Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Gambaran Umum .................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Progam ...................................................................................................................... 2
1.3 Keluaran yang Diharapkan ................................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM ...................................................................................................... 3
2.1 Gambaran Umum Kota Binjai .............................................................................................. 4
2.2 Kependudukan dan sumber daya manusia ............................................................................ 4
2.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk .................................................................................. 4
2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk ................................................................................................ 5
BAB III PENDEKATAN INFORMASI SPASIAL DAN PROGRES PENGOLAHAN DATA
SPASIAL ........................................................................................................................................ 6
3.1 Pendekatan Informasi Spasial ............................................................................................... 6
3.1.1 Pendekatan Kartografi ................................................................................................... 6
3.1.2 Sistem Informasi Geografis ........................................................................................... 7
3.2 PROSES PENGOLAHAN DATA SPASIAL ....................................................................... 8
3.2.1 Pengumpulan Dan Inventarisasi Data ............................................................................ 8
3.3 Proses Pengolahan Data ...................................................................................................... 14
3.4 Keluaran .............................................................................................................................. 15
BAB IV PROGRES PEKERJAAN .............................................................................................. 18
4.1 Jadwal Pekerjaan ................................................................................................................. 18
4.2 Tabel Capaian ..................................................................................................................... 20
4.3 Hambatan Kendala .............................................................................................................. 20
Lampiran ....................................................................................................................................... 21

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman mengamanatkan
bahwa penyelenggaraan atas perumahan dan kawasan permukiman termasuk pencegahan kumuh
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan atau setiap orang.
Sasaran pokok pembangunan nasional RPJPN 2005 – 2025 adalah terwujudnya
pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan yang ditandai oleh terpenuhinya kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang
didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
Rancangan RPJMN 2020 – 2024 tentang Perumahan dan Permukiman Kumuh memiliki
arah kebijakan untuk meningkatkan akses masyarakat secara bertahap terhadap hunian layak,
aman, dan terjangkau dalam rangka mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Aspek dalam
mencapai kota tanpa kumuh:
1. Infrastruktur dasar
Jalan lingkungan, drainase, air minum, sanitasi, persampahan, perlindungan kebakaran.
Aspek ini masih menjadi fokus penanganan kumuh program eksisting saat ini.
2. Sosial ekonomi
Menghubungkan penataan permukiman kumuh dengan peningkatan kapasitas ekonomi
dan kehidupan sosial penghuninya.
3. Rencana Tata Ruang
Penegakan tata ruang, peyediaan ruang bagi perumahan MBR dalam rencana tata ruang.
4. Pembiayaan Rumah
Meningkatkan akses MBR terhadap pembiayaan perumahan agar dapat mengakses rumah
layak huni.
5. Lahan
Menjamin keamanan bermukim.
6. Penyediaan Perumahan
Meningkatkan akses MBR terhadap rumah layak huni.
Harapan pengembangan KOTAKU ke depan adalah mengarah ke pendekatan
komprehensif yang menuju ke perubahan signifikan dan peningkatan akses masyarakat ke rumah

1
layak beserta infrastruktur dasar pendukungnya, serta fokus ke penanganan skala besar,
menengah, dan juga penanganan illegal settlement serta peremajaan (urban renewal).
Era komputerisasi ini telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam pengambilan
keputusan dan penyebaran informasi. Data yang merepresentasikan dunia nyata dapat disimpan
dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana dan
sesuai kebutuhan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh dan komputer sangat membantu
dalam peningkatan kinerja dan efisiensi survei pemetaan tematik. Teknologi yang dilibatkan
dalam pemetaan tematik meliputi citra satelit dengan berbagai tingkat resolusi, alat penentu posisi
(GPS/Global Positioning System), dan komputer dengan seluruh perangkatnya.

Peta rencana pola ruang wilayah harus digambarkan dalam bentuk delineasi. Delineasi
kawasan kumuh dan kawasan non kumuh harus dipetakan pada lembar kertas yang
menggambarkan wilayah secara utuh. Informasi delineasi kawasan kumuh tersebut diharapkan
menjadi petunjuk tentang kondisi infrastruktur yang ada di lokasi kawasan kumuh yang dapat
berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

Permasalahan perumahan dan kawasan permukiman khususnya aspek air minum dan
sanitasi belum menjadi prioritas penanganan di daerah. Adanya kawasan-kawasan kumuh tersebut
seharusnya menjadi tanggung jawab penanganan bersama mulai dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat, dan stakeholder lainnya. Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah membutuhkan informasi data yang mudah dipahami dan dianalisa.

Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah program yang dilaksanakan secara
nasional di 271 kabupaten/kota di 34 Provinsi yang menjadi “platform” atau basis penanganan
permukiman kumuh yang mengintegrasikan berbagai sumber daya dan sumber pendanaan,
termasuk dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, donor, swasta, masyarakat, dan
pemangku kepentingan lainnya.

1.2 Tujuan Progam


Maksud dan tujuan dari pemetaan informasi spasial adalah:
1. Menginformasikan dengan mudah kawasan-kawasan yang rentan terhadap
permasalahan permukiman kumuh.
2. Memetakan secara spasial keberadaan titik-titik kawasan kumuh dan menginformasikan
profil kawasan kumuh sehingga pemerintah dapat memprioritaskan pembangunan PKP
nya.

2
3. Memberikan informasi data infrastruktur terbangun yang mudah dipahami.
4. Memudahkan pemerintah pusat dan daerah dalam merumuskan perencanaan strategi
dan roadmap pembangunan infrastruktur dasar di daerah.

1.3 Keluaran yang Diharapkan


Keluaran dari pekerjaan Pemetaan KOTAKU ini adalah tampilnya informasi peta yang
berupa:
A. Data dengan format shapefile
1. Batas Administrasi (Tipe Poligon/Area dan Tipe Garis/Line)
2. Jaringan Jalan (Tipe Garis/Line)
3. Perairan (Tipe Poligon/Area dan atau Tipe Garis/Line)
4. Bangunan (Tipe Poligon/Area)
5. Penggunaan Lahan (Tipe Poligon/Area)
6. Toponimi (Tipe Titik/Point)
7. Delineasi Kumuh (Tipe Poligon/Area)
8. Realisasi BDI/BPM (2017, 2018, 2019) (Tipe Poligon/Area)
9. Investasi dan Kegiatan (2017, 2018, 2019) (Tipe Poligon/Area)
10. Profil Kumuh (Tipe Poligon/Area)
11. Titik Kegiatan (2017, 2018, 2019) (Tipe Titik/Point, Tipe Garis/Line, Tipe
Poligon/Area)
12. Skala Kawasan (Tipe Titik/Point, Tipe Garis/Line, Tipe Poligon/Area)
13. Kegaiatan Livelihood – PPMK dan Livelihood BDC (Tipe Titik/Point, Tipe
Garis/Line, Tipe Poligon/Area)
14. Kegiatan CFW (Tipe Titik/Point, Tipe Garis/Line, Tipe Poligon/Area)

BAB II
GAMBARAN UMUM

3
2.1 Gambaran Umum Kota Binjai
Secara Adminitratif Kota Binjai yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Posisi Kota
Binjai cukup strategis untuk menjadikannya berkembang pesat sebagai kota perdagangan karena
terletak di jalur lintas Sumatera. Jalur ini menghubunghkan Kota Binjai dengan Kota atau
Kabupaten di Sumtera Utara, seperti Kota Medan, Kabupaten Langkat, dan Provinsi Aceh. Kota
Binjai terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai Timur,
Binjai Utara, dan Binjai Barat dengan 37 Kelurahan.

Luas wilayah dari Kota Binjai yaitu sebesar 90.23 Km² dari beberapa Kecamatan yang ada
di Kota Binjai Kecamatan Binjai Selatan memiliki wilayah yang paling luas sebesar 29.96 Km²,
sedangkan Kecamatan Binjai Kota memiliki luas wilayah terkecil dengan luas sebesar 4.12 Km².

Tabel 1.1 Luas wilayah administratif Kota Binjai

No Kecamatan Luas (Km²)


1 Binjai Selatan 29.96
2 Binjai Kota 4.12
3 Binjai Timur 21.70
4 Binjai Utara 23.59
5 Binjai Barat 10.86
Jumlah 90.23

Sumber : Kota Binjai Dalam Angka Tahun 2003-2007

Dilihat dari kedudukan Kota Binjai dalam wilayah yang lebih luas, Kota Binjai dalam
lingkup Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dijelaskan bahwa Kota Binjai adalah termasuk dalam
Kawasan Metropolitan MEBIDANG-RO, dimana sektor unggulannya adalah sektor-sektor
industri, perkebunan, pariwisata, pertaniaan dan perikanan.

2.2 Kependudukan dan sumber daya manusia

2.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Penduduk Kota Binjai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dimana Pada Tahun
2008 jumlah Penduduk Kota Binjai Berjumlah 252.652jiwa, jumlah tersebut mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2003 sebesar 223.451 jiwa.
Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2008 terdapat di Kecamatan Binjai Utara dengan jumlah
penduduk sebesar 72,417 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan
Binjai Kota yaitu sebanyak 37,700 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2

4
Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai pada Tahun 2003 – 2008
Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²)
No Kecamatan
2004 2005 2006 2007 2008 (Km²) 2004 2005 2006 2007 2008

1 Binjai Selatan 42,87 43,92 44,36 45,21 46,14 29.96 1431 1466 1481 1509 1540

2 Binjai Kota 34,32 35,16 36,26 37,23 37,7 4.12 8330 8533 8801 9037 9037

3 Binjai Timur 49,49 50,7 51,74 52,28 53,79 21.70 2281 2336 2384 2409 2479

4 Binjai Utara 67,02 68,84 70,71 71,7 72,42 23.59 2841 2918 2998 3039 3070

5 Binjai Barat 38,35 39,29 41,19 41,84 42,61 10.86 3531 3617 3793 3852 3923

Jumlah 232,1 237,9 244,3 248,3 252,7 90.23 2572 2637 2707 2751 2800

Sumber: Sumber: Kota Binjai Dalam Angka Tahun 2003-2008


2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk
Dalam rentang waktu lima tahun laju pertumbuhan penduduk di Kota Binjai mengalami
peningkatan yaitu pada tahun 2004-2008 laju pertumbuhan Kota Binjai sebesar sebesar 2,1
Kecamatan Binjai Barat dan Binjai Kota memiliki laju pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu
masing-masing sebesar 2,59 dan 2,32 sedangkan Kecamatan Binjai Selatan dan Binjai Utara
merupakan Kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan yang kecil yaitu sebesar 1,81 dan 1,91.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3Rata-Rata Laju Pertumbuhan Kota Binjai Tahun 2004 – 2008
Pertumbuhan Penduduk (Jiwa)
No Kecamatan
2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-rata
1 Binjai Selatan 2.38 0.99 1.88 2.01 1.81
2 Binjai Kota 2.38 3.05 2.61 1.24 2.32
3 Binjai Timur 2.38 2.00 1.04 2.81 2.06
4 Binjai Utara 2.64 2.65 1.37 0.99 1.91
5 Binjai Barat 2.39 4.62 1.55 1.81 2.59
Jumlah 2.46 2.60 1.61 1.74 2.10
Sumber: Hasil Analisis 2008

5
BAB III
PENDEKATAN INFORMASI SPASIAL DAN PROGRES PENGOLAHAN
DATA SPASIAL

3.1 Pendekatan Informasi Spasial


Permasalahan perumahan dan kawasan permukiman khususnya aspek air minum dan
sanitasi belum menjadi prioritas penanganan di daerah. Adanya kawasan-kawasan kumuh tersebut
seharusnya menjadi tanggung jawab penanganan bersama mulai dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat, dan stakeholder lainnya. Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah membutuhkan informasi data yang mudah dipahami dan dianalisa.
Maksud dan tujuan dari pemetaan informasi spasial adalah:
1. Menginformasikan dengan mudah kawasan-kawasan yang rentan terhadap
permasalahan permukiman kumuh.
2. Memetakan secara spasial keberadaan titik-titik kawasan kumuh dan menginformasikan
profil kawasan kumuh sehingga pemerintah dapat memprioritaskan pembangunan PKP
nya.
3. Memberikan informasi data infrastruktur terbangun yang mudah dipahami.
4. Memudahkan pemerintah pusat dan daerah dalam merumuskan perencanaan strategi
dan roadmap pembangunan infrastruktur dasar di daerah.

3.1.1 Pendekatan Kartografi


Kartografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah perkembangan serta pembuatan
peta. Peta merupakan gambaran umum permukaan bumi yang digambarkan pada sebuah bidang
datar dengan sistem proyeksi dan skala tertentu. Pembuatan peta dengan cara tradisional
dilakukan dengan menggunakan pena dan kertas, seiring perkembangan teknologi saat ini, peta
sudah dibuat dengan menggunakan perangkat lunak seperti ArcGIS (Geographic Information
System), CAD (Computer Aided Design), serta perangkat lunak ilustrasi khusus peta lainnya. Peta
yang disajikan kemudian dilengkapi dengan petunjuk pembacaan peta atau sering disebut sebagai
legenda.
Peta berdasarkan isinya dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Peta Umum/Peta Dasar
Peta umum atau peta dasar adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara
umum. Peta ini memuat semua kenampakan yang terdapat dalam cakupan peta, baik kenampakan
fisik (sungai, gunung, laut, dan lain sebagainya) maupun kenampakan sosial budaya (jalan,

6
permukiman, sawah, dan lain sebagainya). Yang termasuk peta umum antara lain Peta Topografi,
Peta Rupabumi Indonesia, Peta Chorografi, Peta Indonesia, dan lain sebagainya.
2. Peta Khusus/Peta Tematik
Peta khusus atau peta tematik adalah peta yang menggambarkan informasi tertentu saja
sesuai dengan apa yang ingin ditampilkan. Yang termasuk peta tematik antara lain Peta Persebaran
Kawasan Kumuh, Peta Kerawanan Bencana, Peta Jaringan Drainase, dan lain sebagainya.

3.1.2 Sistem Informasi Geografis


Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem komputer yang memiliki kemampuan
untuk membangun, menyimpan, mengelola, dan menampilkan informasi dengan referensi
geografi (Aronoff, 1989). Sistem Informasi Geografis bekerja secara sistematis. Secara garis besar
SIG terdiri dari 5 komponen utama, komponen ini akan menentukan kualitas dari data SIG yang
dihasilkan. Komponen tersebut adalah:
1. Hardware (perangkat keras)
Hardware dengan spesifikasi yang tinggi dibutuhkan dalam komponen SIG, hal ini
dikarenakan data-data yang digunakan dan penyimpanannya membutuhkan ruang yang
besar serta proses analisisnya membutuhkan memori dan prosesor yang cepat.
2. Software (perangkat lunak)
Software SIG harus mampu melakukan penyimpanan data, analisis, dan visualisasi
informasi secara keruangan.
3. Data
Data pada SIG secara garis besar memiliki 2 tipe yaitu data vektor dan data atribut.
4. Method/Procedure (metode)
Metode atau prosedur adalah cara yang digunakan dalam penggambaran atau pembuatan
model analisis yang bersifat keruangan. Metode yang digunakan dalam SIG menjadi
sangat penting dalam kaitannya dengan peta dan analisis yang dihasilkan.
5. People (operator)
Operator memegang peranan penting, tanpa ada operator maka sistem tidak dapat
diaplikasikan. Kejelian dan ketekunan sangat diperlukan untuk operator.

7
Gambar 3.1 Komponen Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis dapat digunakan sebagai alat untuk pemetaan, pemodelan,
pengukuran, dan monitoring. Keunikan dari pemanfaatan SIG adalah kemampuan untuk
menampilkan jenis data yang berada pada waktu bersamaan, yaitu data vektor (grafis) dan data
atribut (tabel). Data vektor (grafis) merupakan gambaran objek permukaan bumi yang telah
digambarkan dengan informasi koordinat (X,Y), sedangkan data atribut (tabel) adalah informasi
dari data grafis tersebut.
Informasi spasial yang ditawarkan oleh Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk
kebutuhan pengambilan keputusan dalam pengelolaan suatu kawasan. Sistem Informasi Geografis
memungkinkan data disajikan secara lebih representatif dengan menggunakan peta beserta
atributnya secara bersamaan. Berkaitan dengan pekerjaan ini, konsep SIG digunakan dalam proses
analisis data spasial dengan menggabungkan (integrasi) dengan data tabel yang berasal dari Sistem
Informasi Manajemen (SIM).

3.2 PROSES PENGOLAHAN DATA SPASIAL


3.2.1 Pengumpulan Dan Inventarisasi Data
Tahap pertama untuk dapat menghasilkan informasi spasial adalah melakukan
pengumpulan dan inventarisasi data. Pengumpulan dan inventarisasi data diperoleh melalui
pengumpulan data instansi, data SIM KOTAKU, dan pengumpulan data lapangan apabila data
dari instansi dan data SIM KOTAKU belum mencukupi.
Informasi data spasial dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Informasi Geospasial Dasar (IGD)
dan Informasi Geospasial Tematik (IGT). Informasi Geospasial Dasar merupakan informasi dasar
yang harus ada pada sebuah peta. Mengacu pada Perka BIG No. 15 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Teknis Ketelitian Peta Dasar Skala 1:5.000, objek yang digambarkan pada pekerjaan ini meliputi

8
batas administrasi, jaringan jalan, perairan, bangunan, fasilitas umum dan fasilitas sosial
(toponimi), dan tutupan lahan.
Informasi Geospasial Tematik merupakan informasi tematik yang kebutuhan data
spasialnya bersifat spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan pemetaan KOTAKU. Informasi
tematik yang akan disusun antara lain informasi pengurangan kumuh, informasi realisasi
BDI/BPM setiap kelurahan, informasi intervensi kegiatan setiap kelurahan, informasi profil
kumuh, dan informasi titik kegiatan.
Tabel 3.1 Sumber dan Penyedia Data Spasial untuk SIG di 150 Kabupaten/Kota
No. Jenis Data Sumber Penyedia Data
1. Citra Satelit/Foto Udara Dokumen RTRW Bappeda
Dinas Pekerjaan
Umum
2. Administrasi, Batas Peta RBI Bappeda
Kabupaten/Kota Peta RTRW Dinas Pekerjaan
Umum
3. Administrasi, Batas Kecamatan Peta RTRW Bappeda
Dinas Pekerjaan
Umum
4. Administrasi, Batas Peta RTRW Bappeda
Desa/Kelurahan Dinas Pekerjaan
Umum
5. Administrasi, Batas RT/RW Peta Desa/Kelurahan Pemerintah Desa
Baseline KOTAKU
6. Jaringan Jalan Peta RTRW Bappeda
Dinas Pekerjaan
Umum
7. Perairan Peta RTRW Bappeda
Dinas Pekerjaan
Umum
8. Bangunan Peta RTRW Bappeda
Dinas Pekerjaan
Umum
9. Penutup Lahan Peta RTRW Bappeda
Dinas Pekerjaan
Umum
10. Toponimi (fasilitas umum dan Peta RTRW Bappeda
fasilitas sosial yang penting) Dinas Pekerjaan
Umum
11. Delineasi Kumuh Baseline KOTAKU KOTAKU
RPLP BKM
RP2KPKP
SK Bupati/SK
Kumuh

9
Informasi tematik lain yaitu profil kumuh dan titik intervensi kegiatan yang bersumber dari
SIM KOTAKU yang memuat informasi spasial berupa data koordinat (X,Y), sehingga informasi
ini sudah merupakan data vektor (tipe titik) dan dapat ditampilkan sebagai data spasial, walau
demikian titik ini perlu diverifikasi kembali di lapangan.

A. Pengumpulan Data Instansi


Sumber data spasial dari instansi dapat digunakan sebagai acuan utama dalam penyusunan
pemetaan KOTAKU. Sumber data tersebut antara lain:
1. Citra Satelit
Citra satelit merupakan salah satu sumber acuan dalam pekerjaan ini dimana penyediaan
citra satelit disesuaikan dengan kebutuhan skala penyajian data. Salah satu acuan yang dapat
digunakan untuk mengetahui jenis citra satelit yang akan digunakan adalah dari Doyle (1984),
dimana resolusi optimal adalah 1/10.000 dari penyebut skala. Apabila skala output sebesar 1:5.000
maka resolusi spasial optimal berkisar pada angka 0,5 m dimana nilai tersebut hanya dapat
dipenuhi oleh citra satelit resolusi tinggi (CSRT). Yang termasuk CSRT antara lain Pleiades dari
Airbus Military and Space, serta Quickbird, Geoeye, dan Worldview series dari Digital Globe.
Citra satelit ini di beberapa wilayah sudah tersedia dalam dokumen RTRW yang dimiliki oleh
Bappeda atau Dinas Pekerjaan Umum, sehingga citra ini sudah terkoreksi geometrik, radiometrik,
serta ter-rektifikasi.

Gambar 3.2 Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) Kota Bengkulu

Citra satelit yang bersumber selain dari Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, atau instansi
pemerintah lainnya dapat dijadikan sebagai referensi namun tidak dapat digunakan sebagai acuan
dalam pekerjaan ini.

10
1. Peta Rupabumi Indonesia
Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Spasial menyatakan bahwa data
geospasial tematik wajib mengacu pada Informasi Geospasial Dasar (IGD), berdasarkan hal
tersebut maka pekerjaan pemetaan terkait KOTAKU wajib mengacu pada peta dasar dalam hal ini
Peta Rupabumi Indonesia pada skala 1:50.000. Peta Rupabumi Indonesia (Peta RBI) penting
digunakan dalam pekerjaan ini sebagai acuan serta referensi utama perolehan data dasar.
Peta RBI belum tersedia secara merata di seluruh wilayah Indonesia pada skala yang sama.
Untuk wilayah Jawa dan Sumatra Peta RBI sudah tersedia dalam skala 1:25.000, namun di
sebagian wilayah timur Indonesia baru tersedia dalam skala 1:50.000. Contoh penyimpanan
geodatabase Peta RBI tersaji dalam gambar 2.3.

Gambar 3.3 Contoh Penyimpanan Geodatabase Peta Rupabumi Indonesia


Beberapa fitur yang dapat diambil dari Peta Rupabumi Indonesia antara lain batas
administrasi, jaringan jalan, perairan, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang penting (toponimi),
bangunan, dan lain sebagainya. Fitur ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pendetilan peta dasar
yang akan digunakan untuk skala yang lebih besar pada pekerjaan ini.
2. Dokumen RTRW
KOTAKU merupakan program pengurangan lingkungan kumuh yang mengacu pada dokumen
RTRW sehingga perencanaan dan pelaksanaan yang terdapat di KOTAKU sebisa mungkin
merujuk pada dokumen RTRW agar ada kesesuaian dengan perencanaan pada level di atasnya.
Dokumen RTRW memuat data spasial dalam format shapefile (.shp).
3. Dokumen RPLP/RP2KPKP/SK Bupati
Data yang akan kita ambil dari dokumen tersebut adalah data delineasi kumuh, yaitu
gambar/koordinat yang menunjukkan area yang merupakan lingkungan kumuh.

11
B. Data SIM KOTAKU
Data SIM KOTAKU merupakan data primer hasil pengukuran di lapangan maupun pengolahan
data sekunder. Data SIM KOTAKU dapat diakses dan diunduh melalui website KOTAKU
(http://kotaku.pu.go.id). Data yang diunduh dari data SIM KOTAKU berupa data tabel dalam
format .xls. Data yang diunduh dapat disesuaikan dengan data kabupaten/kota yang dibutuhkan
saja. Setelah mengunduh, data tabel tersebut kemudian dipilah, kolom mana saja yang diperlukan
sebagai informasi data spasial dan kolom mana yang tidak dibutuhkan untuk tampilan data spasial.
Data SIM KOTAKU dapat memberikan informasi koordinat dan dapat juga digunakan
sebagai data atribut untuk data vektor. Data SIM KOTAKU yang diperlukan:
1. Pengurangan Kumuh
Data Pengurangan Kumuh merupakan data yang berisi informasi tentang kondisi kumuh di suatu
unit delineasi kumuh pada 2 waktu yang berbeda yaitu pada saat dilakukan baseline dan setelah
dilakukan intervensi kegiatan. Realisasi BDI/BPM
Data Realisasi BDI/BPM merupakan data yang berisi informasi tentang pemanfaatan dan
penggunaan dana BDI/BPM (Bantuan Dana Investasi/Bantuan Pemerintah ke Masyarakat) di
setiap kelurahan penerima manfaat.
2. Investasi dan Kegiatan
Data Investasi dan Kegiatan pada data SIM KOTAKU menunjukkan jenis-jenis intervensi
kegiatan yang sudah dilakukan di setiap kelurahan penerima manfaat. Jenis kegiatan yang terdapat
dalam data SIM KOTAKU tersedia sangat detil, data yang akan ditampilkan adalah jenis kegiatan
L-XX.
3. Profil Kumuh
Penilaian kumuh program KOTAKU ditentukan berdasarkan Permen PUPR
No.2/PRT/M/2016 Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh. Permen ini menggunakan 7 indikator 19 kriteria untuk menilai suatu
lingkungan dengan unit satuan RT/RW (basis). Indikator dan kriteria yang digunakan adalah:
(1) Kondisi Bangunan Gedung
a. Ketidakteraturan bangunan
b. Kepadatan bangunan
c. Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis bangunan
(2) Kondisi Jalan Lingkungan
a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan
b. Kualitas permukaan jalan lingkungan
(3) Kondisi Penyediaan Air Minum
12
a. Ketersediaan akses aman air minum
b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum
(4) Kondisi Drainase Lingkungan
a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air
b. Ketidaktersediaan drainase
c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase kota
d. Tidak terpeliharanya drainase
e. Kualitas konstruksi drainase
f. Kondisi Pengelolaan Air Limbah
g. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis
h. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai persyaratan teknis
(5) Kondisi Pengelolaan Persampahan
(a) Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
(b)Sistem pengelolaan persampahan tidak sesuai standar teknis
(c) Tidak terpeliharanya prasarana dan sarana pengelolaan persampahan
(6) Kondisi Proteksi Kebakaran
(a) Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran
(b)Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran

Gambar 3.4 Data Numerik Kumuh dari Data SIM KOTAKU

4. Titik Kegiatan
Titik Lokasi Kegiatan merujuk pada data Realisasi Kegiatan SIM KOTAKU, lokasi ini
ditunjukkan melalui koordinat (X,Y) yang terdapat dalam data tersebut.

13
C. Survei Lapangan
Survei lapangan memiliki 2 tujuan, yaitu untuk memperoleh data spasial yang belum
tersedia melalui perolehan data di atas (citra satelit, Peta RBI, dokumen RTRW, dokumen
RPLP/RP2KPKP/SK Bupati, maupun data SIM KOTAKU), serta untuk verifikasi data yang sudah
ada (batas RT/RW, koordinat data SIM KOTAKU).
Tahap survei lapangan merupakan bagian dari proses pengumpulan data untuk penyiapan
peta dasar dan penyusunan peta tematik. Survei lapangan pada pemetaan KOTAKU bertujuan
untuk melakukan identifikasi batas desa, batas RT/RW, delineasi kumuh, serta data lain apabila
belum tersedia. Proses pemetaan untuk melengkapi data spasial yang belum tersedia dilakukan
dengan melibatkan Tim OC, Tim Korkot, Pemerintah Desa, dan warga masyarakat. Identifikasi
batas desa, batas RT/RW, maupun delineasi kumuh dilakukan dengan pendekatan teknologi dan
partisipatif masyarakat, teknologi pemetaan menggunakan perangkat lunak GIS sedangkan
pengumpulan data lapangan dengan pendekatan partisipatif masyarakat. Pemerintah Desa dan
warga masyarakat setempat memiliki wawasan yang lebih banyak mengenai kondisi keruangan
(dalam hal ini batas RT/RW) yang biasa disebut peta mental/mental map.

3.3 Proses Pengolahan Data


Proses pengolahan data spasial memerlukan software yang dapat mengolah data spasial, salah
satunya adalah ArcGIS, software ini cukup mudah untuk digunakan. Proses pengolahan data
dalam software GIS disebut dengan proses editing. Proses editing sendiri memerlukan berbagai
macam tools sesuai dengan peruntukannya.
A. Editing
1. Data spasial (vektor dan atribut)
Data spasial (vektor dan atribut) yang diperoleh melalui instansi sebagian besar sudah memiliki
format shapefile (.shp) sehingga langkah yang dilakukan adalah melakukan export data ke file
baru. Data spasial yang diperlukan adalah Batas Administrasi, Jaringan Transportasi, Perairan,
Bangunan, Toponimi, Penutup Lahan, dan Delineasi Kumuh. Selanjutnya melakukan editing
vektor yang diperlukan (topologi) dan menyusun data atribut.
2. Survei Lapangan
Data survei lapangan ini akan berbeda-beda di setiap kabupaten/kota, hal ini menyesuaikan dengan
kebutuhan data spasial yang belum tersedia di kabupaten/kota tersebut.
a. Perolehan data yang berupa sketsa di atas peta kerja perlu untuk diubah ke dalam format
vektor (shapefile) melalui proses digitasi.

14
b. Perolehan data menggunakan GPS dan handphone/tablet dipindahkan/export ke
laptop/personal computer dalam format shapefile untuk proses pengolahan peta lebih lanjut.
c. Perolehan data spasial yang berasal dari data SIM KOTAKU (berupa koordinat (X,Y)
dapat diubah menjadi format shapefile melalui software GIS.
Setelah semua hasil survei lapangan selesai diolah, maka semua data akan tersimpan dalam format
shapefile (.shp). Data yang berisi informasi dasar dikelompokkan pada file Peta Dasar, sedangkan
data yang berisi informasi tematik dikelompokkan pada file Peta Tematik.
B. Atributing
Atributing adalah proses pemberian informasi pada data spasial. Salah satu hal penting yang harus
terdapat dalam data atribut adalah adanya field/kolom yang isinya menjadi identitas/kunci ketika
akan menggabungkan dengan data SIM. Ketentuan penamaan dan kolom data atribut dijelaskan
di BAB III.
C. Join
Join adalah tools/fasilitas pada software GIS untuk menggabungkan 2 buah data yaitu data spasial
dengan data tabular SIM KOTAKU. Salah satu kolom yang tidak boleh dihilangkan adalah kolom
yang memuat identitas/kode unik data tersebut, karena identitas/kode unik tersebut nantinya akan
menjadi identitas ketika akan menggabungkan dengan data spasial. Kolom dengan isi yang sama
juga terdapat pada data GIS. Data SIM KOTAKU yang menjadi identitas adalah:
1. Pada data Pengurangan Kumuh : kolom kode_rt
2. Pada data Realisasi BDI : kolom kode_kelurahan
3. Pada data Investasi dan Kegiatan : kolom kode_kelurahan
4. Pada data Profil Kumuh : kolom kode_rt
5. Pada data Kegiatan : kolom koordinat (longitude, latitude)
D. Foldering
Data spasial yang sudah selesai kemudian disusun dalam sebuah folder penyimpanan yang rapi
sehingga mudah dibaca dan ditelusuri. Format penyimpanan data dirinci pada Bab III.
E. Layout
Layout merupakan tahapan untuk menyusun dan menata peta untuk keperluan tampilan pada
dokumen.

3.4 Keluaran
Keluaran dari pekerjaan Pemetaan KOTAKU ini adalah tampilnya informasi peta yang berupa:
A. Data dengan format shapefile
1. Batas Administrasi (Tipe Poligon/Area dan Tipe Garis/Line)

15
2. Jaringan Jalan (Tipe Garis/Line)
3. Perairan (Tipe Poligon/Area dan atau Tipe Garis/Line)
4. Bangunan (Tipe Poligon/Area)
5. Penggunaan Lahan (Tipe Poligon/Area)
6. Toponimi (Tipe Titik/Point)
7. Delineasi Kumuh (Tipe Poligon/Area)
8. Realisasi BDI/BPM (2017, 2018, 2019) (Tipe Poligon/Area)
9. Investasi dan Kegiatan (2017, 2018, 2019) (Tipe Poligon/Area)
10. Profil Kumuh (Tipe Poligon/Area)
11. Titik Kegiatan (2017, 2018, 2019) (Tipe Titik/Point, Tipe Garis/Line, Tipe
Poligon/Area)
12. Skala Kawasan (Tipe Titik/Point, Tipe Garis/Line, Tipe Poligon/Area)
13. Kegaiatan Livelihood – PPMK dan Livelihood BDC (Tipe Titik/Point, Tipe Garis/Line,
Tipe Poligon/Area)
14. Kegiatan CFW (Tipe Titik/Point, Tipe Garis/Line, Tipe Poligon/Area)
B. Layout Peta
1. Peta Administrasi
Peta Administrasi menunjukkan cakupan kabupaten/kota yang menjadi lokasi Pemetaan
KOTAKU.
2. Peta Delineasi Kumuh
Peta Delineasi Kumuh menunjukkan status kumuh pada cakupan kabupaten/kota lokasi
Pemetaan KOTAKU. Peta Delineasi Kumuh menampilkan informasi status kumuh
awal (pada saat kegiatan baseline) dan informasi status kumuh akhir (setelah adanya
intervensi kegiatan).
3. Peta Realisasi BDI/BPM
Peta Realisasi BDI/BPM menunjukkan besarnya dana BDI/BPM yang disalurkan dalam
suatu kelurahan pada cakupan kabupaten/kota lokasi Pemetaan KOTAKU. Peta
Realisasi BDI/BPM menampilkan informasi per tahun yaitu mulai tahun 2017, 2018,
dan 2019.
4. Peta Investasi dan Kegiatan
Peta Investasi dan Kegiatan menunjukkan jenis intervensi kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya pengurangan kumuh. Informasi yang ditampilkan dalam simbol adalah
jenis kegiatan yang menggunakan anggaran paling besar berdasarkan persentase

16
penggunaan anggaran. Peta Investasi dan Kegiatan menampilkan informasi per tahun
yaitu mulai tahun 2017, 2018, dan 2019.
5. Peta Profil Kumuh
Peta Profil Kumuh menunjukkan permasalahan kumuh di suatu lokasi yang menjadi
dasar penentuan dan penilaian kumuh pada cakupan kabupaten/kota lokasi Pemetaan
KOTAKU. Informasi yang ditampilkan dalam simbol adalah kriteria yang memiliki
persentase paling besar menentukan kekumuhan.
6. Peta Titik Kegiatan
Peta Titik Kegiatan menunjukkan titik lokasi kegiatan yang sudah dilakukan pada
cakupan kabupaten/kota lokasi Pemetaan KOTAKU. Peta Titik Kegiatan menampilkan
informasi per tahun yaitu mulai tahun 2017, 2018, dan 2019.
7. Peta Livelihood – BDC dan PPMK
8. Peta CFW

17
BAB IV
PROGRES PEKERJAAN

4.1 Jadwal Pekerjaan


Penyusunan data dan informasi spasial dilakukan dalam kurun waktu 12 bulan. Kegiatan
dikerjakan oleh Asisten GIS yang mengerjakan cakupan wilayah pemetaan di tingkat
kota/kabupaten.
Berikut Timeline dalam bentuk Barchart Jadwal Pelaksanaan Pemetaan Kotaku Wilayah 1
:

Gambar 4.1 Rencana Jadwal Pemetaan KOTAKU Wilayah-1

18
19
4.2 Tabel Capaian

KETERANGAN
NO TARGET CAPAIAN PEKERJAAN CATATAN
TERSELANGGARA TIDAK

Penguatan Kapasitas dan Pembekalan


1 √
Assistant GIS
2 Mobilisasi Assistant GIS √

3 Cek Ketersediaan Data Spasial √


Pembuatan Rencana Kerja Tindak
4 √
Lanjut
Diskusi Teknis Pekerjaan Dengan tim
5 √
Korkot
6 Diskusi Teknis Pekerjaan Dengan OC √

7 Penyusunan Peta Dasar √


Penyusunan Peta Tematik (Deleniasi
8 √
Kumuh)
Penyusunan Peta Tematik Profil √
9
Kumuh (Basis)
Penyusunan Peta Tematik Profil √
10
Kumuh (Kelurahan)

11 Penyusunan Peta Realisasi BDI/BPM

12 Penyusunan Peta Investasi Kegiatan
Penyusunan Peta Titik Kegiatan √
13
Tahun 2017
Penyusunan Peta Titik Kegiatan √
14
Tahun 2018
Penyusunan Peta Titik Kegiatan √
15
Tahun 2020

4.3 Hambatan Kendala

NO CATATAN HAMBATAN DAN KENDALA SOLUSI

20
Lampiran
Peta Titik kegiatan Tahun 2020 Keluarahan Rambung Dalam

Peta titik kegiatan Tahun 2020 Kelurahan Satria

21
Peta titik kegiatan Tahun 2020 Kelurahan Mencirim

Peta titik kegiatan Tahun 2020 Kelurahan Suka Maju

22
Koordinasi Assgis dengan PPK Wilayah II

Paparan Progres Kerja Assgis dengan PPK Wilayah II

23
Koordinasi Asgis dengan Koorkot Medan

24
Koordinasi Asgis dengan Askot Mandiri Kota Binjai

25

Anda mungkin juga menyukai