Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Judul
1. Pengertian Rumah
Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang
dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi
tempat tinggal manusia maupun hewan, tetapi untuk istilah tempat tinggal
yang khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti
khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang
terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan,
tidur, beraktivitas, dan lain-lain. Sumber (www.wikipedia.com)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rumah adalah
bangunan untuk tempat tinggal

2. Pengertian Susun

3. Aefa
4. Safas
5. Fafa
6. Sfa
7. Sfa
8. Sf
9. Asf
10. a
B. Rumah Susun
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal ataupun vertikal dan merupakan satuansatuan
yang digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama, dengan atau tanpa tanah bersama
(Undang-Undang RI No.20 tahun 2011). Berdasarkan UU tersebut ada
beberapa konsep penting terkait rumah susun, yaitu :

1. Satuan rumah susun yang selanjutnya disebut sarusun adalah unit


rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan
fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana
penghubung ke jalan umum (Pasal 1 angka 3 UU Rusun).
2. Tanah bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk
bangunan yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah
yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam
persyaratan izin mendirikan bangunan (Pasal 1 angka 4 UU Rusun).
3. Bagian bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak
terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan
satuansatuan rumah susun (Pasal 1 angka 5 UU Rusun).
4. Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah
susun melainkan bagian yang dimiliki bersama secara tidak terpisah
untuk pemakaian bersama (Pasal 1 angka 6 UU Rusun).

Pembangunan rumah susun sudah banyak dibangun terutama pada kota-


kota besar yang memiliki urbanisasi yang tinggi. Namun rumah susun yang
telah di bangun tidak semuanya berhasil dihuni oleh masyarakat terutama bagi
masyarakat golongan menengah kebawah. Hal tersebut tentu saja tidak sejalan
dengan tujuan awal dari pembangunan rumah rusun tersebut. Secara umum
tujuan pembangunan rumah rusun sebagai berikut :

1. Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak di suatu


lingkungan yang sehat.
2. Sebagai upaya untuk mewujudkan permukiman yang serasi, selaras dan
seimbang
3. Sebagai upaya untuk meremajakan daerah-daerah kumuh.
4. Sebagai suatu upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang berupa
tanah di perkotaan.
5. Sebagai suatu upaya untuk mendorong pembangunan permukiman yang
berkepadatan tinggi.

Menurut Undang-Undang RI No.20 Tahun 2011, rumah susun terbagi


menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Rumah Susun, adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun


dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun
vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian
yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama.
2. Rumah Susun Umum adalah Rumah susun umum adalah rumah susun
yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. - Rumah Susun Khusus adalah
rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.
3. Rumah Susun Negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan
keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai
negeri.
4. Rumah Susun Komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan
untuk mendapatkan keuntungan.

Di dalam sebuah rumah rusun selain bangunan juga terdiri dari Pemilik,
Penghuni, Pengelola, Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Sarusun dengan
pengertian :

1. Pemilik adalah setiap orang yang memiliki sarusun.


2. Penghuni adalah orang yang menempati sarusun, baik sebagai pemilik
maupun bukan pemilik.
3. Pengelola adalah suatu badan hukum yang bertugas untuk mengelola
sarusun.
4. Perhimpunan pemilik dan penghuni sarusun yang selanjutknya disebut
PPPSRS adakah badan hukum yang beranggotakan para pemilik atau
penghuni sarusun.

C. Fungsi dan Tujuan Rumah Susun


Konsep pembangunan rumah susun yaitu membangun bangunan
bertingkat yang dapat dihuni bersama, dimana satuan-satuan dari unit dalam
bangunan dapat dimiliki secara terpisah yang dibangun baik secara horizontal
maupun secara vertikal.
Menurut Pasal 2 dan 3 UURS, No.16 Tahun 1985, tujuan pembangunan
rumah susun adalah berlandaskan pada asas kesejahteraan umum keadilan
dan pemerataan serta keserasian dan keseimbangan dalam perikehidupan.
Pada pasal 3 terdapat tujuan pembangunan rumah susun yaitu :

1. Memenuhi kebutuhan perumahaan yang layak bagi masyarakat,


terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang
menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.
2. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah didaerah perkotaan
dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan
lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.
3. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi
kehidupan masyarakat dengan tetap mengutamakan ketentuan.

Tujuan Penyelenggaraan rumah susun yaitu :

1. menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau


dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta
menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan
ekonomi, sosial, dan budaya;
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah,
serta menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam
menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan
seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan;
3. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan
permukiman kumuh;
4. Mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi,
seimbang, efisien, dan produktif;
5. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan
penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan
pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak,
terutama bagi MBR;
6. Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan
rumah susun;
7. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan
terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman,
harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan
dan permukiman yang terpadu; dan
8. Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian,
pengelolaan, dan kepemilikan rumah susun.

D. Sarana dan Prasarana Rumah Susun


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/19992, pada
pasal 17 mengenai Kelengkapan Rumah Susun yaitu :

1. Rumah susun harus dilengkapi dengan alat transportasi bangunan, pintu


dan tangga darurat kebakaran, alat dan sistem alarm kebakaran,
penangkal petir, dan jaringan-jaringan air bersih, saluran pembuangan
air hujan, saluran pembuangan air limbah, tempat perwadahan sampah,
tempat jemuran, kelengkapan pemeliharaan bangunan, jaringan listrik,
generator listrik, gas, tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan
telepon dan alat komunikasi lainnya sesuai dengan tingkat keperluan.
2. Kelengkapan rumah susun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
harus tercantum pada atau dilengkapi dengan perencanaan dengan
skala sekurang-kurangnya 1 : 100 (satu berbanding seratus), untuk
pemasangan, pengujian dan pemeliharaan instalasi dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Pada pasal 18, alat transportasi bangunan sebagaimana yang dimaksud


dalam pasal 17 ayat (1), dapat terdiri dari tangga, lift atau eskalator. Tangga
harus digunakan pada bangunan rumah susun samapi dengan 5 lantai dan
untuk bangunan rumah susun lebih dari 5 lantai harus dilengkapi dengan lift
atau eskalator. Lift yang disediakan untuk penumpang (orang), juga dapat
berfungsi sebagai lift makanan dan barang, serta sediakan sekurang-kurangnya
1 lift kebaran.
Pada pasal 19, pintu dan tangga darurat kebakaran meliputi ruang tangga
dan dilengkapi tanda-tanda pengarah. Pintu dan tangga darurat kebakaran
berada di setiap lantai dengan jarak 25 m kurang lebih sebanyak 2 buah, pintu
darurat kebakaran harus diletakkan ditempat yang mudah dicapai dan terbuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar.
Pada pasal 20, alat sistem alarm kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), dapat berupa detektor kebakaran yang berfungsi sebagai
otomatis atau alat lainnnya yang berfungsi secara manual, dan/atau alarm
kebakaran yang dilengkapi dengan peralatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Pada pasal 21, alat pemadam kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), dapat berupa sprinkler yang berfungsi secara otomatis,
hydrant gedung, pemadam api ringan dan hydrant halaman yang berfungsi
secara manual yang dilengkapi dengan peralatan lainnya sesuai dengan
kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.
Pada pasal 22, penangkal petir dapat berupa penangkal petir konvensional
(non radio aktif) atau penangkal petir non konvensional (radio aktif).
Pada pasal 23, jaringan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1), dapat terdiri dari jaringan distribusi, tangki penampungan, rumah pompa,
meter air dan keran.
Pada pasal 24, saluran pembuangan air hujan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1), terdiri dari jaringan saluran pembuangan pada
bangunan dan jaringan saluran pembuangan di luar bangunan.
Pada pasal 25, saluran pembuangan air limbah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1), terdiri dari saluran pembuangan air limbah yang
berasal dari dapur, kamar mandi, cuci dan saluran pembuangan air limbah yang
berasal dari kakus serta limbah yang berasal dari industri dan limbah lainnya.
Pada pasal 26, tempat pewadahan sampah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), dapat terdiri dari tempat pewadahan sampah di tiap-tiap
satuan rumah susun dan/atau saluran sampah dengan perlengkapannya yang
terletak dalam satuan rumah susun atau di luar satuan rumah susun sesuai
dengan persyaratan kesehatan untuk memudahkan pengelolaan selanjutnya.
Pada pasal 27, tempat jemuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1), secara fungsional harus sudah dipergunakan, memenuhi persyaratan
keamanan, kebersihan dan tidak mengganggu pandangan serta dapat
menjamin terjadinya sirkulasi udara dan penetrasi sinar matahari yang cukup.
Pada pasal 28, kelengkapan pemeliharaan bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), harus disediakan dan menyatu dengan
bangunan serta dipergunakan untuk pemeliharaan bangunan secara berkala.
Pada pasal 29, jaringan listrik sebagaimana dimasud dalam Pasal 17 ayat
(1), merupakan bagian dari sistem pelayanan perkotaan, daerah atau wilayah
terdiri dari: alat pengukur dan pembatas, sekering, dapat berupa saklar, fitting
dan stop kontak pada setiap satuan runah susun sesuai dengan kebutuhan.
Pada pasal 30, generator listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1), harus disediakan sebagai pengganti daya listrik apabila daya listrik dari
sistem perkotaan atau daerah atau wilayah mengalami gangguan, dengan
besarnya daya sekurang-kurangnya dapat memberikan penerangan pada
tangga umum, koridor dan lobi, pompa air, pompa kebakaran serta untuk lift,
sesuai dengan kebutuhan.
Pada pasal 31, jaringan gas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) dapat merupakan jaringan gas dari sistem pelayanan perkotaan atau
setempat yang dapat terdiri dari alat pengukur volume gas (meter gas) dan
sekurang-kurangnya 1 (satu) keran sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan
yang berlaku.
Pada pasal 32, tempat jaringan telepon dan komunikasi lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), merupakan tempat permanen yang
disediakan dan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga pada
pemasangan/perbaikan jaringan tidak mengganggu kamanan dan keselamatan
penghuni atau yang menempati satuan rumah susun yang lain.
Pada pasal 33, kelengkapan rumah susun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), yang merupakan hak bersama harus ditempatkan dengan
memperhatikan keamanan, keserasian, kemudahan dalam pemasangan,
pemanfaatan, pemeliharaan dan perba ikan serta pengembangannya.
Pada pasal 34, jaringan kelengkapan runah susun yang dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), menggunakan pipa harus diberi warna yang berbeda satu
sama lain, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

E. Pengertian Bangunan Pintar (Smart Building)


Smart Building System atau mungkin biasa disebut intelligent bulding
system yaitu, sebuah integrasi teknologi denhan instalasi bangunan yang
memungkinkan seluruh perangkat fasilitas gedung dapat dirancang dan
diprogram sesuai kebutuhan, keinginan dan kontrol otomatis terpusat. Banyak
sekali perbedaan pendapat mengenai disiplin Smart Building, untuk itu dalam
bukunya “Intelligent Buildings and Automation” Shengwei Wang membaginya
kedalam 3 kategori, yaitu :
1. Performance Based Definitions
Dengan mengoptimalkan performa bangunan yang dibuat untuk efisiensi
lingkungan dan pada saat itu juga mampu menggunakan dan mengatur
sumber energi bangunan dan meminimalkan life cost (biaya hidup)
perangkat dan utilitas bangunan. Smart building menyediakan efisiensi
tinggi, kenyamanan dan kesesuaian dengan lingkungan dengan
mengoptimalkan penerapan struktur, sistem, servis dan manajemen.
Smart building juga harus mampu beradaptasi dan memberikan respon
cepat dalam berbagai perubahan kondisi internal maupun external dan
dalam menghadapi tunututan users (pengguna)
2. Services Baes Definitions
Dalam tujuan utamanya bangunan harus mampu menyediakan kualitas
servis bagi user (pengguna). Japanese Intelligent Building Institute (JIBI)
mendefinisikan Smart Building atau Intelligent Building adalah sebuah
bangunan dengan fungsi srvis komunikasi, otomatisasi bangunan dan
mampu menyesuaikan dengan aktifitas pengguna. Di Jepang 4 aspek
layanan servis dibagi menjadi 4 sesuai dengan key issue smart building,
yaitu :
1. Layanan dalam menerima dan menghubungkan informasi
sertamendukung efisiensi control manajemen
2. Menjamin kepuasan dan kenyamanan user yang bekerja atau
bekerja di dalamnya
3. Merasionalkan manajemen bangunan dalam menyediakan layanan
administrasi yang murah
4. Perubahan yang cepat, fleksibel dan ekonomis dalam responnya
terhadap sosiologi lingkungan, komplektivitas dan bemacam-
macamnya tuntutan pekerjaan serta strategi bisnis.
3. Systme Based Definitions
Smart Bulding harus memiliki sebuah teknologi dan sistem teknologi
yang digabungkan. Chinese Intelligent Building Design Standard
mengeluarkan standar yang harus dimiliki smart bulding yaitu
menyediakan otomatisasi bangunan, sistem jaringan komunikasi,
optimalisasi integrasi komposisi dalam struktur, sistem, servis,
manajemen dalam menyediakan efisiensi tinggi, kenyamanan dan
ketenangan bagi pengguna.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bangunan Smart Building atau
Intelligent Building haruslah memenuhi aspek-aspek perancangan seperti :
1. Menyediakan informasi dan mengoptimalkan performa Building System
dan fasilitas, mengintegrasikan sistem untuk dalam kegiatan bisnis,
realtime report dan manajemen operasi utilitas, energi dan kenyamanan
pengguna.
2. Aktif dalam memonitor dan mendeteksi kesalahan dan kekurangan
dalam Builsing Systems.
3. Menggabungkan alat, teknologi, sumber energi dan layanan dalam
mengkontribusikan konservasi energi dan sustainability atau
keberlanjutan lingkungan.

F. Penerapan Smart Building


Dalam konteks lingkungan bangunan modern, sudah jelas terlihat bahwa
bangunan pintar (Smart Building) tidak mungkin ada tanpa melibatkan sistem
teknologi, khususnya sistem teknologi informasi (TI). Tetapi memiliki sistem
teknologi tersebut tidak cukup untuk membuat sebuah bangunan menjadi pintar
(smart). Selain itu, sistem teknologi harus dikonfigurasi dengan benar dan
terintegrasi dengan baik satu sama lain dan dengan fasilitas gedung. Fungsi
sistem harus disesuaikan secara tepat untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dan untuk memberikan kinerja bangunan cerdas yang diharapkan.
Sistem teknologi, termasuk integrasi dan antar operasinya, harus dijalankan
dengan benar dan dipelihara untuk memastikan fungsinya seperti yang
diharapkan. Selain perangkat keras dan perangkat lunak sistem, perangkat
lunak aplikasi, termasuk otomatisasi dan pengendalian fasilitas, optimalisasi dan
manajemen, harus disesuaikan dan ditugaskan dengan tepat. Sebuah
bangunan mungkin memiliki sistem teknologi, tetapi jika tidak berfungsi dengan
benar, hal itu tidak akan membuat bangunan tersebut menjadi pintar (smart)
dalam kenyataan. Sebaliknya, sistem teknologi dapat menimbulkan sakit kepala
bagi operator dan pengguna. Bangunan pintar bersifat interdisipliner dan
melibatkan rekayasa sistem multi-industri. Sistem tersebut memerlukan
kombinasi yang tepat antara arsitektur, struktur, lingkungan, layanan gedung,
teknologi informasi, otomatisasi, dan pengelolaan fasilitas. Selain itu, bangunan
pintar juga sangat terkait dengan aspek ekonomi dan budaya.
1. Arsitektur dan struktur yang cerdas (Intelligent)
Arsitektur cerdas mengacu pada bentuk bangunan yang sistem
terintegrasi mampu mengantisipasi dan menanggapi fenomena, baik
internal maupun eksternal, yang mempengaruhi kinerja bangunan dan
penghuninya. Arsitektur cerdas berkaitan dengan tiga bidang perhatian
yang berbeda, yaitu :
1. Desain cerdas
Desain cerdas mensyaratkan bahwa desain bangunan menanggapi
isu-isu humanis-tic, budaya dan kontekstual; bahwa ia menunjukkan
perhatian simultan terhadap isu-isu ekonomi, politik dan global; dan
itu menghasilkan penutup buatan yang ada dalam harmoni dengan
alam. Berada dalam harmoni dengan alam termasuk merespon
hukum fisik alam dan pemanfaatan sumber daya alam secara tepat.
2. Penggunaan yang tepat dari teknologi cerdas
Penggunaan teknologi cerdas yang tepat, ketersediaan berbagai
macam bahan cerdas dan teknologi cerdas saja sering kali
mengakibatkan penggunaannya dalam situasi yang tidak tepat.
Mengintegrasikan teknologi cerdas dengan bentuk yang dibangun
dengan cerdas yang menanggapi preferensi budaya yang melekat
dari penghuninya adalah tema sentral dalam arsitektur cerdas.
Sebagai contoh, di area di mana orang menempatkan premi tinggi
pada jendela yang dapat dioperasikan untuk penghematan listrik,
strategi AC yang paling tepat dan efisien untuk bangunan mungkin
menggunakan massa termal dan freecooling malam hari daripada
high- sistem pendingin udara berteknologi. Dalam kasus lain,
penggunaan penerangan listrik yang dipilih dengan cermat dan
strategi pengendalian lingkungan mungkin lebih tepat
3. Penggunaan cerdas dan pemeliharaan bangunan
Penggunaan dan pemeliharaan gedung yang cerdas, arsitektur yang
benar-benar cerdas menggabungkan proses manajemen fasilitas
cerdas. Agar desain menjadi cerdas, ia harus mempertimbangkan
siklus hidup sebuah bangunan serta berbagai sistem dan
komponennya. Meskipun bangunan cerdas mungkin rumit, namun
pada dasarnya harus sederhana untuk dioperasikan, hemat energi
dan sumber daya, serta mudah dirawat, ditingkatkan, dimodifikasi,
dan didaur ulang. Bahan dan peralatan yang membutuhkan
perawatan kompleks dan agen daur ulang yang tidak sehat, dan
komponen bangunan yang harus diperlakukan sebagai limbah
berbahaya dalam proses daur ulang (misalnya merkuri dalam bola
lampu) tidak akan digunakan dalam arsitektur cerdas yang
berkembang sepenuhnya.
2. Fasad bangunan yang cerdas dan responsif
Karakter selubung bangunan akan dipengaruhi secara dramatis oleh
perkembangan bangunan cerdas. Fasad yang dirancang untuk
mengintegrasikan sejumlah teknologi yang muncul akan memiliki
'kecerdasan' yang melekat dan mampu merespons secara otomatis, atau
melalui intervensi manusia, terhadap kondisi kontekstual dan kebutuhan
individu. Fasad cerdas saat ini dapat:
1. Dikendalikan secara terpusat sambil tetap memberi penghuni
kemampuan untuk mengganti sistem secara manual
2. Mengubah sifat termofisika mereka seperti ketahanan termal, trans-
mittance, absorptance, permeabilitas, dll
3. Memodifikasi warna dan / atau tekstur interior dan eksteriornya
4. berfungsi sebagai fasad media komunikasi dengan kemampuan
video dan suara
5. mengubah sifat optik dan memungkinkan pembuatan kaca berpola,
memberikan kesempatan untuk bayangan dinamis dan kontrol
cahaya jarak jauh.
Perkembangan fasad yang cerdas dan responsif memerlukan definisi dari
istilah 'jendela' dan 'dinding'. Dengan diperkenalkannya kaca baru dan rakitan
dinding, apa yang 'transparan' bisa menjadi 'buram' dengan jentikan sakelar.
Kontrol sentral untuk fasad cerdas akan merespons kondisi iklim dengan
mengubah selubung bangunan untuk mengoptimalkan beban pemanasan dan
pendinginan, pemanfaatan siang hari, ventilasi alami, dan segera. Fasad
cerdas akan mengangkut cahaya matahari jauh ke dalam interior bangunan
dan memungkinkan penghuninya menentukan tingkat kenyamanan
pencahayaan, akustik, dan termal yang diperlukan bersama dengan tingkat
privasi visual dan akustik yang disediakan oleh penutup. Selain itu, kita
sekarang dapat membayangkan partisi interior yang akan memungkinkan
penghuni untuk mengubah kualitas estetika lingkungan kerja mereka
kapanpun dan bagaimana pun yang mereka pilih. Gagasan tentang sistem
cerdas atau cerdas, yang awalnya diterapkan pada sistem kelistrikan, mekanik
dan ruang angkasa, baru-baru ini telah diperluas ke termasuk struktur sipil
sebagai kemajuan dalam penginderaan, jaringan dan bahan baru telah
membuat pemantauan terus menerus dan kontrol fungsi struktural tujuan yang
dapat direalisasikan. Berdasarkan definisi, struktur cerdas memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi statusnya dan secara optimal
menyesuaikan fungsinya dalam menanggapi rangsangan. Fokus utama dari
struktur sipil cerdas telah berada di dua bidang:
1. Identifikasi perilaku atau sifat struktural (misalnya deformasi,
penggunaan energi atau evaluasi kerusakan)
2. Kontrol respons struktural terhadap rangsangan, baik eksternal
(misalnya gempa bumi atau angin) atau internal (misalnya akustik
atau variasi suhu)
3. egqeg

Anda mungkin juga menyukai