Anda di halaman 1dari 27

SISTEMATIKA LAPORAN KAJIAN

MATA KULIAH PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

DOSEN PENGAMPU :
IR. ADHI WIDYARTHARA, MT.,

DISUSUN OLEH
ALLANNOERSAID WISNU WARDHANA / 2222040

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


1. DATA (GAMBAR)
DENAH

LAYOUT
TAMPAK
SUASANA SEKITAR TAPAK
Lokasi tapak berada di Perum Bukit Cikasungka Blok CC1 / NO 14 Kec. Solear, Kab.
Tangerang, Banten. Tidak jauh dari tapak ini terdapat stasiun kereta yang dikhususkan untuk
Commuter Line atau bisa disebut dengan KRL (kereta rel listrik).

Akses untuk menuju tapak tergolong mudah untuk diakses mengingat lokasi tapak yang hook
bisa dicapai dari 2 arah.

Potensi Tapak :

1. Suasana lingkungan yang tenang serta sepi cocok untuk pemukiman.


2. Fasilitas-fasilitas lingkungan sekitar cukup memadai.
3. Akses jalur bisa dilewati berbagai kendaraan mulai dari motor, mobil hingga truk.

Fasilitas Disekitar Tapak :

1. Stasiun Kereta
2. Minimarket
3. Sekolah (TK/SD/SMP)
4. Tempat Ibadah (Gereja/Masjid)
5. Toko Sembako
POTONGAN
RENCANA UTILITAS BANGUNAN
 AIR BERSIH

 AIR KOTOR
2. KAJIAN TEORI
1. UU REPUBLIK INDONESIA NO.4 TAHUN 1992 TENTANG
PERUMAHAN & PEMUKIMAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman adalah undang-undang yang mengatur tentang pembangunan,
pengelolaan, dan pemeliharaan perumahan serta pemukiman di Indonesia. Undang-
undang ini memberikan definisi mengenai perumahan dan permukiman serta
menetapkan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui
penyediaan perumahan yang layak dan terjangkau. Undang-undang ini juga mengatur
mengenai perencanaan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang meliputi
penyusunan rencana tata ruang, rencana pembangunan wilayah, serta pemberdayaan
masyarakat dalam pembangunan perumahan. Undang-undang ini memiliki peran
penting dalam pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia dengan
memberikan kerangka hukum yang jelas serta mengatur berbagai aspek terkait
penyediaan, pengelolaan, dan pemeliharaan perumahan dan permukiman yang
berkelanjutan. Selain itu, undang-undang ini juga menjadi landasan bagi pemerintah
dalam mengimplementasikan kebijakan dan program-program pembangunan
perumahan di seluruh wilayah Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah


pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia, perumahan dan permukiman yang layak, sehat,
aman, serasi, dan teratur merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan
martabat mutu kehidupan serta kesejahteraan rakyat dalam masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945;
b. bahwa dalam rangka peningkatan harkat dan martabat, mutu
kehidupan dan kesejahteraan tersebut bagi setiap keluarga Indonesia,
pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari
pembangunan nasional perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan
secara terpadu, terarah, terencana, dan berkesinambungan;
c. bahwa peningkatan dan pengembangan pembangunan perumahan
dan permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya perlu
diupayakan sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud
tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya untuk
mendukung ketahanan nasional, mampu menjamin kelestarian
lingkungan hidup, dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia
Indonesia dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
d. bahwa Undang-undang Nomor 1 Tahun 1964 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 6 Tahun 1962
tentang Pokok-Pokok Perumahan (Lembaran Negara Tahun 1962
Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2476) menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2611) sudah tidak sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan keadaan, dan oleh karenanya dipandang perlu untuk
mengatur kembali ketentuan mengenai perumahan dan permukiman
dalam Undang Undang yang baru
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 33
Undang- Undang Dasar 1945;

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN.
BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1.Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga;
2, Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan;
3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan;
4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan
ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang
terstruktur;
5.Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan
lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
6. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan
dan penqembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya;
7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan;
8. Kawasan siap bangun adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk
pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu
lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap
dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana
lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah Tingkat II dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan
prasarana dan sarana lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta rencana
tata ruang lingkungannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

9. Lingkungan siap bangun adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari kawasan
siap bangun ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk
membangun kaveling tanah matang;
10. Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan sesuai dengan
persyaratan pembakuan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, dan rencana
tata ruang lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk membangun
bangunan;
11. Konsolidasi tanah permukiman adalah upaya penataan kembali penguasaan,
penggunaan, dan pemilikan tanah oleh masyarakat Pemilik tanah melalui usaha
bersama untuk membangun lingkungan siap bangun dan menyediakan kaveling tanah
matang sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan Pemerintah Daerah Tingkat
II, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta rencana tata ruangnya ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pasal 2
(1) Lingkup pengaturan Undang-undang ini meliputi penataan dan pengelolaan perumahan
dari permukiman, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, yang
dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.
(2) Lingkup Pengaturan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang menyangkut penataan
perumahan meliputi kegiatan pembangunan baru, pemugaran, perbaikan, perluasan,
pemeliharaan, dan pemanfaatannya, sedangkan yang menyangkut penataan
permukiman meliputi kegiatan pembangunan baru, perbaikan, peremajaan, perluasan,
pemeliharaan, dan pemanfaatannya.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3
Penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil dan
merata, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri,
keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.

Pasal 4
Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :
a. memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
b. mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur;
c. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
d. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang
lain.

BAB III
PERUMAHAN

Pasal 5
(1) Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau
memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
(2) Setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta
dalam pembangunan perumahan dan permukiman.
Pasal 6
(1) Kegiatan pembangunan rumah atau perumahan dilakukan oleh pemilik hak atas tanah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pembangunan rumah atau perumahan oleh bukan pemilik hak atas tanah dapat
dilakukan atas persetujuan dari pemilik hak atas tanah dengan suatu perjanjian tertulis.

Pasal 7
(1) Setiap orang atau badan yang membangun rumah atau perumahan wajib :
a. mengikuti persyaratan teknis, ekologis, dan administratif;
b.melakukan pemantauan lingkungan yang terkena dampak berdasarkan rencana
pemantauan lingkungan;
c. melakukan pengelolaan lingkungan berdasarkan rencana pengelolaan lingkungan.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 8
Setiap pemilik rumah atau yang dikuasainya wajib :
a. memanfaatkan rumah sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya sebagai tempat
tinggal atau hunian;
b. mengelola dan memelihara rumah sebagaimana mestinya.

Pasal 9
Pemerintah dan badan-badan sosial atau keagamaan dapat menyelenggarakan
pembangunan perumahan untuk memenuhi kebutuhan khusus dengan tetap
memperhatikan ketentuan Undang-undang ini.

Pasal 10
Penghunian, pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas rumah yang dikuasai
Negara diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 11
(1) Pemerintah melakukan pendataan rumah untuk menyusun kebijaksanaan di bidang
perumahan dan permukiman.
(2) Tata cara pendataan rumah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 12

(1) Penghunian rumah oleh bukan pemilik hanya sah apabila ada persetujuan atau izin
pemilik.
(2) Penghunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan baik dengan cara sewa-
menyewa maupun dengan cara bukan sewa-menyewa.
(3) Penghunian rumah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dengan cara sewa-menyewa
dilakukan dengan perjanjian tertulis, sedangkan penghunian rumah dengan cara bukan
sewa-menyewa dapat dilakukan dengan perjanjian tertulis.
(4) Pihak penyewa wajib menaati berakhirnya batas waktu sesuai dengan perjanjian
tertulis.
(5) Dalam hal penyewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak bersedia
meninggalkan rumah yang disewa sesuai dengan batas waktu yang disepakati dalam
perjanjian tertulis, penghunian dinyatakan tidak sah atau tanpa hak dan pemilik rumah
dapat meminta bantuan instansi Pemerintah yang berwenang untuk menertibkannya.
(6) Sewa-menyewa rumah dengan perjanjian tidak tertulis atau tertulis tanpa batas waktu
yang telah berlangsung sebelum berlakunya Undang-undang ini dinyatakan telah
berakhir dalam waktu 3 (tiga) tahun setelah berlakunya Undang-undang ini.
(7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6), diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13
(1) Pemerintah mengendalikan harga sewa rumah yang dibangun dengan memperoleh
kemudahan dari Pemerintah.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 14
Sengketa yang berkaitan dengan pemilikan dan pemanfaatan rumah diselesaikan
melalui badan peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 15
(1) Pemilikan rumah dapat dijadikan jaminan utang.
(2) a. Pembebanan fidusia atas rumah dilakukan dengan akta otentik yang dibuat oleh
notaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pembebanan hipotek atas rumah beserta tanah yang haknya dimiliki pihak yang
sama dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16
(1) Pemilikan rumah dapat beralih dan dialihkan dengan cara pewarisan atau dengan cara
pemindahan hak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Pemindahan pemilikan rumah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
akta otentik.

Pasal 17
Peralihan hak milik atas satuan rumah susun dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV
PERMUKIMAN

Pasal 18
(1) Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pembangunan kawasan
permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan
pelaksanaan yang bertahap.
(2) Pembangunan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditujukan
untuk :
a. Menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan
lingkungan permukiman;
b. Mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan yang telah ada di dalam atau di sekitarnya.
(3) Satuan-satuan lingkungan permukiman satu dengan yang lain saling dihubungkan oleh
jaringan transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan
berbagai pelayanan dan kesempatan kerja.
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3)
dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah perkotaan dan rencana tata
ruang wilayah bukan perkotaan.

Pasal 19
(1) Untuk mewujudkan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,
pemerintah daerah menetapkan satu bagian atau lebih dari kawasan permukiman
menurut rencana tata ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan
perkotaan yang telah memenuhi persyaratan sebagai kawasan siap bangun.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi
penyediaan :
a. rencana tata ruang yang rinci;
b. data mengenai luas, batas, dan pemilikan tanah
c. jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan.
(3) Program pembangunan daerah dan program pembangunan sektor mengenai prasarana,
sarana lingkungan, dan utilitas umum sebagian diarahkan untuk mendukung
terwujudnya kawasan siap bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 20
(1) Pengelolaan kawasan siap bangun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan
ayat (2) dilakukan oleh Pemerintah.
(2) Penyelenggaraan pengelolaan kawasan siap bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan oleh badan usaha milik Negara dan/atau badan lain yang dibentuk oleh
Pemerintah yang ditugasi untuk itu.
(3) Pembentukan badan lain serta penunjukkan badan usaha milik negara dan/atau badan
lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. (4)
Dalam menyelenggarakan pengelolaan kawasan siap bangun, badan usaha milik negara
atau badan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) dapat bekerjasama
dengan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, dan badan-badan
usaha swasta di bidang pembangunan perumahan.
(5) Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak menghilangkan wewenang dan
tanggung jawab badan usaha milik negara atau badan lain sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2).
(6) Persyaratan dan tata cara kerjasama sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 21
(1) Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri yang bukan
dilakukan oleh masyarakat pemilik tanah, dilakukan oleh badan usaha di bidang
pembangunan perumahan yang ditunjuk oleh Pemerintah.
(2) Tata cara penunjukkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 22
(1) Di wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan siap bangun Pemerintah memberikan
penyuluhan dan bimbingan, bantuan dan kemudahan kepada masyarakat pemilik tanah
sehingga bersedia dan mampu melakukan konsolidasi tanah dalam rangka penyediaan
kaveling tanah matang.
(2) Pelepasan hak atas tanah di wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan siap bangun
hanya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan pemilik tanah yang bersangkutan.
(3) Pelepasan hak atas tanah di lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri yang bukan
hasil konsolidasi tanah oleh masyarakat pemilik tanah, hanya dapat dilakukan
berdasarkan kesepakatan dengan pemilik hak atas tanah.
(4) Pelepasan hak atas tanah di wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan siap bangun
yang belum berwujud kaveling tanah matang, hanya dapat dilakukan kepada
Pemerintah melalui badan-badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2).
(5) Tata cara pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4), diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 23
Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh badan usaha di bidang pembangunan
perumahan dilakukan hanya di kawasan siap bangun atau di lingkungan siap bangun
yang berdiri sendiri. Pasal 24 Dalam membangun lingkungan siap bangun selain
memenuhi ketentuan pada Pasal 7, badan usaha di bidang pembangunan perumahan
wajib :
a. melakukan pematangan tanah, penataan penggunaan tanah, penataan penguasaan
tanah, dan penataan pemilikan tanah dalam rangka penyediaan kaveling tanah
matang;
b. membangun jaringan prasarana lingkungan mendahului kegiatan membangun rumah,
memelihara, dan mengelolanya sampai dengan pengesahan dan penyerahannya
kepada pemerintah daerah;
c. mengkoordinasikan penyelenggaraan penyediaan utilitas umum;
d. membantu masyarakat pemilik tanah yang tidak berkeinginan melepaskan hak atas
tanah di dalam atau di sekitarnya dalam melakukan konsolidasi tanah;
e. melakukan penghijauan lingkungan;
f. menyediakan tanah untuk sarana lingkungan;
g. membangun rumah.

Pasal 25
(1) Pembangunan lingkungan siap bangun yang dilakukan masyarakat pemilik tanah
melalui konsolidasi tanah dengan memperhatikan ketentuan pada Pasal 7, dapat
dilakukan secara bertahap yang meliputi kegiatan - kegiatan :
a. pematangan tanah;
b. penataan, penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah;
c. penyediaan prasarana lingkungan;
d. penghijauan lingkungan;
e. pengadaan tanah untuk sarana lingkungan.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 26
(1) Badan usaha di bidang pembangunan perumahan yang membangun lingkungan siap
bangun dilarang menjual kaveling tanah matang tanpa rumah.
(2) Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 24, sesuai dengan kebutuhan setempat, badan
usaha di bidang pembangunan perumahan yang membangun lingkungan siap bangun
dapat menjual kaveling tanah matang ukuran kecil dan sedang tanpa rumah.
(3) Kaveling tanah matang ukuran kecil, sedang, menengah, dan besar hasil upaya
konsolidasi tanah milik masyarakat dapat diperjualbelikan tanpa rumah.

Pasal 27
(1) Pemerintah memberikan bimbingan, bantuan dan kemudahan kepada masyarakat baik
dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap pelaksanaan, serta melakukan
pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kualitas permukiman.
(2) Peningkatan kualitas permukiman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa
kegiatan-kegiatan :
a. perbaikan atau pemugaran;
b.peremajaan;
c.pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan.
(3) Penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 28
(1) Pemerintah daerah dapat menetapkan suatu lingkungan permukiman sebagai
permukiman kumuh yang tidak layak huni.
(2) Pemerintah daerah bersama-sama masyarakat mengupayakan langkah-langkah
pelaksanaan program peremajaan lingkungan kumuh untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat penghuni.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 29
(1) Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya
untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman.
(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan secara perseorangan atau dalam bentuk usaha bersama.

BAB VI
PEMBINAAN

Pasal 30
(1) Pemerintah melakukan pembinaan di bidang perumahan dan permukiman dalam
bentuk pengaturan dan pembimbingan, pemberian bantuan dan kemudahan, penelitian
dan pengembangan, perencanaan dan pelaksanaan, serta pengawasan dan
pengendalian.
(2) Pemerintah melakukan pembinaan badan usaha di bidang perumahan dan
permukiman.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 31
Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata
ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan yang
menyeluruh dan terpadu yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait serta rencana, program, dan prioritas
pembangunan perumahan dan permukiman.

Pasal 32
(1) Penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan
dengan:
a. penggunaan tanah yang langsung dikuasai Negara;
b. konsolidasi tanah oleh pemilik tanah;
c. pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah yang dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Tata cara penggunaan tanah yang langsung dikuasai Negara dan tata cara konsolidasi
tanah oleh pemilik tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir a dan b diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 33
(1) Untuk memberikan bantuan dan/atau kemudahan kepada masyarakat dalam
membangun rumah sendiri atau memiliki rumah, Pemerintah melakukan upaya
pemupukan dana.
(2) Bantuan dana/atau kemudahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa kredit
perumahan.

Pasal 34
Pemerintah memberikan pembinaan agar penyelenggaraan pembangunan perumahan
dan permukiman selalu memanfaatkan teknik dan teknologi, industri bahan bangunan,
jasa konstruksi, rekayasa dan rancang bangun yang tepat guna dan serasi dengan
lingkungan.
Pasal 35
(1) Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang perumahan dan
permukiman kepada pemerintah daerah.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

BAB VII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 36
(1) Setiap orang atau badan dengan sengaja melanggar ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1),
Pasal 24, dan Pasal 26 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 10
(sepuluh) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap orang karena kelalaiannya mengakibatkan pelanggaran atas ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan
selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi tingginya Rp. 10.000.000,-
(sepuluh juta rupiah).
(3) Setiap badan karena kelalaiannya mengakibatkan pelanggaran atas ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), Pasal 24 Pasal 26 ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-
tingginya Rp.100.000.000.00(seratus juta rupiah).
(4) Setiap orang atau badan dengan sengaja melanggar ketentuan dalam pasal 12 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun dan/atau denda setinggi-
tingginya Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

Pasal 37
Setiap orang atau badan dengan sengaja melanggar ketentuan harga tertinggi sewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya 2 (dua) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah).

BAB VIII
KETENTUAN LAIN-IAIN

Pasal 38
Penerapan ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 tidak
menghilangkan kewajibannya untuk tetap memenuhi ketentuan Undang-undang ini.

Pasal 39
Jika kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 tidak dipenuhi oleh suatu badan
usaha di bidang pembangunan perumahan dan permukiman, maka izin usaha badan
tersebut dicabut.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, semua peraturan pelaksanaan di bidang
perumahan dan permukiman yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-undang ini atau belum diganti atau diubah berdasarkan Undang-undang
ini.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang nomor 1 Tahun 1964
tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang
Pokok-pokok perumahan (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2476) menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun
1964 nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2611) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 42
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan penerapannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak Undang-undang
ini diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

2. UNDANG UNDANG NO.1 TAHUN 2011


 Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
 Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
 Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
 Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih
dari satu satuan permukiman.
 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
 Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
 Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta
aset bagi pemiliknya.
 Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.
 Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.
 Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
 Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
khusus.
 Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas
pejabat dan/atau pegawai negeri.
 Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
 Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.
 Kawasan siap bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang tanah
yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk
pembangunan lingkungan hunian skala besar sesuai dengan rencana tata ruang.
 Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang tanah
yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk
pembangunan perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan merupakan
bagian dari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
 Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan untuk rumah
sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, rencana
rinci tata ruang, serta rencana tata bangunan dan lingkungan.
 Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan
tanah untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman guna
meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan
partisipasi aktif masyarakat.
 Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau
sumber dana lain yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau setiap
pengeluaran yang akan diterima kembali untuk kepentingan penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman baik yang berasal dari dana masyarakat,
tabungan perumahan, maupun sumber dana lainnya.
 Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
 Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
 Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
 Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah
masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat
dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.
 Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
 Badan hukum adalah badan hukum yang didirikan oleh warga negara Indonesia yang
kegiatannya di bidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
 Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
 Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 29. Menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perumahan dan kawasan
permukiman.
3. ABRAHAM MASLOW, A THEORY OF HUMAN MOTIVATION
(HIERARCHY OF NEEDS)
Berdasarkan teori “Maslow’s Hierarchy of Needs” oleh Abraham Maslow terkait
hirarki kebutuhan manusia digambarkan melalui piramida yang menyebutkan dari
kebutuhan manusia yang paling dasar atau rendah hingga mengerucut semakin ke
atas. Hal ini dapat diartikan tujuan kebutuhan manusia yang semakin lebih tinggi.
1. Kebutuhan dasar atau fisiologi
Kebutuhan tingkat dasar atau fisiologi menurut teori Maslow adalah kebutuhan
biologis dan fisik. Contohnya kebutuhan mendapatkan oksigen untuk bernafas, air
untuk minum, makan, hingga kebutuhan seksual.
Teori Maslow menarik simpulan, seorang individu tak dapat melangkah ke kebutuhan
selanjutnya jika kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi.
2. Kebutuhan terhadap rasa aman
Jika kebutuhan dasar sudah terpenuhi, secara naluriah seorang individu akan
melangkah ke kebutuhan selanjutnya. Teori Maslow memasukkan rasa aman secara
fisik dan emosional dalam kebutuhan tingkat kedua ini.
Kadar kebutuhan pada tingkat ini, menurut teori Maslow, lebih banyak ditujukan bagi
anak-anak. Orang tua merasa perlu memberikan rasa aman bagi anak-anaknya karena
tingkat kewaspadaan seorang bocah masih rendah.
Sebagai contoh, orang tua secara naluriah akan menjaga anaknya saat mereka
bermain di kolam renang. Orang tua merasa anak mereka rentan tenggelam ketika
main di kolam renang.
3. Kebutuhan sosial
Beranjak ke kebutuhan selanjutnya, yakni kebutuhan sosial. Teori Maslow
memasukkan rasa cinta, kasih sayang, hingga hak kepemilikan di kebutuhan lapis
ketiga ini.
Kebutuhan akan kasih sayang ini, menurut teori Maslow, timbul karena sifat manusia
yang cenderung kesepian, depresi, serta memiliki kecemasan berlebih. Dari sifat-sifat
yang cenderung lemah itu, Maslow lantas membagi kebutuhan rasa kasih sayang atau
cinta seorang individu menjadi dua, yakni Deficiency Love atau D-Love dan Being
Love atau B-Love.
Seorang individu dikategorikan D-Love saat merasakan cinta karena merasa
kekurangan. Dalam teori ini, D-Love digambarkan sebagai rasa cinta yang
menjadikan diri sendiri sebagai titik fokusnya
Sedangkan, seorang individu dikategorikan B-Love saat merasakan cinta tanpa
pretensi apa pun. B-Love, dalam teori Maslow, merupakan bentuk penilaian seorang
individu tanpa ada niat untuk memanfaatkan orang yang dicintai. 'Platonik', kalau
anak zaman sekarang menyebutnya. Cinta tak harus memiliki.
Contoh dari kebutuhan sosial atau kebutuhan lapis kedua teori Maslow ini adalah
kebutuhan untuk dapat menjalin pertemanan dengan individu lain. Kebutuhan untuk
berkeluarga hingga kebutuhan untuk bersosialisasi, minimal dengan tetangga.
4. Kebutuhan mendapatkan penghargaan
Kenyang, bahagia, dan penuh cinta ternyata masih belum cukup menurut teori
Maslow. Masih ada kebutuhan lain yang ingin dicapai oleh seorang individu. Teori
Maslow menyebutkan kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan.
Kebutuhan lapis keempat teori ini semakin spesifik. Setiap individu berhak
mendapatkan atau mempertahankan harga diri mereka.
Hak untuk mempertahankan harga diri ini lantas memunculkan hasrat untuk
merasakan penghormatan, kebutuhan untuk menjadi orang kepercayaan, atau
mungkin kebutuhan untuk mendapat gelar atau pangkat tertentu agar bisa dihormati
orang lain.

5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri


Dan kebutuhan tertinggi dalam Teori Hierarki Kebutuhan yang dikembangkan Maslow
adalah kebutuhan untuk mengaktualisasi diri. Kebutuhan ini mewujud dalam kebutuhan
untuk memutuskan ke mana arah yang diinginkan seorang individu.
Ambil amsal seorang individu yang memutuskan ingin menjadi presiden atau pemimpin
negara. Dia akan mempertaruhkan waktu dan tenaganya untuk bisa menjadi pemimpin.
Kenapa aktualisasi diri ini ditempatkan pada level tertinggi dalam Teori Hierarki
Kebutuhan? Alasannya, untuk mencapai kebutuhan ini, seorang individu harus bisa
mengompromikan dirinya, baik itu kekuatan maupun kelemahannya.

AMOS RAPOPORT, HOUSE FORM AND CULTURE


 Rapoport menyelidiki hubungan antara bentuk rumah dan budaya, serta bagaimana
faktor-faktor seperti lingkungan geografis, kondisi sosial-ekonomi, dan kepercayaan
budaya mempengaruhi desain dan fungsi rumah di berbagai masyarakat. Dia
memperkenalkan konsep bahwa rumah bukan hanya struktur fisik, tetapi juga
mencerminkan nilai-nilai budaya, identitas, dan interaksi sosial.
Rapoport mengamati bahwa desain rumah dapat mencerminkan pola-pola budaya
dalam hal organisasi ruang, penggunaan material, tata letak, dan simbolisme. Dia juga
menggarisbawahi pentingnya memahami kebutuhan penghuni rumah dan konteks
budaya mereka dalam merancang lingkungan binaan yang sesuai dan berkelanjutan.
Karya Rapoport membantu membuka wawasan arsitektur lebih jauh ke dalam
dimensi budaya, sosial, dan antropologis, yang menggabungkan prinsip-prinsip
arsitektur dengan pemahaman tentang manusia dan masyarakat. Buku "House Form
and Culture" telah menjadi referensi penting dalam studi arsitektur lingkungan dan
perilaku, serta antropologi arsitektur.

HARYADI DAN B. SETIAWAN, ARSITEKTUR LINGKUNGAN DAN


PERILAKU
 Di Indonesia, bidang Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku mulai menjadi minat
banyak orang. Tapi sampai saat ini tidak dijumpai satu bahan bacaan pun yang
berbahasa Indonesia sehingga memungkinkan lebih banyak orang untuk mendalami
atau paling tidak mengenali bidang studi arsitektur, lingkungan dan perilaku. Keadaan
ini sebenarnya yang menjadi alasan utama ditulisnya buku ini. Dengan kata lain,
penulis bermaksud ikut membantu pengembangan bidang studi arsitektur lingkungan
dan perilaku di Indonesia, dengan menyediakan suatu bacaan pengantar studi
hubungan arsitektur lingkungan dan perilaku. Berdasar alasan tersebut, isi buku
dirancang untuk menyajikan materi-materi atau pengertian-pengertian dasar mengenai
kajian ilmu arsitektur lingkungan dan perilaku, metode dan teknik-teknik penelitian di
bidang ini, serta kemungkinan aplikasinya bagi masyarakat banyak. Buku ini
diharapkan dapat menjadi referensi dasar bagi para pemula yang berminat mendalami
kajian ilmu arsitektur lingkungan dan perilaku, terutama para mahasiswa S1 tahun-
tahun terakhir dan mahasiswa S2 di bidang studi tidak hanya arsitektur, tetapi juga
geografi, psikologi, dan antropologi.

3. PEMBAHASAN
Perumahan dan permukiman adalah dua konsep terkait yang merujuk pada tempat-tempat
dimana manusia tinggal dan beraktivitas. Kebutuhan akan rumah dapat dikategorikan sebagai
salah satu kebutuhan pokok atau sebagai persyaratan minimal yang harus di penuhi suatu
keluarga selain pangan dan sandang. Konsep rumah tidak sebatas bentuk bangunan fisik saja.
Fungsi rumah adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang seharusnya
dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang diperlukan manusia untuk memasyarakatkan
dirinya.
Dalam analisis kali ini membahas tentang rumah tinggal yang berada di kabupaten
malang, tepatnya di jalan sarangan, karangpandan, pakisaji. Rumah tinggal lantai dua tersebut
terletak di desa karangpandan yang dimana daerah tersebut menjadi akses jalur tembusan,
sehingga jalan di desa karangpandan ramai setiap harinya. Rumah tinggal ini mempunyai
beberapa fasilitas, diantaranya masjid, dan klinik. Juga ada beberapa warung dan took yang
berada di sekitar rumah tinggal tersebut.
1. KAJIAN PENDAPAT PENGHUNI RUMAH TINGGAL TERHADAP
PANDANGAN MASLOW.
Pandangan maslow tentang hierarki kebutuhan manusia yang dikenal sebagai
“piramida kebutuhan maslow”, menyatakan bahwa manusia memiliki hierarki
kebutuhan yang terdiri dari lima tingkat, yang harus dipenuhi secara bertahap,
diantaranya adalah :
 Kebutuhan fisiologis : termasuk makanan, minuman, tempat tinggal, tidur, dan
kebutuhan bilogis dasar lainnya, narasumber merasa sudah melakukan semua
kebutuhan fisiologis tersebut, karena narasumber merasa bahwa aspek tersebut
salah satu aspek awal yang wajib dilakukan.
 Kebutuhan keamanan : meliputi keamanan fisik, keamanan finansial,
kesehatan, dan perlindungan dari bahaya. Narasumber sudah melakukan
keamanan juga perlindungan dari bahaya dengan memasang cctv disetiap
sudut rumah, juga menjaga pola makan sehat, dan olahraga agar penghuni
rumah tidak mudah terkena virus dari luar. Narasumber ingin rumah
tinggalnya aman dari hal-hal yang bisa membahayakan keluarganya.
 Kebutuhan social : meliputi hubungan social, cinta, kasih sayang, pertemanan,
dan interaksi social. Narasumber mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa
berinteraksi social dengan orang luar juga penting, tidak hanya di dalam
rumah saja, tapi menambah pertemanan di luar rumah juga perlu. Narasumber
juga mengajak semua anggota keluarga untuk sekedar berkumpul, setidaknya
agar kasih sayang mereka tetap terjalin.
 Kebutuhan penghargaan : merujuk pada kebutuhan akan penghargaan,
pengakuan, prestasi, dan rasa harga diri. Narasumber merasa bahwa setiap hal
yang dilakukan anak-anaknya perlu di apresiasi, agar kedepannya mereka
merasa percaya diri, dan bangga akan hasil yang sudah dicapai.
 Kebutuhan aktualisasi diri : tingkat tertinggi dalam hierarki, yang mencakup
kebutuhan untuk mencapai potensi pribadi, aktualisasi diri, dan pencapaian
tujuan hidup. Membangunn rumah yang sesuai dengan keinginan kita
merupakan salah satu pencapain hidup yang harus di penuhi, agar kita merasa
nyaman untuk tinggal di rumah tinggal tersebut, maka dai itu, narasumber
memilih desain yang tidak hanya menarik, tapi juga nyaman dihuni anggota
keluarganya.
2. ELEMEN TEKNIS BANGUNAN HUNIAN
1. STRUKTUR BANGUNAN TERHADAP KEBUTUHAN KEAMANAN
DAN KESELAMATAN
a) Pondasi : rumah tinggal tersebut menggunakan pondasi footplat, agar
memastikan bahwa beban dari bangunan diditribusikan dengan merata
ke dalam tanah sehingga tidak menyebabkan penurunan atau
pergeseran structural yang signifikan.
b) Balok pengikat : dikenal sebagai balok pengunci atau balok
pembingkaian, unsur structural yang digunakan dalam kontruksi
unutuk mengikat dan memperkuat struktur bangunan, fungsinya adalah
untuk menyediakan kekuatan dan stabilitas tambahan pada sebuah
bangunan dengan menghubungkan elemen-elemen structural utama,
seperti tiang, balok, dan kolom.
c) Kolom : salah satu unsur structural utaman dalam sebuah bangunan
yang berfungsi sebagai penopang vertical untuk menyalurkan beban
bangunan dari atas ke bawah dan mendistribusikannya ke pondasi.
d) Dinding : merupakan structural peenting dalam sebuah bangunan,
diantaranya sebagai penopang structural, pembatas ruang, pembawa
fasilitas, isolasi termal, dan isolasi akustik.
e) Sloof : elemen structural horizontal yang biasanya terletak di bagian
bawah dinding bangunan atau di atas pondasi, fungsinya yakni sebagai,
didstribusi beban dari dinding dan kolom diatasnya ke pondasi secara
merata, menopang dinding untuk menjaga kestabilan dinding,
meratakan permukaan pondasi sehingga memudahkan pemasangann
dinding dan memastikan keselarasan struktur bangunan.
f) Struktur atap : salah satu fungsi utama struktur atap adalah untuk
melindungi bangunan dari elemen cuaca eksternal, seperti hujan,
angina, sinara matahari. Strukturu atap dirancang untuk mengarahkan
air hujan dari permukaan aatap ke system drainase yang tepaat.
g) Plat lantai : plat lantai yang dikenal sebagai lantai atau decking
berfungsi untuk menyediakan permukaan yang kokoh dan rata untuk
berjalan di dalam bangunan, sebagai penopang beban juga ruang
penyelarasan untuk pemasangan system mekanikal, listrik, dan sanitasi
di dalam bangunan.
KEBUTUHAN KESEHATAN DAN KENYAMANAN
Kebutuhan dan kenyamanan bagi rumah tinggal dapat bervariasi tergantung
pada prefrensi, kebutuhan, dan gaya hidup penghuninya. Namun ada beberapa
kebutuhan dan kenyamanan yang sering dicari oleh kebanyakan orang dalam rumah
tinggal, diantaranya:
a) Pencahayaan
Pencahayaan dalam rumah tinggal sngtlh penting untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman, produktif, dan aman bagi penghuninya. ada
beberapa macam pencahayaan bagi rumah tinggal diantaranya :
 Sumber cahaya alami : rumah tinggal narasumber menghadap ke arah
utara, dimana bagian barat rumah tinggal memanfaatkan jendela agar
sirkulasi cahaya dapat masuk kedalam rumah tinggal
 Pencahayaan buatan : rumah tinggal narasumber menggunakan lampu
sebagai pencahayaan buatan pada malam hari, ataupun saat suasana
rumah yang gelap.
 Penempatan lampu : penempatan lampu pada beberapa titik penting di
sekitar rumah, agar pencahayaan maksimal pada rumah tinggal.
b) Penghawaan, suhu udara dan kelembaban
Penghawaan rumah tinggal sangat penting untuk menjaga kualitas udara di
dalaml rumah, mengatur suhu, kelembaban, dan membuang polusi udara.
Dengan cara pemasangan ventilasi juga jendela pada bagian rumah yang
menghadap ke arah angin dating, penggunaan ac, agar dapat mengatur suhu
kelembaban udara di dalam ruangan.
3. KAJIAN ELEMEN FUNGSIONAL
Kajian terhadap elemen fungsional rumah tinggal merupakan upaya untuk memahami
dan mengevaluasi bagaimana setiap elemen rumah berkontribusi terhadap kebutuhan
dan kenyamanan penghuninya. Berikut adalah beberapa elemen fungsional rumah
tinggal yang biasanya dianalisis dalam kajian ini:

1. Dapur: Dapur adalah salah satu elemen fungsional yang sangat penting dalam
rumah tinggal. termasuk penempatan area kerja, penyimpanan, dan sinkronisasi
dengan area makan. Selain itu, kajian juga melibatkan penilaian terhadap kebutuhan
peralatan dapur dan aliran udara untuk memastikan kenyamanan dan keamanan
pengguna.

2. Kamar Mandi: Kamar mandi adalah elemen fungsional lainnya yang penting dalam
rumah tinggal. termasuk penempatan peralatan sanitasi, penyimpanan, dan ventilasi
yang memadai untuk menghindari masalah kelembaban dan kebersihan. Evaluasi juga
dilakukan terhadap aksesibilitas kamar mandi, terutama bagi penghuni dengan
kebutuhan khusus.

3. Ruang Tidur: Ruang tidur adalah area yang harus mendukung kualitas tidur dan
istirahat yang baik. termasuk penempatan tempat tidur, penyimpanan pakaian, dan
pencahayaan yang sesuai. Faktor-faktor seperti isolasi suara dan kenyamanan tempat
tidur juga menjadi pertimbangan penting dalam kajian ini.

4. Ruang Tamu: Ruang tamu adalah area yang sering digunakan untuk bersantai dan
berinteraksi dengan tamu. termasuk penempatan furnitur, pencahayaan, dan dekorasi
yang menciptakan suasana yang nyaman dan ramah.

5. Area Keluarga: Area keluarga sering menjadi pusat kegiatan sosial dan rekreasi di
rumah. meliputi evaluasi desainnya, termasuk penempatan furnitur, aliran udara, dan
penyediaan hiburan atau fasilitas rekreasi.

6. Area Outdoor: Area outdoor seperti taman, teras, atau halaman belakang juga
merupakan elemen fungsional yang penting dalam rumah tinggal. termasuk
penempatan area duduk, pencahayaan, dan penggunaan material yang tahan terhadap
cuaca untuk meningkatkan kenyamanan pengguna.
Dengan melakukan kajian terhadap setiap elemen fungsional rumah tinggal, pemilik
rumah dapat memastikan bahwa desain dan pengaturan ruangnya mendukung
kebutuhan, kenyamanan, dan gaya hidup penghuninya.
4. KAJIAN ELEMEN PERILAKU
Kajian terhadap elemen perilaku rumah tinggal melibatkan pemahaman tentang
bagaimana perilaku penghuni rumah memengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai
elemen dalam rumah. Ini termasuk aspek-aspek seperti rutinitas sehari-hari, preferensi
penghuni, interaksi antaranggota keluarga, dan bagaimana desain dan fungsionalitas
rumah mempengaruhi perilaku tersebut. Berikut adalah beberapa elemen perilaku
rumah tinggal yang dapat dianalisis dalam kajian ini:

1. Ruang dan Penempatan: penempatan ruang di dalam rumah memengaruhi


interaksi antaranggota keluarga dan rutinitas sehari-hari. Ini mencakup
pertimbangan seperti penempatan dapur, kamar tidur, dan ruang keluarga agar
sesuai dengan kebutuhan dan preferensi penghuni.
2. Fungsi Ruang: Kajian ini mempertimbangkan bagaimana fungsi-fungsi
ruang tertentu mempengaruhi perilaku penghuni. seperti, bagaimana ruang
tamu digunakan untuk menerima tamu atau bersantai bersama keluarga
3. Desain dan Estetika: desain interior dan eksterior rumah memengaruhi
persepsi dan perilaku penghuni. Ini mencakup faktor-faktor seperti warna,
pencahayaan, tekstur, dan dekorasi yang dapat memengaruhi suasana dan
mood di dalam rumah.
4. Kenyamanan dan Kesejahteraan: tingkat kenyamanan dan kesejahteraan
di dalam rumah mempengaruhi perilaku penghuni. Ini termasuk aspek-aspek
seperti suhu, kelembaban udara, kualitas udara, dan tingkat kebisingan yang
dapat memengaruhi kenyamanan dan produktivitas penghuni.
5. Keterhubungan Ruang: keterhubungan antar ruang di dalam rumah
memengaruhi mobilitas dan interaksi antaranggota keluarga. Ini mencakup
pertimbangan seperti aksesibilitas antarruang, aliran udara, dan penggunaan
ruang terbuka atau teras untuk aktivitas luar ruangan.
6. Penyimpanan dan Organisasi: sistem penyimpanan dan organisasi di
dalam rumah memengaruhi keteraturan dan efisiensi penghuni. Ini mencakup
aspek-aspek seperti lemari, laci, dan rak yang dirancang untuk menyimpan
barang-barang secara teratur dan mudah dijangkau.
7. Keamanan dan Privasi: tingkat keamanan dan privasi di dalam rumah
memengaruhi perilaku penghuni. Ini mencakup aspek-aspek seperti sistem
keamanan, pencahayaan eksternal, dan penempatan jendela untuk menjaga
privasi penghuni.
Dengan memahami dan menganalisis elemen perilaku rumah tinggal, pemilik rumah dan
desainer dapat menghasilkan desain rumah yang lebih fungsional, nyaman, dan sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi penghuninya.

4. KESIMPULAN
Rumah tinggal yang memiliki lokasi yang strategis serta nyaman, serta dekat dengan
fasilitas publik, memiliki beberapa keunggulan yang signifikan. Berikut adalah
beberapa kesimpulan yang dapat diambil:

i. Kualitas hidup yang baik: Lingkungan yang dekat dengan fasilitas publik biasanya
menawarkan kualitas hidup yang lebih baik. Misalnya, akses mudah ke taman umum
atau area rekreasi, fasilitas kesehatan yang baik, dan fasilitas pendidikan yang
berkualitas dapat meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan penghuni rumah.

ii. Aksesibilitas yang baik: Lokasi yang strategis memungkinkan pemilik rumah untuk
mengakses berbagai fasilitas publik dengan mudah, seperti transportasi umum, pusat
perbelanjaan, pusat kesehatan, sekolah, dan tempat ibadah. Hal ini akan meningkatkan
kenyamanan dan efisiensi dalam kegiatan sehari-hari.

iii. Kemudahan mobilitas: Tinggal dekat dengan fasilitas publik seperti stasiun kereta api,
terminal bus, atau jalan raya utama memudahkan mobilitas penghuni. Ini sangat
berguna bagi mereka yang bergantung pada transportasi umum atau untuk
mengurangi waktu perjalanan dalam rutinitas sehari-hari.

iv. Nilai properti yang tinggi: Rumah dengan lokasi yang strategis cenderung memiliki
nilai properti yang lebih tinggi karena permintaan yang tinggi dari calon pembeli atau
penyewa yang mencari kenyamanan dan aksesibilitas. Ini membuat investasi properti
menjadi lebih menarik dan berpotensi memberikan keuntungan jangka panjang.

v. Investasi masa depan yang cerdas: Rumah dengan lokasi strategis dan akses mudah ke
fasilitas publik sering kali dianggap sebagai investasi yang cerdas. Potensi apresiasi
nilai properti dan permintaan yang tinggi dapat memberikan keuntungan finansial
jangka panjang.

Demikian, apabila tempat tinggal yang nyaman serta letak yang strategis maka akan
menguntungkan bagi penghuni itu sendiri, serta juga mendapat nilai investasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai