Rumah Susun
Universitas pancasila
Jl. Raya Lenteng Agung No.56-80, RT.1/RW.3, Srengseng Sawah, Jakarta, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Rumah susun atau singkatnya rusun merupakan bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama,
benda bersama dan tanah bersama. Seiring dengan berkembangnya jaman, kota-kota
besar sudah pasti menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang terlihat sangat
menjanjikan, sehingga mendorong masyarakat berbondong-bondong datang ke kota
besar dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Keadaan seperti ini
mengakibatkan melonjaknya pertambahan jumlah penduduk yang tinggal di
perkotaan, dan menimbulkan konsekuensi bagi pemerintah untuk menyediakan
tempat tinggal yang layak bagi warga masyarakat. Karena pada dasarnya perumahan
dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar dari manusia yang bukan hanya masuk
pada kebutuhan hidupnya saja, melainkan sebuah proses bermukim manusia dalam
menciptakan tatanan hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati
diri.
Dengan keadaan demikian dan kenyataan bahwa kesediaan lahan dalam kota-kota
besar tidak imbang dengan jumlah penduduk kota yang sangat tinggi maka
Pembangunan perumahan atau hunian yang berbentuk rumah susun atau apartemen
yang dapat mengurangi penggunaan tanah dan membuat ruang terbuka yang lebih lega
merupakan salah satu alternatifnya, hal tersebut bagian dari upaya meningkatkan daya
guna dan hasil guna tanah yang jumlahnya terbatas tersebut, terutama bagi
pembangunan perumahan dan permukiman, serta mengefektifkan penggunaan tanah
terutama didaerah-daerah yang berpenduduk padat, maka perlu adanya pengaturan,
penataan, dan penggunaan atas tanah, sehingga bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Mengingat seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa hunian bagi masyarakat
merupakan kebutuhan pokok, selain itu jika dihubungkan dengan hak asasi, maka
tempat tinggal merupakan hak bagi setiap Warga Negara, sebagaimana diatur dalam
Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Kebutuhan dasar tersebut wajib
dihormati, dilindungi, ditegakkan, dan dimajukan oleh Pemerintah.
Pembangunan Rumah Susun dimaksudkan untuk penyediaan hunian yang layak
bagi orang dan badan hukum. Oleh karena itu, perumahan itu harus memenuhi standar
sebagai hunian yang memenuhi syarat baik dari segi kesehatan, kenyamanan, dan
keasrian dari rumah tersebut. Pembangunan Rumah Susun merupakan pemenuhan
atas kebutuhan papan (tempat tinggal) khususnya bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah, sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 5 Undang-Undang
No.16 Tahun 1985 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
yang menyatakan bahwa Rumah Susun dibangun sesuai dengan tingkat keperluan dan
kemampuan masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Pembangunannya dapat dilaksanakan atau diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah, Koperasi, atau Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak
dibidang itu. Dalam perkembangannya, pembangunan rumah susun pada kota kota
besar sangat gencar akibat dari alasan tersebut, diketahui pada tahun 2020 lalu
terdapat 28.766 rusunawa di dalam kota Jakarta. Namun, pembangunan dari rusun
demi terpenuhinya kebutuhan hidup masyarakat ini juga tidak jarang menimbulkan
permasalahan, serta sengketa didalamnya. Dilansir dari Kompas.com pada tahun 2022
ini masih terdapat 130 tower rusun di Jakarta yang belum bersertifikat, selain itu
banyak juga kasus sengketa antara penghuni dan pengelola rumah susun seperi kasus
yang sempat meledak beberapa tahun lalu yaitu kasus Acho. Sehingga terlihat
bahwasannya pembangunan rumah susun sebagai solusi dari suatu masalah yaitu
kurangnya lahan, justru menimbulkan masalah masalah lainnya seperti sengketa
sengketa rusun didalamnya. Oleh karena itu saya sebagai penulis akan membahas
mengenai sengketa akibat dari buruknya pengelolaan rumah susun.
2) Rumusan Masalah
Dengan latar belakang makalah yang sudah di paparkan diatas, maka rumusan
masalah yang ingin penulis angkat dalam makalah ini ialah, Apakah yang menjadi
permasalahan dalam pengelolaan rumah susun sehingga dapat menimbulkan
sengketa?, serta bagaimana solusi dalam hal pengelolaan rumah susun sehingga
meminimalisir terjadinya sengketa didalamnya.
3) Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bangunan Gedung
dan Perumahan, serta menambah ilmu dan wawasan penulis mengenai mata kuliah
Hukum Bangunan Gedung dan perumahan. Selain itu, makalah ini juga diharapkan
dapat menjadi bahan informasi ilmiah bagi pihak lain yang ingin mengetahui
mengenai sengketa yang kerap terjadi dalam ranah rumah susun serta solusi yang
ditawarkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 21: “Benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi, kualitas, kapasitas
yang memenuhi persyaratan dan diatur serta dikoordinasikan untuk dapat
memberikan keserasian lingkungan guna menjamin keamanan dan kenikmatan
para penghuni maupun pihak-pihak lain, dengan memperhatikan keselarasan,
keseimbangan, dan keterpaduan.”
Pasal 54: “Para penghuni dalam suatu lingkungan rumah susun baik untuk hunian
maupun bukan hunian wajib membentuk perhimpunan penghuni untuk mengatur
dan mengurus kepentingan bersama yang bersangkutan sebagai pemilikan,
penghunian dan pengelolaan.”
Pasal 61:
“(1) Setiap penghuni berhak:
a) Memanfaatkan rumah susun dan lingkungannya termasuk bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama secara aman dan tertib.
b) Mendapatkan perlindungan sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
c) Memilih dan dipilih menjadi Anggota Pengurus Perhimpunan Penghuni.
(2) Setiap penghuni berkewajiban:
a) Mematuhi dan melaksanakan peraturan tata tertib dalam rumah susun
dan lingkungannya sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
b) Membayar iuran pengelolaan dan premi asuransi kebakaran.
c) Memelihara rumah susun dan lingkungannya termasuk bagian bersama,
benda bersama dan tanah bersama.
(3) Setiap penghuni dilarang:
a) Melakukan perbuatan yangmembahayakan keamanan, ketertiban, dan
keselamatan terhadap penghuni lain, bangunan dan lingkungannya.
b) Mengubah bentuk dan/atau menambah bangunan di luar satuan rumah
susun yang dimiliki tanpa mendapat persetujuan perhimpunan penghuni.”
Pasal 62: “Pengelolaan rumah susun meliputi kegiatan-kegiatan operasional
yang berupa pemeliharaan, perbaikan, dan pembangunan prasarana lingkungan,
serta fasilitas sosial, bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.”
Pasal 68:
“Badan pengelola mempunyai tugas:
a. Melaksanakan pemeriksaan, pemeliharaan, kebersihan dan perbaikan rumah
susun dan lingkungannya pada bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama.
b. Mengawasi ketertiban dan keamanan penghuni serta penggunaan bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama sesuai dengan peruntukannya.
c. Secara berkala memberikan laporan kepada perhimpunan penghuni disertai
permasalahan dan usulan pemecahannya.”
c) Ekonomi
Penghuni rumah susun sewa umumnya adalah yang berpendidikan dan
berpenghasilan rendah, sehingga dalam kegiatan penghunian selalu timbul
permasalahan:
1. Kriminalitas diantara sesama penghuni;
2. Kecemburuan secara ekonomi antar penghuni;
3. Terlambat membayar sewa, air, listrik dan iuran lainnya sebagai penghuni;
4. Kurangnya insentif perpajakan kepada para penghuni, pengelola maupun
pengembangnya.
d) Hukum
a. Hak dan kewajiban penghuni dan pengelola tidak terperinci secara jelas
berikut sanksi yang akan diterapkan apabila terjadi pelanggaran;
b. Rendahnya disiplin para penghuni dalam mematuhi segala kewajiban;
c. Lemahnya penegakan hukum terhadap semua pelanggaran yang dilakukan.
e) Administrasi
Masalah – masalah yang sering timbul dari segi administrasi adalah:
a. Lemahnya pengelola dalam mengadiministrasikan penghuni, baik yang masuk
maupun yang keluar;
b. Rendahnya kesadaran para penghuni dalam melaporkan dan mencatatkan
segala kegiatan keluar – masuk penghuni, jumlah dan kegiatannya kepada
pengelola.
A. Simpulan
Landasan hukum dari Rumah Susun ialah Undang-Undang No. 20 Tahun 2011
tentang Rumah Susun, sengketa dalam Rumah Susun memang banyak dan wajar
terjadi akibat dari silih paham antara penghuni dan pengelola serta budaya
masyarakat yang masih belum elastis dengan budaya hidup dalam Rumah Susun
sehingga kerap mengabaikan peraturan yang ada, bahkan dalam beberapa kasus masi
banyak peraturan mengenai Rumah susun yang rancu sehingga menimbulkan
sengketa dalam kehidupan rumah susun. Dalam hal upaya menangani ataupun
meminimalisir sengketa Rumah Susun ada baiknya bagi semua pihak untuk
memahami aturan yang ada serta taat dan paham pada perannya masing masing
seperti yang di jelaskan dalam bab pembahasan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan
Dan Permukiman.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah
Susun
Sudryatomo. Mencermati Masalah Rumah Susun.
Https://Ylki.Or.Id/2016/05/Mencermati-Masalah-Rumah-Susun/
Suhaiela Bahfein. "130 Tower Rusun Dan Apartemen Di Jakarta Belum
Bersertifikat",
Https://Www.Kompas.Com/Properti/Read/2022/11/16/163000021/130-Tower-
Rusun-Dan-Apartemen-Di-Jakarta-Belum-Bersertifikat.