Disusun Oleh:
Mayang Tangke Tiku
201923201001
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena atas berkatnya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berisi standar sarana dan prasarana yang ada di perumahan dan permukiman tepat
waktu dengan judul “PERUMAHAN”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak ir. Saliki, S.T.,M.Ars selaku dosen
pengampuh. Tugas yang diberikan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait bidang
yang saya tekuni. Saya juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
SAMPUL……………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...….3
1.2 Perizinan……………………………………………………………….…….....4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………...…5
2.1 Pengertian Perumahan…………………………………………………….…..5
2.2 Perencanaan
Perumahan……………………………………………………....6
3.3. Hasil………………………………………………………………….……...…29
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………..…31
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………………31
3
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...32
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2. Perizinan
Perizinan merupakan salah satu instrumen yang sangat penting di dalam hukum
administrasi negara. Pemerintah menjadikan perizinan sebagai sarana yuridis untuk
mengatur pola tingkah laku masyarakat secara tidak langsung.16 Izin (vergunning)
adalah suatu persetujuan yang diberikan oleh Pemerintah atau Pihak berwenang yang
mengacu pada undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang izin. Pengertian
perizinan adalah salah instumen dalam pelaksanaan sebuah fungsi pengaturan yang
mengendalikan segala kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Izin adalah
penetapan peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan asalkan tidak ada
pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku perbuatan yang bersifat
administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut merupakan izin.
Izin yang bersifat segera berakhir,adalah merupakan izin yang memiliki jangka
waktu keaktifan yang dapat digunakan sesuai waktu yang ditetapkan undang-undang
maupun kondisi yang ditetapkan oleh undangundang,sebagai contoh izin yang
bersifat segera berakhir : IMB (dimana IMB hanya berlaku guna mendirikan
bangunan,jika bangunan tersebut sudah selesai dibangun maka secara langsung IMB
tidak aktif dengan kata lain tidak dapat digunakan lagi)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
1) cakupan ketersediaan rumah layak huni;
2) cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau.
Berdasarkan Permenpera Nomor 22 Tahun 2008 tersebut, Lingkungan perumahan
adalah lingkungan hunian dengan batas-batas fisik tertentu baik merupakan bagian dari
kawasan permukiman maupun kawasan dengan fungsi khusus yang keberadaannya
didominasi oleh rumah-rumah dan dilengkapi Peningkatan Kualitas Lingkungan
Perumahan dan Penyediaan PSU 7 dengan prasarana, sarana, dan utilitas untuk
menyelenggarakan kegiatan penduduk yang tinggal di dalamnya dalam lingkup terbatas.
1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan
rekayasa/ penyelesaian teknis.
a) tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar- landai
dengan kemiringan 0- 8%; dan
Sedangkan dari segi geografi lokasi atau letak geografis, yaitu posisi dari kawasan
perumahan terhadap kawasan lainnya, untuk menjangkau sarana yang ada disekitar area
atau radius/ruang lingkup layanan sarana.
7
b) penghasilan keluarga;
h) peraturan setempat, seperti rencana tata ruang yang meliputi GSB, KDB, KLB, dan
sejenisnya, atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti aturan khusus arsitektur,
keselamatan dan bahan bangunan
2) keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan hunian; dan
Sesuai Permenpera Nomor 22 Tahun 2008, dalam Pasal 3 ayat (4), tercantum bahwa
indikator dari lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan
8
utilitas (PSU) adalah cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan
prasarana, sarana dan utilitas (PSU).
Pengertian prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) merujuk pada Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam UU
No. 1 Tahun 2011 ini disebutkan pengertian prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU),
sebagai berikut:
a) jalan;
b) drainase;
c) air minum;
d) sanitasi;
e) air limbah;
f) persampahan.
9
2) Sarana Perumahan, antara lain:
a) sarana perniagaan/perbelanjaan;
c) sarana pendidikan;
d) sarana kesehatan;
e) sarana peribadatan;
g) sarana pemakaman;
i) sarana parkir.
a) jaringan listrik;
b) jaringan telepon;
c) jaringan gas;
d) jaringan transportasi;
Dengan demikian, ketersediaan PSU merupakan kelengkapan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Dukungan
PSU yang memadai diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas
lingkungan perumahan.
10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi penelitian berada di perumahan Puncak Mega Mas, jalan Ndoremkai KPG.
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sarana, prasarana dan utilitas yang
ada di perumahan Puncak Mega Mas sesuai dengan standar Undang-Undang Perumahan
dan Permukiman.
11
Berdasarkan hasil survey lapangan kondisi jalan perumahan Puncak Mega Mas
memiliki kualitas penutup material aspal yang baik,dan kualitas penutup material paving
tertata baik, jaringan jalan perumahan dapat dilihat pada gambar berikut:
12
lingkungan perumahan di perkotaan. Persyaratan teknis dan kriteria perencanaan jalan
mengacu pada:
a) Kelas jalan:
a) Kelas jalan:
- jalan lingkungan I
- jalan lingkungan II
13
e) konstruksi trotoar tidak berbahaya pejalan kaki dan penyandang cacat
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Pasal 33:
14
Pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa, meliputi :
Pasal 34:
15
Kriteria Prasarana Drainase menurut UU
16
Pengaturan mengenai Drainase diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan,
sebagai berikut:
Pasal 1 angka 2:
Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi
persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan harus
dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam
17
peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan
umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan.
1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan
air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan
air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau
sambungan halaman.
1) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah;
2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass;
dan
4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang
Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku,
terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan
19
perumahan di perkotaan. Salah satunya adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan
air limbah secara komunal pada lingkungan perumahan yang berlaku.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan
pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a) septik tank;
a) limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah
Pengelolaan Air Limbah juga diatur dalam PP No. 122 Tahun 2015 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum, sebagai berikut :
Pasal 1 angka 6:
20
Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya disingkat SPAL adalah satu kesatuan
sarana dan prasarana pengelolaan air limbah.
Yang dimaksud dengan “Air limbah domestik” adalah air limbah yang berasal dari
usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
apartemen, dan asrama (Penjelasan Pasal 34 ayat (1) huruf a).
Yang dimaksud dengan “Air limbah nondomestik” adalah air limbah yang berasal
dari industri, pertanian dan peternakan, perikanan, pertambangan, atau yang bukan
berasal dari air limbah domestik (Penjelasan Pasal 34 ayat (1) huruf b).
Sesuai PP No. 122 Tahun 2015, Pasal 34 ayat (2) bahwa “Ketentuan mengenai
penyelenggaraan SPAL untuk pengelolaan air limbah domestik diatur dengan Peraturan
Menteri (Menteri Pekerjaan Umum)”, namun sampai saat ini belum terbit Peraturan
Menteri dimaksud.
21
3.2.5. Utilitas Pengolahan Sampah
Sistem pengolahan sampah di kawasan Perumahan Puncak Mega Mas belum terdapat
adanya bak sampah terpusat sehingga tiap penduduk perumahan membuang sampah pada
lahan kosong.
a) SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan;
c) SNI 03-3241-1994 tentang Tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir
sampah.
Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak sampah; bak
sampah; tempat pembuangan sementara (TPS); dan tempat pembuangan akhir (TPA).
22
Pengelolaan sampah diatur dalam PP No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, sebagai berikut:
Pasal 1 angka 3:
23
3.2.6. Prasarana Jaringan Listrik
Penyedian jaringan listrik di kawasan Perumahan Puncak Mega Mas mendapatkan
pasokan listrik dari PLN, untuk masing-masing rumah memiliki kebutuhan (watt) sesuai
dengan Type rumah.
24
a) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL);
c) peraturan-peraturan lain yang masih juga dipakai seperti antara lain AVE.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
b) jaringan listrik.
1) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari
sumber lain;
2) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa
dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.
3) disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada
lahan yang bebas dari kegiatan umum;
4) adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5
meter dari muka tanah;
5) sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk
tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan
keselamatan;
25
Pengusahaan tenaga listrik diatur dalam UU No. 30 Tahun 2009 Tentang
Ketenagalistrikan, sebagai berikut:
Pasal 4:
1) Pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dilakukan oleh badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah.
2) Badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam
usaha penyediaan tenaga listrik. 40 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan
Penyediaan PSU
3) Untuk penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),
Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dana untuk:
Pasal 2 :
Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan Usaha Milik Negara di
bidangketenagalistrikan yang diserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha
26
penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dan dapat diberi tugas untuk
melakukan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik.
Penyediaan jaringan telepon pada Kawasan perumahan Puncak Mega Mas sudah
tersedia.
Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk merencanakan penyediaan sambungan
telepon rumah tangga adalah:
27
a) rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota dan perkembangan lokasi yang
direncanakan, berkaitan dengan kebutuhan sambungan telepon;
c) jarak terjauh rumah yang direncanakan terhadap Stasiun Telepon Otomat (STO),
berkaitan dengan kebutuhan STO pada kawasan yang direncanakan;
d) kapasitas terpasang STO yang ada; dan e) teknologi jaringan telepon yang diterapkan,
berkaitan radius pelayanan.
3.3. Hasil
Rekapitulasi tabel hasil survey sarana dan prasarana di perumahan Puncak Mega Mas
sesuai Undang-Undang.
28
10 Prasarana jaringan limbah Ada Jaringan limbah
rumah tangga
melewati pipa
menuju drainase, juga
terdapat septic tank
11 Prasarana jaringan persampahan Ada Terdapat TPS, tetapi
belum adanya TPU
12 Prasarana jaringan listrik Ada Terdapat jaringan
listrik yang sudah
tersebar ke rumah-
rumah
13 Prasarana jaringan telepon Ada Adanya jaringan
telepon menggunakan
indihome
14 Prasarana jaringan transportasi lokal Tidak Ada
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil survey dari perumahan Puncak Mega Mas diperoleh kesimpulan bahwa
perumahan tersebut cukup layak. Hal ini disebabkan karena masih belum adanya sarana
dan prasarana yang dapat memenuhi standar yang telat ditentukan dari UUD peraturan
perumahan. Oleh karena itu sebuah rumah memiliki ketentuan teknis Kesehatan yang
wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang berkumin di
perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan Kesehatan, seharusnya
30
rumah yang sehat tidak hanya dijadikan sebagai tempat berlindung, bernaung dan tempat
untuk beristirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah.
31