Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH RUTIN

MK. IPBA
PRODI S1 PF - FMIPA

Skor Nilai :

“Gerak Edar Bulan dan Fase Bulan”


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa”

OLEH:
KELOMPOK 4
NAMA MAHASISWA : ANESTA RYNALDO SEMBIRING ( 4183121040 )
SINDY KLORIDA Br BARUS ( 4181121008 )
YESI HERAWATI ELISABET SINAGA ( 4181121002 )

KELAS : PENDIDIKAN FISIKA A 2018

DOSEN PENGAMPU : Dra. IDA WAHYUNI, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
Gerak Edar Bulan dan Fase Bulan

I. Pengertian Bulan

Bulan adalah bola batu raksasa yang mengitari bumi. Permukaannya gersang,
dipenuhi kawah yang berasal dari ledakan meteorit miliaran tahun yang lalu. Bulan
mungkin terbentuk saat planet lain bertubrukan dengan bumi muda. Bulan berbentuk
bulat dengan massa 7,4 1022 kg. Garis tengah bulan sama dengan ¼ garis tengah
bumi yaitu 3.476 km dengan massa jenis 3340 kg/m3. massa bulan yang kecil
menyebabkan gaya tarik pada benda dipermukaannya juga kecil. Kekuatan gaya tarik
bulan hanya 1/6 gaya tarik bumi. Akibatnya, bulan tidak mampu menahan molekul-
molekul udara tetap berada di sekelilingnya untuk membentuk atmosfer.Tidak adanya
atmosfer di bulan menyebabkan terjadinya hal-hal berikut:
1. Di bulan tidak ada kehidupan.
2. Permukaan di bulan sangat kasar ( berlubang ) dikarenakan benda-benda yang
jatuh tidak ada yang menahan.
3. Suara tidak dapat merambat di bulan, hal ini karena udara atau gas merupakan
medium tempat perambatan suara.
4. Langit bulan tampak hitam legam. Atmosfer bumi berwarna biru
karena cahaya matahari yang mengenai molekul-molekul udara
menghamburkan cahaya warna biru
Pecahan batuan dari peristiwa itu muncul bersama dan membentuk bulan.Jarak
rata-rata Bumi-Bulan dari pusat ke pusat adalah 384.403 km, sekitar 30 kali diameter
Bumi. Diameter Bulan adalah 3.474 km, sedikit lebih kecil dari seperempat diameter
Bumi. Ini berarti volume Bulan hanya sekitar 2% volume Bumi dan tarikan gravitasi
di permukaannya sekitar 17% daripada tarikan gravitasi Bumi. Bulan beredar
mengelilingi Bumi sekali setiap 27,3 hari (periode orbit), dan variasi periodik dalam
sistem Bumi.

II. Teori –Teori Bulan

a. Teori co-Akresi
Pada sekitar tahun 1873 para ilmuwan telah beranggapan bahwa
planet-planet terbentuk dari kondensasi awan gas panas. Awan gas panas
secara bertahap terkontraksi kemudian mendingin. Dan karena ia berkontraksi,
akan terbentuk cincin gas. Dan cincin gas ini pada akan akhirnya bersatu
membentuk planet-planet.
Seorang astronom Prancis bernama Edouard Roche mengusulkan
sebuah teori terbentuknya Bulan yang disebut Teori co-Akresi. Teori ini
mengatakan bahwa pada dasarnya Bumi dan Bulan terbentuk pada saat yang
sama dan dari bahan yang sama. Menurut Eduard Roche Bumi pada awalnya
terbentuk sebagai sebuah bola gas yang kemudian mendingin dan
berkontraksi, membentuk cincin gas di sekelilingnya. Cincin gas tersebut
kemudian membentuk Bulan.
Namun teori ini memiliki kelemahan karena Bulan memiliki
kandungan besi lebih rendah dibanding Bumi. Bumi memiliki inti yang
tersusun dari besi sedangkan Bulan tidak, dengan kata lain Bulan tak lebih dari
hanya sekedar sebuah batu. Jika dua benda terbentuk dari bahan yang sama,
komposisi dasar mereka harus sama. Ini adalah lubang dalam teori Roche yang
tidak bisa dijelaskan.
b. Teori Fisi
George Darwin putra ilmuwan terkenal Charles Darwin penulis
“Origin of Species”, pada tahun 1878 mengumumkan Teori Fisi. Setelah
melakukan analisa terhadap hubungan pasang surut air di Bumi, Darwin
menyimpulkan bahwa bulan secara bertahap bergerak semakin menjauh.
Pendapat ini tidak terbukti hingga 95 tahun kemudian. Ketika astronot
mendarat di bulan, mereka menempatkan sebuah cermin kecil. Dari Bumi
cermin tersebut disinari dengan laser dan laser memantul kembali sehingga
dapat diukur jarak Bulan menjauh dari Bumi yang tepat adalah sejauh 3,8 cm
per tahun.
Darwin mulai mempertimbangkan apa yang akan terjadi jika kita
membalikkan proses, seperti menjalankan film dengan arah mundur. Ketika
waktu kita tarik mundur dan Bulan mengorbit lebih dekat, baik orbit Bulan
maupun rotasi Bumi bisa lebih cepat dari sekarang. Darwin mengambil
kesimpulan bahwa dahulu Bulan bersatu dengan Bumi. Sebagian kecil dari
Bumi terpisah kemudian membentuk Bulan.
Teori Fisi diperdebatkan selama puluhan tahun, tetapi para ilmuwan
akhirnya menyimpulkan bahwa gerakan relatif Bumi dan Bulan tidak bisa
dihasilkan dari itu. Bumi akan berputar terlalu cepat untuk memperhitungkan
tingkat rotasi yang sekarang.
c. Teori Capture
Pada tahun 1909 Thomas Jefferson Jackson See adalah kapten
Angkatan Laut AS berbasis di Pulau Mare dekat San Francisco. Pekerjaan
resminya adalah menjaga waktu standar untuk pantai barat AS. Sebagai
seorang pemuda ia dilatih sebagai seorang astronom dan telah menghabiskan
waktu menganalisis hipotesis baik co-Akresi maupun Fisi. Secara bertahap
Thomas mengembangkan ide yang sama sekali berbeda. Ini kemudian disebut
“Teori Capture”. Ia pada dasarnya berteori bahwa Bulan terbentuk di tempat
berbeda dalam Tata Surya kemudian mengorbit Matahari seperti planet
lainnya. Tapi kemudian bergerak terlalu dekat ke Bumi dan ditangkap oleh
gravitasi Bumi.
Ia beranggapan ada sesuatu yang ia sebut media penolak di luar
angkasa, yang saat ini kita ketahui media tersebut tidak ada. Thomas tidak
pernah bisa menjelaskan seperti apa media penolak ini yang kemungkinan
merupakan materi partikel kecil. Idenya adalah jika gravitasi Bumi menangkap
Bulan maka Bulan haruslah datang dari jauh yang kemudian menabrak media
penolak ini sehingga memperlambat Bulan dan kemudian secara bertahap bisa
ditangkap oleh orbit bumi. Seperti pelompat bungee jumping dari jembatan,
mereka turun, naik kembali namun tidak sejauh titik awal, turun kembali dan
begitu seterusnya hinggal posisinya stabil.
Teori Capture Thomas bisa menjelaskan perbedaan kandungan besi
antara Bumi dan Bulan. Jika Bulan terbentuk di tempat lain di Tata Surya
maka komposisinya akan berbeda dengan komposisi Bumi. Kelemahan besar
Teori Capture adalah tidak adanya penjelasan mengenai media penolak bagi
obyek sebesar Bulan sehingga tidak menabrak Bumi.
d. Teori Tabrakan Raksasa
Pada tahun 1974 sebuah hipotesis baru memulai debutnya di panggung
dunia ilmiah. Para pendukungnya menyebutnya dengan nama Teori
Tumbukan Raksasa. Ide dasarnya adalah bahwa sekitar 4,5 miliar tahun yang
lalu Bumi bertabrakan dengan obyek seukuran planet Mars saat ini. Ini adalah
tabrakan yang sangat besar. Dan tabrakan ini begitu besar sampai
menyebarkan materi hasil tumbukan ke orbit di sekitar Bumi. Materi-materi
yang tersebar di sekitar orbit Bumi kemudian saling terikat oleh gravitasi, dan
membentuk Bulan. Sebagian dari bagian Bumi mencair karena panas akibat
tabrakan.
III. Gerak Edar Bulan
Gerak edar bulan terdiri dari 3 gerakan sekaligus: gerak rotasi yaitu gerakan
bulan mengelilingi porosnya sendiri, gerak revolusi yaitu gerakan bulan mengelilingi
bumi, dan gerak bulan mengelilingi matahari bersama-sama dengan bumi Meskipun
melakukan 3 gerakan sekaligus, tetapi kala rotasi bulan sama dengan kala revolusinya.
Sekali bulan mengelilingi bumi, sekali pula bulan mengelilingi porosnya, sehingga
bagian bulan yang menghadap bumi selalu sama.
Bulan mengedari bumi dalam kurun satu bulan. Selama gerakannya sudut
antara matahari, bulan dan bumi selalu berubah. Perubahan itu menyebabkan
perubahan bentuk (fase) bulan jika dilihat dari bumi. Fasenya berubah dari bentuk
bulan sabit, setengah penuh sampai bulat. Jika bulan berada dalam kedudukan
terdekat dengan matahari, muka yang menghadap ke arah kita tampak gelap.
Kedudukan bulan saat itu berada antara bumi dan matahari. Itulah bulan baru atau
bulan muda.
Dari kedudukan bulan muda, bulan beredar ke arah kuartir pertama. Bulan
tampak seperti cakram karena separuh bagian bulan yang menghadap bumi mendapat
cahaya matahari. Mula-mula bulan tampak seperti sabit, makin lama besar sampai
setengah cakram yang sebetulnya merupakan seluruh bola bulan. Dari kuartir pertama
bulan menuju ke kuartir kedua atau bulan purnama. Bulan tampak sebagai piring
bundar yang cemerlang karena seluruh bagian bulan yang menghadap bumi mendapat
cahaya matahari. Pada saat itu bumi berada antara bulan dan matahari. Sebetulnya
yang kita lihat ini separuh dari bola bulan. Dari bulan purnama, bulan menuju ke
kuartit ketiga. Keadaannya sama dengan kuartir pertama, tetapi yang kelihatan adalah
setengah cakram yang sebelah lagi dari bagian bulan yang menghadap ke bumi.
Selanjutnya bulan kembali ke bulan baru lagi. Bulan mengecil atau mati, maka juga
disebut bulan mati. Akhirnya setelah bulan baru terbentuk maka urutan seperti tadi
diulanginya lagi.
Waktu yang diperlukan dari bulan mati sampai bulan baru ialah 29½ hari.
Bulan mengedari bumi dan berputar pada sumbunya dalam waktu yang sama, yaitu
27,3 hari. Setiap hari, bulan menjalani derajat = 13,2o dari garis edarnya. Karena
arahnya sama dengan arah revolusi dan rotasi bumi, maka bulan setiap hari
ketinggalan 13,2o atau 13,2 x 4 menit = 52,8 menit (rotasi bumi setiap 1o ditempuh
dalam waktu 4 menit). Akibatnya, setiap hari kita selalu melihat bulan terbit terlambat
52,8 menit dari malam sebelumnya.
Ada dua jenis bulan yang berbeda yang diakui oleh para ahli perbintangan,
yaitu bulan sinodis dan bulan sideris. Jeda dari suatu bulan baru sampai bulan baru
berikutnya pada bulan sinodis adalah 29 hari, tetapi ini bukan waktu yang diperlukan
bulan untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi bumi. Bulan menjadi terlambat
karena gerak bumi mengelilingi matahari yang membawa bulan kurang lebih jarak
sekeliling orbitnya antara bulan-bulan sinodis. Periode orbit bulan dikenal sebagai
bulan sideris, lamanya 27 hari. Oleh karena itu, bulan ini hampir dua hari lebih
pendek daripada bulan sinodis. Karena bulan secara gravitasional terikat pada bumi,
maka bulan berotasi pada sumbunya selalu dalam waktu satu bulan sideris.
IV. Fase-Fase Bulan
Fase bulan adalah perubahan bentuk bulan di lihat dari bumi. Fase-fase bulan tersebut
adalah fase bulan baru, kuartir pertama, bulan purnama,kuartir ketiga, kuartir keempat.
Bulan tampak oleh mata karena memantulkan cahaya matahari. Buntuk bulan yang terlihat
oleh bumi selalu berubah setiap hari. Mulai dari tidak nampak, kemudian muncul bulan sabit
dan akhirnya berubah menjadi bulan purnama pada hari ke-14 atau ke-15. Bulan Purnama
mengecil kembali menjadi bulan sabit dan hilang pada hari ke-29 atau ke-30. Fase bulan
berulang setiap 29 hari (bulan sinodis/komariah). Berikut adalah fase-fase bulan :
1. Fase Bulan Baru
Pada fase ini bulan berada di antara bumi dan matahari. Hanya sisi belakang bulan
yang mendapat cahaya matahari. Sisi bulan yang menghadap bumi sama sekali tidak
mendapat cahaya matahari. Akibatnya bulan tidak nampak dari bumi.
2. Kuatrir Pertama 7 3/8 hari
Bulan, Bumi, dan Matahari berada pada posisi tegak lurus. Hanya setengah
permukaan bulan yang menghadap bumi yang mendapat cahaya matahari, sedangkan
setengah lainnya tidak. Bulan tampak setengah cakram sebelah kanan. Antara bulan
baru dan kuartir pertama bulan tampak sebagai bulan sabit.
3. Bulan Purnama 14 3/4 hari
Bulan, Bumi, dan matahari terletak segaris dengan bumi berada di tengah . Permukaan
bulan yang menghadap bumi semuanya mendapat cahaya matahari. Bulan nampak
dari bumi berupa lingkaran utuh.
4. Kuartir Ketiga 22 1/8 hari
Bulan, Bumi dan Matahari berada dalam posisi tegak lurus. Hanya setengah
permukaan bulan yang menghadap bumi yang mendapat cahaya matahari. Bulan
nampak setengah cakram sebelah kiri. Antara bulan purnama dan kuartir ketiga ,
bulan nampak sebagai bulan sabit.
5. Kuartir ke empat 28 1/2 hari
Dikuartir ke empat bulan menjadi bulan baru. Bulan sinodis yang berpatokan pada
fase bulan dijadikan standar perhitungan kalender islam yang dikenal sebagai kalender
hijriaya.
DAFTAR PUSTAKA
Bayong, Dkk. 2009. Ilmu kebumian dan Antariksa. Bandung: Pascasarjana UPI
Hartono, Skk. 2007. Geografi Jelajahi Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra Praya
Wijaya, A F C. 2010. Gerak Bumi Dan Bulan. Jayapura: Digital Learning Study

Anda mungkin juga menyukai