Disusun Oleh:
Kelas 4A
Dosen Pengampu:
PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS RIAU
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat rahmat Serta
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai “Aplikasi
Termodinamika Pada Turbin Angin” ini dengan tepat waktu dan sebaik mungkin.
Sholawat beserta salam semoga tercurah pada Nabi junjungan alam yakni Nabi
Muhammad SAW. Dan tak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada ibu
Dra. Hj. Zulhelmi, M.Pd selaku dosen mata kuliah Termodinamika yang telah
membimbing saya selama proses pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Termodinamika oleh ibu Dra. Hj. Zulhelmi, M.Pd, serta bertujuan untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terkait Aplikasi Termodinamika
dalam kehidupan sehari-hari yakni salah satunya pada Turbin Angin. Dalam
penulisan makalah ini, saya menyadari masih ada begitu banyak kesalahan dan
kekurangan baik itu dalam segi penulisan atau pun dalam segi isi dan
pembahasan. Oleh karena itu, saya berharap pembaca bisa memberikan kritik dan
saran yang membangun guna memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut Putranto, dkk (2011:19) matahari meradiasikan sekitar 1,74 x
1014 kW jam energi ke bumi setiap jamnya dan bumi menerima daya 1,74 x
1017 watt. Kemudian energi tersebut diubah menjadi bentuk energi angin
kurang lebih antara 1-2%. Hal ini menunjukkan bahwa energi angin
berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah menjadi
biomassa oleh seluruh tumbuhan yang ada dimuka bumi.
Sedangkan jika dilihat dari segi proses terbentuknya aliran angin
tersebut, hal ini dikarenakan panas matahari membuat udara memuai. Udara
yang memuai akan memiliki massa jenis yang lebih ringan sehingga ia akan
naik ke atas. Ketika hal itu terjadi, maka sebenarnya udara mengalami
penuruan tekanan dan membuat udara di sekitarnya juga mengalir ke tempat
yang bertekanan rendah.
Pada akhirnya udara akan menyusut dan menjadi lebih berat hingga
turun ke atas permukaan tanah. Di atas tanah tersebut udara akan menjadi
panas kembali dan berulanglah fenomena di atas. Aliran naiknya udara panas
dan turunnya udara dingin tersebut diakibatkan oleh perpindahan panas secara
konveksi (Putranto, dkk 2011:18). Selain itu kondisi aliran angin seperti yang
dijelaskan sebelumnya juga dipengaruhi oleh dua faktor yakni medan atau
permukaan bumi yang dialiri oleh aliran angin tersebut dan temperatur bumi.
Berdasarkan penjelasan tersebut sudah dapat dipastikan bahwa energi
angin akan terus berdaur ulang dan tidak akan pernah habis. Hal inilah yang
menjadikan energi angin menjadi salah satu rujukan energi terbarukan
terutama di Indonesia. Hal ini menunjukkan memang benar adanya bahwa
Indonesia memiliki peluang besar untuk pengembangan turbin angin
khususnya dalam urusan pembangkit listrik tenaga angin. Oleh karena itu,
sangat penting bagi generasi muda Indonesia khususnya pelajar dan
mahasiswa untuk mengembangkan dan meningkatkan terus pemahaman akan
turbin angin itu sendiri sebagai salah satu alat konversi energi angin. Hal itu
dapat dimulai dari pemahaman awal mula adanya turbin angin, makna dari
turbin angin itu sendiri, klasifikasi, prinsip kerja, siklus, cara perawatan,
hingga tahapan perkembangan turbin angin dari masa ke masa.
2
Hal ini ditujukan agar ke depan mampu memberikan insipirasi dan
inovasi untuk terus mengembangkan turbin angin sabagai salah satu mesin
konversi energi yang efektif dan efisien. Melihat keterangan-keterangan
sebelumnya bahwa ke depan sudah dapat dipastikan energi angin pun akan
menjadi primadona energi terbarukan di dunia. Tidak hanya ditingkat dunia,
tetapi di wilayah Indonesia pun dengan dimulainya proyek-proyek
pembangunan tentang pemanfaatan turbin angin secara otomatis harapan
pemerintah ke depan hal ini dapat terus berkembang pula seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
Kecepatan rotasi turbin angin biasanya antara 40-400 rpm (rotasi per menit)
sedangkan untuk menghasilkan listrik kita membutuhkan 1200-1800 rpm.
Turbin angin dipasang di atas struktur menara tinggi (biasanya di atas
80 m) untuk dapat beroperasi pada ketinggian yang diperlukan. Turbin angin
memanfaatkan aliran angin pada ketinggian yang lebih tinggi karena
kecepatannya yang lebih tinggi dan lebih konstan (karena pengaruh
penurunan drag). Listrik dihasilkan ketika baling-baling pada turbin angin
diputar oleh aliran angin, yang membuat rotor berputar. Rotor mentransfer
kekuatan ke generator (melalui gear box) yang pada gilirannya
mentransmisikan daya yang telah dikonversi ke sebuah transformator dan
akhirnya ke jaringan grid. Sebuah turbin angin komersial dapat menghasilkan
daya listrik berkisar antara 1,5-7 MW, tergantung pada ukuran, desain, dan
aliran angin di lokasinya dipasang.
Turbin angin biasa didirikan di darat (dikenal sebagai turbin angin
darat) maupun di laut (turbin angin lepas pantai). Turbin angin darat memiliki
kelebihan yakni biaya instalasi yang murah dibandingkan turbin angina lepas
pantai. Namun, turbin angin lepas pantai memiliki keuntungan dari segi
hembusan angin yang lebih konstan, karena banyak ditemukan di laut. Selain
itu, juga memungkinkan untuk dipasang dengan kapasitas yang lebih besar.
Pada skala produksi yang besar, turbin angin listrik diinstal dalam
bentuk ladang angin. Ladang angin besarnya dapat mencapai beberapa mil
persegi dan terdiri dari beberapa ratus turbin angin. Ladang angin yang
terletak di darat disebut ladang angin darat dan ladang angin yang diletakkan
di laut disebut ladang angin lepas pantai. Lokasi turbin angin yang terbaik
adalah yang memiliki hembusan konstan, kecepatan angin yang non-turbulen
minimal 10 m/h (16km/h), dan terletak di dekat sebuah sistem transmisi.
Sebelum membangun ladang angin, biasanya dilakukan pemamtauan
angina kurang lebih selama satu tahun. Pengukuran dilakukan pada tempat
dan ketinggian yang berbeda. Data yang dikumpulkan akan menentukan
desain, ketinggian, lokasi turbin angin di ladang angin, dan jarak antar turbin
angin. Sebuah gardu juga diperlukan di lokasi tersebut, tempat semua listrik
yang dihasilkan dari turbin angin individu (tegangan menengah) dikumpulkan
5
dan ditransmisikan dalam sistem transmisi lokal (ditransformasikan ke
tegangan tinggi).
6
Namun, perlu diketahui bahwa turbin memiliki beberapa jenis
dengan karakter yang berbeda-beda, oleh karena itu faktor daya sebagai
fungsi TSR untuk setiap jenis turbin juga berbeda-beda. Menurut Dewi
(2010:19) hal ini berhubungan dengan teori momentum Elementer Betz.
Albert Betz merupakan aerodinamikawan asal Jerman yang telah
memperkenalkan teori tentang turbin angina. Menurut Betz dalam buku
karangannya yang berjudul “Die Windmuhlen im Lichte neurer
Forschung. Die Naturwissenschaft.” (1927), ia berasumsi bahwa suatu
turbin mampu memiliki sudu-sudu yang tak terhingga jumlahnya dan
tanpa hambatan. Selain itu, ia juga mengasumsikan bahwa aliran udara di
depan dan di belakang rotor memiliki kecepatan yang seragam (aliran
laminar).
Menurut sistem konversi energi angin, energi mekanik turbin
hanya dapat diperoleh dari energi kinetik yang tersimpan dalam aliran
angin. Hal menandakan bahwa tanpa adanya perubahan aliran masssa
udara, kecepatan angin di belakang turbin hasrus mengalami penurunan.
Kemudian pada saat yang bersamaan luas penampang yang dilewati
angin haruslah lebih besar, sesuai dengan persamaan kontinuitas.
Perhatikan gambar berikut.
7
1
PT = ρ ¿
2
Sedangkan persaman kontinuitas adalah sebagai berikut.
A 1 v 1= A 2 v 2 (1.6)
Sehingga,
1
PT = ρ A 1 v 1(v 12−v22 ) (1.7)
2
1 2 2
PT = m(v 1 −v 2 ) (1.8)
2
Berdasarkan persamaan di atas maka disimpulkan bahwa untuk
mendapat daya mekanik maksimum, v 2 harus bernilai nol tetapi pada
kenyataan hal itu tidaklah mungkin. Sehingga untuk mendapatkan daya
maksimum, maka diperlukan suatu nilai perbandingan rasio antara v1 dan
v 2. Rasio tersebut didapatkan dari sautu persamann yang menunjukkan
daya mekanik turbin. Gaya yang bekerja pada turbin menurut gambar
sebelumnya adalah
F T =m( v 1−v2 ) (1.9)
Maka daya turbin adalah
PT =FT v=m(v 1−v 2 ) v (1.10)
Jika persamaan 1.8 dan 1.10 digabungkan, maka akan menjadi
1
m ( v 12−v 22) =m(v 1−v 2 ) v
2
1
m(v 1 + v 2)( v1 −v 2 )=m(v 1 −v 2 )v
2
1
m (v 1+ v 2)(v 1−v 2)
2
v=
m(v 1 −v 2 )
1
v= ( v 1+ v 2) (1.11)
2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa aliran pada turbin
sebanding dengan v1 dan v 2. Sehingga persamaan aliran massa angin pun
berubah menjadi:
1
m=ρvA= ρA (v 1 +v 2 ) (1.12)
2
8
Daya mekanik turbin menjadi:
1 2 2
PT = m(v 1 −v 2 )
2
1 1
PT = ( ρA( v 1 +v 2 ))( v 12−v 22 )
2 2
1 2 2
PT = ρA ( v 1 −v 2 )( v 1 +v 2 ) (1.13)
4
Kemudian perbandingan daya turbin dan daya angin disebut
sebagai factor daya (Cp), berikut persamaannya.
1
ρA (v 12−v 22 )(v 1 + v 2)
P 4
C p= T = (1.14)
Pw 1
ρA v 3
2
v1 1
Faktor daya dapat diperoleh maksimum jika = yang
v2 3
menghasilkan nilai sebesar 0,593. Meski asumsi ideal tetap dipertahankan
dalam arti aliran dianggap tanpa gesekan dan daya keluaran dihitung tanpa
mempertimbangkan jenis turbin, maka daya maksimum yang dapat
diperoleh dari energi angin hanya sebatas 0,593 yang artinya kurang lebih
hanya sekitar 60% saja daya angin yang dapat dikonversi menjadi daya
mekanik. Angka ini kemudian dijadikan sebagai factor Betz. Selain
digunakan pada mesin turbin angina, fator Betz juga digunakan pada
mesin carnot untuk mesin-mesin termodinamika.
Mengingat kembali bahwa pada pembahasan sebelumnya juga
menyatakan bahwa faktor daya merupakan fungsi dari TSR, maka sangat
perlu juga membahas tentang TSR tersebut. TSR atau Tip Speed Ratio
adalah perbandingan kecepatan ujung rotor terhadap kecepatan angin
bebas (Putranto, dkk, 2011:25). Pada kecepatan angin nominal tertentu
TSR akan berpengaruh pada kecepatan putar rotor. Turbin pada tipe lift
akan memiliki TSR yang relatif lebih besar dibandingkan dengan turbin
angin tipe drag. Berikut dalah persamaan TSR yang perlu diketahui.
ωR
λ= (1.15)
vw
Dengan:
9
λ = TSR
ω = kecepatan sudut turbin (rad/s)
R = jari-jari turbin (m)
v w= kecepatan angin (m/s)
Selain persamaan tersebut TSR juga dapat dihitung dengan
persamaan berikut.
bladetip speed
λ= (1.16)
vw
Blade tip speed adalah kecepatan ujung blade, yang memiliki
persamaan berikut.
n. π . D
blade tip speed = (1.17)
60
Dengan D adalah diameter turbin.
Faktor daya sebgai fungsi TSR pastilah memiliki perbedaan antara
satu turbin dengan lainnya. Hal ini karena begitu banyak macam turbin
angin denga tipe dan karakteristik yang berbeda. Berikut gambar garafik
factor daya dan TSR.
10
Sudu atau rotor pada turbin angin berfungsi untuk menghasilkan
putaran akibat gaya angin yang nantinya akan menggerakkan poros
turbin dan poros generator. Akibat pergerakan poros-poros tersebut maka
energi angin akan dikonversikan menjadi energi listrik. Permukaan sudu
turbin diusahakan memiliki tingkat kekerasan yang cukup baik sehingga
gaya lift yang dihasilkan tinggi. Bagian pangkal sudu dicengkeram oleh
hub dan diperkuat dengan baut. Sedangkan untuk jari-jari sudu
merupakan jarak dari sudu dari permukaan poros rotor hingga ujung dari
sudu.
11
lebih rendah dari turbin-turbin tipe HAWT. Hal ini dikarenakan adanya
variasi kecepatan angin yang meningkat seiring dengan naiknya ketinggian.
Namun, turbin jenis VAWT ini akan lebih menunjukkan keunggulan jika
dibuat dalam skala kecil karena variasi angin terhadap ketinggian kecil.
12
a. Blade (Baling-baling/sudu)
Rotor turbin angin terdiri atas baling-baling berfungsi untuk
menerima energi kinetik dari angin dan merubanya menjadi energi
mekanik putar pada poros penggerak. Pada setiap turbin memiliki
jumlah sudu yang bermacam-macam. Ada yang berjumlah satu, dua,
tiga, bahkan lebih dari itu.
b. Rotor Hub
Merupakan bagian dari rotor yang berfungsi untuk
menghubungkan sudu atau baling-baling dengan poros utama.
c. Pitch (Kontrol Pitch Sudu)
Bagian yang dapat dikatakan sebagi pengontrol kecepatan rotor
dan menjaga rotor berputar dalam angin baik angin yang terlalu tinggi
ataupun rendah. Lebih tepatnya mengatur posisi sudut serang pada
sudu turbin angin ketika angina bertiup pada turbin tersebut.
d. Brake
Fungsi utama brake adalah menjaga putara poros setelah gearbox
agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini
perlu dipasanga karena sebuah generator memiliki titik kerja aman
dalam operasinya. Generator juga akan menghasilkan energy listrik
maksimal pada saat bekerja di titik kerja yang telah ditentukan.
Namun, jika angin berhembus kencang dan diluar dugaan, maka hal
tersebut akan membuat poros berputar kencang. Apabila hal tersebut
tidak diatasi maka akan merusak generator. Dampak dari kerusakan
tersebut adalah, overheat, rotor breakdown, kawat pada generator
putus (Romadoni, 2013)
e. Low speed shaft
Merupakan poros rotor yang berfungsi memindahkan daya dari
rotor ke generator. Pemindahan daya dapat secara langsung ataupun
melalui mekanisme transmisi gearbox. Selain itu juga berfungsi
mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rpm.
f. Gear Box
13
Gear menghubungkan antara poros berkecapatan tinggi dengan
poros berkecepatan rendah. Hal ini dikarenkan rotor hanya mampu
bergerak dengan kecepatan rendah sedangkan generator membutuhkan
kecepatan yang tinggi untuk menghasilkan listrik. Seperti yang
diketahui sebelumnya rotor berkecepatan rendah hanya berputar sekita
30-60 rpm, sedangkan kebutuhan putaran pada generator adalah 1000-
1800 rpm.
g. Generator
Komponen utama dan terpenting dalam turbin angin. Hal ini
dikarenkan fungsinya sebagai pengubah energi mekanik hasil putaran
poros menjadi energi listrik. Alat ini bekerja pada induksi
elektromagnetik untuk menghasilkan tegangan listrik atau arus listrik.
Generator yang sederhana biasa teridiri atas konduktor dan magnet.
Konduktor tersebut biasanya terlilit kawat melingkar. Dalam poros
generator terhubung pada sekumpulan magnet permanen yang
dikelilingi oleh magnet dan salah satu bagiannya berputar relative
terhadap yang lain dan menginduksi konduktor.
h. Controller
Alat pengontrol seluruh kinerja turbin. Alat ini mengontrol turbin
dimulai dari angina dengan kecepatan 8-16 mph dan menutup mesin
pada keceptan angina sekitar 55 mph. alasan penutupan mesin tersebut
karena dengan kecepatan yang melebih 55 mph dapat merusak turbin
angin.
i. Anemometer
Bagian yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur kecepatan
angina, sebagai inputan kepada system control untuk mengendalikan
opersional pada kondisi optimum.
j. Wind Vane (Wind Direction Sensor)
Merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi peruabahan arah
angin. Biasanya juga terhubung dengan yaw drive untuk
menggerakkan turbin sesuai dengan kondisi arah angin yang telah
terdeteksi.
14
k. Nacelle
Bagian yang berbentuk kotak besar yang duduk di menara turbin
angina. Berfungsi sebagai rumah tempat seluruh komponen turbin
angin seperti generator, gear box, controller, kabel, yaw drive, poros,
dll.
15
gelombang DC. Sedangkan inverter berarti pembalik. Ketika dyaa dari
penyimpanan baterai atau aki menghasilkan gelombang DC, maka
gelombang itu harus diubah menjadi gelombang AC karena kebanyakan
kebutuhan rumah tangga menggunakan catu daya AC.
16
dlam radian, maka satuan kecepatan sudut adalh radian per sekon (rad/s) atau
putaran per menit (rpm). Jika ingin mengkonversi rpm menjadi rad/s maka
2π
dapat dihitung dengan persamaan ini 1 rpm = 2 rad /s (Dewi, 2010:33)
60
Selain tinggi putaran poros faktor lain yang mempengaruhi daya
adalah besarnya torsi. Torsi merupakan ukuran kuantitatif dari kecenderungan
sebuah gaya yang dapat mengubah gerak rotasi dari suatu benda. Torsi
memiliki hubungan sebanding dengan momen inersia dan percepatan putar
benda. Sehingga dapat dihitung dengan persamaan berikut
τ =Ia (1.18)
Jika torsi tersebut terdapat pada masing-masing partikel, maka hal itu
disebabkan oleh gaya total yang bekerja pada partikel tersebut, sehingga torsi
juga dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut.
v2 R 3
τ= (1.19)
λ2
Sedangkan pada turbin angin, besarnya torsi bergantung pada
kecepatan angina dan sudu turbin. Hal itu dapat dilihat pada persamaan
berikut.
PT =τω (1.20)
Mengetahui bahwa besarnya daya dipengaruhi oleh besar torsi dan tinggi
putaran, maka diperlukan beberapa parameter terkait untuk dapat
menganalisisnya. Sesuai pernyataan sebelumnya bahwa efisiensi turbin
ditunjukkan dalam kurva koefisien daya atau Cp. Namun, Cp itu sendiri
didapatkan dari perbandingan daya mekanik turbin dan daya angin (daya
output). Pada dasarnya Betz hanya membatasi koefisien daya tersebut hingga
59% saja seperti pada HAWTs. Perhatikan gambar berikut.
17
Grafik Betz Limit
P = ½ ρAv³ (1.21)
18
P generator
BHP= (1.24)
ηgenerator
Untuk η generator didapatkan dari persamaan
PL
η= (1.25)
PT
Dengan,
PL = daya beban
PT = daya mekanik turbin
19
Beban Rotor Turbin Angin
Perhatikan kurva torsi rotor pada kecepatan angin 6/m dengan tipe
medium load. Ketika rotor diam untuk kecepatan angin 6 m/s, putaran rotor
akan bergerak dari nol ke rpm dari perpotongan antara dua kurva dan
keseimbangan. Rotor akan menghasilkan torsi mengikuti kurva 6m/s sampai
torsi rotor seimbang dengan torsi beban pada persimpangan. Jadi, dengan
melihat kurva torsi rotor untuk kecepatan bervariasi, perpotongan dari kurva
ini akan membentuk putaran operasi riil dari turbin angin pada kecepatan
angin yang bervariasi.
Bagaimanapun, rotor/torsi beban pada perbedaan kecepatan angin
bukanlah output power yang nyata. Output riil akan menurun kaitannya
dengan kerugian dalam konversi dan komponen mekanis generator. Gambar
diatas juga menampilkan dua beban yang lain, yaitu light dan heavy load.
Light load akan menyebabkan rotor beroperasi pada putaran yang tinggi (tsr
tinggi) yang mengakibatkan tidak maksimalnya efisiensi rotor sedangkan
heavy load menyebabkan rotor berputar pelan (tsr rendah) yang mana tidak
maksimalnya efisiensi rotor.
Hal lain yang terkait dengan unjuk kerja adalah perhitungan torsi.
Dengan memanfaatkan hasil perhitungan BHP maka torsi dapat diketahui
dengan membagi BHP dengan kecepatan sudut, seperti persamaan berikut.
BHP
T= (1.26)
ω
Dimana,
2 πn
ω= rad /s (1.27)
60
Kemudian, dari nilai BHP pun dapat diketahui efisiensi turbin angin
dengan persamaan berikut.
BHP
η= (1.28)
P input
20
Perawatan dan pembaharuan dilakukan di beberapa bagian, seperti di
bagian kincir, atau atap. Bagian kincir perlu diperbaharui setiap 30 tahun,
bagian atap setiap 60 tahun dan bagian yang berbahan dasar kayu harus
diganti setiap 10-20 tahun. Maka dari itu perawatan pada kincir angin
terbilang cukup mahal karena harga setiap komponen sangat mahal.
Walaupun begitu kita juga bisa mengontrol secara periodik komponen
penting yang lainnya seperti generator, controller, gear box dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Turbin angin adalah sebuah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik, turbin angin juga digunakan untuk
mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat dengan menggunakan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Sejarah turbin angin pertama
kali digunakan untuk pembangkit listrik, tetapi saat ini pembangkit listrik dari
turbin angin dianggap tidak ekonomis kecuali untuk negara berpenduduk
jarang.
Klasifikasi turbin angin secara umum dibagi menjadi dua, yakni:
turbin angina sumbu horizontal dan tubin angina sumbu vertical. Sedangkan
berdasarkan gaya aerodinamis pada rotor dibagi dua, yakni: rotor lift dengan
memanfaatkan gaya angkat atau gaya lift, dan rotor drag yang memanfaatkan
gaya tekan. Turbin TASH dibagi atas banyaknya sudu memiliki empat jenis
yaitu: satu sudu, dua sudu, tiga sudu, dan multi sudu. Sedangkan konstruksi
berdasarkan arah angina di bagi menjadi dua: turbin TASH up win (melawan
arah angina), dan turbin TASH down win (searah angina). Turbin TASV
dibagi menjadi 3 savonius, darieus, dan rotor H.
21
Prinsip kerja turbin angina pada intinya mengubah energi kinetik
angina menjadi energi mekanik pada poros turbin, ditransfer menjadi energi
listrik oleh generator. Instalasi pemasangan turbin angina ada 5, yakni:
merencanakan turbin, memasang poros dan jari-jari sumbu vertical,
memasang magnet sumbu vertical, menyelesaikan turbin, dan memasang
komponen-komponen listrik pada turbin.
Ada beberapa teori dasar turbin angina yaitu sistem konversi energi,
gaya aero dinamis, mekanika fluida, desain aerofil. Efisiensi tubin di
pengaruhi oleh kurva koefisien daya (Cp). Besarnya (Cp) digunakan untuk
menentukan daya angina. Daya angina di pengaruhi oleh tinggi putaran poros
dan besarnya torsi. Selain itu dalam menentukan efisiensi juga menggitung
BHP (Brake Hourse Power). BHP merpakan daya hasil pembebanan yang
dipengaruhi oleh beban generator,gear box, bahkan pompa. Nilai BHP
diperoleh dari nilai perbandingan daya generator dan efisiensi generator.
Kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung torsi turbin dan
efisiensi turbin.
Perawatan turbin angin di perlukan pembaharuan di beberapa bagian,
setiap beberapa tahun kedepan. Pada perkembangan turbin saat ini, sistem
pembangkit listrik tenaga angina mendapat perhatian yang cukup besar
sebagai sumber alternatif yang bersih, aman, serta ramah lingkungan. Pada
modifikasi turbin angina ini ada beberapa modifikasi rotor atau sudu pada
turbin angin tipe savonius, yakni: rotor savonius dua bucket, rotor savonius
multi bucket, dan rotor savonius rotor helix. Kelebihan turbin angina yaitu
emisi karbon dan ramah lingkungan, kekurangan turbin angin yaitu: biaya
terlalu mahal, lahan yang diperlukan harus sangat luas, dan susah untuk
mendapatkan hembusan angin yang diperlukan. Aplikasi turbin angin yang
paling umum untuk era sekarang adalah sebagai sistem pembangkit tenaga
listrik.
3.2 Saran
Penggunaan inovasi dalam teknologi, bagaimanapun selalu memunculkan
permasalahan baru yang memerlukan pemecahan dengan teknologi baru lagi.
22
Oleh karena itu, kita yang termasuk kedalam orang-orang science dan
teknologi haruslah dapat terus mengembangkan teknologi yang lebih
ramah lingkungan dan mengoptimalkan efek negatif sekecil mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Marizka. 2010. Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Vertikal Dengan
Modifikasi Rotor Savonius L Untuk Optimasi Kinerja Turbin. Surakarta:
FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Putranto, Adityo dkk. 2011. Rancang Bangun Turbin Angin Vertikal Untuk
Penerangan Rumah Tangga. Semarang: Fakultas Teknik.
Romadoni, Lugi. 2013. Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Online Blogspot
http://lugiromadoni.blogspot.co.id/, Diakses tanggal 17 Juni 2022.
Unknown, -. Turbin Angin. https://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin.
Diakses tanggal 17 Juni 2022.
Suseno, Michael. 2011. Turbin Angin. http://michael-suseno.blogspot.
co.id/2011/09/turbin-angin.html. Diakses tanggal 2 November 2016.
23