SALINAN
BUPATI BALANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN
TENTANG
BUPATI BALANGAN,
Permukiman;
dan
BUPATI BALANGAN
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
PENYELENGGARAAN PERUMAHAN
Bagian Kesatu
Pembangunan Perumahan
Paragraf 1
Ruang Lingkup
Pasal 4
Paragraf 2
Kawasan Untuk Perumahan
Pasal 5
Pasal 6
Paragraf 3
Pelaksana Pembangunan Perumahan
Pasal 7
Pasal 8
Paragraf 4
Izin Pembangunan Perumahan
Pasal 9
(3) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c tidak
diperlukan apabila lokasi tanah yang akan digunakan adalah
tanah yang dikuasai oleh yang bersangkutan dengan status hak
milik.
Paragraf 5
Pemanfaatan dan Pelestarian Perumahan
Pasal 10
Paragraf 6
Sarana, Prasarana dan Utilitas Umum Perumahan
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Paragraf 7
Jalan Perumahan
Pasal 14
Paragraf 8
Penyerahan Sarana, Prasarana dan Fasilitas Umum Perumahan
dari Pengembang Kepada Pemerintah Daerah
Pasal 16
Pasal 17
Bentuk dan tata cara pelaksanaan serah terima sarana, prasarana dan
utilitas umum perumahan dari Pengembang Perumahan kepada
Pemerintah Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Perumahan Hunian Berimbang
Pasal 18
Pasal 19
Bagian Ketiga
Pembangunan Rumah
Pasal 20
Pasal 21
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Daerah tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Pasal 22
Bagian Keempat
Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
BAB IV
KAWASAN PERMUKIMAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 28
Bagian Kedua
Bentuk Penyelenggaraan
Pasal 29
Bagian Ketiga
Pengembangan
Pasal 30
Bagian Keempat
Pembangunan
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Bagian Kelima
Pemanfaatan, Pengendalian dan Pengawasan
Pasal 34
Pasal 35
BAB V
LINGKUNGAN HUNIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 36
Pasal 37
Bagian Kedua
Lingkungan Hunian Perkotaan
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Bagian Ketiga
Lingkungan Hunian Pedesaan
Pasal 41
BAB VI
PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
BAB VII
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
BAB VIII
PENYEDIAAN TANAH
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
(3) Dalam hal tidak ada kesepakatan tentang ganti rugi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), penyelesaiannya dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
(2) Peralihan hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat di hadapan pejabat pembuat akta tanah setelah ada
kesepakatan bersama.
(3) Pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang.
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
BAB IX
PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
BAB X
JUAL BELI, DAN
KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH
Pasal 69
(1) Rumah tunggal, rumah deret, dan/atau rumah susun yang masih
dalam tahap proses pembangunan dapat dipasarkan melalui
sistem perjanjian pendahuluan jual beli sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 70
(4) Kredit atau pembiayaan rumah umum tidak harus dibebani hak
tanggungan.
Pasal 71
BAB XI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 72
Pasal 73
BAB XII
PEMBINAAN
Pasal 74
BAB XIII
PERAN MASYARAKAT
Pasal 75
Pasal 76
(2) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari unsur:
a. pejabat pada Instansi Pemerintah yang terkait dalam bidang
perumahan;
b. asosiasi perusahaan penyelenggara perumahan dan kawasan
permukiman;
c. asosiasi profesi penyelenggara perumahan dan kawasan
permukiman;
d. asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha
penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman;
e. pakar di bidang perumahan dan kawasan permukiman;
dan/atau
f. lembaga swadaya masyarakat dan/atau yang mewakili
konsumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.
BAB XIV
LARANGAN
Pasal 77
(4) Badan Hukum yang belum menyelesaikan status hak atas tanah
lingkungan hunian, dilarang menjual satuan permukiman.
BAB XV
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 78
BAB XVI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 79
BAB XVII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 80
Pasal 81
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 82
Ditetapkan di Paringin
pada 31 Desember 2013
BUPATI BALANGAN,
Ttd.
H. SEFEK EFFENDIE
Diundangkan di Paringin
pada tanggal 31 Desember 2013
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BALANGAN,
Ttd.
H. RUSKARIADI
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. PENJELASAN UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud “pejabat berwenang” adalah Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Kab. Balangan.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud “memanfaatkan sumber daya atau
bahan dari industri bahan bangunan dalam negeri”
adalah dengan kualitas yang layak pakai.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Yang dimaksud “mengatur ruang terbuka hijau”
adalah wajib menyediakan ruang bagi Ruang
Terbuka Hijau.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “membuat saluran air
pembuangan” adalah menyediakan saluran
pembuangan (drainase) ditempat-tempat yang layak
dibuat saluran pembuangan (drainase).
Huruf i
Penyediaan sarana, prasarana dan utilitas umum
pendukung lingkungan hunian terlebih dahulu
harus melalui pemaparan oleh pihak pengembang
untuk mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas
Pekerjaan Umum.
35
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Setiap kawasan perumahan yang dibangun harus
terhubung dengan jalan ke kawasan lainnya.
Ayat (2)
Pembangunan perumahan dalam satu kawasan
yang dilaksanakan lebih dari satu pengembang
sebelum pelaksanaan pembangunan, antar
pengembang perumahan harus menjalani
kesepakatan dalam hal penentuan utilitas umum
termasuk akses jalan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan yang bersangkutan adalah
perseorangan dengan status hak milik.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
36
Pasal 12
Huruf a
40% untuk lahan prasarana, sarana dan Utilitas
Umum termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH)
dapat ditempatkan di Halaman Rumah, pinggir
jalan, Median Jalan, dan tempat khusus Ruang
Terbuka Hijau.
Huruf b
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Sistem
pengelolaan air limbah” adalah minimal
Septic tank dan sumur resapan untuk
limbah rumah tangga yang dibangun
secara terpisah.
Huruf b
Rumah terbangun pada saat akad jual beli
sudah tersedia fasilitas jaringan listrik dari
PLN dan air bersih dari PDAM yang
dibebankan anggaranya kepada
pengembang.
Huruf c
50% rumah telah terbangun maka sarana
jalan sudah wajib terbangun dalam bentuk
perkerasan dengan persetujuan teknis dari
Dinas Pekerjaan Umum Kab. Balangan dan
100% rumah terbangun sarana jalan
sudah dalam bentuk Aspal atau Cor
dengan persetujuan dari Dinas Pekerjaan
Umum.
Huruf d
75% rumah terbangun maka Ruang
Terbuka Hijau dan tempat ibadah, serta
sistem pengolahan air limbah telah
terbangun secara permanen
Pasal 14
Ayat (1)
Jalan perumahan wajib diberikan fasilitas
pendukung berupa trotoar, drainase atau drainase
37
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Hunian berimbang”
adalah Setiap orang yang membangun perumahan
dan kawasan permukiman wajib dengan hunian
berimbang, kecuali seluruhnya diperuntukkan
bagi rumah sederhana dan/atau rumah susun
umum. Perumahan dan kawasan permukiman
yang dimaksud dengan jumlah sekurang-
kurangnya 50 (lima puluh) sampai dengan 1.000
(seribu) unit rumah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
38
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Khusus untuk pembangunan Perumahan bagi
MBR Pemerintah Daerah dapat mengupayakan
terselenggaranya bantuan pembangunan
perumahan berupa Jalan dan Utilitas Jalan
dengan sinkronisasi dan koordinasi dengan
program dan kekuatan dari tingkat atas (Pusat dan
Provinsi).
Ayat (2)
Yang dimaksud “SKPD yang membidangi urusan
perumahan rakyat” adalah SKPD yang tugas pokok
dan fungsinya membidangi urusan perumahan
rakyat.
Pasal 24
Huruf a
Yang dimaksud “Kerjasama dengan pengembang
perumahan untuk pembangunan rumah sederhana
yang diperuntukkan bagi MBR” adalah kerjasama
antara Pemerintah Daerah dengan pengembang
dalam pembangunan sarana, prasarana dan utilitas
umum.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
39
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “lingkungan hunian” adalah
bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas
lebih dari satu satuan pemukiman.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
40
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
41
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup elas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
42
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas