Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kota Batam yang berada di Provinsi Kepulauan Riau merupakan tempat

yang menarik baik sebagai tempat usaha atau kerja, pariwisata maupun tempat

tinggal. Letaknya yang sangat strategis dikarenakan berbatasan langsung dengan

negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia. Kota Batam menjadi Daerah

perlintasan bagi wisatawan asing maupun domestik. Selain itu kota Batam

merupakan Kota yang sejak awalnya direncanakan untuk dijadikan Kota Industri,

oleh karena itu Kota Batam memiliki beberapa kawasan industri yang besar.

Dengan demikian Kota Batam menjadi Kota yang sangat potensial dan

mempunyai daya tarik bagi masyarakat daerah lain untuk berkunjung maupun

tinggal di Kota Batam.

Pertumbuhan Ekonomi yang relatif tinggi dan terbukanya lapangan usaha

menyebabkan pertumbuhan penduduk Kota Batam meningkat secara berarti

dengan konsekuensi pada kebutuhan tempat tinggal, sehingga diperlukan

pembangunan unit-unit hunian perumahan baru. Dimana pihak yang paling

berkepentingan dengan pembangunan perumahan adalah para pengembang atau

developer. Pengembang atau developer didalam melaksanakan pembangunan

perumahan agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kota Batam telah diatur

didalam Peraturan daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2011 tentang : Bangunan

Gedung. Rumah merupakan salah satu ruang tempat tinggal manusia beraktifitas,

berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga,

1
cerminan harkat dan martabat penguhuniya, berinteraksi sosial terhadap

lingkungan serta asset bagi pemiliknya.

Dalam rangka membangun tempat tinggal yang layak huni bagi masyarakat,

tentulah harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan, utilitas umum, maupun

fasilitas sosial, yang di bangun untuk kepentingan masyrakat. Sehingga

kenyamanan serta terjaminnya lingkungan Perumahan yang asri, udara yang segar

dan bersih, perlu diperhitungkan terhadap perkembangan Kota.

Dikarenakan jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat

dari waktu ke waktu tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan

terhadap pemanfaatan ruang kota. Penataan ruang kawasan perkotaan perlu

mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan

kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial, serta ruang-ruang terbuka publik

(Public open space) di perkotaan. Kualitas ruang terbuka publik sedang

mengalami penurunan yang signifikan, sehingga telah mengakibatkan menurunya

kualitas lingkungan perkotaan seperti sering terjadinya banjir di perkotaan,

tingginya polusi udara dan suara, meningkatnya kerawanan sosial antara lain,

kriminalitas dan menurunya produktivitas masyarakat karena terbatasnya ruang

yang tersedia untuk interaksi sosial dan relaksasi.

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,

dan utilitas. Sedangkan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupaun perdesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dang penghidupan. Prasarana adalah

2
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan

dan permukiman dapat berfungsi sebagaiman mestinya. Sarana adalah fasilitas

penunjang yang berfungsi untuk penyelengaraan dan pengembangan kehidupan

ekonomi, sosial, dan budaya. Dan Utilitas adalah sarana penunjang untuk

pelayanan lingkungan. Penyerahan parsarana, sarana, dan utilitas adalah

penyerahan berupa tanah dengan bangunan dan/atau tanah tanpa bangunan dalam

bentuk asset dan tangung jawab pengelolaan dari pengembang kepada Pemerintah

Daerah.

Oleh karena itu Pemerintah telah mengatur mekanisme tentang bagaimana

cara penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman dari

Pengembang kepada Pemerintah Daerah agar supaya bisa di pergunakaan atau

dimanfaatkan untuk kegiatan sosial bermasyarakat yaitu dalam hal ini adalah

Ruku Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) penghuni Perumahan dan

Permukiman. Pemerintah Daerah meminta Pengembang untuk menyerahkan

prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman yang dibangun oleh

Pengembang paling lambat 1 (satu) tahun setelah masa pemeliharaan dan sesuai

dengan rencana tapak yang telah disetujui oleh Pemerintah Daerah. Penyerahan

prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman yang sesuai dengan

rencana tapak boleh diserahkan secara bertahap, apabila rencana pembangunan

dilakukan bertahap ataupun sekaligus apabila rencana pembangunan dilakukan

tidak bertahap.

1.2. TUJUAN

Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dari

pengembang kepada Pemerintah daerah bertujuan untuk menjamin keberlanjutan

3
pemeliharaan dan pengelolaan prasarana, sarana, dan utlitas di lingkungan

perumahan dan permukiman. Pemerintah Daerah menerima penyerahan prasarana,

sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman yang telah memenuhi

persyaratan. Permohonan yang telah memenuhi persyaratan baik umum teknis dan

administrasi.

Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman

berdasarkan prinsip:

a. Keterbukaan, yaitu masyarakat mengetahui prasarana, sarana, dan utilitas

yang telah diserahkan dan atau kemudahan bagi masyarakat untuk

mengakses informasi terkait dengan penyerahan prasarana, sarana, dan

utlitas;

b. Akuntabilitas, yaitu proses penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas yang

dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan;

c. Kepastian hukum, yaitu menjamin kepastian ketersediaan prasarana, sarana,

dan utilitas di lingkungan perumahan dan permukiman sesuai dengan

standar, rencana tapak yang disetujui oleh Pemerintah Daerah, serta kondisi

dan kebutuhan masyarakat;

d. Keberpihakan, yaitu Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan prasarana,

sarana, dan utilitas bagi kepentingan Masyarakat di lingkungan Perumahan

dan Permukiman; dan

e. Keberlanjutan, yaitu Pemerintah Daerah menjamin keberadaan prasarana,

sarana, dan utilitas sesuai dengan fungsi dan peruntukanya.

4
1.3. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang dan tujuan sebelumnya maka identifikasi

masalah dalam pelaporan ini adalah :

a. Bagaimanakah implementasi proses penyerahan prasarana, sarana, dan

utilias (PSU) Perumahan dan Permukiman dari Pengembang kepada

Pemerintah Daerah;

b. Bagaimanakah dalam hal prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan

Permukiman yang ditelantarkan dan belum diserahkanan kepada Pemerintah

Daerah.

c. Bagaimanakah mengetahui luasan PSU atau Fasiltas umum dan Fasilitas

Sosial yang akan diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah;

1.4. RUANG LINGKUP DAN BATASAN MASALAH

Mengingat keterbatasan dalam waktu yang dibutuhkan, maka penulisan

pelaporan ini akan dibatasi sebagai berikut:

a. Penulisan Makalah hanya difokuskan pada penyerahan PSU atau Fasilitas

Umum dan Fasilitas Sosial di perumahan dan permukiman di Kota Batam.

b. Penulisan Makalah hanya difokuskan kepada pihak-pihak yang berkaitan

langsung dengan penyerahan PSU atau Fasum dan Fasos di Kota Batam

yakni: pertama, pihak Pemerintah Kota Batam , khususnya instansi-instansi

yang berkaitan dengan proses penyerahan Fasilitas Umum dan Fasilitas

Sosial, asosiasi Real Estate Indonesia (REI) DPD Kota Batam, Pengembang

/ Developer dan Masyarakat Kota Batam.

c. Data yang dianalisis adalah berdasarakan berkas permohonan dan

peninjauan ke lokasi penyerahan PSU dari pihak pengembang kepada

5
Pemerintah Kota Batam dalam hal ini Dinas Perumahan Rakyat,

Permukiman dan Pertamanan Kota Batam Bidang Perumahan Rakyat selaku

Sekretariat, yang salah satu tugasnya bertanggung jawab dalam serah terima

PSU atau Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial di Kota Batam.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH

Makalah ini terdiri atas tujuh bab, dengan masing - masing bab memiliki

arah yang tersendiri, namun saling berkaitan satu sama lain, sehingga membentuk

satu penjelasan yang turut dan runtut sesuai dengan maksud dan tujuan

dilaksanakannya kegiatan ini.

Bab I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, tujuan, identifikasi masalah, ruang lingkup dan

batasan masalah serta sistematika penulisan laporan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Menguraikan tentang beberapa teori dasar yang digunakan sebagai

pedoman dalam analisa dan pembahasan masalah.

Bab III : Gambaran Umum Instansi

Berisi sejarah singkat Instansi, Visi dan Misi Instansi, Struktur

Organisasi Instansi dan hal lain yang dianggap perlu.

Bab IV : Pengumpulan dan Pengolahan Data

Keberadaan data dasar dan data yang lengkap sesuai kebutuhan

penulisan

Bab V : Fasum dan Fasos Perumahan yang diserahkan

Berisi tentang proses pemilahan atas bagian Fasum dan Fasos yang

akan diserah terimkan kepada Pemerintah.

6
Bab VI : Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan Saran

Daftar Kepustakaan

Lampiran - Lampiran

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TEORI DASAR

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik

perkotaan maupun perdesaan. Perumahan juga dikenal dengan istilah housing.

Housing berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti kelompok rumah.

Perumahan adalah kumpulan rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal. Terkait dengan pembangunan perumahan, sering kita dengar istilah

perumahan rakyat. Perumahan rakyat dapat diartikan sebagai sekumpulan rumah-

rumah yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Perumahan tidak sama dengan permukiman. Permukiman merupakan

lingkungan tempat tinggal manusia dan sekaligus berfungsi sebagai pendukung

perikehidupan dan penghidupan para penghuninya. Perumahan lebih tepat

didefiniskan sebagai sekelompok atau sekumpulan rumah. Dalam SNI 03-6981-

2004 perumahan didefinisikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal.

Sebagai kelompok rumah, perumahan dapat menjadi bagian dari

permukiman. Perbedaan yang nyata anatar perumahan dan permukiman terletak

pada fungsinya. Pada kawasan permukiman, lingkungan tersebut memiliki fungsi

ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah bagi

sebagian penghuninya. Pada perumahan, lingkungan tersebut hnaya berupa

sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para penghuniya.

Funfgi perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak merangkap sebagai

tempat mencari nafkah.

8
Untuk mendukung kehidupan hunian perumahan dan permukiman, setiap

lingkungan permukiman dan perumahan memerlukan fasilitas-fasilitas dasar.

Fasilitas-fasilitas tersebut umumnya berupa kelengkapan-kelengkapan fisik guna

memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Jenis-jenisnya meliputi: penerangan,

air bersih, mempermudah transportasi, akses telekomunikasi, memperoleh bahan

makanan dan kebutuhan lainya, berolah raga dan bermain, bersekolah, beribadah,

bermasyarakat, dan sebagainya. Fasilitas-fasilitas yang harus tersedia di

lingkungan perumahan dan permukiman meliputi tiga jenis, yaitu:

 Prasarana

 Sarana

 Utilitas

2.1.1 Prasarana

Prasarana adalah merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Terdapat empat jenis prasarana yang harus tersedia di

lingkungan perumahan dan permukiman, yaitu (PERMENDAGRI NO. 9

TAHUN 2009):

a. Jaringan jalan;

b. Jaringan saluran pembuagan air limbah;

c. Jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan

d. Tempat pembuangan sampah;

a. Jaringan jalan;

Jalan merupakan prasarana lingkungan yang berupa suatu jaringan.

Fungsi utama jaringan jalan adalah untuk mempermudah pergerakan manusia

9
dan kendaraan. Jaringan jalan juga memiliki fungsi penting sebagai akses

untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Jaringan jalan yang baik pada

suatu kawasan permukiman harus memiliki pola yang hubungannya jelas

antara jalan utama dengan jalan kolektor atau jalan lokalnya.

b. Jaringan saluran pembuangan air limbah;

Limbah cair adalah limbah yang berbentuk cair dan berasal dari air

buangan atau air bekas. Di lingkungan permukiman dan perumahan umumnya

limbah cair berasal dari air buangan kamar mandi dan dapur. Limbah cair juga

dapat berasal dari air hujan yang tidak tertampung oleh daya resap tanah.

Idealnya limbah cair yang berasal dari air buangan dan air hujan dikembalikan

selekasnya ke dalam tanah melalui sumur resapan.

Di lingkungan permukiman yang padat di kawasan perkotaan umumnya

sebagian besar bidang tanah telah tertutup oleh bangunan. Akibatnya tidak lagi

tersedia bagian halaman rumah yang dapat dipergunakan sebagai sumur

resapan. Pada kondisi yang demikian, air buangana dapat dialirkan ke saluran

pembuangan kota. Saluran pembuangan kota umumnya lebih dikenal dengan

istilah roil kota. Selanjutnya air buangan akan dialirkan ke badan penerima air.

Selain limbah cair, terdapat limbah padat yang berasal dari kakus/wc.

Limbah padat tidak boleh dibuang dan dialirkan ke dalam saluran drainase dan

riol kota. Limbah padat harus dibuang ke dalam tempat penampungan yang

disebut septic tank. Septic tank dibuat di bawah permukaan tanah dan

ditempatkan di halaman rumah.

10
c. Jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase);

Jaringan drainase merupakan prasarana yang berfungsi untuk

mengalirkan air buangan. Air buangan tersebut berasal dari permukaan jalan,

halaman rumah, serta air limbah rumah tangga. Melalui jaringan drainase, air

dialirkan ke badan penerima air atau ke tempat peresapan buatan. Jaringan

drainase terdiri dari dua bagian utama, yaitu:

1. Badan penerima air.

2. Bangunan pelengkap.

Sistem drainase yang baik selalu memiliki bagian yang berfungsi

menerima air. Bagian yang berfungsi untuk menerima air disebut sebagai

badan penerima air. Contoh badan penerima air adalah sungai, danau dan laut.

Badan penerima air dapat berupa sumber air di permukaan tanah maupun

sumber air di bawah permukaan tanah. Sumber air di permukaan tanah adalah

laut, sungai, dan danau, sedangkan sumber air di bawah permukaan tanah

adalah air tanah.

Sistem drainase juga harus memiliki bangunan pelengkap. Fungsi dari

bangunan pelengkap adalah untuk menghubungkan antara permukaan tanah

dan sumber air buangan dengan badan penerima air. Contoh bangunan

pelengkap pada jaringan drainase adalah: gorong-gorong, pertemuan saluran,

bangunan terjunan, jembatan, street inlet, pompa, dan pintu air.

d. Tempat pembuangan sampah;

Jenis limbah lain yang berasal dari rumah tangga adalah sampah. Di

kawasan perumahan dan permukiman, sampah merupakan barang-barang

buangan bekas pakai dari rumah tangga. Apabila tidak ditangani dengan baik,

11
tumpukan sampah akan menggunung dan mengotori lingkungan. Oleh karena

itu diperlukan adanya sistem pembuangan sampah yang terkoordinasi dan

terkontrol.

Sampah rumah tangga sangat beragam jenisnya. Secara umum sampah

terbagi ke dalam dua jenis yaitu:

1. Sampah organik

2. Sampah non organik

Sampah organik adalah sampah yang dapat diurai secara alamiah oleh

bakteri dan tanah sehingga kembali menjadi tanah. Contoh sampah organik

adalah: daun-daunan dan buah-buahan yang berguguran, sisa-sisa makanan,

dan sebagainya. Sampah non organik adalah sampah hasil industri yang tidak

dapat diurai oleh bakteri dan tanah. Contoh sampah non organik adalah kaca

atau gelas, keramik, plastik, dan sebagainya.

Proses pembuangan dan pegolahan sampah dilakukan secara bertahap.

Pertama-tama sampah buangan rumah tangga ditampung dalam tong sampah

yang terdapat di setiap rumah. Selanjutnya samaph diangkut dengan gerobak

sampah atau dengan mobil ke tempat-tempat penampungan sampah sementara.

Tempat penampungan sampah sementara (TPS) terdapat di tingkat RW,

kelurahan, hingga kecamatan. Sampah-sampah yang terkumpul di tempat

penampungan samaph sementara selanjutnya di pindahkan ke tempat

pembuangan akhitr (TPA) untuk didaur ulang atau dihancurkan. Tempat

pembuangan akhir.

12
2.1.2 Sarana

Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelengaraan

dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya serta segala sesuatu

yang dapat di pakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Misalnya

sarana pelayanan kesehatan yang bersifat membantu proses kesembuhan dan

sejenisnya. Terdapat Sembilan jenis sarana yang harus tersedia di lingkungan

perumahan dan permukiman, yaitu (PERMENDAGRI NO. 9 TAHUN 2009):

a. Sarana perniagaan/perbelanjaan;

b. Sarana pelayanan umum dan pemerintahan;

c. Sarana pendidikan;

d. Sarana kesehatan;

e. Sarana peribadatan;

f. Sarana rekreasi dan olah raga;

g. Sarana pemakaman;

h. Sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan

i. Sarana parkir;

a. Sarana perniagaan/perbelanjaan;

Sarana perniagaan dan perbelanjaan berfungsi melayani dan

menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sarana perniagaan

dan perbelanjaan merupakan bagian dari lingkungan yang berfungsi untuk

melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat dan sekaligus sebagai tempat

bekerja. Terdapat empat macam jenis sarana perniagaan dan perbelanjaan,

yaitu: toko atau warung, pertokoan, pusat pertokoan dan pasar lingkungan,

pusat perbelanjaan dan niaga.

13
b. Sarana pelayanan umum dan pemerintahan;

Untuk pemenuhan keiginan dan kebutuhan,melayani dan melindungi

masyarakat diperlukan tersedianya sarana pemerintahan dan pelayanan umum

yang dikelola oleh Negara. Contoh sarana pelayanan umum dan pemerintahan:

Balai pertemuan warga, pos hansip, gardi listrik, telepon umum, parkir umum,

Balai serbaguna, posyandu dan lain-lain.

c. Sarana pendidikan;

Penduduk pada kelompok usia pendidikan di setiap kawasan perumahan

dan permukiman mebutuhkan sarana pendidikan dalam jumlah yang cukup.

Sarana pendidikan formal dan umum yang wajib tersedia adalah sarana

pendidikan pada pra belajar hingga tingkat menengah. Wujud dari sarana

pendidikan dan pembelajaran adalah bangunan serta lahan terbuka untuk

aktivitas luar ruangan. Agar sarana pembelajaran berfungsi optimal, maka

penentuan jenis-jenis sarana pendidikan yang perlu disediakan harus

memperhatikan jumlah penduduk pendukungnya.

d. Sarana kesehatan;

Fungsi dari sarana kesehatan adalah untuk memberikan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Terdapat 7 jenis sarana kesehatan yang harus

dipenuhi untuk melayani kesehatan masyarakat, yaitu (SNI 03-1733-2004) :

 Posyandu.

Fungsi posyandu adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi

anak-anak usia balita.

 Balai Pengobatan Warga.

14
Fungsi balai pengobatan warga adalah untuk memberikan pelayanan

kesehatan bagi penduduk dengan titik berapa penyembuhan tanpa perawatan,

berobat, dan sewaktu-waktu untuk vaksinasi.

 Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA).

Fungsi BKIA adalah untuk memberikan pelayanan bagi ibu-ibu baik

sebelum, pada saat, dan sesudah melahirkan, serta melayani anak sampai

dengan usia 6 tahun.

 Puskesmas dan Balai Pengobatan.

Fungsi puskesmas adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat

pertama bagi penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan

pemeliharaan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya.

 Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan.

Fungsi puskesmas pembantu adalah sebagai unit pelayanan pelaksanaan

kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil.

 Tempat Praktek Dokter.

Tempat praktek dokter berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan

secara individual, dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa

perawatan.

 Apotek.

Fungsi apotek adalah untuk melayani pengadaan obat-obatan bagi

penduduk, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan.

e. Sarana peribadatan;

Untuk memfasilitasi kehidupan rohani masyarakat, perlu tersedia fasilitas

peribadatan yang cukup dan memadai di lingkungan perumahan dan

15
permukiman. Penyediaan fasilitas peribadatan juga dilaksanakan dengan

mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku, dan disesuaikan dengan

keputusan masyarakat setempat. Penyebaran jenis-jenis sarana peribadatan

yang di suatu kawasan permukiman sangat tergantung kepada struktur

penduduk setempat berdasarkan agama yang dianut.

 Sarana peribadatan bagi pemeluk agama Islam

Sarana peribadatan yang diperlukan bagi pemeluk agama Islam adalah

musholla atau langgar dan masjid. Pola penyebaran musholla dan masjid

direncanakan dengan memperhitungkan jumlah penduduk yang dilayani.

 Sarana peribadatan agama-agama lain

- Katolik mengikuti paroki.

- Hindu mengikuti adat.

- Budha dan Kristen mengikuti sistem kekerabatan dan hirarki lembaga.

f. Sarana rekreasi dan olah raga;

Sarana rekreasi dan olah raga merupakan fasilitas berupa tempat dan

bangunan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan

kebutuhan rekreasi dan olah raga bagi penduduk. Jenis-jenis sarana rekreasi

adalah: Balai warga atau balai pertemuan, balai serbaguna, gedung pertemuan

atau gedung serbaguna, dan bioskop.

g. Sarana pemakaman;

Sarana pemakaman adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan

pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan

golongan, yang pengelolaanya dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pemakaman

16
merupakan sarana perumahan dan permukiman, maka pihak yang membangun

perumahan tersebut wajib menyediakan sarana pemakaman.

h. Sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau;

Ruang terbuka hijau adalah wadah yang dapat menampung kegiatan

tertentu dari warga lingkungan baik secara individu atau kelompok. Ruang

terbuka hijaun merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang

mempunyai arti sebagai suatu lansekap, taman atau ruang rekreasi.

Dalam rangka menjaga keseimbangan alam, ruang terbuka hijau

merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan. Ruang terbuka hijau adalah bagian

dari permukaan bumi yang berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman.

Tanaman pada ruang terbuka hijau dapat tumbuh secara alamiah, dan dapat

secara sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai tempat

penyerapan air.

i. Sarana parkir;

Fasilitas parker dibangun bersama-sama dengan gedung, untuk

memfasilitasi kendaraan pemakai gedung. Termasuk dalam pengertian parker

adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang

dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata

untuk kepentingan menaikan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.

2.1.3 Utilitas

Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan perumahan

dan permukiman. Untuk mendukung kehidupan penduduknya, setiap

lingkungan perumahan dan permukiman memerlukan fasilitas-fasilitas dasar.

17
Fasilitas-fasilitas tersebut umumnya berupa kelengkapan-kelengkapan fisik

guna memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Jenis-jenis meliputi: akses

telekomunikasi, transportasi loka dan lain sebagainya. Diperlukan utilitas yang

memadai, agar lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi

sebagimana mestinya. Terdapat tujuh jenis utilitas yang harus tersedia di

lingkungan perumahan dan permukiman, yaitu (PERMENDAGRI NO. 9

TAHUN 2009):

a. Jaringan air bersih;

b. Jaringan listrik;

c. Jaringan telepon;

d. Jaringan gas;

e.. Jaringan transportasi;

f. Pemadam kebakaran; dan

g. Sarana penerangan jasa umum.

a. Jaringan air bersih;

Jaringan air bersih sangat diperlukan bagi lingkungan perumahan dan

permukiman. Prinsip dasarnya, setiap rumah harus mendapatkan layanan air

bersih untuk keperluan rumah tangga. Air bersih harus memenuhi syarat-syarat

kesehatan dan aman untuk dikonsumsi manusia. Jaringan air bersih berupa pipa

yang tertanam di dalam tanah. Pipa untuk mengalirkan air bersih dibuat dari

bahan PVC atau GIP.

Jaringan air bersih di perkotaan di Indonesia pada umumnya di layani

oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Untuk menghitung banyaknya air yang

dipergunakan setiap bulan, dipergunakan alat berupa meteran air yang dipasang

18
di setiap rumah pelanggan. Selain didistribusikan ke rumah-rumah, air bersih

juga disediakan untuk memenuhi kebutuhan kepentingan umum. Pada kawasan

perkotaan terdapat empat unsure yang harus terpenuhi dalam pengadaan air

bersih, yaitu:

1. Air bersih dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan.

2. Tersedianya jaringan atau saluran air bersih ke setiap rumah.

3. Tersedianya kran umum.

4. Tersedianya hidran kebakaran.

Pada lokasi-lokasi yang belum memungkinkan disediakan jaringan air

bersih hingga ke setiap rumah perlu disediakan kran umum. Berdasarkan

standar yang berlaku (SNI 03-1733-2004), setiap satu kran umum disediakan

untuk pemakai sebanyak 250 jiwa, dengan kapasitas minimum 30

liter/orang/hari. Selain untuk rumah tinggal dan kran umum, jaringan air bersih

disediakan untuk mendukung sistem pencegahan kebakaran berupa penyediaan

hidran kebakaran. Untuk daerah perumahan jarak antar hidran adalah sejauh

200 meter, sedangkan untuk daerah komersial jarak antar hidran kebakaran

adalah sejauh 100 meter (SNI 03-1733-2004).

b. Jaringan listrik;

Listrik telah menjadi kebutuhan yang mutlak di setiap rumah di kota. Di

lain pihak, kemampuan ekonomi masyarkat tidak sama. Ada kelompok

masyarakat yang berkelebihan secara ekonomi, dan ada kelompok masyrakat

yang sangat kekerungan ekonominya sehingga menjadi sangat berat untuk

membiayai kebutuhan biaya listriknya. Di Indonesia,kebutuhan listrik di pasok

oleh PLN atau Perusahaan Listrik Negara. Guna memenuhi kebutuhan

19
masyarakat yang sangat beragam maka penyaluran listrik dibagi ke dalam

beberapa golongan tarif, yaitu: (1) Golongan tariff rumah tangga, (2) Golongan

tarif bisnis, dan (3) Golongan tarif pemerintahan. Idealnya, setiap lingkungan

perumahan harus mendapatkan aliran listrik. Setiap unit rumah tangga harus

mendapat daya listrik sekurang-kurangnya 450 watt. Karena daya beli

masyarakat tidak sama, maka besarnya daya yang disalurkan ke setiap rumah

berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam,

penyaluran listrik dari untuk rumah tangga dibagi menjadi enam golongan,

yaitu (Wikipedia, 2016):

1). Daya 450 VA 4). Daya 2.200 VA

2). Daya 900 VA 5). Daya 3.500 s/d 5.500 VA

3). Daya 1.300 VA 6). Daya 6.600 VA ke atas

Selain di salurkan ke dalam bangunan, jaringan listrik juga memeiliki

fungsi sosial, yaitu penerangan jalan. Untuk kepentingan penerangan jalan,

disediakan tiang listrik yang ditempatkan di area damija pada sisi jalur hijau.

Guna memenuhi kebutuhan penerangan di tempat umum, maka lampu

penerangan membutuhkan kekuatan sebesar 500 lux per lampu, dan

ditempatkan pada ketinggian sekitar lima meter di atas permukaan tanah.

c. Jaringan telepon;

Lingkungan perumahan dan permukiman harus dilengkapi dengan

jaringan telekomunikasi. Pada masa kini, jaringan telekomunikasi yang popular

dipakai kota besar terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: jaringan kabel, dan

jaringan nir kabel. Pada jaringan kabel, media yang umum digunakan adalah

kabel tembaga dan serat fiberglass. Jaringan kabel dapat disalurkan melalui

20
kabel udara dengan tiang-tiang atau kabel-kabel yang di tanam di bawah tanah.

Jaringan nir kabel adalah jaringan telekomunikasi yang tidak menggunakan

kabel. Pada jaringan nirkabel, data disalurkan gelombang dari mesin pemancar

ke mesin penerima. Bentuk yang paling lazim di kenal masyarakat perkotaan

adalah pengunaan telepon genggam dengan BTS sebagai pemancarnya.

Perkembangan teknologi komunikasi telah meningkatkan cara manusia

berhubungan antara satu dengan lainya. Pada masa awal di temukanya telepon,

penggunaan pesawat telepon hanya bisa untuk mengalirkan suara. Semakin

majunya teknologi, jaringan telepon dapat dipergunakan untuk berbicara dan

sekaligus menyalurkan data. Ditemukanya teknologi digital dan sistem internet

memudahkan kegiatan mengakses data dan informasi, serta mengirimkan surat

dengan menggunakan komputer di rumah. Teknologi digital dan sistem internet

juga memungkinkan manusia berbicara jarak jauh sambil melihat lawan

bicaranya melalui layar monitor.

Semakin dikenalnya teknologi telepon selular atau telepon gengam,

semakin memudahkan manusia berkomunikasi. Saluran telepon yang dahulu

merupakan sesuatu yang langka, kini telah menyebar ke segenap pelosok

dengan jaringan tanpa kabel. Bahkan dapat dikatakan hamper seluruh

penduduk kota memiliki telepon seluler. Namun penggunaan telepon seluler

sifanya pribadi. Bagi kepentingan umum perlu disediakan telepon umum yang

ditempatkan di pusat-pusat kegiatan lingkungan, runag publik, atau di sekitar

sarana lingkungan lainya. Idealnya minimal dibutuhkan satu sambungan

telepon untuk setiap 250 jiwa. Telepon umum harus diletakan di tempat yang

terlindung dari sengatan matahari dan siraman air hujan. Untuk memudahkan

21
penggunanya, penempatan telepon umum disyaratkan pada setiap jarak 200 –

400 meter.

d. Jaringan gas;

Gas bumi merupakan produk energi yang memiliki karakteristik tekno-

ekonomik dari sumber energi yang paling menarik untuk kebutuhan industri,

konsumsi masyarakat umum, dan perkotaan. Jaringan Gas didefinisikan

sebagai satu atau lebih ruas pipa, biasanya saling terkoneksi satu sama lain

membentuk jaringan, yang mentransportasikan gas dari sistem pengumpul,

outlet gas processing plant, atau lapangan penimbun ke jaringan pipa distribusi

tekanan tinggi atau rendah. Sementara jaringan pipa distribusi gas bumi dari

pipa transmisi ke pelanggan industri atau dari stasiun gas kota (city gate) ke

pelanggan di kota atau Daerah tertentu menggunakan pipa induk dan pipa

servis.

e.. Jaringan transportasi;

Kawasan perumahan maupun permukiman harus mudah dicapai dengan

angkutan umum. Masyarakat yang hidup di perkotaan sangat membutuhkan

sistem angkutan umum. Oleh karena itu, lingkungan hunian yang baik harus

dekat dengan jaringan transportasi lokal. Selain meliputi jaringan jal, sitstem

transportasi, dan sistem perpindahan, jaringan trasnportasi lokal juga

melibatkan elemen-elemen rancangan ruang kota lainya.

Elemen-elemen rancangan kota yang terkait dengan jaringan transportasi

lokal adalah: peruntukan lahan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan,

ruang terbuka dan tata hijau, sistem sirkulasi, dan sebagainya. Terpadunya

22
tatanan elemen-elemen rancangan kota yang dengan jaringan transportasi akan

memudahkan penghuni untuk bergerak dan berpindah tempat.

Dalam SNI 04-1733-2004, elemen-elemen rancangan kota yang harus

tersedia dalam jaringan transportasi lokal adalah:

- Sistem jaringan sirkulasi kendaraan pribadi dan kendaraan umum berikut

tempat perhentianya.

- Sistem jaringan sirkulasi pedestrian.

- Sistem jaringan parkir.

Pada dasranya, jaringan transportasi lokal harus terintegrasi dengan

jaringan transportasi regional radius layanannya lebih luas. Selain itu, sistem

pelayananannya harus mudah dipahami masyarakat umum tanpa

menghilangkan karakter khas setempat yang dimiliki (SNI 03-1733-2004).

Sarana tranportasi lokal daoat berupa kendaraan bermotor maupun

kendaraan tidak bermotor, seperti: mobil angkutan perkotaan (angkot), becak,

delman, dan sebagainya. Jarak tempuh yang direkomendasikan dari rumah ke

tempat naik kendaraan tidak melebihi 1 km.

f. Pemadam kebakaran;

Permukiman padat penduduk bisa kita artikan sebagai sebuah kawasan

perumahan, dengan rumah-rumah yang saling berdempetan satu sama lain, dan

ciri umumnya tidak memiliki akses jalan yang lebar. Dapat di lihat bahwa

potensi kebakaran di kawasan padat penduduk ini sangat besar, proses

terjadinya api yang cepat, akan merambat ke bangunan rumah lain jika tidak

ada upaya dari warga untuk tanggap darurat memadamkan.

23
Hydrant merupakan solusi yang menjanjikan apabila bangunan yang

mengalami kebakaran berada di akses jalan yang sempit dan tidak

memungkinkan fire truck mendekat. Untuk itu. Alat ini sangat diwajibkan

berada di area pasar, supermarket, perkantoran, sekolah dan permukiman.

Karena fungsinya sangat dibutuhkan dan berkaitan dengan kerugian yang

besar, maka fire hydrant harus memenuhi standar yang sesuai dengan standar

Indonesia da luar negeri.

g. Sarana penerangan jasa umum;

Lampu jalan atau dikenal juga sebagai penerangan jalan umum (PJU)

adalah lampu yang digunakan untuk penerangan jalan di malam hari sehingga

mempermudah pejalan kaki, pesepeda dan pengendara kendaraan dapat melihat

dengan lebih jelas jalan/medan yang akan dilalui pada malam hari, sehingga

dapat meningkatkan keselamatan lalu lintas dan keamanan dari para pengguna

jalan dari kegiatan/aksi kriminal. Penerangan jalan yang lebih baik akan

menghalangi penyerang yang mengambil manfaat dari kegelapan malam.

Untuk penerangan jalan di daerah yang tidak terjangkau oleh aliran

listrik, atau sangat jauh dari jaringan listrik, dapat digunakan listrik yang

dihasilkan oleh sinar surya (sollar cell). Sel sinar surya pada siang hari

mengubah sinar surya menjadi energi listrik yang disimpan dalam aki/baterai,

dan malam hari listrik yang disimpan dalam aki digunakan untuk menerangi

jalan.

24
BAB III

GAMBARAN UMUM INSTANSI

3.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DISPERAKIMTAN KOTA BATAM

Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota Batam

dibentuk Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 10 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Penyusunan Perangkat Daerah Kota Batam. Dinas

Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota Batam, mempunyai tugas

pokok membantu Walikota dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah dibidang Perumahan Rakyat, Permukiman dan

Pertamanan dan tugas pembantuan yang diberikan kepada walikota. OPD ini

dipimpin seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab kepada Walikota melalui

Sekretaris Daerah.

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman

dan Pertamanan Kota Batam mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang Perumahan Rakyat, Permukiman dan

Pertamanan.

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang Perumahan Rakyat, Permukiman dan

Pertamanan.

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang Perumahan Rakyat,

Permukiman dan Pertamanan.

4. Pelaksanaan administrasi dinas di bidang Perumahan Rakyat, Permukiman

dan Pertamanan.

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

25
Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan mempunyai tugas

pokok memimpin, mengatur, merumuskan, membina, mengendalikan,

mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pelaksanaan

urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di

bidang Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan daerah sesuai dengan

kewenangannya. Dalam Pelaksanaan Tugasnya Dinas Perumahan Rakyat,

Permukiman dan Pertamanan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Batam melalui Sekretaris

Daerah

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud point 1, Dinas

Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Perumahan Rakyat, Permukiman dan

Pertamanan.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum Perumahan

Rakyat, Permukiman dan Pertamanan.

c. Pembinaan dan pelaksanaan di bidang Perumahan Rakyat, Permukiman dan

Pertamanan.

d. Pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan laporan kegiatan Dinas.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan lingkup tugas

dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana dimaksud diatas,

Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan terdiri dari:

a) Sekretariat

b) Bidang Perumahan Rakyat

26
c) Bidang Permukiman

d) Bidang Pertamanan dan Pemakaman

e) Unit Pelaksana Teknis

f) Kelompok Jabatan Fungsional

3.2 VISI DISPERAKIMTAN KOTA BATAM

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana instansi

pemerintah dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipatif,

inovatif serta produktif. Visi tidak lain adalah gambaran yang menantang tentang

keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

pemerintah.

 Terwujudnya Perumahan, Kawasan Permukiman dan Ruang Terbuka Hijau

yang Tertata, Nyaman dan Berkelanjutan”

3.3. MISI DISPERAKIMTAN KOTA BATAM

 Meningkatkan kualitas manajemen data dan perumusan kebijakan teknis

perumahan, permukiman dan ruang terbuka hijau serta sistem informasi

yang transparan, akuntabel dan implementatif.

 Mewujudkan Pengelolaan dan penataan perumahan, kawasan permukiman

beserta sarana dan prasarana pendukung yang berkualitas dan berkelanjutan.

Mewujudkan pengelolaan dan penataan pertamanan, ruang terbuka hijau

dan pemakaman yang nyaman dan asri.

 Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana serta SDM yang

mendukung terwujudnya perumahan, kawasan permukiman dan ruang

terbuka hijau yang tertata, nyaman, dan berkelanjutan.

27
3.4. STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, PERMUKIMAN DAN PERTAMANAN KOTA BATAM

Plt. KEPALA DINAS


Drs. ERYUDHI APRIADI
NIP. 19690425 198909 1 001

SEKRETARIS
Ir. WIRATMOKO, MT
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL NIP.19700415 200212 1 010

SUB BAGIAN PROGRAM DAN SUB BAGIAN UMUM DAN


KEUANGAN KEPEGAWAIAN
FERI SUSANTI, S. Pt ZENIFRENRIATY, S.Sos
NIP. 198102032 00312 2 007 NIP. 19680522 198811 2 001

BIDANG PERTAMANAN DAN


BIDANG PERUMAHAN RAKYAT BIDANG PERMUKIMAN
PEMAKAMAN
BAMBANG SUKIRWAN, SE, Msi AGUNG FITHRIANTO, ST, MT
IRWAN SAPUTRA, SP, M. Eng
NIP. 19730124 199311 1 001 NIP. 19750925 200212 1 002
NIP. 19751210 200312 1 009

SEKSI PENATAAN KAWASAN


SEKSI PEMBANGUNAN DAN
PERMUKIMAN
PENINGKATAN TAMAN
SEKSI RUMAH SUSUN MOHAMAD DANUR WINDO, ST
JOKO SUSILO,ST KHOLIDIN
NIP. 19790327200312 1 008
NIP. 19791004 201101 1 001 NIP.19770203 200212 1 005

SEKSI PENINGKATAN SEKSI PEMELIHARAAN TAMAN


SEKSI RUMAH UMUM DAN KOMERSIAL INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
WINNER PANJAITAN, SH SUGIYATI, SP
ASMARA DJAJA, ST NIP. 19710403 200212 2 002
NIP. 19801204 201101 1 003 NIP. 19690916 200604 1 012

SEKSI PERENCANAAN DAN


KETERPADUAN INFRASTRUKTUR SEKSI PEMAKAMAN
SEKSI RUMAH KHUSUS DAN SWADAYA
PERMUKIMAN RAJA SYAHRUL, A. Md
DENNY AZHAR, ST
TIARA ARMELA, ST, MT NIP. 19630808 1988 1 004
NIP. 19800306 200803 1 003
NIP. 19860502 200903 2 006

UPT

KA. UPT KEBUN RAYA KA. UPT PENGELOLAAN RUSUNAWA


ADEK LANOVIA, ST TEGUH EKO RAHARDJO, ST
NIP. 19700301 200312 1 007 NIP. 19800306 200803 1 003

28
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PEGOLAHAN DATA

4.1. DATA DASAR

Keberadaan data dasar akan sangat mempengaruhi proses penyusunan

laporan dan produk akhir yang dihasilkan. Data yang lengkap sesuai kebutuhan

penulisan, serta kondisi data yang mampu memberikan gambaran untuk setiap

permasalahan yang ada. Terdapat dua sumber data yang akan menentukan proses

pengumpulan data yang akan dilakukan, yaitu data primer dan data skunder.

Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan data adalah mencari

informasi dari terkait peraturan-peraturan mengenai hal-hal yang ada relevansinya

dengan judul tulisan. Informasi yang relevan diambil sarinya dan ditulis pada

buku catatan data Skunder. Di samping pencarian informasi dari peraturan-

peraturan, penulis juga melakukan peninjauan ke lapangan, data di lapangan

dikumpulkan melalui pengamatan (observasi) data Primer.

Setelah data terkumpul, penulis menyeleksi dan mengorganisasikan data

tersebut, disini penulis menggolong-golongkan data menurut jenis, sifat, atau

bentuk.

Untuk itu penulis akan memulainya dengan inventarisasi kebutuhan data

yaitu semacam menyusun daftar kebutuhan data yang akan berfungsi sebagai

acuan didalam penulisan, sehingga langkah-langkah didalam penulisan laporan

nantinya akan dapat effektif dan effisien.

Peraturan yang terkait dengan perencanaan perancangan, persyaratan teknis,

pelaksanaan dan pengawasan diantaranya :

29
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Permukiman;

 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan

Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Umum Perumahan

kepada Pemerintah Daerah;

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang

Penyelengaraan Perumahan dan kawasan Permukiman;

 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman;

 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Bangunan

Gedung;

 Badan Standardisasi Nasional (SNI 03-1733-2004) tentang Tata cara

perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan;

4.2. KETERLIBATAN PRAKTIKAN DALAM KERJA PRAKTEK.

Di dalam penulisan makalahikut dalam peninjauan kelokasi Perumahan dan

Permukiman yang mengajukan permohonan penyerahan Prasarana, Sarana dan

Utilitas dari pengembang kepada Pemerintah Kota Batam. Peninjauan lokasi

adalah bertujuan untuk mengetahui dimana lokasi Perumahan dan Permukiman

yang diserahkan, melakukan penilaian terhadap kebenaran atau penyimpangan

antara prasarana, sarana, dan utilitas yang telah ditetapkan dalam rencana tapak

dengan kenyataan di lapangan. Dari hasil penilaian di lapangan tersebut maka

dibuatkanlah gambar pemilahan serta luasan bagian – bagian Fasilitas Umun dan

30
Fasilitas Sosial yang akan diserahterimakan kepada Pemerintah Kota Batam,

berdasarkan rencana tapak atau siteplan Perumahan dan Permukiman yang telah

disahkan oleh Pemerintah Daerah.

Melakukan penijauan lokasi di Perumahan Citra Laguna 2 yang berlokasi di

Tembesi Kelurahan Tembesi Kecamatan Sagulung bersama tim verifikasi serah

terima fasilitas umum dan fasilitas sosial dengan didampingi oleh pihak

Pengembang.

31
Melakukan pengukuran ruas jaringan jalan serta saluran Perumahan dan

Permukiman yang akan diserahterimakan dari Pengembang kepada Pemerintah

serta mencocokan dengan siteplan atau rencana tapak yang telah di sahkan oleh

Pemerintah.

32
Melakukan pengecekan titik – titik lokasi Fasilitias Sosial yang berada di

dalam kawasan Perumahan, di data dan di sesuaikan dengan siteplan atau rencana

tapak Perumahan dan Permukiam tersebut agar nantinya pemanfaatan lahan

Fasilitas Sosial oleh Masyarakat dapat sesuai dengan yang diinginkan.

33
Dari hasil peninjauan ke lokasi Perumahan dan Permukiman bersama tim

Verfikasi serta didampingi oleh pihak Pengembang akan dibuatkan berita acara

pengecekan lapangan dengan ditanda tangani oleh kedua belah pihak,

menandakan telah selesai di lakukan pengecekan lokasi oleh Tim Verifikasi serah

terima Fasum dan Fasos dengan diketahui oleh pihak pengembang.

Langkah berikutnya setelah selesai pengecekan ke lokasi akan dibuatkan lah

gambar pemilahan atas bagian – bagian Fasilitas Umum seperti jaringan jalan dan

saluran serta Fasilitas Sosial seperti taman penghijauan, rumah ibadah, balai

pertemuan dan lain – lain, sesuai dengan siteplan atau rencana tapak yang telah

disahkan oleh Pemerintah Daerah. Adapun tujuan di buatan gambar pemilahan

atas bagian – bagian Fasum dan Fasos tersebut adalah untuk mengetahui titik –

titik lokasi serta luasan Fasum dan Fasos yang akan diserahkan dan sebagai acuan

di dalam uraian Akta pelepasan hak atas tanah yang dikeluarkan oleh Notaris.

34
BAB V

FASUM DAN FASOS PERUMAHAN YANG DISERAHKAN

Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial

adalah penyerahan seluruh atau sebagian prasarana lingkungan, utilitas umum dan

fasilitas sosial berupa tanah atau tanpa bangunannya dalam bentuk asset dan atau

pengelolaan dan atau tanggung jawab dari Perusahaan Pembangunan Perumahan

kepada Pemerintah Daerah. Pembangunan prasarana lingkungan, utilitas umum

dan penyediaan tanah peruntukan fasilitas sosial telah selesai dilaksanakan sesuai

dengan rencana tapak yang telah disahkan oleh Pemerintah Daerah.

Untuk mengetahui Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan dan

permukiman yang akan diserahann Pengembang kepada Pemerintah Kota Batam

perlu dilakukan penilaian kebenaran atau penyimpangan antara prasarana, sarana,

dan utilitas yang telah ditetapkan dalam rencana tapak dengan kenyataan di

lapangan.

Kelanjutan dari hasil peninjauan lokasi adalah mencocokan rencana tapak/

site plan perencanaan Perumahan dengan kondisi exsisting di lapangan kemudian

barulah dibuatkan gambar pemilahan atas bagian-bagian Fasilitas Umum dan

Fasilitas Sosial Perumahan dan Permukiman yang diserahkan oleh Pengembang

kepada Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman

dan Pertamanan Kota Batam.

Adapun tahapan pemilahan atas bagian-bagian Fasilitas Umum dan Fasilitas

Sosial Perumahan dan Permukiman adalah sebagai berikut :

35
36
Rencana Tapak / Siteplan
sebelum dibuatkan
pemilahan atas bagian-
bagian Fasilitas Umum
dan Fasilitas Sosial yang
akan diserah terimakan.
37
Pengarsiran luasan ruas
jalan dan saluran /
prasarana yang akan
diserahterimakan menjadi
asset Pemerintah Kota
Batam.
Pemberian tanda titik –
titik lokasi Fasilitas
Sosial Perumahan dan
Permukiman yang akan
diserahterimakan dan
menjasi asset Pemerintah
Kota Batam.

38
Pembuatan kolom
keterangan gambar
rencana tapak / siteplan
pemilahan bagian –
bagian Fasum dan
Fasos yang akan
diserahterimakan.

39
Rencana tapak /
siteplan pemilahan atas
bagian – bagian
Fasilitas Umum dan
Fasilitas Sosial
Perumahan dan
Permukiman yang
diserahterimakan dari
pengembang kepada
Pemerintah Kota
Batam.

40
BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

 Di perlukan kebijaksanaan dan pengaturan lebih lanjut mengenai

penyerahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan pemukiman

kepada Pemerintah Daerah;

 Pembangunan perumahan beserta prasarana, sarana ligkungan, utilitas

umum dan fasilitas sosial memerlukan sesuatu pedoman dan penjabaran

lebih lanjut mengenai tata cara penyerahannya;

 Penyerahan prasaran, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dari

pengembang kepada Pemerintah Daerah bertujuan untuk menjamin

keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan prasaran, sarana, dan utilitas di

lingkungan perumahan dan permukiman;

 Keterbukaan, yaitu masyarakat mengetahui prasaran, sarana, dan utilitas

yang telah diserahkan dan atau kemudahan bagi masyarakat untuk

mengakses informasi terkait dengan penyerahan prasarana, sarana, dan

utilitas;

 Akuntabilitas, yaitu proses penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas yang

dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan;

 Kepastian hukum, yaitu menjamin kepastian ketersediaan prasarana, sarana,

dan utilitas di lingkungan perumahan dan permukiman sesuai dengan

41
standar, rencana tapak yang disetujui Pemerintah Daerah, serta kondisi dan

kebutuhan masyarakat;

 Keberpihakan, yaitu Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan prasarana,

sarana, dan utilitas bagi kepentingan masyarakat di lingkungan perumahan

dan permukiman;

6.2. SARAN

Saran dan masukan buat Dinas atau Instansi dimana Praktikan

melaksanakan Kerja Praktek (KP) sekiranya agar dapat hendaknya permohonan

penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman dari

Pengembang kepada Pemerintah Kota Batam di Sosialisasikan atau mengingatkan

kepada Pengembang ketika mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB). Dengan tujuan agar pengembang dapat memahamai

akan pentingnya Penyerahan prasaran, sarana, dan utilitas perumahan dan

permukiman dari pengembang kepada Pemerintah Daerah bertujuan untuk

menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan prasaran, sarana, dan

utilitas di lingkungan perumahan dan permukiman.

Saran dan masukan juga untuk Program Studi Arsitektur agar dapat kiranya

memberikan penjelasan dan pembelajaran untuk dapat memahami tentang

Prasarana, Sarana dan Utilitas di kawasan Perumahan dan Permukiman.

42
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1987, Tentang Penyerahan


Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada
Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992, Tentang Perumahan dan


Permukiman.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2009, Tentang Pedoman


Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utiltas Perumahan dan Permukiman di
Daerah.

Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011, Tentang Bangunan Gedung.

SNI 03-1733-2004, Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan.

Agus S. Sadana 2014, Perencanaan Kawasan Permukiman. Graha Ilmu,


Yogyakarta.

Eko Budihardjo 2009, Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Pt. Alumni,


Bandung.

Suparno Sastra M, Endy Marlina 2006, Perencanaan dan Pengembangan


Perumahan. Andi Offsett, Yogyakarta.

Ir. Endang Titi Sunarti Darjosanjoto, March, PhD 2006, Penelitian Arsitektur di
Bidang Perumahan dan Permukiman, ITS Press, Surabaya.

43
44

Anda mungkin juga menyukai