Anda di halaman 1dari 4

NAMA : JE AHMAD HUMAM

NPM : 183112330070193

MATA KULIAH : Hukum Agraria

KELAS : R.02

1. Hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah negara.
Macam-macam hak atas tanah yang masuk dalam kelompok ini adalah Hak Milik, Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atas Tanah Negara, Hak Pakai atas Tanah Negara.
Hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah hak
pihak lain. Macam-macam hak atas tanah yang termasuk dalam kelompok yang bersifat
sekunder yaitu Hak Guna Bangunan atas Tanah Hak Milik, Hak Pakai atas Tanah Hak
Pengelolaan, Hak pakai atas Tanah Hak Milik, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak Gadai
(Gadai Tanah), Hak Usaha Bagi Hasil (Perjanjian Bagi Hasil), Hak Menumpang, dan
Hak Sewa Tanah Pertanian.
Dalam pada itu hak-hak adat yang sifatnya bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
Undangundang ini (pasal 7 dan 10) tetapi berhubung dengan keadaan masyarakat
sekarang ini belum dapat dihapuskan, diberi sifat sementara dan akan diatur (ayat 1 huruf
h jo pasal 53).
2. Akibat pembebanan hak atas tanah terhadap Tanah dan Pemiliknya adalah terikat pada
aturan mengenai pembenan hak atas tanah atau UUPA.Terhadap hal itu pemilik dan
tanahnya telah memberikan hak untuk pihak ketiga untuk mengelola tanah tersebut
sebagaimana hal yang dibebankan oleh pihak ketiga.
Pasal 27 UUPA menjelaskan hapusnya hak atas tanah adalah :
1. Karena Pencabutan Hak berdasarkan Pasal 18 UUPA.
2. Dilepaskan secara suka rela oleh pemiliknya.
3. Dicabut untuk kepentinga umum.
4. Tanahnya ditelantarkan.
5. Karena subyek haknya tidak memenuhi syarat sebagai sunyek hak milik atas tanah.
6. Karena peralihan hak yang mengakibatkantanahnya berpindah kepada pihak lain yang
tidak memenuhi syarat sebagai subyek Hak Milik atas tanah.
7. Tanahnya musnah, misalnya terjadi bencana alam.
3. Peristiwa hukum adalah bagian lengkap dari sebuah peristiwa, yang artinya disini
peristiwa hukumnya adalah peralihan hak atas tanahnya.
Perbuatan hukum adalah bagian dari peristiwa hukum yang artinya perbuatan hukumnya
yaitu memindahkan suatu hak seperti, jual beli, sewa menyewa, hibah, dll.
4. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftarantanah untuk pertama kali
yang dilakukan secara serentak yang meliputi semuaobyek pendaftaran tanah yang belum
didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan, sedangkan
Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah
suatu desa atau kelurahan secara individual atau massal. Peraturan Pemerintah Nomor 24
tahun 1997 mewajibkan bagi pemilik tanah bekas adat untuk mendaftarkan tanahnya
sehingga tertib administrasi bisa tercapai.
Dalam sistem pendaftaran negatif (stelsel negatif) bertendensi positif, pemerintah tidak
memberikan jaminan atas kepastian hukum terhadap pemegang bukti sah (sertifikat).
5. Asas :
Asas kesejahteraan; adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak
bagi masyarakat agar mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.
Asas keadilan dan pemerataan; adalah memberikan hasil pembangunan di bidang
rumah susun agar dapat dinikmati secara proporsional dan merata bagi seluruh rakyat.
Asas kenasionalan; adalah memberikan landasan agar kepemilikan satuan rumah susun
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan nasional.
Asas keterjangkauan dan kemudahan; adalah memberikan landasan agar hasil
pembangunan rumah susun dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, serta
mendorong tercipanya iklim kondusif dengan memberikan kemudahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah.
Asas keefisienan dan kemanfaatan; adalah memberikan landasan penyelenggaraan
rumah susun yang dilakukan dengan memaksimalkan potensi sumber daya tanah,
teknologi rancang bangun, dan industri bahan bangunan yang sehat serta memberikan
kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
Asas kemandirian dan kebersamaan; adalah memberikan landasan penyelenggaraan
rumah susun bertumpu pada prakarsa, swadaya, dan peran serta masyarakat sehingga
mampu membangun kepercayaan, kemampuan, dan kekuatan sendiri serta terciptanya
kerja sama antarpemangku kepentingan.
Asas kemitraan; adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan rumah susun
dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan pelaku usaha dan
masyarakat dengan prinsip saling mendukung.
Asas keserasian dan kesimbangan; adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan
rumah susun dilakukan dengan mewujudkan keserasian dan kesimbangan pola
pemanfaatan ruang.
Asas keterpaduan; adalah memberikan landasan agar rumah susun diselenggarakan
secara terpadu dalam hal kebijakan dan perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan
pengendalian.
Asas kesehatan; adalah memberikan landasan agar pembangunan rumah susun
memenuhi standar rumah sehat, syarat kesehatan lingkungan, dan perilaku hidup sehat.
Asas kelestarian dan keberlanjutan; adalah memberikan landasan agar rumah susun
diselenggarakan dengan menjaga keseimbangan lingkungan hidup dan menyesuaikan
dengan kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan
keterbatasan lahan.
Asas keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan; adalah memberikan landasan agar
bangunan rumah susun memenuhi persyaratan keselamatan, yaitu kemampuan bangunan
rumah susun mendukung beban muatan, pengamanan bahaya kebakaran, dan bahaya
petir. Persyaratan kenyamanan ruang dan gerak antar ruang, pengkondisian udara,
pandangan, getaran, dan kebisingan. Serta persyaratan kemudahan hubungan ke, dari, dan
di dalam bangunan, kelengkapan prasarana, dan sarana rumah susun termasuk fasilitas
dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia.
Asas keamanan, ketertiban dan keteraturan; adalah memberikan landasan agar
pengelolaan dan pemanfaatan rumah susun dapat menjamin bangunan, lingkungan, dan
penghuni dari segala gangguan dan ancaman keamanan, ketertiban dalam melaksanakan
kehidupan bertempat tinggal dan kehidupan sosialnya, serta keteraturan dalam
pemenuhan kebutuhan adminstratif.

Tujuan:
1. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan
permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan
permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
3. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh.
4. Mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan
produktif.
5. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan
masyarakat dengan tetap mengutamkan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan
permukiman yang layak, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
6. Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun.
7. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama
bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam lingkungan yang sehat, aman,
harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola permuhan dan
permukiman yang terpadu.
8. Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan
kepemilikan rumah susun.
Ruang Lingkup :
1. Pembinaan.
2. Perencanaan.
3. Pembangunan.
4. Penguasaan, kepemilikan, dan pemanfaatan.
5. Pengelolaan.
6. Peningkatan kualitas.
7. Pengendalian.
8. Kelembagaan.
9. Tugas dan wewenang.
10. Hak dan kewajiban.
11. Pendanaan dan sistem pembiayaan.
12. Peran masyarakat.

6. Status tanah yang dapat dibangun rumah susun adalah hak milik, hak guna bangunan atau
hak pakai di atas tanah negara, serta hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah hak
pengelolaan.

Anda mungkin juga menyukai