Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

APLIKASI TERMODINAMIKA PADA TURBIN ANGIN

Disusun Oleh:

Setia Sufiah 2005113222

Kelas 4A

Dosen Pengampu:

Dra. Hj. Zulhelmi, M.Pd

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat rahmat Serta
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai “Aplikasi
Termodinamika Pada Turbin Angin” ini dengan tepat waktu dan sebaik mungkin.
Sholawat beserta salam semoga tercurah pada Nabi junjungan alam yakni Nabi
Muhammad SAW. Dan tak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada ibu
Dra. Hj. Zulhelmi, M.Pd selaku dosen mata kuliah Termodinamika yang telah
membimbing saya selama proses pembuatan makalah ini.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Termodinamika oleh ibu Dra. Hj. Zulhelmi, M.Pd, serta bertujuan untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terkait Aplikasi Termodinamika
dalam kehidupan sehari-hari yakni salah satunya pada Turbin Angin. Dalam
penulisan makalah ini, saya menyadari masih ada begitu banyak kesalahan dan
kekurangan baik itu dalam segi penulisan atau pun dalam segi isi dan
pembahasan. Oleh karena itu, saya berharap pembaca bisa memberikan kritik dan
saran yang membangun guna memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini.

Pekanbaru, 17 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat ................................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................... 4

2.1 Definisi Turbin Angin................................................................... 4

2.2 Teori Dasar Turbin Angin ......................................................... 6

2.3 Klasifikasi Turbin Angin.............................................................. 11

2.4 Prinsip Kerja Turbin Angin........................................................ 12

2.5 Efisiensi Turbin Angin................................................................. 16

2.6 Cara Perawatan Turbin Angin.................................................... 20

BAB III PENUTUP .................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan .................................................................................. 21

3.2 Saran ............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan salah satu kebutuhan yang menjadi prioritas utama
dalam kehidupan manusia. Begitu banyak jenis energi yang digunakan
manusia seperti energi listrik, energi panas, energi potensial, energi kinetik,
dll. Namun, perlu diketahui bahwa energi tersebut berasal dari sumber energi
yang telah tersedia di bumi. Secara umum sumber energi di bumi dibagi atas
dua macam yakni sumber energi yang dapat diperbarui dan sumber energi
yang tidak dapat diperbarui.
Seiring perkembangan zaman termasuk juga perkembangan teknologi,
manusia lebih sering memanfaatkan sumber energi yang tidak dapat
diperbarui sebagai sumber utama mereka. Alhasil jumlah dari sumber energi
tersebut sudah berkurang dapat diperkirakan akan segera habis.
Menanggulangi hal tersebut, maka saat ini sangat digalakkan adanya
pembaharuan di dunia sumber energi dengan memanfaatkan sumber energi
terbarukan yang dapat dihasilkan terus-menerus (sumber energi alternatif).
Berbicara mengenai sumber energi alternatif, dipernyataan
sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa saat ini penggalakan penggunaan
sumber energi alternatif benar-benar sedang dilakukan. Mulai dari
pengembangan sumber energi tenaga surya, energi air, energi angin, energi
panas bumi, bahkan hingga daur ulang sampah. Hal ini dilakukan di seluruh
belahan dunia dengan harapan manusia segera beralih menggunakan energi
alternatif dan energi fosil setidaknya mampu diselamatkan sebelum benar-
benar mengalami kepunahan total.
Meninjau kembali tentang macam-macam sumber energi terbarukan,
energi angin merupakan salah satu energi yang berpotensi besar untuk
dijadikan pasokan kebutuhan energi bagi umat manusia. Energi gerak yang
dihasilkan oleh angin diakibatkan oleh rotasi bumi dan perbedaan tekanan
udara disekitarnya. Pemanasan bumi oleh sinar matahari menyebabkan
perbedaan massa jenis udara.

1
Menurut Putranto, dkk (2011:19) matahari meradiasikan sekitar 1,74 x
1014 kW jam energi ke bumi setiap jamnya dan bumi menerima daya 1,74 x
1017 watt. Kemudian energi tersebut diubah menjadi bentuk energi angin
kurang lebih antara 1-2%. Hal ini menunjukkan bahwa energi angin
berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah menjadi
biomassa oleh seluruh tumbuhan yang ada dimuka bumi.
Sedangkan jika dilihat dari segi proses terbentuknya aliran angin
tersebut, hal ini dikarenakan panas matahari membuat udara memuai. Udara
yang memuai akan memiliki massa jenis yang lebih ringan sehingga ia akan
naik ke atas. Ketika hal itu terjadi, maka sebenarnya udara mengalami
penuruan tekanan dan membuat udara di sekitarnya juga mengalir ke tempat
yang bertekanan rendah.
Pada akhirnya udara akan menyusut dan menjadi lebih berat hingga
turun ke atas permukaan tanah. Di atas tanah tersebut udara akan menjadi
panas kembali dan berulanglah fenomena di atas. Aliran naiknya udara panas
dan turunnya udara dingin tersebut diakibatkan oleh perpindahan panas secara
konveksi (Putranto, dkk 2011:18). Selain itu kondisi aliran angin seperti yang
dijelaskan sebelumnya juga dipengaruhi oleh dua faktor yakni medan atau
permukaan bumi yang dialiri oleh aliran angin tersebut dan temperatur bumi.
Berdasarkan penjelasan tersebut sudah dapat dipastikan bahwa energi
angin akan terus berdaur ulang dan tidak akan pernah habis. Hal inilah yang
menjadikan energi angin menjadi salah satu rujukan energi terbarukan
terutama di Indonesia. Hal ini menunjukkan memang benar adanya bahwa
Indonesia memiliki peluang besar untuk pengembangan turbin angin
khususnya dalam urusan pembangkit listrik tenaga angin. Oleh karena itu,
sangat penting bagi generasi muda Indonesia khususnya pelajar dan
mahasiswa untuk mengembangkan dan meningkatkan terus pemahaman akan
turbin angin itu sendiri sebagai salah satu alat konversi energi angin. Hal itu
dapat dimulai dari pemahaman awal mula adanya turbin angin, makna dari
turbin angin itu sendiri, klasifikasi, prinsip kerja, siklus, cara perawatan,
hingga tahapan perkembangan turbin angin dari masa ke masa.

2
Hal ini ditujukan agar ke depan mampu memberikan insipirasi dan
inovasi untuk terus mengembangkan turbin angin sabagai salah satu mesin
konversi energi yang efektif dan efisien. Melihat keterangan-keterangan
sebelumnya bahwa ke depan sudah dapat dipastikan energi angin pun akan
menjadi primadona energi terbarukan di dunia. Tidak hanya ditingkat dunia,
tetapi di wilayah Indonesia pun dengan dimulainya proyek-proyek
pembangunan tentang pemanfaatan turbin angin secara otomatis harapan
pemerintah ke depan hal ini dapat terus berkembang pula seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu Turbin Angin?
b. Apa sajakah teori dasar dari Turbin Angin?
c. Bagaimana klasifikasi dari Turbin Angin?
d. Bagaimana prinsip kerja dari Turbin Angin?
e. Bagaimana efisiensi Turbin Angin?
f. Bagaimana cara perawatan Turbin Angin?

1.3 Tujuan dan Manfaat


a. Mengetahui tentang Turbin Angin
b. Mengetahui teori dasar Turbin Angin
c. Mengetahui klasifikasi dari Turbin Angin
d. Mengetahui prinsip kerja dari Turbin Angin
e. Mengetahui efisiensi Turbin Angin
f. Mengetahui cara perawatan Turbin Angin

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Turbin Angin


Turbin angina adalah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk
mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi,
keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark,
Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan
Windmill.
Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi
kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi
dan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin.
Saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit
listrik konvensional (Contoh: PLTD, PLTU, dll), namun turbin masih lebih
dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan
dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak dapat
diperbaharui (Contoh: batubara, minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk
membangkitkan listrik.
Dalam konteks produksi listrik, turbin angin ini juga dikenal sebagai
generator angin. Sebuah turbin angin terdiri dari rotor, baling-baling yang
melekat pada rotor, generator dan struktur menara. Rotor adalah elemen dari
turbin angin yang mengumpulkan energi dari angin. Baling-baling dari turbin
angin melekat pada pusat rotor. Baling-baling ini diputar oleh aliran angin
dengan menggunaan desain aerodinamis yang rumit. Tingkat putaran baling-
baling tergantung pada kecepatan angin dan bentuk baling-balinganya. Agar
menghasilkan listrik diperlukan generator, yang mengubah energi kinetik
menjadi listrik.
Dalam turbin angin komersial terdapat gearbox yang ditempatkan di
antara rotor dan generator, untuk mengubah kecepatan putaran rendah baling-
baling ke rotasi kecepatan tinggi yang diperlukan untuk memproduksi listrik.

4
Kecepatan rotasi turbin angin biasanya antara 40-400 rpm (rotasi per menit)
sedangkan untuk menghasilkan listrik kita membutuhkan 1200-1800 rpm.
Turbin angin dipasang di atas struktur menara tinggi (biasanya di atas
80 m) untuk dapat beroperasi pada ketinggian yang diperlukan. Turbin angin
memanfaatkan aliran angin pada ketinggian yang lebih tinggi karena
kecepatannya yang lebih tinggi dan lebih konstan (karena pengaruh
penurunan drag). Listrik dihasilkan ketika baling-baling pada turbin angin
diputar oleh aliran angin, yang membuat rotor berputar. Rotor mentransfer
kekuatan ke generator (melalui gear box) yang pada gilirannya
mentransmisikan daya yang telah dikonversi ke sebuah transformator dan
akhirnya ke jaringan grid. Sebuah turbin angin komersial dapat menghasilkan
daya listrik berkisar antara 1,5-7 MW, tergantung pada ukuran, desain, dan
aliran angin di lokasinya dipasang.
Turbin angin biasa didirikan di darat (dikenal sebagai turbin angin
darat) maupun di laut (turbin angin lepas pantai). Turbin angin darat memiliki
kelebihan yakni biaya instalasi yang murah dibandingkan turbin angina lepas
pantai. Namun, turbin angin lepas pantai memiliki keuntungan dari segi
hembusan angin yang lebih konstan, karena banyak ditemukan di laut. Selain
itu, juga memungkinkan untuk dipasang dengan kapasitas yang lebih besar.
Pada skala produksi yang besar, turbin angin listrik diinstal dalam
bentuk ladang angin. Ladang angin besarnya dapat mencapai beberapa mil
persegi dan terdiri dari beberapa ratus turbin angin. Ladang angin yang
terletak di darat disebut ladang angin darat dan ladang angin yang diletakkan
di laut disebut ladang angin lepas pantai. Lokasi turbin angin yang terbaik
adalah yang memiliki hembusan konstan, kecepatan angin yang non-turbulen
minimal 10 m/h (16km/h), dan terletak di dekat sebuah sistem transmisi.
Sebelum membangun ladang angin, biasanya dilakukan pemamtauan
angina kurang lebih selama satu tahun. Pengukuran dilakukan pada tempat
dan ketinggian yang berbeda. Data yang dikumpulkan akan menentukan
desain, ketinggian, lokasi turbin angin di ladang angin, dan jarak antar turbin
angin. Sebuah gardu juga diperlukan di lokasi tersebut, tempat semua listrik
yang dihasilkan dari turbin angin individu (tegangan menengah) dikumpulkan

5
dan ditransmisikan dalam sistem transmisi lokal (ditransformasikan ke
tegangan tinggi).

2.2 Teori Dasar Turbin Angin


a. Sistem Konversi Energi
Angin merupakan udara yang bergerak yang disebabkan oleh
perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan tersebut dipengaruhi oleh sinar
matahari. Hal ini menandakan bahwa perbedaan tekanan diakibatkan oleh
suhu. Menurut hukum termodinamika, suhu atau temperatur berbanding
terbalik dengan tekanan yang mana temperatur yang lebih tinggi akan
memiliki tekanan yang rendah dan sebaliknya. Berkaitan dengan
pernyataan bahwa angin adalah udara yang bergerak, maka hal ini
menandakan bahwa angin menghasilkan energi kinetik. Energi kinetik
tersebut akan diubah menjadi energi mekanik oleh rotor pada turbin
untuk kemudian diubah lagi menjadi energi listrik oleh altenator
(generator) (Putranto, dkk 2011: 24).
Energi kinetik pada suatu massa angin m yang bergerak dengan
kecepatan v dapat dirumuskan pada persamaan berikut:
1 2
Ek= m v ¿ (1.1)
2
Energi inilah yang nantinya akan ditangkap oleh turbin angin untuk
memutar rotor. Kemudian pada suatu luasan area rotor berupa
penampang melintang A, dimana angin dengan kecepat v mengalami
pemindahan volume V untuk tiap satuan dapat dirumuskan melalui
persamaan berikut.
V =vA (m3 /s) (1.2)
Sedangkan pada massa angin yang didasarkan pada kerapatan angin
dapat dirumuskan sebagai berikut.
m=ρV =ρvA( kg) (1.3)
Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut didapatkan persamaan energi
kinetik angin yang berhembus dalam satuan waktu (daya angin).
1 2 1 3
Pw = ( ρAv ) v = ρA v (watt) (1.4)
2 2

6
Namun, perlu diketahui bahwa turbin memiliki beberapa jenis
dengan karakter yang berbeda-beda, oleh karena itu faktor daya sebagai
fungsi TSR untuk setiap jenis turbin juga berbeda-beda. Menurut Dewi
(2010:19) hal ini berhubungan dengan teori momentum Elementer Betz.
Albert Betz merupakan aerodinamikawan asal Jerman yang telah
memperkenalkan teori tentang turbin angina. Menurut Betz dalam buku
karangannya yang berjudul “Die Windmuhlen im Lichte neurer
Forschung. Die Naturwissenschaft.” (1927), ia berasumsi bahwa suatu
turbin mampu memiliki sudu-sudu yang tak terhingga jumlahnya dan
tanpa hambatan. Selain itu, ia juga mengasumsikan bahwa aliran udara di
depan dan di belakang rotor memiliki kecepatan yang seragam (aliran
laminar).
Menurut sistem konversi energi angin, energi mekanik turbin
hanya dapat diperoleh dari energi kinetik yang tersimpan dalam aliran
angin. Hal menandakan bahwa tanpa adanya perubahan aliran masssa
udara, kecepatan angin di belakang turbin hasrus mengalami penurunan.
Kemudian pada saat yang bersamaan luas penampang yang dilewati
angin haruslah lebih besar, sesuai dengan persamaan kontinuitas.
Perhatikan gambar berikut.

Jika v1 adalah kecepatan angin di depan rotor, v adalah kecepatan


angin melewati rotor, dan v2 adalah kecepatan angin di belakang rotor,
maka daya mekanik turbin diperoleh dari selisih energi kinetik angin
sebelum dan setelah melewati turbin. Berikut perubahan persamaan daya
mekanik turbin.
1 3 1 3
PT = ρ A 1 v 1 − ρ A 2 v2 (1.5)
2 2

7
1
PT = ρ ¿
2
Sedangkan persaman kontinuitas adalah sebagai berikut.
A 1 v 1= A 2 v 2 (1.6)
Sehingga,
1
PT = ρ A 1 v 1(v 12−v22 ) (1.7)
2
1 2 2
PT = m(v 1 −v 2 ) (1.8)
2
Berdasarkan persamaan di atas maka disimpulkan bahwa untuk
mendapat daya mekanik maksimum, v 2 harus bernilai nol tetapi pada
kenyataan hal itu tidaklah mungkin. Sehingga untuk mendapatkan daya
maksimum, maka diperlukan suatu nilai perbandingan rasio antara v1 dan
v 2. Rasio tersebut didapatkan dari sautu persamann yang menunjukkan
daya mekanik turbin. Gaya yang bekerja pada turbin menurut gambar
sebelumnya adalah
F T =m( v 1−v2 ) (1.9)
Maka daya turbin adalah
PT =FT v=m(v 1−v 2 ) v (1.10)
Jika persamaan 1.8 dan 1.10 digabungkan, maka akan menjadi
1
m ( v 12−v 22) =m(v 1−v 2 ) v
2
1
m(v 1 + v 2)( v1 −v 2 )=m(v 1 −v 2 )v
2
1
m (v 1+ v 2)(v 1−v 2)
2
v=
m(v 1 −v 2 )
1
v= ( v 1+ v 2) (1.11)
2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa aliran pada turbin
sebanding dengan v1 dan v 2. Sehingga persamaan aliran massa angin pun
berubah menjadi:
1
m=ρvA= ρA (v 1 +v 2 ) (1.12)
2

8
Daya mekanik turbin menjadi:
1 2 2
PT = m(v 1 −v 2 )
2
1 1
PT = ( ρA( v 1 +v 2 ))( v 12−v 22 )
2 2
1 2 2
PT = ρA ( v 1 −v 2 )( v 1 +v 2 ) (1.13)
4
Kemudian perbandingan daya turbin dan daya angin disebut
sebagai factor daya (Cp), berikut persamaannya.
1
ρA (v 12−v 22 )(v 1 + v 2)
P 4
C p= T = (1.14)
Pw 1
ρA v 3
2
v1 1
Faktor daya dapat diperoleh maksimum jika = yang
v2 3
menghasilkan nilai sebesar 0,593. Meski asumsi ideal tetap dipertahankan
dalam arti aliran dianggap tanpa gesekan dan daya keluaran dihitung tanpa
mempertimbangkan jenis turbin, maka daya maksimum yang dapat
diperoleh dari energi angin hanya sebatas 0,593 yang artinya kurang lebih
hanya sekitar 60% saja daya angin yang dapat dikonversi menjadi daya
mekanik. Angka ini kemudian dijadikan sebagai factor Betz. Selain
digunakan pada mesin turbin angina, fator Betz juga digunakan pada
mesin carnot untuk mesin-mesin termodinamika.
Mengingat kembali bahwa pada pembahasan sebelumnya juga
menyatakan bahwa faktor daya merupakan fungsi dari TSR, maka sangat
perlu juga membahas tentang TSR tersebut. TSR atau Tip Speed Ratio
adalah perbandingan kecepatan ujung rotor terhadap kecepatan angin
bebas (Putranto, dkk, 2011:25). Pada kecepatan angin nominal tertentu
TSR akan berpengaruh pada kecepatan putar rotor. Turbin pada tipe lift
akan memiliki TSR yang relatif lebih besar dibandingkan dengan turbin
angin tipe drag. Berikut dalah persamaan TSR yang perlu diketahui.
ωR
λ= (1.15)
vw
Dengan:

9
λ = TSR
ω = kecepatan sudut turbin (rad/s)
R = jari-jari turbin (m)
v w= kecepatan angin (m/s)
Selain persamaan tersebut TSR juga dapat dihitung dengan
persamaan berikut.
bladetip speed
λ= (1.16)
vw
Blade tip speed adalah kecepatan ujung blade, yang memiliki
persamaan berikut.
n. π . D
blade tip speed = (1.17)
60
Dengan D adalah diameter turbin.
Faktor daya sebgai fungsi TSR pastilah memiliki perbedaan antara
satu turbin dengan lainnya. Hal ini karena begitu banyak macam turbin
angin denga tipe dan karakteristik yang berbeda. Berikut gambar garafik
factor daya dan TSR.

Kurva/ Grafik hubungan TSR dan Cp

b. Gaya Aerodinamik pada Turbin

10
Sudu atau rotor pada turbin angin berfungsi untuk menghasilkan
putaran akibat gaya angin yang nantinya akan menggerakkan poros
turbin dan poros generator. Akibat pergerakan poros-poros tersebut maka
energi angin akan dikonversikan menjadi energi listrik. Permukaan sudu
turbin diusahakan memiliki tingkat kekerasan yang cukup baik sehingga
gaya lift yang dihasilkan tinggi. Bagian pangkal sudu dicengkeram oleh
hub dan diperkuat dengan baut. Sedangkan untuk jari-jari sudu
merupakan jarak dari sudu dari permukaan poros rotor hingga ujung dari
sudu.

2.3 Klasifikasi Turbin Angin


Berdasarkan sumbu putaran rotor, turbin angin dapat digolongkan
menjadi dua klasifikasi utama yaitu vertical axis wind turbine (VAWT) dan
horizontal axis wind turbine (HAWT). Sedangkan apabila dilihat dari fungsi
aerodinamisnya, maka rotor turbin dibagi menjadi dua tipe. Pertama adalah
tipe drag yang mana memanfaatkan gaya hambat sebagai penggerak rotor.
Kedua adalah tipe lift yang memanfaatkan gaya angkat sebagai gaya
penggerak rotor. Gaya ini terjadi akibat angin yang melewati profil rotor
(Dewi, 2010:25).
Turbin tipe HAWT memiliki sirip pengarah pada bagian belakang
yang berguna untuk mengarahkan rotor agar senantiasa tegak lurus dengan
arah angin. Berbeda dengan konstruksi HAWT, VAWT didesain agar tidak
terpengaruh arah angin, dalam artian VAWT mampu untuk menangkap angin
dari arah manapun. Selain itu, tipe VAWT ini juga dikenal memiliki tingkat
kebisingan rendah serta memiliki keunggulan dalam hal perawatan karena
generator dapat diletakkan di bagian bawah. Akan tetapi, untuk skala besar,
konstruksi poros VAWT ini sangat sulit dibuat karena harus mampu menahan
beban yang besar hanya dengan satu poros vertikal saja.
Secara teori turbin angin poros vertikal (VAWT) memiliki effisiensi
yang sama dengan turbin angin poros horizontal (HAWT) jika turbin-turbin
tersebut bekerja pada kecepatan angin yang konstan. Namun, pada prakteknya
turbin yang masuk dalam kategori VAWT seringkali memiliki effisiensi yang

11
lebih rendah dari turbin-turbin tipe HAWT. Hal ini dikarenakan adanya
variasi kecepatan angin yang meningkat seiring dengan naiknya ketinggian.
Namun, turbin jenis VAWT ini akan lebih menunjukkan keunggulan jika
dibuat dalam skala kecil karena variasi angin terhadap ketinggian kecil.

2.4 Prinsip Kerja Turbin Angin


Sistem pembangkit listrik
tenaga angin ini merupakan
pembangkit listrik yang
menggunakan turbin angin (wind
turbine) sebagai peralatan
utamanya. Dalam skala utility
memiliki berbagai ukuran, dari
100 kilowatt sampa dengan
beberapa megawatt. Turbin besar
dikelompokkan bersama-sama ke
arah angin, yang memberikan
kekuatan massal ke jaringan listrik. turbin kecil tunggal, di bawah 100
kilowatt dan digunakan pada rumah, telekomunikasi, atau pemompaan air.
Turbin kecil kadang-kadang digunakan dalam kaitannya dengan generator
diesel, baterai dan sistem fotovoltaik. Sistem ini disebut sistem angin hibrid
dan sering digunakan di lokasi terpencil di luar jaringan, di mana tidak
tersedia koneksi ke jaringan utilitas.
Adapun prinsip dasar kerja dari pemanfaatan energi angin ini adalah
mengubah energi dari angin menjadi energi putar pada kincir angin, lalu
kincir angin digunakan untuk memutar generator yang akhirnya akan
menghasilkan listrik. Sebenernya prosesnya tidak semudah itu, karena
terdapat berbagai macam sub-sisterm (konstruksi/bagian-bagian utama) yang
dapat meningkatkan safety dan efesiensi dari turbin angin itu sendiri, bagian-
bagian tersebut antara lain:

12
a. Blade (Baling-baling/sudu)
Rotor turbin angin terdiri atas baling-baling berfungsi untuk
menerima energi kinetik dari angin dan merubanya menjadi energi
mekanik putar pada poros penggerak. Pada setiap turbin memiliki
jumlah sudu yang bermacam-macam. Ada yang berjumlah satu, dua,
tiga, bahkan lebih dari itu.

b. Rotor Hub
Merupakan bagian dari rotor yang berfungsi untuk
menghubungkan sudu atau baling-baling dengan poros utama.
c. Pitch (Kontrol Pitch Sudu)
Bagian yang dapat dikatakan sebagi pengontrol kecepatan rotor
dan menjaga rotor berputar dalam angin baik angin yang terlalu tinggi
ataupun rendah. Lebih tepatnya mengatur posisi sudut serang pada
sudu turbin angin ketika angina bertiup pada turbin tersebut.
d. Brake
Fungsi utama brake adalah menjaga putara poros setelah gearbox
agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini
perlu dipasanga karena sebuah generator memiliki titik kerja aman
dalam operasinya. Generator juga akan menghasilkan energy listrik
maksimal pada saat bekerja di titik kerja yang telah ditentukan.
Namun, jika angin berhembus kencang dan diluar dugaan, maka hal
tersebut akan membuat poros berputar kencang. Apabila hal tersebut
tidak diatasi maka akan merusak generator. Dampak dari kerusakan
tersebut adalah, overheat, rotor breakdown, kawat pada generator
putus (Romadoni, 2013)
e. Low speed shaft
Merupakan poros rotor yang berfungsi memindahkan daya dari
rotor ke generator. Pemindahan daya dapat secara langsung ataupun
melalui mekanisme transmisi gearbox. Selain itu juga berfungsi
mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rpm.
f. Gear Box

13
Gear menghubungkan antara poros berkecapatan tinggi dengan
poros berkecepatan rendah. Hal ini dikarenkan rotor hanya mampu
bergerak dengan kecepatan rendah sedangkan generator membutuhkan
kecepatan yang tinggi untuk menghasilkan listrik. Seperti yang
diketahui sebelumnya rotor berkecepatan rendah hanya berputar sekita
30-60 rpm, sedangkan kebutuhan putaran pada generator adalah 1000-
1800 rpm.
g. Generator
Komponen utama dan terpenting dalam turbin angin. Hal ini
dikarenkan fungsinya sebagai pengubah energi mekanik hasil putaran
poros menjadi energi listrik. Alat ini bekerja pada induksi
elektromagnetik untuk menghasilkan tegangan listrik atau arus listrik.
Generator yang sederhana biasa teridiri atas konduktor dan magnet.
Konduktor tersebut biasanya terlilit kawat melingkar. Dalam poros
generator terhubung pada sekumpulan magnet permanen yang
dikelilingi oleh magnet dan salah satu bagiannya berputar relative
terhadap yang lain dan menginduksi konduktor.
h. Controller
Alat pengontrol seluruh kinerja turbin. Alat ini mengontrol turbin
dimulai dari angina dengan kecepatan 8-16 mph dan menutup mesin
pada keceptan angina sekitar 55 mph. alasan penutupan mesin tersebut
karena dengan kecepatan yang melebih 55 mph dapat merusak turbin
angin.
i. Anemometer
Bagian yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur kecepatan
angina, sebagai inputan kepada system control untuk mengendalikan
opersional pada kondisi optimum.
j. Wind Vane (Wind Direction Sensor)
Merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi peruabahan arah
angin. Biasanya juga terhubung dengan yaw drive untuk
menggerakkan turbin sesuai dengan kondisi arah angin yang telah
terdeteksi.

14
k. Nacelle
Bagian yang berbentuk kotak besar yang duduk di menara turbin
angina. Berfungsi sebagai rumah tempat seluruh komponen turbin
angin seperti generator, gear box, controller, kabel, yaw drive, poros,
dll.

l. High speed shaft


Poros rortor putaran tinggi yang berfungsi untuk memindahkan
daya dari gear box ke generator.
m. Yaw drive
Rotor sistem geleng berfungsi untuk menempatkan komponen
turbin angin yang berada di atas menara menghadap optimal terhadap
arah angin mengkuti perubahan arah angin.
n. Yaw motor
Fungsi utamanya hanya sebagai penggerak yaw drive.
o. Tower
Menara berfungsi sebagai tiang penyangga yang fungsinya untuk
menopang rotor, nasel, dan semua komponen turbin angin. Menara
dapat bertipekan latis atau pipa turbular, baik yang dibantu penopang
tali pancang atau yang berdiri sendiri.
Menurut Romadoni (2013) terdapat komponen lain yakni
penyimpan energi. Alat ini digunakan untuk menyimpan energi sebagai
back up energi listrik. Hal ini dikarenakan keterbatasan atas ketersediaan
energi angin (tidak sepanjang hari angin akan selalu tersedia). Selain itu,
juga dapat digunakan sebagi usaha preventif jika kebutuhan listrik
masayarakat meningkat. Sebab jika kecepatan angina sauatu daerah
tersebut tiba-tiba menurun, maka back up energi ini dapat digunakan
sebagai pemasok energi listrik bagi masyarakat.
Selain itu, turbin angin juga memiliki rectifier-inverter. Rectifier
berarti penyearah. Hal ini dikarenakan fungsinya yaitu dapat
menyearahkan gelombang AC yang dihasilkan oleh generator menjadi

15
gelombang DC. Sedangkan inverter berarti pembalik. Ketika dyaa dari
penyimpanan baterai atau aki menghasilkan gelombang DC, maka
gelombang itu harus diubah menjadi gelombang AC karena kebanyakan
kebutuhan rumah tangga menggunakan catu daya AC.

2.5 Efisiensi Turbin Angin


Efisiensi turbin angin atau biasa disebut juga unjuk kerja turbin angin
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada artikel yang tertulis dalam
digilib.its.ac.id efisiensi turbin angin pada dasarnya ditunjukkan oleh kurva
keofisien daya (Cp). Namun, sebelum memabahas tentang koefisien Betz
tersebut Farid (2014:19) menyatakan bahwa besarnya daya turbin angin
dipengaruhi oleh besarnya torsi dan tinggi putaran poros. Tinggi putaran
poros sangat terkait dengan rotasi benda tegar. Sebuah benda dikatakan
mengalami gerak rotasi apabila semua titik pada benda bergerak mengitari
poros benda tersebut, seperti kipas angin. Benda tersebut juga dianggap
sebagai benda tegar. Benda tegar (rigid body) dapat didefinisikan sebagai
benda yang mempunyai bentuk dan ukuran yang definit dan tidak berubah.
Pada gerak rotasi, benda mengalami pergeseran, kecepatan, dan
percepatan sudut. Hal ini juga merupakan analogi dengan pergeseran,
kecepatan, dan percepatan linear pada gerak translasi. Titik-titik yang berbeda
pada suatu benda tegar yang berotasi bergerak dengan jarak yang berbeda
selama selang waktu tertentu akan bergantung pada seberapa jauh titik
tersebut terhadap sumbu rotasi. Namun, karena benda tersebut tegar, maka
semua titik berotasi melalui sudut yang sama dalam waktu yang sama pula.
Kecepatan sudut akan bernilai positif jika benda berotasi ke arah
penambahan sudut, begitupun sebaliknya. Kecepatan sudut itu sendiri (ω)
merupakan limit dari kecepatan sudut rata-rata ω rt saat Δ t mendekati nol.
Kecepatan sudut juga didefinisikan sebagai perbandingan antara Δ θ=θ2 −θ1
terhadap Δ t . Kemudian, ketika kecepatan benda tegar tersebut mengalami
perubahan maka benda tersebut mengalami percepatan sudut (a). jika sudut θ

16
dlam radian, maka satuan kecepatan sudut adalh radian per sekon (rad/s) atau
putaran per menit (rpm). Jika ingin mengkonversi rpm menjadi rad/s maka

dapat dihitung dengan persamaan ini 1 rpm = 2 rad /s (Dewi, 2010:33)
60
Selain tinggi putaran poros faktor lain yang mempengaruhi daya
adalah besarnya torsi. Torsi merupakan ukuran kuantitatif dari kecenderungan
sebuah gaya yang dapat mengubah gerak rotasi dari suatu benda. Torsi
memiliki hubungan sebanding dengan momen inersia dan percepatan putar
benda. Sehingga dapat dihitung dengan persamaan berikut
τ =Ia (1.18)
Jika torsi tersebut terdapat pada masing-masing partikel, maka hal itu
disebabkan oleh gaya total yang bekerja pada partikel tersebut, sehingga torsi
juga dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut.
v2 R 3
τ= (1.19)
λ2
Sedangkan pada turbin angin, besarnya torsi bergantung pada
kecepatan angina dan sudu turbin. Hal itu dapat dilihat pada persamaan
berikut.
PT =τω (1.20)
Mengetahui bahwa besarnya daya dipengaruhi oleh besar torsi dan tinggi
putaran, maka diperlukan beberapa parameter terkait untuk dapat
menganalisisnya. Sesuai pernyataan sebelumnya bahwa efisiensi turbin
ditunjukkan dalam kurva koefisien daya atau Cp. Namun, Cp itu sendiri
didapatkan dari perbandingan daya mekanik turbin dan daya angin (daya
output). Pada dasarnya Betz hanya membatasi koefisien daya tersebut hingga
59% saja seperti pada HAWTs. Perhatikan gambar berikut.

17
Grafik Betz Limit

Baling-baling yang menggunakan gaya seret (drag), seperti Savonius


dan American multi-blade mempunyai ratio kecepatan yang rendah dan
koefisien power dari baling-baling yang menggunakan gaya angkat (lift) yaitu
HAWT dan Darrieus. Kurva yang datar dari rotor baling-baling menunjukan
bahwa rotor bisa menjaga efisiensi tinggi di suatu jangka panjang dari putaran
rotor selagi kurva tajam dari rotor darrieus mengalami penurunan efisiensi
yang drastis ketika putaran rotor bergerak dari jarak optimum yang sempit.
Rotor Darrieus dengan koefisien power rendah pada interval tsr rendah
mengindikasikan kemampuan self-starting lemah. Setelah mengetahui nilai
Cp tersebut maka perhitungan daya energi angin tidak lagi menggunkan
persamaan

P = ½ ρAv³ (1.21)

Melainkan menggunakan persamaan berikut.


P = Cp½ ρAv³ (1.22)
Hal ini dikarenakan pada kondisi nyata untuk mendapatkan daya
angin yang sesungguhnya faktor efisiensi dari mekanik turbin dan juga dari
generator masih diperhitungkan, sehingga dipergunakalah koefisien Cp.
Selain daya angin, unjuk kerja turbin angin juga dapat diketahui dari
nilai BHP nya. BHP atau Brake Horse Power merupakan daya dari turbin
yang diukur setelah mengalami pembebanan oleh generator, gearbox, pompa
(Farid, 2014:3). Brake yang dimaksud adalah suatu peralatan yang digunakan
untuk memberika beban pada turbin sehingga putarannya dapat terjaga
konstan. Jika hal ini dilakukan dalam percobaan maka pembebanan dapat
digunakan generator listri dengan mengukur besar tegangan yang dihasilkan
melalui persamaan berikut.
Pgenerator = V.I (1.23)
Dimana:
Pgenerator = Daya generator listrik
V = Tegangan listrik
I = Arus listrik
Sedangkan untuk BHP dapat dihitung dengan rumus berikut.

18
P generator
BHP= (1.24)
ηgenerator
Untuk η generator didapatkan dari persamaan
PL
η= (1.25)
PT
Dengan,
PL = daya beban
PT = daya mekanik turbin

Sesuai pernyataan tentang BHP yang merupakan daya hasil


pembebanan, ternyata faktor beban pun tidak hanya dipengaruhi dari
generator, gearbox, atau bahkan pompa. Dalam menentukan beban rotor
turbin angin juga harus melihat efisiensi rotor. Efisiensi rotor itu sendiri tidak
akan menentukan efisiensi sistem energi angin penggabungan rotor seperti
pembebanan yang dilakukan oleh pompa dan generator yang akan
mengurangi keseluruhan efisiensi. Kurva output power untuk suatu sistem
yang terdiri dari generator dan rotor bukan tergantung pada efisiensi
individual melainkan kecocokan antara kedua komponen itu. Gambar di
bawah ini menunjukan torsi rotor pada kecepatan angin yang berbeda. Kurva
yang berwarna adalah beban/torsi yang diperlukan untuk memutar generator
pada rpm yang berbeda.
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15

19
Beban Rotor Turbin Angin

Perhatikan kurva torsi rotor pada kecepatan angin 6/m dengan tipe
medium load. Ketika rotor diam untuk kecepatan angin 6 m/s, putaran rotor
akan bergerak dari nol ke rpm dari perpotongan antara dua kurva dan
keseimbangan. Rotor akan menghasilkan torsi mengikuti kurva 6m/s sampai
torsi rotor seimbang dengan torsi beban pada persimpangan. Jadi, dengan
melihat kurva torsi rotor untuk kecepatan bervariasi, perpotongan dari kurva
ini akan membentuk putaran operasi riil dari turbin angin pada kecepatan
angin yang bervariasi.
Bagaimanapun, rotor/torsi beban pada perbedaan kecepatan angin
bukanlah output power yang nyata. Output riil akan menurun kaitannya
dengan kerugian dalam konversi dan komponen mekanis generator. Gambar
diatas juga menampilkan dua beban yang lain, yaitu light dan heavy load.
Light load akan menyebabkan rotor beroperasi pada putaran yang tinggi (tsr
tinggi) yang mengakibatkan tidak maksimalnya efisiensi rotor sedangkan
heavy load menyebabkan rotor berputar pelan (tsr rendah) yang mana tidak
maksimalnya efisiensi rotor.
Hal lain yang terkait dengan unjuk kerja adalah perhitungan torsi.
Dengan memanfaatkan hasil perhitungan BHP maka torsi dapat diketahui
dengan membagi BHP dengan kecepatan sudut, seperti persamaan berikut.
BHP
T= (1.26)
ω
Dimana,
2 πn
ω= rad /s (1.27)
60
Kemudian, dari nilai BHP pun dapat diketahui efisiensi turbin angin
dengan persamaan berikut.
BHP
η= (1.28)
P input

2.6 Cara Perawatan Turbin Angin

20
Perawatan dan pembaharuan dilakukan di beberapa bagian, seperti di
bagian kincir, atau atap. Bagian kincir perlu diperbaharui setiap 30 tahun,
bagian atap setiap 60 tahun dan bagian yang berbahan dasar kayu harus
diganti setiap 10-20 tahun. Maka dari itu perawatan pada kincir angin
terbilang cukup mahal karena harga setiap komponen sangat mahal.
Walaupun begitu kita juga bisa mengontrol secara periodik komponen
penting yang lainnya seperti generator, controller, gear box dll.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Turbin angin adalah sebuah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik, turbin angin juga digunakan untuk
mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat dengan menggunakan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Sejarah turbin angin pertama
kali digunakan untuk pembangkit listrik, tetapi saat ini pembangkit listrik dari
turbin angin dianggap tidak ekonomis kecuali untuk negara berpenduduk
jarang.
Klasifikasi turbin angin secara umum dibagi menjadi dua, yakni:
turbin angina sumbu horizontal dan tubin angina sumbu vertical. Sedangkan
berdasarkan gaya aerodinamis pada rotor dibagi dua, yakni: rotor lift dengan
memanfaatkan gaya angkat atau gaya lift, dan rotor drag yang memanfaatkan
gaya tekan. Turbin TASH dibagi atas banyaknya sudu memiliki empat jenis
yaitu: satu sudu, dua sudu, tiga sudu, dan multi sudu. Sedangkan konstruksi
berdasarkan arah angina di bagi menjadi dua: turbin TASH up win (melawan
arah angina), dan turbin TASH down win (searah angina). Turbin TASV
dibagi menjadi 3 savonius, darieus, dan rotor H.

21
Prinsip kerja turbin angina pada intinya mengubah energi kinetik
angina menjadi energi mekanik pada poros turbin, ditransfer menjadi energi
listrik oleh generator. Instalasi pemasangan turbin angina ada 5, yakni:
merencanakan turbin, memasang poros dan jari-jari sumbu vertical,
memasang magnet sumbu vertical, menyelesaikan turbin, dan memasang
komponen-komponen listrik pada turbin.
Ada beberapa teori dasar turbin angina yaitu sistem konversi energi,
gaya aero dinamis, mekanika fluida, desain aerofil. Efisiensi tubin di
pengaruhi oleh kurva koefisien daya (Cp). Besarnya (Cp) digunakan untuk
menentukan daya angina. Daya angina di pengaruhi oleh tinggi putaran poros
dan besarnya torsi. Selain itu dalam menentukan efisiensi juga menggitung
BHP (Brake Hourse Power). BHP merpakan daya hasil pembebanan yang
dipengaruhi oleh beban generator,gear box, bahkan pompa. Nilai BHP
diperoleh dari nilai perbandingan daya generator dan efisiensi generator.
Kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung torsi turbin dan
efisiensi turbin.
Perawatan turbin angin di perlukan pembaharuan di beberapa bagian,
setiap beberapa tahun kedepan. Pada perkembangan turbin saat ini, sistem
pembangkit listrik tenaga angina mendapat perhatian yang cukup besar
sebagai sumber alternatif yang bersih, aman, serta ramah lingkungan. Pada
modifikasi turbin angina ini ada beberapa modifikasi rotor atau sudu pada
turbin angin tipe savonius, yakni: rotor savonius dua bucket, rotor savonius
multi bucket, dan rotor savonius rotor helix. Kelebihan turbin angina yaitu
emisi karbon dan ramah lingkungan, kekurangan turbin angin yaitu: biaya
terlalu mahal, lahan yang diperlukan harus sangat luas, dan susah untuk
mendapatkan hembusan angin yang diperlukan. Aplikasi turbin angin yang
paling umum untuk era sekarang adalah sebagai sistem pembangkit tenaga
listrik.

3.2 Saran
Penggunaan inovasi dalam teknologi, bagaimanapun selalu memunculkan
permasalahan baru yang memerlukan pemecahan dengan teknologi baru lagi.

22
Oleh karena itu, kita yang termasuk kedalam orang-orang science dan
teknologi haruslah dapat terus mengembangkan teknologi yang lebih
ramah lingkungan dan mengoptimalkan efek negatif sekecil mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Marizka. 2010. Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Vertikal Dengan
Modifikasi Rotor Savonius L Untuk Optimasi Kinerja Turbin. Surakarta:
FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Putranto, Adityo dkk. 2011. Rancang Bangun Turbin Angin Vertikal Untuk
Penerangan Rumah Tangga. Semarang: Fakultas Teknik.
Romadoni, Lugi. 2013. Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Online Blogspot
http://lugiromadoni.blogspot.co.id/, Diakses tanggal 17 Juni 2022.
Unknown, -. Turbin Angin. https://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin.
Diakses tanggal 17 Juni 2022.
Suseno, Michael. 2011. Turbin Angin. http://michael-suseno.blogspot.
co.id/2011/09/turbin-angin.html. Diakses tanggal 2 November 2016.

23

Anda mungkin juga menyukai