Setelah menyelesaikan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten
(SSK) Pesisir Barat. selanjutnya Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Pesisir
Barat akan melanjutkan pada tahap untuk dapat melaksanakan seluruh strategi yang
telah disepakati. Rangkaian proses dan tahapan yang diperlukan agar seluruh
program dan kegiatan dapat direalisasikan dituangkan di dalam dokumen
Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten, baik yang terkait kepastian
ketersediaan anggaran, kesiapan untuk tahap konstruksi ataupun repetisi tindak lanjut
tahunan yang diperlukan.
2.3 Persampahan.................................................................................... 2 – 20
2.3.1. Permasalahan Mendesak Persampahan ............................. 2 – 20
2.3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Persampahan ............. 2 – 22
2.3.3. Kerangka Kerja Logis Persampahan ................................... 2 – 23
2.3.4. Prioritas Pembangunan Persampahan ................................ 2 – 23
2.4 Drainase............................................................................................ 2 – 24
2.4.1. Permasalahan Mendesak Drainase ..................................... 2 – 24
2.4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Drainase ..................... 2 – 26
2.4.3. Kerangka Kerja Logis Drainase ........................................... 2 – 27
2.4.4. Prioritas Pembangunan Drainase ........................................ 2 – 27
LAMPIRAN
Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk .................. 2–1
Tabel 2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk .................................................... 2–2
Tabel 2.3 Area Beresiko Sanitasi ........................................................... 2–4
Tabel 2.4 Zona Sistem Air Limbah ......................................................... 2 – 11
Tabel 2.5 Zona Sistem Persampahan .................................................... 2 – 13
Tabel 2.6 Proyeksi Pendanaan APBD Kabupaten Pesisir Barat ........... 2 – 15
Tabel 2.7 Permasalahan Mendesak Air Limbah..................................... 2 – 16
Tabel 2.8 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Air Limbah ..................... 2 – 17
Tabel 2.9 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah ...... 2 – 18
Tabel 2.10 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Pembangunan
Air Limbah .............................................................................. 2 – 19
Tabel 2.11 Permasalahan Mendesak Persampahan ............................... 2 – 21
Tabel 2.12 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Domestik 2 – 22
Tabel 2.13 Rencana Pengembangan Persampahan Jangka Menengah . 2 – 22
Tabel 2.14 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Persampahan
Domestik ................................................................................ 2 – 23
Tabel 2.15 Permasalahan Mendesak Drainase ....................................... 2 – 24
Tabel 2.16 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Drainase ....................... 2 – 26
Tabel 2.17 Rencana Pengembangan Drainase Jangka Menengah ......... 2 – 27
Tabel 2.18 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Drainase ........ 2 – 27
Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah ................................................ 3–5
Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Persampahan .......................................... 3 – 11
Tabel 3.3 Rencana Kegiatan Drainase .................................................. 3 – 16
Tabel 4.1 Rekapitulasi Pendanaan per-Sumber Pendanaan ................. 4–1
Tabel 4.2 Rekapitulasi Anggaran per Komponen Sanitasi ..................... 4–2
Tabel 4.3 Rekapitulasi APBD Kabupaten Pesisir Barat ......................... 4–2
Tabel 4.4 Rekapitulasi APBD Provinsi Lampung ................................... 4–3
Tabel 4.5 Rekapitulasi APBN ................................................................. 4–3
Tabel 4.6 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Kontribusi CSR ................. 4–4
Tabel 4.7 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi dari Partisipasi Masyarakat 4–4
Tabel 4.8 Funding Gap .......................................................................... 4–5
Tabel 4.9 Daftar Pendek Pendanaan Negara-negara Donor, Lembaga-
Lembaga Keuangan Internasional, LSM dan Lain-lain yang
Potensial ................................................................................ 4–6
Peta 1.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Pesisir Barat .............. 1–6
Peta 1.2 Peta Draf RTRW Kabupaten Pesisir Barat ............................. 1–7
Peta 1.3 Peta RTRW Lampung Barat (Kabupaten Induk Pesisir Barat) 1–8
Peta 2.1 Peta Area Beresiko Air Limbah .............................................. 2–8
Peta 2.2 Peta Area Beresiko Persampahan ......................................... 2–9
Peta 2.3 Peta Area Beresiko Drainase ................................................. 2 – 10
Peta 3.1 Lokasi Infrastruktur Air Limbah Eksisting ............................... 3–3
Peta 3.2 Peta Lokasi Infrastruktur Air Limbah Sampai Akhir Perencanaan 3 – 4
Peta 3.3 Peta Lokasi Infrastruktur Persampahan Eksisting .................. 3–9
Peta 3.4 Peta Lokasi Infrastruktur Persampahan Sampai Akhir
Perencanaan .......................................................................... 3 – 10
Peta 3.5 Lokasi Infrastruktur Drainase Eksisting .................................. 3 – 14
Peta 3.6 Lokasi Infrastruktur Drainase Sampai Akhir Perencanaan ..... 3 – 15
1. 1 Latar Belakang
Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan dokumen ketiga setelah Buku Putih
Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Barat yang telah disusun
sebelumnya pada tahun 2014, sedangkan Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) ini
merupakan tahapan keempat dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP).
Memorandum Program Sanitasi ini disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten
Pesisir Barat secara partisipatif dan terintegrasi melalui proses pelatihan, lokalatih, diskusi,
konsultasi internal dan ekternal, dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Teknis Pokja
Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi dari Fasilitator
Kabupaten (CF) Pesisir Barat dan Fasilitator Provinsi (PF) Lampung serta Pokja Sanitasi dan Air
Minum (AMPL) Provinsi Lampung dan Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman (PPLP) Lampung.
Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai
dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait,
baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung maupun
Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini
juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi
penganggaran pada tingkat Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, Pusat maupun dari
sumber pendanaan lainnya.
Untuk sumber penganggaran dari sektor pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini
akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan.
Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan Memorandum Program Sanitasi ini
antara lain :
Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, APBD Pemerintah Provinsi Lampung dan pendanaan
Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli sanitasi.
Memorandum Program Sanitasi merupakan terminal seluruh program dan kegiatan pembangunan
sektor sanitasi Kabupaten Pesisir Barat yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir
Barat, Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Pusat dan masyarakat setempat dalam kurun
waktu 5 Tahun, yang pendanaannya berasal dari berbagai sumber : APBN, APBD Provinsi
Lampung, APBD Kabupaten Pesisir Barat, Bantuan Luar Negeri (pinjaman maupun hibah),
CSR/swasta maupun masyarakat, dan sebagainya.
Sebagai suatu terminal, Memorandum Program Sanitasi merangkum masukan dari Strategi
Sanitasi Kabupaten (SSK), Rencana Program Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD),
RTRW, RPJMD, Renstra/Renja SKPD, RKA SKPD, dan lain-lain.
Memorandum Program Sanitasi merupakan justifikasi serta komitmen pendanaan dari Pemerintah
Kabupaten Pesisir Barat, Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Pusat, atau lembaga lainnya.
Memorandum Program Sanitasi merupakan landasan bagi Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat
untuk melaksanakan strategi pembangunan sektor sanitasi dalam jangka menengah (5 Tahun) ke
depan.
Memorandum Program Sanitasi ini merupakan saringan akhir agar semua Program yang akan
diimplementasikan sudah dapat dipastikan ketersediaan pendanaannya serta memenuhi kaidah
Skema Proses Perencanaan PPSP, dan Proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi
dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 1.1
Skema Proses Perencanaan PPSP
Kampanye,
Pengembangn
Edukasi
Sumber : Pedoman Penyusunan Penyusunan Penyiapan
Kelembagaan MPS, Tahun 2015. Pellaksanaan/i
Advokasi dan Rencana Memorandum
dan mplementasi
Pendampinga Strategis Program
Pengaturan
n
Gambar 1.2. : Proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi
Gambar 1.2
Skema Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS)
Proses-03
Konsolidasi Program Proses-05
dan Indikasi Finalisasi Dokumen
Proses-01 Pendanaan Sanitasi Kab/Kota
Persiapan
Proses-02 Proses-06
Proses-04 Tindak Lanjut
Review SSK & Penetapan
Rencana Implementasi Provinsi
Program Ptioritas
1. 3 Wilayah Perencanaan
1.3.1 Gambaran Umum
Kabupaten Pesisir Barat didirikan berdasarakan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2012
(Lembaran Negara Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364) tentang Pembentukan
Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung yang disyahkan pada
tanggal 17 Nopember 2012. Dengan luas wilayah 2.907, 23 KM yang terletak pada koordinat 4º,
40', 0" - 6º, 0', 0" Lintang Selatan dan 103º, 30', 0" - 104º , 50', 0" Bujur Timur dan berdasarkan
undang – undang tersebut disebutkan bahwa batas wilayah Kabupaten Pesisir Barat meliputi :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lumbok Seminung, Kecamatan Balik Bukit,
Kecamatan Batu Brak, Kecamatan Suoh, Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten
Lampung Barat; Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten
Berdasarkan data tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat sebanyak 157.391 jiwa
dengan 38.470 Kepala Keluarga tersebar pada 11 (sebelas) kecamatan. Yang terdiri dari
Kecamatan Bengkunat Belimbing, Bengkunat, Ngambur, Pesisir Selatan, Krui Selatan, Pesisir
Tengah, Way Krui, Karya Penggawa, Pesisir Utara, Lemong dan Pulau Pisang.
Gambar 1. 4
Draf Peta RTRW Kabupaten Pesisir Barat
1. 4 Methodologi
1.4.1 Methodologi Penyusunan Dokumen
Metode dan proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi terdiri dari beberapa tahapan
yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut :
Melakukan Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Barat, khususnya untuk
Kerangka Kerja Logis (KKL), Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritas Program
dan Kegiatan.
Melakukan Internalisasi dengan cara konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten Pesisir
Barat.
Melakukan Ekternalisasi dengan cara konsultasi teknis kepada Pokja Sanitasi dan Air Minum
Provinsi Lampung dan Satker PPLP di Provinsi Lampung.
Melakukan pertemuan dengan akses sumber-sumber pendanaan alternatif Non-Pemerintah
(Negara Donor, Swasta/CSR dan Masyarakat) di tingkat Kabupaten Pesisir Barat.
Melakukan pengawalan Program dan Kegiatan kepada mekanisme penganggaran mulai
tingkat Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, Pemerintah Provinsi Lampung sampai Pemerintah
Pusat.
Pengumpulan data dengan beberapa teknik dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi,
diantaranya :
Desk Study (data sekunder, kajian literatur).
Field Research (observasi, wawancara responden).
FGD (Focus Group Discussion) dan indept interview.
Sistematika penyajian dokumen Memorandum Program Sanitasi terdiri dari 5 bab yaitu :
Bab Kedua : Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Barat yang menyangkut
Kondisi Eksisting Sanitasi, Prioritas Program dan Kegiatan, Kerangka Kerja
Logis (KKL).
Kabupaten Pesisir Barat berdiri tahun 2012 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung
Barat memiliki luas wilayah 2.907,23 KM2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 157.391 Jiwa
yang tersebar di 11 Kecamatan, dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Pulau
Pisang 1.858 jiwa dan terbanyak di Kecamatan Bengkunat Belimbing yaitu 24.009 jiwa.
Perilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut memberikan tekanan
terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif maupun positif. Dengan demikian perlu
adanya pengendalian baik terhadap jumlah, komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya
untuk mendukung kelancaran proses pembangunan di daerah.
Tabel 2.1
Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Luas Area Penduduk Tahun 2014
No Nama Kecamatan Terbangun Jumlah Kepadatan Keterangan
(Ha) (Jiwa) (Jiwa/ Ha)
1 Bengkunat Belimbing 24,009.00 0.25 Pedesaan
8,320.00
2 Bengkunat 9,754.00 0.45 Pedesaan
3,514.80
3 Ngambur 22,589.00 0.69 Pedesaan
1,131.00
4 Pesisir Selatan 23,526.00 0.57 Pedesaan
9,250.00
5 Krui Selatan 10,657.00 2.94 Perkotaan
1,347.00
6 Pesisir Tengah 18,588.00 1.54 Perkotaan
701.50
7 Way Krui 9,469.00 2.31 Perkotaan
42.00
8 Karya Penggawa 15,386.00 0.73 Pedesaan
2,400.00
9 Pesisir Utara 8,719.00 1.03 Pedesaan
1,200.00
10 Lemong 12,836.00 0.28 Pedesaan
1,700.00
11 Pulau Pisang 1,858.00 0.29 Pedesaan
104.00
Sumber : Disdukcapil Kab. Pesisir Barat, 2014
Penentuan area beresiko di Kabupaten Pesisir Barat dilakukan melalui penilaian dengan metode
pemberian skor berdasarkan data sekunder 30%, persepsi SKPD terkait sanitasi 20% dan studi
EHRA 50% kemudian divalidasi dengan kunjungan lapangan.
Studi EHRA Kabupaten Pesisir Barat merupakan data primer yang diambil dari 1200 responden
(ibu rumah tangga) yang tersebar di 30 (tiga puluh) desa/kelurahan sampelHasil Penentuan area
berisiko Kelurahan/Desa yang beresiko tinggi (tingkat resiko 3) dan sangat tinggi (tingkat resiko 4)
serta penyebab utama resiko sanitasi dapat dilihat pada tabel 2.3. dan Peta Area beresiko pada
peta 2.1. sebagai berikut :
Tabel 2.6
Proyeksi Pendanaan APBD Kabupaten Pesisir Barat
Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (dalam jutaan Rupiah)
No Uraian
2015 2016 2017 2018 2019 Total
1 Perkiraan Belanja Langsung 321,372.00 369,577.80 425,014.47 488,766.64 562,081.64 2,166,812.55
Perkiraan APBD Murni untuk
2 4,951.00 5,693.65 6,547.70 7,529.85 8,659.33 33,381.53
Sanitasi
Perkiraan Komitmen
3 4,894.00 5,047.00 5,881.00 6,321.00 5,918.00 28,061.00
Pendanaan Sanitasi
Prosentase Komitmen
4 1.52 1.37 1.38 1.29 1.05 1.30
Terhadap belanja Langsung
Sumber : Hasil Review SSK Pesisir Barat, 2015
2. 2 Air Limbah
2. 2.1 Permasalahan Mendesak Air Limbah
Sebagai daerah otonomi baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat dalam pengelolaan air limbah
domestik masih belum optimal, hal ini dapat dilihat dari hasil studi EHRA bahwa pengelolaan air
limbah berupa black water masih menggunakan pengolahan limbah onsite berupa jamban
keluarga. terdapat 3 (tiga) permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten Pesisir Barat yang
menjadi permasalahan mendesak yang dirangkum dari hasil studi EHRA dan SSK Kabupaten
Pesisir Barat tahun 2014, yaitu :
- Kesadaran masyarakat terhadap terhadap pengelolaan air limbah masih rendah, terdapat
72,7% masyarakat Kabupaten Pesisir Barat masih melakukan BABS sedangkan 27,3% sudah
tidak BABS;
- Belum memadainya sarana dan praarana pengelolaan air limbah; dan
- Belum adanya regulasi atau kebijakan terkait dengan pengelolaan air limbah
Permasalahan mendesak air limbah Kabupaten Pesisir Barat yang merupakan hasil dari studi
EHRA dijabarkan dalam table 2.7 berikut ini :
Lainnya, .0%
Tidak tahu,
46.5%
Keterangan:
- Jumlah Penduduk Kab. Pesisir Barat tahun 2014 : 163.493 jiwa atau 40.875 KK
- Menyalurkan Tinjanya ke Tanki Septik = 27,3 % (11.159 KK)
- Menyalurkan Tinjanya ke Pipa Sewer = 1,1 %
- Menyalurkan Tinjanya ke Cubluk/lobang tanah, 16,7 % (6.826 KK)
- Menyalurkan Tinjanya Langsung ke drainase, 1,2 %
- Menyalurkan Tinjanya ke sungai/danau/pantai = 6,3 %
- Menyalurkan Tinjanya ke kolam atau sawah = 0,2 %
- Menyalurkan Tinjanya ke kebun/tanah lapang =0,8 %
- Tidak Tahu Kemana Menyalurkan Tinjanya = 46,5 %
17.5
Tidak aman
82.5 Suspek aman
Keterangan:
- Akses jamban pribadi denga tangki septik aman =82,5 % (33.721 KK)
- Akses jamban pribadi dengan tangka septik tidak aman=17,5 % (7.153KK)
Sasaran :
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan air limbah dan PHBS untuk
mengurangi tingkat perilaku BABS;
2. Tersedianya dokumen perencanaan dan kajian terkait pengelolaan air limbah;
3. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang memadai;
4. Tersedianya produk hukum atau kebijakan tentang penanganan air limbah dan pengelolaannya.
Sumber : Hasil Review SSK Pesisir Barat, 2014
Tabel. 2.10
Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Pembangunan Air Limbah
Skore (bobot)
Program Penerima Masalah Persepsi Skore Urutan
No Pro-poor
manfaat mendesak Pokja Total Prioritas
25% 25% 25% 25%
Peningkatan Desa dengan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) 4.00 4.00 4.00 4.00
1
1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 4.00
Sosialisasi Pembangunan IPLT
2.00 3.00 3.00 2.00
2
2.00
0.50 0.75 0.75 0.50 2.50
Dibiarkan Dibuang ke
sampai lahan
Dibuang ke kosong/kebun/ Tidak tahu
sungai/kali/laut membusuk 1%
1% hutan
/danau Dikumpulkan
10%
11% pendaur ulang
Dibuang ke 1%
dalam lubang
Dikumpulkan
tapi tidak
dan dibuang ke
ditutup tanah
TPS
4%
4%
Dibuang ke
dalam lubang & Dibakar
ditutup tanah 67%
1%
Keterangan:
- Produksi Sampah Kota Krui per hari = 39,88 m3/hari
- Sampah yang terangkut ke TPA Krui per hari 16 m³/hari.
- Sedangkan sampah yang tidak terangkut perhari adalah 23.88 m³/hari.
- Praktek Pemilahan Sampah oleh RT:
Pengumpulan setempat Alat pengumpulan setempat tidak memadai dari segi kuatitas hanya ada 2 unit
gerobak sampah
Belum adanya skema strategi untuk kerjasama dengan swasta/kelompok
masyarakat dalam pengelolaan persampahan.
Penampungan Sementara Jumlah TPS yang ada tidak mencukupi
(TPS): TPS berupa bak beton yang tersebar di beberapa kecamatan
Pengangkutan: Jumlah 2 unit Dump Truk Kapasitas 8 m³
Pengangkut untuk wilayah perkotaan.
(Semi) Pengolahan Akhir Baru ada 2 kelompok melakukan pengolahan sampah 3R
Terpusat
Daur Ulang / Tempat TPA Krui Luas TPA 3,5 Ha, Luas terpakai 2,5 Ha, Kapasitas TPA m³ per ha
Pemrosesan Akhir: Controlled landfill
Perencanaan Belum ada Perda Persampahan
Belum ada master plan persampahan dan dokumen perencanaan lainnya
B. Aspek Non Teknis
2. Aspek Pendanaan: Penganggaran terkait pengelolaan persampahan masih minim
Pengelolaan sampah masih belum menjadi prioritas
Pola penanganan sampah belum optimal
Rendahnya dana penarikan restribusi
Tabel 2.12
Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Domestik
Persampahan
Tujuan :
1. Meningkatkan Akses Pengelolaan Sampah di Wilayah Perkotaan 100% (Sumber dan
pengelolaan Akhir)
2. Meningkatnya Akses Pengelolaan Sampah di Wilayah Pedesaan 100% (Sumber Sampah)
Sasaran :
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah
2. Tersedianya dokumen perencanaan persampahan;
3. Tersedianya sarana dan prasarana sampah yang memadai;
4. Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan;
5. Tersedianya produk hukum atau kebijakan tentang penanganan sampah dan pengelolaannya.
Sumber : Hasil Review SSK, 2014
Tabel 2.13
Rencana Pengembangan Persampahan Jangka Menengah
No Sistem Cakupan Tahun Keterangan
Layanan 2015 2016 2017 2018 2019
Eksisting
Prosentase sampah yang
A 6% 25% 50% 60% 70% 80%
telah Dikelola dengan Baik
Penanganan langsung
1 4% 15% 30% 40% 50% 60%
(direct)(2)
Penanganan tidak langsung
2 2% 10% 20% 20% 20% 20%
(indirect)(3)
Dikelola mandiri oleh
B masyarakat atau belum 94% 75% 50% 40% 30% 20%
terlayani(5)
TOTAL 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Hasil Rebview SSK, 2014
Tabel 2. 14
Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Persampahan Domestik
Skore (bobot)
Penerima Masalah Persepsi Skore Urutan
No Program Pro-poor
manfaat Mendesak Pokja Total Prioritas
25% 25% 25% 25%
Pelatihan SDM terkait 2.00 3.00 3.00 3.00
1 Peningkatan kualitas kinerja 2.00
pelayanan persampahan 0.50 0.75 0.75 0.75 2.75
2. 4 Drainase
2.4. 1 Permasalahan Mendesak Drainase
Berdasarakan hasil Studi EHRA daerah genangan air yang terjadi di Kabupaten Pesisir Barat
mencangkup 39,5% dengan intensitas genangan kurang dari 1 (satu) hari, sementara 60,5%
bebas genangan air. Berdasarakan data tersebut diperolah permsalahan mendesak terkait
drainase adalah :
- Kurangnya pemeliharaan saluran drainase, sehingga tidak dapat berfungsi dengan optimal;
- Belum adanya masterplan drainase skala kabupaten;
- Terbatasnya data dan informasi eksisting drainase;
- Terbatasnya anggranan pembangunan maupun pemeliharaan drainase
Tabel 2. 15
Permasalahan Mendesak Drainase
A. Aspek Teknis
User Interface: Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: 16%
Umah tangga yang mengalami banjir rutin
39.5
60.5 Ya
Tidak
Berdasarkan Hasil EHRA di Kabupaten Pesisir Barat diketahui bahwa 39,5% penduduk masih
mengalami banjir secara rutin sedangkan 60,5% penduduk tidak pernah mengalami banjir
Wilayah Genangan
Ketinggi Freku
Nama Luas an
Lama
ensi
No
Kecamatan/Kelurahan (kali/ Penyebab
(jam/
(Ha) (M) tahu
hari)
n)
1 Bengkunat Belimbing* - - - - -
2 Bengkunat* - - - - -
3 Ngambur* - - - - -
Tabel 2.16
Tujuan dan Saasaran Pembangunan Drainase
Air Limbah Permukiman
Tujuan :
1. Berkurangnya luas genangan di kawasan perkotaan (Krui Selatanb, Pesisir Tengah, Way Krui)
50%
2. Meningkatnya pelayanan saluran drainase yang berfungsi baik di Karya Penggawa.
Sasaran :
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap peranan drainase sebagai sarana dan prasarana
untuk mengurangi genangan air sehingga pemeliharaan dapat dilaksanakan secara gotong
royong;
2. Tersedianya dokumen perencanaan dan kajian terkait drainase;
3. Terlaksananya pembangunan dan pemeliharaan drainase secara berkelanjutan;
4. Tersedianya produk hukum drainase.
Sumber : Hasil Review SSK, 2014
Berdasarkan tujuan dan sasaran sebagaimana tersebut diatas maka disusunlah rencana
pengembangan drainase jangka menengah sebegai berikut :
Tabel 2. 18
Prioritas Implementasi Program dan kegiatan Drainase
Skore (bobot)
Penerima Masalah Persepsi Skore Urutan
No Program Pro-poor
manfaat Mendesak Pokja Total Prioritas
25% 25% 25% 25%
Masterplan Sistem Drainase 2.00 3.00 3.00 3.00
1 2.00
Skala Kabupaten/Kawasan 0.50 0.75 0.75 0.75 2.75
Sosialisasi Pembangunan 3.00 2.00 4.00 3.00
2 1.00
Drainase 0.75 0.50 1.00 0.75 3.00
Pembangunan Saluran Drainase 4.00 4.00 4.00 4.00
3 1.00
dan Gorong-gorong Primer 1.00 1.00 1.00 1.00 4.00
Sumber : Hasil Review SSK, 2014
Air limbah rumah tangga, berupa grey water (limbah cuci dan mandi) dan air limpasan masih
dibuang langsung ke sistem saluran drainase dan ke lubang resapan sedangkan untuk air limbah
rumah tangga berupa black water (tinja) menggunakan pengolahan setempat (on-site system)
berupa tengki septik atau cubluk. Bahkan masih ada masyarakat yang langsung membuang
kotoran/ tinja di sungai atau pantai. Ini berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan, sebagian masyarakat atau sebesar 52,6% telah mengelola air limbah dari
dapur, kamar mandi dan tempat cuci degan benar sedangkan 47,4% masyarakat belum mengelola
air limbah tersebut dengan benar. Masyarakat sudah memiliki jamban tetapi sebagian besar
menyalurkan tinjanya tidak ke tangki saptik, hanya 27,3% saja yang menyalurkan tinjanya ke
tangki septik selebihnya ke cubluk 16,7%, sungai/danau/pantai 6,3%, langsung ke drainase 1,2%,
pipa sewer 1,1%, kebun/tanah lapang 0.8%, kolam/sawah 0.2% dan masih banyak masyarakat
yang tidak mengetahui kemana penyaluran akhir tinja sebesar 46,5%. Ini menunjukkan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan air limbah domestik. Untuk itu perlu diadakanya
penyuluhan atau pemicuan terhadap pengelolaan air limbah domestik.
Keterangan :
A. Sistem On-Site (setempat) : tangki
septik – 11.035 KK (27,3% jumlah
penduduk)
B. Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) – 29.836 KK (72,7% jumlah B
penduduk)
*) Pemetaan Sanitasi layanan Air
Limbah dilakukan berdasarkan hasil
studi EHRA Kabupaten Pesisir Barat
**) Saat ini Kabupaten Pesisir Barat
A
belum memiliki pengelolaan sistem
terpusat dan sarana IPLT
Keterangan :
CBD
ZONA 1 : PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK SISTEM
ONSITE DAN SISTEM KOMUNAL JANGKA PENDEK
SERTA OFFSITE/TERPUSAT - JANGKA PANJANG
Secara umum sistem penggelolaan persampahan terpadu di Kabupaten Pesisir Barat baru
dilaksanakan pada wilayah perkotaan dan lingkungan pasar. Sedangkan sistem pengelolaan
persampahan pada kawasan permukiman penduduk masih secara tradisional, yaitu dengan cara
dibakar, dibuang ke lubang, dibuang ke kebun/lahan kosong ataupun dibuang ke saluran
drainase/sungai/laut.
Berdasarkan data dari Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pesisir Barat tahun 2013, layanan
persampahan di Kabupaten Pesisir Barat baru mencakup wilayah Kota Krui kecamatan Pesisir
Tengah. Dengan jumlah penduduk 18.588 jiwa kelurahan Kota Krui berpotensi setiap harinya
menambah jumlah (volume) sampah seiring dengan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah (langsung maupun tidak langsung)
minimal sekitar 2,2 L perharinya. Jika menggunakan perhitungan jumlah timbulan sampah
perorang perhari dikalikan jumlah penduduk berbanding seribu maka jumlah timbulan sampah kota
krui adalah sebesar 39,88 m³ perhari atau sekitar 1196,4 m³ per bulan. Dapat dibayangkan jika
sampah sebanyak itu tidak mampu dikelola dengan baik tentu akan menimbulkan banyak masalah
terutama pencemaran terhadap lingkungan dan kesehatan msyarakat.
Sarana pengangkutan sampah ke TPA menggunaan kendaraan dump truk. Sarana pengangkutan
yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Barat adalah 2 unit dump truk kapasitas 8 m³. Perhitungan
sampah yang terangkut ke TPA Krui per hari : 2 dump truk x 8 m³/hari = 16 m³/hari. Sedangkan
sampah yang tidak terangkut perhari adalah : 39,88 m³/hari – 16 m³/hari = 23.88 m³/hari. Dan
untuk pengelolaan persampahan di Kabupaten Pesisir Barat dianggap masih kurang. Berdasarkan
data yang tersedia masyarakat yang telah melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan
baik (penangnan langsung maupun tidak langsung sebesar 4% sedangkan 96% masyarakat
belum melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan baik (penanganan dengan cara
dibakar, dibuang ke sungai/danau/kali/laut, dibuang ke dalam lubang tidak ditutup dngan
tanah,dsb)
Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM), wilayah pengembangan
pelayanan persampahan dapat diidentifikasikan. Ada 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan
prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu; 1). Tata guna lahan/klasifikasi wilayah :
a. Zona 1, merupakan area yang cukup padat, ada kawasan bisnis dan tempat umum yang
harus terlayani secara penuh 100 % (Full coverage) dalam jangka waktu pendek dengan
sistem layanan langsung dari sumber ke TPA.
b. Zona 2, merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung yaitu dari rumah
tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) dan langsung ke TPA, tapi setidaknya
Minimal 70% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka menengah ( 5 tahun) ke depan.
c. Zona 3, merupakan area yang tidak terlalu padat penduduknya serta tidak terdapat tempat-
tempat umum, CBD, pasar, tujuan wisata maupun tempat umum lainnya, area ini dilayani
secara lokal baik individual maupun komunal, dalam jangka pendek sampai panjang.
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat
mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta konsep 3 R.
Keterangan :
A. Layanan Pengangkutan RT-TPS-
TPA
B. Tidak terlayani pengangkutan
*) Pemetaan Sanitasi layanan
Persampahan dilakukan B
berdasarkan hasil studi EHRA
Kabupaten Pesisir Barat
**) Saat ini Kabupaten Pesisir Barat
terdapat 1 TPA yang melayani Kec.
A
CBD
Pesisir Tengah
CBD
ZONA 1 : PENINGKATAN CAKUPAN LAYANAN
HINGGA 100% (LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG) + PENYAPUAN JALAN (JANGKA
PENDEK KE MENENGAH)
Berdasarkan data dari kecamatan tahun 2014, potensi genangan air hujan di Kabupaten Pesisir
Barat terjadi pada beberapa lokasi, antara lain di Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Krui
Selatan dan Kecamatan Way Krui. Hal ini dimungkinkan karena tidak adanya saluran drainase,
penyempitan saluran drainase dan di beberapa daerah permukiman dimana telah padat dengan
bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang. Jika terjadi hujan dengan curah
hujan yang tinggi pada lokasi-lokasi tersebut sebagian besar air akan menjadi aliran permukaan
yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan
mengakibatkan banjir. Hal lain yang mempengaruhi terjadinya banjir/genangan adalah pasang
surut air laut, yang mana Kabupten Pesisir Barat berhadapan langsung dengan samudrera Hindia.
Apa bila terjadi hujan dengan curah hujan tinggi saat pasang air laut menyebabkan aliran air
sungai seharusnya langsung ke laut terhambat dan menyebabkan genangan dibeberapa wilayah
Hal lain yang mungkin terjadi sehingga mengakibatkan banjir adalah karena pada lokasi – lokasi
tersebut saluran drainase yang ada tidak terpelihara dengan baik bahkan kondisi saluran –
saluran drainase sudah tertutup oleh lapisan tanah dan sampah, sehingga fungsi saluran drainase
untuk menyalurkan limpasan air hujan dan air yang terdapat di permukaan tanah tidak dapat
berfungsi dengan baik. Ditambah lagi dengan kondisi daerah yang terletak di pinggir laut atau
daerah pesisir yang terpengaruh pasang surut air laut.
Keterangan :
Wilayah genangan / Prioritas berdasarkan
Tingkat Area Beresiko (Tinggi; skor 3-4)
Wilayah genangan / Prioritas berdasarkan
ZONA 2 : PENANGANAN JANGKA PANJANG TERHADAP Tingkat Area Beresiko (Tinggi; skor 3-4)
GENANGAN
Prioritas berdasarkan Tingkat Area Beresiko
(Rendah; skor 1-2)
CBD
Tabel. 3. 3
Rencana kegiatan Pengembangan Drainase
Kebutuhan Penanganan Menyeluruh
Penduduk
No Kegiatan/ Sub Kegiatan Zona Total
Terlayani Satuan
1 2 3 4 Volume
C DRAINASE
1 Program Perencanaan
Pembangunan Drainase
a Penyusunan Masterplan
Drainase 157,391.00 Dokumen V V V V 1.00
2 Program Pembangunan
Drainase
a Sosialisasi Pembangunan
Drainase 157,391.00 Kali/tahun V V V V 3.00
b
Pembangunan Drainase 157,391.00 Paket V V V V 50.00
Jumlah Pendanaan/
Pembiayaan Drainase
Jumlah Pendanaan/
Pembiayaan Sanitasi
Kabupaten Pesisir Barat
Sumber : Hasil Analisa Tim Pokja Sanitasi Kab. Pesisir Barat, 2015
4. 1. Rekapitulasi Anggaran
Rekapitulasi anggaran ini menjelaskan tentang total anggaran yang dibutuhkan untuk
pembangunan sanitasi jangka menengah atau 5 (lima) tahun, baik berdasarkan pada indikasi
sumber pendanaan dan jenis kegiatan berdasarkan sektor sanitasi.
Tabel. 4.1
Rekapitulasi Pendanaan per – Sumber Pendanaan
Tabel 4.2
Rekapitulasi Anggaran per Komponen Sanitasi
Tahun Anggaran (dalam jutaan Rupiah)
No Uraian kegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 Total
1 AIR LIMBAH 1,845 2,576 3,750 3,690 6,182 18,043
2 PERSAMPAHAN 2,001 490 3,380 1,335 3,120 10,326
3 DRAINASE 3,675 4,140 4,600 4,150 4,150 20,715
Jumlah 7,521 7,206 11,730 9,175 13,452 49,084
Sumber : SSK 2014 dan Analisa Tim Pokja Sanitasi Kab. Pesisir Barat, 2015
Tabel. 4. 3
Rekapitulasi APBD Kabupaten Pesisir Barat
Tahun Anggaran (dalam jutaan Rupiah)
No Uraian Kegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 Total
4. 2.3 APBN
Indikasi pendanaan pembangunan sanitasi yang dibiayai oleh APBN di Kabupaten Pesisir Barat
sebesar Rp. 16.908.000.000,- dalam hal ini sektor air limbah memiliki nilai pendanaan terbesar
yaitu Rp. 11.652.000.000,- dan sektor drainase belum mendapatkan pendanaan, hal ini
dikarenakan dana untuk pembangunan fisik sektor drainase akan dibiayai oleh APBD Kabupaten
spenuhnya namun tidak menutup kemungkinan untuk diusahakan mendapatkan pendanaan dari
sumber pembiayaan lain.
Tabel 4. 5
Rekapitulasi APBN
Tahun Anggaran (dalam jutaan Rupiah)
No Uraian Kegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 Total
1 Air Limbah 1,016 2,159 2,159 2,159 4,159 11,652
2 Persampahan 1611 0 1370 675 1600 5,256
3 Drainase - - - - - 0
Jumlah 2,627 2,159 3,529 2,834 5,759 16,908
Sumber : SSK 2014 dan Analisa Tim Pokja Sanitasi Kab. Pesisir Barat, 2015
Tabel 4. 6
Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Kontribusi CSR
Tahun Anggaran (dalam jutaan Rupiah)
No Uraian Kegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 Total
1 Air Limbah - - - - - -
3 Drainase - - - - - -
Tabel 4. 7
Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi dari Partisipasi Masyarakat
Tahun Anggaran (dalam jutaan Rupiah)
No Uraian Kegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 Total
2 Persampahan - - - - - -
3 Drainase - - - - - -
4. 4. Funding Gap
Funding gap merupakan selisih antara kebutuhan dana dengan kemampuan pendanaan
Kabupaten Pesisir Barat, terdapat funding gap cukup signifikat dalam memenuhi kebutuhan dana
pembangunan sanitasi sebesar 43%. Dimana total pendanaan berdasarakan hasil
pembahasana secara keseluruhan sebesar Rp. 49.084.000.000.000,- sementara kemampuan
APBD Kabupaten Pesisir Barat sebesar Rp. 28.061.000.000.000,- sehingga terdapat gap
sebesar Rp. 21.023.000.000.000,-
Untuk memenuhi funding gap sebagaimana tercantum dalam tabel di atas, maka Tom Pokja
Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat akan melakukan kebijakan pendanaan, yaitu :
a. Meningkatakan proporsi penadanaan sanitasi melalui APBD Kabupaten dengan melakukan
advokasi kepada pengambil keputusan dan anggota legislative;
b. Mengajukan pendanaan sanitasi kepada Pemerintah Provinsi dan Pusat supaya masuk
dalam APBD Provinsi dan APBN;
c. Meningkatkan peranan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi dengan
menggalakan dan meningkatakan jangkauan kegiatan pemicuan;
d. Meningkatkan peranan badan usaha untuk melalui dana CSR untuk pembangunan sanitasi di
Kabupaten Pesisir Barat;
e. Memprioritaskan kegiatan pada kawasan atau wilayah yang masuk dalam rawan sanitasi;
f. Memprioritaskan kegiatan pembangunan fisik sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan
masyarakat;
Tabel 4. 9
Daftar Pendek Pendanaan Negara – Negara Donor, Lembaga – Lembaga Keuangan Internasional,
LSM dan Lain – lain yang Potensial
No Lembaga Donor Potensi Kegiatan yang Sesuai untuk Didanai
1 Belum Terverifikasi Pembangunan IPLT
2 Belum Terverifikasi Pembangunan MCK++
3 Belum Terverifikasi Pengadaan Alat Angkut Sampah
Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kab. Pesisir Barat, 2015
Sub bab ini lebih bersifat sebagai Daftar Centang untuk memastikan agar rencana implementasi
Program Kegiatan yang memerlukan Jasa Pengadaan dapat ter-realisasi sesuai skedul. Kegiatan
ini dilakukan secara repetitif tahunan dan difokuskan pada rencana implementasi tahun 2016 dan
tahun 2017 yang sudah ada Nota Kesepakatan Penganggaran. Rencana pengadaan untuk tahun
2018 akan ditindak lanjuti secara lebih detail pada Dokumen MPS Tahunan. Hal utama lainnya
adalah untuk memastikan agar semua rencana kegiatan yang sudah ada kesepakatannya sudah
terakomodir dan sudah dimasukkan dalam dokumen/proses penganggaran formal tahunan,
termasuk Tahap Musrenbang, RPIJM dll.
Sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakti, beberapa pekerjaan akan diimplementasikan
dengan dukungan jasa pengadaan, baik berupa pengadaan barang ataupun jasa. Sub ba
berikutnya berisi “daftar centang” persiapan tersebut, deskripsi program dan kegiatan, yang
diperlukan sebagai materi acuan penyiapan dokumen Kerangka Acuan Kerja untuk proses
pelelangan oleh para pemegan mata anggaran terkait.
Hal lain kebutuhan daftar centang terutama terkait criteria kesiapan alokasi pendanaan dan
administrasi pendukung lainnya. Penunjukan dinas / person penanggung jawab untuk melakukan
koordinasi dan tindak lanjutan telah disepakati sejak awal.
Kriteria Kesiapan dalam Mekanisme Penganggaran Tahun 2016 dan Kriteria Kesiapan
Implementasi Infrastruktur Tahun 2016, dan Kriteria Kesiapan dalam Mekanisme Penganggaran
Tahun 2017 dan Kriteria Kesiapan Implementasi Infrastruktur Tahun 2017, secara berurutan dapat
dilihat pada tabel 5.1., tabel 5.2., tabel 5.3., dan tabel 5.4. sebagai berikut :
C DRAINASE
1 Sosialisasi Pembangunan Drainase D PUPE V V - - V V D PUPE
2 Pembangunan Drainase D PUPE V V - - V V D PUPE
D PENGAIRAN DAN
1 Penyusunan Masterplan Persampahan PERMUKIMAN PROV. V V - - - - BAPPEDA
LAMPUNG
Kesiapan Penanggung
Master Review Dok. Dok. Studi Kesiapan
No Rencana Kegiatan Lokasi DED Lahan Lembaga Jawab/ Tindak
Plan RPIJM FS Lingkungan Masyarakat
Pengelola Lanjut
1 AIR LIMBAH
a Pembangunan MCK/ MCK++ Tersebar di 11 X X X X X V V V D PUPE
Kecamatan
b Pembangunan Septik Komunal Pesisir Tenga X X X X X V V V D PUPE
2 PERSAMPAHAN
a Pembangunan TPS Kawasan X X X X V V V X BLHKP
Perkotaan
3 DRAINASE
a Pembangunan Drainase Tersebar di 11 X X x X V V V X D PUPE
Sekunder Kecamatan
Tabel 5. 5
Kriteria Kesiapan Studi dan Perencanaan Teknis
No Studi dan Perencanaan Tahun Lokasi Pelaksana ToR Penanggung
Teknis Jawab
1 Masterplan Air Limbah 2015 Kab. Pesisir Konsultan Ada Bappeda
Skala Kabupaten Barat
2 Studi Alternatif Sumber 2016 Kec. Pesisir Konsultan Belum BLHKP
Pembiayaan Fasilitas Air Tengah Ada
Limbah yang Murah dan
berkelanjutan
3 Perencanaan Teknis 2018 Kec. Pesisir Konsultan Belum D PUPE
(DED) Pembangunan Selatan Ada
IPLT
4 Perencanaan Teknis 2016 Kab. Pesisir Konsultan Ada D PUPE
pembangunan Drainase Barart
5 Masterplan Dranase 2016 Kab. Pesisir Konsultan Belum Bappeda
Skala Kabupaten Barat Ada
Sumber : Analisa Tim Pokja Sanitasi kab. Pesisir Barat, 2015
Tabel. 5.7
Pembentukan dan/atau Penguatan Organisasi Pengelola
No Kegiatan Lokasi Instansi Kendala
1 TPS Pesisir Tengah BLHKP Belum terbentuk
2 TPST Pesisir Selatan BLHKP Belum terbentuk
3 TPA Krui Selatan BLHKP Perlu penguatan
4 MCK/ MCK++ Tersebar di 11 Kecamatan D PUPE KSM
5 Septik Komunal Way Krui D PUPE KSM
6 IPLT Pesisir Selatan BLHKP Belum terbentuk
Sumber : Analisa Tim Pokja Sanitasi Kab. Pesisir Barat, 2015
Berikut ini Rencana Kerja Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat utnuk tahun 2016 dan
jadwal dapat disesuaikan jika ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk pelaksanaan
kegiatan.