Anda di halaman 1dari 12

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

4.1 Penyiapan Conto

Penelitian ini bermaksud menyelidiki pengaruh clearance terhadap distribusi


ukuran butir pada sebuah hammer mill. Sampel yang digunakan adalah zeolit,
berasal dari Desa Suka Maju, Kecamatan Simangumban, Tapanuli Utara,
Sumatera Utara. Zeolit yang digunakan sebagai bahan uji adalah berbentuk
bongkah. Karena hammer mill memiliki corong (lubang pengumpanan) berukuran
kecil (12 x 22 cm) maka ukuran bahan uji perlu disesuaikan.

Prosedur penyiapan sampel yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Menyiapkan palu pereduksi .


b) Siapkan bongkah zeolit yang akan direduksi.
c) Memukul bongkah zeolit dengan palu sampai pecah dengan ukuran tidak lebih
besar dari ukuran corong hammer mill.
d) Mengukur dimensi dari pecahan yang akan digunakan sebagai umpan. Dimensi
yang diukur adalah panjang (P), lebar (L) dan tingginya (T).
e) Ulangi prosedur b–d untuk menghasilkan sampel kira-kira sebanyak 15 kg
untuk setiap percobaan.
f) Selesai

4.2 Prosedur Percobaan

Percobaan pengumpanan ini dilakukan dengan cara memasukkan sampel


sebanyak 15 kg yang dibagi menjadi 5 bagian masing-masing 3 kg. Percobaan
dilakukan untuk jarak clearance 2 mm, 6 mm, dan 12 mm. Masing-masing
clearance menggunakan saringan dengan ukuran 3 mm, 5mm, 7,5 mm, 10 mm,
dan 12,5 mm. Prosedur dari tiap percobaan adalah sebagai berikut:

1) Siapkan 15 kg sampel dengan spesifikasi sampel dibagi menjadi 5 bagian


dengan berat 3 kg
2) Buka hopper dan kerangka atas (frame) hammer mill.

IV-1
3) Pasang saringan yang akan digunakan, misalnya ukuran lubang 3 mm.
Bersihkan hingga tidak ada butiran yang menempel pada saringan ataupun
ruang remuk dan pastikan semuah baut terkunci dengan rapat.
4) Atur jarak clearance 2 mm.
5) Hidupkan motor penggerak dan tunggu hingga putaran hammer benar-benar
stabil.
6) Bersihkan wadah (ember) penampung produk penggilingan, kemudian
tempatkan tepat dibawah penampungan.
7) Masukkan sampel 1 sampai 5 ke ruang remuk dengan interval waktu 90 detik.
8) Tunggu sampai sampel habis tergerus, kemudian matikan motor penggerak
9) Bersihkan ruang remuk untuk mendapatkan semua sampel yang dimasukkan
10) Bagi produk penggilingan menggunakan splitter menjadi 8 bagian yang
relative sama.
11) Pisahkan produk penggilingan menggunakan ayakan standar. Lama
pengayakan dilakukan selama 25 menit.
12) Catat semua berat butir yang tertahan pada masing-masing ayakan.
13) Ulangi prosedur percobaan 1-12 dengan jarak clearance 6 mm dan 12 mm dan
ukuran lubang saringan 5mm, 7,5 mm, 10 mm, dan 12,5 mm.
14) Selesai.

4.3 Data dan Analisa Hasil Percobaan

Pada masing-masing percobaan berat zeolit yang digiling 15 kg. Produk hasil
penggilingan akan di spliter kemudian di ayak untuk mendapatkan fraksi berat
butir gilingnya. Pada penggilingan 15 kg zeolit produk yang lolos dari saringan
selalu lebih ringan dari berat awalnya. Tabel 4.1 menunjukkan data hasil berat
produk pada masing-masing percobaan.

Tabel 4.1 Berat produk pada tiap percobaan

Clearance 2 mm Clearance 6 mm Clearance 12 mm


Data percobaan
12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3
Berat awal (kg) 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Berat lolos saringan (kg) 14.9 14.9 14.7 14.5 1.34 14.7 15 14.7 12 14.55 14.9 14.9 14.8 14.7 1.42
Berat tertahan saringan (kg) 0 0 0 0.36 12.6 0 0 0 0.94 0.15 0 0 0 0.1 12.4

IV-2
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada saringan 3 mm zeolit yang digiling banyak
tidak lolos saringan karena zeolit lengket pada saringan dan dinding ruang remuk.

Gambar 4.1 kondisi saringan setelah proses penggilingan

4.3.1 Fraksi Berat Butir Giling

Dari masing-masing produk percobaan dilakukan pengayakan secara mekanis


menggunakan ayakan standar menurut ASTM dengan ukuran lubang paling besar
10# dan hingga ukuran butir terkecil -200#. pengayakan mekanis dilakukan
selama 25 menit dan data hasil pengukuran dapat di lihat pada Tabel 4.2 Fraksi
berat butir tiap percobaan.

Tabel 4.2 Fraksi berat butir tiap percobaan

ukuran lubang ayakan ∆ 2 mm ∆ 6 mm ∆ 12 mm Tidak lolos saringan 3


mesh micron 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3 ∆ 2 mm ∆ 12 mm
-4+10 2000 428.8 309.9 311.1 249.7 14.2 320.7 451.2 281.2 174.4 204.3 373.4 333.2 335.1 151.5 139.4 216.9 175
-10+20 841 147.5 130 135.8 358 139.2 112.9 196.9 238.9 293 253.6 150.2 175.5 280.3 281.4 196.9 200.4 395.2
-20+40 420 95.6 141.9 131.7 290.9 329.5 113.4 225.2 259.3 303.9 301.1 210.3 231.7 243.7 290.1 283.7 401.2 286.2
-40+60 250 62 120.6 168.7 29.6 83.1 87.6 32.6 49.4 43.7 36.9 15.1 64.3 8 60.4 25.6 104.1 65.3
-60+80 177 36.8 37 50 10.6 11.7 23.4 10.4 16.6 11.8 3.1 3.4 12 2.7 4.4 4.1 9.8 9.8
-80+100 149 19.4 25.3 33.1 2.1 4.7 8 6.1 4.5 4.7 3.4 2 4.6 0.6 2.2 0.2 4.6 6.6
-100+140 105 5.6 10.8 11.4 0.2 0.4 3.8 2.4 0.9 1.6 1.5 0.5 2.4 0.1 0.8 0.8 1.4 3.4
-140+170 88 1 4.4 5.2 0.2 0.2 1.8 0.6 0.1 0 0.1 0.2 1 0.1 0.4 0.7 0.4 1.9
-170+200 74 0.7 0.9 1.6 0.1 0.1 0.2 0 0 0 0 0.1 0.2 0.1 0.1 0.4 0 0
-200 3.5 1 1.8 1 0.4 0.1 0.4 1.7 0.9 0.6 0.7 0.4 0.6 1 1.7 0.8 1.5
jumlah 800.9 781.8 850.4 942.4 583.5 671.9 925.8 852.6 834 804.6 755.9 825.3 871.3 792.3 653.5 939.6 944.9

IV-3
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah fraksi butir tidak sama yaitu
nilai minimum (583,5 gr) dan maksimum (925,8 gr). Jumlah berat total tersebut
diperoleh dari sampel awal yang direduksi yaitu 15.000 gr. Setelah proses reduksi
maka proses sampling dilakukan. Sampling dilakukan karena kapasitas maksimal
ayakan ±1.500 gr, selain itu sampling juga dilakukan untuk mewakili dari total
produk. Jenis sampling yang dilakukan yaitu metode spliter (membagi dalam dua
bagian). Produk dengan berat ±15.000 gr, di sampling dengan cara spliter 4 kali,
sehingga berat sampel hasil sampling pertama ±7.500 gr, sampling kedua ±3.750
gr, sampling ketiga dengan berat ±1.875 gr dan sampling keempat dengan berat
±937,5 gr. Proporsi berat produk tertinggi yaitu 451,2 gr (pada ukuran lubang
ayakan -4+10# saringan 10 mm clearance 6 mm) proporsi berat produk terendah
yaitu 0 gr (pada ukuran lubang ayakan -170+200# saringan 10 mm, 7,5 mm, 5
mm, dan 3 mm clearance 6 mm dan pada ukuran lubang ayakan -140+170#
saringan 5 mm clearance 6 mm).

Pada percobaan clearance 2 mm dan 12 mm menggunakan saringan 3 mm


terdapat sampel yang tidak lolos saringan. Dari tabel 4.2 dapat dilihat proporsi
berat tertinggi yang tidak lolos saringan terdapat pada jarak clearance 2 mm
ukuran lubang ayakan -20+40# dengan proporsi 401,2 gr. Proporsi berat terendah
terdapat pada jarak clearance 2 mm dan 12 mm pada ukuran lubang ayakan -
170+200# dengan proporsi 0.

4.3.2 Distribusi Ukuran Butir

Distribusi ukuran butir adalah proporsi berat butir pada masing-masing ukuran
lubang ayakan. Proporsi butir pada tiap ukuran ayakan dapat diperoleh dengan
membandingkan antara berat proporsi butir tiap lubang ayakan dengan berat total.
Pada analisa distribusi ukuran lubang ayakan dianggap bahwa setiap butir yang
berada pada ukuran ayakan tersebut dianggap berdimensi berbentuk bola dengan
diameter yang sama. Persen berat untuk masing-masing ukuran lubang ayakan
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

IV-4
Tabel 4.3 Persen berat butir tiap percobaan.

Ukuran Lubang Ayakan ∆ 2 mm ∆ 6 mm ∆ 12 mm Tidak lolos saringan 3


mesh micron 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3 ∆ 2 mm ∆ 12 mm
-4+10 2000 53.54 39.64 36.58 26.50 2.43 47.73 48.74 32.98 20.91 25.39 49.40 40.37 38.46 19.12 21.33 23.08 18.52
-10+20 841 18.42 16.63 15.97 37.99 23.86 16.80 21.27 28.02 35.13 31.52 19.87 21.26 32.17 35.52 30.13 21.33 41.82
-20+40 420 11.94 18.15 15.49 30.87 56.47 16.88 24.32 30.41 36.44 37.42 27.82 28.07 27.97 36.61 43.41 42.70 30.29
-40+60 250 7.74 15.43 19.84 3.14 14.24 13.04 3.52 5.79 5.24 4.59 2.00 7.79 0.92 7.62 3.92 11.08 6.91
-60+80 177 4.59 4.73 5.88 1.12 2.01 3.48 1.12 1.95 1.41 0.39 0.45 1.45 0.31 0.56 0.63 1.04 1.04
-80+100 149 2.42 3.24 3.89 0.22 0.81 1.19 0.66 0.53 0.56 0.42 0.26 0.56 0.07 0.28 0.03 0.49 0.70
-100+140 105 0.70 1.38 1.34 0.02 0.07 0.57 0.26 0.11 0.19 0.19 0.07 0.29 0.01 0.10 0.12 0.15 0.36
-140+170 88 0.12 0.56 0.61 0.02 0.03 0.27 0.06 0.01 0 0.01 0.03 0.12 0.01 0.05 0.11 0.04 0.20
-170+200 74 0.09 0.12 0.19 0.01 0.02 0.03 0.00 0 0 0 0.01 0.02 0.01 0.01 0.06 0 0
-200 26 0.44 0.13 0.21 0.11 0.07 0.01 0.04 0.20 0.11 0.07 0.09 0.05 0.07 0.13 0.26 0.09 0.16
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa persen berat tertinggi terdapat pada
clearance 2 mm, saringan 3 mm, ukuran lubang ayakan -20+40# yaitu 56,47 %.
Untuk persen berat butir terendah terdapat pada clearance 6 mm, saringan 10 mm,
7,5 mm, 5 mm, dan 3 mm, ukuran lubang ayakan -170+200# dan pada clearance 6
mm, saringan 5 mm ukuran lubang ayakan -140+170# yaitu 0.

Persen berat tertinggi untuk jarak clearance 2 mm terdapat pada Ø (3 mm) pada
ukuran lubang ayakan -20#+40# dengan proporsi 56,47%, untuk jarak clearance 6
mm terdapat pada Ø (10 mm) pada ukuran lubang ayakan -4#+10# dengan
proporsi 48,74% dan untuk jarak clearance 12 mm teradapat pada Ø (12,5mm)
pada ukuran lubang ayakan -4#+10# dengan proporsi 49,40%.

Persen berat tertinggi produk yang tidak lolos saringan (terjadi pada ukuran
lubang saringan 3 mm) terdapat pada jarak clearance 2 mm pada ukuran lubang
ayakan -20+40# dengan proporsi 42,7 %. Persen berat terendah terdapat pada
clearance 2 mm dan 12 mm pada ukuran lubang ayakan -170+200# dengan
proporsi 0. Gambar 4.2 berikut menggambarkan distribusi persen berat butir tiap
ukuran.

IV-5
Gambar 4.2 Distribusi persen berat butir tiap saringan pada masing masing ukuran ayakan

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi ketiga jarak clearance
relatif sama. Secara umum persen berat butir tertinggi berada pada ukuran 2.000
µm (ayakan -4+10#), tetapi pada ukuran lubang saringan 3 mm dan 5 mm nilai
persen berat butir pada ukuran 2.000 µm menurun. Hal yang sama juga terjadi
pada sampel yang tidak lolos saringan dimana persen berat butir menurun pada
ukuran ayakan -4+10#.

Berdasarkan gambar 4.2 juga dapat diketahui bahwa pada semua percobaan
ukuran produk yang dihasilkan hampir semuanya > 250 µm (-40+60#). Nilai
persen berat pada ukuran < 250 µm sangat kecil.

IV-6
Gambar 4.3 Tendensi berat butir tiap ukuran ayakan

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa proporsi berat butir untuk tiap
ukuran butir terbagi atas 3 bagian. Bagian pertama yaitu bagian dimana proporsi

IV-7
berat butirnya semakin bertambah seiring meningkatnya Ø hingga 12,5 mm
seperti pada gambar 4.3 (a) yaitu pada ukuran -4#+10#.

Bagian kedua yaitu bagian dimana proporsi berat butir menurun seiring
meningkatnya Ø hingga 12,5mm, bagian ini menunjukkan penurunan proporsi
berat seperti pada Gambar 4.3 (b dan c) yaitu pada ukuran -10#+20# dan -
20#+40#.

Bagian ketiga yaitu bagian dimana proporsi berat butir hampir tetap meskipun Ø
diperbesar hingga 12,5mm seperti pada gambar 4.3 (d, e, f, g, h, i, dan j) yaitu
pada ukuran -40#+60#, -60#+80#, -80#+100#, -100#+140#, -140#+170#, -
170#+2000#, dan -200. Akan tetapi hal tersebut hanya terjadi pada clearance 6
mm dan 12 mm, pada clearance 2 mm persen butir naik pada Ø 7,5 mm dan Ø 10
mm.

4.3.3 Distribusi Kumulatif

Distribusi komulatif adalah proporsi suatu jumlah yang dihitung berdasarkan


akumulasi (penjumlahan) persen berat tiap butir pada proses penjumlahan
dilakukan secara berurutan mulai dari ukuran butir paling kecil hingga ukuran
butir paling besar.

Tabel 4.4 kumulatif persen berat butir tiap percobaan.

Ukuran Lubang Ayakan ∆ 2 mm ∆ 6 mm ∆ 12 mm


mesh micron 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3
-4+10 2000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
-10+20 841 46.46 60.36 63.42 73.50 97.57 52.27 51.26 67.02 79.09 74.61 50.60 59.63 61.54 80.88 78.67
-20+40 420 28.04 43.73 47.45 35.52 73.71 35.47 30.00 39.00 43.96 43.09 30.73 38.36 29.37 45.36 48.54
-40+60 250 16.11 25.58 31.96 4.65 17.24 18.59 5.67 8.59 7.52 5.67 2.91 10.29 1.40 8.75 5.13
-60+80 177 8.37 10.16 12.12 1.51 3.00 5.55 2.15 2.79 2.28 1.08 0.91 2.50 0.48 1.12 1.21
-80+100 149 3.77 5.42 6.24 0.38 0.99 2.07 1.03 0.84 0.86 0.70 0.46 1.04 0.17 0.57 0.58
-100+140 105 1.35 2.19 2.35 0.16 0.19 0.88 0.37 0.32 0.30 0.27 0.20 0.48 0.10 0.29 0.55
-140+170 88 0.65 0.81 1.01 0.14 0.12 0.31 0.11 0.21 0.11 0.09 0.13 0.19 0.09 0.19 0.43
-170+200 74 0.52 0.24 0.40 0.12 0.09 0.04 0.04 0.20 0.11 0.07 0.11 0.07 0.08 0.14 0.32
-200 26 0.44 0.13 0.21 0.11 0.07 0.01 0.04 0.20 0.11 0.07 0.09 0.05 0.07 0.13 0.26

IV-8
Berdasarkan tabel 4.3 maka dapat digambarkan grafik distribusi kumlatif pada
tiap percobaan.

Gambar 4.4 Kumulatif untuk tiap percobaan

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pada clearance 2 mm untuk Ø 3


mm memiliki kurva yang lebih tinggi dibanding 5 mm, saringan 5 mm memiliki
kurva yang lebih tinggi dibanding 7,5 mm, saringan 7,5 mm memiliki kurva yang
lebih tinggi dibanding 10 mm, dan 10 mm memiliki kurva yang lebih tinggi
dibanding 12,5 mm. Hal tersebut memiliki arti bahwa saringan 3 mm memiliki
butir giling yang lebih halus dibanding saringan 5 mm, saringan 5 mm memiliki
butir giling yang lebih halus daripada 7,5 mm, saringan 7,5mm memiliki butir
giling yang lebih halus dibanding 10 mm dan saringan 10 mm memiliki butir
giling yang lebih halus dibanding 12,5 mm.

Pada clearance 6 mm menunjukkan bahwa saringan 3 mm dan 5 mm memiliki


butir giling yang hampir sama dan pada saringan 10 mm dan 12,5 mm juga
memiliki butir giling yang hampir sama. Begitu juga dengan clearance 12 mm
saringan 3 mm dan 5 mm memiliki butir giling yang hampir sama dan pada
saringan 7,5 mm dan 10 mm juga memiliki butir giling yang hampir sama.

IV-9
Setelah menghitung berat kumulatif, untuk tiap ukuran lubang ayakan maka dapat
ditenentukan ukuran butir tiap saringan seperti pada Tabel 4.5 Berikut.

Tabel 4.5 Ukuran Butir Vs Persen Kumulatif tiap saringan

∆ 2 mm ∆ 6 mm ∆ 12 mm
kumulatif (%)
12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3
5 156.49 143.24 134.94 251.94 187.26 172.57 236.09 204.83 214.92 239.38 262.77 200.46 271.88 214.12 247.65
10 192.41 176.08 166.89 279.48 212.89 201.91 280.26 257.91 261.58 269.68 293.32 247.31 302.27 255.82 269.09
20 305.45 223.58 205.98 334.55 258.31 264.21 350.14 313.80 308.23 315.11 354.43 308.81 363.05 302.25 308.24
30 464.73 291.38 242.78 389.62 288.41 364.94 420.09 369.70 354.89 360.54 415.53 369.37 428.25 348.68 347.40
40 693.32 385.04 338.24 469.70 318.52 533.58 618.03 435.05 401.54 405.96 616.37 452.43 559.11 395.11 386.56
50 917.63 578.68 487.27 580.52 348.62 784.13 815.98 585.30 492.42 512.30 828.25 650.41 689.98 474.98 440.42
60 1134.10 831.87 750.91 691.35 378.73 1028.71 1048.76 735.55 612.25 645.87 1061.50 851.71 820.84 593.52 580.15
70 1350.58 1122.84 1049.55 802.17 408.83 1271.53 1286.57 945.77 732.09 779.44 1296.13 1138.79 1095.94 712.05 719.87
80 1567.05 1415.23 1366.37 1125.16 531.00 1514.35 1524.38 1297.18 891.51 1087.10 1530.75 1425.86 1397.29 830.59 913.33
90 1783.53 1707.61 1683.18 1562.58 707.47 1757.18 1762.19 1648.59 1445.75 1543.55 1765.38 1712.93 1698.65 1393.88 1456.67
95 1891.76 1853.81 1841.59 1781.29 795.71 1878.59 1881.09 1824.30 1722.88 1771.77 1882.69 1856.46 1849.32 1696.94 1728.33

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui ukuran butir produk tiap persen kumulatif.
Pada clearance 2 mm ukuran butir pada persen kumulatif 50% yaitu 917,3 µm,
578,68 µm, 487,27 µm, 489,5 µm, dan 348,62 µm. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa ukuran butir pada persen kumulatif yang sama akan
semakin kecil apabila lubang saringan diperkecil.

Tabel 4.6 Parameter statistik untuk ukuran butir tiap persen kumulatif.

∆ 2 mm ∆ 6 mm ∆ 12 mm
Parameter Statistik
12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3 12.5 10 7.5 5 3
Rentang 1591.11 1531.54 1516.30 1283.10 494.59 1555.27 1481.93 1390.68 1184.17 1273.87 1472.05 1465.62 1396.38 1138.06 1187.58
Median 917.63 578.68 487.27 580.52 348.62 784.13 815.98 585.30 492.42 512.30 828.25 650.41 689.98 474.98 440.42
Rasio Rentang 1.73 2.65 3.11 2.21 1.42 1.98 1.82 2.38 2.40 2.49 1.78 2.25 2.02 2.40 2.70

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas maka dapat diketahui nilai tengah rentang dan rasio
rentang untuk tiap percobaan. Pada saringan 12,5 mm memiliki rentang yaitu
1591,11 µm, 1555,27 µm, 1472,05 µm. Pada saringan 10 mm memiliki rentang
1531,54 µm, 1481,93 µm, 1465,62 µm. Pada saringan 7,5 mm memiliki rentang
1516,3 µm, 1390,68 µm, 1396,38 µm. Pada saringan 5 mm memiliki rentang

IV-10
1231,95 µm, 1184,17 µm, 1138,06. Pada saringan 3 mm memiliki rentang 494,59
µm, 1273,87 µm, 1187,58 µm. Berdasarkan nilai rentang di atas dapat dikatakan
bahwa ukuran butir produk akan semakin kecil seiring diperbesarnya jarak
clearance.

4.4 Statistik Ukuran Butir

Statistik data ukuran butir dapat digunakan untuk mewakili nilai keseluruhan,
rata-rata merupakan nilai efektif untuk mewakili nilai keseluruhan. Tabel 4.7
merupakan nilai statistik distribusi partikel pada masing-masing percobaan.

Tabel 4.7 Statistik ukuran butir

∆ 2 mm ∆ 6 mm ∆ 12 mm
Parameter Statistik
3 5 7.5 10 12.5 3 5 7.5 10 12.5 3 5 7.5 10 12.5
Rata-Rata Aritmatika 526.96 989.30 998.94 1062.69 1307.93 943.08 883.40 1041.90 1267.87 1208.19 873.64 855.56 1160.22 1127.54 1278.23
Median 348.62 580.52 487.27 578.68 917.63 512.30 492.42 585.30 815.98 784.13 440.42 474.98 689.98 650.41 828.25
Std Deviasi 312.60 637.68 788.04 786.09 767.55 646.76 610.47 699.92 733.50 779.54 618.36 594.72 685.46 740.94 730.15
Swekness 2.62 0.75 0.37 0.24 -0.32 0.83 1.02 0.49 -0.10 -0.07 1.06 1.12 0.29 0.22 -0.11
Kurtosis 12.40 1.97 1.32 1.25 1.30 2.06 2.57 1.52 1.19 1.17 2.54 2.83 1.31 1.24 1.16

Berdasarkan Tabel di atas maka dapat dibuat grafik statistik ukuran butir pada
setiap percobaan seperti pada gamabar 4.5 berikut.

Gambar 4.5 Statistik ukuran butir giling tiap percobaan

IV-11
Berdasarkan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata aritmatika butir giling
semakin bertambah besar jika ukuran lubang saringan bertambah besar.
Sedangkan, rata-rata ukuran butir untuk tiap jarak clearance relatif tidak dapat
dibedakan. Tinggi kurva relatif tidak berbeda untuk tiap ukuran lubang saringan,
kecuali pada clearance 2 mm saringan 3 mm nilainya paling kecil dibandingkan
dengan rata-rata pada percobaan yang lainnya.

Berdasarkan skewnessnya dapat diketahui bahwa tinggi kurva pada tiap ukuran
lubang saringan relatif tidak berbeda, kecuali pada clearance 2 mm saringan 3
mm. Berdasarkan nilai-nilai kurva distribusinya dapat dipahami bahwa saringan 3
mm, 5mm, 7,5 mm dan 10 mm memiliki kurva yang mencong ke kanan
(skewness bernilai positip) sementara pada saringan 12.5 mm kurva distribusi
adalah mencong ke kiri (skewness bernilai negatif). Semakin besar ukuran lubang
saringan semakin kecil nilai skewnessnya. Hal ini memiliki pengertian bahwa
semakin besar ukuran lubang saringan semakin simetris kurva distribusi ukuran
butir nya.

Berdasarkan kurtosisnya dapat diketahui bahwa untuk semua percobaan


ketinggian kurva relatif tidak berbeda, kecuali pada clearance 2 mm saringan 3
mm. Hal ini memiliki pengertian bahwa jarak clearance relatif tidak menyebabkan
kelancipan kurva berbeda. Pada semua percobaan kurtosis distribusi bernilai
positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran butir giling lebih banyak berada
pada ukuran rata-ratanya dibanding pada ekor-nya (ukuran paling kecil atau
ukuran paling besar). Ketika ukuran lubang saringan 3 mm jarak clearance 2 mm
memiliki nilai kurtosis paling tinggi dibanding yang lainnya, ini menunjukkan
kurva kelancipan yang lebih tinggi.

IV-12

Anda mungkin juga menyukai