Anda di halaman 1dari 28

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI

JABODETABEK

Dokumen Proposal:

Kajian DAK (Dana Alokasi


Khusus) Untuk Angkutan Umum Dan
Peningkatan Keselamatan Jabodetabek

2019
Daftar Isi

Daftar Isi ........................................................................................ ii

Daftar Tabel ................................................................................... iii

Daftar Gambar ................................................................................ iv

1. TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA .................................. 1

2. DANA ALOKASI KHUSUS UNTUK ANGKUTAN UMUM DN PENINGKATAN


KESELAMATAN TRANSPORTASI DI WILAYAH JABODETABEK .............................. 3

2.1. Landasan teori ....................................................................... 3

2.2 Pengertian Dana Alokasi Khusus ................................................... 4

2.3 Tujuan Dana Alokasi Khusus ........................................................ 4

2.4 Penentuan Dana Alokasi Khusus ................................................... 5

2.4.1 Proses Penentuan Alokasi DAK Untuk Kabupaten Kota .................... 7

2.4.2 Mekanisme Transfer Dana Ke Daerah ...................................... 10

2.4.3 Pelaporan Penggunaan DAK ................................................. 12

2.5 Usulan Mekanisme Penetapan DAK Sektor Transportasi ..................... 12

3. RENCANA KERJA ........................................................................ 15

3.1 Alur Kajian .......................................................................... 15

3.2 Waktu Pelaksanaan ................................................................ 18

3.3 Metode Kegiatan ................................................................... 19

3.4 Dasar Hukum ....................................................................... 20

4. TENAGA AHLI ............................................................................ 21

5. PELAPORAN .............................................................................. 23

ii
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Alokasi DAK non DR Tahun 2003 s/d 2008 (Rp.miliyar) ...................... 7

Tabel 3.1 Uraian Kegiatan .................................................................. 18

iii
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Mekanisme Pengalokasian DAK di Tingkat Pusat ........................... 5

Gambar 2.2 Skema Penetapan Alokasi DAK unruk Kabupaten/Kota .................... 8

Gambar 2.3 Mekanisme Alur Proses Penyusunan APBD sampai dengan Penetapan
Petunjuk Teknis .............................................................................. 10

Gambar 2.4 Mekanisme Pencairan Dana DAK ............................................ 11

Gambar 2.5 Dua Hal Pokok Dalam Penetapan DAK Sektor Transportasi ............. 12

Gambar 3.1 Alur kajian ..................................................................... 15

iv
BAB I
1. TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

1.1. TANGGAPAN TERHADAP PROGRAM

Tanggapan terhadap Program “Dana Alokasi Khusus untuk Angkutan Umum dan
Peningkatan Keselamatan Jabodetabek”. Program tersebut memiliki nuansa pemikiran
jangka panjang untuk kegiatan yang bersifat lintas program dan pijakan kuatnya untuk
keseimbangan antara faktor ekonomi, sosial dan lingkungan. Program tersebut merupakan
revitalisasi bantuan teknis dan pembiayaan kepada angkutan massal berbasis jalan di
perkotaan.

1.2. TANGGAPAN TERHADAP TARGET HASIL

Tanggapan terhadap hasil “Dana Alokasi Khusus untuk Angkutan Umum dan Peningkatan
Keselamatan Jabodetabek”. Hasil tersebut merupakan standar minimal yang perlu
didukung dengan pengawasan pelaksanaan yang bersinergi antara pemberi tugas,
pelaksana dan operator angkutan umum massal di lapangan. Begitu juga sistem keuangan
DAK yang memungkinkan agar dana subsidi dapat ditransfer dengan transparan dan
dibuktikan dengan pelayanan yang berkualitas.

1.3. TANGGAPAN TERHADAP KEGIATAN

Tanggapan terhadap kegiatan “Dana Alokasi Khusus untuk Angkutan Umum dan
Peningkatan Keselamatan Jabodetabek”… dengan indikator untuk “Tersusunnya rencana
teknis dalam rangka mendukung penyelenggaraan angkutan umum terintegrasi di wilayah
Jabodetabek”. Selama ini bantuan yang sifatnya fisik prasarana berupa bantuan hibah bus
telah dilakukan sejak tahun 2014 bahkan sebelumnya. Namun dengan peningkatan
kemampuan ekonomi daerah dan kemudahan sistem pelayanan, maka subsidi ditekankan
pada bentuk subsidi operasional, agar bus angkutan massal yang beroperasi dapat
memungkinkan untuk bergerak dengan seluruh kemampuannya melayani dan kewajiban
pemerintah untuk membayar pelayanan tersebut (buy the services). Rencana teknis untuk
mendukung integrasi angkutan umum di wilayah Jabodetabek merupakan jawaban atas
pengelolaan dana DAK yang lebih tepat.

1.4. TANGGAPAN TERHADAP KELUARAN

Tanggapan terhadap ruang lingkup kegiatan untuk “Dokumen petunjuk pelaksanaan/


pedoman teknis dalam rangka pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Angkutan
Umum dan Peningkatan Keselamatan”. Dokumen tersebut penting agar menjai acuan bagi
pusat dan daerah dalam rangka pengajuan proposal dan pengalokasian bantuan kepada
daerah se jabodetabek untuk perbaikan angkutan umum dan peningkatan keselamatan.

1
1.5. TANGGAPAN TERHADAP MAKSUD KEGIATAN

Tanggapan terhadap maksud kegiatan untuk “Pengembangan sarana dan prasarana


transportasi (darat, laut, udara, daninter-moda) merupakan salah satu dari 16 program
prioritas yang dapat didukung DAK berdasarkan hasil pemetaan awal Bappenas terkait
dukungan DAK dalam pencapaian Prioritas Nasional”. Maksud kegiatan sudh cukup jelas
terbaca. Dukungan DAK pada bidang transportasi bertujuan untuk mempercepat
pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar yang fokus pada Lokasi Prioritas
termsuk untuk pemberdayaan angkutan umum masal perkotaan. Ada 3 komponen pokok
yaitu (1) Pembentukan DAK Transportasi dan Revitalisasinya , (2) Draft kebijakan dalam
skala nasional dan (3) Bentuk lembaga pemantau dan evaluasi. Ketiganya merupakan
target output yang harus dihasilkan oleh kajian ini.

1.6. TANGGAPAN TERHADAP METODA PELAKSANAAN KEGIATAN

Tanggapan terhadap metoda pelaksanaan kegiatan. Metoda pelaksanaan bersifat statisk


dan empirik. Metoda numerik yang dibangun akan menghasilkan masukan bagi penyusunan
tata kelola dengan data analisis ynag sifatnya kuantitaif, namun didukung dengan data
kualitatif.

1.7. TANGGAPAN TERHADAP JUMLAH DAN KOMPOSISI TENAGA AHLI

Tanggapan terhadap jumlah dan komposisi tenaga ahli. Meskipun jumlah tersbeut
mencukupi namun harus dilakukan upaya maksimum untuk mengoptimalkan kerja sama
antar tim dan kerja sama dengan pemberi tugas termasuk sejak tahap penentuan
kebijakan, pengumpulan data, analisis dan penarikan kesimpulan hingga draft kebijakan
tata kelolanya.

1.8. TANGGAPAN TERHADAP DURASI KEGIATAN

Tanggapan terhadap waktu kegiatan. Waktu kegitan sangat singkat mengingat banyak libur
nasional sehingga pelaksana harus bekerja keras dan sistematis.

1.9. TANGGAPAN TERHADAP SISTEM PELAPORAN

Tanggapan terhadap sistem pelaporan. Cukup sistematis jika seluruh laporan dilakukan,
namun pelru sekiranya ditambahkan Draft Penyusunan Kebijakan Tata Kelola dimasukkan
didalam Laporan Akhir pekerjaan.

2
BAB II
2. DANA ALOKASI KHUSUS UNTUK ANGKUTAN UMUM DN
PENINGKATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI
DI WILAYAH JABODETABEK

2.1. Landasan teori

Definisi DAK sesuai Undang-undang No.33/2004 adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
Prioritas Nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Pengembangan
sarana dan prasarana transportasi (darat, laut, udara, daninter- moda) merupakan salah
satu dari 16 program prioritas yang dapat didukung DAK berdasarkan hasil pemetaan awal
Bappenas terkait dukungan DAK dalam pencapaian Prioritas Nasional.

Dukungan DAK pada bidang transportasi bertujuan untuk mempercepat pembangunan


infrastruktur dan pelayanan dasar yang fokus pada Lokasi Prioritas (Kecamatan) pada
Kab/Kota yang termasuk kategori daerah perbatasan, kepulauan, tertinggal, dan
transmigrasi (Area/Spatial Based).

Kewajiban Pemerintah untuk menyediakan dan menjamin sarana dan prasarana


transportasi serta penyelenggaraan kegiatan transportasi yang aman, nyaman, lancar dan
menyenangkan bagi pengguna jasa.

Setiap kecelakaan transportasi pada kenyataannya selalu melibatkan beberapa faktor


seperti perangkat lunak, perangkat keras, lingkungan alam, dan manusia. Jaminan
terhadap penyelenggaraan angkutan yang aman, nyaman dan menyenangkan sangat
tergantung dari kepekaan dan kepedulian para pelaksana atau pelaku dan penentu
kebijakan (regulator) terhadap situasi yang terjadi di lapangan.

Kecelakaan transportasi tidak terjadi secara kebetulan dan mendadak melainkan melalui
suatu proses akumulasi dari kegagalan faktor-faktor perangkat lunak, perangkat keras,
lungkungan/alam dan manusia yang pada mulanya bersifat laten, kemudian berkembang
menjadi kegagalan aktif dan berakhir dengan kerugian atas harta benda dan jiwa manusia.

3
Oleh karena itu penting dilakukan kajian sebagai pedoman dalam petunjuk teknis
pemanfaatan DAK untuk angkutan umum dan peningkatan keselamatan.

2.2 Pengertian Dana Alokasi Khusus

Berdasar UU 33/2004, Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam Keputusan Presiden tentang Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) tahun berjalan. UU No. 33/2004 mengatur bahwa pengalokasian
DAK ditetapkan berdasarkan tiga kriteria yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis.

a. Kriteria umum didasarkan pada pertimbangan kemampuan keuangan pemda


dengan prioritas pada daerah yang selisih penerimaan umumnya dengan belanja
pegawai nol atau negatif atau berada di bawah rata-rata nasional berdasarkan
indeks fiskal neto.

b. Kriteria khusus disusun dengan memperhatikan peraturan perundangan, seperti


daerah otonomi khusus, dan karakteristik daerah, misalnya daerah pantai,
kepulauan, perbatasan, dan lain-lain.

c. Kriteria teknis didasarkan pada pertimbangan yang ditentukan oleh Kementerian


teknis/kementerian negara dengan menggunakan indikator yang dapat
menggambarkan kondisi sarana dan prasarana pada setiap bidang. Kriteria teknis
ini antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan
manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis.

Pasal 162 UU No. 32/2004 menyebutkan bahwa DAK dialokasikan dalam APBN untuk
daerah tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan
khusus yang ditentukan Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai
kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu.

2.3 Tujuan Dana Alokasi Khusus

DAK dialokasikan dengan beberapa tujuan, yaitu:

a. Mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah;

b. Meningkatkan tanggung jawab pemerintah daerah (pemda) dalam memobilisasi


sumber biayanya;

c. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana fisik yang menjadi prioritas


nasional;

d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna menyerasikan laju pertumbuhan antar


daerah serta pelayanan antar sektor.

4
2.4 Penentuan Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan PP no. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, pada pasal 58 dijelaskan
bahwa alokasi DAK per daerah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan. Sedangkan
pasal 60 ayat 3, menjelaskan bahwa DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai
administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan
dinas.

Penentuan besaran alokasi DAK tahun berjalan untuk daerah ditetapkan dalam Nota
Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada tahun berjalan,
sedangkan penentuan besarnya alokasi DAK per bidang dan per daerah ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Keuangan.

Gambar 2.1 Mekanisme Pengalokasian DAK di Tingkat Pusat

5
a. Pemerintah bersama DPR menetapkan APBN termasuk didalamnya besaran total
dana DAK. Dalam pelaksanaannya pemerintah mendapatkan masukan dari para
pembantunya (menteri) terkait dengan alokasi pendapatan dan belanja negara.
b. Kementerian Keuangan dan Bappenas bersama-sama dengan DPR menetapkan
alokasi DAK per bidang dengan memperhatikan prioritas rencana kerja pemerintah
pada tahun anggaran. Pada tahap ini Kementerian Teknis dapat memberikan
masukan kepada wakil pemerintah (Kementerian Keuangan dan Bappenas) agar
bidang yang menjadi kewenangan dari Kementerian Teknis tersebut mendapatkan
alokasi DAK. Misalnya: Kementerian Perhubungan dapat mengusulkan bidang
transportasi (merupakan bagian dari infrastruktur) sebagai salah satu bidang yang
mendapatkan alokasi DAK, dengan memberikan argumen yang kuat.
c. Setelah alokasi DAK per bidang ditetapkan, Kementerian Keuangan dengan
mempertimbangkan masukan dari Kementerian Teknis, Bappenas dan Kementerian
Dalam Negeri bersama-sama dengan DPR akan menetapkan alokasi DAK per daerah,
dengan memperhatikan kriteria umum, kriteria khusus (terkait dengan penetapan
daerah penerima DAK) dan kriteria teknis (terkait dengan besarnya alokasi DAK
yang diberikan kepada daerah).

Bidang pembiayaan DAK terus bertambah sesuai dengan perkembangan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang merupakan acuan rencana pembangunan nasional. Menurut
Peraturan Menkeu tentang penetapan alokasi dana alokasi khusus untuk tahun anggaran
2012 ditetapkan sembilan belas bidang pelayanan pemerintahan yaitu:

1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Keluarga Berencana/kependudukan;
4. Infrastruktur jalan
5. Infrastruktur irigasi;
6. Infrastruktur air minum
7. Infrastruktur penyehatan lingkungan;
8. Prasarana pemerintahan;
9. Bidang kelautan dan perikanan;
10. Pertanian;
11. Lingkungan hidup;
12. Kehutanan;
13. Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal;
14. Perdagangan;

6
15. Listrik Pedesaan;
16. Perumahan dan Pemukiman;
17. Transportasi Perdesaan;
18. Keselamatan Transportasi Darat;
19. Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan

Khusus Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang keselamatan Transportasi Darat mulai diberikan
pada Tahun 2011 kepada 424 Kabupaten/Kota sebesar Rp. 100 Milyar dan pada tahun 2012
diberikan kepada 445 Kabupaten/Kota sebesar Rp 131,517 Milyar.

Tabel 2.1 Alokasi DAK non DR Tahun 2003 s/d 2008 (Rp.miliyar)

No. Bidang 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Pendidikan 625 653 1.221 2.920 5.195 7.015

2 Kesehatan 375 456 620 2.407 3.381 3.817

3 Infrastruktur 1.181

a. Prasarana Jalan 839 945 2.576 3.113 4.045

b. Prasarana Irigasi 357 385 628 859 1.497

c. Prasarana Air minum &


- 204 608 1.062 1.142
Penyehatan Lingkungan

4 Prasarana Pemerintah 88 228 148 449 539 362

5 Kelautan dan Perikanan 305 322 776 1.100 1.100

6 Pertanian 170 1.095 1.492 1.492

7 Lingkungan Hidup 113 352 352

8 Kependudukan 279

9 Kehutanan 100

Jumlah 2.269 2.839 4.014 11.570 17.094 21.202

2.4.1 Proses Penentuan Alokasi DAK Untuk Kabupaten Kota

Langkah yang ditempuh pemerintah dalam menentukan besar alokasi DAK untuk
kabupaten/Kota:

a. Menentukan jumlah kabupaten/kota yang berhak menerima DAK berdasarkan


indeks fiskal neto (IFN) atau kemampuan keuangan suatu daerah (IFN<1 otomatis
daerah berhak menerima DAK). Langkah ini termasuk ke dalam kriteria umum.

7
b. Apabila ada sebuah kabupaten/kota yang tidak memenuhi kriteria umum namun
memenuhi salah satu kriteria dari kriteria khusus, yaitu otonomi khusus (otsus) dan
daerah tertinggal sebagaimana tercantum dalam undang-undang, seperti Provinsi
NAD dan Provinsi Papua (untuk tahun 2007, hanya Papua), daerah tersebut secara
otomatis berhak mendapat DAK.

c. Jika daerah dimaksud tidak termasuk ke dalam wilayah otsus dan daerah tertinggal,
daerah itu harus melalui proses penentuan berdasarkan langkah kedua kriteria
khusus, yakni karakteristik wilayah seperti daerah pesisir, daerah yang berbatasan
dengan negara tetangga, daerah terpencil, daerah yang rawan banjir dan tanah
longsor, daerah rawan pangan dan, daerah pariwisata (sejak tahun 2007).
Karakteristik wilayah tadi masuk ke dalam indeks karakteristik wilayah (IKW).

d. Menggabungkan IFN (setelah dikonversi sesuai dengan arah IKW) dan indeks
karakteristik wilayah untuk mendapatkan indeks fiskal dan wilayah (IFW).

e. Jika nilai IFW suatu kabupaten/kota lebih dari 1, kabupaten/kota tersebut secara
otomatis berhak menerima DAK (walaupun berdasarkan kriteria umum daerah tadi
tidak berhak). Apabila nilai IFW suatu daerah kurang dari 1, daerah tersebut tidak
berhak menerima DAK.

Dari butir di atas, daerah yang layak mendapatkan alokasi DAK adalah:

1. Daerah yang memiliki kemampuan keuangan daerah di bawah rata-rata


nasional;

2. Daerah yang termasuk otonomi khusus dan daerah tertinggal;

3. Daerah yang memiliki IFW >1.

Proses Penentuan Daerah Penerima DAK Proses Penentuan Besaran Alokasi DAK

23
1 Kriteria Umum YA
43 Departemen Teknis
Kemampuan Keuangan
Kriteria Teknis Indeks Teknis (IT)
Daerah atau Indek
Fiskal Netto (IFN<1) Bobot Teknis (BT)
Daerah Layak = IT x IKK
Menerima DAK
2 Kriteria Khusus 5
Otsus dan Daerah Bobot DAK = f(BD, BT) ALOKASI DAK
4
Tertinggal Berdasar UU YA
Indeks Karakteristik
3 Wilayah (IKW) 21
Bobot Daerah (BD)=
IFW x IKK
4 Indeks Fiskal dan Wilayah
(IFW)= f(IFN, IKW)
YA
1
Indeks Fiskal dan Wilayah
(IFW)= f(IFN, IKW)
IFW < 1
IFW>1 5

Sumber: Ditjen Perimbangan Keuangan, 2008- diolah

Gambar 2.2 Skema Penetapan Alokasi DAK unruk Kabupaten/Kota

8
Sedangkan untuk menentukan besaran alokasi DAK, adalah sebagai berikut:

a. Dari semua daerah yang layak memperoleh alokasi DAK, dihitung bobot daerah (BD)
dengan cara mengalikan indeks fiskal dan wilayah (IFW) dengan indeks kemahalan
konstruksi (IKK).

b. KEMENTERIAN teknis menghitung indeks teknis untuk tiap sektor yang akan menerima
DAK untuk seluruh daerah/kota.

c. Menghitung bobot teknis (BT) dengan cara mengalikan indeks teknis dengan IKK.

d. Menentukan bobot DAK didasarkan hasil dari penggabungan BD dan BT.

e. Setelah mendapatkan bobot DAK, kemudian Depkeu menentukan jumlah DAK untuk
tiap kabupaten/kota.

Selain mempertimbangkan kriteria umum dan kriteria khusus, penghitungan alokasi DAK
yang dilakukan oleh Menteri Keuangan juga mempertimbangkan kriteria teknis berupa
kegiatan khusus atas usul menteri teknis. Kegiatan khusus ini ditetapkan berdasarkan
indeks teknis setiap bidang setelah menteri teknis yang bersangkutan
mengkoordinasikannya dengan Menteri dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri
Negara PPN (Ketua Bappenas).

Dalam mengelola kegiatan yang dibiayai DAK, pemerintah daerah wajib mengikuti
petunjuk teknis (juknis) yang dikeluarkan oleh menteri teknis. Menurut PP No. 55/2005,
menteri teknis menetapkan Juknis tentang Penggunaan DAK paling lambat 2 (dua) minggu
setelah penetapan alokasi DAK oleh Menteri Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan tentang penetapan alokasi dana alokasi khusus tersebut,
selain berisi penetapan besarnya nilai DAK per daerah dan per bidang juga menetapkan
arah dari penggunaan alokasi DAK sesuai dengan bidangnya. Misalnya pada tahun 2008,
DAK bidang prasarana jalan diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan daya
dukung, kapasitas, dan kualitas pelayanan prasarana jalan dan jembatan, yang telah
menjadi urusan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dalam rangka
melancarkan distribusi barang dan jasa serta hasil produksi, guna mendukung
pertumbuhan ekonomi dan menunjang sektor pariwisata.

9
Berikut adalah mekanisme alur proses penyusunan APBD sampai dengan penetapan
Petunjuk Teknis oleh KEMENTERIAN Terkait.

Proses Penyusunan Penetapan APBN + Pagu Peraturan Menteri Keuangan Petunjuk Teknis
APBD Definitif Dana Perimbangan tentang Penetapan Alokasi DAK (Departemen Terkait)

Bulan Juni Bulan Oktober Bulan November 2 Minggu Setelah PMK

Sumber: Dari berbagai sumber di, 2008- diolah

Gambar 2.3 Mekanisme Alur Proses Penyusunan APBD sampai dengan Penetapan
Petunjuk Teknis
Keterangan: Dana DAK sebagai bagian dari dana perimbangan, terkait dengan proses penyusunan APBD
yang dilakukan pada Bulan Juni tahun sebelumnya dan penetapan pagu definitif dana
perimbangan tahun anggaran kedepan direncanakan setiap bulan Oktober tahun sebelumnya.
Maka pencantuman pagu dana perimbangan (salah satunya DAK) dalam penyusunan APBD
Tahun Anggaran kedepan dilakukan dengan melakukan proyeksi anggaran atas dasar alokasi
definitif dana perimbangan tahun eksisting.

2.4.2 Mekanisme Transfer Dana Ke Daerah

Tata cara penyaluran anggaran transfer ke daerah dilakukan melalui pemindahbukuan dari
rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah. Penyaluran dana alokasi khusus
(DAK) dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu dengan rincian sebagai berikut

a. Tahap I sebesar 30% dari alokasi DAK dilaksanakan setelah peraturan daerah mengenai
APBD diterima oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, paling cepat
dilaksanakan pada bulan februari.

b. Tahap II sebesar 30% dari alokasi DAK dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari


setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap I, diterima oleh Direktur jenderal
perimbangan keuangan.

c. Tahap III sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari
setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap II, diterima oleh Direktur jenderal
perimbangan keuangan.

d. Tahap IV sebesar 10% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari


setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap III, diterima oleh Direktur jenderal
perimbangan keuangan.

10
PENGGUNA ANGGARAN
Menteri Keuangan RI

KUASA PENGGUNA
SPM
1 Dirjen Perbendaharaan
ANGGARAN
Dirjen Perimbangan
1 Selaku Kuasa BUN
2A SP2D
Keuangan

2B
Konfirmasi ke 3 Max 5 hari
Daerah2 Penerima Kerja setelah

SP2D
terbit
Jawaban Max
5 hari Kerja Pemda Penerima
Stlh 4
Permintaan
Konfirmasi
Diterima

Sumber: Widiyanto, 2008- diolah

Gambar 2.4 Mekanisme Pencairan Dana DAK

Dalam pelaksanaannya daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan
DAK di dalam APBD dan menggunakan DAK tersebut sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan
DAK (Kementerian teknis terkait).

Daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya
10% (sepuluh persen) dari besaran alokasi DAK yang diterimanya. Kewajiban penyediaan Dana
Pendamping ini menunjukkan komitmen daerah terhadap bidang kegiatan yang didanai dari
DAK yang merupakan kewenangan daerah. Dana Pendamping tersebut digunakan untuk
mendanai program yang bersifat kegiatan fisik (di luar kegiatan administrasi proyek, kegiatan
penyiapan proyek fisik, kegiatan penelitian, kegiatan pelatihan, kegiatan perjalanan pegawai
daerah, dan kegiatan umum lain yang sejenis.)

Bagi daerah dengan kemampuan keuangan tertentu, yaitu daerah yang selisih antara
penerimaan umum APBD dan Belanja Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif tidak
diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping.

11
2.4.3 Pelaporan Penggunaan DAK

Kepala daerah penerima DAK wajib menyampaikan laporan secara berkala triwulanan yang
memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada:

a. Menteri Keuangan;
b. Menteri teknis
c. Menteri Dalam Negeri.
Laporan ini selambat-lambatnya harus diterima 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang
bersangkutan berakhir, dan jika tidak menyampaikan laporan maka penyaluran DAK dapat
ditunda.

Menteri teknis akan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK setiap akhir tahun
anggaran kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Ketua
Bappenas) dan Menteri Dalam Negeri.

Selanjutnya Ketua Bappenas dan Menteri Teknis terkait akan melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh DAK,
sedangkan Menteri Keuangan akan melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan keuangan
DAK.

2.5 Usulan Mekanisme Penetapan DAK Sektor Transportasi

Memperhatikan uraian sebelumnya, secara umum ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan,
dalam penetapan DAK sektor transportasi, yaitu:

1. Bagaimana menetapkan bidang transportasi sebagai salah satu bidang yang


mendapatkan alokasi anggaran DAK?

2. Bagaimana suatu daerah mampu mengusulkan program sektor transportasinya


untuk mendapatkan dana DAK?

APBN RKP

DANA PERIMBANGAN

DAK Berdasarkan Kesesuaian dengan


RKP Nasional
Bidang -1 Bidang -2 Bidang -n
1
DEPKEU, BAPPENAS dan DPR

Bidang Infrastruktur
Sektor-a Sektor – Transportasi Sektor-n
Perkotaan
2
DEPKEU dan DPR
KRITERIA UMUM DAN USULAN PROGRAM/
KHUSUS KEGIATAN KHUSUS Mempertimbangkan
masukan

ALOKASI DAK per DAERAH Dep. Teknis (Dephub), Bappenas


Syarat Teknis dan Depdagri
dan selaras
Kota/Kab-1 Kota/Kab-2 Kota/Kab-n
dengan RKP

Gambar 2.5 Dua Hal Pokok Dalam Penetapan DAK Sektor


Transportasi
12
a. BAGAIMANA MENETAPKAN BIDANG TRANSPORTASI SEBAGAI SALAH SATU BIDANG
YANG MENDAPATKAN ALOKASI ANGGARAN DAK?

Dari Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pada poin pertama, yaitu: memastikan
bahwa sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang memperoleh alokasi
anggaran DAK. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Kementerian Perhubungan (sebagai penanggung jawab penyelenggaraan


transportasi nasional) harus mampu menyusun argumen bahwa sektor
transportasi merupakan bagian dari infrastruktur atau merupakan salah satu
sektor yang selaras dengan Rencana Kerja Pemerintah pada tahun dimana
alokasi anggaran DAK akan ditetapkan, hal ini penting untuk dipastikan karena
selama ini bidang-bidang yang dialokasikan mendapat anggaran DAK selalu
selaras dengan program prioritas pemerintah pada tahun tersebut. Masukan ini
harus disampaikan kepada pemerintah pusat (Bappenas) paling lambat Bulan
Maret tahun sebelumnya (misalnya, yang akan kita tuju adalah anggaran DAK
tahun 2010, maka pada Bulan Maret 2009 argumen ini harus disampaikan kepada
Pemerintah Pusat) karena pembahasan RKP tahun kedepan sudah dilakukan pada
bulan tersebut.

2. Menetapkan indikator yang bersifat outcome untuk memberikan gambaran


betapa besarnya kerugian yang terjadi akibat kegagalan dalam penyelenggaraan
transportasi perkotaan. Indikator tersebut adalah: biaya/kerugian akibat
kemacetan (pemborosan bahan bakar, biaya kesehatan akibat polusi, dan
kerugian waktu produktif), dan economic loss akibat kecelakaan. Sehingga
transportasi perkotaan tidak lagi hanya diselenggarakan sesuai kebutuhan tetapi
memang untuk mereduksi dampak negatif yang terjadi jika hal ini tidak
dilakukan (perlu/harus disediakan). Gambaran kerugian akibat kegagalan atau
ketidaktersediaan penyelenggaraan transportasi perkotaan yang baik ini
disampaikan kepada pemerintah pusat melalui Bappenas dan Kementerian
Keuangan, karena kedua lembaga negara ini bersama DPR yang akan
menentukan alokasi DAK per bidang.

3. Dengan berdasar RKP dan indikator transportasi perkotaan yang telah


ditetapkan, Kementerian Perhubungan juga harus menetapkan program prioritas
dari penyelenggaraan transportasi perkotaan pada tahun tersebut, misalnya
diarahkan untuk “menyediakan fasilitas transportasi bagi perjalanan komuter
dalam rangka memberi kesempatan dan dukungan bagi masyarakat untuk
melaksanakan aktifitasnya guna meningkatkan kesejahteraan”. Program prioritas
ini akan menjadi tema/acuan bagi pemerintah daerah dalam mengusulkan
program/kegiatannya, sehingga sejalan dengan prioritas nasional (RKP) dan
program-program yang diusulkan oleh daerah tersebut dapat diperbandingkan
(dinilai) karena mempunyai indikator keberhasilan (kinerja) yang sama.

4. Menetapkan Indeks Teknis sebagai nilai indeks yang akan digunakan untuk
menentukan besaran alokasi DAK sektor transportasi masing-masing daerah.
Kementerian Perhubungan juga dapat menggunakan indikator outcome sebagai
salah satu faktor untuk menetapkan besaran nilai DAK yang akan diberikan
kepada daerah untuk membiayai usulan programnya (Indeks Teknis), atau dapat
juga dengan menetapakan indikator turunan dari indikator-indikator tersebut,

13
misalnya: (1) indikator kemacetan dapat diturunkan menjadi indikator: v/c
ratio, kecepatan rata-rata, ratio angkutan umum dan kendaraan pribadi, dan
lain sebagainya, (2) indikator kecelakaan dapat diturunkan menjadi indikator:
jumlah dan fatalitas kecelakaan.

5. Kementerian Perhubungan harus membuat petunjuk pelaksanaan DAK (Petunjuk


Teknis) setelah alokasi DAK sektor terkait disahkan, dan selambat-lambatnya 2
(dua) minggu setelah penetapan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penetapan
Alokasi Dana Alokasi Khusus tahun depan. Penetapan PMK Alokasi DAK biasanya
dilaksanakan pada bulan november tahun sebelumnya. Penyusunan petunjuk
teknis harus dikoordinasikan dengan Menteri Dalam Negeri (ps 59 PP 55 Tahun
2005 tentang Dana Perimbangan).

6. Sebagai acuan bagi daerah dalam penyelenggaraan transportasi perkotaan


khususnya yang menggunakan alokasi DAK, maka Kementerian Perhubungan
menetapkan standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara
transportasi perkotaan di daerah.

7. Pada akhir tahun Menteri Perhubungan akan menyampaikan laporan pelaksanaan


kegiatan DAK sektor transportasi kepada Menteri Keuangan, Menteri
Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Ketua Bappenas) dan Menteri Dalam
Negeri. Bersama dengan Ketua Bappenas, Menteri Perhubungan akan melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan
kegiatan yang didanai oleh DAK sektor transportasi perkotaan.

b. BAGAIMANA DAERAH DAPAT MENGUSULKAN PROGRAM SEKTOR


TRANSPORTASINYA UNTUK MENDAPATKAN DANA DAK?

Pada poin ke-2 dari Gambar 4, yaitu: memastikan suatu daerah mampu secara
optimal mendapatkan dana DAK sesuai dengan program transportasi yang diusulkan,
terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Daerah tersebut harus mampu memenuhi kriteria umum dan kriteria khusus.

2. Usulan program/kegiatan yang diajukan oleh daerah harus memenuhi prioritas


kriteria teknis. Pada proses ini Kementerian Perhubungan akan melakukan
penilaian terhadap usulan yang diajukan oleh daerah yang telah diklasifikasikan
sebagai daerah penerima DAK menggunakan indikator transportasi yang telah
disepakati (indeks teknis), sehingga akan diketahui besaran alokasi anggaran
yang harus diberikan kepada masing-masing daerah.

14
BAB III
3. RENCANA KERJA

3.1 Alur Kajian


PERSIAPAN

a. Pengumpulan sumber referensi dan Regulasi


b. Penyusunan Konsep metodologi Studi
c. Pengumpulan Sumber Daya
d. Penyusunan Draft Konsep laporan Pendahuluan

KAJIAN TEKNIS

Proses Penentuan Daerah Penerimaan DAK Proses Penentuan Besaran Alokasi DAK

Daerah Layak
Kriteria Umum Kriteria Khusus Bobot daerah (BD) = IFW x IKK Departemen Teknis
Menerima DAK

Kemampuan Keuangan Otsus dan Daerah Tertinggal Indeks Teknis (IT)


Daerah atau Indek berdasarkan Undang-undang
Fiskal Netto (IFN<1)
Indeks Karakteristik Wilayah Bobot DAK = f (BD, BT) Kriteria Teknis
(IKW)
Bobot Teknis (BT) =
IT x IKK
indeks Fiskal dan Wilayah Alokasi DAK
(IFW) = f(IFN, IKW)

IFW>1

Usulan Mekanisme Penetapan DAK Sektor Transportasi

APBN DINAS PERIMBANGAN DAK

Dep teknis (Dephub), Bappenad dan Depdagri DEPKEU, BAPPENAS DAN DPR

Mempertimbangkan BIDANG INFRASTUKTUR


Syarat teknis dan
Selaras dengan RKP Masukan
DEPKEU DAN DPR

ALOKASI DAK PER DAERAH


a. Usulan Program/Kegiatan Khusus
b. Kriteria Umum dan Khusus

SURVEI LAPANGAN

a. Inventarisis titik lokasi rawan kecelakaan lalu lintas


b. Inventarisis fasilitas perlengkapan jalan
c. Inventarisis angkutan umum yang perlu diberikan DAk dalam pelaksanaan operasionalnya
d. Form
e. Koordinasi awal
f. Pelaksanaan Survei

ANALISIS DAN EVALUASI

a. Literature review mengenai regulasi DAK


b. Evaluasi dan analisis finansial DAK
c. Identifikasi kebutuhan data mekanisme DAK
d. Identifikasi Pola dan Pembayaran DAK
e. Perumusan pemanfaatan DAK

PELAPORAN

a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Antara
c. Laporan Konsep Akhir
d. Laporan Akhir

Gambar 3.1 Alur kajian


15
a. Persiapan

1. Pengumpulan sumber referensi dan Regulasi

2. Penyusunan Konsep metodologi Studi

3. Pengumpulan Sumber Daya

4. Penyusunan Draft Konsep laporan Pendahuluan

b. Kajian Teknis
1. Proses Penentuan Daerah Penerimaan DAK

• Daerah yang memiliki kemampuan keuangan daerah di bawah rata-rata


nasional;

• Daerah yang termasuk otonomi khusus dan daerah tertinggal;

• Daerah yang memiliki IFW >1.

2. Proses Penentuan Besaraan DAK

• Dari semua daerah yang layak memperoleh alokasi DAK, dihitung bobot daerah
(BD) dengan cara mengalikan indeks fiskal dan wilayah (IFW) dengan indeks
kemahalan konstruksi (IKK).

• KEMENTERIAN teknis menghitung indeks teknis untuk tiap sektor yang akan
menerima DAK untuk seluruh daerah/kota. Menghitung bobot teknis (BT)
dengan cara mengalikan indeks teknis dengan IKK. Menentukan bobot DAK
didasarkan hasil dari penggabungan BD dan BT.

• Setelah mendapatkan bobot DAK, kemudian Depkeu menentukan jumlah DAK


untuk tiap kabupaten/kota.

3. Usulan mekanisme Penetapan DAK Sektor Transportasi

• Kementerian Perhubungan (sebagai penanggung jawab penyelenggaraan


transportasi nasional) Menetapkan indikator yang bersifat outcome

• Dengan berdasar RKP dan indikator transportasi perkotaan Kementerian


Perhubungan juga harus menetapkan program prioritas dari penyelenggaraan
transportasi perkotaan pada tahun tersebut

• Menetapkan Indeks Teknis sebagai nilai indeks yang akan digunakan untuk
menentukan besaran alokasi DAK sektor transportasi masing-masing daerah.

• Kementerian Perhubungan harus membuat petunjuk pelaksanaan DAK


(Petunjuk Teknis) setelah alokasi DAK sektor terkait disahkan, dan selambat-
lambatnya 2 (dua) minggu setelah penetapan Peraturan Menteri Keuangan
tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus tahun depan.

• Sebagai acuan bagi daerah dalam penyelenggaraan transportasi perkotaan


khususnya yang menggunakan alokasi DAK, maka Kementerian Perhubungan
menetapkan standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara

16
transportasi perkotaan di daerah.

• Pada akhir tahun Menteri Perhubungan akan menyampaikan laporan


pelaksanaan kegiatan DAK sektor transportasi kepada Menteri Keuangan,
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Ketua Bappenas) dan Menteri
Dalam Negeri.

• Daerah tersebut harus mampu memenuhi kriteria umum dan kriteria khusus.

• sulan program/kegiatan yang diajukan oleh daerah harus memenuhi prioritas


kriteria teknis.

c. Survei lapangan

1. Inventarisis titik lokasi rawan kecelakaan lalu lintas


2. Inventarisis fasilitas perlengkapan jalan
3. Inventarisis angkutan umum yang perlu diberikan DAk dalam pelaksanaan
operasionalnya
4. Form
5. Koordinasi awal
6. Pelaksanaan Survei
d. Analisis dan evalusai
1. Literature review mengenai regulasi DAK
2. Evaluasi dan analisis finansial DAK
3. Identifikasi kebutuhan data mekanisme DAK
4. Identifikasi Pola dan Pembayaran DAK
5. Perumusan pemanfaatan DAK
e. Pelaporan
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3. Laporan Konsep Akhir
4. Laporan Akhir

17
3.2 Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Rencana Teknis PemanfaatanDana Alokasi Khusus (DAK)akan dilaksanakan oleh


Satuan Kerja Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek pada tahun 2019.

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6


No URAIAN KEGIATAN
123412341234123412341234
Persiapan
a. Inventarisai data awal
b. Pengumpulan sumber referensi dan Regulasi
1
c. Penyusunan Konsep metodologi Studi
d. Pengumpulan Sumber Daya
e. Penyusunan Draft Konsep laporan
Kajian Teknis
Studi Literatur
a.Penentuan Daerah Penerimaan DAK
b.Penentuan Besaran Alokasi DAK
2 c.Usulan Mekanisme Penetapan DAK Sektor
Transportasi
Kajian peraturan
a. Aspek Transportasi
b. Aspek Keuangan
Survei Lapangan
a. Inventarisis titik lokasi rawan kecelakaan lalu
lintas
b. Inventarisis fasilitas perlengkapan jalan
c. Inventarisis angkutan umum yang perlu
3
diberikan DAK dalam pelaksanaan
operasionalnya
d. Form
e. Koordinasi awal
f. Pelaksanaan Survei
Analisa dan Evaluasi:
a. Literature review mengenai regulasi DAK
4
b. Evaluasi dan analisis finansial DAK
c. Identifikasi kebutuhan data mekanisme DAK
d. Identifikasi Pola dan Pembayaran DAK
e. Menyusun Rekomendasi Teknis Pemanfaatan
DAK
Pelaporan
5
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Antara
c. Laporan Konsep Akhir
d. Laporan Akhir

Tabel 3.1 Uraian Kegiatan

4.

18
3.3 Metode Kegiatan

5. Metode pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dengan penyusunan pedoman teknis


oleh tenaga konsultan. Penyusunan pedoman tersebut dilaksanakan dengan uraian
kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan literature review mengenai regulasi Dana Alokasi Khusus


(DAK);

b. Melakukan evaluasi dan analisis finansial Dana Alokasi Khusus (DAK);

c. Melakukan identifikasi kebutuhan data dengan tidak terbatas pada


mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK), pola dan sistem pembayaran, serta
keunggulan dan kelemahan;

d. Melakukan perumusan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK);

e. Melakukan survei inventarisasi data, meliputi:

1) Data primer, inventarisir titik lokasi rawan kecelekaan lalu lintas dan
fasilitas perlengkapan jalan serta angkutan umum yang laik jalan yang
perlu DAK dalam pelaksanaan operasionalnya.

2) Data sekunder, yaitu:

a) Koordinasi teknis terkait fasilitas keselamatan jalan dengan pihak


terkait antara lain: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, BPTJ,
Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta;

b) Studi Banding pada mekanisme pemanfaatan DAK yang sudah


dilakukan;

f. Melakukan perumusan rekomendasi pelaksanaan pemanfataan Dana Alokasi


Khusus (DAK);

g. Menyusun konsep pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK);

h. Menyusun rekomendasi teknis pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK),


meliputi:

1) Analisis arah pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK)

2) Skema dan mekanisme pelaksanaan.

i. Melaksanakan workshop/FGD perencanaan teknis.

19
3.4 Dasar Hukum

a. UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan


Pemerintahan Daerah
b. PP 55/2005 tentang Dana Perimbangan
c. UU No.38 Tahun 2004 tentang Jalan;
d. UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
e. UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
f. PP No.32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta
Manajemen Kebutuhan Lalu lintas
g. PP No.74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan;
h. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;
i. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor
14 Tahun 2014;
j. Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi
Jabodetabek;
k. Peraturan Menteri Perhubungan No.54 Tahun 2013 tentang Rencana Umum
Jaringan Angkutan Massal pada Kawasan Perkotaan Jabodetabek;
l. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.

20
BAB IV
4. TENAGA AHLI
Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan ini memenuhi kualifikasi
sebagai berikut:

a. Ketua Tim (team leader)/ Ahli Perencanaan Transportasi

S2 Transportasi/ Sipil dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 8-10 tahun
sebanyak 1 (satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:

1. Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim/ tenaga pendukung


selama pelaksanaan pekerjaan;

2. Memimpin pelaksanaan koordinasi teknis dan survei lapangan;

3. Menetapkan metode kerja dalam penyelesaian pekerjaan;

4. Mengevaluasi konsep perumusan dan rekomendasi teknis;

5. Menetapkan kebutuhan data primer dan sekunder;

6. Memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal pekerjaan.

b. Tenaga Ahli Ekonomi

S1 Ekonomi dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 5-8 tahun sebanyak 1
(satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:

1. Melakukan analisis finansial Dana Alokasi Khusus (DAK);

2. Melakukan evaluasi keuntungan dan kerugian terhadap pemanfataan Dana


Alokasi Khusus (DAK) yang akan diterapkan;

3. Menyusun rumusan kelayakan ekonomi pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK);

4. Merumuskan kebutuhan dan skema pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK).

c. Tenaga Ahli Hukum

S1 Hukum dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 5-8 tahun sebanyak 1
(satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:

1. Identifikasi literature reviewregulasi pemanfatan Dana Alokasi Khusus (DAK);

2. Melakukan perumusan kerangka hukum pemanfatan Dana Alokasi Khusus (DAK);

3. Melakukan perumusan dukungan kebijakan;

4. Melakukan tinjauan hukum atas kewenangan pemerintah dalam penyelenggaraan


pemanfatan Dana Alokasi Khusus (DAK);

21
d. Tenaga Ahli Keuangan

S1 Keuangan dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 5-8 tahun sebanyak
1 (satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:

1. Melakukan analisis keuangan terkait pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK);

2. Melakukan evaluasi keuangan terhadap sistem keuangan yang kan di terapkan;

3. Melakukan analisis keuangan arah pemanfataan Dana


Alokasi Khusus (DAK).

e. Tenaga Ahli Kelembagaan

S1 Ekonomi dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 5-8 tahun sebanyak 1
(satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:

1. Melakukan analisa pemanfataan DAK dari segi kelembagaan;

2. Merumuskan kebutuhan dan skema pemanfataan dana DAK;

3. Melakukan perumusan kerangka kelembagaan serta kewenangan masing-masing


pihak dalam pemanfataan DAK;

4. Melakukan perumusan konsep kesepakatan para pihak/ Service Level Agreement;

5. Melakukan perumusan kebijakan pemerintah dalam pemanfataan DAK.

f. Tenaga Ahli Manajemen Angkutan

S1 Teknik Sipil/D-IV Transportasi Darat dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan


minimal 5-8 tahun sebanyak 1 (satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:

1. Melakukan analisis kelaiakan DAK terhadaop kendaraan laik jalan ;

2. Melakukan identifikasi kebutuhan DAK terhadap angkutan umum;

3. Melakukan evaluasi pemanfataanDAK terhadap angkutan umum.

22
BAB V
5. PELAPORAN

Tim konsultan yang melaksanakan studi ini merupakan tenaga ahli yang berpengalaman
dalam kegiatan perumusan aplikasi dengan sistem pelaporan studi sebagai berikut:

a. Laporan Pendahuluan

Memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud, dan tujuan, lokasi,
waktu pelaksanaan termasuk gambaran lingkup pekerjaan;
2. Struktur organisasi tim pelaksana serta metode kerja penyelesaian
pekerjaan;
3. Inventarisasi peraturan perundang-undangan terkait;
4. Penyiapan material survei terkait Dana Alokasi Khusus (DAK);
5. Identifikasi dan analisiskendala yang mungkin terjadi
dan rekomendasi penyelesaian.
b. Laporan Antara

Memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Identifikasi literature review penyelenggaraan pemanfataan Dana Alokasi


Khusus (DAK);

2. Identifikasi konsep arah pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK);

3. Laporan survei, memuat:

 Volume kendaraan yang melintas;


 Titik lokasi potensi terjadi kecelakaan lalu lintas;
 Hasil study banding pada mekanisme serupa yang sudah ada;
4. Identifikasi pola dan skema pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK);

5. Perumusan awal konsep pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK).

c. Laporan konsep akhir

Memuat kajian komprehensif yang meliputi:

1. Kerangka hukum/peraturan perundang-undangan untuk pemanfataan Dana


Alokasi Khusus (DAK);

2. Perumusan perencanaan teknis pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK)


untuk angkutan umum dan peningkatan keselamatan, yang meliputi:

 Kelayakan angkutan umum untuk pemanfaatan Dana Alokasi Khusus

23
(DAK).

 Rekomendasi teknis terkait aspek kelembagaan dan kesepakatan antar


pihak;

 Struktur pemanfataan Dana Alokasi Khusus (DAK);

 Perumusan tahapan pelaksanaan;

 Dukungan kebijakan dalam pelaksanaan pemanfataan Dana Alokasi


Khusus (DAK).

d. Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat perbaikan/koreksi atas konsep akhir sesuai dengan hasil
pembahasan dengan Pemberi Tugas termasuk buku – buku lampiran terkait
pekerjaan ini.

1. Buku 1 : Laporan Akhir

2. Buku 2 : Ringkasan eksekutif

24

Anda mungkin juga menyukai