Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PRANATA PEMBANGUNAN

Disusun Oleh:
Mayang Tangke Tiku
201923201001

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena atas berkatnya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berisi standar sarana dan prasarana yang ada di perumahan dan permukiman tepat
waktu dengan judul “PERUMAHAN”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak ir. Saliki, S.T.,M.Ars selaku dosen
pengampuh. Tugas yang diberikan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait bidang
yang saya tekuni. Saya juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...….3
1.2 Perizinan……………………………………………………………….…….....4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………...…5
2.1 Pengertian Perumahan…………………………………………………….…..5
2.2 Perencanaan
Perumahan……………………………………………………....6

2.3. Pengertian dan Pembangunan Prasarana, Sarana, Utilitas


Perumahan…..7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………….…11
3.1. Lokasi Penelitian……………………………………………………………..11

3.2. Sarana dan Prasarana………………………………………………………..11

3.2.1. Prasarana Jalan…………………………………………….…...11

3.2.2. Prasarana Jaringan Drainase……………………………….…...15

3.2.3. Prasarana Jaringan Air Bersih……………………………….…18

3.2.4. Prasarana Jaringan Limbah………………………………..…....20

3.2.5. Utilitas Pengolahan Sampah……………………………….…...23

3.2.6. Utilitas Jaringan Listrik………………………………………...25

3.2.7. Utilitas Jaringan Telepon………………………………….……28

3.3. Hasil………………………………………………………………….……...…29

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………..…31

4.1. Kesimpulan……………………………………………………………………31

3
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28, bahwa
rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap Warga Negara
berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Selain itu rumah juga merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan
harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri
pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan
kepribadian bangsa.
Pada saat ini sedang marak perkembangan pembangunan perumahan baik skala
kecil maupun skala besar, sehingga menimbulkan daya saing dalam bidang
infrastruktur menjadi semakin ketat. Pembangunan perumahan beserta infrastruktur
perlu mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal merupakan salah satu
kebutuhan dasar. Dalam lingkup pembangunan, masyarakat merupakan pelaku utama
pembangunan tersebut. Mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang
menunjang pembangunan adalah kewajiban pemerintah (Sastra dan Marlina, 2006).
Tumbuhnya kawasan-kawasan perumahan dan permukiman sebagai upaya
memenuhi permintaan akan suatu hunian yang dipengaruhi oleh meningkatnya
jumlah kepadatan penduduk serta pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di
Kabupaten Merauke yang berdampak pada meningkatnya aksesbilitas baik terhadap
kawasan itu sendiri maupun antar kawasan, serta meningkatnya kebutuhan berbagai
pelayanan, antara lain prasarana dan sarana permukiman, transportasi, fasilitas sosial
(fasos) maupun fasilitas umum (fasum).

4
1.2. Perizinan
Perizinan merupakan salah satu instrumen yang sangat penting di dalam hukum
administrasi negara. Pemerintah menjadikan perizinan sebagai sarana yuridis untuk
mengatur pola tingkah laku masyarakat secara tidak langsung.16 Izin (vergunning)
adalah suatu persetujuan yang diberikan oleh Pemerintah atau Pihak berwenang yang
mengacu pada undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang izin. Pengertian
perizinan adalah salah instumen dalam pelaksanaan sebuah fungsi pengaturan yang
mengendalikan segala kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Izin adalah
penetapan peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan asalkan tidak ada
pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku perbuatan yang bersifat
administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut merupakan izin.
Izin yang bersifat segera berakhir,adalah merupakan izin yang memiliki jangka
waktu keaktifan yang dapat digunakan sesuai waktu yang ditetapkan undang-undang
maupun kondisi yang ditetapkan oleh undangundang,sebagai contoh izin yang
bersifat segera berakhir : IMB (dimana IMB hanya berlaku guna mendirikan
bangunan,jika bangunan tersebut sudah selesai dibangun maka secara langsung IMB
tidak aktif dengan kata lain tidak dapat digunakan lagi)

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perumahan

Menurut UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,


Perumahan adalah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan,
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni. Penyelenggaraan perumahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 meliputi:
a. perencanaan perumahan;
b. pembangunan perumahan;
c. pemanfaatan perumahan; dan
d. pengendalian perumahan.
Perumahan dapat menjadi bagian dari permukiman. Perbedaan yang nyata antara
perumahan dan permukiman terletak pada fungsi. Pada kawasan permukiman,
lingkungan tersebut mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus
tempat mencari nafkah bagi sebagian penghuninya, Pada perumahan, lingkungan tersebut
hanya berupa sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para
penghuninya. Fungsi perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak merangkap
sebagai tempat mencari nafkah.
Lingkup perumahan dapat dilihat dari jenis pelayanan dasar perumahan
berdasarkan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota, dalam Pasal 3 ayat (2), yaitu:
1) Rumah layak huni dan terjangkau; serta
2) Lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas (PSU).
Dalam Pasal 3 ayat (3), indikator dari rumah layak huni dan terjangkau adalah:

6
1) cakupan ketersediaan rumah layak huni;
2) cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau.
Berdasarkan Permenpera Nomor 22 Tahun 2008 tersebut, Lingkungan perumahan
adalah lingkungan hunian dengan batas-batas fisik tertentu baik merupakan bagian dari
kawasan permukiman maupun kawasan dengan fungsi khusus yang keberadaannya
didominasi oleh rumah-rumah dan dilengkapi Peningkatan Kualitas Lingkungan
Perumahan dan Penyediaan PSU 7 dengan prasarana, sarana, dan utilitas untuk
menyelenggarakan kegiatan penduduk yang tinggal di dalamnya dalam lingkup terbatas.

2.2. Perencanaan Perumahan

Perencanaan perumahan terbagi menjadi 2 lingkup yaitu Topografi dan Geografi.


Berdasarkan SNI 03-1733-2004 mengenai tata cara perencanaan lingkungan Perumahan
di perkotaan, ketentuan dasar fisik lingkungan perumahan harus memenuhi faktor-faktor
berikut ini:

1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan
rekayasa/ penyelesaian teknis.

2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan:

a) tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar- landai
dengan kemiringan 0- 8%; dan

b) diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

Sedangkan dari segi geografi lokasi atau letak geografis, yaitu posisi dari kawasan
perumahan terhadap kawasan lainnya, untuk menjangkau sarana yang ada disekitar area
atau radius/ruang lingkup layanan sarana.

Menurut SNI 03-1733-2004 Untuk merencanakan bangunan rumah yang memenuhi


persyaratan teknis kesehatan, keamanan dan kenyamanan, data dan informasi yang perlu
dipersiapkan:

a) jumlah dan komposisi anggota keluarga;

7
b) penghasilan keluarga;

c) karakteristik nilai sosial budaya yang membentuk kegiatan berkeluarga dan


kemasyarakatan;

d) kondisi topografi dan geografi area rencana sarana hunian;

e) kondisi iklim; suhu, angin, kelembaban kawasan yang direncanakan;

f) pertimbangan gangguan bencana alam;

g) kondisi vegetasi eksisting dan sekitar; dan

h) peraturan setempat, seperti rencana tata ruang yang meliputi GSB, KDB, KLB, dan
sejenisnya, atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti aturan khusus arsitektur,
keselamatan dan bahan bangunan

2.3. Pengertian dan Pembangunan Prasarana, Sarana, Utilitas Perumahan

Berdasarakan UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


pasal 1 No. 21, 22, 23, Prasarana adalah Kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman,
dan nyaman. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
hunian.

Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi


persyaratan:

1) kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah;

2) keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan hunian; dan

3) ketentuanteknis pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Sesuai Permenpera Nomor 22 Tahun 2008, dalam Pasal 3 ayat (4), tercantum bahwa
indikator dari lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan

8
utilitas (PSU) adalah cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan
prasarana, sarana dan utilitas (PSU).

Pengertian prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) merujuk pada Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam UU
No. 1 Tahun 2011 ini disebutkan pengertian prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU),
sebagai berikut:

1) Pasal 1 angka 21 dan Penjelasan Pasal 28 ayat (1) huruf b:


Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal layak, sehat, aman, dan nyaman, paling
sedikit terdiri dari jalan, drainase, sanitasi dan jaringan air minum.
2) Pasal 1 angka 22 dan Penjelasan Pasal 28 ayat (1) huruf b:
Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, paling
sedikit terdiri dari rumah ibadah, dan ruang terbuka hijau (RTH).
3) Pasal 1 angka 23 dan Penjelasan Pasal 28 ayat (1) huruf b:
Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian,
paling sedikit terdiri dari jaringan listrik termasuk KWH meter, dan jaringan telepon

Dalam Permenpera Nomor 4 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan


Prasarana, Sarana, Utilitas Umum Perumahan Tapak yang dibangun oleh pengembang,
tercantum jenis prasarana, sarana dan utilitas di perumahan adalah sebagai berikut:

1) Prasarana Perumahan, antara lain:

a) jalan;

b) drainase;

c) air minum;

d) sanitasi;

e) air limbah;

f) persampahan.

9
2) Sarana Perumahan, antara lain:

a) sarana perniagaan/perbelanjaan;

b) sarana pelayanan umum dan pemerintahan;

c) sarana pendidikan;

d) sarana kesehatan;

e) sarana peribadatan;

f) sarana rekreasi dan olah raga;

g) sarana pemakaman;

h) sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan

i) sarana parkir.

3) Utilitas Umum Perumahan, antara lain:

a) jaringan listrik;

b) jaringan telepon;

c) jaringan gas;

d) jaringan transportasi;

e) pemadam kebakaran; dan

f) sarana penerangan jasa umum.

Dengan demikian, ketersediaan PSU merupakan kelengkapan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Dukungan
PSU yang memadai diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas
lingkungan perumahan.

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di perumahan Puncak Mega Mas, jalan Ndoremkai KPG.

Gambar. Site Perumahan Puncak Mega Mas, jl. PGT

Sumber: Google Eart

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sarana, prasarana dan utilitas yang
ada di perumahan Puncak Mega Mas sesuai dengan standar Undang-Undang Perumahan
dan Permukiman.

3.2. Sarana dan Prasarana

3.2.1. Prasarana Jalan

11
Berdasarkan hasil survey lapangan kondisi jalan perumahan Puncak Mega Mas
memiliki kualitas penutup material aspal yang baik,dan kualitas penutup material paving
tertata baik, jaringan jalan perumahan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar. Sarana jalan

Sumber: survey lapangan

Kriteria Prasarana Jalan menurut UU


Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, menyatakan bahwa SNI ini berlaku untuk:

1) perencanaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan baru;

2) perencanaan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan yang


telah berkembang secara terencana; dan

3) perencanaan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan yang


yang telah berkembang secara tidak terencana.

Dalam merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis


tentang pembangunan prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yang
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan jalan pergerakan
kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan dalam keadaan darurat drainase pada

12
lingkungan perumahan di perkotaan. Persyaratan teknis dan kriteria perencanaan jalan
mengacu pada:

1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 19/PRT/M/2011 Tentang


Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan; dan

2) Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri


Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998.

Kriteria Jalan berdasarkan Permenpera Nomor 22 Tahun 2008, sebagai berikut:

1) Jalan akses dan Jalan poros Ketentuan:

a) Kelas jalan:

- jalan lokal skunder I (satu jalur)

- jalan lokal skunder I (dua jalur)

- jalan lokal skunder II

- jalan lokal skunder III

b) dapat diakses mobil pemadam kebakaran

c) konstruksi trotoar tidak berbahaya pejalan kaki dan penyandang cacat

d) jembatan harus memiliki pagar pengaman.

2) Jalan lingkungan Ketentuan:

a) Kelas jalan:

- jalan lingkungan I

- jalan lingkungan II

b) akses kesemua lingkungan permukiman

c) kecepatan rata-rata 5 sampai dengan 10 km/jam

d) dapat diakses mobil pemadam kebakaran

13
e) konstruksi trotoar tidak berbahaya pejalan kaki dan penyandang cacat

f) jembatan harus memiliki pagar pengaman.

3) Jalan setapak Ketentuan:

a) akses ke semua persil rumah sesuai perencanaan

b) lebar 0,8 sampai 2 m

Pengaturan mengenai Jalan diatur dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang


Jalan, dan pengaturan terkait jalan di dalam lingkungan perumahan, sebagai
berikut:

Pasal 8 ayat (5)

Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Pasal 9 ayat (5)

Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

Pasal 9 ayat (6)

Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau


antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Adapun ketentuan terkait pengelolaan jalan, diatur sebagai berikut :

Wewenang pemerintah kabupaten:

Pasal 16 ayat (1):

Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan meliputi


penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.

Pasal 33:

14
Pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa, meliputi :

1) perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan,


serta pelaksanaan konstruksi jalan kabupaten dan jalan desa;

2) pengoperasian dan pemeliharaan jalan kabupaten dan jalan desa; dan

3) pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kabupaten


dan jalan desa.

Wewenang pemerintah kota:

Pasal 16 ayat (2):

Wewenang pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan meliputi


penyelenggaraan jalan kota.

Pasal 34:

Pembangunan jalan kota, meliputi:

1) perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan,


serta pelaksanaan konstruksi jalan kota;

2) pengoperasian dan pemeliharaan jalan kota; dan

3) pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kota.

3.2.2. Prasarana Jaringan Drainase

Berdasarkan hasil survey lapangan kondisi jaringan drainase pada


perumahan Puncak Mega Mas sudah ada tetapi belum diketahui titik kolam retensi yang
menampung aliran air kotor.

15
Kriteria Prasarana Drainase menurut UU

Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan


persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang berlaku, terutama
mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di
perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata
Gambar. Sarana Drainase
Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan.
Sumber: survey lapangan

Ketentuan untuk drainase dan pengendalian banjir sesuai Permenpera Nomor 22


Tahun 2008, yaitu:

1) tinggi genangan rata-rata kurang dari 30 cm;

2) lama genangan kurang dari 1 jam;

3) setiap lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem drainase yang


mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan
bebas dari genangan air; 18 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan
Penyediaan PSU

4) sistem drainase harus dihubungkan dengan badan penerima (saluran kota,


sungai, danau, laut atau kolam yang mempunyai daya tampung cukup) yang dapat
menyalurkan atau menampung air buangan sedemikian rupa sehingga maksud
pengeringan daerah dapat terpenuhi; dan

5) prasarana drainase tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit.

Di samping itu untuk kepentingan kawasan perumahan yang lebih luas


dalam upaya mengurangi genangan air, khususnya di daerah bekas rawa-rawa
perlu disediakan kolam retensi yang berfungsi menyimpan dan meresapkan air ke
dalam tanah. Pembuatan kolam retensi dan sumur resapan dapat dilihat pada
standar teknis yang ada.

16
Pengaturan mengenai Drainase diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan,
sebagai berikut:

Pasal 1 angka 2:

Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan adalah upaya merencanakan,

3.2.3. Utilitas Jaringan Air Bersih


Sistem Penyediaan Air Bersih di kawasan Perumahan Puncak Mega Mas untuk air
bersih memanfaatkan sumber air setempat (sumur bor) yang difasilitasi dengan bak
penampungan air dan jaringan pipa dengan system gravitasi.

Gambar. Jaringan Air Bersih

Sumber: survey lapangan

Kriteria Utilitas Jaringan Air Bersih menurut UU

Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi
persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan harus
dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam

17
peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan
umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan.

Beberapa ketentuan yang terkait adalah:

a) SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.

b) SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk


Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a) Penyediaan kebutuhan air bersih

1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan
air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan
air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau
sambungan halaman.

b) Penyediaan jaringan air bersih

1) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah;

2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass;
dan

3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.

c) Penyediaan kran umum

1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;

2) radius pelayanan maksimum 100 meter;

3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan

4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang
Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.

d) Penyediaan hidran kebakaran


18
1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;

2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;

3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;

4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur


kebakaran; dan

5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata


Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Gedung.

3.2.4. Utilitas Pengolahan Limbah


Pada kawasan Perumahan Puncak Mega Mas Pengolahan limbah terlebih limbah
rumah tangga dari air kamar mandi, cuci, dapur, limbah ini dialirkan melalui pipa yang
terhubung dengan drainase perumahan kemudian dialirkan keluar kawasan perumahan,
untuk pembuangan limbah dari jamban pengaliran cairan ini dari tangki septik ke bidang
resapan.

Gambar. Jaringan Air Limbah

Sumber: survey lapangan

Kriteria Utilitas Pengolahan Limbah menurut UU

Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku,
terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan

19
perumahan di perkotaan. Salah satunya adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan
air limbah secara komunal pada lingkungan perumahan yang berlaku.

Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah


yang memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku. Apabila kemungkinan
membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan
sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem
pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain. Apabila tidak
memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat
bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan
pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:

a) septik tank;

b) bidang resapan; dan

c) jaringan pemipaan air limbah.

Dalam Permenpera Nomor 22 Tahun 2008, tercantum ketentuan terkait pengolahan


air limbah rumah tangga, yaitu:

a) limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah

b) Pengosongan lumpur tinja 2 tahun sekali

c) apabila kemungkinan membuat tankiseptik tidak ada, maka lingkungan perumahan


yang baru harus dilengkapi dengan sistem pembuangan sanitasi lingkungan atau harus
dapat disambung dengan sistem pembuangan sanitasi kota atau dengan cara pengolahan
lain.

Pengelolaan Air Limbah juga diatur dalam PP No. 122 Tahun 2015 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum, sebagai berikut :

Pasal 1 angka 6:

20
Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya disingkat SPAL adalah satu kesatuan
sarana dan prasarana pengelolaan air limbah.

Pasal 34 ayat (1):

Penyelenggaraan SPAL meliputi pengelolaan:

1) air limbah domestik; dan

2) air limbah nondomestik.

Yang dimaksud dengan “Air limbah domestik” adalah air limbah yang berasal dari
usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
apartemen, dan asrama (Penjelasan Pasal 34 ayat (1) huruf a).

Yang dimaksud dengan “Air limbah nondomestik” adalah air limbah yang berasal
dari industri, pertanian dan peternakan, perikanan, pertambangan, atau yang bukan
berasal dari air limbah domestik (Penjelasan Pasal 34 ayat (1) huruf b).

Sesuai PP No. 122 Tahun 2015, Pasal 34 ayat (2) bahwa “Ketentuan mengenai
penyelenggaraan SPAL untuk pengelolaan air limbah domestik diatur dengan Peraturan
Menteri (Menteri Pekerjaan Umum)”, namun sampai saat ini belum terbit Peraturan
Menteri dimaksud.

21
3.2.5. Utilitas Pengolahan Sampah
Sistem pengolahan sampah di kawasan Perumahan Puncak Mega Mas belum terdapat
adanya bak sampah terpusat sehingga tiap penduduk perumahan membuang sampah pada
lahan kosong.

Gambar. Pembuangan Sampah

Sumber: survey lapangan

Kriteria Utilitas Pengolahan Sampah menurut UU:


Lingkungan perumahan harus dilayani sistem persampahan yang mengacu pada:

a) SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan;

b) SNI 03-3242-1994 tentang Tata cara pengelolaan sampah di permukiman; dan

c) SNI 03-3241-1994 tentang Tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir
sampah.

Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak sampah; bak
sampah; tempat pembuangan sementara (TPS); dan tempat pembuangan akhir (TPA).

22
Pengelolaan sampah diatur dalam PP No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, sebagai berikut:

Pasal 1 angka 3:

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan


berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

23
3.2.6. Prasarana Jaringan Listrik
Penyedian jaringan listrik di kawasan Perumahan Puncak Mega Mas mendapatkan
pasokan listrik dari PLN, untuk masing-masing rumah memiliki kebutuhan (watt) sesuai
dengan Type rumah.

Gambar. Jaringan Listrik

Sumber: survey lapangan

Lingkungan perumahan harus dilengkapi perencanaan penyediaan jaringan listrik


sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang mengacu pada:

1) SNI 04-6267.601-2002 tentang Istilah Kelistrikan (Bab 601: Pembangkitan,


Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik-Umum);

2) SNI 04-8287.602-2002 tentang Istilah Kelistrikan (Bab 602: Pembangkitan); dan

3) SNI 04-8287.603-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 603: Pembangkitan, Penyaluran


dan Pendistribusian Tenaga Listrik – Perencanaan dan Manajemen Sistem Tenaga
Listrik).

Pemasangan seluruh instalasi di dalam lingkungan perumahan ataupun dalam


bangunan hunian juga harus direncanakan secara terintegrasi dengan berdasarkan
peraturan-peraturan dan persyaratan tambahan yang berlaku, seperti:

24
a) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL);

b) peraturan yang berlaku di PLN wilayah setempat; dan

c) peraturan-peraturan lain yang masih juga dipakai seperti antara lain AVE.

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:

a) kebutuhan daya listrik; dan

b) jaringan listrik.

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a) Penyediaan kebutuhan daya listrik

1) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari
sumber lain;

2) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa
dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.

b) Penyediaan jaringan listrik

1) disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana


besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok
siap bangun; 2) disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada
area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi
pejalan kaki di trotoar (lihat Gambar 1 mengenai bagian-bagian pada jalan);

3) disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada
lahan yang bebas dari kegiatan umum;

4) adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5
meter dari muka tanah;

5) sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk
tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan
keselamatan;

25
Pengusahaan tenaga listrik diatur dalam UU No. 30 Tahun 2009 Tentang
Ketenagalistrikan, sebagai berikut:

Pasal 4:

1) Pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dilakukan oleh badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah.

2) Badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam
usaha penyediaan tenaga listrik. 40 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan
Penyediaan PSU

3) Untuk penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),
Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dana untuk:

a) kelompok masyarakat tidak mampu;

b) pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang;

c) pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan perbatasan; dan

d) pembangunan listrik perdesaan.

Selanjutnya terdapat Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990 tentang Perusahaan


Umum (Perum) Listrik Negara, mengatur sebagai berikut :

Pasal 2 :

Perusahaan yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1972


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1981,
dilanjutkan berdirinya dan ditetapkan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan
dan meneruskan usaha-usaha selanjutnya berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 3 ayat (1):

Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan Usaha Milik Negara di
bidangketenagalistrikan yang diserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha

26
penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dan dapat diberi tugas untuk
melakukan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik.

3.2.7 Utilitas Jaringan Telepon

Penyediaan jaringan telepon pada Kawasan perumahan Puncak Mega Mas sudah

tersedia.

Gambar. Jaringan Telepon

Sumber: survey lapangan

Kriteria Utilitas Jaringan Telepon menurut UU

Menurut SNI 03-1733-20 Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan telepon


sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang
telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan telepon lingkungan
perumahan di perkotaan.

Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk merencanakan penyediaan sambungan
telepon rumah tangga adalah:

27
a) rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota dan perkembangan lokasi yang
direncanakan, berkaitan dengan kebutuhan sambungan telepon;

b) tingkat pendapatan keluarga dan kegiatan rumah tangga untuk mengasumsikan


kebutuhan sambungan telepon pada kawasan yang direncanakan;

c) jarak terjauh rumah yang direncanakan terhadap Stasiun Telepon Otomat (STO),
berkaitan dengan kebutuhan STO pada kawasan yang direncanakan;

d) kapasitas terpasang STO yang ada; dan e) teknologi jaringan telepon yang diterapkan,
berkaitan radius pelayanan.

3.3. Hasil

Rekapitulasi tabel hasil survey sarana dan prasarana di perumahan Puncak Mega Mas
sesuai Undang-Undang.

No Sarana dan Prasarana Fasilitas yang ada Keterangan


1 Sarana pemerintahan dan pelayanan Tidak ada
umum
2 Sarana Pendidikan dan pembelajaran Tidak ada

3 Sarana peribadatan Tidak ada


4 Sarana perdagangan dan niaga Tidak ada
5 Sarana kebudayaan dan rekreasi Tidak ada
6 Sarana ruang terbuka, taman dan Tidak ada
lapangan olahraga
7 Prasarana jaringan jalan Ada Jaringan jalan sudah
tertata dengan baik
dan diberi paving
blok
8 Prasarana jaringan drainase Ada Jaringan drainase
sudah ada tetapi
belum diketahui titik
kolam retensi
9 Prasarana jaringan air bersih Ada Jaringan air bersih
sudah di buat sumur
bor dan juga bak
penampung

28
10 Prasarana jaringan limbah Ada Jaringan limbah
rumah tangga
melewati pipa
menuju drainase, juga
terdapat septic tank
11 Prasarana jaringan persampahan Ada Terdapat TPS, tetapi
belum adanya TPU
12 Prasarana jaringan listrik Ada Terdapat jaringan
listrik yang sudah
tersebar ke rumah-
rumah
13 Prasarana jaringan telepon Ada Adanya jaringan
telepon menggunakan
indihome
14 Prasarana jaringan transportasi lokal Tidak Ada

29
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarakan UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman pasal 1 No. 21, 22, 23, Prasarana adalah Kelengkapan dasar fisik
lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal
yang layak, sehat, aman, dan nyaman. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian
yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial,
budaya, dan ekonomi. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan
lingkungan hunian.

Lingkungan perumahan adalah lingkungan hunian dengan batas-batas fisik


tertentu baik merupakan bagian dari kawasan permukiman maupun kawasan dengan
fungsi khusus yang keberadaannya didominasi oleh rumah-rumah dan dilengkapi
Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Penyediaan PSU 7 dengan prasarana,
sarana, dan utilitas untuk menyelenggarakan kegiatan penduduk yang tinggal di
dalamnya dalam lingkup terbatas.

Dari hasil survey dari perumahan Puncak Mega Mas diperoleh kesimpulan bahwa
perumahan tersebut cukup layak. Hal ini disebabkan karena masih belum adanya sarana
dan prasarana yang dapat memenuhi standar yang telat ditentukan dari UUD peraturan
perumahan. Oleh karena itu sebuah rumah memiliki ketentuan teknis Kesehatan yang
wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang berkumin di
perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan Kesehatan, seharusnya

30
rumah yang sehat tidak hanya dijadikan sebagai tempat berlindung, bernaung dan tempat
untuk beristirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem


Drainase Perkotaan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 34/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Umum


Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana Dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah.

Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

SNI 03-6967-2003 persyaratan umum sistem jaringan geometrik jalan perumahan.

31

Anda mungkin juga menyukai