Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IPBA

BULAN

OLEH:

KELOMPOK : XIII (TIGA BELAS)

KELAS : FISIKA DIK-B 2015

NAMA : INDAH NURFIANI NIM: 4152121022

JELITA SIRAIT NIM: 4151121032

JULIA MAYSARAH ROSHA NIM: 4151121030

DOSEN PENGAMPU : Dr. DERLINA, M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini membahas
mengenai bulan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 23 September 2017

Penyusun

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
1.4 Manfaat Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bulan 2
2.2 Gerak Edar Bulan 3
2.3 Fase Bulan 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam sistem Tata Surya tidak setiap Planet memiliki satelit. Planet Yupiter merupakan
planet yang paling banyak memiliki satelit, yaitu 17 satelit, kemudian Saturnus 9 satelit, Uranus
5 satelit, Neptunus 2 satelit, Mars 2 satelit, dan Bumi memiliki 1 satelit.

Satelit Bumi bernama Bulan atau Luna. Di antara satelit-satelit planet, Bulan banyak
memengaruhi gejala alam di Bumi, misalnya pasang surut air laut. Jarak antara Bulan dengan
Bumi adalah 384 x 103 km, diameternya 0,27 kali diameter Bumi (3.476 km), densitas (massa
jenis) Bulan 3,33 g/cm, dan gravitasinya 0,17 kali gravitas Bumi. Bidang orbit Bulan miring
dengan sudut 5,1 derajat terhadap bidang ekliptika (bidang orbit Bumi).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu bulan?
2. Bagaimana bulan berevolusi?
3. Apa yang dimaksud dengan bulan sideris dan sinodis?
4. Bagaimana fase bulan?
1.3 TUJUAN PENULIS
1. Mengetahui apa itu bulan
2. Menjelaskan bulan berevolusi
3. Menganalisis bulan sideris dan sinodis
4. Mendeskripsikan fase bulan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BULAN

Bulan merupakan benda angkasa anggota tata surya yang paling dekat dengan bumi. Bulan
adalah satelit bumi oleh karena itu bulan selalu beredar mengelilingi bumi. Pada tahun 1609,
setahun setelah penemuan teleskop, Galileo Galilei mempergunakan teropong untuk
mempelajari bulan. Ia melihat wilayah yang terang dipermukaan bumi merupakan dataran
tinggi kasar sedangkan wilayah yang lebih gelap ternyata dataran rendah yang rata.

Menurut Dirdjosoemarto,S.,dkk. (1991: 405) permukaan Bulan terdiri dari bagian-bagian


yang disebut:

1). Terra, yaitu daerah terlihat terang, ditaburi kawah.


2). Marta, yaitu daerah gurun batuan gelap yang diselubungi lava basah, hanya sedikit
terdapat kawah.
3). Lembah, terdapat banyak lembah sempit (riil) ada yang memanjang hingga 100 km.
4). Gunung, ada yang mencapai ketinggian 8.000 m.
5). Kawah, diduga jumlahnya mencapai 40.000 dengan diameternya antara 2 200 km.
Kawah ini kemungkinan berasal dari kegiatan vulkanis dan tumbukkan meteorit.

Menurut Hidayat,B.(1978: 46-50), muka Bulan yang menghadap ke Bumi selalu sama.
Separuh lagi tidak pernah berhadapan dengan Bumi. Jadi rupa Bulan yang kita saksikan
hanyalah bagian Bulan yang menghadap Bumi saja. Rupa permukaan Bulan yang menghadap
ke Bumi semakin jelas terlihat setelah diambil gambarnya dari jarak dekat, misalnya oleh
pesawat antariksa Apollo. Ternyata ada 5 bagian-bagian Bulan yang kelihatan agak gelap,
halus, dan datar. Bagian ini sering dianggap sebagai laut atau maria. Yang dulu disangka laut
ini sebenarnya hanyalah dataran yang kering dan halus permukaannya. Selain maria terlihat
pula kawah kawah, ada yang mengatakan bahwa kawah (kepundan) ini terjadi karena
vulkanisme. Akan tetapi kemungkinan besar karena tabrakan meteorit karena di Bulan tidak
memiliki atmosfer. Bulanpun mempunyai barisan-barisan pegunungan dan dataran tinggi.
Perhatikan perbedaan rupa permukaan bulan yang terlihat dalam teropong dari Bumi (gambar
1) dan permukaan Bulan yang diambil dari jarak dekat (gambar 2) di bawah ini.

2
(gambar 1) Rupa permukaan Bulan yang terlihat dalam teropong dari Bumi.

(gambar 2) Rupa permukaan Bulan (foto) yang diambil dari jarak dekat.

Jarak rata-rata antara bumi dengan bulan adalah 400.000 km. Dibandingkan jarak
dengan jarak bumi dengan bintang, jarak bulan sebenarnya dekat sekali. Bulan mengelilingi
bumi dalam waktu 27,3 hari untuk satu kali perputaran seperti benda angkasa lainnya bulan
juga berbentuk bola. Massanya sebesar 8,2 x 1011 kg, kira-kira 1/81 massa bumi dan
diameternya kira-kira kali diameter bumi. Besar bulan adalah 2 x 1025 cm3, kira-kira 1/50
besar bumi. Percepatan gravitasi bulan adalah 1/6 percepatan gravitasi bumi.

2.2 GERAK EDAR BULAN

Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus. Pertama Bulan mengelilingi sumbunya sendiri
atau gerakan rotasi; kedua, Bulan mengelilingi Bumi atau revolusi bulan; dan ketiga, bersama-
sama dengan Bumi, Bulan itu mengelilingi matahari. Meskipun mempunyai tiga gerakan
sekaligus, ternyata kala rotasi Bulan sama dengan kala revolusinya sehingga bagian Bulan yang

3
menghadap ke Bumi selalu sama. Sebagaimana Bumi, Bulan pun tidak mempunyai cahaya
sendiri. Cahaya Bulan yang sering kita saksikan adalah cahaya Matahari yang dipantulkannya.

Bidang orbit bulan mengelilingi bumi berubah eliips dan membentuk sudut 5 derjat
terhadap bidang orbit bumi mengelilingi matahari (ekliptika). Salah satu sifat unik dari bulan
adalah kala rotasinya sama dengan kala revolusinya. Hal ini menyebabkan wajah bulan yang
kelihatan dari bumi selalu sama.

(Gambar 3) Orbit Bulan

Sementara berevolusi, bulan juga berputar pada porosnya dengan kecepatan tertentu
(rotasi). Ini membuktikan, bahwa hanya bagian bulan yang sama saja yang tampak dari bumi.

(Gambar 4) Revolusi Bulan

4
Sebenarnya yang tampak dari bumi itu tidak tepat setengah permukaan bulan,
melainkan lebih sedikit. Penyebabnya adalah peristiwa yang dinamakan librasi bulan. Jenis
librasi bulan, antara lain:

a. Librasi lintang, dengan librasi lintang dimaksudkan seakan-akan bulan mengangguk,


sekali waktu tampak ubun-ubunnya dan pada waktu lain dagunya tampak.
b. Librasi bujur, dalam hal ini, bulan seakan-akan menggelengkan kepala, sekali waktu
tampak telinga kanannya dan waktu lain telinga kirinya. Lintasan bulan mengelilingi
bumi berbentuk ellips dan bumi terletak pada salah satu titik api (fokus) ellips itu.
c. Librasi paralak, kesan ini diperoleh, jika orang mengamati bulan dari dua titik yang
berbeda di bumi. Belahan bulan yang kelihatan oleh orang di Tokyo (belahan bumi
Utara), berbeda dengan belahan yang tampak dari Melbourne (belahan bumi Selatan),
berarti beda lihat.
Bulan Sideris dan Bulan Sinodis

Ada dua jenis bulan yang berbeda yang diakui oleh para ahli perbintangan, yaitu bulan
sinodis dan bulan sideris.

Waktu Bulan sinodis adalah waktu yang diperlukan bulan untuk mengelilingi bumi
sebanyak 1 rotasi penuh ( 360 derajat) relatif terhadap matahari yang ditandai oleh berulangnya
1 fase bulan ( Fase suatu bulan purnama ke bulan purnama lain). Sedangkan waktu bulan
sideris adalah waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengelilingi bumi relatif dengan bintang
lain selain matahari.

Jeda dari suatu bulan baru sampai bulan baru berikutnya pada bulan sinodis adalah 29 hari,
tetapi ini bukan waktu yang diperlukan bulan untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi
bumi.

5
(Gambar 5) Perbedaan Bulan Sideris dan Sinodis

Bulan menjadi terlambat karena gerak bumi mengelilingi matahari yang membawa bulan
kurang lebih jarak sekeliling orbitnya antara bulan-bulan sinodis.
Periode orbit bulan dikenal sebagai bulan sideris, lamanya 27 hari. Oleh karena itu, bulan ini
hampir dua hari lebih pendek daripada bulan sinodis. Karena bulan secara gravitasional terikat
pada bumi, maka bulan berotasi pada sumbunya selalu dalam waktu satu bulan sideris.

2.3 FASE BULAN

Menurut Tjasyono,B.HK.(2006:40-42) bidang orbit Bulan miring dengan sudut 5,10 ( 50)
terhadap bidang ekliptika. Fasa atau bentuk Bulan tergantung pada posisinya relatif terhadap
Bumi dan Matahari. Perhatikan (gambar 3) berikut ini.

(Gambar 3) Fasa Bulan ketika berevolusi terhadap Matahari

Dari kedudukan bulan muda (fasa bulan muda), Bulan berada dalam konjungsi
(konjuction), yaitu Bulan berada antara Bumi dan Matahari yang pada waktu ini hanya sisi
Bulan yang menjauhi Bumi disinari Matahari. Bulan beredar ke arah perempatan atau kwartir
pertama, yaitu titik B. Separuh bagian Bulan yang menghadap Bumi mendapat cahaya
Matahari, karena itu kita dapat melihat Bulan setengah cakram atau piring. Begitu
meninggalkan fasa bulan muda Bulan mulai kelihatan. Mula-mula seperti sabit, makin lama
makin besar dan sampai setengah cakram. Yang setengah cakram ini sebenarnya seperempat
dari seluruh bola Bulan. Pada waktu ini hanya sisi Bulan yang menjauhi Bumi disinari
Matahari, dan fasa Bulan adalah bulan baru. Oleh karena itu bulan tampak di atas horison hanya
pada siang hari dan masih tampak gelap

6
Fase bulan adalah perubahan bentuk bulan di lihat dari bumi. Fase-fase bulan tersebut
adalah fase bulan baru, kuartir pertama, bulan purnama,kuartir ketiga, kuartir keempat. Bulan
tampak oleh mata karena memantulkan cahaya matahari. Buntuk bulan yang terlihat oleh bumi
selalu berubah setiap hari. Mulai dari tidak nampak, kemudian muncul bulan sabit dan akhirnya
berubah menjadi bulan purnama pada hari ke-14 atau ke-15. Bulan Purnama mengecil kembali
menjadi bulan sabit dan hilang pada hari ke-29 atau ke- 30. Fase bulan berulang setiap 29 hari
(bulan sinodis/komariah). Berikut adalah fase-fase bulan :

1. Fase Bulan Baru


Pada fase ini bulan berada di antara bumi dan matahari. Hanya sisi belakang bulan yang
mendapat cahaya matahari. Sisi bulan yang menghadap bumi sama sekali tidak
mendapat cahaya matahari. Akibatnya bulan tidak nampak dari bumi.
2. Kuatrir Pertama 7 3/8 hari
Bulan, Bumi, dan Matahari berada pada posisi tegak lurus. Hanya setengah permukaan
bulan yang menghadap bumi yang mendapat cahaya matahari, sedangkan setengah
lainnya tidak. Bulan tampak setengah cakram sebelah kanan. Antara bulan baru dan
kuartir pertama bulan tampak sebagai bulan sabit.
3. Bulan Purnama 14 3/4 hari
Bulan, Bumi, dan matahari terletak segaris dengan bumi berada di tengah . Permukaan
bulan yang menghadap bumi semuanya mendapat cahaya matahari. Bulan nampak dari
bumi berupa lingkaran utuh
4. Kuartir Ketiga 22 1/8 hari
Bulan,Bumi dan Matahari berada dalam posisi tegak lurus. Hanya setengah permukaan
bulan yang menghadap bumi yang mendapat cahaya matahari. Bulan nampak setengah
cakram sebelah kiri. Antara bulan purnama dan kuartir ketiga , bulan nampak sebagai
bulan sabit.
5. Kuartir ke empat 28 1/2 hari
Dikuartir ke empat bulan menjadi bulan baru. Bulan sinodis yang berpatokan pada fase
bulan dijadikan standar perhitungan kalender islam yang dikenal sebagai kalender
hijriayah.

7
8
BAB III

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
1. Bulan merupakan benda angkasa anggota tata surya yang paling dekat dengan bumi.
Bulan adalah satelit bumi oleh karena itu bulan selalu beredar mengelilingi bumi.
2. Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus. Pertama Bulan mengelilingi sumbunya
sendiri atau gerakan rotasi; kedua, Bulan mengelilingi Bumi atau revolusi bulan, dan
ketiga, bersama-sama dengan Bumi, Bulan itu mengelilingi matahari.
3. Waktu Bulan sinodis adalah waktu yang diperlukan bulan untuk mengelilingi bumi
sebanyak 1 rotasi penuh ( 360 derajat) relatif terhadap matahari yang ditandai oleh
berulangnya 1 fase bulan ( Fase suatu bulan purnama ke bulan purnama lain).
Sedangkan waktu bulan sideris adalah waktu yang dibutuhkan bulan untuk
mengelilingi bumi relatif dengan bintang lain selain matahari.
4. Fase bulan adalah perubahan bentuk bulan di lihat dari bumi. Fase-fase bulan tersebut
adalah fase bulan baru, kuartir pertama, bulan purnama,kuartir ketiga, kuartir keempat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dirdjosoemarto, Soendjojo, dkk.. (1991). Pendidikan IPA 2, Buku II. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi

Hidayat, Bambang, dkk., (1978). Bumi dan Antariksa 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Tjasyono, B. HK.. (2006). Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bekerja Sama dengan Program Pascasarjana UPI.

http://www.pustakapedia.net/2016/03/perbedaan-bulan-sideris-dan-bulan-sinodis.html

10

Anda mungkin juga menyukai