BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...........................................................................................4
1.3. Tujuan Dan Kegunaan........................................................................................5
1.4. Metode Penyusunan...........................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
KAJIAN TEORITIS..........................................................................................................7
2.1. Pengertian Infrastruktur......................................................................................7
2.2. Pengertian Pemukiman Kumuh..........................................................................8
BAB III...........................................................................................................................10
EVALUASI DAN ANALISIS.........................................................................................10
3.1. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota Dalam Sistem Penataan Ruang Dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional...............................................................10
3.2. Strategi Penataan Bangunan Dan Lingkungan..................................................11
BAB IV............................................................................................................................14
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS...........................................14
4.1. Landasan Filosofis............................................................................................14
4.2. Landasan Sosiologis.........................................................................................15
4.3. Landasan Yuridis..............................................................................................16
BAB V.............................................................................................................................17
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP.................................17
5.1. Jangkauan Dan Arah Pengaturan......................................................................17
5.2. Ruang Lingkup.................................................................................................17
BAB IV............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
6.1. Kesimpulan......................................................................................................18
6.2. Saran................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
HALAMAN 1
keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu, seperti
tersirat dalam UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Peraturan
pembangunan setempat yang bersifat khusus diperlukan sebagai pengarah
terwujudnya wajah bangunan dan lingkungan dengan karakter yang khas/
unik terutama pada kawasan atau bagian kota yang tumbuh cepat dan
berkembang. Sedangkan masalah ketidakteraturan-ketidakserasian
bangunan dan lingkungan didalamnya harus dibuat solusi pemecahan dan
penyelesaiannya dengan memperhatikan umum. Banyak program yang
dibuat pemerintah untuk mengendalikan gerak laju dari kawasan yang
berkembang tersebut. Program-program tersebut bertujuan memajukan dan
mensejahterahan kehidupan masyarakat umum, walaupun dapat dihindari
jika beberapa program terlihat tumpang tindih pada pelaksanaannya. Multi
interpretasi pelaksanaan program dapat menyebabkan stagnasi yang berefek
hambatan bagi perkembangan suatu kawasan atau sebaliknya,
perkembangannya menjadi tak terkendali. Panduan tersebut sebagai turunan
dalam bagian UU no. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, diperlukan
sebagai perangkat pengendali pertumbuhan serta memberi panduan
terhadap wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. Peraturan
Bangunan Setempat yang bersifat khusus yang diperlukan sebagai pengarah
perwujudan arsitektur lingkungan perkotaan (urban architecture) terutama
pada kawasan atau bagian kotayang tumbuh cepat dan berkembang secara
tidak teratur bagi dari segi tertib bangunan, keselamatan bangunan maupun
keserasian bangunan terhadap lingkungannya. Panduan akan memberikan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti rencana rinci
tata ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka
perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Dengan arahan
tersebut, Pemerintah daerah, pemerhati kawasan dan bangunan dan stake
holder lainnya akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan
pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah setempat. Meluasnya
lingkungan permukiman kumuh diperkotaan membawa banyak
HALAMAN 2
konsekwensi pada kehidupan di perkotaan. Secara estetika, konsekwensi
nya adalah menimbulkan lingkungan yang rendah kualitasnya. Namun lebih
dari itu, pemukiman kumuh ini mengakibatkan konflik ruang, kawasan
hunian yang sesak dengan daya dukung rendah, menurunnya tingkat
kesehatan masyarakat, menurunnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana
permukiman. Belum lagi karena kepadatannya, dapat meningkatkan
kerawanan dan konflik sosial. Oleh karena itu, permukiman kumuh di
perkotaan ini harus segera ditangani agar dampak buruk tidak semakin
bertambah. Banyak pemerintah daerah (pemkot) di kota-kota Indonesia
sudah menangani pemukiman kumuh dengan berbagai macam cara, tentu
disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah yang bersangkutan.
Salah satu model penanganan lingkungan kumuh ini adalah penataan
berbasis kawasan yang mengintegrasikan pemukiman kumuh ini dengan
lingkungan sekitarnya sebagai satu kawasan, artinya mengintegrasikan
dengan kegiatan lingkungan di sekitarnya (sistem kota) baik aktivitas
ekonomi, lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial. Dengan perencanaan
model ini, diharapkan kawasan kumuh akan berkembang secara
berkelanjutan dan saling mendukung dengan potensi-potensi perkembangan
yang ada disekitarnya. ari waktu ke waktu, rumah semakin dibutuhkan oleh
setiap rumah tangga bersamaan dengan kebutuhan pokok sandang dan
pangan. Kebutuhan rumah tidak saja dilihat dari aspek kuantitasnya saja
namun juga kualitasnya. Kebutuhan rumah ini semakin bertambah sejalan
dengan bertambahnya kawasan perkotaan di berbagai wilayah di Indonesia.
UUD 1945, Pasal 28H ayat (1) menyatakan bahwa "Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan". Amanat UUD 1945 tersebut memposisikan bahwa rumah atau
tempat tinggal sebagai hak setiap orang. Rumah merupakan kebutuhan
dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, kualitas kehidupan,
serta sebagai cerminan diri. Lebih dari itu rumah juga berperan dalam
HALAMAN 3
pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa. Namun karena
jumlah kebutuhan akan rumah yang sangat besar, maka pemenuhan akan
rumah belum terkejar hingga saat ini, belum lagi dalam pelaksanaannya
ditemukan berbagai macam hambatan. Hambatan utama adalah semakin
langkanya lahan bagi pengembangan kawasan perumahan di perkotaan,
kalaupun ada tentu harganya sangat mahal dan menjadi tidak efisien untuk
dibangun sebagai perumahan murah bagi golongan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR). Berkaitan dengan penataan perumahan di
perkotaan khususnya perumahan kumuh, hambatan yang dijumpai adalah
penanganan yang masih cenderung parsial dan belum efektif dan masih
luasnya kawasan perumahan yang berkembang kurang terintegrasi dan
serasi dengan fungsi kawasan di sekitarnya.
HALAMAN 4
o Pemanfaatan daerah sungai oleh masyarakat untuk kegiatan
ekonomi, yang menjadikan terganggunya fungsi sungai secara
maksimal,
o Tidak adanya jarak antar bangunan yang mengakibatkan rumah
menjadi tidak sehat,
o Kumuhnya permukiman akibat aktivitas kawasan yang terlalu
berlebihan, sehingga menyebabkan lingkungan hunian menjadi tidak
sehat dan tidak nyaman untuk ditinggali,
o Tidak berfungsinya saluran drainase kota di kawasan tersebut secara
optimal,
o Sampah dan limbah akibat aktivitas warga yang tidak dikelola
dengan baik, sehingga menyebabkan pemandangan yang kotor,
o Kurangnya sarana prasarana juga kurang terpeliharanya sarana
prasarana (jalan lingkungan, tempat sampah, MCK umum)
2. Terlalu padatnya jumlah penduduk, yang kurang seimbang dengan daya
tampung ruang hunian dan penataan ruang yang kurang tepat.
HALAMAN 5
penghambat pengelolaan. Ketiga adalah analisis kesenjangan antara
kondisi saat ini dengan kondisi yang seharusnya lalu dilakukan
perumusan strategi dan kebijakan.
HALAMAN 6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
HALAMAN 7
2.2. Pengertian Pemukiman Kumuh
HALAMAN 8
akan tergenang oleh air. d. Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat
minim sekali. Ada diantaranya yang langsung membuang tinjanya ke
saluran yang dekat dengan rumah, ataupun ada juga yang membuangnya ke
sungai yang terdekat. e. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim,
memanfaatkan air sumur dangkal, air hujan atau membeli secara kalengan.
Jadi menurut Sinulingga (2005) pemukiman kumuh adalah lingkungan
hunian atau tempat tinggal/rumah beserta lingkungannya, yang berfungsi
sebagai rumah tinggal dan sebagai sarana pembinaan keluarga, tetapi tidak
layak huni ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, sarana dan
prasarananya, fasilitas pendidikan, kesehatan serta sarana dan prasarana
sosial budaya masyarakat.
HALAMAN 9
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
HALAMAN 10
dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata
ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan
strategis dan rencana detail tata ruang. Kawasan strategis adalah Kawasan
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena memiliki pengaruh penting
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia. Rencana tata ruang kawasan strategis
adalah upaya penjabaran rencana umum tata ruang ke dalam arahan
pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai dengan aspek utama yang
menjadi latar belakang pembentukan kawasan strategis tersebut. Tingkat
kedalaman rencana tata ruang kawasan strategis sepenuhnya mengikuti
luasan fisik serta kedudukannya di dalam sistem administrasi.Rencana tata
ruang kawasanstrategis tidak mengulang hal-hal yang sudah diatur atau
menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada jenjang
diatasnya maupun dibawahnya. Rencana detail tata ruang merupakan
penjabaran dari RTRW pada suatu kawasan terbatas, ke dalam rencana
pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik mengikat dan bersifat
operasional. Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai instrumen
perwujudan ruang khususnya sebagai acuan dalam permberian advise
planningdalam pengaturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan
dan lingkungan.
HALAMAN 11
Selengkapnya mengenai strategi dalam bidang permukiman dan
infrastruktur adalah sebagai berikut:
1. Aspek Fisik
Pemenuhan kebutuhan permukiman yang layak dan terjangkau
dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan
berpendapatan rendah.Adapun program strategisnya adalah:
Penyediaan PSD bagi Kawasan Urban Renewal (Kawasan
Kota Baru)
Kajian Pusat Kawasan Cepat Tumbuh dan Penataan
Bangunan
Kajian Pusat Kawasan Agropolitan dan Agrowisata
2. Pembangunan rumah susun di kawasan permukiman padatAdapun
program strategisnya adalah:
Studi Rencana Pengembangan Perumahan
Rusunawa/Rusunami
Pembangunan Rusunawa/Rusunami di Serang Timur 2 Ha
3. Peningkatan kualitas permukiman kawasan kumuh perkotaan dan
nelayan.Adapun program strategisnya adalah:
Dukungan PSD Kawasan Kumuh (Kawasan Serang, Kel.
Cipare)
Dukungan PSD Kawasan Nelayan (Kawasan Kasemen, Kel.
Karang Antu
SPAM Kawasan Kumuh dan Nelayan (Kel. Karangantu,
Kecamatan Kasemen.
Terlaksananya Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih
Prioritas Penanggulangan Kemiskinan bagi Daerah Perdesaan
dan Perkotaan
SPAM Rawan Air (Desa Sawah Luhur Kecamatan Kasemen)
HALAMAN 12
Pembangunan Transmisi Air Bersih (PDAM) Se-Kota Serang
dari Gelam Cipocok Jaya
4. Memacu pemenuhan kebutuhan permukiman berikut sarana dan
prasarana yang layak, terjangkau dan sesuai dengan tipologi kota
serta karakteristik masyarakat dan lingkungan sekitarnya.Adapun
program strategisnya adalah:
Peningkatan kapasitas RPIJM yang jelas, terukur dan
mendudukan fungsi prasarana sebagai pengarah dan
pengendali struktur kota Pengembangan kampanye dan
edukasi publik didalam pemanfaatan dan pemeliharaan
infrastruktur publik secara berkelanjutan
Pengintegrasian perencanaan transportasi dengan perencanaan
tata ruang, perancangan kota dan infrastruktur
Penyediaan fasilitas sarana prasarana dan perumahan yang
aman, layak, terjangkau dan sesuai dengan karakteristik
masyarakat
5. Penyediaan danPengembangan Drainase perkotaan. Membangun
sistem persampahan yg berwawasan lingkungan dengan konsep
3RAdapun program strategisnya adalah:
Pembangunan Prasarana dan Sarana Terpadu 3R (Menunjang
RSH, Keterpaduan dengan Program Pengembangan Kawasan
Permukiman Banten dan Pengelolaan Air Minum)
Peningkatan Pelayanan TPA Cilowong
HALAMAN 13
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
HALAMAN 14
masyarakat. Na-mun dari kacamata pengem-bang, pelaksanaan konsep
hunian berimbang menjadi seperti pergeseran tanggungjawab dari
pemerintah kepada pihak pengembang. Kondisi ini sangat terasa ketika
tidak tersedia insentif yang memadai bagi pengembang dalam
pelaksanaannya.
HALAMAN 15
4.3. Landasan Yuridis
HALAMAN 16
BAB V
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP
HALAMAN 17
BAB IV
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
HALAMAN 18
mengalami kendala sehingga harapan untuk menciptakan lingkungan
hunian yang nyaman dan aman dapat terwujud.
6.2. Saran
HALAMAN 19