Anda di halaman 1dari 80

URBAN

HOUSING
MANAGEMENT
KELOMPOK 7
Meet
M. FEBTIAN SYAH PUTRA WIWID RIZKI AMALIA
08211740000002
Our 08211740000018

Team
NURY AHDIYA RIF’ATI RAGA BAGAS PRATAMA

08211740000010 08211740000023
OUTLINE

1. Latar Belakang dan Definisi


2. Asas Penataan Perumahan dan Permukiman
3. Tujuan Penataan Perumahan dan Permukiman
4. Kebijakan dan Regulasi
5. Isu dan Permasalahan
6. Penyelenggaraan Perumahan
7. Pembiayaan Pembangunan Perumahan
8. Kelembagaan Perumahan dan Permukiman
9. Studi Kasus
10. Lesson Learned
01
Latar Belakang
Rumah Sebagai Kebutuhan
Dasar Manusia
Rumah adalah salah satu kebutuhan manusia
yang mendasar (basic needs) bagi setiap
manusia. Setiap manusia membutuhkan rumah
untuk tempat berlindung dan sebagai tempat
berkumpul dan berlangsungnya aktivitas
keluarga, sekaligus sebagai sarana investasi.
Tidak hanya sekedar sebagai tempat berlindung,
namun rumah juga dituntut untuk mengakomodir
kebutuhan dan keinginan pemiliknya. Seperti
lokasi yang strategis, bangunan yang bagus dan
kokoh, serta lingkungannya nyaman. Dengan
kata lain tak cukup hanya asal untuk berteduh
namun juga harus menjadi tempat tinggal yang
layak.
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang
lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Sumber: UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan
kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

Sumber: UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


Ruang
“Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.”

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang


Peningkatan Kebutuhan Ruang
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan
kebutuhan akan ruang untuk bertempat tinggal atau untuk
fungsi lainnya semakin meningkat.
Di daerah perkotaan, pertumbuhan penduduk yang terjadi
selain disebabkkan oleh faktor alamiah juga disebabkan oleh
para pendatang yang bertempat tinggal di perkotaan.
Perkembangan daerah perkotaan yang cepat dan diiringi oleh
kemudahan untuk mendapatkan fasilitas dan kesempatan
memperoleh penghidupan yang lebih baik menjadi salah satu
faktor bagi penduduk di daerah perdesaan untuk migrasi di
daerah perkotaan (urbanisasi). Adanya peningkatan tuntutan
kebutuhan kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan teknologi mengakibatkan meningkatnya kegiatan
penduduk perkotaan dan hal tersebut berakibat pada
meningkatnya kebutuhan ruang yang besar.

Sumber: Nurmandi, Achmad Manajemen Perkotaan; Teori Organisasi, Perencanaan, Perumahan, Pelayanan dan Transportasi
Mewujudkan Kota Cerdas /oleh Achmad Nurmandi --Yogyakarta: Jusuf Kalla School of Government Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (JKSG UMY), 2014
Kebutuhan Tempat Tinggal
Supply < Demand

Defisit Kebutuhan Tempat Tinggal (Backlog)


kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat.

Sumber: Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
Muncullah

SLUM
and
SQUATTER
UU RI NO. 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan
Pasal 5 kawasan permukiman yang pembinaannya dilaksanakan oleh
Ayat 1 pemerintah.
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) meliputi:
a. perencanaan;
Pasal 6 b. pengaturan;
Ayat 1 c. pengendalian; dan
d. pengawasan.
UU RI NO. 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
“Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan,
dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.”
02
Asas Penataan
Asas Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Keadilan
Kesejahteraan dan Pemerataan
Memberikan landasan agar kebutuhan perumahan
Memberikan landasan agar hasil pembangunan di
dan kawasan permukiman yang layak bagi
bidang perumahan dan kawasan permukiman
masyarakat dapat terpenuhi sehingga masyarakat
dapat dinikmati secara proporsional dan merata
mampu mengembangkan diri dan beradab, serta
bagi seluruh rakyat.
dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Keefisienan dan
Kenasionalan Kemanfaatan
Memberikan landasan agar hak kepemilikan tanah
hanya berlaku untuk warga negara Indonesia, memberikan landasan agar penyelenggaraan
sedangkan hak menghuni dan menempati oleh perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
orang asing hanya dimungkinkan dengan cara hak dengan memaksimalkan potensi yang
sewa atau hak pakai atas rumah. dimiliki berupa sumber daya tanah, teknologi
rancang bangun, dan industri bahan bangunan
yang sehat untuk memberikan keuntungan dan
manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
rakyat.

Sumber: UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


Asas Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman

Kemitraan Keterpaduan
Memberikan landasan agar penyelenggaraan memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan
perumahan dan kawasan permukiman dilakukan dan kawasan permukiman dilaksanakan dengan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memadukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan,
melibatkan peran pelaku usaha dan masyarakat, pemanfaatan, dan pengendalian, baik intra- maupun
dengan prinsip saling memerlukan, memercayai, antarinstansi serta sektor terkait dalam kesatuan yang bulat
memperkuat, dan menguntungkan yang dilakukan, dan utuh, saling menunjang, dan saling mengisi.
baik langsung maupun tidak langsung.

Kelestarian dan Keterjangkauan


Keberlanjutan dan Kemudahan
Memberikan landasan agar penyediaan perumahan Memberikan landasan agar hasil pembangunan di
dan kawasan permukiman dilakukan dengan bidang perumahan dan kawasan permukiman
memperhatikan kondisi lingkungan hidup, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,
menyesuaikan dengan kebutuhan yang terus serta mendorong terciptanya iklim kondusif
meningkat sejalan dengan laju kenaikan jumlah dengan memberikan kemudahan bagi MBR agar
penduduk dan luas kawasan secara serasi dan setiap warga negara Indonesia mampu memenuhi
seimbang untuk generasi sekarang dan generasi kebutuhan dasar akan perumahan dan
yang akan datang. permukiman.

Sumber: UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


03
Tujuan Penataan
Tujuan Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman
▪ Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;
▪ Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang
proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan
tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;
▪ Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan
dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan
maupun kawasan perdesaan;
▪ Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman;
▪ Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
▪ Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Sumber: UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


04
Kebijakan dan Regulasi
❖ UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman
❖ PP RI NO 64 TAHUN 2016 Tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
❖ PP RI No. 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
❖ DIREKTORAT JENDERAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Perumahan Dan Permukiman
❖ PERMEN PUPR NO 02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh
UU No. 1 Tahun 2011
Mencabut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan


perumahan dan kawasan permukiman yang pembinaannya
dilaksanakan oleh pemerintah. Pembinaan tersebut meliputi
aspek-aspek :
- perencanaan,
- pengaturan, • Asas, tujuan, ruang lingkup
- pengendalian, • Tipologi rumah
- pengawasan. • Tugas & wewenang dr pemerintah
tingkat pusat hingga kab/kota
• Pembiayaan pembangunan

Dan dalam melaksanakan pembinaan ini Menteri diberi wewenang untuk melakukan
koordinasi lintas sektoral, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan, baik
vertikal maupun horizontal
PP RI No. 14 Tahun 2016
Mencabut PP No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri
dan PP No. 44 Tahun 1994 tentang Penghunian Rumah Oleh Bukan Pemilik

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman


adalah kegiatan perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan, dan pengendalian.
termasuk di dalamnya
pengembangan kelembagaan,
pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat
yang terkoordinasi dan terpadu.

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan


Permukiman dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan
strategi nasional di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
PP RI No. 64 Tahun 2016
Bahwa untuk percepatan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O1l tentang
perumahan dan Kawasan Permukiman, perlu menetapkan peraturan Pemerintah tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah
Pelaksanaan pembangunan Perumahan MBR dilakukan
dalam 4 (empat) tahapan, yaitu:
- persiapan;
- prakonstruksi;
- konstruksi; dan
- pascakonstruksi.

• Pembangunan Perumahan MBR dilakukan untuk luas lahan tidak lebih dari 5 (lima) hektare dan paling kurang 0,5 (nol
koma lima) hektare serta berada dalam 1 (satu) lokasi yang diperuntukkan bagi pembangunan Rumah tapak.
• Lokasi pembangunan Perumahan MBR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah.
KSNPP Dirjen Perumahan dan Kawasan Permukiman
Merupakan arahan bagi Instansi terkait dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi program penyelenggaraan perumahan dan
permukiman dengan tetap mengacu pada Propenas dan Propeda

Meliputi uraian tentang: Visi dan misi penyelenggaraan


perumahan dan permukiman; Pendekatan
penyelenggaraan; Perkembangan, isu, masalah, dan
tantangan bidang perumahan dan permukiman; serta
Kebijakan dan strategi nasional perumahan dan
permukiman;

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) digunakan sebagai pedoman untuk
penyiapan pengaturan dan rencana penyelenggaraan perumahan dan permukiman baik di Pusat maupun di
Daerah sesuai kondisi dan potensi setempat.
Permen PUPR No. 02/PRT/M/2016
Peraturan menteri ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.

Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri meliputi: kriteria dan tipologi; penetapan lokasi dan perencanaan
penanganan; pola-pola penanganan; pengelolaan; dan pola masyarakat dan kearifan lokal

Peraturan menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah daerah, dan setiap orang dalam
penyelenggaraan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
06
Isu dan Permasalahan
ISU STRATEGIS
Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Dirjen
Perumahan dan Peermukiman
1. Isu Kesenjangan Pelayanan

>1,2 Miliar
Penduduk Kota ―satu dari setiap
tiga orang yang tinggal di wilayah
perkotaan - tidak memiliki akses ke
perumahan yang terjangkau dan
aman
Publikasi utama WRI, World Resources Report (WRR)

Terbatasnya peluang untuk memperoleh pelayanan dan


kesempatan berperan di bidang perumahan dan permukiman

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Dirjen


Perumahan dan Peermukiman
2. Isu Lingkungan
BNPB mencatat terdapat 2.175 kejadian
bencana di Indonesia.

99,08%
merupakan bencana ekologis Akibat dari
pembangunan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Tingkat urbanisasi dan industrialisasi yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya dan
teknologi yang kurang terkendali.

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Dirjen


Perumahan dan Peermukiman
3. Isu Manajemen Pembangunan

Bank Dunia mencatat, populasi urbanisasi

55%
Indonesia pada 2017
hampir mencapai
sehingga Indonesia
berada di kategori
menengah urbanisasi.
Data Boks – Data Dtory – Bank Dunia

Lemahnya implementasi kebijakan yang telah ditetapkan, inkonsistensi di dalam pemanfaatan


lahan untuk perumahan dan permukiman, dan munculnya dampak negatif terhadap lingkungan

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Dirjen


Perumahan dan Peermukiman
PERMASALAHAN
Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Dirjen
Perumahan dan Peermukiman
A. sistem penyelenggaraan di bidang perumahan danpermukiman masih belum mantap

B. Belum mantapnya pelayanan dan akses terhadap hak atas tanah untuk

perumahan, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan

berpendapatan rendah

C. Belum efisiennya pasar perumahan

1. BELUM TERLEMBAGANYA SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Dirjen


Perumahan dan Peermukiman
A. Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau masih belum dapat diimbangi
karena terbatasnya kemampuan penyediaan baik oleh masyarakat, dunia usaha dan pemerintah
B. Ketidakmampuan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah
yang layak dan terjangkau serta memenuhi standar lingkungan permukiman yang responsif (sehat,
aman, harmonis dan berkelanjutan).
C. Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan yang menyebabkan
terjadinya mismatch pendanaan dalam pengadaan perumahan

2. RENDAHNYA TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN YANG LAYAK DAN


TERJANGKAU.

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Dirjen


Perumahan dan Peermukiman
A. Secara fungsional, sebagian besar kualitas perumahan dan permukiman masih terbatas dan
belum memenuhi standar pelayanan yang memadai sesuai skala kawasan yang ditetapkan
B. Secara fisik lingkungan, masih banyak ditemui kawasan perumahan dan permukiman yang telah
melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan
C. Secara visual wujud lingkungan, juga terdapat kecenderungan yang kurang positif bahwa
sebagian kawasan perumahan dan permukiman telah mulai bergeser menjadi lebih tidak teratur,
kurang berjati diri, dan kurang memperhatikan nilai-nilai kontekstual sesuai sosial budaya

3. MENURUNNYA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Dirjen


Perumahan dan Peermukiman
07
Penyelenggaraan
Perumahan
Definisi
Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman adalah
kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu.

PP NO. 14 TAHUN 2016


Tentang Penyelenggaraan Kawasan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Tujuan Perumahan dan Permukiman

memenuhi kebutuhan rumah mendukung penataan dan pengembangan wilayah


sebagai salah satu kebutuhan serta penyebaran penduduk yang proporsional
dasar manusia bagi peningkatan melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan
Kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang
dan pemerataan kesejahteraan untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan,
rakyat. terutama bagi MBR

Sumber : UU RI No. 1 Tahun 2011 Pasal 21 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Tipologi Perumahan
Berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian

01 02 03

Rumah Komersial Rumah Umum Rumah Swadaya


Rumah yang diselenggarakan untuk
Rumah yang diselenggarakan dengan memenuhi kebutuhan Rumah yang dibangun atas
tujuan mendapatkan rumah bagi masyarakat berpenghasilan prakarsa dan upaya
keuntungan. rendah. masyarakat.

Sumber : UU RI No. 1 Tahun 2011 Pasal 21 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Tipologi Perumahan
Berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian

04 05

Rumah Khusus Rumah Negara


Rumah yang dimiliki negara dan berfungsi
Rumah yang diselenggarakan untuk sebagai tempat tinggal atau hunian dan
memenuhi kebutuhan sarana pembinaan keluarga serta
khusus. penunjang pelaksanaan tugas pejabat
dan/atau pegawai negeri.
Sumber : UU RI No. 1 Tahun 2011 Pasal 21 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Tipologi Perumahan
Berdasarkan hubungan atau keterikatan antarbangunan

01 02 03

Rumah Tunggal Rumah Deret Rumah Susun


Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
Rumah yang mempunyai kaveling sendiri dan Beberapa rumah yang satu atau lebih dari suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian
salah satu dinding bangunan tidak dibangun tepat sisi bangunan menyatu dengan sisi satu yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam
pada batas kaveling atau yang sering disebut atau lebih bangunan lain atau rumah lain, arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan
rumah tinggal tunggal sebagai rumah terpisah tetapi masing-masing mempunyai satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki
dari rumah lainnya atau berdiri sendiri. kaveling sendiri. dan digunakan secara terpisah, terutama untuk
tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian
Sumber : UU RI No. 1 Tahun 2011 Pasal 21 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bersama, dan tanah bersama.
Penyelenggaraan Perumahan di Perkotaan
Suatu proses perencanaan
Lingkungan Hunian Suatu proses untuk
perkotaan, Lingkungan mewujudkan Perumahan
Hunian perdesaan, tempat dan Kawasan
pendukung kegiatan, Permukiman sesuai
Permukiman, Perumahan, dengan rencana
Rumah, dan Prasarana, kawasan
Sarana dan Utilitas Umum Permukiman melalui
Perencanaan untuk menghasilkan pelaksanaan konstruksi. Pembangunan
Perumahan dokumen rencana kawasan Perumahan
Permukiman.

Sumber : PP No. 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
Penyelenggaraan Perumahan di Perkotaan
suatu proses untuk suatu proses untuk
memanfaatkan mewujudkan tertib
Perumahan dan Kawasan Penyelenggaraan
Permukiman sesuai Perumahan dan
dengan rencana yang Kawasan
ditetapkan, termasuk Permukiman yang
kegiatan pemeliharaan, dilaksanakan pada
perawatan, dan tahap perencanaan,
Pemanfaatan pemeriksaan secara pembangunan, dan Pengendalian
Perumahan berkala. pemanfaatan Perumahan

Sumber : PP No. 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
Pengembangan
Lingkungan Hunian dan Kawasan Perkotaan

mengendalikan Lingkungan Hunian dalam Kawasan mengembangkan Lingkungan Hunian dalam Kawasan
Perkotaan sesuai dengan Peraturan Zonasi dalam Perkotaan sebagai pendukung kegiatan pemanfaatan
rencana tata ruang Kawasan Perkotaan agar tidak sumber daya pada kawasan budidaya lain secara efektif
mengubah fungsi kawasan lainnya; dan dan efisien sesuai daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
08
Pembiayaan Pembangunan
Pembiayaan
Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
setiap pengeluaran yang akan diterima kembali untuk
kepentingan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman baik yang berasal dari dana masyarakat,
tabungan perumahan, maupun sumber dana lainnya.

Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang


Perumahan dan Kawasan Permukiman
Sumber Pembiayaan Penyediaan Perumahan

01 02 APBD
APBN

Dan Lain-Lain 02

Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011


tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Bab X Pasal 119
Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah harus melakukan upaya
pengembangan sistem
pembiayaan untuk
penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.

Pengembangan sistem
pembiayaan :
1. lembaga pembiayaan;
2. pengerahan dan
pemupukan dana;
3. pemanfaatan sumber
biaya; dan
4. kemudahan atau
bantuan pembiayaan.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
BAB X PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN
Pengerahan dan
Lembaga Pembiayaan
Pemupukan Dana
1. Pemerintah atau pemerintah daerah dapat
menugasi atau membentuk badan hukum
pembiayaan di bidang perumahan dan 1. Dana masyarakat;
kawasan permukiman yang bertugas 2. Dana tabungan perumahan termasuk
menjamin ketersediaan dana murah hasil investasi atas kelebihan
jangka panjang likuiditas; dan/atau
2. Dalam hal pembangunan dan pemilikan 3. Dana lainnya sesuai dengan ketentuan
rumah umum dan swadaya, badan hukum peraturan perundang-undangan.
pembiayaan wajib menjamin:
• ketersediaan dana murah jangka panjang;
• kemudahan dalam mendapatkan akses
kredit atau pembiayaan; dan
• keterjangkauan dalam membangun,
memperbaiki, atau memiliki rumah.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


BAB X PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN
Pemanfaatan Sumber Kemudahan dan
Biaya Bantuan
Pembiayaan
1. Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan
1. Konstruksi; kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan untuk
2. Perolehan rumah; pembangunan dan perolehan rumah umum dan
3. Pembangunan rumah, rumah umum, atau rumah swadaya bagi MBR.
perbaikan rumah swadaya; 2. Dalam hal pemanfaatan sumber biaya yang
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rumah
4. Pemeliharaan dan perbaikan rumah;
umum atau rumah swadaya, MBR selaku pemanfaat
5. Peningkatan kualitas perumahan dan atau pengguna yang mendapatkan kemudahan
Kawasan permukiman; dan/atau dan/atau bantuan pembiayaan wajib mengembalikan
6. Kepentingan lain di bidang perumahan dan pembiayaan sesuai dengan ketentuan peraturan
Kawasan permukiman sesuai dengan perundang-undangan.
ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan dapat
berupa:
• penjaminan atau asuransi; dan/atau
• dana murah jangka panjang.
• skema pembiayaan;

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


BAB X PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN
09
Kelembagaan Perumahan
Kelembagaan
Suatu sistem badan sosial atau organisasi yang melakukan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997)

Suatu himpunan atau tatanan norma-norma dan tingkah laku yang bisa berlaku dalam
suatu periode tertentu untuk melayani tujuan kolektif yang akan menjadi nilai bersama.
Lembaga atau institusi ditekankan pada norma-norma perilaku, nilai budaya dan adat
istiadat (Uphoff, 1986)

Sebuah aturan prosedur yang menentukan bagaimana manusia bertindak dan atau
peranan organisasi yang bertujuan untuk memperoleh status atau legitimasi tertentu
(Goldsmith dan Brikenholf, 1991)
▪ Pusat (Kementrian/Lembaga)
Pemerintah ▪ Daerah (Organisasi Perangkat
Daerah)

LEMBAGA
(PerMen PUPR 15/2015, Ps. 655
Subdit Kemitraan dan Kelembagaan,
Dit. Perencanaan Penyediaan ▪ Badan Usaha/Swasta : BUMN,
Perumahan) BUMD, Perusahaan (PMDN/PMA),
dan Pengembang
Non Pemerintah ▪ Akademisi (Peneliti, Pemerhati)
▪ Masyarakat (P3SRS, kelompok
masyarakat, LSM)
Peran Kelembagaan
No Stakeholder Peran
1 Pemerintah (Pusat, Daerah) • Regulator bagi penyedia perumahan
• Dukungan pendanaan dan pembiyaan
• Supplier perumahan

2 Swasta (BUMN/BUMD, Perbankan, • Pengembang kawasan


Pengembang, Industri) • Supplier perumahan
• Dukungan Pembiayaan

3 Akademisi (Universitas dan Badan Riset dan inovasi teknologi


Penelitian)
4 Masyarakat • Pengguna/konsumen perumahan (sisi demand
perumahan)
• Sumber inspirasi/inovasi (kualitas, fungsi,
estetika, harga)

5 Lembaga Pembiayaan • Penyaluran dan pengelolaan dana Fasilitas


Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
Wujud Kegiatan Kelembagaan

Kemitraan/Kerjasama Pembinaan Lembaga

1. Kerja sama pengembangan 1. Pembentukan& pendampingan


sektor/ bidang (kerja sama lembaga perumahan
bilateral, multilateral) 2. Training of Trainers (ToT),
2. Penyelenggaraan event pelatihan
kolaboratif 3. Bimbingan Teknis
3. Pembangunan fisik (rumah 4. Review/ evaluasi
susun, khusus, rumah swadaya) penyelenggaraan
4. Penjajakan bermitra/chanelling 5. Sosialisasi
dalam penyediaan perumahan 6. Penyusunan modul/pedoman

Sumber : BPSDM PU
LEMBAGA PERMUKIMAN DI INDONESIA

Kementerian Perum Perumnas (Perusahaan Persatuan


Pekerjaan Umum dan Umum Pembangunan Perusahaan Real Estat
Perumahan Rakyat Perumahan Nasional) Indonesia
LEMBAGA PERMUKIMAN DI INDONESIA

Pusat Pengelolaan Dana Yayasan Kas


Pembiayaan Perumahan Pembangunan (YKP)
“KPR Bersubsidi adalah program untuk pemilikan rumah dari Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia yang ditujukan bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) dengan suku bunga rendah dan cicilan ringan untuk pembelian rumah sejahtera tapak
dan rumah sejahtera susun.”
www.btn.co.id

“KPR Bersubsidi adalah Kredit/pembiayaan pemilikan rumah yang mendapat bantuan dan/atau
kemudahan perolehan rumah berupa dana murah jangka panjang dan subsidi perolehan rumah yang
diterbitkan oleh Bank Pelaksana baik secara konvensional maupun dengan prinsip syariah.”
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2019)

“Kawasan siap bangun, selanjutnya disebut Kasiba


, adalah sebidang tanah yang fisiknya telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu
lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih
dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan
rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan memenuhi persyaratan
pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan; .”

Lingkungan siap bangun, selanjutnya disebut Lisiba


, adalah sebidang tanah yang merupakan
bagian dari Kasiba ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah
matang;

Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 Tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri
KASIBA LISIBA LISIBA BS

✓ Sebidang lahan ✓ Sebidang lahan ✓ Lisiba yang berdiri sendiri


✓ Untuk perumahan/permukiman ✓ Bagian dari Kasiba ✓ Bukan dari bagian Kasiba
skala besar ✓ Dilengkapi prasarana ✓ Dikelilingi oleh lingkungan
✓ Terdiri dari 1 Lisiba/lebih lingkungan perumahan yang sudah
✓ Pembangunan bertahap ✓ Sesuai dengan syarat tata terbangun atau dikelilingi oleh
✓ Dilengkapi prasarana primer lingkungan tempat kawasan dengan fungsi lain
dan sekunder tinggal/hunian dan pelayanan
✓ Sesuai dengan rencana tata lingkungan untuk kaveling
ruang tanah matang

PROVINSI SUMATERA UTARA


Sebagai upaya mendukung pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) khususnya perkembangan
ekonomi lokal dan perkembangan kota, serta dalam upaya pemenuhan perumahan dan permukiman jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang, dimana salah satu kendala dan permasalahan yang dihadapi terkait menurunnya
kualitas lingkungan permukiman adalah minimnya PSU (prasarana, sarana dan utilitas umum) dan keterbatasan lahan
untuk kawasan permukiman, maka sangat diperlukan adanya upaya untuk penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba di
kabupaten/kota.
10
Studi Kasus
KOTAKU (Kota
Tanpa Kawasan
Kumuh)
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan KOTAKU Tingkat Kota
Kota Tanpa Kawasan
Kumuh

Meningkatkan akses terhadap


infrastruktur dan pelayanan dasar di
permukiman kumuh perkotaan untuk
mendukung terwujudnya permukiman
perkotaan yang layak huni, produktif dan
berkelanjutan

Tujuan KOTAKU
Kenapa Pemerintah Kabupaten dan
Kota Terlibat?

Undang-Undang No 9 Tahun
2015 Ttg Pemerintah Daerah
Ditegaskan bahwa penyediaan pelayanan dasar perumahan
rakyat dan kawasan permukiman merupakan urusan wajib
pemerintah dimana pencegahan perumahan dan kawasan
permukiman kumuh pada daerah Kabupaten/Kota merupakan
tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota .
Tahapan Penyelenggaran KOTAKU

01 02
Tahap Persiapan Tahap Perencanaan

03 04
Tahap Pelaksanaan Tahap Keberlanjutan
POAC

Organizing Controlling

Planning Actuating
Planning
Planning pada KOTAKU dimulai dari tahap Persiapan dan Perencanaan

Tahap Persiapan Tahap Perencanaan


- Identifikasi pelaku yang sekiranya terkait dengan isu Tahapan ini merupakan tahapan yang penting dalam
kekumuhan di kota maupun di desa/kelurahan dan menggunakan sumber data dan informasi yang sama
dokumen-dokumen perencanaan Kabupaten/Kota dari hasil konsilidasi data berbagai sector dan actor
- Pengumpulan data dan informasi mengenai kondisi terkait permukiman dan perumahan
atau skala kumuh di tingkat Kabupaten/Kota
- Berdasarkan data dan informasi awal, maka
pemrakarsa kegiatan (Bappeda atau Dinas PU) dapat
Menyusun indikasi target atau sasaran program yang
akan disampaikan pada saat sosialisasi kepada
pemangku kepentingan terkait
- Kajian terhadap berbagai instansi dan program yang
sudah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah
Kabupaten/Kota, termasuk kebijakan dalam RPJMD,
yang terkait dengan program KOTAKU
Planning
Planning pada KOTAKU dimulai dari tahap Persiapan dan Perencanaan

Tahap Persiapan Tahap Perencanaan

Kegiatan Utama Kegiatan Utama

a. Sosialisasi yang dilakukan melalui berbagai kegiatan a. Dokumen rp2kp-kp


termasuk lokakarya orientasi tingkat Kabupaten/Kota
b. Desain Kawasan
b. Pembentukan dan Penguatan Pokja PKP c. Tahap Perencanaan
c. Membangun Visi Permukiman & Refleksi Perkara
Kumuh

d. Konsolidasi data permukiman Kumuh Perkotaan


a. Dokumen rp2kp-kp

Visi pembangunan permukiman


yang mengacu pada visi/ misi
Kabupaten/Kota di dalam RPJMD Identifikasi kawasan rencanaan
pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh
Pemetaan persoalan dan lokasi yang didasarkan pada akar
permukiman kumuh di tingkat permasalahan permukiman
Kabupaten/Kota kumuh dan konektivitas
infrastruktur yang direncanakan
Luasan kumuh yang akan
ditangani selama 5 tahun
mendatang dengan melakukan Analisis Tingkat Kabupaten/Kota
delineasi dan pemetaan kawasan dan kawasan perencanaan
permukiman kumuh dan kawasan
permukiman kumuh prioritas
yang akan ditangani
b. Desain Kawasan

Bila lingkungan kumuh berada Pola penanganan (dapat


Sebagai penjabaran rp2kp-kp,
di wilayah yang sangat berisiko dikombinasikan) sesuai dengan
secara bertahap disusun desain
bencana tinggi atau kumuh UU No. 1 Tahun 2011
kawasan untuk seluruh
berat dan tidak ada alternatif
kawasan kumuh yang
lain, maka kemungkinan untuk
diidentifikasi, sesuai dengan Pemugaran
resettlement atau relokasi
skenario penanganan kawasan
dapat dieksplorasi sebagai
dalam rp2kp-kp, misalnya tahun Peremajaan
pilihan terakhir dengan proses
ke 1 disusun desain kawasan
konsultasi antara pemerintah Relokasi dan permukiman
A, B, C dan tahun selanjutnya
daerah dan masyarakat untuk kembali
untuk kawasan D,E,F, dst
mencari solusi.
Penguatan ekonom

Legalitas kepastian bermukim


c. Tahap Perencanaan
Organizing
Bupati/Walikota melalui
Surat Keputusan
membentuk Kelompok
Kerja Perumahan dan
Kawasan Permukiman
(Pokja PKP) atau
Lembaga sejenis
sebagai motor
penggerak terjadinya
kolaborasi antara
Pemerintah
Kabupaten/Kota,
masyarakat dan
pemangku kepentingan
lainya (termasuk
swaste)
Contoh Organigram KOTAKU di Tingkat Kota
Organizing
Pada tingkat Kabupaten/Kota, BAPPEDA atau Dinas Pekerjaan Umum sebagai penggagas atau
pemrakarsa Program KOTAKU
Actuating
Tahap pelaksanaan di KOTAKU dibagi menjadi tahapan penganggaran, pra-konstruksi, dan
konstruksi

a. Penganggarab b. Pra-Konstruksi c. Konstruksi


Setiap program dan kegiatan Setelah penyusunan rp2kp-kp dan Memasuki pelaksanaan
(prasarana sarana, sosial, ekonomi rencana/desain kawasan maka konstruksi infrastruktur, pemerintah
termasuk perumahan dan legalisasi kemudian pemerintah Kabupaten/Kota merekrut pihak
tanah, dll) yang sudah Kabupaten/Kota menyiapkan ketiga (kontraktor dan konsultan
direncanakan maka setiap tahun DED (peta 1:100 – 1:20) atau supervisi) sesuai dengan prosedur
dimasukkan ke dalam proses perencanaan detail infrastruktur pelelangan public. Pelelangan
penganggaran tingkat untuk infrastruktur primer dan konstruksi infrastruktur Tingkat
Kabupaten/Kota dan tingkat sekunder prioritas yang terhubung Kabupaten/Kota dilaksanakan
Provinsi/Pusat (untuk program dan dengan sistem infrastruktur di melalui National Competitive
kegiatan yang dalam rencana kawasan kumuh dan Bidding di Kabupaten/Kota
sudah disebutkan untuk meminta mempengaruhi secara langsung
dukungan dari pemerintah Provinsi efektifitas penanganan di kawasan
dan Pusat kumuh. Pemerintah
Controlling
Tahap keberlanjutan pada Program KOTAKU diartikan sebagai tahap setelah pelaksanaan lapangan
dilakukan.

Penyususnan Kerangka Pengembangan Pengelolaan database &


Regulasi Kelembagaan Mekanisme Pemantauan

Integrasi Perencanaan
Pembangunan dan Replikasi Program
Penganggaran Daerah
Kota Bontang pada tanggal 5 Kota Malang mengadakan
Februari 2020 mengadakan Workshop pada tanggal 28
Lokakarya Agustus 2019

Kota Bandung mengadakan


lkakarya pada tanggal 29 Oktober
2019

Program KOTAKU dimulai dari tahun 2015 dan berakhir di 2019. 3 Kota
diatas merupakan beberapa contoh Kota yang sudah mulai
merencanakan Kembali Program KOTAKU di daerah mereka masing-
masing.
12
Lesson Learned
Lesson Learned
Indonesia hingga saat ini masih mengalami masalah permukiman di
perkotaan seperti hunian liar dan kawasan kumuh, berbagai upaya telah
dilakukan khususnya oleh Pemerintah yang telah meluncurkan program-
program dalam upaya pengentasan masalah tersebut, baik melalui
pendekatan infrastruktur atau pengadaan perumahan (kasiba, lisiba,
kotaku, dll). Semua program tersebut dapat berjalan lancar jika
dilaksanakan dengan skema manajemen yang baik serta tindakan aktif
atau kolaboratif dari stakeholder yang terlibat di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai