PERMUKIMAN
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2023
PERATURAN SEPUTAR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA
- Peraturan mentri pekerjaan umum dan perumahan rakyat republic Indonesia no.29
tahun 2008
Tentang standar teknis standar pelayanan minimal pekerjaan umum dan perumahan
rakyat.
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
- Pasal 1 (2021)
Ayat 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Ayat 10,11
Perjanjian pendahuluan jual beli bangunan (kesepakatan pelaku dan setiap orang yang
bersangkutan)
Ayat 12
Ayat 13,14,15
Pembahasan mengenai sarana, prasarana dan utilitas sebagai pendukung dan kelengkapan
penunjang perumahan dan permukiman
Ayat 16,17
Dokumen rencana, rencana kerja pemerintah (RKP) & rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan (RP3) sebagai pedoman dalam memenuhi kelengkapan
lingkungan hunian
Ayat 18,19,20
Pembahasan mengenai rencana tata ruang wilayah (RTRW) & rencana detail tata ruang
(RDTR) (rencana terperinci) dan zonasi
Ayat 21,22
Perumahan dan permukiman kumuh akibat penurunan kualitas fungsi dan kualitas bangunan
serta sarana prasarana
Ayat 23,24,25
Kawasan siap bangun (kasiba), lingkungan siap bangun (lisiba) adalah Kawasan yang sarana
dan prasarananya sudah disiapkan, dan konsolidasi tanah (pendataan Kembali kepemilikan
tanah)
Ayat 26
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai susunan fungsi sebagai permukiman,
perkotaan, perkantoran dan lain-lain
Ayat 27
Ayat 28,29,30,31
Ayat 32,33
Ayat 34,35,36
Masyarakat berkegiatan di bidang perumahan dan permukiman, badan hukum yang didirikan
masyarakat berkegiatan di bidang penyelenggaraan Kawasan permukiman
Ayat 37
Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan keterbatasan daya beli perlu mendapatkan
dukungan pemerintah untuk rumah
Ayat 38-40
Bagian Kedua
Tujuan
- Pasal 2 (2016)
Bagian Ketiga
Lingkup
- Pasal 3 (2016)
a. penyelenggaraan perumahan
f. Konsolidasi Tanah
g. Sanksi administrasi.
- Pasal 4 (2016)
Ayat 1-3
- Pasal 5 (2016)
Ayat 1
Ayat 2
Ayat 3
Strategi kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak meliputi:
Ayat 4
Ayat 5
Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan dan strategi nasional yang di maksud pada ayat
1 diatur dengan peraturan presiden
BAB II
PENYELENGGARAAN PERUMAHAN
Bagian Kesatu
Umum
- Pasal 6 (2016)
Ayat 1
a. Perencanaan Perumahan
b. Pembangunan Perumahan
c. pemanfaatan Perumahan
d. pengendalian Perumahan.
Ayat 2
Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup Rumah atau Perumahan
beserta prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.
Ayat 3
Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibedakan menurut jenis dan bentuknya.
Ayat 4
Jenis Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibedakan berdasarkan pelaku
pembangunan dari penghunian meliputi Rumah komersial, Rumah umum, Rumah
swadaya, Rumah khusus, dan Rumah negara
Ayat 5
Bentuk Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibedakan berdasarkan hubungan atau
keterikatan antarbangunan meliputi Rumah tunggal, Rumah deret, dan Rumah susun.
Ayat 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
Rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah
tersendiri.
- Pasal 7 (2016)
Ayat 1-3
Bagian Kedua
Perencanaan Perumahan
Paragraf I
Umum
- Pasal 8 (2016)
Ayat 1
Ayat 2-5
Mengacu pada ayat 1, dokumen rencana pembangunan dan pengembangan perumahan disusun
untuk memenuhi kebutuhan rumah dan keterpaduan sarana prasarana dan utilitas
- Pasal 9 (2016)
Ayat 1
Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan mencakup:
Ayat 2
b. pembangunan baru
- Pasal 10 (2016)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan dokumen rencana pembangunan dan
pengembangan Perumahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dan pasal 9 diatur dengan
Peraturan Menteri.
- Pasal 11 (2016)
Ayat 1
Ayat 2
Ayat 3
Paragraf 2
Ayat 1
Perencanaa dan perancangan rumah sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf a
dilakukan untuk:
Ayat 2,3,4
perencanaan dan perancangan rumah untuk mengwujudkan rumah layak huni, mendukung
upaya pemenuhan kebutuhan rumah, meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang
terstruktur
- Pasal 13 (2016)
Ayat 1,2,3,4
Perencanaan dan perancangan rumah dilakukan oleh orang yang ahli dan memiliki sertifikat
yang dikeluarkan oleh Lembaga sertifikasi yang sudah dikualifikasi oleh peraturan
perundang-undangan
- Pasal 14 (2021)
Ayat 1
Ayat 2
Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan standar Rumah meliputi:
a. ketentuan umum
b. standar teknis
Ayat 3
Ketentuan umum sebagai mana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit memenuhi
Ayat 4
Standar teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
c. perancangan Rumah.
Ayat 5
Perancangan Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan pelaksanaan arsitektur, struktur, mekanikal, dan elektrikal, beserta perpipaan
(plumbing) bangunan Rumah.
- Pasal 15 (2021)
Ayat 1-2
Paragraf 3
- Pasal 16 (2016)
Ayat 1
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11 ayat (1) huruf b mengacu pada rencana keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Umum.
Ayat 2
Ayat 3
Rencana penyediaan kaveling tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a digunakan
untuk:
b. meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah sesuai dengan rencana tapak (site -
plan) atau rencana tata bangunan dan lingkungan
Ayat 4
Rencana kelengkapan prasarana, Sarana, dan Utilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b digunakan untuk:
b. membangun Rumah.
- Pasal 17 (2021)
Ayat 1
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) huruf b harus memenuhi standar.
Ayat 2
b. standar teknis.
Ayat 3
Ketentuan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit memenuhi:
Ayat 4
a. standar Prasarana
Ayat 5
Standar Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a paling sedikit meliputi:
a. jaringan jalan
Ayat 6
Standar Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b paling sedikit meliputi:
b. sarana umum
Ayat 7
Standar Utilitas Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c paling sedikit tersedianya
jaringan listrik.
- Pasal 18 (2021)
Pemerintah Daerah wajib melaksanakan pengawasan standar Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Umum sesuai kewenangannya.
- Pasal 19 (2016)
Ayat 1,2,3,4
Perencanaan prasarana sarana dan utilitas dilakukan oleh orang yang ahli dan memiliki
sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga sertifikasi yang sudah dikualifikasi oleh
peraturan perundang-undangan
Bagian Ketiga
Pembangunan Perumahan
Paragraf 1
Umum
- Pasal 20 (2016)
Ayat 1
Ayat 2,3,4,5
Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangan teknologi, juga dilaksanakan
melalui upaya penataan pola dan struktur dan pembangunan rumah serta sarana
prasarana dan utilitas. Untuk peningkatan kualitas perumahan dilaksanakan melalui
penangganan dan pencegahan terhadap perumahan kumuh. Pembangunan perumahan
dilakukan sesuai dengan status penguasaan atau kepemilikan tanah
- Pasal 21 (2021)
Ayat 1,2,3
- Pasal 21 A (2021)
Ayat 1,2,3
- Pasal 21 B (2021)
Ayat 1
Perumahan dengan Hunian Berimbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2l ayat (1)
meliputi:
Ayat 2-3
Perumahan skala besar terdiri dari setidaknya 100 sampai 3.000 rumah
- Pasal 21 C (2021)
a. Lokasi
c. komposisi.
- Pasal 21 D (2021)
Ayat 1
Lokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 21C huruf a merupakan tempat Rumah umum
dibangun.
Ayat 2
Ayat 3
Pembangunan Perumahan selain skala besar dengan Hunian Berimbang tidak dalam 1
(satu) hamparan sebagaimana dimaksud pada ayat (21) huruf b harus dilaksanakan
dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota.
Ayat 4
- Pasal 21 E (2021)
Ayat 1
Klasifikasi Rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21C huruf b terdiri atas:
a. Rumah mewah
c. Rumah sederhana.
Ayat 2-4
Rumah menenganh paling sedikit 3 kali sampai dengan 15 kali harga rumah umumnya
Rumah sederhana adalah yang luas lantainya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
- Pasal 21 F (2021)
Ayat 1
Ayat 2
Sebagaimana di maksud pada ayat satu, 1 rumah mewah : 2 rumah menengah : 3 rumah
sederhana
Ayat 3
- Pasal 21 G (2021)
Ayat 1
Rumah sederhana tidak bisa dibangun dalam bentuk rumah tunggal atau deret, tapi dapat
dikonversi dalam:
Ayat 2
Ayat 3
Perhitungan konversi dana merupakan dana Kelola atau hibah dihitung dengan
mempertimbangkan
d. faktor pengali dengan memperhitungkan nilai uang atas waktu (time value of
money); dan
Ayat 4-6
Perhitungan konversi dilakukan berdasarkan rumus yang ditetapkan oleh Menteri, besaran
jumlah faktor penggali dan dana imbal jasa pengelolaan ditetapkan oleh Menteri
- Pasal 21 H (2021)
Ayat 1
Perhitungan konversi wajib diajukan oleh pelaku pembangunan kepada badan
penyelenggaraan
Ayat 2-3
Dana yang diperoleh dari perhitungan konversi wajib diserahkan kepada badan
penyelenggaraan
Ayat 4-5
Penyerahan dana paling lambat dilakukan sejak diterbitkan sampai diterbitkan sertifikat fungsi,
pengembalian dana konversi berbentuk dana Kelola dilaksanakan paling lama 5 tahun sejak
pemenuhan kewajiban diberikan kepada badan penyelenggaraan
- Pasal 21 I (2021)
Ayat 1
Dana hasil konversi yang telah di serahkan dikelola oleh badan penyelenggara
Ayat 2
e. melaksanakan pengelolaan rumah susun umum dan rumah susun khusus serta
memfasilitasi penghunian, pengalihan, dan pemanfaatan
Ayat 3
Ayat 4-5
Pengelolaan dana digunakan untuk pembangunan rumah umum dan dilaksanakan dengan
memperhatikan:
a. Kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
Ayat 6-7
- Pasal 21 J (2021)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2lI ayat (2) huruf c. badan
percepatan penyelenggaraan perumahan dapat berkoordinasi dengan unit organisasi yang
menyelenggarakan sistem informasi manajemen bangunan gedung untuk mendapatkan
notifikasi pada saat Badan Hukum mengajukan permohonan kewajiban Hunian Berimbang.
Paragraf 2
Pembangunan Rumah
- Pasal 22 (2021)
Ayat 1-3
Pembangunan rumah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, rumah yang masih dalam tahap
pembangunan dapat melakukan pemasaran melalui sistem perjanjian pengikatan jual beli
(PPJB)
Ayat 4-5
Sistem pengikatan perjanjian jual beli (PPJB) berlaku untuk rumah umum, perjanjian
pengikatan jual beli (PPBJ) dilakukan setelah memenuhi syarat:
Ayat 6
Pelaku pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas orang perseorangan
dan/atau Badan Hukum.
- Pasal 22 A (2021)
Sistem perjanjian pengikat jual beli (PPJB) sebagaimana dimaksud dalam pasdl 22 ayat (3)
terdiri atas:
a. Pemasaran; dan
- Pasal 22 B (2021)
Ayat 1-2
- Pasal 22 C (2021)
Ayat 1
Pelaku pembangunan yang melakukan Pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22B
ayat (1) harus memiliki paling sedikit:
e. jaminan atas pembangunan Perumahan atau Rumah susun dari lembaga penjamin.
Ayat 2-8
Kepastian peruntukan ruang dan hak dibuktikan dengan surat keterangan atau sertifikat hak
atas nama pemilik
- Pasal 22 D (2021)
Ayat 1
Ayat 2-5
Dalam hal sertifikat hak harus mencantumkan nomor perjanjian antara pemegang hak,
penyampaian informasi pemasaran dapat di lakukan di media cetak atau elektronik
- Pasal 22 E (2021)
Ayat 1-2
Pelaku pembangunan menjelaskan kepada calon pembeli mengenai materi muatan perjanjian
pengikat jual beli (PPJB) pada saat pemasaran
- Pasal 22 F (2021)
Ayat 1-2
Pelaku pembangunan yang menerima bayaran pada saat pemasaran harus menyampaikan
informasi mengenai jadwal pembangunan, jadwal tandatangan perjanjian pengikat jual beli
(PPJB) dan jadwal akta jual beli dan serah terima rumah
- Pasal 22 G (2021)
Ayat 1-2
Pelaku pembangunan dapat bekerja sama dengan agen pemasaran dan dapat bertanggung jawab
atas informasi pemasaran
- Pasal 22 H (2021)
Ayat 1-7
Jika pelaku pembangunan lalai dalam melaksanakan jadwal, pembeli boleh membatalkan.
Seluruh pembayaran yang diterima pelaku harus dikembalikan sepennuhnya kepada
pembeli, akan tetapi ada kondisi dimana pelaku pembangunan tidak mengembalikan
pembayaran sepenuhnya pada pembeli
- Pasal 22 I (2021)
Ayat 1
Perjanjian pengikat Jual beli (PPJB) dilakukan setelah pelaku pembangunan memenuhi
persyaratan kepastian atas:
Ayat 2
Status kepemilikan tanah harus dibuktikan dengan sertifikat
Ayat 3
a. kondisi rumah
Ayat 4-5
Disampaikan Salinan asli kepada calon pembelipada saat tandatangan perjanjian pengikat jual
beli (PPJB).
Ayat 6-8
Tersedianya sarana, prasarana dan utilitas umum, keterbangunan paling sedikit 20 % dari
seluruh jumlah unit rumah
- Pasal 22 L (2021)
Ayat 1-4
Prlaku tidak boleh menarik dana lebih dari 80 % dari pembeli sebelum melakukan persyatratan
PPJB, pembeli hanya membayar 10 % jika terjadi pembatalan transaksi makan dana 10%
akan menjadi hak pelaku pembangunan
- Pasal 22 M (2021)
Ayat 1-2
Rumah umum yang mendapatkan subsidi pembangunan dari pemerintah pusat, proses
perjanjian pengikat jual beli (PPJB) dilakukan oleh pelaku yang memenuhi syarat.
Persyaratan termasuk dalam ayat 1 sesuai kriteria yang ditetapkan Menteri
Paragraf 2 A
- Pasal 22 N (2021)
Ayat 1
Ayat 2-4
- Pasal 22 O (2021)
Ayat 1-2
Dalam melaksanakan tanggung jawab pada pasal 22N ayat 2, pemerintah membentuk Lembaga
yang menanggani pembangunan, Lembaga tersebut bertanggung jawab pada:
- Pasal 22 P (2021)
Paragraf 3
- Pasal 23 (2016)
Ayat 1
Pembangunan sarana prasaranan dan utilitas umum dilakukan oleh pemerintah dan wajib
dilakukan sesuai rencana, rancangan dan perizinan
Ayat 2
Pembangunan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan harus memenuhi persyaratan:
b. keterpaduan antara Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum dan Lingkungan Hunian;
dan
Ayat 3-6
Prasarana, sarana dan utilitas yang telah selesai deserahkan kepada pemerintah kota sesuai
dengan peraturan UU. Penyerahan dilakukan setelah berakhir masa pemeliharaan dan
perawatan
Paragraf 4
- Pasal 24 (2016)
Ayat 1-3
Peningkatan kualitas perumahan dilakukan oleh pemerintah daerah seperti gubernur atau
walikota, peningkatan kualitas dilakukan pada penurunan kualitas rumah serta sarana dan
prasarana
Bagian Keempat
Pemanfaatan Perumahan
- Pasal 25 (2016)
a. pemanfaatan Rumah
- Pasal 26 (2016)
Ayat 1-3
Pemanfaatan rumah, kegiatan usahan secara terbatas tanpa mengganggu fungsi hunian.
Memastikan terpeliharanya perumahan dan lingkungan hunian
- Pasal 27 (2016)
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana perumahan dimaksud dalam pasal 25 huruf b dilakukan :
- Pasal 28 (2016)
Ayat 1
Ayat 3-6
Penghunian rumah dengan cara sewa atau tidak sewa sebagaimana pada ayat 1, hanya sah
apabila ada persetujuan dari pemilik rumah, perjanjian antara pemilik dan penyewa dilakukan
secara tertulis. Perjanjian sekurang-kurangnya mencantumkan ketentuan mengenai hak dan
kewajiban.
- Pasal 29
harga sewa bag rumah sewa memperoleh kemudahan dari pemerintah dan ditetapkan oleh
kepala daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan oleh
Menteri.
Kepala daerah harus tetap memperhatikan spesifikasi rumah dan lokasi rumah yang disewakan
serta kelangsungan usaha atau kegiatan sewa menyewa rumah tersebut.
- Pasal 30
Mengenai tata cara penghunian rumah dengan cara sewa menyewa atau bukan sewa menyewa
diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri
- Pasal 31
a. Perencanaan
b. Pembangunan
c. Pemanfaatan
a. Perizinan
b. Penertiban
c. Penataan
- Pasal 32
Pengendalian perumahan oleh pemerintah dilakukan dengan norma-norma, standar, prosedur,
dan kriteria.
- Pasal 33
Perda dapat membentuk atau menunjuk satuan kerja perangkat daerah untuk melaksanakan
pengendalian perumahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- Pasal 34
Pengendalian perumahan tahap perencanaan dalam bentuk perizinan dilakukan melalui izin
yang efektif
Dalam bentuk penataan dilakukan untuk menjamin kesesuaian perencanaan perumahan dengan
tata bangunan dan lingkungan yang terstruktur.
- Pasal 35
Dalam bentuk penertiban dilakukan untuk menjamin kesesuaian pembangunan dengan rencana
tata ruang wilayah, perencanaan perumahaan, izin mendirikan bangunan, dan syarat lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
Dalam bentuk penataan dilakukan untuk menjamin pembangunan tersebut layak huni sehat,
aman, serasi, dan teratur, mencegah terjadinya penurunan kualitas perumahan.
- Pasal 36
Pada tahap pemanfaatan dalam bentuk perizinan dilakukan dengan pemberian arahan
penerbitan sertifikat layak fungsi, untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan rumah dengan
fungsinya
Dalam bentuk penataan untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan perumahan dengan fungsi
hunian
a. Subsidi perolehan rumah => dituangkan dalam akta perjanjian kredit atau
pembiayaan
b. Stimulan rumah swadaya => berupa perbaikan dan pembangunan baru rumah dan
prasarana, sarana, dan utilitas umum.
g. Sertifikasi tanah => dilakukan melalui fasilitasi sertifikasi hak atas tanah
h. Sarana, prasarana, dan utilitas umum => dapat diberikan oleh pemerintah atau perda
a. Dana
Orang yang memiliki rumah umum dengan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah/perda
hanya dapat menyewa/mengalihkan kepemilikan atas rumah kepada pihak lain dalam hal :
b. Penghunian setelah jangka waktu paling lama 5 tahun => dilakukan berdasarkan
bukti pembayaran rumah umum dan surat pernyataan kepemilikan rumah umum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Wajib melapor kepada Lembaga yang ditunjuk dengan melampirkan surat pindah dari
pimpinan yang berwenang dan surat pernyataan mengembalikan rumah umum.
Dalam pasal 44 dan 45, pengalihannya wajib dilaksanakan oleh Lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah/perda dalam bidang perumahan dan permukiman.
Hubungan antar Kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup diluar Kawasan
lindung Dilakukan untuk mewujudkan keterpaduan dan sinergi fungsi antar Kawasan
yang saling mendukung budidaya, yang bertujuan untuk mengendalikan lingkungan
hunian, mengembangkan Kawasan permukiman dan mengoptimalkan hasil budidaya
secara terpadu dan berkelanjutan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup yang merupakan Kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
wilayah, dilakukan melalui :
Lingkungan hunian perkotaan yang dimaksud yaitu lingkungan hunian dalam kawasan
perkotaan yang mendukung kegiatan utama yang bukan pertanian. Lingkungan hunian
perdesaan merupakan lingkungan Kawasan perdesaan yang mendukung kegiatan utama
pertanian. Keterkaitannya ialah, fisik, fungsional, dan ekonomi.
c. Keterkaitan pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pengembangan
Kawasan perkotaan
3. pemberian hak ganti rugi bagi setiap orang yang terkena dampak
Penyelenggaraan perumahan dan Kawasan Permukiman.
a. Perencanaan
b. Pembangunan
c. Pemanfaatan
d. Pengendalian
Dilakukan dalam :
b. Pembangunan baru
c. Pembangunan Kembali.
- Pasal 57
- Pasal 58 & 65
Dan pengembangan lain seperti hubungan antar kawasan, hunian di lingkungan desa dan
perkotaan, keserasian manusia dengan lingkungan dan keseimbangan antara kepentingan
publik dan pribadi.
a. pelayanan
- Pasal 63 dan 82
- Pasal 64,75,80
b. mitigasi bencana
a. jasa pemerintah
b. pelayanan sosial
c. kegiatan ekonomi,
- Pasal 71
- Pasal 72
Pembangunan kawasan permukiman terdiri dari lingkungan pemukiman dan perkotaan serta
kegiatan pendukung
- Pasal 73.
- Pasal 76-79
.pemanfaatan kawasan ini dilakukan untuk menjamin kawasan loyal sesuai fungsinya dan
mewujudkan struktur ruang sesuai dengan perencanaan
- Pasal 83
Pengendalian pada tahap perencanaan dilakukan dengan mengawasi atau memberikan batas
zonasi lingkungan hunian.
- Pasal 84
- Pasal 85
a. Memberi insentif
b. Pengenaan disinsentif
c. Pengenaan sanksi
BAB VII
- Pasal 86
Rekomendasi tentang evaluasi terhadap pemantauan pelaksanaan pembangunan disusun
dalam bentuk pelaporan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah Kabupaten/ Kota, Provinsi,
dan Pemerintah secara berjenjang sesuai dengan kewenangannya.
- Pasal 87
Pengendalian pada tahap pemanfaatan dilakukan dengan:
a. Pemberian insentif untuk mendorong pengembangan
b. Pengenaan disinsentif untuk membatasi pengembangan
c. Pengenaan sanksi terhadap setiap pelanggaran
- Pasal 88
Pemberian insentif berupa:
a. insentif perpajakan
b. pemberian kompensasi
c. subsidi silang
d. pembangunan serta pengadaan Prasarana, sarana, dan utilitas umum
e. kemudahan prosedur perizinan
- Pasal 89
Pengenaan disinsentif berupa:
a. pengenaan retribusi daerah
b. pembatasan penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
c. pengenaan kompensasi pengenaan sanksi
BAB IV
KETERPADUAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
- Pasal 90
Keterpaduan tersebut dilakukan sebagai pengikat satu kesatuan sistem sesuai dengan
hierarkinya berdasarkan RTRW yang dilakukan sesuai dengan rencana penyediaan tanah,
memperhitungkan kebutuhan pelayanan, dan sesuai hierarki perumahan dan kawasan
permukiman diatur dalam peraturan Menteri
- Pasal 91
Pembangunan wajib dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disahkan dan izin yang
telah diterbitkan oleh Pemerintah daerah. Dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan setiap orang yang juga dapat dilakukan dengan kerja sama.
BAB V
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
- Pasal 92
Pemeliharaan dan perbaikan untuk menjaga fungsi Perumahan dan Kawasan Permukiman
agar berfungsi secara baik dan berkelanjutan demi kepentingan kualitas hidup setiap orang
dilakukan pada Rumah, Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum. Pemeliharaan tersebut
dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang.
- Pasal 93
Pemerintah melakukan penyusunan pedoman pemeliharaan Rumah serta Prasarana, Sarana,
dan Utilitas Umum yang dilakukan melalui perawatan dan pemeriksaan secara berkala.
- Pasal 94
Pemeliharaan Rumah wajib dilakukan oleh setiap orang terhadap rumah yang telah selesai
dibangun. Jika belum terjadi serah terima rumah kepada pemilik, pemeliharaan menjadi
tanggung jawab pembangun minimal selama 3 bulan.
- Pasal 95
Pemeliharaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk:
1. Perumahan dan Permukiman wajib dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan setiap
orang
2. Lingkungan hidup dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Badan Hukum, dan setiap orang
- Pasal 96
Perbaikan Rumah serta Prasarana, sarana, dan Utilitas Umum dilakukan melalui rehabilitasi/
pemugaran
- Pasal 97
Perbaikan Rumah wajib dilakukan oleh setiap orang terhadap Rumahnya sendiri.
- Pasal 98
Perbaikan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk Perumahan dan Permukiman wajib
dilakukan oleh Pemerintah daerah yang telah diserahkan kepadanya. Jika belum diserahkan,
maka perbaikan kewajiban penyelenggara pembangunan.
- Pasal 99
Perbaikan Prasarana untuk Lingkungan Hidup dan kawasan Permukiman wajib dilakukan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat dilakukan melalui penunjukan atau
kerjasama dengan Badan Hukum.
- Pasal 100
Ketentuan mengenai tata cara perbaikan Rumah dan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
diatur dengan Peraturan Menteri.
- Pasal 101
Perbaikan yang mengakibatkan beban tambahan terhadap konstruksi bangunan wajib
memperoleh pertimbangan penilai ahli bidang konstruksi yang diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB VI
PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN
KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
- Pasal 102
Dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya Perumahan dan Permukiman
Kumuh serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi Perumahan dan
Permukiman.
- Pasal 103
Pencegahan tersebut dilaksanakan melalui:
a. Pengawasan dan pengendalian
b. Pemberdayaan masyarakat
- Pasal 104
Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap:
a. perizinan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
a. standar teknis, dari bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air minum, dan
lain-lain
b. kelaikan fungsi, dilakukan terhadap pemenuhan persyaratan administratif dan teknis
- Pasal 105
Pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh Pemerintah daerah melalui:
a. pendampingan, kegiatan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan,
pembimbingan, dan bantuan teknis
b. pelayanan informasi, untuk membuka akses informasi bagi masyarakat mengenai
rencana tata ruang, penataan bangunan dan lingkungan, perizinan, dan standar teknis
- Pasal 106
Peningkatan kualitas terhadap Perumahan dan Permukiman kumuh didahului dengan
penetapan lokasi melalui proses pendataan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
- Pasal 107,109
Proses pendataan meliputi:
a. identifikasi lokasi terhadap kondisi kekumuhan, legalitas tanah, dan pertimbangan
lain
b. penilaian lokasi, mengklasifikasikan kondisi kekumuhan ringan, sedang, berat.
- Pasal 108
Kondisi kekumuhan dilakukan berdasarkan kriteria yang ditinjau dari:
a. bangunan Gedung
b. jalan lingkungan
c. penyediaan air minum
d. drainase lingkungan
e. pengelolaan air limbah
f. pengelolaan persampahan
g. proteksi kebakaran
- Pasal 110
Identifikasi legalitas tanah untuk menentukan status legalitas pada setiap lokasi Perumahan
dan Permukiman Kumuh sebagai dasar penentuan bentuk penanganan, meliputi kejelasan
status penguasaan tanah dan kesesuaian dengan rencana tata ruang yang menghasilkan status
tanah legal dan tidak legal.
- Pasal 111
Pertimbangan lain terhadap beberapa aspek yang bersifat non fisik untuk menentukan skala
prioritas penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh, meliputi nilai strategis lokasi,
kependudukan, serta kondisi sosial ekonomi, dan budaya yang menghasilkan pertimbangan
lain kategori rendah, sedang, dan tinggi.
- Pasal 112
Peningkatan kualitas dilakukan dengan pola-pola penanganan:
a. pemugaran, untuk perbaikan/pembangunan kembali Perumahan dan Permukiman
Kumuh menjadi layak huni
b. peremajaan
c. pemukiman kembali, untuk mewujudkan kondisi rumah, Perumahan, dan
Permukiman yang lebih baik demi keselamatan dan keamanan penghuni dan
masyarakat sekitar melalui pembongkaran dan penataan dengan lebih dulu
menyediakan tempat tinggal sementara bagi masyarakat terdampak.
Dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah daerah sesuai kewenangannya.
- Pasal 113
Pola-pola penanganan diatur dengan ketentuan:
a. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dan sedang dengan status
tanah legal, maka pola penanganannya peremajaan. Jika status tanah ilegal, maka pola
penanganannya pemukiman Kembali
b. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status tanah legal,
maka pola penanganannya pemugaran. Jika status tanah ilegal, maka pola
penanganannya pemukiman Kembali
- Pasal 114
1. Pemugaran dilakukan dengan tahap, identifikasi masalah, sosialisasi, pendataan
masyarakat terdampak, penyusunan rencana, musyawarah, proses pelaksanaan
konstruksi, pemantauan dan evaluasi, pemanfaatan, pemeliharaan dan perbaikan.
2. Peremajaan dilakukan dengan tahap sama seperti pemugaran dan tambahan,
penghunian sementara untuk masyarakat terdampak, proses ganti rugi, dan proses
penghunian kembali.
3. Pemukiman Kembali dilakukan dengan tahap sama dengan peremajaan dan tambahan,
kajian pemanfaatan ruang/legalitas tanah, proses legalisasi tanah, proses
pembongkaran pada lokasi pemukiman eksisting
Masyarakat memiliki peran aktif dalam pelestarian dan pemanfaatannya. Pemerintah daerah
mendukung pelestarian tersebut. Dilakukan untuk menjaga kondisi perumahan dan
permukiman sesuai perundang undangan yang berlaku.
Bab 7
KONSOLIDASI TANAH.
e. kawasan yang relatif kosong di bagian pinggiran kota yang diperkirakan akan berkembang
sebagai daerah Permukiman; dan/ atau
f. pembangunan kembali Perumahan dan Kawasan Permukiman yang terkena bencana alam,
kebakaran, atau kerusuhan sosial.
Bab 8
SANKSI ADMINISTRATIF
- Pasal 128
Setiap orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan perencanaan dan
perancangan Rumah tidak memiliki sertifikat keahlian di bidang perencanaan dan perancangan
Rumah dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis
d. denda administratif.
Denda administratif bagi perseorangan berkisar 50 juta sampai 200 juta rupiah, sedangkan bagi
badan hukum berkisar 100 juta sampai 1 miliar rupiah.
apabila mengabaikan peraturan tertulis paling banyak dua kali dalam jangka waktu paling lama
lima hari kerja, maka mendapat sanksi pembekuan perizinan 6 bulan. Yang melanggar
pembekuan perizinan mendapat pembatasan kegiatan usaha paling lama 1 tahun. Pelanggar
pembatasan kegiatan usaha mendapat pembekuan perizinan berusaha palng lama 2 tahun.
Pelanggar pembatasan kegiatan berusaha mendapat denda administratif berkisar 100 juta
sampai 500 juta.
- Pasal 129
Setiap orang perseorangan atau Badan Hukum yang melakukan perencanaan dan perancangan
Rumah yang hasilnya tidak memenuhi standar dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis.
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja.
Badan hukum yang melanggar peringatan tertulis dikenai sanksi berupa pembatasan kegiatan
usaha
Badan Hukum yang mengabaikan pembatasan kegiatan usaha mendapat sanksi pembekuan
perizinan berusaha paling lama 6 bulan
d. denda administratif.
Perseorangan yang melanggar dikenai denda administratif berkisar 10 juta sampai 50 juta
rupiah.
Badan Hukum yang mengabaikan pembekuan Perizinan Berusaha mendapat sanksi
denda administratif berkisar 100 juta sampai 500 juta.
- Pasal 130
Setiap orang perseorangan atau Badan Hukum yang melakukan perencanaan Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan yang tidak memenuhi standar dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis.
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja.
Badan hukum yang melanggar peringatan tertulis dikenai sanksi berupa pembatasan kegiatan
usaha paling lama 1 tahun.
Badan Hukum yang mengabaikan pembatasan kegiatan usaha mendapat sanksi pembekuan
perizinan berusaha paling lama 2 tahun.
d. denda administratif.
Perseorangan yang melanggar peringatan tertulis dikenai denda administratif berkisar 10 juta
sampai 50 juta rupiah.
Badan Hukum yang mengabaikan pembekuan Perizinan Berusaha mendapat sanksi denda
administratif berkisar 100 juta sampai 500 juta.
- Pasal 131
Setiap orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan perencanaan prasarana, Sarana,
dan Utilitas Umum tidak memiliki sertifikat keahlian di bidang perencanaan prasarana, Sarana,
dan Utilitas Umum dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis.
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja.
Badan hukum yang melanggar peringatan tertulis dikenai sanksi berupa pembatasan kegiatan
usaha
Badan Hukum yang mengabaikan pembatasan kegiatan usaha mendapat sanksi pembekuan
perizinan berusaha paling lama 2 tahun.
d. denda administratif.
Denda administratif bagi perorangan berkisar 50 juta sampai 200 juta rupiah, sedangkan bagi
badan hukum berkisar 100 juta sampai 1 miliar rupiah.
Badan Hukum yang melakukan pembangunan Perumahan yang tidak mewujudkan perumahan
dengan Hunian Berimbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) atau Badan Hukum
yang melakukan pembangunan Perumahan skala besar tidak mewujudkan Hunian Berimbang
dalam 1 (satu) hamparan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2lD ayat 21 huruf a.
Badan Hukum yang melakukan pembangunan Perumahan dengan Hunian Berimbang tidak
dalam 1 (satu) hamparan, pembangunan Rumah umum tidak dilaksanakan dalam 1 (satu)
daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2l ayat (3) atau tidak menyediakan
akses dari Rumah umum yang dibangun menuju pusat pelayanan atau tempat kerja
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2ID ayat(3).
a. peringatan tertulis
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja.
Badan hukum yang melanggar peringatan tertulis dikenai sanksi berupa pembatasan kegiatan
pembangunan
c. pembekuan PBG
Badan Hukum yang mengabaikan pencabutan PBG dikenai sanksi administratif berupa
pembekuan perizinan Berusaha paling lama 2 tahun
Badan Hukum yang mengabaikan pembekuan Perizinan Berusaha dikenai sanksi administratif
berupa pencabutan Perizinan Berusaha dan denda administratif 1 miliar sampai 10 miliar
rupiah .
- Pasal 134
Setiap orang atau badan hukum yang melakukan pembangunan Rumah dan perumahan tidak
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (2)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja.
b. pembekuan PBG
c. pencabutan PBG
d. pembongkaran bangunan
- Pasal 134A
Badan Hukum yang tidak melaksanakan penghitungan konversi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2lH ayat (l) dan tidak melaksanakan penyerahan dana hasil konversi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2IH ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja
d. pencabutan Perizinan Berusaha dan denda sejumlah 1,5 kali dari jumlah kewajiban dana
konversi.
- Pasal 135
Badan Hukum yang melakukan pembangunan Rumah tunggal dan/atau Rumah deret yang
melakukan serah terima dan/atau menarik dana lebih dari 8O persen (delapan puluh persen)
dari pembeli sebelum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22L ayat (i)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja
c. pencabutan insentif
- pasal 136
Setiap orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan pembangunan prasarana,
Sarana, dan Utilitas Umum perumahan tidak sesuai dengan rencana, rancangan, dan perizinan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) atau tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 23 ayat (21 atau tidak menyerahkan prasarana, Sarana, dan Utilitas
Umum yang telah selesai dibangun kepada pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam pasal 23 ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja
c. pencabutan insentif
badan hukum yang mengabaikan pencabutan insentif mendapat denda administratif sebanyak
100 juta sampai 500 juta rupiah.
d. perintah pembongkaran.
- Pasal 137
Setiap orang perseorangan atau Badan Hukum yang melakukan pemanfaatan Rumah selain
digunakan untuk fungsi hunian yang tidak memastikan terpeliharanya Perumahan dan
Lingkungan Hunian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja
c. denda administratif
bagi perseorangan berkisar 10 juta sampai 50 juta rupiah, sedangkan denda mencapai 10 juta
sampai 100 juta bagi badan hukum.
Badan Hukum yang melakukan penyelenggaraan Kawasan Permukiman yang tidak melalui
tahapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1).
Badan Hukum yang melakukan penyelenggaraan Lingkungan Hunian atau Kasiba yang tidak
memisahkan Lingkungan Hunian atau Kasiba menjadi satuan lingkungan Perumahan atau
Lisiba.
a. peringatan tertulis
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja
b. pembekuan Perizinan Berusaha
c. pencabutan insentif
d. denda administratif
- Pasal 139
Badan Hukum yang melakukan pembangunan Kawasan Permukiman tidak mematuhi rencana
dan izin pembangunan Lingkungan Hunian dan kegiatan pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 74 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis
yaitu paling banyak 2 kali dengan jangka waktu setiap peringatan paling lama 5 hari kerja
c. pencabutan insentif
d. denda administratif
Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap
keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang
tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara juga bertanggung jawab dalam
menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat.
Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan fungsional
dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin
kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan
keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara
berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang
berkepribadian Indonesia ketersediaan dana murah jangka panjang
2. Yang berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman,
serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;
3. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata
guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
4. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan mendorong
iklim investasi asing.