JABODETABEK
Dokumen Proposal:
2019
Daftar Isi
5. PELAPORAN .............................................................................. 23
ii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Alokasi DAK non DR Tahun 2003 s/d 2008 (Rp.miliyar) ...................... 7
iii
Daftar Gambar
Gambar 2.3 Mekanisme Alur Proses Penyusunan APBD sampai dengan Penetapan
Petunjuk Teknis .............................................................................. 10
Gambar 2.5 Dua Hal Pokok Dalam Penetapan DAK Sektor Transportasi ............. 12
iv
BAB I
1. TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
Tanggapan terhadap Program “Dana Alokasi Khusus untuk Angkutan Umum dan
Peningkatan Keselamatan Jabodetabek”. Program tersebut memiliki nuansa pemikiran
jangka panjang untuk kegiatan yang bersifat lintas program dan pijakan kuatnya untuk
keseimbangan antara faktor ekonomi, sosial dan lingkungan. Program tersebut merupakan
revitalisasi bantuan teknis dan pembiayaan kepada angkutan massal berbasis jalan di
perkotaan.
Tanggapan terhadap hasil “Dana Alokasi Khusus untuk Angkutan Umum dan Peningkatan
Keselamatan Jabodetabek”. Hasil tersebut merupakan standar minimal yang perlu
didukung dengan pengawasan pelaksanaan yang bersinergi antara pemberi tugas,
pelaksana dan operator angkutan umum massal di lapangan. Begitu juga sistem keuangan
DAK yang memungkinkan agar dana subsidi dapat ditransfer dengan transparan dan
dibuktikan dengan pelayanan yang berkualitas.
Tanggapan terhadap kegiatan “Dana Alokasi Khusus untuk Angkutan Umum dan
Peningkatan Keselamatan Jabodetabek”… dengan indikator untuk “Tersusunnya rencana
teknis dalam rangka mendukung penyelenggaraan angkutan umum terintegrasi di wilayah
Jabodetabek”. Selama ini bantuan yang sifatnya fisik prasarana berupa bantuan hibah bus
telah dilakukan sejak tahun 2014 bahkan sebelumnya. Namun dengan peningkatan
kemampuan ekonomi daerah dan kemudahan sistem pelayanan, maka subsidi ditekankan
pada bentuk subsidi operasional, agar bus angkutan massal yang beroperasi dapat
memungkinkan untuk bergerak dengan seluruh kemampuannya melayani dan kewajiban
pemerintah untuk membayar pelayanan tersebut (buy the services). Rencana teknis untuk
mendukung integrasi angkutan umum di wilayah Jabodetabek merupakan jawaban atas
pengelolaan dana DAK yang lebih tepat.
1
1.5. TANGGAPAN TERHADAP MAKSUD KEGIATAN
Tanggapan terhadap jumlah dan komposisi tenaga ahli. Meskipun jumlah tersbeut
mencukupi namun harus dilakukan upaya maksimum untuk mengoptimalkan kerja sama
antar tim dan kerja sama dengan pemberi tugas termasuk sejak tahap penentuan
kebijakan, pengumpulan data, analisis dan penarikan kesimpulan hingga draft kebijakan
tata kelolanya.
Tanggapan terhadap waktu kegiatan. Waktu kegitan sangat singkat mengingat banyak libur
nasional sehingga pelaksana harus bekerja keras dan sistematis.
Tanggapan terhadap sistem pelaporan. Cukup sistematis jika seluruh laporan dilakukan,
namun pelru sekiranya ditambahkan Draft Penyusunan Kebijakan Tata Kelola dimasukkan
didalam Laporan Akhir pekerjaan.
2
BAB II
2. DANA ALOKASI KHUSUS UNTUK ANGKUTAN UMUM DN
PENINGKATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI
DI WILAYAH JABODETABEK
Definisi DAK sesuai Undang-undang No.33/2004 adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
Prioritas Nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Pengembangan
sarana dan prasarana transportasi (darat, laut, udara, daninter- moda) merupakan salah
satu dari 16 program prioritas yang dapat didukung DAK berdasarkan hasil pemetaan awal
Bappenas terkait dukungan DAK dalam pencapaian Prioritas Nasional.
Kecelakaan transportasi tidak terjadi secara kebetulan dan mendadak melainkan melalui
suatu proses akumulasi dari kegagalan faktor-faktor perangkat lunak, perangkat keras,
lungkungan/alam dan manusia yang pada mulanya bersifat laten, kemudian berkembang
menjadi kegagalan aktif dan berakhir dengan kerugian atas harta benda dan jiwa manusia.
3
Oleh karena itu penting dilakukan kajian sebagai pedoman dalam petunjuk teknis
pemanfaatan DAK untuk angkutan umum dan peningkatan keselamatan.
Berdasar UU 33/2004, Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam Keputusan Presiden tentang Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) tahun berjalan. UU No. 33/2004 mengatur bahwa pengalokasian
DAK ditetapkan berdasarkan tiga kriteria yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis.
Pasal 162 UU No. 32/2004 menyebutkan bahwa DAK dialokasikan dalam APBN untuk
daerah tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan
khusus yang ditentukan Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai
kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu.
4
2.4 Penentuan Dana Alokasi Khusus
Berdasarkan PP no. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, pada pasal 58 dijelaskan
bahwa alokasi DAK per daerah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan. Sedangkan
pasal 60 ayat 3, menjelaskan bahwa DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai
administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan
dinas.
Penentuan besaran alokasi DAK tahun berjalan untuk daerah ditetapkan dalam Nota
Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada tahun berjalan,
sedangkan penentuan besarnya alokasi DAK per bidang dan per daerah ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Keuangan.
5
a. Pemerintah bersama DPR menetapkan APBN termasuk didalamnya besaran total
dana DAK. Dalam pelaksanaannya pemerintah mendapatkan masukan dari para
pembantunya (menteri) terkait dengan alokasi pendapatan dan belanja negara.
b. Kementerian Keuangan dan Bappenas bersama-sama dengan DPR menetapkan
alokasi DAK per bidang dengan memperhatikan prioritas rencana kerja pemerintah
pada tahun anggaran. Pada tahap ini Kementerian Teknis dapat memberikan
masukan kepada wakil pemerintah (Kementerian Keuangan dan Bappenas) agar
bidang yang menjadi kewenangan dari Kementerian Teknis tersebut mendapatkan
alokasi DAK. Misalnya: Kementerian Perhubungan dapat mengusulkan bidang
transportasi (merupakan bagian dari infrastruktur) sebagai salah satu bidang yang
mendapatkan alokasi DAK, dengan memberikan argumen yang kuat.
c. Setelah alokasi DAK per bidang ditetapkan, Kementerian Keuangan dengan
mempertimbangkan masukan dari Kementerian Teknis, Bappenas dan Kementerian
Dalam Negeri bersama-sama dengan DPR akan menetapkan alokasi DAK per daerah,
dengan memperhatikan kriteria umum, kriteria khusus (terkait dengan penetapan
daerah penerima DAK) dan kriteria teknis (terkait dengan besarnya alokasi DAK
yang diberikan kepada daerah).
Bidang pembiayaan DAK terus bertambah sesuai dengan perkembangan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang merupakan acuan rencana pembangunan nasional. Menurut
Peraturan Menkeu tentang penetapan alokasi dana alokasi khusus untuk tahun anggaran
2012 ditetapkan sembilan belas bidang pelayanan pemerintahan yaitu:
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Keluarga Berencana/kependudukan;
4. Infrastruktur jalan
5. Infrastruktur irigasi;
6. Infrastruktur air minum
7. Infrastruktur penyehatan lingkungan;
8. Prasarana pemerintahan;
9. Bidang kelautan dan perikanan;
10. Pertanian;
11. Lingkungan hidup;
12. Kehutanan;
13. Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal;
14. Perdagangan;
6
15. Listrik Pedesaan;
16. Perumahan dan Pemukiman;
17. Transportasi Perdesaan;
18. Keselamatan Transportasi Darat;
19. Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan
Khusus Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang keselamatan Transportasi Darat mulai diberikan
pada Tahun 2011 kepada 424 Kabupaten/Kota sebesar Rp. 100 Milyar dan pada tahun 2012
diberikan kepada 445 Kabupaten/Kota sebesar Rp 131,517 Milyar.
Tabel 2.1 Alokasi DAK non DR Tahun 2003 s/d 2008 (Rp.miliyar)
3 Infrastruktur 1.181
8 Kependudukan 279
9 Kehutanan 100
Langkah yang ditempuh pemerintah dalam menentukan besar alokasi DAK untuk
kabupaten/Kota:
7
b. Apabila ada sebuah kabupaten/kota yang tidak memenuhi kriteria umum namun
memenuhi salah satu kriteria dari kriteria khusus, yaitu otonomi khusus (otsus) dan
daerah tertinggal sebagaimana tercantum dalam undang-undang, seperti Provinsi
NAD dan Provinsi Papua (untuk tahun 2007, hanya Papua), daerah tersebut secara
otomatis berhak mendapat DAK.
c. Jika daerah dimaksud tidak termasuk ke dalam wilayah otsus dan daerah tertinggal,
daerah itu harus melalui proses penentuan berdasarkan langkah kedua kriteria
khusus, yakni karakteristik wilayah seperti daerah pesisir, daerah yang berbatasan
dengan negara tetangga, daerah terpencil, daerah yang rawan banjir dan tanah
longsor, daerah rawan pangan dan, daerah pariwisata (sejak tahun 2007).
Karakteristik wilayah tadi masuk ke dalam indeks karakteristik wilayah (IKW).
d. Menggabungkan IFN (setelah dikonversi sesuai dengan arah IKW) dan indeks
karakteristik wilayah untuk mendapatkan indeks fiskal dan wilayah (IFW).
e. Jika nilai IFW suatu kabupaten/kota lebih dari 1, kabupaten/kota tersebut secara
otomatis berhak menerima DAK (walaupun berdasarkan kriteria umum daerah tadi
tidak berhak). Apabila nilai IFW suatu daerah kurang dari 1, daerah tersebut tidak
berhak menerima DAK.
Dari butir di atas, daerah yang layak mendapatkan alokasi DAK adalah:
Proses Penentuan Daerah Penerima DAK Proses Penentuan Besaran Alokasi DAK
23
1 Kriteria Umum YA
43 Departemen Teknis
Kemampuan Keuangan
Kriteria Teknis Indeks Teknis (IT)
Daerah atau Indek
Fiskal Netto (IFN<1) Bobot Teknis (BT)
Daerah Layak = IT x IKK
Menerima DAK
2 Kriteria Khusus 5
Otsus dan Daerah Bobot DAK = f(BD, BT) ALOKASI DAK
4
Tertinggal Berdasar UU YA
Indeks Karakteristik
3 Wilayah (IKW) 21
Bobot Daerah (BD)=
IFW x IKK
4 Indeks Fiskal dan Wilayah
(IFW)= f(IFN, IKW)
YA
1
Indeks Fiskal dan Wilayah
(IFW)= f(IFN, IKW)
IFW < 1
IFW>1 5
8
Sedangkan untuk menentukan besaran alokasi DAK, adalah sebagai berikut:
a. Dari semua daerah yang layak memperoleh alokasi DAK, dihitung bobot daerah (BD)
dengan cara mengalikan indeks fiskal dan wilayah (IFW) dengan indeks kemahalan
konstruksi (IKK).
b. KEMENTERIAN teknis menghitung indeks teknis untuk tiap sektor yang akan menerima
DAK untuk seluruh daerah/kota.
c. Menghitung bobot teknis (BT) dengan cara mengalikan indeks teknis dengan IKK.
e. Setelah mendapatkan bobot DAK, kemudian Depkeu menentukan jumlah DAK untuk
tiap kabupaten/kota.
Selain mempertimbangkan kriteria umum dan kriteria khusus, penghitungan alokasi DAK
yang dilakukan oleh Menteri Keuangan juga mempertimbangkan kriteria teknis berupa
kegiatan khusus atas usul menteri teknis. Kegiatan khusus ini ditetapkan berdasarkan
indeks teknis setiap bidang setelah menteri teknis yang bersangkutan
mengkoordinasikannya dengan Menteri dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri
Negara PPN (Ketua Bappenas).
Dalam mengelola kegiatan yang dibiayai DAK, pemerintah daerah wajib mengikuti
petunjuk teknis (juknis) yang dikeluarkan oleh menteri teknis. Menurut PP No. 55/2005,
menteri teknis menetapkan Juknis tentang Penggunaan DAK paling lambat 2 (dua) minggu
setelah penetapan alokasi DAK oleh Menteri Keuangan.
Peraturan Menteri Keuangan tentang penetapan alokasi dana alokasi khusus tersebut,
selain berisi penetapan besarnya nilai DAK per daerah dan per bidang juga menetapkan
arah dari penggunaan alokasi DAK sesuai dengan bidangnya. Misalnya pada tahun 2008,
DAK bidang prasarana jalan diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan daya
dukung, kapasitas, dan kualitas pelayanan prasarana jalan dan jembatan, yang telah
menjadi urusan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dalam rangka
melancarkan distribusi barang dan jasa serta hasil produksi, guna mendukung
pertumbuhan ekonomi dan menunjang sektor pariwisata.
9
Berikut adalah mekanisme alur proses penyusunan APBD sampai dengan penetapan
Petunjuk Teknis oleh KEMENTERIAN Terkait.
Proses Penyusunan Penetapan APBN + Pagu Peraturan Menteri Keuangan Petunjuk Teknis
APBD Definitif Dana Perimbangan tentang Penetapan Alokasi DAK (Departemen Terkait)
Gambar 2.3 Mekanisme Alur Proses Penyusunan APBD sampai dengan Penetapan
Petunjuk Teknis
Keterangan: Dana DAK sebagai bagian dari dana perimbangan, terkait dengan proses penyusunan APBD
yang dilakukan pada Bulan Juni tahun sebelumnya dan penetapan pagu definitif dana
perimbangan tahun anggaran kedepan direncanakan setiap bulan Oktober tahun sebelumnya.
Maka pencantuman pagu dana perimbangan (salah satunya DAK) dalam penyusunan APBD
Tahun Anggaran kedepan dilakukan dengan melakukan proyeksi anggaran atas dasar alokasi
definitif dana perimbangan tahun eksisting.
Tata cara penyaluran anggaran transfer ke daerah dilakukan melalui pemindahbukuan dari
rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah. Penyaluran dana alokasi khusus
(DAK) dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu dengan rincian sebagai berikut
a. Tahap I sebesar 30% dari alokasi DAK dilaksanakan setelah peraturan daerah mengenai
APBD diterima oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, paling cepat
dilaksanakan pada bulan februari.
c. Tahap III sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari
setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap II, diterima oleh Direktur jenderal
perimbangan keuangan.
10
PENGGUNA ANGGARAN
Menteri Keuangan RI
KUASA PENGGUNA
SPM
1 Dirjen Perbendaharaan
ANGGARAN
Dirjen Perimbangan
1 Selaku Kuasa BUN
2A SP2D
Keuangan
2B
Konfirmasi ke 3 Max 5 hari
Daerah2 Penerima Kerja setelah
SP2D
terbit
Jawaban Max
5 hari Kerja Pemda Penerima
Stlh 4
Permintaan
Konfirmasi
Diterima
Dalam pelaksanaannya daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan
DAK di dalam APBD dan menggunakan DAK tersebut sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan
DAK (Kementerian teknis terkait).
Daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya
10% (sepuluh persen) dari besaran alokasi DAK yang diterimanya. Kewajiban penyediaan Dana
Pendamping ini menunjukkan komitmen daerah terhadap bidang kegiatan yang didanai dari
DAK yang merupakan kewenangan daerah. Dana Pendamping tersebut digunakan untuk
mendanai program yang bersifat kegiatan fisik (di luar kegiatan administrasi proyek, kegiatan
penyiapan proyek fisik, kegiatan penelitian, kegiatan pelatihan, kegiatan perjalanan pegawai
daerah, dan kegiatan umum lain yang sejenis.)
Bagi daerah dengan kemampuan keuangan tertentu, yaitu daerah yang selisih antara
penerimaan umum APBD dan Belanja Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif tidak
diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping.
11
2.4.3 Pelaporan Penggunaan DAK
Kepala daerah penerima DAK wajib menyampaikan laporan secara berkala triwulanan yang
memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada:
a. Menteri Keuangan;
b. Menteri teknis
c. Menteri Dalam Negeri.
Laporan ini selambat-lambatnya harus diterima 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang
bersangkutan berakhir, dan jika tidak menyampaikan laporan maka penyaluran DAK dapat
ditunda.
Menteri teknis akan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK setiap akhir tahun
anggaran kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Ketua
Bappenas) dan Menteri Dalam Negeri.
Selanjutnya Ketua Bappenas dan Menteri Teknis terkait akan melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh DAK,
sedangkan Menteri Keuangan akan melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan keuangan
DAK.
Memperhatikan uraian sebelumnya, secara umum ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan,
dalam penetapan DAK sektor transportasi, yaitu:
APBN RKP
DANA PERIMBANGAN
Bidang Infrastruktur
Sektor-a Sektor – Transportasi Sektor-n
Perkotaan
2
DEPKEU dan DPR
KRITERIA UMUM DAN USULAN PROGRAM/
KHUSUS KEGIATAN KHUSUS Mempertimbangkan
masukan
Dari Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pada poin pertama, yaitu: memastikan
bahwa sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang memperoleh alokasi
anggaran DAK. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
4. Menetapkan Indeks Teknis sebagai nilai indeks yang akan digunakan untuk
menentukan besaran alokasi DAK sektor transportasi masing-masing daerah.
Kementerian Perhubungan juga dapat menggunakan indikator outcome sebagai
salah satu faktor untuk menetapkan besaran nilai DAK yang akan diberikan
kepada daerah untuk membiayai usulan programnya (Indeks Teknis), atau dapat
juga dengan menetapakan indikator turunan dari indikator-indikator tersebut,
13
misalnya: (1) indikator kemacetan dapat diturunkan menjadi indikator: v/c
ratio, kecepatan rata-rata, ratio angkutan umum dan kendaraan pribadi, dan
lain sebagainya, (2) indikator kecelakaan dapat diturunkan menjadi indikator:
jumlah dan fatalitas kecelakaan.
Pada poin ke-2 dari Gambar 4, yaitu: memastikan suatu daerah mampu secara
optimal mendapatkan dana DAK sesuai dengan program transportasi yang diusulkan,
terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Daerah tersebut harus mampu memenuhi kriteria umum dan kriteria khusus.
14
BAB III
3. RENCANA KERJA
KAJIAN TEKNIS
Proses Penentuan Daerah Penerimaan DAK Proses Penentuan Besaran Alokasi DAK
Daerah Layak
Kriteria Umum Kriteria Khusus Bobot daerah (BD) = IFW x IKK Departemen Teknis
Menerima DAK
IFW>1
Dep teknis (Dephub), Bappenad dan Depdagri DEPKEU, BAPPENAS DAN DPR
SURVEI LAPANGAN
PELAPORAN
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Antara
c. Laporan Konsep Akhir
d. Laporan Akhir
b. Kajian Teknis
1. Proses Penentuan Daerah Penerimaan DAK
• Dari semua daerah yang layak memperoleh alokasi DAK, dihitung bobot daerah
(BD) dengan cara mengalikan indeks fiskal dan wilayah (IFW) dengan indeks
kemahalan konstruksi (IKK).
• KEMENTERIAN teknis menghitung indeks teknis untuk tiap sektor yang akan
menerima DAK untuk seluruh daerah/kota. Menghitung bobot teknis (BT)
dengan cara mengalikan indeks teknis dengan IKK. Menentukan bobot DAK
didasarkan hasil dari penggabungan BD dan BT.
• Menetapkan Indeks Teknis sebagai nilai indeks yang akan digunakan untuk
menentukan besaran alokasi DAK sektor transportasi masing-masing daerah.
16
transportasi perkotaan di daerah.
• Daerah tersebut harus mampu memenuhi kriteria umum dan kriteria khusus.
c. Survei lapangan
17
3.2 Waktu Pelaksanaan
4.
18
3.3 Metode Kegiatan
1) Data primer, inventarisir titik lokasi rawan kecelekaan lalu lintas dan
fasilitas perlengkapan jalan serta angkutan umum yang laik jalan yang
perlu DAK dalam pelaksanaan operasionalnya.
19
3.4 Dasar Hukum
20
BAB IV
4. TENAGA AHLI
Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan ini memenuhi kualifikasi
sebagai berikut:
S2 Transportasi/ Sipil dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 8-10 tahun
sebanyak 1 (satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:
S1 Ekonomi dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 5-8 tahun sebanyak 1
(satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:
S1 Hukum dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 5-8 tahun sebanyak 1
(satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:
21
d. Tenaga Ahli Keuangan
S1 Keuangan dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 5-8 tahun sebanyak
1 (satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:
S1 Ekonomi dengan pengalaman sesuai bidang pekerjaan minimal 5-8 tahun sebanyak 1
(satu) orang, dengan tugas utama sebagai berikut:
22
BAB V
5. PELAPORAN
Tim konsultan yang melaksanakan studi ini merupakan tenaga ahli yang berpengalaman
dalam kegiatan perumusan aplikasi dengan sistem pelaporan studi sebagai berikut:
a. Laporan Pendahuluan
1. Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud, dan tujuan, lokasi,
waktu pelaksanaan termasuk gambaran lingkup pekerjaan;
2. Struktur organisasi tim pelaksana serta metode kerja penyelesaian
pekerjaan;
3. Inventarisasi peraturan perundang-undangan terkait;
4. Penyiapan material survei terkait Dana Alokasi Khusus (DAK);
5. Identifikasi dan analisiskendala yang mungkin terjadi
dan rekomendasi penyelesaian.
b. Laporan Antara
23
(DAK).
d. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat perbaikan/koreksi atas konsep akhir sesuai dengan hasil
pembahasan dengan Pemberi Tugas termasuk buku – buku lampiran terkait
pekerjaan ini.
24