Anda di halaman 1dari 6

Tugas dari Bab 1.

Seluk Beluk Esai

Tugas 1: Carilah satu contoh tulisan ilmiah (contoh esai) dan satu contoh tulisan
nonilmiah.

 Contoh tulisan ilmiah

Berjuang dalam Pendidikan


Oleh: Haula Luthfia Ramadhan

Perjuangan, hidup penuh perjuangan, seluruh makhluk hidup perlu melakukan perjuangan
dalam menjalani kehidupannya. Dari awal manusia itu lahir, berbalik merangkak itu
dinamakan perjuangan jua. Lantas sampai kapan perjuangan itu berakhir? Yaitu saat kita
sudah mati.

Dalam tulisan ini saya ingin membahas mengenai situasi yang menurut saya sedang krisis
belakangan ini. Yakni mengenai pandangan sebagian para pelajar.

Zaman sekarang, kebanyakan pelajar menganggap sekolah itu enteng, Tinggal pergi pagi,
duduk di kelas dan pulang ke rumah. Selalu seperti itu tanpa peduli apa tujuan untuk
bersekolah itu sendiri. Padahal di situ terdapat sesuatu yang harus diperjuangkan. Memang,
ilmu itu tak hanya ada di sekolah. Semua orang bisa mendapatkan ilmu tanpa harus pergi
sekolah.

Jadi apa yang sebenarnya istimewa dari sekolah itu? Apakah karena ijazahnya yang bisa
dibawa ke mana-mana guna mencari pekerjaan? Tapi ada pula orang yang tidak lulus
sekolah namun bisa sukses di masa depannya. Seperti Bu Susi Pudjiastuti yang tidak dapat
menyelesaikan studinya namun bisa menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Serta banyak
lagi tokoh dunia terkenal lainnya yang sukses tanpa surat keterangan kelulusan sekolah
alias ijazah.

Kemudian, bagaimana seharusnya kita menyikapi hal itu? Apakah kita bisa dengan mudah
berkata, “Tidak perlu sekolah, banyak toh yang sukses tanpa bersekolah.” Tentu tidak, kan?
Memangnya, kita yakin benar benar bisa sukses seperti mereka di masa depan nanti? Yakin
keberuntungan yang seperti itu datang kepadamu, tanpa ada perjuangan?

Tidak, percayalah. Mereka bisa sukses seperti itu pasti sebab telah melakukan perjuangan
yang amat berat tanpa kita ketahui. Tidak ada yang tahu, dan bahkan mungkin tidak ada
yang memandang mereka saat mereka tengah dilanda kebingungan dan berusaha berjuang
keras. Kini, saat nama mereka sudah melambung tinggi, dikenallah mereka sebagai orang
kaya yang sukses tanpa bersekolah.

Saya sering mendapati gambar yang latar belakangnya adalah wajah Bill Gates berisi kata-
kata bijak yang bunyinya kira-kira seperti ini: ”Saya gagal dalam beberapa ujian, sementara
teman saya lulus di semua pelajaran itu. Sekarang dia menjadi insinyur di Microsoft
sementara saya menjadi pemilik Microsoft.”
Selain itu ada juga kata-kata bijak dari Bob Sadino yang bunyinya: “Orang goblok sulit dapat
kerja, akhirnya usaha sendiri. Ketika sukses, orang goblok mempekerjakan orang pintar.”
Mirisnya, kata-kata itu dijadikan panutan secara abal-abalan oleh anak-anak zaman
sekarang yang malas. Malas bergerak, malas berusaha. Kerjanya pegang handphone
melulu, begitu disinggung masalah pendidikan malah selow, tidak peduli.

”Bodo amat, belajar bukan penentu kesuksesan.”

Wow, kata-katanya terdengar seolah dia sudah hidup selama ratusan tahun dan sudah
melakukan penelitian yang amat akurat tentang kehidupan yang akan terjadi di masa
depannya. Pergi sekolah seminggu tiga kali, sampainya malah ketiduran, atau asyik
bergosip. Ada apa-apa bergantungnya ke anak juara kelas. Di sekolah hanya masuk dua
puluh besar, katanya tidak peduli dengan nilai ataupun peringkat. Saat mau lulus malah
nangis karena banyak nilai yang tidak sempurna.

Saya mungkin tidak pintar-pintar sekali di sekolah. Tapi entah karena guru sayang sekali
pada saya jadi selama dua tahun berturut turut saya selalu mendapatkan peringkat pertama.
Saya anggap juga itu terjadi mungkin berkat keridhaan Tuhan atas perjuangan saya selama
bersekolah. Yah, hanya sekedar berjuang untuk rajin hadir di sekolah dan bikin tugas. Tapi
namanya tetap perjuangan, kan?

Tahun itu saya berniat untuk melanjutkan pendidikan ke universitas. Sejak kelas dua saya
sudah sibuk mutar-mutar perpustakaan dan google untuk mencari contoh soal ujian
nasional, juga soal-soal ujian masuk perguruan tinggi. Setelah dapat, saya ajak teman
teman saya untuk belajar bersama sama. Tapi herannya, mereka menolak. Malah saya
dikatai, ”Sok rajin!”

“Ow!” Saya pikir, sepertinya teman-teman saya juga penganut kata-kata bijak tersebut. Ya
sudahlah, dari pada ribut. Jika mereka tidak mau berjuang, baik, saya yang akan berjuang
sendiri. Semakin lama hari semakin dekat. Saya prihatin juga dengan teman-teman yang
impiannya ingin kuliah di universitas ternama. Padahal SNMPTN dan SBMPTN saja belum
mengerti maksudnya.

Saat guru membimbing pendaftaran melalui jalur SNMPTN, mereka pada panik tanya sana
sini. Apa itu SNMPTN, sama dengan bidikmisi, tidak? Sebenarnya sudah dari jauh hari saya
coba memperkenalkan istilah-istilah tersebut. Dan sekarang saya lagi lagi harus berkali-kali
menjelaskan,

”Teman, SNMPTN itu seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Bukan bidikmisi. Tapi
salah satu syarat untuk mendapatkan bidikmisi adalah harus lolos seleksi ini. Di seleksi ini,
nilai rapor kita dari semester satu sampai semester lima akan dikirim dan di seleksi. Jika ada
yang tidak mencukupi KKM, maka tidak lolos.”

Nyatanya, banyak yang menangis karena nilainya tidak cukup. Kata saya, “Tidak apa-apa,
masih ada SBMPTN. Tapi harus giat belajar. Soalnya ratusan. Lima belas soal matematika,
lima belas soal biologi, lima belas soal kimia.”

“Ah! Aku tidak mau kuliah!” ujarnya. “Kuliah bukan penentu kesuksesan masa depan.”
“Terus, apa rencana kamu untuk meraih kesuksesan di masa depan nanti?” Tanya saya.
Karena yah, bisa saja dia punya rencana yang lebih efektif lagi dibandingkan berkuliah.
Namun jawabannya mengecewakan, dia hanya menjawab dengan pernyataan yang samar
samar. ”Entahlah.”

Bukan sampai di situ. Lebih mengejutkannya lagi, ada yang berbuat curang. Memanipulasi
seluruh nilai menjadi di atas sembilan puluh. Hingga di kemudian hari dia dinyatakan lolos
SNMPTN. Tidak adil! Yang berjuang ternyata kalah dengan yang ber-uang. Seakan
perjuangan itu tak berharga sama sekali. Namun beruang tapi berkepribadian malas tetap
tak akan bertahan, kan? Di universitas malas-malas, mau lulus setelah berapa tahun?

Dan tenang, masih belum pupus sebuah harapan. Yang tidak lolos SNMPTN, akan menjadi
pejuang SBMPTN. Dan di situlah terlihat yang mana para pejuang sejati selama ini. Pejuang
masuk perguruan tinggi.

Mungkin bakal banyak yang bertanya, kenapa sih serius sekali ingin lulus masuk kuliah?
Buang-buang umur saja. Setelah lulus kerjanya biasa saja, tidak hebat. Itu sih menurut
pendapat masing-masing. Kuliah tak selalu hanya buang-buang umur.

Selama berkuliah mahasiswa itu belajar. Mempelajari ilmu dan mengasah kemampuan,
termasuk kemampuan bertanggung jawab dalam setiap tugas yang diberikan. Dan itu
semua termasuk perjuangan. Setiap perjuangan tidak mungkin sia-sia, bukan?
Meski setelah lulus kerjanya biasa saja, tidak sehebat tokoh tokoh terkenal yang kaya raya.
Yang penting rezeki yang didapat halal, kan?

Orang orang juga tidak bisa mengatai orang-orang yang putus sekolah. Karena siapa tahu
pintu pikiran mereka suatu saat terbuka, lalu timbul hasrat mencoba berusaha, berjuang
untuk memperbaiki masa depannya yang awalnya suram. Hingga akhirnya menjadi orang
yang sukses.

Karena hidup adalah berjuang. Mereka yang telah mengangkat nama di dunia ini, pada
asalnya adalah orang orang yang berani berjuang.

 Contoh tulisan non ilmiah

Tulisan nonilmiah ada novel, cerpen, drama, dan dongeng. Contoh dongeng, seperti berikut:

Suatu hari ada anak sapi yang hidup sendirian di alam liar. Anak rusa ini telah ditinggalkan
sejak dia adalah anak dari keluarganya. Keluarganya sendiri menghilang karena mereka
diburu oleh sejumlah pemburu yang melihat tanduk binatang jenis ini. Untungnya, rusa itu
selamat setelah seekor gajah yang baik membantunya. Sayangnya, gajah yang
membantunya sekarang hilang.
Bukan karena perburuan, tetapi karena usia yang tidak lagi ada di tubuh gajah. Anak rusa
harus bertahan hidup sendirian di hutan yang sunyi. Suatu hari seekor trenggiling datang ke
hutan yang tenang dan melewati rusa. Awalnya, kedua binatang itu saling bermusuhan dan
disalahpahami. Namun, mereka akhirnya berdamai dan sejak saat itulah petualangan kedua
mereka dimulai .

Tugas 2: Carilah 3 contoh sebuah esai, kemudian identifikasilah bagian mana yang
termasuk paragraf pendahuluan, paragraf tubuh, dan paragraf penyimpul.

1. Pendidikan Karakter Pancasila

Seiring dengan perkembangan jaman, nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam pancasila
semakin memudar. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang lahir karena kemajemukan
dan perbedaan yang dipersatukan oleh kesadaran bersama untuk hidup sebagai bangsa
yang merdeka dan berdaulat. (Paragraf Pendahuluan)

Belajar dari sejarah, bangsa Indonesia lahir dari berbagai perbedaan suku, budaya, ras ,
agama, adat-istiadat dan masih banyak lagi. Perbedaan tersebut bukan menjadi masalah
besar ataupun pemutus tali persatuan sesama bangsa Indonesia, melainkan hal tersebut
menjadi kekayaan bagi bangsa Indonesia. (Paragraf Pendahuluan)

Anehnya kini, para pelajar sudah tak lagi mengenal secara erat arti Pancasila yang
sesungguhnya. Efek global yang semakin merajalela, mengakibatkan karakter pancasila
pada diri generasi muda bangsa luntur dan memudar. Namun, pendidikan karakter yang ada
saat ini belum mencerminkan jati diri Indonesia. (Paragraf Isi)

Pendidikan Berkarakter Pancasila ini sangat dibutuhkan untuk para generasi muda bangsa.
Merekalah yang menjadi penerus bangsa Indonesia, pewaris seluruh kekayaan negeri ini.
Menanamkan jiwa dan karakter Pancasila akan menjadi mudah dalam  pengamalan nilai-
nilai Pancasila nantinya. Setiap jenjang pendidikan perlu diberikan pendidikan berkarakter
Pancasila untuk memperkuat karakter Pancasila yang sesungguhnya. (Paragraf Isi)

Dinamika yang semakin kompleks menjadikan kebutuhan tersendiri untuk bangsa Indonesia
menyelenggarakan Pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsa. Pancasila sebagian
besar dirumuskan oleh para pemuda-pemudi yang artinya sudah sangat jelas tujuan
pembentukan pancasila bertujuan untuk memberi arah kepada para generasi muda.
(Pargraf Penutup)

Dengan adanya Pendidikan Berkarakter Pancasila pada tahun kejayaan 2045 nantinya,
Indonesia sudah siap menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Bibit-bibit muda
siap dihasilkan sesuai dengan cita-cita bangsa yang telah disusun 100 tahun yang lalu.
Generasi Emas bukanlah lagi menjadi mimpi seluruh bangsa Indonesia, bahkan hal tersebut
menjadi kenyataan dengan kemerdekaan yang sesungguhnya. (Pargraf Penyimpul)
2. Masa Keemasan

Mereka bilang usia 20 adalah usia yang matang. Masa dimana sudah tak seharusnya
bergantung lagi pada orang tua. Bukan lagi usia remaja yang masih memiliki waktu untuk
bersenda gurau dan bermain-main. Usia yang seharusnya sudah harus menatap masa
depan. Sebagian dari mereka sudah mampu membina rumah tangga di usia yang hampir
menjadi dewasa. (Paragraf Pendahuluan)

Pada dasarnya setiap manusia adalah makhluk sosial yang hidup membutuhkan manusia
lain, namun bukankah manusia juga makhluk individu yang berproses membangun dirinya
sendiri. Bayi lahir dari rahim ibu dengan bantuan orang lain, dokter atau bidan misalnya.
Beranjak kanak-kanak manusia semakin membutuhkan orang tua yang bertanggung jawab
atas dirinya, belum lagi atas perbuatan-perbuatan nakal yang mengganggu orang lain.
(Paragraf Isi)

Tak dapat dihindari, mau tidak mau, cepat ataupun lambat, dengan persiapan ataupun
tanpa persiapan, masa itu akan datang. Masa dimana sudah tidak lagi bergantung kepada
orang tua, teman maupun orang-orang sekitar. Masa dimana saya, kamu, dan kalian semua
harus berjuang atas diri kita masing. (Pargraf Penyimpul)

3. mendeskripsikan diri sendiri

Nama saya Amir Farudin Jauhari, saya lahir di bekasi tanggal 21 November 1993. Banyak
teman – teman mengatakan saya adalah pribadi yang aneh, tetapi juga menyenangkan dan
baik hati. Saya memang bukan orang yang cerdas namun dapat membantu banyak teman –
teman saya. (Paragraf Pendahuluan)

Selama berkuliah jurusan akuntansi ini, kurang lebih mengajarkan saya untuk menjadi
seseorang yang teliti, penyabar serta tenang dalam menghadapi sesuatu. Saya dituntut
untuk memiliki kemampuan analisis yang baik untuk dapat mengetahui dimana letak
kesalahan tersebut. (Paragraf Isi)

Saya pernah melakukan magang di PT. Harum Sekali. Saat itu saya bergabung dengan
Divisi Keuangan dan membantu staff Verifikasi Keuangan. Tugas yang saya lakukan saat itu
adalah sebagai Audit. (Paragraf Isi)

Terkait pengalaman saya berorganisasi dimulai saat menduduki bangku SMA. Saat itu pula
saya terpilih untuk menjadi Ketua dari salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Kegemaran berorganisasi berlanjut hingga memasuki masa perkuliahan. Selama dua
periode waktu saya telah dihabiskan bersama Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Akuntansi. (Pargraf Penyimpul)
Tugas dari Bab 2. Memilih Topik dan Merumuskan Judul Esai

Tugas 1: Secara mandiri, kelompok kecil, atau seluruh kelas, pilihlan satu subjek dan
persempitlah topik tersebut menjadi topik yang lebih spesifik. Pancasila Teknik Farmasi
Psikologi Pandemi Covid-19 Ekonomi Hukum Komunikasi Pariwisata

Covid-19:

Covid yang terjadi di Indonesia, lebih tepatnya penanganan dari wabah tersebut, lebih
tepanya lagi cara masyarakat menghadapi keadaan tersebut.

"Indonesia Bisa, Bersama Melawan Covid 19".

Tugas 2: Rumuskanlah satu judul mengenai topic di bawah ini. Tetapi sebelum Anda
merumuskan judul tersebut, persempitlah subjek tersebut menjadi lebih spesifik.

 Pandemi Covid 19
 Kampus Merdeka, Merdeka Belajar
 Pancasila dan Agama.

Pandemi Covid 19,

Dengan rumusan

1. Bagaimanakah cara penularan Covid-19?

2. Bagimanakah gejala dari Covid-19?

3. Bagaimakah cara mencegah penularan Covid-19 ?

Anda mungkin juga menyukai