PROVINSI BALI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG
NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG
BUPATI BADUNG,
http://jdih.badungkab.go.id
2
http://jdih.badungkab.go.id
3
dan
BUPATI BADUNG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
http://jdih.badungkab.go.id
4
http://jdih.badungkab.go.id
5
http://jdih.badungkab.go.id
6
Bagian Kedua
Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB II
PENYELENGGARAAN PERUMAHAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Penyelenggaraan perumahan dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dan/atau Setiap Orang untuk
menjamin hak setiap warga untuk menempati,
menikmati, dan/atau memiliki Rumah yang layak
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan
teratur.
http://jdih.badungkab.go.id
7
Pasal 6
(1) Rumah dibedakan menurut jenis dan bentuknya.
(2) Jenis Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan
penghunian, meliputi:
a. rumah Komersial;
b. rumah Umum;
c. rumah Khusus;
d. rumah Swadaya; dan
e. rumah Negara.
(3) Bentuk Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibedakan berdasarkan hubungan atau keterkaitan
antar bangunan,meliputi:
a. rumah tunggal;
b. rumah deret; dan
c. rumah Susun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Susun
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c diatur
dengan Peraturan Daerah.
Bagian Kedua
Perencanaan Perumahan
Pasal 7
http://jdih.badungkab.go.id
8
Pasal 8
Pasal 9
http://jdih.badungkab.go.id
9
Pasal 10
Pasal 11
http://jdih.badungkab.go.id
10
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
http://jdih.badungkab.go.id
11
Pasal 15
Bagian Ketiga
Pembangunan Perumahan
Pasal 16
Pasal 17
http://jdih.badungkab.go.id
12
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
http://jdih.badungkab.go.id
13
Bagian Keempat
Pemanfaatan Perumahan
Pasal 22
(1) Pemanfaatan perumahan digunakan terutama sebagai
fungsi hunian.
(2) Pemanfaatan perumahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi rumah dan Prasarana, Sarana, dan
Utilitas Umum yang mendukung fungsi hunian.
(3) Pemanfaatan rumah dilakukan dengan memelihara dan
memperbaiki rumah oleh pemilik/penghuni.
(4) Pemanfaatan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan
masyarakat turut menjaga kebersihan dan fungsinya.
Pasal 23
http://jdih.badungkab.go.id
14
Bagian Kelima
Pengendalian
Pasal 24
Bagian Keenam
Serah Terima Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
Pasal 25
http://jdih.badungkab.go.id
15
Pasal 26
http://jdih.badungkab.go.id
16
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
http://jdih.badungkab.go.id
17
Pasal 31
Pasal 32
BAB III
PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN KUMUH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 33
Pasal 34
http://jdih.badungkab.go.id
18
Bagian Kedua
Penetapan Kriteria dan Tipologi
Paragraf 1
Penetapan Kriteria
Pasal 35
Perumahan kumuh dan permukiman kumuh ditetapkan
melalui penilaian kriteria sebagai berikut:
a. bangunan gedung;
b. jalan lingkungan;
c. penyediaan air minum;
d. drainase lingkungan;
e. pengelolaan air limbah;
f. pengelolaan persampahan; dan
g. proteksi kebakaran.
Pasal 36
http://jdih.badungkab.go.id
19
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
http://jdih.badungkab.go.id
20
Pasal 40
http://jdih.badungkab.go.id
21
Pasal 41
Pasal 42
http://jdih.badungkab.go.id
22
Pasal 43
Paragraf 2
Tipologi
Pasal 44
http://jdih.badungkab.go.id
23
Pasal 45
Paragraf 3
Penetapan Lokasi
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
http://jdih.badungkab.go.id
24
Pasal 49
Pasal 50
http://jdih.badungkab.go.id
25
Pasal 51
Pasal 52
http://jdih.badungkab.go.id
26
Bagian Ketiga
Perencanaan Penanganan
Pasal 53
(1) Perencanaan penanganan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (4) dilakukan melalui tahap:
a. persiapan;
b. survei;
c. penyusunan data dan fakta;
d. analisis;
e. penyusunan konsep penanganan; dan
f. Penyusunan rencana penanganan.
(2) Penyusunan rencana penanganan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f berupa rencana penanganan jangka
pendek, jangka menengah, dan/atau jangka panjang
beserta pembiayaannya.
(3) Rencana penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dalam bentuk Peraturan Bupati sebagai
dasar penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.
Bagian Keempat
Pola-Pola Penanganan
Pasal 54
(1) Dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, Pemerintah Daerah
menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola
penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan,
dan ekonomis.
(2) Pola-pola penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berdasarkan hasil penilaian aspek kondisi kekumuhan
dan aspek legalitas tanah.
(3) Pola-pola penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) direncanakan dengan mempertimbangkan tipologi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
(4) Pola-pola penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi:
a. pemugaran;
b. peremajaan; atau
c. pemukiman kembali.
(5) Pelaksanaan pemugaraan, peremajaan, dan/atau
pemukiman kembali dilakukan dengan memperhatikan
antara lain:
a. hak keperdataan masyarakat terdampak;
b. kondisi ekologis lokasi; dan
c. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
terdampak.
http://jdih.badungkab.go.id
27
Pasal 55
Pasal 56
Pola-pola penanganan terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan mempertimbangkan tipologi
sebagai berikut:
a. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di atas air, maka
penanganan yang dilakukan harus memperhatikan
karakteristik daya guna, daya dukung, daya rusak air
serta kelestarian air;
b. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di tepi air, maka
penanganan yang dilakukan harus memperhatikan
karakteristik daya dukung tanah tepi air, pasang surut
air serta kelestarian air dan tanah;
c. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di dataran rendah,
maka penanganan yang dilakukan harus memperhatikan
karakteristik daya dukung tanah, jenis tanah serta
kelestarian tanah;
d. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di perbukitan, maka
penanganan yang dilakukan harus memperhatikan
karakteristik kelerengan, daya dukung tanah, jenis tanah
serta kelestarian tanah; atau
http://jdih.badungkab.go.id
28
Paragraf 1
Pemugaran
Pasal 57
(1) Pemugaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat
(4) huruf a dilakukan untuk perbaikan dan/atau menjadi
layak huni.
(2) Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana,
sarana, dan/atau utilitas umum untuk mengembalikan
fungsi sebagaimana semula.
Pasal 58
(1) Pemugaran sebagaimana dalam Pasal 57 ayat (2)
dilakukan melalui tahap:
a. pra konstruksi;
b. konstruksi; dan
c. pasca konstruksi.
(2) Pemugaran pada tahap pra konstruksi meliputi:
a. identifikasi permasalahan dan kajian kebutuhan
pemugaran;
b. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat
terdampak;
c. pendataan masyarakat terdampak;
d. penyusunan rencana pemugaran; dan
e. musyawarah.
(3) Pemugaran pada tahap konstruksi meliputi:
a. proses pelaksanaan konstruksi; dan
b. pemantauandan evaluasi pelaksanaan konstruksi.
(4) Pemugaran pada tahap pasca konstruksi meliputi:
a. pemanfaatan; dan
b. pemeliharaan dan perbaikan.
Paragraf 2
Peremajaan
Pasal 59
(1) Peremajaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat
(4) huruf b dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna
melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan
masyarakat sekitar.
(2) Peremajaan dilakukan melalui pembongkaran dan
penataan secara menyeluruh terhadap rumah, prasarana,
sarana, dan/atau utilitas umum.
http://jdih.badungkab.go.id
29
Pasal 60
(1) Peremajaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat
(1) dilakukan melalui tahap:
a. pra konstruksi;
b. konstruksi; dan
c. pasca konstruksi.
(2) Peremajaan pada tahap pra konstruksi meliputi:
a. identifikasi permasalahan dan kajian kebutuhan
peremajaan;
b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak;
c. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat
terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
e. penyusunan rencana peremajaan; dan
f. musyawarah.
(3) Peremajaan pada tahap konstruksi meliputi:
a. proses ganti rugi untuk masyarakat terdampak;
b. rumah sementara bagi masyarakat terdampak;
c. proses pelaksanaan konstruksi peremajaan;
d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi;
dan
e. penghunian kembali masyarakat terdampak.
(4) Peremajaan pada tahap pasca konstruksi meliputi:
a. pemanfaatan; dan
b. pemeliharaan dan perbaikan.
Paragraf 3
Pemukiman Kembali
Pasal 61
Pasal 62
http://jdih.badungkab.go.id
30
Bagian Kelima
Pengelolaan
Pasal 63
Pasal 64
http://jdih.badungkab.go.id
31
BAB IV
PERAN MASYARAKAT
Pasal 65
http://jdih.badungkab.go.id
32
BAB V
PENDANAAN
Pasal 66
(1) Pendanaan yang dimaksudkan untuk memastikan
ketersediaan dana untuk bantuan dan kemudahan
perumahan dan permukiman merupakan kewenangan dan
tanggung jawab Pemerintah Daerah.
(2) Dana bidang perumahan dan kawasan permukiman
bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan/atau
b. Sumber dana lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 67
(1) Setiap orang yang menyelenggarakan Perumahan dan
Kawasan Permukiman yang tidak memenuhi ketentuan
Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 7 ayat (3), Pasal 9 ayat
(2) dan ayat (3), Pasal 11 ayat (1), Pasal 12 ayat (2) dan
ayat (3), Pasal 13, Pasal 14 ayat (3), Pasal 15, Pasal 16
ayat (3), Pasal 17 ayat (1) ayat (2), ayat (3) dan ayat (4),
Pasal 18 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 19, Pasal 21 ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3), Pasal 22 ayat (1), Pasal 23 ayat (1)
dan ayat (2), Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 29 ayat
(1) dikenakan sanksi administratif.
http://jdih.badungkab.go.id
33
BAB VII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 68
http://jdih.badungkab.go.id
34
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 69
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 70
http://jdih.badungkab.go.id
35
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 71
Ditetapkan di Mangupura
pada tanggal 24 Juli 2017
BUPATI BADUNG,
TTD
Diundangkan di Mangupura
pada tanggal 24 Juli 2017
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG,
TTD
TTD
http://jdih.badungkab.go.id
36
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. PENJELASAN UMUM
http://jdih.badungkab.go.id
37
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “Luasan minimal” adalah untuk
perencanaan perumahan dengan mempertimbangkan:
a. luas wilayah, jumlah penduduk dan kebijakan daerah
(kearifanlokal);
b. menjamin kepastian hukum kepemilikan bagi konsumen;
c. terintegrasi dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas umum
yang ada.
Pasal8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
huruf a
Yang dimaksud dengan “rencana tapak” adalah
perumahan yang meliputi rencana tata letak rumah
dan Prasarana, Sarana dan Utilitas umum beserta
komposisinya.
huruf b
yang dimaksud dengan “desain rumah” adalah
diarahkan kepada rumah tropis dan diutamakan
mengangkat budaya lokal.
huruf c
cukup jelas
huruf d
yang dimaksud dengan “spesifikasi teknis” adalah
bangunan diarahkan menggunakan bahan/material
http://jdih.badungkab.go.id
38
huruf e
cukup jelas
huruf f
cukup jelas
huruf g
cukup jelas
huruf h
cukup jelas
hurufi
cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal9
Cukup jelas.
Pasal10
Cukup jelas.
Pasal11
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tipologi” adalah klasifikasi rumah
yang berupa rumah tapak atau rumah susun berdasarkan
bentuk permukaan tanah, tempat rumah
berdirimeliputirumah di atastanahkeras, rumah di
atastanahlunak, rumah di garispantai/pasangsurut,
rumah di atas air/terapung (menetap), rumah di atas
air/terapung (berpindah-pindah).
Pasal12
http://jdih.badungkab.go.id
39
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “perjanjian pendahuluan jual beli”
adalah kesepakatan melakukan jual beli rumah yang masih
dalam proses pembangunanan tara calon pembeli rumah
dengan penyedia rumah yang diketahui oleh pejabat yang
berwenang.
Ayat (2)
Huruf a
Cukupjelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “hal yang diperjanjikan”
adalah kondisirumah yang dibangun dan dijual
kepada konsumen, yang dipasarkan melalui media
promosi, meliput ilokasi rumah, kondisi
tanah/kaveling, bentuk rumah, spesifikasi bangunan,
harga rumah, prasarana, sarana, danautilitas umum
perumahan, fasilitas lain, waktu serah terima
rumah,serta penyelesaian sengketa.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksuddengan “keterbangunan perumahan
paling sedikit 20% (dua puluh perseratus)” adalah hal
telah terbangunnya rumah paling sedikit 20% (dua
puluh perseratus) dari seluruh jumlah unit rumah
serta ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas
umum dalam suatu perumahan yang direncanakan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal13
Cukup jelas.
Pasal14
Cukup jelas.
Pasal15
Cukupjelas.
Pasal16
Cukup jelas.
Pasal17
Cukup jelas.
Pasal18
Cukupjelas.
Pasal19
Cukupjelas.
Pasal20
Cukup jelas.
Pasal21
http://jdih.badungkab.go.id
40
Cukup jelas.
Pasal22
Cukup jelas.
Pasal23
Cukup jelas.
Pasal24
Cukupjelas.
Pasal25
Cukup jelas.
Pasal26
Cukup jelas.
Pasal27
Cukup jelas.
Pasal28
Cukup jelas.
Pasal29
Cukupjelas.
Pasal30
Cukup jelas.
Pasal31
Cukup jelas.
Pasal32
Cukup jelas.
Pasal33
Cukup jelas.
Pasal34
Cukup jelas.
Pasal35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal37
Cukup jelas.
Pasal38
Cukup jelas.
Pasal39
Cukup jelas.
Pasal40
Cukup jelas.
Pasal41
Cukup jelas.
Pasal42
Cukup jelas.
Pasal43
Cukup jelas.
Pasal44
Cukup jelas.
Pasal45
Cukup jelas.
Pasal46
Cukup jelas.
Pasal47
http://jdih.badungkab.go.id
41
Cukup jelas.
Pasal48
Cukup jelas.
Pasal49
Cukup jelas.
Pasal50
Cukup jelas.
Pasal51
Cukup jelas.
Pasal52
Cukup jelas.
Pasal53
Cukup jelas.
Pasal54
Cukup jelas.
Pasal55
Cukup jelas.
Pasal56
Cukup jelas.
Pasal57
Cukup jelas.
Pasal58
Cukup jelas.
Pasal59
Cukup jelas.
Pasal60
Cukup jelas.
Pasal61
Cukup jelas.
Pasal62
Cukup jelas.
Pasal63
Cukup jelas.
Pasal64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal66
Cukup jelas.
Pasal67
Cukupjelas.
Pasal68
Cukup jelas.
Pasal69
Cukup jelas.
Pasal70
Cukup jelas.
Pasal71
Cukup jelas.
http://jdih.badungkab.go.id
42
http://jdih.badungkab.go.id