Anda di halaman 1dari 55

RUMAH SUSUN

UU NO 20/2011
Dasar Hukum

1. UNDANG-UNDANG No.16 TAHUN 1985


TENTANG RUMAH SUSUN
2. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4
TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN
3. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG
BENTUK DAN TATA CARA PENGISIAN SERTA
PENDAFTARAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN
4. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 1989 TENTANG
BENTUK DAN TATA CARA PEMBUATAN BUKU
TANAH SERTA PENERBTAN SERTIPIKAT HAK MILIK
ATAS SATUAN RUMAH SUSUN
5. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI No.3
TAHUN 1992 TENTANG PEDOMAN MENYUSUN
PERDA RUMAH SUSUN
6. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN
RAKYAT NOMOR : 11/KPTS/1994 TENTANG
PEDOMAN PERIKATAN JUAL BELI SATUAN RUMAH
SUSUN
7. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL No.2 TAHUN 1989 (TENTANG AKTA
PEMISAHAN)
8. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
No.4 TAHUN 1989 (TENTANG BUKU TANAH DAN
SERTIPIKAT SARUSUN

9. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 3


TAHUN 1992 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
PERATURAN DAERAH TENTANG RUMAH SUSUN

10. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN

RAKYAT NOMOR : 11/KPTS/1994 TENTANG

PEDOMAN PERIKATAN JUAL BELI SATUAN

RUMAH SUSUN

11. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR : 05/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN

TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

12. UNDANG-UNDANG NOMOR : 1 TAHUN 2011 TENTANG


PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

13. UNDANG-UNDANG NOMOR : 20 TAHUN 2011 TENTANG


RUMAH SUSUN
DEFINISI RUMAH SUSUN

RUMAH SUSUN adalah “Bangunan


gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam
bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik dalam arah horizontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat dimiliki
dan digunakan secara terpisah, terutama
untuk tempat hunian yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama,
dan tanah bersama”.
Definisi Rumah Susun

a. Memiliki struktur Bangunan


Rumah Susun
b. Penyelenggaraan Rumah Susun
sesuai dengan persyaratan Undang-
Undang.
c. Terdiri dari Satuan Rumah Susun
d. Dilengkapi dengan
 Tanah Bersama
 Bagian Bersama
 Benda Bersama
Secara garis besar agar bangunan
dapat disebut sebagai Rumah Susun
harus memenuhi unsur berikut :

1. Bangunan gedung bertingkat


2. Dibangun dalam suatu lingkungan
3. Terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional,
baik dalam arah horizontal maupun
vertikal
4. Bagian tersebut merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara-
terpisah.
5. Satuan tersebut merupakan tempat
hunian yang dilengkapi dengan
bagian bersama, benda bersama, dan
tanah bersama
Penyelenggaraan Rumah Susun

“ Kegiatan perencanaan, pembangunan,


penguasaan dan pemanfaatan,
pengelolaan, pemeliharaan dan
perawatan, pengendalian,
kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat
yang dilaksanakan secara sistematis,
terpadu, berkelanjutan, dan
bertanggung jawab”.
Tanah Bersama

Sebidang tanah hak atau tanah


sewa untuk bangunan yang
digunakan atas dasar hak
bersama secara tidak terpisah
yang di atasnya berdiri rumah
susun dan ditetapkan
batasnya dalam persyaratan
izin mendirikan bangunan
Bagian Bersama
“Bagian rumah susun yang dimiliki
secara tidak terpisah untuk
pemakaian bersama dalam
kesatuan fungsi dengan satuan-
satuan rumah susun”

Benda Bersama

“Benda yang bukan merupakan


bagian rumah susun melainkan
bagian yang dimiliki bersama
secara tidak terpisah untuk
pemakaian bersama”
Macam Rumah
Susun

A. Rumah Susun Umum


B. Rumah Susun Khusus
C. Rumah Susun Negara
D. Rumah Susun Komersial
Rumah Susun Umum

“Rumah susun yang


diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah
bagi masyarakat
berpenghasilan rendah yang
mempunyai keterbatasan daya
beli sehingga perlu mendapat
dukungan pemerintah untuk
memperoleh satuan rumah
susun umum”
Rumah Susun Khusus
“Rumah Susun Yang
Diselenggarakan Untuk
Memenuhi
Kebutuhan Khusus”

Rumah Susun Negara

“Rumah susun yang dimiliki


negara dan berfungsi
sebagai tempat tinggal atau
hunian, sarana pembinaan
keluarga, serta penunjang
pelaksanaan tugas pejabat
dan/atau Pegawai Negeri”
Rumah Susun Komersial

“Rumah Susun Yang


Diselenggarakan Untuk
Mendapatkan
Keuntungan”
SERTIFIKAT
RUMAH SUSUN

1. Sertifikat Hak Milik


Sarusun (SHM Sarusun)
2. Sertifikat Kepemilikan
Bangunan Gedung Sarusun
(SKBG Sarusun)
Sertifikat Hak Milik Sarusun
(SHM Sarusun)

“ Tanda bukti kepemilikan


atas sarusun di atas tanah
hak milik, hak guna
bangunan atau hak pakai di
atas tanah negara, serta hak
guna bangunan atau hak
pakai di atas tanah hak
pengelolaan”. (Pasal 1
angka 11 UU No.20/2011)
Sertipikat Kepemilikan
Bangunan Gedung Sarusun
(SKBG Sarusun)

“Tanda bukti kepemilikan


atas sarusun di atas barang
milik negara/daerah berupa
tanah atau tanah wakaf
dengan cara sewa”
Pelaku Pembangunan Rumah
Susun

Setiap orang
perseorangan atau badan
hukum yang didirikan oleh
warga negara Indonesia
yang kegiatannya di bidang
penyelenggaraan
perumahan dan kawasan
permukiman dan/atau
pemerintah yang
melakukan pembangunan
perumahan dan
permukiman.
Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Satu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan,
Penyelenggaraan perumahan,
penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan
dan perbaikan, pencegahan
dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat.
(Pasal 1 angka 1 UU No.1/2011)
Kebijaksanaan
Pembangunan Rumah
Susun
Asas
a. kesejahteraan;
b. keadilan dan pemerataan;
c. kenasionalan;
d. keterjangkauan dan kemudahan;
e. keefisienan dan kemanfaatan;
f. kemandirian dan kebersamaan;
g. kemitraan;
h. keserasian dan keseimbangan;
i. keterpaduan;
j. kesehatan;
k. kelestarian dan berkelanjutan;
l. keselamatan, kenyamanan, dan
kemudahan; dan
m. keamanan, ketertiban, dan
keteraturan.
(Pasal 2 UU No.2/2011)
Tujuan (Pasal 3 UU No.2/2011)
a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang
layak huni dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat, aman, harmonis, dan
berkelanjutan serta menciptakan
permukiman yang terpadu guna membangun
ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pemanfaatan ruang dan tanah, serta
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan
perkotaan dalam menciptakan kawasan
permukiman yang lengkap serta serasi dan
seimbang dengan memperhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
c. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya
perumahan dan permukiman kumuh;
d. Mengarahkan pengembangan kawasan
perkotaan yang serasi, seimbang, efisien,
dan produktif;
e. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi
yang menunjang kehidupan penghuni dan
masyarakat dengan tetap mengutamakan
tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan
dan permukiman yang layak, terutama bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah;
f. Memberdayakan para pemangku
kepentingan di bidang pembangunan
rumah susun;
g. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah
susun yang layak dan terjangkau, terutama
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
dalam lingkungan yang sehat, aman,
Perencanaan Pembangunan
Rumah Susun

a. Penetapan penyediaan
jumlah dan jenis rumah
susun;
b. Penetapan zonasi
pembangunan rumah susun;
dan
c. Penetapan lokasi
pembangunan rumah susun.
Pasal 13 ayat 1 UU No.20/2011
Dasar Perancanaan
Pembangunan Rumah Susun

a. Kepadatan bangunan;
b. Jumlah dan kepadatan penduduk;
c. Rencana rinci tata ruang;
d. Layanan prasarana, sarana, dan
utilitas umum;
e. Layanan moda transportasi;
f. Alternatif pengembangan konsep
pemanfaatan rumah susun;
g. Layanan informasi dan komunikasi;
h. Konsep hunian berimbang; dan
i. Analisis potensi kebutuhan rumah
susun.
Pasal 14 ayat 1 UU No.20/2011
Pembangunan Rumah
Susun

Pembangunan Rumah Susun Umum,


Khusus, Negara merupakan tanggung
jawab Pemerintah.
 Pembangunan Rumah Susun Umum
yang dilaksanakan oleh setiap orang
mendapatkan kemudahan dan/atau
bantuan pemerintah.
 Pembangunan rumah susun umum dan
khusus dapat dilaksanakan oleh lembaga
nirlaba dan badan Usaha.
(Pasal 15 UU No.20/2011)
Pembangunan Rumah Susun
Komersial dapat dilaksanakan oleh
setiap orang.
Pelaku pembangunan rumah
susun komersial wajib menyediakan
rumah susun umum sekurang-
kurangnya 20% (dua puluh persen)
dari total luas lantai rumah susun
komersial yang dibangun.
Kewajiban dapat dilakukan di luar
lokasi kawasan rumah susun
komersial pada kabupaten/kota yang
sama.
(Pasal 16 UU No.20/2011)
Hak atas Tanah pada
Rumah Susun
a. Hak milik;
b. Hak guna bangunan atau hak pakai
atas tanah negara; dan
c. Hak guna bangunan atau hak pakai
di atas hak pengelolaan.
d. Pemanfaatan barang milik
negara/daerah berupa tanah yang
dilakukan dengan cara sewa atau
kerja sama pemanfaatan ; atau
e. Pendayagunaan tanah wakaf.
(Pasal 17 dan 18 UU No.20/2011)
Penyediaan Tanah untuk
Rumah Susun
a. Pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang
langsung dikuasai negara;
b. Konsolidasi tanah oleh pemilik tanah;
c. Peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh
pemegang hak atas tanah;
d. Pemanfaatan barang milik negara atau barang
milik daerah berupa tanah;
e. Pendayagunaan tanah wakaf;
f. Pendayagunaan sebagian tanah negara bekas
tanah terlantar; dan/atau
g. Pengadaan tanah untuk pembangunan bagi
kepentingan umum.
Dalam hal pembangunan rumah susun dilakukan
di atas tanah hak guna bangunan atau hak pakai di
atas hak pengelolaan, pelaku pembangunan wajib
menyelesaikan status hak guna bangunan atau
hak pakai di atas hak pengelolaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
sebelum menjual sarusun yang bersangkutan.
(Pasal 22 UU No.20/2011)
Persyaratan Pembangunan
Rumah Susun

a. Persyaratan administratif;
b. Persyaratan teknis; dan
c. Persyaratan ekologis.
(Pasal 24 UU No.20/2011)
Persyaratan Administratif

a. Status hak atas tanah; dan


b. Izin Mendirikan Bangunan
(IMB).
PERSYARATAN ADMINISTRATIF

Untuk pembangunan rumah susun harus


mendapatkan izin dari Bupati/Walikota
kecuali Provinsi DKI Jakarta mendapatkan izin
Gubernur. Dan persyaratannya :

a. sertifikat hak atas tanah;


b. surat keterangan rencana
kabupaten/kota;
c. gambar rencana tapak;
d. gambar rencana arsitektur yang memuat denah,
tampak, dan potongan rumah susun yang
menunjukkan dengan jelas batasan secara
vertikal dan horizontal dari sarusun;
e. gambar rencana struktur beserta
perhitungannya;
f. gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas
bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama; dan
g. gambar rencana utilitas umum dan instalasi
beserta perlengkapannya. (Pasal 29 UU
No.20/2011)
Persyaratan Teknis

a. Tata bangunan yang meliputi


persyaratan peruntukan lokasi
serta intensitas dan arsitektur
bangunan; dan
b. Keandalan bangunan yang
meliputi persyaratan
keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan.
(Pasal 35 UU No.20/2011)
Persyaratan Ekologis

1. Keserasian dan keseimbangan


fungsi lingkungan.
2. Pembangunan rumah susun
yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan
harus dilengkapi persyaratan
analisis dampak lingkungan
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan. (Pasal 38 dan 39
UU No.20/2011)
Persyaratan Tambahan

(1) Pelaku pembangunan wajib mengajukan


permohonan sertifikat laik fungsi kepada
bupati/walikota setelah menyelesaikan
seluruh atau sebagian pembangunan rumah
susun sepanjang tidak bertentangan dengan
IMB.
(2) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta,
permohonan sertifikat laik fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan kepada Gubernur.
(3) Pemerintah daerah menerbitkan
sertifikat laik fungsi setelah melakukan
pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan
rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Pasal 39
UU No.20/2011)
SYARAT
PROSES JUAL BELI
RUMAH SUSUN
(1) Proses jual beli sarusun sebelum
pembangunan rumah susun selesai
dapat dilakukan melalui PPJB yang
dibuat di hadapan notaris.
(2) PPJB dilakukan setelah memenuhi
persyaratan kepastian atas:
a. status kepemilikan tanah;
b. kepemilikan IMB;
c. ketersediaan prasarana, sarana,
dan utilitas umum;
d. keterbangunan paling sedikit 20%
(dua puluh persen); dan
e. hal yang diperjanjikan.
Pasal 43 UU No.20/2011
(3) Proses jual beli, yang dilakukan
sesudah pembangunan rumah susun
selesai, dilakukan melalui akta jual
beli (AJB).
(4) Pembangunan rumah susun
dinyatakan selesai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) apabila telah
diterbitkan:
a. Sertifikat Laik Fungsi; dan
b. SHM sarusun atau SKBG
sarusun.
Pemilikan Satuan Rumah Susun

(1) Hak kepemilikan atas sarusun merupakan hak


milik atas sarusun yang bersifat perseorangan
yang terpisah dengan hak bersama atas bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
(2) Hak atas bagian bersama, benda bersama, dan
tanah bersama dihitung berdasarkan atas NPP
(angka yang menunjukkan perbandingan antara
sarusun terhadap hak atas bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama yang dihitung
berdasarkan nilai sarusun yang bersangkutan
terhadap jumlah nilai rumah susun secara
keseluruhan pada waktu pelaku pembangunan
pertama kali memperhitungkan biaya
pembangunannya secara keseluruhan untuk
menentukan harga jualnya)
(Pasal 46 UU No.20/2011)
SHM SARUSUN
DEFINISI
Sebagai tanda bukti kepemilikan atas
sarusun di atas tanah hak milik, hak guna
bangunan, atau hak pakai di atas tanah
negara, hak guna bangunan atau hak pakai
di atas tanah hak pengelolaan diterbitkan
SHM sarusun dan diterbitkan bagi setiap
orang yang memenuhi syarat sebagai
pemegang hak atas tanah, diterbitkan oleh
kantor pertanahan kabupaten/kota dan dapat
dijadikan jaminan utang dengan dibebani
hak tanggungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan. (Pasal
47 UU No.20/2011)
SHM sarusun merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan yang terdiri atas:

a. Salinan buku tanah dan surat ukur atas


hak tanah bersama sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Gambar denah lantai pada tingkat
rumah susun bersangkutan yang
menunjukkan sarusun yang dimiliki;
dan
c. Pertelaan mengenai besarnya bagian
hak atas bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama bagi yang
bersangkutan.
SKGB SARUSUN
DEFINISI
Sebagai tanda bukti kepemilikan atas sarusun
di atas barang milik negara/daerah berupa
tanah atau tanah wakaf dengan cara sewa
diterbitkan oleh instansi teknis kabupaten/kota
yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang
bangunan gedung dan dapat dijadikan jaminan
utang dengan dibebani fidusia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

SKBG sarusun yang dijadikan jaminan utang


secara fidusia harus didaftarkan ke
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum
(Pasal 48 UU No.20/2011)
SKBG sarusun merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan yang terdiri atas :

a. salinan buku bangunan gedung;


b. salinan surat perjanjian sewa atas
tanah;
c. gambar denah lantai pada tingkat
rumah susun yang bersangkutan yang
menunjukkan sarusun yang dimiliki; dan
d. pertelaan mengenai besarnya bagian
hak atas bagian bersama dan benda
bersama yang bersangkutan.
Sarusun Umum hanya dapat dimiliki atau
disewa oleh MBR (Masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli);
MBR ini hanya dapat mengalihkan
kepemilikannya kepada pihak lain dalam hal
:
a. pewarisan;
b. perikatan kepemilikan rumah susun
setelah jangka waktu 20 (dua puluh)
tahun; atau
c. pindah tempat tinggal
yang dibuktikan dengan
surat keterangan pindah
dari yang berwenang.
Hanya dapat dilakukan oleh Badan
Pelaksana
(Pasal 54 ayat 2 UU No.20/2011)
Sarusun pada rumah susun negara
dapat disewa oleh perseorangan
atau kelompok dengan kemudahan
dari pemerintah.

Pasal 55 UU No.20/2011
Pelaku pembangunan yang
membangun rumah susun umum
milik dan rumah susun komersial
dalam masa transisi sebelum
terbentuknya PPPSRS wajib
mengelola rumah susun.
 Masa transisi ditetapkan paling
lama 1 (satu) tahun sejak penyerahan
pertama kali sarusun kepada pemilik.
 Pelaku pembangunan dalam
pengelolaan rumah susun dapat
bekerja sama dengan pengelola.
 Besarnya biaya pengelolaan rumah
susun pada masa transisi ditanggung
oleh pelaku pembangunan dan
pemilik sarusun berdasarkan NPP
setiap sarusun.
(Pasal 56 UU No.20/2011)
PPPSRS
Pemilik sarusun wajib
membentuk PPPSRS.
 PPPSRS beranggotakan
pemilik atau penghuni
yang mendapat kuasa dari
pemilik sarusun.
 PPPSRS diberi kedudukan
sebagai badan hukum
berdasarkan undang-
undang No.20/2011
(Pasal 74 UU No.20/2011)
Pelaku pembangunan wajib memfasilitasi
terbentuknya PPPSRS paling lambat
sebelum masa transisi berakhir.
 Dalam hal PPPSRS telah terbentuk, pelaku
pembangunan segera menyerahkan
pengelolaan benda bersama, bagian
bersama, dan tanah bersama kepada
PPPSRS.
 PPPSRS berkewajiban mengurus
kepentingan para pemilik dan penghuni yang
berkaitan dengan pengelolaan kepemilikan
benda bersama, bagian bersama, tanah
bersama, dan penghunian.
 PPPSRS dapat membentuk atau menunjuk
pengelola.
(Pasal 75 UU No.20/2011)
Tata cara mengurus kepentingan para pemilik
dan penghuni yang bersangkutan dengan
penghunian diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PPPSRS.
(Pasal 76 UU No.20/2011)
€ Dalam hal PPPSRS memutuskan
sesuatu yang berkaitan dengan
kepemilikan dan pengelolaan
rumah susun, setiap anggota
mempunyai hak yang sama dengan
NPP.
€ Dalam hal PPPSRS memutuskan
sesuatu yang berkaitan dengan
kepentingan penghunian rumah
susun, setiap anggota berhak
memberikan satu suara. (Pasal 77
UU No.20/2011)
KETENTUAN PIDANA

Setiap pelaku pembangunan rumah


susun komersial yang mengingkari
kewajibannya untuk menyediakan
rumah susun umum sekurang-
kurangnya 20% (dua puluh persen)
dari total luas lantai rumah susun
komersial yang dibangun
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau denda paling banyak
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh
miliar rupiah). (Pasal 109 UU
No.20/2011)
Pelaku pembangunan yang
membuat PPJB:
a. yang tidak sesuai dengan
yang dipasarkan; atau
b. sebelum memenuhi
persyaratan kepastian
Dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat)
tahun atau denda paling
banyak Rp.4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).
(Pasal 110 UU No.20/2011)
Setiap orang yang:
a. merusak atau mengubah prasarana, sarana, dan
utilitas umum yang ada di lingkungan rumah susun;
b. melakukan perbuatan yang membahayakan orang
lain atau kepentingan umum dalam lingkungan
rumah susun;
c. mengubah fungsi dan pemanfaatan sarusun; atau
d. mengalihfungsikan prasarana, sarana, dan utilitas
umum, serta benda bersama, bagian bersama, dan
tanah bersama dalam pembangunan atau
pengelolaan rumah susun
Dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Dalam hal perbuatan mengakibatkan bahaya
bagi nyawa orang atau barang, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah).
(Pasal 111 UU No.20/2011)
Pasal 112 UU No.20/2011

“Setiap orang yang membangun rumah


susun di luar lokasi yang ditetapkan
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun atau denda paling
banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah)”.

Pasal 113 UU No.20/2011

“Setiap orang yang :


a. mengubah peruntukan lokasi rumah susun yang
sudah ditetapkan; atau
b. mengubah fungsi dan pemanfaatan rumah susun
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)”.
Dalam hal perbuatan mengakibatkan bahaya
bagi nyawa orang atau barang, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 114
Setiap pejabat yang:
a. menetapkan lokasi yang berpotensi
menimbulkan bahaya untuk
pembangunan rumah susun; atau
b. mengeluarkan izin mendirikan
bangunan rumah susun yang tidak
sesuai dengan lokasi peruntukan
Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
Pasal 115
Setiap orang yang menyewakan atau
mengalihkan kepemilikan sarusun
umum kepada pihak lain, dipidana
dengan pidana denda paling banyak
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah).
Pasal 116 UU No.20/2011
Setiap orang yang menghalang-halangi
kegiatan peningkatan kualitas rumah susun
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda paling banyak
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 117 UU No.20/2011
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 109 sampai dengan Pasal 116
dilakukan oleh badan hukum, maka selain
pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana dapat dijatuhkan
terhadap badan hukum berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
denda terhadap orang.
Selain pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), badan hukum dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; atau
b. pencabutan status badan hukum.
AKIBAT HUKUM
DIUNDANGKANNNYA
UU NO.20/2011
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3318) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
b. Semua peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum
diganti dengan peraturan pelaksanaan yang
baru berdasarkan Undang-Undang ini.
c. Peraturan perundang-undangan pelaksanaan
yang diamanatkan dalam Undang-Undang ini
diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
(Pasal 118 dan 119 UU No.20/2011)
OMNIBUS LAW
UU NO 11 TAHUN 2020 TENTANG
CIPTA KERJA
Pasal 144 UU NO 11 TAHUN 2020
(1) Hak milik atas satuan rumah susun
dapat diberikan kepada:
a. Warga negara Indonesia;
b. Badan hukum Indonesia;
c. Warga negara asing yang
mempunyai izin sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. Badan hukum asing yang
mempunyai perwakilan di
Indonesia; atau
e. Perwakilan negara asing dan
lembaga internasional yang berada
atau mempunyai perwakilan di
Indonesia.
(2) Hak milik atas satuan rumah susun
dapat beralih atau dialihkan dan
dijaminkan.
(3) Hak milik atas satuan rumah susun
dapat dijaminkan dengan dibebani
hak tanggungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 145 UU NO 11 TAHUN 2020
(1) Rumah susun dapat dibangun di
atas Tanah:
a. Hak guna bangunan atau hak
pakai di atas tanah negara; atau
b. Hak guna bangunan atau hak
pakai di atas tanah hak
pengelolaan.
(2) Pemberian hak guna bangunan
bagi rumah susun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
dapat diberikan sekaligus dengan
perpanjangan haknya setelah
mendapat sertifikat laik fungsi.
(3) Pemberian hak guna bangunan
bagi rumah susun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b
dapat diberikan perpanjangan dan
pembaharuan hak apabila sudah
mendapat sertifikat laik fungsi.

Anda mungkin juga menyukai