endapan, batuan beku dan batuan
malihan.

A. Batuan beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan/pengkristalan magma dalam
perjalanannya menuju permukaan bumi, termasuk juga hasil aktivitas gunung api.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan tempat kejadiannya :

1. Batuan Beku Intrusif

Batuan Beku Dalam (Plutonik) - (Plutonic Rock)

Terbentuk dari magma yang membeku secara lambat, jauh di bawah permukaan bumi (15-50 km)

Contoh: granit, diorit, granodiorit, syenit, gabro, peridotit, dunit, tonalit

Batuan Beku Gang/Korok (Hipabisal/Porfirik) - (Hypabyssal Rock)

Terbentuk dari magma yang membeku di gang/celah kerak bumi dalam perjalanan / sebelum
sampai ke permukaan bumi

Contoh : granit porfir, diorit porfir, gabro porfir, diabas, pegmatit, aplit

2. Batuan Beku Ekstrusif

Batuan Beku Luar/Leleran (Volkanik) - (Volcanic Rock)

terbentuk dari lava yang membeku secara cepat di dekat / di atas permukaan bumi

Contoh : riolit, basalt, andesit, dasit, trakit, obsidian, batuapung

(+ Batuan Piroklastik) - (Pyroclastic Rock)

Contoh : breksi volkanik, aglomerat, ignimbrit, tufa

Klasifikasi batuan beku berdasarkan komposisi bahan kimianya

1. Batuan beku asam (felsic igneous rock), kaya kandungan Silika (>65%). Contoh :
granit, riolit, dasit, obsidian, batuapung

2. Batuan beku menengah/intermediet (intermediate igneous rock), kandungan Silika


(53-65%). Contoh : andesit, diorit, syenit, dasit, granodiorit

3. Batuan beku basa (mafic igneous rock), miskin kandungan Silika (45-52%). Contoh :
gabro, basalt, dolerit, norit
4. Batuan beku ultra basa (ultramafic igneous rock), sangat miskin kandungan Silika
(<45%). Contoh : peridotit, dunit, pikrit, komatit

B. Batuan sedimen

Batuan yang terbentuk dari proses pengendapan bahan lepas berupa fragmen
batuan/mineral hasil perombakan/pelapukan batuan lain yang terangkut dari tempat asalnya oleh
air, es atau angin, yang kemudian mengalami litifikasi/pembatuan.

Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan genesanya

 Batuan Sedimen Klastik/Mekanik (Clastic Sedimentary Rock)

Terbentuk dari pengendapan bahan rombakan batuan asal, Contoh : breksi, konglomerat,
batupasir, batulanau, batulempung

a. Batuan Piroklastik (Pyroclastic Rock)

Terbentuk dari pengendapan bahan letusan gunung api. Contoh : breksi volkanik, aglomerat,
ignimbrit, tufa

 Batuan Sedimen Non-Klastik (Nonclastic Sedimentary Rock)

a. Batuan Sedimen Kimiawi (Chemical Sedimentary Rock)

Terbentuk dari pengendapan akibat proses kimiawi (evaporasi / presipitasi). Contoh : batugaram
(halit), batugipsum, anhidrit, travertin, chert

 Batuan Sedimen Organik/Biogenik (Organogenetic Sed.Rock)

Terbentuk dari pengendapan bahan organis (sisa-sisa hewan & tumbuhan). Contoh :
batugamping, batubara, dolomit, diatomit, radiolarit

C. Batuan metamorf

Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal, baik perubahan bentuk/struktur
maupun susunan mineralnya akibat pengaruh panas dan/atau tekanan yang sangat tinggi atau
reaksi kimia
Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan faktor pengaruhnya

1. Batuan Metamorf Kontak/Termal (Contact/Thermal Metamorphic Rock)

Terbentuk akibat temperatur yang sangat tinggi (akibat intrusi/kontak langsung dengan magma).
Contoh : batusabak, batutanduk (hornfels), marmer

Terbentuk akibat tekanan yang sangat tinggi (akibat gesekan sepanjang zona sesar). Contoh :
milonit

+ Batuan Metamorf Terkubur (Burial Met.Rock)

Terbentuk akibat terpendam di dasar cekungan/geosinklin dan tertekan sedimen yang sangat
tebal. Contoh : batusabak

2. Batuan Metamorf Regional/Dinamo-Termal (Regional Met.Rock)

Terbentuk akibat tekanan dan temperatur sangat tinggi (akibat tektonik kuat pada jalur
gunungapi). Contoh : filit, sekis, genes, kuarsit, eklogit, marmer

Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan teksturnya

1. Batuan Metamorf Foliasi (Foliated Metamorphic Rock). Contoh : batusabak, filit, sekis,
genes, milonit

2. Batuan Metamorf Non-Foliasi (Non-Foliated Metamorphic Rock). Contoh : kuarsit,


marmer, hornfels, amfibolit, granulit, eklogit, saponit

Fitur relif utama dari permukaan bumi

1. LITHOSFER

Merupakan lapisan terluar Bumi. Bersifat: elastis, tidak kental, paling dingin, paling kaku.
Terdiri atas lapisan atas kerak dan mantel yang rapuh. Dibatasi oleh atmosfer di atasnya dan
asthenosfer di bawahnya. Terbagi menjadi: Lithosfer kontinental dan lithosfer oseanik

2. ASTHENOSFER

Terletak pada 100-410 Km di bawah permukaan. Bersifat: kental, lebih elastis, dan bersuhu
tinggi. Lava yang keluar saat erupsi gunung berapi adalah asthenosfer yang meleleh.
3. RELIEF KONTINENTAL

 Bagian aktif

- Merupakan daerah-daerah di mana gunung muncul

- Hal yang termasuk dalam bagian aktif: vulkanisme dan aktivitas tektonik

 Bagian inaktif

- Merupakan daerah-daerah bebatuan stabil

- Hal yang termasuk dalam bagian inaktif: perisai kontinental dan akar dari gunung-gunung
purba

4. RELIEF CEKUNGAN LAUT

Terdiri atas:

 Batas kontinental aktif yang memiliki parit-parit di mana kerak oseanik menyelip di
bawah kerak continental
 Batas kontinental pasif yang mengumpulkan deposit-deposit tebal dari sedimen
continental
 Pembatas lempengan

Batas penyebaran : Kerak ditarik berpisah karena adanya magma mengeras yang keluar

Batas konvergen : Saat satu lempeng tersubduksi ke bawah yang lainnya

Batas transform : satu lempeng bergesekan dengan lempeng yang lainnya.

Sistem Global dari Litosfer Lempeng

1. Lempeng Pasifik. Tempat = cekungan samudera pasifik. Batas subduksi = tepi barat dan
utara. Batas penyebaran = tepi timur dan selatan. Sebagian besar berbentuk litosfer
samudera. Litosfer kontinental : pesisir California, dibatasi San Andreas.

2. Lempeng Antartika. Sebagian ditutupi lempeng penyebar batas dan ada juga yang
menjauhi kutub. Benua Antartika membentuk inti pusat litosfer. Dikelilingi litosfer
samudera

3. Lempeng Eurasia. Sebagian besar litosfer benua. Bagian barat dan utara dibatasi asabuk
litofer samudera
4. Lempeng Australia-India. Sebagian besar litosfer samudera. Mengandung dua inti
litosfer. Bergerak secara mandiri dan terpisah

RUU Kontinental dan Dasar Laut Baru

Contoh = Laut Merah, diujung selatan, semenanjung Arab

Proses :

1. Lembah mengalami keretakan

2. Blok gunung miring

3. Laut memasuki retakan

4. Kerak benua surut, air laut memasuki celah

5. Benua pecah

6. Kerak terangkat dan terpisah menyebabkan pecahnya blok dan menjadi miring

7. Membuat celah semput panjang lembah muncul

8. Magma mengeras yang membentuk kerak baru di sepanjang retakan

9. menciptakan blok yang mencuat tajam,

10. Menciptakan gunumg

Busur Pulau dan Tabrakan Litosfer Laut

Proses nya :

1. Di Batas Subduksi (tempat lempeng) samudera bertabrakan

2. Endapan dasar laut meleleh dan naik

3. Membentuk busur pulau vulkanik

Proses lainnya

1. Cekungan samudera tertutup

2. Terjadi subduksi di bawah lautan (litosfer samudera)

3. Endapan dasar laut menumpuk, mengeras, dan menjadi sedimen


4. Membentuk busur pulau

Busur Tumbukan Benua

Proses

1. Terjadi saat busur pulau dan pasif margin benua bertabrakan

2. Membentuk sedimen dari landas kontinen dan benua

3. Kemiringan dikompresi

4. Membentuk lipatan dan dorongan

Orogen besar (pengunungan besar) terbentuk dengan gunung berapi kuno akfif di satu sisi batuan
metamorf didorong dan membentuk lipatan, membentk patahan baru di litofer samudera orogen
menetap di tepi pasif baru lempengan

Tabrakan Benua

Tabrakan benua adalah fenomena teknonik yang terjadi pada batas konvergen. Terjadi karena :

Lempeng tektonik mengalami siklus wilson dalam proses pembentukan benua. Siklus tersebut
melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

Tahap 1 : Penyempitan samudra yang terletak di antara dua lempeng benua

Tahap 2 : Pergerakan graben, sehingga graben saling tarik-menarik.

Tahap 3 : Muncul pengendapan akibat graben tark-menarik.

Tahap 4a : Cekungan samudra menutup, kemudian membentuk lempeng benua.

Tahap 4b : Pulau baru mulai muncul berbentuk gunung berapi, dan menimbulkan sirkum pasifik.

Tahap 5 : Endapan baru yang terbentuk menutupi benua.Tahap 6 : Terbentuknya benua baru
Kekuatan penggerak lempeng tektonik

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter
astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari
energi yang menggerakkan lempeng tektonik.

Ada dua Gaya utama yang mempengaruhi pergerakan Lempeng yaitu friksi dan gravitasi.

2.4 EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


A. EKOSISTEM

Ekosistem diartikan sebagai tatanan kesatuan antara komponen lingkungan hidup


(abiotik/biotik) yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan
tersebut bersifat dinamis, artinya bisa berubah, baik oleh faktor alamiah ataupun campur tangan
manusia.

Komponen dalam ekosistem terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Komponen Abiotik

Komponen abiotik disebut juga komponen fisik. Komponen ini terdiri dari komponen
yang bukan makhluk hidup. Contohnya tanah, air, ydara, suhu, angin, curah hujan, dan
sebagainya.

2. Komponen Biotik

Komponen biotik disebut juga komponen hayati. Berdasarkan struktur trofiknya,


komponen biotik terdiri atas:

a. Produsen

Produsen disebut juga autotrof, yaitu mampu membentuk makanan sendiri dan
menyediakannya bagi kebutuhan makhluk hidup lain.

b. Konsumen

Konsumen merupakan makhlukhidup yang memakan produsen dan hewan lainnya.


Konsumen tidak dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik. Konsumen disebut
juga sebagai heterotrof yang terdiri dari: konsumen primer (memakan organisme produsen) dan
konsumen sekunder.
c. Pengurai

Pengurai merupakan makhluk hidup yang menguraikan sisa-sisa makhluk hidup lainnya
yang telah mati menjadi zat-zat anorganik. Contohnya adalah jamur dan bakteri.

Sedangkan berdasarkan fungsinya, komponen biotik terdiri atas autotrof dan heterotrof.

Ekosistem dapat berfungsi karena adanya aliran materi dan energi. Aliran energi dimulai
dari sinar matahari lalu ke produsen, konsumen primer, konsumen tingkat tinggi, sampai ke
saproba(pengurai). Dalam ekosistem, energi tersebut tidak hilang, sehingga berlaku Hukum
Kekekalan Energi atau Hukum Termodinamika. Hukum Termodinamika I berisikan bahwa
energi dapat diubah, namun tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Hukum Termodinamika II
berisi bahwa tidak ada proses pengubahan energi yang terjadi secara utuh alias 100% yang
artinya proses pengubahan energi tersebut menghasilkan sisa/entropi.

Interaksi-interaksi antara komponen ekosistem:

1. Komponen Abiotik dengan Komponen Biotik

Adapun interaksi antara komponen abiotik dengan komponen biotik adalah bahwa
keduanya saling memengaruhi. Contohnya tanaman kelapa tumbuh subur di pantai, tetapi tidak
pegunungan. Hal ini menunjukkan bahwa komponen biotik banyak dipengaruhi oleh komponen
abiotik. Contoh berikutnya adalah banyaknya tumbuhan membuat tanah menjadi gembur dan
dapat membuat tanah menjadi subur, serta membuat udara jadi sejuk. Hal ini menunjukkan
bahwa komponen abiotik juga dipengaruhi oleh komponen abiotik.

2. Antarkomponen Abiotik

Contoh interaksi antarkomponen abiotik :

• Proses pelapukan batuan dipengaruhi oleh cuaca dan iklim

• Cuaca dan iklim memengaruhi keberadaan air di suatu wilayah

• Suhu udara dipengaruhi oleh warna batuan, keberadaan air, dll.

• Kandungan mineral dalam air dipengaruhi oleh batuan dan tanah yang dilaluinya.

3. Antarkomponen Biotik

Interaksi antarkomponen biotik dibagi menjadi:


a. Antarorganisme

Interaksi antarorganisme dibagi menjadi 5, yaitu:

• Netral, yaitu interaksi tidak saling mengganggu yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak
merugikan kedua belah pihak. Contoh: kambing dengan kupu-kupu.

• Predasi, yaitu hubungan antara mangsa dan predator. Jika hewan mangsa habis, maka
pemangsa akan pergi atau punah. Contoh: Ular dengan tikus

• Parasitisme, yaitu interaksi di mana satu spesies diuntungkan, sedangkan yang lain dirugikan.
Contoh: benalu dengan pohon inangnya.

• Komensalisme, yaitu interaksi di mana satu spesies diuntungkan dan spesies lain tidak
diuntungkan dan tidak dirugikan. Contoh: tumbuhan epifit yang hidup menempel pada batang
pohon.

• Mutualisme, yaitu interaksi di mana kedua organisme saling menguntungkan kedua belah
pihak. Contoh: kerbau dengan burung jalak.

b. Antarpopulasi

Interaksi antarpopulasi dapat bersifat:

• Alelopati, yaitu populasi yang satu menghasilkan suatu zat untuk menghambat tumbuhnya
populasi lain. Contoh: jamur Penicillium sp. menghasilkan antibiotika untuk menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu.

• Kompetisi, yaitu persaingan untuk mendapatkan suatu hal karena memiliki kepentingan yang
sama. Contoh: populasi kuda dengan kijang memperoleh rumput.

c. Antarkomunitas

Contoh interaksi antarkomunitas :

• Komunitas padang rumput terdiri dari: kuda, banteng, ular, belalang, macan, serigala, dll.

• Komunitas sungai terdiri dari: buaya, kuda nil, ular, ikan, plankton, dll.

• Antara komunitas padang rumput dan sungai terjadi interaksi berupa peredaran organisme
hidup dari kedua komunitas tersebut, yaitu kuda dan banteng dapat menjadi sumber makanan
bagi buaya, serta ikan dapat menjadi makanan bagi macan.
Ekosistem terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Ekosistem Darat

Ekosistem darat terdiri dari bioma: gurun, padang rumput, hutan basah, hutan gugur,
taiga (hutan yang hijau sepanjang tahun), dan tundra.

2. Ekosistem Air Tawar

Ekosistem air tawar terdiri dari: air tenang (danau) dan air mengalir (sungai).

3. Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut dibedakan menjadi: laut, pantai, estuari (pertemuan sungai dengan
laut), dan terumbu karang,

B. KERAGAMAN BIOLOGI

Keragaman biologi adalah kekayaan jenis-jenis organisme yang ada di muka bumi.
Keragaman ini dibagi menjadi 3, yaitu: diversitas genetic, habitat, dan spesies.

1. Diversitas Genetik

Diversitas genetik merupakan jumlah total karakteristik genetik pada suatu kelompok.
Diversitas genetik disebabkan oleh evolusi biologi. Teori evolusi biologi dikemukakan oleh
Charles Darwin. Teori ini menjelaskan tentang perubahan karakter pada mahluk hidup yang akan
diturunkan pada generasi selanjutnya. Ada 4 faktor utama penyebab evolusi biologi, yaitu:

a. Mutasi

Mutasi disebabkan oleh kesalahan pada penggandaan DNA, di mana DNA asli akan
tergantikan dengan DNA mutasi. DNA sebagai pembawa sifat akan mengubah sifat dan
karakteristik yang nantinya akan diwariskan kepada keturunannya seterusnya.

b. Seleksi alam

Seleksi alam yaiut proses yang meningkatkan kesempatan untuk menghasilkan keturunan
yang adaptif.

c. Migrasi

Migrasi mencakup waktu yang lama dan wilayah yang luas. Migrasi akan menciptaka
isolasi geografi yang dapat menimbulkan evolusi divergen, yaitu dua populasi yang dapat
berubah , sehingga tidak dapat lagi kawin satu sama lain.
d. Hanyutan gen

Hanyutan gen disebabkan oleh perubahan frekuensi genetik populais secara kebetulan.
Hanyutan gen ini menjadi masalah bagi mahluk hidup yang terancam punah.

2. Diversitas Habitat

Terdapat macam-macam habitat pada suatu wilayah tertentu. Diversitas habitat adalah
ekologi pulau. Ekologi pulau akan menyebabkan isolasi pulau. Isolasi pulau tersebut
menyebabkan radiasi adaptif mahluk hidup. Contohnya pada burung Hawaiian Honeycreeper.
Menurut teori Biogeografi Pulau, jumlah spesies yang ada di sebuah pulau ditentukan oleh angka
imbang antara rata-rata kepunahan lokal dan rata-rata imigrasi.

Radiasi adaptif akan menyebabkan ukuran tubuh makhluk hidup mengecil karena suplai
makanan yang terbatas. Contohnya pada serigala pulau dan pygmy mammoth.

Diversitas habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Kompleksitas habitat

b. Topografi

c. Gangguan atau bencana

d. Keragaman hidup

3. Diversitas Spesies

Diversitas spesies meliputi kekayaan jenis, kemerataan jenis dan dominansi.

Di balik keanekaragaman biologi tersebut, ada juga ancaman kepunahan. Kepunahan


biasanya terjadi secara alami. Kepunahan terbagi menjadi dua, yaitu: local extinction, yaitu
kepunahan spesies di sebuah kawasan tertentu dan global extinction, yaitu kepunahan spesies di
seluruh muka bumi. Kepunahan ini mengarah pada kepunahan massal. Adapun penyebab utama
kepunahan, antara lain: perburuan spesies, hilang dan rusaknya habitat asli, spesies introduksi,
serta polusi yang mengganggu. Spesies yang terancam punah pun dibagu menjadi dua, yaitu
spesies kritis dan genting. Spesies kritis yaitu spesies yang terancam punah baik sebagian atau
keseluruhan. Sedangkan spesies genting adalah spesies yang terancam punah dalam waktu yang
dekat.

C. KEARIFAN LOKAL

Menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
BAB I Pasal 1 butir 30, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Berikut adalah pengertian kearifan lokal menurut para ahli:

1. Menurut Alfian (2013)

Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi
kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi
kebutuhan mereka.

2. Menurut Keraf (2002)

Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan
serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam
komunitas ekologis.

3. Menurut Thamrin (2013)

Kearifan lokal merupakan sebuah sistem dalam tatanan kehidupan sosial, politik, budaya,
ekonomi, serta lingkungan yang hidup di tengah-tengah masyarakat lokal.

4. Menurut Wahono (2015)

Kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi masyarakat dalam pengelolaan


alam semesta, untuk menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh
berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia.

Kearifan lokal memiliki ciri-ciri, di antaranya:

1. Mampu bertahan terhadap budaya luar

2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar

3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,

4. Mempunyai kemampuan mengendalikan, memberi arah pada perkembangan budaya.

Kearifan lokal suatu wilayah memiliki fungsi:

• untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam

• untuk pemngembangan sumber daya manusia, misalnya dalam upacara daur hidup.

• untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pegetahuan, misalnya untuk mengetahui jenis ikan
tertentu saat melakukan reproduksi

• sebagai petuah kepercayaan, sastra, dan pantangan.


Dalam keberlanjutannya, kearifan lokal ini memiliki tantangan, yaitu:

1. Peningkatan Jumlah Penduduk

Peningkatan jumlah penduduk ini memengaruhi kebutuhan pangan dan berbagai produksi
lainnya untuk mencukupi kebutuhan manusia, modernasi pertanian, serta peninggalan
penggunaan bibit lokal.

2. Teknologi Modern dan Perubahan Budaya

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang cepat menyebabkan kebudayaan


berubah dengan cepat sehingga menghasilkan modernisasi yang terwujud dalam proses
penemuan, penciptaan baru, dan melalui proses difusi.

3. Masuknya Modal Besar

Masuknya modal besar ini menyebabkan terjadinya eksploitasi sumber daya alam berupa
sumber daya hutan, sumber daya laut, dan hasil tambang, serta menyebabkan tersingkirnya
masyarakat asli (indigenous people).

4. Kemiskinan dan Kesenjangan

Kemiskinan dan kesenjangan dapat memengaruhi orang bertindak untuk memenuhi


kebutuhan dasarnya, meskipun tindakan tersebut bertentangan dengan aturan atau norma-norma
yang telah disepakati.

2.5 BIOGEOGRAFI
Biogeografi didefinisikan sebagai cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang
keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu. Tokoh penting yang mengawali adanya
ilmu biogeografi adalah Alfred Russel Wallace. Ia percaya bahwa ada hubungan antara
keanekaragaman hayati dengan daerah di bumi. Wallace juga percaya bahwa bagian Timur
Indonesia berasal dari benua yang pernah ada di Pasifik dan bagian Barat Indonesia merupakan
pecahan dari benua Asia.

Faktor yang berperan dalam sejarah biogeografi :

1. Evolusi

Lingkungan memaksa organisme untuk beradatasi dan memicu adanya keberagaman.


Kebaeragaman dihasilkan dengan cara variasi yang dihasilkan oleh adanya mutasi, seleksi alam
dimana yang bertahan hidup adalah yang paling mampu beradaptasi, dan rekombinasi yang
artinya kombinasi dari materi genetik yang ada.

2. Spesiasi

Spesiasi adalah terbentuknya spesies baru karena mutasi dan genetic drift. Contohnya
yaitu kura-kura memiliki bentuk tempurung yang berbeda yakni kubah dan pelana dan pohon
oak memiliki dua jenis spesies yakni red oak dan white oak.

3. Kepunahan

Kepunahan dalah kematian sebuah spesies karena alasan tertentu seperti kepunahan
dinosaurus.

4. Penyebaran

Penyebaran adalah kemampuan suatu organisme dari tempat asalnya ke tempat lain.

5. Pola pesebaran

Pola pesebaran adalah pesebaran suatu spesies pada suatu wilayah. Contohnya adalah
burung kasuari, burung emu, dan burung onta yang tersebar dimana - mana tapi masih kerabat.

Beberapa contoh proses biogeografi yakni aliran energi dan materi ekosistem, ekologi
biogeografi, dan suksesi biogeografi.

b) Aliran Energi dan Materi Ekosistem

Ada beberapa contoh dari peristiwa ini yakni jaring - jaring makanan dan siklus - siklus kimia.

Jaring makanan adalah proses dimana organisme saling menggunakan satu sama lain
untuk memperoleh energi. Ada konsumen yang memakan organisme lain dan produse yang
membuat makanannya sendiri tapi tetap bergantung pada konsumen karena saat mati, bangkai
konsumen akan maenyuburkan produsen.
Biogeografi dipengaruhi oleh produktivitas primer bersih yakni tingkatan akumulasi dari
karbohidrat yang dihasilkan oleh produsen. Bioma yang paling produktif adalah hutan hujan dan
paling tidak produktif adalah gurun. Siklus kimia contohnya ada dua yakni daur karbon dan daur
nitrogen. Kedua unsur ini akan terus ada karena selalu didaur ulang secara alami.

Ekologi Biogografi

Ekologi biogeografi adalah pengaruh lingkungan terhadap persebaran dari organisme.

Hal - hal yang berpengaruh pada ekologi biogeografi adalah interaksi antar spesies,
gangguan dari alam, edafik (perbedaan jenis tanah pada suatu wilayah), geomorfik (bentuk
geografis seperti kemiringan lereng, aspek lereng, dan relief), iklim (intensitas angin dan cahaya,
lamanya siang dan malam), suhu (memengaruhi morfologi dan fisiologi organisme), dan
kebutuhan air yang diperlukan organisme.

Suhu yang dingin membuat hewan memiliki rambut dan lapisan lemak yang tebal dan
memiliki tingkah laku hibernasi. Ketersediaan air juga membuat hewan beradaptasi dengan
merubah stuktur (seperti lada kaktus, dan california live oak) dan tingkah lakunya.

Suksesi Biologi

Suksesi biologi adalah tahapan terbentuknya ekosistem yang baru. Suksesi dibagi
menjadi dua yakni primer dan sekunder. Suksesi primer adalah suksesi pada tempat yang hancur
oleh suatu peristiwa. Suksesi ini diawali oleh lumut yang menjadi spesies pioneer, yakni spesies
yang membuat tanah jadi dapat menyokong kehidupan - kehidupan lainnya. Suksesi sekunder
adalah suksesi ekosistem pada lahan yang bervegetasi sempurna.

Fungsi biogeografi adalah untuk memahami karakter dan batasan yang dimiliki oleh
mahluk - mahluk hidup dan hubungan yang terjadi diantara mahluk - mahluk yang ada.
Biogeografi bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan lingkungan.

Biodiversitas adalah keseluruhan gen, spesies, dan ekosistem di suatu kawasan. Aktivitas
manusia yang dapat membahayakan keselamatan organisme lain dapat mengurangi biodiversitas
di suatu kawasan. Hal ini berakibat sangat buruk pada keseimbangan ekosistem.
Ekosistem darat didominasi oleh tumbuhan darat yang tersebar. Namun, tetap ada bagian
dari daratan dimana tumbuhan darat sangat sedikit. Salahs satunya adalah tempat yang terkena
efek desertifikasi. Tanah menjadi kering, semi kering, kering lembab, dan sedang. Desertifikasi
mengurangi keberagaman ekosistem.

Dari ekosistem - ekosistem yang ada tersusun lingkup lebih luas bernama bioma. Ada
lima jenis bioma yakni hutan, padang rumput, savanna, gurun, dan tundra. Terdapat enam tipe
hutan yakni

1. Hutan hujan dataran rendah

Ada di zona ekuator yang hangat dan memiliki banyak jenis hewan. Hutan bersifat evergreen
yakni selalu hijau di semua saat.

2. Hutan moonson

Hutan yang tumbuh di area terbuka dan ditumbuhi semak dan rerumputan. Ada di Amerika
Selatan sampai Afrika.

3. Hutan evergreen subtropis

Hutan yang memiliki musim dingin sedang. Ada di Amerika Utara dan Asia Tenggara.

4. Hutan gugur daun midlatitude

Hutan evergreen di tanah kering dan berpasir. Terbagi jadi pohon berdaun jarum dan pohon
berdaun lebar.

5. Hutan daun jarum

Tersusun oleh pepohonan konifer. Hutan ini ada di Amerika Serikat dan Australia

6. Hutan sklerofil

Pohon di hutan ini cenderung lebih pendek dan daunnya keras.


Bioma padang rumput adalah bioma yang kering tapi tidak sekering gurun. Padang
rumput dibagi menjadi stepa dan prairie. Prairie bisa dipakai untuk bercocok tanam dan ada di
Amerika Utara, sedangkan stepa berisi gulma dan pohon rendah. Stepa ada di Rusia dan Asia
tengah.

Bioma savana adalah bioma dengan pohon pohonan renggang dan tanah yang tidak
lembab. Disini terdapat banyak mamalia besar seperti gajah dan jerapah, Savanna terbagi
menjadi hutan kayu dan thorntree - tall. Hutan kayu memiliki pepohonan yang lebih rapat
daripada thorntree tall.

Bioma gurun memiliki iklim kering dengan presipitasi rendah. Temperatur maksimum
dan minimumnya sangat kontras. Terbagi menjadi semidesert dan dry desert. Semidesert
didominasi pohon xerofit dan semak sedangkan dry desert didomniasi tumbuhan sukulen dan
semak kecil berdaun keras.

Bioma tundra tersusun atas tanaman kecil yang sudah beradaptasi dengan musim dingin.
Musim panas yang terjadi dalam waktu singkat dimanfaatkan tumbuhan untuk bersemi, tumbuh,
dan berbiji. Tundra terbagi jadi alpine tundra yang ada di dataran tinggi dan arctic tundra yang
ada di kutub,

Berdasarkan iklim, bioma dibagi menjadi beberapa wilayah yakni

1. Artic region yang terdiri dari tundra

2. Subartic region yang terdiri dari hutan boreal

3. Temperate region yang terdiri dari temperate dedicious forest, padang rumput, chaparral,
dan gurun

Tropical region yang terdiri dari hutan tropik, padang rumput, dan gurun

2.6 SISTEM KESEIMBANGAN ALAM


A. DAYA DUKUNG BUMI
Daya dukung bumi adalah jumlah maksimum jumlah individu spesies yang bisa
ditopang oleh lingkungan atau bumi, tanpa mengurangi kemampuan lingkungan atau
bumi untuk menopang sejumlah spesies tersebut di masa yang akan datang. Daya dukung
bumi terbagi menjadi bumi, makhluk hidup, ketersediaan alam, pertambahan populasi,
estimasi, dan keseimbangan energi. Bumi merupakan tempat tinggal terbaik untuk
makhluk hidup dan memiliki kehidupan di dalamnya. Bumi terdiri atas 4 lapisan yakni
gyosphere, hydrosphere, atmosphere, biosphere. Bumi juga memiliki julukannya sendiri
yakni planet biru atau planet air. Bumi memiliki diameter 12.756 km dan jari-jari 6.400
km. Laut di dalam bumi kehidupannya terkonsentrasi di permukaan dan di dalam laut
memiliki kehidupan pula. Tumbuhan di dalam bumi tumbuh di permukaan.
Makhluk hidup di dalam bumi memiliki 3 domain yakni bacteria, archaea, dan
eukarya. Di dalam kehidupannya makhluk hidup memerlukan tempat tinggal, jejaring
kompleks, makanan, pakaian, dan reproduksi. Reproduksi kelompok makhluk hidup
memiliki waktu yang berbeda-beda, bakteri melakukan reproduksi tiap 20 menit sekali,
gajah hanya menghasilkan 1 keturunan tiap 6 tahun, dan tumbuhan tiap hitungan bulan.
Reproduksi juga dilakukan untuk menjaga ketersediaan alam.
Ketersediaan alam dipengaruhi oleh bencana alam dan campur tangan manusia
seperti gunung api dan pertambangan batu bara. Ketersediaan alam menyediakan
keperluan makhluk hidup dan lingkungan fisik seperti daratan, tanah, air, udara, dan
mineral. Pertambahan populasi menandakan bahwa di setiap tahunnya populasi makhluk
hidup terus bertambah. Populasi sendiri adalah sekumpulan makhluk hidup yang sejenis.
Perubahan populasi dapat dihitung yakni kelahiran + imigran yang masuk ke dalam
populasi – kematian – emigran yang meninggalkan populasi.
Daya dukung bumi merupakan bagian dari estimasi. Estimasi dilakukan untuk
keberlanjutan hidup manusia. Namun, pada dasarnya sulit untuk mengukur daya dukung
bumi. Metode yang digunakan bisa menggunakn persamaan logistik dan densitas
populasi maksium dan data area yang dapat dihuni. Hal yang dapat digunakan untuk
meningkatkan daya dukung bumi adalah teknologi. Keseimbangan energi meliputi siklus
biogeokimia untuk menjaga ketersediaan energi. Siklus harus kontinyu, dan setiap
komponen harus terjaga keberadaannya. Unsur penyusun bumi sangat banyak
berinteraksi dan menciptakan keseimbangan bumi dan energi. Unsur itu harus dijaga agar
dapat mendukung kehidupan.
B. ENERGI DAN LINGKUNGAN
Energi dan lingkungan sangat berkaitan satu sama lain. Suatu energi dapat
menimbulkan berbagai dampak yang besar terhadap perubahan lingkungan jika tidak
dikelola dengan hati-hati. Energi berkaitan erat dengan kemampuan melakukan kerja dan
hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan energi merupakan suatu teori yang
menyebutkan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan dan hanya dapat berubah dari satu
jenis energi ke jenis lainnya. Perubahan inilah yang dinamakan konversi energi. Konversi
energi dapat ditemukan dalam setiap jenis perubahan energi. Contohnya, pada ayunan
bandul yang mengubah energi potensial menjadi energi kinetik, maupun sebaliknya.
Energi memiliki aliran energi yang berasal dari sumber energi. Aliran energi
terbagi menjadi lima bagian, yaitu energi kimia, energi mekanik, energi listrik, energi
nuklir, dan energi radiasi. Mereka memiliki fungsinya masing-masing. Energi kimia
dibutuhkan dalam reaksi kimia dan digunakan untuk mengikat atom. Energi mekanik
berhubungan dengan gerak, posisi, dan interaksi gravitasi. Energi mekanik yang berupa
energi kinetik dan potensial ini dapat mengakibatkan perubahan posisi benda. Energi
listrik berkaitan dengan interaksi elektromagnetik, berbeda dengan energi radiasi yang
berkaitan dengan gelombang elektromagnetik.
Sumber energi terbagi menjadi dua, yaitu sumber energi yang dapat diperbaharui
dan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Dapat diperbaharui artinya dapat
diganti, dia tidak akan habis jika dipakai terus-menerus sedangkan tidak dapat
diperbaharui, artinya tidak dapat diganti, dia akan habis jika dipakai terus-menerus.
Sumber energi dapat diperbaharui berasal dari air, angin, geotermal, biomass, dan
matahari. Sumber energi tidak dapat diperbaharui berasal dari fosil dan nuklir. Tentunya,
setiap sumber energi memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Contohnya,
sumber energi yang berasal dari minyak bumi. Keuntungannya adalah sumber energi
tersebut cukup terjangkau dan sudah popular di masyarakat sehingga mudah untuk
menemukannya. Kerugiannya adalah sumber energi yang berasal dari minyak
bumi dapat habis suatu saat nanti karena sumber energi tersebut merupakan sumber
energi tidak dapat diperbaharui, dia juga menghasilkan emisi CO2yang berbahaya bagi
lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk kita
memahami kaitan antara energi dengan lingkungan agar terhindar dari penyalahgunaan
sumber energi yang berakibat dapat merusak lingkungan.

C. RESTORASI EKOLOGI
Restorasi dengan suksesi (memperbaiki ekosistem secara ilmiah). Suksesi dibagi
menjadi 2 jenis yaitu suksesi primer (awal dari keberadaan dan perkembangan
sebuah ekosistem dimana suatu ekosistem belum pernah ada) dan suksesi sekunder
(terbentuknya kembali ekosistem diikuti dengan adanya gangguangangguan). Pola dalam
suksesi: bukit, rawa, lapangan tua. Tahapan Suksesi : Dicirikan dengan adanya tumbuhan
yang teradaptasi pada kondisi yang tidak stabil cenderung untuk stabil pada lingkungan
fisik, tanaman-tanaman kecil yang tumbuh dengan cepat muncul –mempunyai biji dan
menyebar dengan cepat, tanaman-tanaman besar, masuk dan mulai mendominasi,
terbentuklah hutan yang sempurna.
Spesies siap hadapi lainnya seperti (fasilitasi)gundukan rumput dan tanaman liar
yang mengapung membantu terbentuknya spesies suksesional yang terakhir, (interference)
padang rumput membentuk permukaan padat yang dpat menghambat pertunasan biji-
bijian tanaman lain. Life History Differences :
1. Spesies suksesional awal
Disebarkan oleh angin atau binatang, beradaptasi pada kondisi yang kasar tetapi
tingkat kompetisinya rendah.
2. Spesies suksesional akhir
Tumbuh lebih perlahan dan hidup lebih lama, tumbuh baik dalam bayangan
(teduh) dan mempunyai biji-bijian yang tersebar secara buruk tetapi hidup dalam
waktu yang lama. Perubahan-perubahan selama suksesi awalnya akan
meningkatnya biomassa dan keragaman biologi yang disebabkan materi-materi
organik mengakumulasi dan menyimpan elemen-elemen kimia, dan
memperlambat erosi dengan angin dan air, tetapi hasilnya menurunnnya biomassa
dan keanekaragaman karena adanya gangguan pada siklus kimia (angin
topan,kebakaran hutan, meningkatnya penyedia rantai makanan).
Langkah perencanaan pemulihan :
 Memahami mengapa pemulihan penting, menjelaskan secara ekologi area yang
akan dipulihkan kembali. Buat daftar tujuan-tujuan pemulihan, mengembangkan
standard performance dan perencanaan untuk monitoring proyek,
mengembangkan strategi untuk memastikan pemeliharaan jangka panjang dan
perlindungan ekosistem yang telah pulih.
 Terdapat pemulihan padang rumput, pemulihan Florida Everglades, pemulihan
California’s Channel Islands.

Sasaran Program :
 Menangkap sisa-sisa rubah pulau dan menempatkan kembali ke area yang
terlindungi.
 Memulai program membiakkan untuk membangun kembali populasi rubah.
 Menangkap dan memindahkan golden eagles ke daratan.
 Mengenalkan elang botak/gundul (bald eagles) ke dalam ekosistem laut untuk
bersaing dengan golden eagles.
 Menghapuskan babi liar yang menarik golden eagles.

Tujuan proyek pemulihan :

 Pemulihan aliran alir agak alamiah kedalam dan dalam Everglades, peningkatan
dan pemulihan (recovery) spesies asli (native) dan langka, memperbaiki kualitas
air (water quality), khususnya mengendalikan nutrient dari area pertanian dan
perkotaan (urban), pemulihan habitat untuk semua satwa liar yang menggunakan
Everglades.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 KALIMANTAN SEBAGAI PARU-PARU DUNIA


Hutan hujan dijuluki sebagai “Paru-Paru Dunia” karena dapat mengubah 28% dari total
karbon dioksida menjadi oksigen. Selain itu, hutan hujan juga berperan sebagai sumber obat-
obatan dan makanan bagi hewan dan manusia, menjadikan hutan sebagai habitat
keanekaragaman flora dan fauna, sebagai penstabil suhu di Bumi karna dapat mengurangi emisi
karbon di tingkat atmosfer, dan juga dapat menjadi pencegah dari terjadinya banjir, erosi, dan
kekeringan.

Seiring berkembangnya zaman, muncul berbagai ancaman terhadap eksistensi hutan hujan.
Contohnya deforestasi atau penghilangan area hutan, yang dapat dilakukan dengan cara
penebangan liar atau pembakaran hutan. Ancaman tersebut harus segera ditanggulangi dengan
cara melakukan pencegahan, seperti penggunaan kertas daur ulang, sistem peringatan kebakaran
hutan, dan mengevaluasi perizinan berintergrasi.

Wilayah yang sering dianggap sebagai “Paru-Paru Dunia”, antara lain Indonesia atau
lebih tepatnya pada Pulau Kalimatan, Brazil pada Hutan Amazon, Rusia, dan Cina. Khususnya
Indonesia, pada beberapa tahun kebelakang terjadi perbedaan pandangan pada Indonesia sebagai
“Paru-Paru Dunia”. Terdapat sebagian masyarakat tidak setuju Indonesia menjadi “Paru-Paru
Dunia” karena semakin parah deforestasi yang terjadi. Pada tahun 2018, hanya beberapa persen
peningkatan yang dapat tercapai sehingga haruslah diadakan regulasi penggunaan atau
pengelolaan hutan. Pada tahun 2015 juga, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara
yang dalam beberapa tahun telah terjadi pengurangan besar-besaran area hutan.

3.2 KARAKTERISTIK HUTAN HUJAN TROPIS


Hutan hujan tropis merupakan bioma panas dan lembap yang banyak ditemukan di
Indonesia karena memiliki curah hujan yang tinggi dan temperatur rata-rata, seta memperoleh
sinar matahari yang banyak.
Adapun ciri-ciri hutan hujan tropis adalah:
1. Jenis hewan sangat bervariasi karena terbagi tiga wilayah, yaitu wilayah barat, timur, dan
peralihan. Wilayah barat biasanya diisi dengan bertubuh besar, seperti: harimau, gajah, dan
jerapah. Wilayah timur didominasi oleh hewan kecil dan burung khas Papua. Wilayah peralihan
biasanya diisi dengan hewan unik, seperti: anoa, babi hutan, dll, yang merupakan mamalia
bertubuh kecil.
2. Tanamannnya tumbuh rapat satu sama lain, berdaun lebat, dan besar.
3. Memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga tanahnya menjadi subur.

Hutan hujan tropis membentuk tiga lapisan, yaitu lapisan atas (kanopi), lapisan tengah,
dan lapisan bawah. Lapisan atas merupakan lapisan vegetasi yang berisi pohon-pohon raksasa
yang mencegah sinar matahari mencapai tanah. Lapisan tengah merupakan lapisan yang terdiri
dari tanaman merambat, pohon-pohon kecil, pakis, dan palm. Tanaman merambat memanjat
pohon-pohon raksasa untuk mendapatkan sinar matahari. Dan terakhir, lapisan bawah atau
lapisan hutan hujan adalah lapisan yang hanya ditemukan sedikit tumbuhan karena kurangnya
sinar matahari. Tumbuhan yang berada di lapisan bawah mudah terurai karena dalam berada
dalam kondisi basah dan hangat. Tumbuhan yang terurai tersebut membuat bakteri dan
mikroorganisme lainnya mudah berkembang.

3.3 DAMPAK DEFORESTASI HUTAN


Deforestasi menurut KBBI ialah penebangan hutan. Namun, berdasarkan penggunaan kata yang
sering dilakukan masyarakat, deforestasi dapat diartikan sebagai kerusakan hutan atau hilangnya
hutan karena aktivitas tertentu. Pada umumnya, para oknum melakukan deforestasi dengan
tujuan tertentu seperti :

• Ekspansi kota

• Industri pertanian

• Industri perkebunan

• Industri kelapa sawit

• Industri penebangan kayu


• Pertambangan

Deforestasi atau kerusakan hutan dapat dipicu oleh hal-hal berikut :

• Illegal logging : penebangan hutan secara ilegal

• Kebakaran hutan : pembakaran hutan secara sengaja atau tidak sengaja (akibat
musim kemarau)

• Perambahan hutan : pengeksploitasian hasil hutan secara besar-besaran

Dampak dari deforestasi ialah sebagai berikut :

• Berkurangnya kadar oksigen. Pohon-pohon di hutan yang seharusnya menampung


karbondioksida dan menghasilkan oksigen justru dihilangkan.

• Terganggunya siklus air. Hutan berperan penting dalam siklus air yakni dengan
menyerap sebagian air ke tanah, sehingga tidak semua air turun ke pemukiman atau laut.

• Berkurangnya cadangan air bersih. Air dari hujan dapat ditampung oleh akar pohon,
sehingga manusia dapat mengambil air tanah tanpa kekurangan.

• Hilangnya beberapa spesies flora dan fauna. Hilangnya habitat dan makanan bagi
tumbuhan dan hewan membuat mereka lama-kelamaan akan mati dan punah.

• Meningkatkan potensi bencana banjir, tanah longsor, dan erosi. Hutan berperan
penting dalam mencegah bencana seperti ini. Pohon-pohonnya dapat menahan air dan
tanah sehingga tidak terjadi bencana banjir, tanah longsor maupun erosi.

• Pemanasan Global. Rusaknya hutan dapat menganggu siklus karbon karena gas CO2
yang seharusnya ditampung pohon malah menjadi gas bebas. Peningkatan kadar CO2
berdampak kepada pemanasan global karena terperangkapnya panas matahari di atmosfer

• Kerugian ekonomi. Jika terjadi bencana seperti yang dijelaskan di atas, maka tentunya
akan timbul kerugian ekonomi seperti hancurnya rumah dan bangunan, hilangnya harta
benda bahkan dapat pula menimbulkan kehilangan nyawa.
3.4 DAMPAK ALIH FUNGSI HUTAN
Pulau kalimantan telah menarik masyarakat khususnya di Indonesia karena merupakan
daerah yang memiliki hutan lindung, adanya ekonomi logging (penebangan) terbesar dalam Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) pada masa orde baru. Sebelumnya tahun 2000 hutan-hutan belum
terinvestasikan, sehingga menjadikan daerah Kalimantan terdegradasi dalam aspek ekonomi,
sosial, dan ekologi. Penngalih fungsian hutan menjadi sarana ekonomi yaitu dengan mengubah
hutan menjadi perkebunan kelapa sawit atau pertambangan batu bara.

Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan berkembang di kemudian harinya. Tahun 1985,


perkebunan kelapa sawit di Kalimantan baru mencapai 42 ribu hektar, dan luas hutan di
Kalimantan mencapai 13,1 juta hektar, pada tahun 2000, luas kebun sawit di Kalimantan
mencapai 844 ribu hektar, dan pada tahun 2014 luas kebun sawit di Kalimantan mencapai 3,4
juta hektar, sementara luas hutan di Pulau Kalimantan mencapai 27,4 juta hektar.

Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah kunci industri bagi perekonomian
Indonesia: ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa yang penting dan industri ini
memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia. Dalam hal pertanian, minyak sawit
merupakan industri terpenting di Indonesia yang menyumbang di antara 1,5 - 2,5 persen terhadap
total produk domestik bruto (PDB).

Permintaan dunia akan minyak sawit menunjukkan kecenderungan meningkat sejalan


dengan jumlah populasi dunia yang bertumbuh dan karenanya meningkatkan konsumsi produk-
produk dengan bahan baku minyak sawit seperti produk makanan dan kosmetik. Sementara itu,
pemerintah di berbagai negara sedang mendukung pemakaian biofuel (bahan bakar dari bahan
nabati).Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia (Unilever Indonesia) telah atau sedang
melakukan investasi-investasi untuk meningkatkan kapasitas penyulingan minyak sawit. Hal ini
sesuai dengan ambisi Pemerintah Indonesia untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dari
sumber daya alam dalam negeri. Indonesia selama ini berfokus (dan tergantung) pada ekspor
minyak sawit mentah (dan bahan baku mentah lainnya) namun selama beberapa tahun terakhir
ini mau mendorong proses pengolahan produk sumber daya alam supaya memiliki harga jual
yang lebih tinggi (dan yang berfungsi sebagai penyangga saat meluncurnya harga minyak sawit.
Dampak negatif perkebunan kelapa sawit di Kalimantan terhadap lingkungan adalah
hilangnya hutan yang memiliki berbegai macam ragam tanaman dan hewan yang juga akan
hilang. Terlepas dari hilangnya beberapa hewan dan tanaman, itu juga berdampak pada polusi
udara, air, dan tanah yang akan tercemar atau rusak. Dampak positifnya adalah dapat
meningkatnya pendapatan masyarakat dari hasil perkebunan kelapa sawit, meningkatkan
lapangan kerja untuk masyarakat.

Selain perkebunan kelapa sawit, hutan hujan tropis di Kalimantan juga dibuka untuk
pertambangan batu bara. Hal ini disebabkan oleh besarnya potensi batu-bara yang ada di
Kalimantan. Penambangan batu bara berdampak buruk pada lingkungan dan menimbulkan
korban jiwa karena beberapa faktor.

Faktor terbesar yang membuat penambangan batu bara menimbulkan dampak negatif
adalah lokasi penambangannya. Jalan yang amblas karena lokasi pertambangan yang terlalu
dekat dengan rumah penduduk memakan 32 korban jiwa. Tambang yang berlokasi di hutan
melakukan deforestasi dan hanya sedikit yang melakukan restorasi lahan. Lokasi tambang batu
bara juga menyebar ke hutan konservasi, Ada dua belas IUP tambang yang ada di hutan
konservasi. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas lingkungan hidup, dan keberlangsungan flora
dan fauna.

Hutan Kalimantan sudah menyusut setengahnya dan WWF meyakini bahwa hutan
Kalimantan akan hilang 75 persen pada tahun 2020. Pertambangan juga menimbulkan
pencemaran lingkungan berupa polusi udara yang menimbulkan efek rumah kaca, longsoran
tanah yang berisi lumpur beracun, dan merusak sumber air yang juga berefek pada kerusakan
hutan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Deforestasi ialah penebangan hutan atau pengalih fungsian hutan. Kegiatan ini dapat
menganggu sistem keseimbangan alam, di mana hutan memegang peran penting dalam sistem
tersebut. Hutan hujan tropis yang ada di Kalimantan berfungsi sebagai penghasil oksigen,
penyimpan cadangan air bersih, mencegah terjadinya bencana seperti banjir, tanah longsor, dan
erosi. Namun, kenyataanya hutan di Kalimantan justru ditebang atau dialih fungsikan demi
keuntungan ekonomi beberapa pihak. Hal ini lama-kelamaan akan berakibat fatal bagi
kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup di Indonesia, bahkan dunia. Oleh karena itu, perlu
digalakan aksi peduli lingkungan dan penindakan tegas terhadap oknum-oknum perusak hutan.

4.2 SARAN
Penulis menyadari banyaknya kekurangan yang ada dalam makalah ini. Oleh sebab itu,
penulis memohon agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi kebaikan bersama.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
 (2019). Retrieved 15 September 2019, from
https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb/1718gnp/038.pdf
 (2019). Retrieved 15 September 2019, from
https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb/1718gnp/039.pdf
 (2019). Retrieved 15 September 2019, from
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/198108122005011-
AGUS_FANY_CHANDRA_W/Materi_Gerak_Bumi_dan_Bulan_Kelas_VI.pdf
 (2019). Retrieved 15 September 2019, from
https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb/1718gnp/040.pdf
 (2019). Retrieved 15 September 2019, from http://lppm.ipb.ac.id/berapa-banyak-
kandungan-air-di-bumi/
 (2019). Retrieved 18 October 2019, from
https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb/1718gnp/042.pdf
 Air Sebagai Sumber Kehidupan – Tjutju Susana. (2019). Retrieved 15 September 2019,
from http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxviii(3)17-25.pdf
 Askari Muhamad, Koemaryono Yonny. Tanpa Tahun. Pengertian dan Ruang Lingkup
Klimatologi Pertanian, dan Pengaruh Atmosfer terhadap Kehidupan dan Pertanian.
Tanpa Tanggal. 24 hlm. [Internet] http://repository.ut.ac.id/4412/1/LUHT4213-M1.pdf.
15 September 2019, pukul 06.12
 Audia, Lushy, dkk.2014 .Makalah Incoming Solar Radiation. September,8 hlm.
https://www.academia.edu/9589544/makalah_insolasi_meteorologi_dan_klimatologi_,
Minggu, 15 September 2019 08:35 WIB.
 Callery, Susan. 2014. The Causes of Climate Change.
https://www.google.com/amp/s/climate.nasa.gov/causes.amp, diakses pada 12 September
07:15 WIB
 Cook, J. (2019). Retrieved 15 September 2019, from
https://skepticalscience.com/translation.php?a=76&l=24
 Dana. 2016. How do volcanoes drive climate? https://skepticalscience.coming-out-of-ice-
age-volcanoes.html , diakses pada 12 September 2019 07:01 WIB
 Dwi, K. (2019). CFC SEBAGAI PENYEBAB EFEK RUMAH KACA - Bisakimia.
Retrieved 15 September 2019, from https://bisakimia.com/2015/11/19/cfc-sebagai-
penyebab-efek-rumah-kaca/
 Eprints.ums.ac.id. (2019). [online] Available at:
http://eprints.ums.ac.id/29006/2/04._BAB___I_E100120006.pdf [Accessed 6 Oct. 2019].
 Geost, F. (2018). Gas Metana : Pengertian, Pemanfaatan, dan Dampak yang
Ditimbulkannya. Retrieved 15 September 2019, from
https://www.geologinesia.com/2018/01/gas-metana.html
 Hendrayanti, Dian. Keragaman Biologi. Modul PPT.

 INDONESIA-INVESTMENTS. 26 Juni 2017. https://www.indonesia-


investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-sawit/item166.
 Indonesian Palm Oil Association (2016). https://gapki.id/news/2260/kebun-sawit-
hijaukan-kembali-pulau-borneo
 Keller, E.A. dan Botkin, D.B. 2008. Earth Atmosphere and Climate, in: Essential
Environmental Science. Amerika: John Wiley & Sons, Inc.
 p. sari, A., elya sari, R., Butarbutar, R., Maulidya, M. and Rusmantoro, W. (2007).
Indonesia dan Perubahan Iklim : status dan kebijakannya. [online]
Siteresources.worldbank.org. Available at:
http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIAINBAHASA/Resources/Environmen
t/ClimateChange_Full_BH.pdf [Accessed 6 Oct. 2019].
 Ratna, D. (2018). Ngeri, ini bahaya gas CO dan CO2 untuk pencemaran udara |
merdeka.com. Retrieved 15 September 2019, from
https://www.merdeka.com/pendidikan/ngeri-ini-bahaya-gas-co-dan-co2-untuk-
pencemaran-udara.html
 Samiaji, T. (2019). Karakteristik Gas N2O Di Atmosfer Indonesia. Retrieved from
http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/view/1732/1567
 Scele UI. “____”. Kearifan Lokal. Diperoleh pada 9 September 2019, dari
https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb/1718gnp/167.pdf
 Sitorus, J., Salsabilla, A., N., H., Ayosnita, I., A., F., & S., C. (2019). 3. Gas Rumah Kaca
» Pencemaran Udara K01. Retrieved 15 September 2019, from
https://blogs.itb.ac.id/pencemud1klp10/gas-rumah-kaca/

 Supriatna, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor, Indonesia: xx+482


 Surinati, Dewi. 2013. Lautan dan Iklim.
oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xxxviii_3_2013-4.pdf, diakses pada 12 September
2019 07:11 WIB
 Strahler, Alan. 2011. Introducing Physical Geography. 45 halaman
 Studi Geoid Teliti dan pemodelannya di daerah Indonesia - Kelompok Keahlian Geodesi
ITB. (2019). Retrieved 15 September 2019, from
https://geodesy.gd.itb.ac.id/2007/01/05/studi-geoid-teliti-dan-pemodelannya-di-daerah-
indonesia/
 Swarinoto Yunus, Wirdjohamidjojo. 2019. Iklim Kawasan Indonesia. Tanpa Tanggal.
189 hlm. [Internet] http://puslitbang.bmkg.go.id/litbang/wp-
content/uploads/2018/01/iklim-kawasan-indonesia.pdf 15 September 2019, pukul 20.30
 Tok, Panji. 2015. Evolusi dan Penyebab Terjadinya Evolusi.
https://www.edubio.info/2015/02/evolusi-dan-penyebab-terjadinya-evolusi.html. [cited
on 2019 Sep 15]
 Waluya, Bagja. 2012. Ekosistem. Diakses 15 September 2019 dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_SMA/BAB_3_EKOSI
STEM.pdf
 Weart, Spencer. 2019. Changing Sun, Changing Climate?
https://history.aip.org/history/climate/solar.html, diakses pada 11 September 2019 21:31
WIB
 ZonaReferensi.com. (2019). 5 Lapisan Atmosfer Bumi Beserta Pengertian dan Fungsinya
[+Gambar]. [online] Available at: https://www.zonareferensi.com/lapisan-atmosfer/
[Accessed 19 Oct. 2019].

Anda mungkin juga menyukai