Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmiah Living Law.

E- ISSN 2550-1208 Volume 14 Nomor 2 Juli 2022 87

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PERUMAHAN ATAS PENYALAHGUNAAN


FASILITAS SOSIAL DAN FASILITAS UMUM MENJADI LAHAN BISNIS

LEGAL PROTECTION FOR HOUSING CONSUMERS FOR ABUSE OF


SOCIAL AND PUBLIC FACILITIES BECOME BUSINESS LAND

Abdullah Emile Oemar Program Studi Magister Hukum, Sekolah Pascasarjana,


Alamudy, Martin Roestamy, Universitas Djuanda Bogor.
Endeh Suhartini Korespondensi: Abdullah Emile Omar Alamudy
e-mail: abdullahemile@gmail.com

Jurnal Abstract: Social Facilities and Public Facilities are supporting facilities in a
Living Law, residential area to provide interaction and activities for the residents. This Social and
Vol. 14, No. Public facility has existed since a housing will be built which is stated in the Site Plan
2,
to be known by housing consumers. However, the site plans sometimes turn into
2022
hlm. 87-102 business from their original functions. With the normative juridical research method,
the author tries to examine laws and regulations relating to Social and Public Health
by analyzing the handling of changes in these facilities that have changed functions
into business land as legal protection for housing consumers and efforts to resolve the
switching function of these facilities by developers as a legal liability. The results of
the research carried out, that the change into a business area in a housing/settlement
is very detrimental to the rights of customers to get their rights to the facilities.

Keywords: Social Facilities Public Facilities; Business Land; Consumer Protection.

Abstrak: Fasilitas Sosial (Fasos) dan Fasilitas Umum (Fasum) merupakan sarana
pendukung dalam suatu kawasan perumahan untuk memberikan interaksi dan
kegiatan para penghuninya. Fasos dan Fasum ini sudah ada sejak suatu perumahan
akan dibangun yang tertuang pada Rencana Tapak (Site Plan) agar diketahui oleh
konsumen perumahan/properti selaku pembeli. Namun, site plan Fasos dan Fasum
ini terkadang berubah menjadi lahan bisnis yang tidak sesuai dengan fungsinya
semula. Dengan metode penelitian yuridis normatif, penulis mencoba mengkaji
beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Fasos dan Fasum
dengan cara menganalisis penanggulangan perubahan fasilitas ini yang berubah
fungsi sebagai perlindungan hukum bagi konsumen perumahan dan upaya
penyelesaian atas beralih fungsi fasilitas tersebut sebagai pertanggungjawaban
hukumnya. Hasil penelitian yang dilakukan, bahwa perubahan di suatu
perumahan/permukiman sangat merugikan konsumen perumahan untuk
mendapatkan haknya. Maka pemerintah daerah perlu untuk mewajibkan
persyaratan bagi pengembang/developer untuk mencantumkan dan menjelaskan
rencana tapak (site plan) ini, agar konsumen perumahan itu terlindungi.

Kata Kunci: Fasos/Fasum; Lahan Bisnis; Perlindungan Konsumen.

PENDAHULUAN rumah dan akan berusaha untuk


mendapatkannya sesuai dengan
Rumah merupakan kebutuhan dasar kemampuan dan keinginannya. Kebutuhan
bagi manusia, setelah kebutuhan sandang ini merupakan bentuk kebutuhan dasar
dan pangan. Setiap manusia bagi setiap orang untuk hidup
mengutamakan pemenuhan kebutuhan mendapatkan ketenangan lahir batin,
88 A. E. Alamudy, Et, al. Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan

sejahtera dengan memiliki tempat tinggal Kawasan Permukiman (selanjutnya disebut


dengan lingkungan yang sehat. Oleh Undang-Undang Perumahan dan
karena itu, kebutuhan akan rumah Permukiman/Undang-Undang Perkim),
merupakan bagian hak asasi manusia yang bahwa pembangunan perumahan dan
patut dilindungi dan menjadi tanggung permukiman ditujukan untuk memberikan
jawab negara dalam menyediakan kawasan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
perumahan yang dapat terjangkau, layak, perumahan dan kawasan permukiman
sehat, aman, dan harmonis.1 Adanya serta meningkatkan daya guna dan hasil
perumahan yang layak dan terjangkau ini guna sumber daya alam bagi pembangunan
merupakan pengakuan dan perlindungan perumahan dan memberdayakan para
terhadap hak-hak asasi manusia sebagai pemangku kepentingan bidang
tujuan dari negara kesejahteraan.2 pembangunan perumahan dan kawasan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pemukiman.
(UUD 1945), mengatur bahwa “Setiap Sejalan dengan tujuan pembangunan
orang berhak hidup sejahtera lahir dan perumahan dan kawasan permukiman
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan tersebut, Pemerintah Kota Depok melalui
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta Perda Nomor 7 Tahun 2018 . Demikian
berhak memperoleh pelayanan kesehatan” pula, pemerintah daerah Kota Bogor
(Pasal 28H ayat 1 UUD 1945). Selain itu, dengan Perda Kota Bogor Nomor 13 Tahun
kesejahteraan merupakan terpenuhinya 2009 tentang Penyediaan dan Penyerahan
kehidupan yang layak baik matreerial Prasarana, Sarana, Utilitas Perumahan dan
mauupun spiritual, sehingga dapat Permukiman.
menngembangkan dirinya dalam Berdasarkan Perda Kota Depok Nomor
bersosialisasi dengan lainnya.3 Kebutuhan 14 Tahun 2013 tentang Penyerahan
rumah sebagai hak warga Negara untuk Prasarana Sarana Dan Utilitas Perumahan
mendapatkannya, menjadi kewajiban Dan Permukiman, telah diatur dalam
Negara untuk memenuhi kebutuhan ini. pengaturan tentang aset bahwa dari 100
Namun, populasi jumlah penduduk yang persen lahan yang dipergunakan untuk
makin pesat dan tuntutan ketersediaan membangun perumahan komersil,
lahan untuk perumahan mengalami sebesar 40 persen harus digunakan untuk
peningkatan, terutama pada masyarakat Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum (Fasos-
perkotaan, keinginan untuk mendapatkan Fasum), sementara pengembang hanya
rumah yang memenuhi standar kesehatan, boleh menjual 60 persennya.5 Di mana 40
standar konstruksi, ketersediaan fasilitas persen lahan ini, akan masuk ke aset Depok
umum, fasilitas sosial dan prasarana dan digunakan untuk kepentingan warga,
lingkungan menjadi terbatas.4 misalnya untuk taman, resapan atau
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 lapangan.6
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pada kenyataannya berkaitan dengan
adanya kewajiban bagi
1 Luthfi J. Kurniawan, dkk., Negara Kesejahteraan pengembang/developer untuk
Dan Pelayanan Sosial, Intrans Publishing, menyediakan fasos dan fasum itu,
Malang, 2015, Hlm. 12.
2 Dani Purwanto, Ujang Bahar, Endeh Suhartini,
kemudian akan diserahkan kepada
Optimalisasi Perlindugan Hukum Tenaga Kerja pemerintah daerah (Kota Depok/Bogor),
Dalam Aspek Keselamatan Kerja Pada Proyek
Konstruksi Di Wilayah Bogor, Jurnal Ilmiah Living 5https://republika.co.id/berita/nasional/umum/15

Law, Volume 12, Nomor 1, Januari 2020, Hlm. 47. /05/28/np22ir-untuk-bisnis-properti-fasos-


3 Ibid. dan-fasum-harus-40-persen, 2 Maret 2021, jam
4 Tamara Marsya, Analisa Yuridis Terhadap 17.15 WIB.
Penyediaan Fasilitas Sosial Dan Fasilitas Umum 6
https://jakarta.bisnis.com/read/20150529/383/4
Pada Perumahan Di Kota Depok, UPN Veteran, 38396/bangun-perumahan-komersil-di-depok-
Jakarta, 2016, diakses pada tanggal 3 Maret jangan-lupa-taati-aturan-ini., 2 Maret 2021 17.08
2021, jam 16.09 WIB. WIB.
Jurnal Ilmiah Living Law. E- ISSN 2550-1208 Volume 14 Nomor 2 Juli 2022 89

pengajuan site plan, yang di atur dalam mengimbangi.11 Artinya, bahwa hak atas
ketentuan Perda Kota Depok No 7 Th 2018 tanah apapun yang ada pada seseorang
dan Perda Kota Bogor No 14 Th 2012 , tidaklah dapat dibenarkan tanah tersebut
masih terjadi adanya pengembang yang hanya untuk kepentingan semata pribadi,
memanfaat ketentuan ini untuk merubah tetapi semua hak atas tanah mempunyai
sertifikat fasos-fasum menjadi sertifikat fungsi sosial (Pasal 6 Undang-Undang
hak atas tanah yang lainnya. 7 Selain itu, Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
banyaknya fasos-fasum yang tidak efektif, Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang
karena banyak digunakan bukan sebagai selanjutnya disebut dengan UUPA) dan
fasilitas-fasilitas sesuai fungsinya, terutama kepentingan perseorangan tidak akan
untuk lahan-lahan ruang terbuka hijau terdesak oleh kepentingan umum
(RTH) menjadi lahan bisnis, seperti: (masyarakat), sehingga penggunaan tanah
penggunaan jalan lingkungan untuk parkir, harus disesuaikan dengan keadaannya dan
menjadi kios-kios, pos ormas,8 dan banyak sifat haknya, agar bermanfaat bagi bagi
pengembang di Kota Depok maupun Kota kesejahteraan pemegang haknya maupun
Bogor yang mengingkari aturan itu, bagi masyarakat dan negara.12
sehingga banyak pula fasos-fasum yang Dengan demikian, fasos-fasum sebagai
menjadi telantar atau menjadi lahan tidur.9 lahan yang sedianya untuk kepentingan
Seharusnya, jika ada perubahan umum atau kepentingan rakyat
terhadap site plan awal, yang diajukan banyak/bersama, 13 tidak boleh diterobos
kepada pemerintah Kota Depok/Bogor dengan alasan lain yang mengakibatkan
untuk merevisi site plan tersebut. dapat digunakan untuk keuntungan pribadi
Kemudian, pemerintah daerah Kota menjadi lahan bisnis. Seharusnya dapat
Depok/Bogor dapat mengambil alih dimanfaatkan oleh masyarakat dan dapat
fasilitas-fasilitas yang tidak sesuai memiliki nilai ekonomis, jika dimanfaatkan
peruntukannya. Berdasarkan ketentuan untuk kepentingan usaha bersama. Maka,
Pasal 21 Permendagri No 9 Tahun 2009, perlu suatu persyaratan dalam hal
disebutkan pemerintah daerah dapat pengajuan permohonan site plan bagi
mengambil alih fasilitas sosial dan fasilitas pengembang/developer diadakan
umum, jika ditelantarkan dan belum ketentuan suatu bentuk komunitas
diserahkan kepada pemerintah. Apalagi perumahan selaku konsumen yang akan
pembiayaan dalam pembangunan fasos- mengelola fasos-fasum untuk dapat
fasum, seperti diatur dalam Permendagri dimanfaatkan oleh penghuni perumahan
No 9 Th 2009 adalah dibebankan pada sebagai bagian dari ketentuan dalam
harga rumah. Untuk itu, developer dapat peraturan daerah (kota Depok/Bogor),
menyediakan fasos-fasum tersebut dengan agar kepentingan penghuni perumahan
tanpa ada kerugian.10 dalam pengelolaan fasos-fasum ini lebih
Fasos-fasum merupakan lahan untuk bermanfaat.
kepentingan umum, sehingga kepentingan
pribadi haruslah memperhatikan METODE PENELITIAN
kepentingan masyarakat (konsumen
perumahan), dengan tidak saling Dalam penelitian yang digunakan
menghilangkan, tetapi harus saling penulis adalah dengan metode penelitian
yuridis normatif. Sebagai sifat penelitian

7 Error! Hyperlink reference not valid.Loc.cit. 11 Aminuddin Salle, Hukum Pengadaan Tanah,
8 Error! Hyperlink reference not valid. Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007, Hlm. 192.
9 Ibid. 12 Penjelasan Umum II angka 4 Undang-Undang
10 Pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
9 Tahun 2009 tentang Prasarana, Sarana dan Pokok-Pokok Agraria.
Utilitas. 13 Aminuddin Salle, Op.cit., Hlm. 197.
90 A. E. Alamudy, Et, al. Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan

ini, yaitu mencari hukum yang dikonsepkan diberikan hukum terhadap hak-hak
sebagai norma, kaidah, asas atau dogma- konsumen perumahan, yaitu berhak
dogma atau dikenal dengan pendekatan mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau
doktrinal.14 Maka, penulis mencoba penggantian, jika bangunan rumah atau
mencari pemberlakuan ketentuan hukum fasilitas yang diperjanjikan yang diterima
normatif, yaitu Peraturan Daerah,15 yang tidak sesuai atau kesepakatan denga
berdasarkan data primer sebagai data pengembang/developer.18
pendukung dengan wawancara kepada Sedangkan Fasos dan Fasum
instansi pemerintah terkait untuk menyangkut dan berhubungan dengan
dianalisis dengan cara kualitatif, kemudian perumahan. Perumahan merupakan
diuraikan dalam analisis deskriptif sebagai kelompok rumah yang membentuk satu
bentuk norma baru dalam peraturan kesatuan dan berfungsi sebagai tempat
daerah tersebut. tinggal atau lingkungan hunian, dilengkapi
dengan prasarana dan sarana, serta sesuai
PEMBAHASAN pada dengan lokasi yang ada, guna
mendukung aktivitas masyarakat aktif di
A. PERLINDUNGAN KONSUMEN
dalamnya.19
PERUMAHAN DAN FASOS/FASUM
Adapun jenis-jenis prasarana, sarana
dan permukiman sebagaimana yang
Konsumen perumahan yaitu setiap dimaksud dalam Permendagri di atas,
orang yang membeli dan menggunakan adalah prasarana perumahan dan
rumah yang disediakan oleh permukiman antara lain jaringan jalan,
pengembang/developer sebagai kawasan saluran pembuangan air limbah, saluran
perumahan dan permukiman.16 pembuangan air hujan (drainase) dan
Perlindungan konsumen yang tempat pembuangan sampah. Sarana
dimaksud adalah yang berkaitan dengan perumahan dan permukiman antara lain
perlindungan hukum, maka perlindungan sarana perniagaan/perbelanjaan, sarana
konsumen mengandung aspek hukum. umum dan pemerintahan, pendidikan,
Adapun materi yang mendapatkan kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olah
perlindungan itu bukan sekedar fisik saja, raga, pemakaman, pertamanan dan ruang
melainkan hak-hak konsumen.17 Hal ini terbuka hijau dan parkir, Utilitas
sebagaimana disebutkan dalam Undang- perumahan dan permukiman antara lain
Undang Perlindungan Konsumen bahwa jaringan air bersih, jaringan listrik, telpon,
dimaksud dengan perlindungan konsumen gas, transportasi, pemadam kebakaran dan
adalah ”Segala upaya yang menjamin penerangan jasa umum.
adanya kepastian hukum untuk Adanya perencanaan yang meliputi
memberikan perlindungan kepada Fasos maupun Fasum dalam pembangunan
konsumen”. Jadi, perlindungan konsumen perumahan ditujukan agar setiap keluarga
perumahan adalah perlindungan yang menempati rumah yang layak dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan
14 Martin Roestamy, et al., Metode Penelitian
Laporan dan Penulisan Karya Ilmiah Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Bogor, 18 https://www.99.co/blog/indonesia/hak-
2015, Hlm. 54. konsumen-properti, diakses pada tanggal 15 Juli
15 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian 2021, jam 14.57 WIB.
Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, 19 Widyasari Her Nugrahandika, Retno Widodo Dwi
Hlm. 134. Pramono, Lokalitas Pengaturan Prasarana,
16 Lihat Pasal 1 angka 2 dan 5 Undang-Undang Sarana Dan Utilitas Umum Perumahan di DIY:
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Tipologi Permasalahannya, Makalah Seminar
Kawasan Permukiman. Nasional Space# 3, Membingkai Multikultur dalam
17 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Kearifan Lokal Melalui Perencanaan Wilayah dan
Indonesia, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Kota, Yogyakarta, 2015, Hlm. 229., diakses pada
Indonesia, Jakarta, 2004, Hlm. 19. tanggal 3 April 2021, jam. 17.12 WIB.
Jurnal Ilmiah Living Law. E- ISSN 2550-1208 Volume 14 Nomor 2 Juli 2022 91

teratur. Karena itu, perlu lingkungan yang Bogor, pernah pula terjadi penyelewengan
memenuhi persyaratan penggunaan tanah, terhadap Fasos/Fasum yang dilakukan oleh
penguasaan hak atas tanah, dan kelayakan pengembang/developer, yaitu hanya
prasarana dan sarana lingkungannya untuk pemanfaatan lahan fasos/fasum oleh warga
menunjang kebutuhan penghuni tanpa seizin instansi yang berwenang dan
perumahan tersebut. 20 perubahan site plan yang tidak sesuai
dengan peruntukannya.24
B. TERJADINYA PENYALAHGUNAAN Namun, bisa saja terjadi
SERTIFIKAT FASOS DAN FASUM OLEH penyelewengan terhadap Fasos/Fasum
PENGEMBANG DI KOTA DEPOK DAN yang diajukan, tetapi biasanya pengembang
BOGOR membuat revisi site plan.25 Jika telah
terjadi penyalahgunaan Fasos/Fasum oleh
Berdasarkan ketentuan peraturan pengembang/developer, maka Pemerintah
pemerintah daerah Kota Depok dan Bogor Daerah setempat menyampaikan surat
maupun hasil langsung wawancara, bahwa kepada pengembang untuk meminta agar
pada dasarnya bagi memperbaiki site plan sesuai dengan
pengembang/developer yang akan peruntukan Prasarana, Sarana, Utilitas
membangun perumahan dan permukiman perumahan tersebut dan
diwajibkan untuk menyediakan Fasos dan pengembang/developer membuat surat
Fasum untuk menunjang kegiatan dalam pernyataan untuk memperbaikinya.26
beraktifitas sebagai kelompok penghuni
suatu perumahan dan permukiman.21 Tabel 1. Penyelewenang Terhadap Site Plan
Adanya perubahan pemanfaatan Fasos dan Fasos/Fasum di Kota Depok*
Fasum, haruslah berdasarkan hasil kajian
yang dilakukan oleh perangkat daerah yang Dinas/Instansi Pernah Keterangan
/Belum
membutuhkan lahan, yang dalam Pengembang
pelaksanaannya sesuai dengan peraturan Badan Keuangan
Pernah menyediakan lahan
Daerah (BKD)
perundang-undangan.22 pengganti.
Badan
Berkaitan dengan terjadi Perencanaan
penyelewenangan atas Fasos/Fasum Pembangunan
Belum -
perumahan oleh pengembang/developer, dan Penelitian
Pengembangan
namun kemudian Pemerintah Daerah Kota (BAPPEDA)
Depok meminta kepada pengembang Adanya surat kepada
bersangkutan untuk menggantikan dengan Kantor
Pernah
pengembang untuk
Pertanahan memperbaiki site
lahan yang lain.23 Sedangkan, untuk Kota plan.

20 Urip Santoso, Loc.cit., Hlm. 3. Tabel 2. Penyelewenang Terhadap Site Plan


21 Wawancara dengan Bapak Andi Rahman, S.Sos, Fasos/Fasum di Kota Bogor*
MA., Kepala Sub Bidang Penggunaan,
Pemanfaatan, Pemindah tanganan, Pemusnahan,
Pengamanan dan Penghapusan Barang Milik Dinas/Instansi Pernah Keterangan
Daerah pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah /Belum
Kota Bogor, dilakukan pada tanggal 5 Agustus
2021 di Kantor Badan Keuangan Dan Aset Badan Keuangan Pernah Fasos/Fasum (PSU)
Daerah Kota Bogor, Jl. Pemuda No. 31, Daerah (BKD)
RT.01/RW.06, Tanah Sareal, Kecamatan Tanah
Sereal, Kota Bogor. 24
Wawancara dengan Bapak Suhendar S., SIT,
22 Wawancara dengan Bapak Fadly, Kepala Bidang Kepala Seksi Survei dan Pemetaan, Kantor
Aset Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Depok, Pertanahan Kota Bogor.
tanggal 3 Agustus 2021. 25
Wawancara dengan Rose Rosita Dewi, SH., MH.,
23 Wawancara dengan Bapak Fadli, Kabid. Kasi Pengadaan Tanah dan Pengembangan, Kantor
Pengelolaan Aset Kota Depok, tanggal 3 Agustus Pertanahan Kota Depok.
2021. 26
Ibid.
92 A. E. Alamudy, Et, al. Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan

hanya dimanfaatkan secara jelas telah mengatur bagi


oleh warga tanpa
izin.
pengembang/developer yang akan
Badan Pernah Revisi Site plan yang merencanakan pemanfaatan lahan
Perencanaan tidak sesuai keperluan pembangunan perumahan
Pembangunan dan peruntukan PSU.
Penelitian Pemda Kota Bogor
wajib memiliki site plan sebagai
Pengembangan meminta surat persyaratan agar tidak bertentangan
(BAPPEDA) pernyataan kepada dengan tata kota maupun
pengembang/develo
per untuk
pengembangan permukinan. Begitu pula
memperbaikinya. dalam Perwali Bogor No 8 Tahun 2014
Kantor Belum Adanya revisi-revisi tentang Tata Cara Penyediaan dan
Pertanahan site plan yang
diajukan oleh
Penyerahan Prasarana, Sarana, Utilitas
pengembang/develo (PSU) Perumahan dan Permukiman,
per. secara jelas telah mengatur kewajiban
bagi pengembang/developer untuk
C. ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM menyediakan Fasos dan Fasum sebagai
BAGI KONSUMEN ATAS persyaratan untuk mendapatkan izin
PENYALAHGUNAAN FASOS DAN rencana tapak (site plan) bagi
FASUM MENJADI LAHAN BISNIS perumahan yang akan dibangun.
Bagi konsumen perumahan, Fasos
dan Fasum merupakan suatu kebutuhan
1. Penanggulangan Perubahan Fasos
yang sangat penting untuk melengkapi
dan Fasum yang Berubah Fungsi
kehidupan dalam keluarganya, karena
Menjadi Lahan Bisnis oleh
dengan rumah sebagai tempat tinggal,
Pengembang/Developer Sebagai
dan fasilitas yang tersedia (Fasos dan
Perlindungan Hukum Bagi
Fasum) sebagai penunjang tempat
Konsumen Perumahan di Kota
membina keluarga dan lingkungan sosial
Depok/Bogor
perumahan yang dihuninya. Selain itu,
alasan konsumen perumahan membeli
Pemenuhan Fasos dan Fasum pada rumah adalah untuk investasi dan secara
perumahan/permukiman yang layak sosial rumah juga berfungsi sebagai
huni sebagaimana telah ditetapkan simbol status sosial dalam masyarakat.
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun Terkadang konsumen perumahan
2011 tentang Perumahan dan Kawasan hanya memahami tentang haknya pada
Permukiman (Undang-Undang Perkim), saat membeli rumah di suatu
di mana dalam Undang-undang ini perumahan hanyalah akses terhadap
dikatakan bahwa penyelenggaraan utilitas saja tidak untuk memahami
kawasan permukiman yang terhadap hak sarana dan prasarana.
dilaksanakan oleh Karena, konsumen perumahan saat
pengembang/developer harus melakukan transaksi Perjanjian
memenuhi hak warga negara (konsumen Perikatan Jual Beli (PPJB) tidak
perumahan) sebagai tujuan untuk tercantum mengenai pengadaan dan
mendapatkan tempat tinggal yang layak pengelolaan PSU, konsumen hanya tahu
dalam lingkungan yang sehat dan dan tertarik membeli rumah adanya
menjamin kepastian bermukim.27 janji atas PSU dari brosur/site plan iklan
Berdasarkan ketentuan Perwali yang tertera dalam iklan tersebut.28
Depok No 27 Th 2015 tentang Tata Cara Dengan demikian, perencanaan site
Pengajuan Izin Pemanfaatan Ruang dan plan (rencana tapak) sangatlah penting
Pengesahan Rencana Tapak (site plan) untuk diketahui oleh konsumen

27 Widyasari Her Nugrahandika, Retno Widodo Dwi


Pramono, Loc.cit., Hlm. 229. 28
Ibid., Hlm. 131.
Jurnal Ilmiah Living Law. E- ISSN 2550-1208 Volume 14 Nomor 2 Juli 2022 93

perumahan terkait hak-haknya akan (Prasarana, Sarana dan Utilitas)


adanya Fasos dan Fasum pada suatu perumahan yang dilaksanakan oleh
perumahan dan kawasan permukiman. pengembang/developer, sangatlah
Karena, hal ini merupakan fasilitas penting dalam pelaksanaan
dalam lingkungan hunian yang berfungsi pembangunan perumahan.
untuk mendukung penyelenggaraan dan Dengan demikian, penyediaan Fasos
pengembangan kehidupan sosial, dan Fasum perumahan, bukan saja
budaya, dan ekonomi. Maka, jika menjadi tanggung jawab
terjadinya fungsi Fasos dan Fasum pengembang/developer saja, namun
menjadi lahan bisnis, seperti: kios-kios, menjadi bersama-sama pemerintah
lahan perparkiran, dan lainnya kan daerah (Kota Depok/Bogor). Mengingat,
bertentangan dengan persetujuan site pemerintah daerah bukan saja sebagai
plan (rencana tapak) awal yang diajukan regulator dalam penyelenggaraan
kepada pemerintah atau pemerintah perumahan tetapi menjaga lingkungan
daerah. Seharusnya, site plan kawasan permukiman merupakan
merupakan tolak ukur pengendalian kewajiban negara untuk melindungi
pemanfaatan ruang serta target Ruang warga negaranya. Sehingga penyediaan
Terbuka Hijau /Ruang Terbuka dan Fasos dan Fasum dalam suatu area
splitsing tanah (pemecahan sertifikat perumahan dan permukiman haruslah
tanah), karena perumahan tidak di sesuai dengan site plan semula (awal)
bangun dengan tidak adanya Fasos dan yang diajukan oleh
Fasum sebagai hak publik akan RTH, pengembang/developer pada saat
sebagaimana sudah diamanatkan dalam mengajukan pemanfaatan lahan untuk
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 membangun perumahan. Karena,
tentang Penataan Ruang (Undang- dengan tetap mematuhi pada awal site
Undang Penataan Ruang).29 plan yang diajukan akan mencegah
Berdasarkan data yang diperoleh terjadinya penyalahgunaan Fasos dan
penulis mengenai penyelewenangan Fasum di kemudian hari oleh
atas perubahan sertifikat site plan pengembang/developer atau pihak lain
(rencana tapak), pernah terjadi baik di yang ingin memanfaatkan untuk
Kota Depok dan Kota Bogor,30 meskipun kepentingan lain.
sebatas tidak merubah rencana site plan Pengenaan sanksi tersebut di atas,
awal, tetapi hanya pemanfaatan oleh sudah seharusnya menjadi komitmen
warga itu sendiri. Namun, adanya sanksi Pemerintah dalam hal penyediaan PSU
administratif yang dikenakan kepada (Prasarana, Sarana dan Utilitas)
pengembang/developer untuk perumahan yang dilaksanakan oleh
merubah/memperbaikinya (revisi) atau pengembang/developer, sangatlah
membuat surat pernyataan dengan penting, karena dalam penyelenggaraan
kesanggupan mencari lahan pengganti perumahan dan pemukiman.
lainnya sebelum diserah terimakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
kepada Pemerintah Daerah Kota 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Depok/Bogor. Pengenaan sanksi ini, (Undang-Undang Perlindungan
sudah seharusnya menjadi komitmen Konsumen), bahwa perlindungan
Pemerintah dalam hal penyediaan PSU konsumen merupakan segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada
29 Penataan Ruang adalah suatu sistem proses
konsumen. Sehingga, penyediaan dan
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pemanfaatan ruang Pasal 1 angka 5 Undang- pemeliharaan Fasos dan Fasum juga
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan sebagai wujud tanggung jawab
Ruang. pemerintah dalam menciptakan sistem
30 Lihat Tabel 1 dan 2.
94 A. E. Alamudy, Et, al. Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan

perlindungan konsumen untuk adanya memberikan jaminan kepastian hukum,


kepastian hukum, baik bagi pelaku baik dalam bidang hukum privat
usaha (pengembang/developer) agar (perdata) maupun hukum publik
tumbuh sikap jujur dan bertanggung (pidana dan administrasi negara). Hal ini
jawab, maupun bagi konsumen yang merupakan upaya perencanaan dan
merupakan pengakuan harkat dan pengendalian terhadap Fasos dan Fasum
martabatnya.31 yang dipersyaratkan di dalam site plan
Hak-hak konsumen perumahan untuk menanggulangi adanya
untuk mendapatkan keamanan, perubahan-perubahan pada fungsi
informasi, memilih dan di dengar fasilitas PSU nantinya, yang merupakan
sangatlah penting dalam perlindungan wujud untuk memberi perlindungan
konsumen, karena menyangkut kepada konsumen perumahan selaku
penyampaian iklan yang bisa penghuni.
menyesatkan dengan teknik periklanan Peran pemerintah daerah (Kota
yang semakin maju. Oleh karena itu, Depok/Bogor) selaku regulator tentunya
pentingnya perlindungan konsumen tidak boleh memihak kepada salah satu
yang didasari atas adanya kemajuan pihak tertentu, tetapi merencanakan
dalam teknik periklanan. pada pembangunan yang merata dan
Jika dikaitkan dengan teori negara seimbang antara kepentingan umum dan
kesejahteraan, kewajiban pemerintah kepentingan swasta.33 Swasta dalam hal
daerah Kota Depok/Bogor dapat ini pengembang/developer
memberikan kebijakan sosial (social berkepentingan untuk memperoleh
policy) dalam fungsinya sebagai keuntungan semata, sehingga
regulator tersebut sebagai kebijakan peruntukan fasilitas PSU yang
strategis dalam upaya pemerintah seharusnya untuk kepentingan umum
daerah ini untuk meningkatkan menjadi berubah kemanfaatannya yang
kesejahteraan warga penghuni hanya dinikmati oleh pihak tertentu
perumahan dan kawasan permukiman bukan masyarakat luas.
di daerahnya, terutama melalui Dengan demikian, dapat
perlindungan sosial (social protection),32 digambarkan Fasos dan Fasum
dengan pemanfaatan pada tanah yang merupakan merupakan hak dasar bagi
difungsikan untuk kepentingan umum konsumen perumahan yang harus
yang mengandung fungsi sosial. diadakan dan tidak boleh berubah
Perlindungan konsumen menjadi fungsi lainnya. Karena, Fasos
sesungguhnya identik dengan dan Fasum ini merupakan bentuk dari
perlindungan yang diberikan hukum fungsi sosial hak atas tanah. Artinya,
terhadap hak-hak konsumen. Oleh prinsip keutamaan fungsi ini adalah
karena itu, berkaitan dengan bersifat kebersamaan atau
perlindungan konsumen akan kemasyarakatan, mempunyai
kepentingan masyarakat, dan dipelihara,
dijaga agar dapat dinikmati oleh
31 Hardiwinoto Muchtar, Hukum Perlindungan
masyarakat.34
Konsumen Perumahan, diakses dari
https://hardiwinoto.com/perlindungan-
konsumen/, pada tanggal 10 April 2021, jam
21.50 WIB. 33 Nurus Zaman, Politik Hukum Pengadaan Tanah
32 Elviandri, Khuzdaifah Dimyati, dan Absori, Quo Antara Kepentingan Umum dan Perlindungan
Vadis Negara Kesejahteraan : Meneguhkan Hak Asasi Manusia, PT. Refika Aditama,
Ideologi Welfare State Negara Hukum Bandung, 2016, Hlm. 136.
Kesejahteraan Indonesia, Jurnal MIMBAR 34
Ade Arif Firmansyah, Pergeseran Pola
HUKUM, Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, diakses Perlindungan Hukum Dalam Pengadaan Tanah
dari http://jurnal.ugm.ac.id/jmh, pada tanggal Untuk Kepentingan Umum, Graha Ilmu,
25 April 2021, jam 7.56 WIB, Hlm. 255. Yogyakarta, 2018, Hlm. 42.
Jurnal Ilmiah Living Law. E- ISSN 2550-1208 Volume 14 Nomor 2 Juli 2022 95

Dalam hal ini, adanya interaksi terjadinya perubahan fungsi Fasos dan
yang harus dipenuhi atau dipatuhinya, Fasum dapat terjadi karena pada saat
agar konsumen perumahan awal permohonan site plan kurang
mendapatkan hak dasarnya tersebut. memperhatikan rencana tata ruang yang
Menurut penulis, perlu suatu aturan telah disusun.35
sebagai sarana atau instrumen yuridis Pentingnya perencanaan tata ruang
untuk mengatur hal-hal mengenai area perumahan dan permukiman
perubahan fungsi Fasos dan Fasum yang sebagai kebijakan pembangunan daerah
tidak sesuai peruntukannya menjadi (Kota Depok/Bogor) merupakan
lahan bisnis. Karena, perubahan itu keputusan beserta pelaksanaannya
dapat juga memberi kemanfaatan untuk memecahkan permasalahan yang
kepada konsumen perumahan sebagai terkait dengan upaya penanggulangan
penghuni perumahan dan kawasan penyimpangan dari perencanaan yang
permukiman. berpedoman kepada masa depan.36
Bentuk kemanfaatan tersebut di
atas, adalah pemanfaatan lahan yang 2. Upaya Penyelesaian atas Beralih
diberikan oleh pemerintah daerah (Kota Fungsinya Fasos dan Fasum
Depok/Bogor) yaitu dengan, antara lain: Menjadi Lahan Bisnis oleh
a. Penataan suatu substansi hukum Pengembang/Developer Sebagai
yang menciptakan kondisi lahan Pertanggungjawaban Hukum
Fasos dan Fasum yang diperlukan Kepada Konsumen di Kota
bagi perkembangan perumahan dan Depok/Bogor
kawasan permukinan atau
pembangunan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil wawancara
b. Penciptaan berbagai struktur penulis dengan instansi pemerintah
fungsional Fasos dan Fasum yang daerah, baik di Kota Depok dan Kota
tertata secara lingkungan yang baik Bogor, mengenai penyalahgunaan site
dan mewujudkan suatu sistem plan untuk Fasos dan Fasum, yang
pemanfaatan lahan yang memberi kemudian dialihfungsikan menjadi lahan
maupun membentuk keharmonisan bisnis, data yang diperoleh untuk Kota
berbagai kepentingan konsumen Depok pernah terjadi penyelewenangan
perumahan selaku penghuni
atas Fasos dan Fasum perumahan oleh
perumahan dan kawasan pengembang/developer, namun
permukiman. kemudian Pemerintah Daerah Kota
c. Pembinaan kepada konsumen Depok meminta kepada pengembang
perumahan selaku penghuni
bersangkutan untuk menggantikan
perumahan atau masyararakat dengan lahan yang lain.37 Begitu pula,
pemanfaat Fasos dan Fasum ke arah untuk Kota Bogor, pernah terjadi
yang lebih berwawasan lingkungan. penyelewengan terhadap Fasos dan
Dengan demikian, pemerintah
35 Agri Chairunisa Isradjuningtias, Faktor Penyebab
daerah (Kota Depok/Bogor) dalam
Penyimpangan Tata Ruang Pembangunan
penataan pembangunan perumahan Kondominium Di Kota Bandung, diakses dari
(properti) harus sesuai dengan rencana https://journal.unpar.ac.id/index.php/veritas/a
tata ruang yang telah ditetapkan, rticle/download/2687/2423/6372, pada tanggal
sehingga pemanfaatan lahan untuk 23 Oktober 2021, jam 21.34 WIB.
36 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Tata
kawasan perumahan dan permukiman
Ruang Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah,
termasuk di dalamnya fasilitas PSU yang Nuansa, Bandung, 2007, Hlm. 25.
disesuaikan dengan rencana tata ruang 37 Wawancara dengan Bapak Fadli, Kabid.
hijau. Kecenderungan penyimpangan Pengelolaan Aset Kota Depok, tanggal 3 Agustus
2021.
96 A. E. Alamudy, Et, al. Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan

Fasum yang dilakukan oleh administratif dengan membuat surat


pengembang/developer, tetapi hanya pernyataan kesanggupan untuk
pemanfaatan lahan Fasos dan Fasum memperbaiki fasilitas umum yang telah
oleh warga tanpa seizin instansi yang tidak diperuntukan sebagaimana
berwenang.38 fungsinya semula. Karena, sudah
Pada data dari Badan Keuangan menjadi kewajiban bagi
Daerah (BKD) Kota Depok, pernah pengembang/developer untuk
terjadi kasus pengembang merubah site menyediakan lahan Prasarana, Sarana,
plan untuk fasilitas untuk kepentingan dan Utilitas (PSU) perumahan dan
lainnya, yang kemudian pemerintah kawasan permukiman.39
daerah Kota Depok meminta kepada Dalam Undang-Undang Nomor 1
pengembang/developer untuk Tahun 2011 tentang Perumahan dan
menyediakan lahan pengganti dari lahan Kawasan Permukiman (Undang-Undang
yang telah dialihkan menjadi Perkim), adanya hak dan kewajiban
peruntukan lainnya. Sedangkan, untuk penyelenggaraan perumahan dan
Kota Bogor terjadi yang ditangani oleh kawasan permukiman.
BKD Kota Bogor, hanya sebatas fungsi Undang-Undang Perkim ini, telah
fasilitas umum dimanfaatkan oleh warga mengatur masing-masing hak dan
bukan penghuni perumahan untuk kewajiban yang diberlakukan kepada
aktifitas bisnis dengan tidak seizin dari pihak pengembang/developer maupun
pemerintah, dan oleh Bappeda Kota kepada pihak konsumen perumahan. Hal
Bogor adanya pengajuan revisi site plan inilah yang merupakan konsekuensi dari
(rencana tapak) yang tidak sesuai perlunya pengakuan dan kepastian akan
dengan peruntukan PSU, yang kemudian persamaan kedudukan dalam fungsi
pemerintah daerah Kota Bogor meminta yang berbeda antara konsumen
kepada pengembang/developer yang perumahan dengan
mengajukan permohonan revisi itu, pengembang/developer berdasarkan
untuk segera memperbaikinya. rumusan yang jelas dan pasti mengenai
Gambaran dari kasus-kasus tersebut hak dan kewajiban masing-masing
di atas, menunjukan bahwa pihak.40 Dengan demikian, adanya
pengembang/developer tidak merubah hubungan antara konsumen perumahan
site plan yang di dalamnya ada dengan pengembang/developer yang
peruntukan Fasos dan Fasum. Namun, terwujud dalam syarat keseimbangan
hanya sebatas tidak menjaga dan (adil). Menurut penulis merupakan
merawat fasilitas umum yang ada upaya penyelesaian apabila terjadi
sehingga dimanfaatkan oleh warga penyelewengan dalam penyelenggaraan
lainnya, sehingga menjadi lahan yang pembangunan perumahan dan kawasan
diperuntukan untuk bisnis. Dalam hal permukiman yang dilakukan oleh
ini, untuk pertanggung jawabkan yang pengembang/developer, yaitu dengan
dimintakan kepada pihak memperoleh penggantian yang layak
pengembang/developer oleh atas kerugian yang dialami secara
pemerintah daerah setempat (Kota langsung sebagai akibat
Depok/Bogor) adalah mencari lahan lain
dan merevisi site plan untuk 39 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 14 Tahun
dimohonkan pengesahan perbaikan. 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Sanksi yang diberikan kepada Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Penyediaan Dan Penyerahan Prasarana, Sarana,
pengembang/developer, hanya bersifat
Utilitas Perumahan Dan Permukiman.
40 Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen
38 Wawancara dengan Bapak Suhendar S., SIT, Problematika Kedudukan Dan Kekuatan Putusan
Kepala Seksi Survei dan Pemetaan, Kantor Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),
Pertanahan Kota Bogor. UB Press, Malang, 2011, Hlm. 22.
Jurnal Ilmiah Living Law. E- ISSN 2550-1208 Volume 14 Nomor 2 Juli 2022 97

penyelenggaraan perumahan dan dengan cara apapun.42 Selain itu,


kawasan permukiman dan mengajukan Undang-Undang Perlindungan
gugatan perwakilan (Class Action) ke Konsumen mengatur tanggung jawab
pengadilan terhadap penyelenggaraan pelaku usaha (pengembang/developer),
perumahan dan kawasan permukiman dengan secara tegas untuk
yang merugikan masyarakat. mengupayakan mempunyai itikad yang
Hak konsumen perumahan baik dalam menjalankan kegiatan
memperoleh penggantian dan penyelenggaraan perumahan dan
mengajukan gugatan ke pengadilan kawasan permukiman. Perwujudan
merupakan bentuk upaya penyelesaian adanya itikad yang baik ini, tercermin
sengketa konsumen atas pertanggung pada kesediaan pengembang/developer
jawaban dari pengembang/developer. untuk memberikan ganti rugi atas
Sebagaimana menurut Christopher W. kesalahan yang terjadi dalam rangka
Moore dalam Kurniawan,41 pada kegiatan penyelenggaraan perumahan
masyarakat hukum, ada dua tersebut.
kecenderungan dalam penyelesaian Jika pengembang menolak atas
sengketa, yaitu melalui pengadilan dan tuntutan-tuntutan kepadanya yang akan
di luar pengadilan. Tuntutan ke mengakibatkan kerugian bagi konsumen
pengadilan melalui class action perumahan, maka mengakibatkan
merupakan penyelesaian sengketa pengembang dapat di gugat ke
konsumen dengan pendekatan sistem pengadilan atau Badan Penyelesaian
perlawanan (the adversary system) dan Sengketa Konsumen (BPSK),43
paksaan (coercion). Sedangkan, sebagaimana diatur dalam ketentuan
pemberian ganti rugi akibat Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang
penyelenggaraan pembangunan Perlindungan Konsumen. Namun, tidak
perumahan dan kawasan permukiman tertutup kemungkinan bagi
merupakan pendekatan tidak dengan pengembang/developer dituntut secara
sistem paksaan, tetapi diselesaikan hukum pidana, jika terbukti dalam
dengan secara suka rela (win-win kegiatan penyelenggaraan perumahan
solution). yang dilakukan pengembang terbukti
Pemerintah dalam upaya adanya unsur pidana. Dalam sanksi
memberikan perlindungan kepada pidana, dalam konteks penyelewengan
konsumen perumahan telah dirumuskan perubahan Fasos dan Fasum oleh
dalam perbuatan-perbuatan yang di pengembang/developer, menurut
larang dilakukan oleh penulis, untuk tanggung jawab
pengembang/developer, baik dalam pengembang/developer seharusnya
rangka pembangunan perumahan, lebih hanya bersifat sanksi administratif
pemasaran, dan promosi, agar tidak saja. Karena, sanksi ini sesuai dengan
merugikan konsumen. Perbuatan yang fungsi Fasos dan Fasum bersifat fasilitas
di larang dalam rangka perlindungan penunjang suatu pemukiman.
konsumen perumahan ini, di dalam
Undang-Undang Perlindungan 42 Ibid., Hlm. 25.
Konsumen di atur dalam ketentuan 43 Berdasarkan keterangan Bapak Heri Chairudin,
Pasal 7, yang menekankan melarang SE, Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa
kepada pelaku usaha untuk melakukan Konsumen (BPSK) Provinsi Jawa Barat, tanggal
perbuatan curang, mengabaikan standar 10Agustus 2021, menurutnya bahwa kasus-
kasus sengketa konsumen perumahan yang
atau peraturan perundang-undangan
diselesaikan oleh BPSK, hanya kasus yang
yang berlaku dan mengelabui konsumen mengenai pengembalian uang muka atas
pembelian rumah, karena unit rumah belum
dibangun (DP), belum pernah terjadi kasus yang
41 Ibid., Hlm. 47. mengenai brosur iklan fasilitas umum.
98 A. E. Alamudy, Et, al. Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan

Dalam penyelewengan terhadap site Perumahan Dan Permukiman, pada


plan Fasos dan Fasum, menurut Badan Pasal 27 dikatakan, bahwa: pengelolaan
Keuangan Daerah (BKD) Kota Depok, PSU yang telah diserahkan kepada
pernah terjadi pengembang merubah daerah sepenuhnya menjadi tangung
site plan untuk fasilitas untuk jawab pemerintah daerah dan dapat
kepentingan lainnya, yang kemudian bekerja sama dengan
pemerintah daerah Kota Depok meminta pengembang/swasta/masyarakat untuk
kepada pengembang/developer untuk mengelolanya.45
menyediakan lahan pengganti dari lahan Sedangkan untuk lahan-lahan Fasos
yang telah dialihkan menjadi dan Fasum yang terlantar dan tidak
peruntukan lainnya. Lahan untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
fasilitas Fasos dan Fasum yang sudah bekepentingan, Pemerintah Daerah Kota
ada, menurut penulis seharusnya dapat Bogor melakukan pengawasan dan
dikelola oleh masyarakat penghuni pengendalian terhadap lahan PSU
perumahan selaku konsumen awal, yang Perumahan dan Permukiman yang
peruntukan nantinya untuk kepentingan diterlantar/tidak dipelihara. Jika
umum dan memberi kemanfaatan bagi Fasos/Fasum belum diserahkan kepada
penghuni sendiri. daerah, maka Pemerintah Daerah Kota
Alasan penulis mengungkapkan Bogor menyampaikan surat kepada
pengelolaan oleh penghuni perumahan, pengembang/developer untuk
karena pembangunan perumahan itu memperbaiki/memeliharanya, apabila
sendiri adalah pembangunan untuk tidak sanggup harus dengan surat
kepentingan umum yang sejalan dengan pernyataan. Kemudian, diproses melalui
rencana pembangunan daerah sesuai Tim Verifikasi hingga diserahkan kepada
dengan tata ruang kota. Sehingga instansi/dinas pemerintah daerah Kota
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang Bogor yang berwenang mengelola aset
terbuka hijau publik akan selaran tersebut.46
dengan penataan permukiman Berdasarkan peraturan-peraturan
perkotaan. 44 daerah Kota Depok dan Kota Bogor atas
Untuk Kota Bogor sendiri, jika terjadinya perubahan-perubahan Fasos
penyalahgunaan lahan Fasos/Fasum dan Fasum menjadi lahan bisnis oleh
yang terjadi ditangani oleh BKD Kota pengembang/developer, menurut
Bogor, meskipun sebatas pemanfaatan penulis telah memberikan perlindungan
fungsi fasilitas umum oleh warga yang kepada konsumen perumahan dengan
bukan penghuni perumahan untuk memberikan sanksi yang bersifat
aktifitas bisnis tanpa seizin dari administratif, yaitu dengan
pemerintah. Kemudian, Bappeda Kota menyediakan lahan pengganti atau
Bogor meminta pengajuan revisi site dengaan mengajukan penrevisian atas
plan (rencana tapak) yang tidak sesuai site plan yang telah diajukan dan
dengan peruntukan PSU, disahkan oleh pemerintah Kota Depok
pengembang/developer yang dan Kota Bogor. Namun demikian,
membangun perumahan tersebut pemanfaatan lahan Fasos dan Fasum
mengajukan permohonan revisi untuk sebagai fasilitas PSU perumahan belum
segera memperbaikinya. Berdasarkan melibatkan penghuni perumahan
Perda Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2009 sebagai pihak yang diprioritaskan untuk
tentang Penyediaan Dan Pengerahan berusaha di kawasan permukimannya.
Prasarana, Sarana, Utilitas (PSU)
45 Wawancara dengan Bapak Irwan Adriansyah, SH,
44 H.M. Arba, Hukum Pengadaan Tanah Untuk M.Si., Kasubag Umum dan Kepegawaian
Kepentingan Umum, Sinar Grafika, Jakarta, 2019, BAPPEDA Kota Bogor, tanggal 9 Agustus 2021.
Hlm. 61. 46 Ibid.
Jurnal Ilmiah Living Law. E- ISSN 2550-1208 Volume 14 Nomor 2 Juli 2022 99

Sebagaimana ketentuan Pasal 27 Perda 1. Dalam upaya penanggulangan


Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2009, perubahan fasilitas sosial dan umum
sebagaimana dirubah dengan Perda yang menjadi lahan bisnis yang tidak
Kota Bogor Nomor 14 Tahun 2012 sesuai dengan rencana tapak (site
tentang Penyediaan dan Penyerahan plan) awal, maka peran pemerintah
Prasarana, Sarana, Utilitas Perumahan daerah (kota Depok/Bogor) sebagai
dan Permukinan dikatakan, bahwa regulator untuk mensyaratkanan
fasilitas umum yang telah diserahkan, terhadap penyelenggara pembangunan
sepenuhnya dikelola dan menjadi perumahan dan permukiman dengan
tanggung jawab pemerintah daerah dan menciptakan suatu ketentuan untuk
pemerrintah daerah dapat bekerja sama mencegah terjadinya perubahan fungsi
dengan lahan fasilitas tersebut, selain
pengembang/swasta/masyarakat untuk mengawasi pemanfaatan fungsinya.
mengelolanya.47 Oleh karena itu, peran 2. Beralihnya perubahan fasilitas sosial
masyarakat selaku penghuni dan juga dan umum yang menjadi lahan bisnis
konsumen yang membeli dari pada suatu kawasan perumahan dan
pengembang/developer sebelumnya, permukiman yang merugikan hak
bisa menjadi pengelola atas fasilitas- konsumen perumahan untuk
fasilitas yang ada, selain tidak merubah mendapatkan fasilitas yang diberikan
fungsi peruntukannya dengan sesuai awal yang diperjanjikan oleh
melakukan kegiatan usaha (bisnis) yang pengembang/developer. Maka, upaya
dapat menumbuh kembangnya penyelesaian dalam perubahan ini
kesejahteraan masyarakat perumahan adanya kewajiban pengembang untuk
dan kawasan permukinan. merevisi rencana tapak (site plan)
Berdasarkan konteks di atas, kepada pemerintah daerah (Kota
menurut penulis perlu suatu ketentuan Depok/Bogor). Selain itu pula, perlu
di dalam persyaratan dalam pengajuan ada ketentuan persyaratan bagi
permohonan penyelenggaraan pengembang/developer untuk
perumahan oleh membentuk kelompok penghuni
pengembang/developer untuk perumahan sebagai bentuk komunitas
menyiapkan kelompok penghuni yang dapat berlaku secara hukum.
perumahan yang dibangun sebagai
bentuk yang bisa berupa komunitas SARAN
yang dapat berlaku secara hukum.
Bentuk komunitas ini, akan mempunyai 1. Perlunya pemerintah Kota Depok dan
kapasitas berbadan hukum yang akan
Kota Bogor, menambahkan ketentuan
mengelola fasilitas sosial, fasilitas perihal di dalam persyaratan untuk
umum, dan utilitas lainnya dalam suatu pengembang/developer untuk wajib
kawasan permukiman. memasang rencana tapak (site plan)
dalam brosur iklan atau semacam
KESIMPULAN kegunaan untuk promosi perumahan
dan kawasan permukiman yang akan
Berdasarkan hal-hal yang telah dibangunnya agar tidak terjadi
diuraikan dalam pembahasan bab-bab perubahan.
maupun sub bab di atas, dapat disimpulkan 2. Sebaiknya perubahan Fasos dan Fasum
oleh penulis sebagai berikut: yang tidak sesuai dengan rencana
tapak (site plan) awal, dapat dihindari
jika pemerintah daerah (Kota
47 Wawancara dengan Bapak Irwan Adriansyah, SH, Depok/Bogor) memberikan tidak
M.Si., Kasubag Umum dan Kepegawaian
BAPPEDA Kota Bogor, tanggal 9 Agustus 2021.
hanya sanksi administratif, tetapi juga
100 A. E. Alamudy, Et, al. Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan

sanksi denda kepada pengembang/developer untuk dapat


pengembang/developer yang membentuk kelompok penghuni
melakukan perubahan fungsi Fasos selaku konsumen perumahan untuk
dan fasum tersebut. terlibat dalam pemanfaatan lahan
3. Pemerintah Kota Depok dan Kota Fasos dan Fasum yang sudah diserah
Bogor dalam kebijakan hukumnya terimakan kepada pemerintah daerah.
mengadakan persyaratan bagi

DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004.

Ade Arif Firmansyah, Pergeseran Pola Perlindungan Hukum Dalam Pengadaan Tanah
Untuk Kepentingan Umum, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2018.

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Penerbit PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.

Agri Chairunisa Isradjuningtias, Faktor Penyebab Penyimpangan Tata Ruang Pembangunan


Kondominium Di Kota Bandung, diakses dari
https://journal.unpar.ac.id/index.php/veritas/article/download/2687/2423/6372,
pada tanggal 23 Oktober 2021, jam 21.34 WIB.

Aminuddin Salle, Hukum Pengadaan Tanah, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007.

Dani Purwanto, Ujang Bahar, Endeh Suhartini, Optimalisasi Perlindugan Hukum Tenaga
Kerja Dalam Aspek Keselamatan Kerja Pada Proyek Konstruksi di Wilayah Bogor,
Jurnal Ilmiah Living Law, Volume 12, Nomor 1, Januari 2020.

Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan yang Menyesatkan,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.

Elviandri, Khuzdaifah Dimyati, dan Absori, Quo Vadis Negara Kesejahteraan: Meneguhkan
Ideologi Welfare State Negara Hukum Kesejahteraan Indonesia, Jurnal MIMBAR
HUKUM, Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, diakses dari http://jurnal.ugm.ac.id/jmh,
pada tanggal 25 April 2021, jam 7.56 WIB.

Hardiwinoto Muchtar, Hukum Perlindungan Konsumen Perumahan, diakses dari


https://hardiwinoto.com/perlindungan-konsumen/, pada tanggal 10 April 2021,
jam 21.50 WIB

H.M. Arba, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Sinar Grafika, Jakarta,
2019.

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Tata Ruang Dalam Konsep Kebijakan Otonomi
Daerah, Nuansa, Bandung, 2007.

Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen Problematika Kedudukan Dan Kekuatan


Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), UB Press, Malang, 2011.
Jurnal Ilmiah Living Law. E- ISSN 2550-1208 Volume 14 Nomor 2 Juli 2022 101

Luthfi J. Kurniawan, dkk., Negara Kesejahteraan Dan Pelayanan Sosial, Intrans Publishing,
Malang, 2015.

Martin Roestamy, et al., Metode Penelitian Laporan dan Penulisan Karya Ilmiah Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Bogor, 2015.

Nurus Zaman, Politik Hukum Pengadaan Tanah Antara Kepentingan Umum dan
Perlindungan Hak Asasi Manusia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2016.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana


Indonesia, Jakarta, 2004.

Tamara Marsya, Analisa Yuridis Terhadap Penyediaan Fasilitas Sosial Dan Fasilitas Umum
Pada Perumahan Di Kota Depok, UPN Veteran, Jakarta, 2016, diakses pada tanggal 3
Maret 2021, jam 16.09 WIB.

Urip Santoso, Hukum Perumahan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.

Widyasari Her Nugrahandika, Retno Widodo Dwi Pramono, Lokalitas Pengaturan


Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum Perumahan di DIY: Tipologi
Permasalahannya, Makalah Seminar Nasional Space# 3, Membingkai Multikultur
dalam Kearifan Lokal Melalui Perencanaan Wilayah dan Kota, Yogyakarta, 2015,
Hlm. 229., diakses pada tanggal 3 April 2021, jam. 17.12 WIB.

Peraturan Perundang-Undangan.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945;

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1964 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Pokok-Pokok Perumahan;

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman.

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor: 34/Permen/M/2006 tentang Pedoman


Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Kawasan
Perumahan;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah;

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Penyerahan
Prasarana, Sarana, Utilitas Perumahan dan Permukiman;

Peraturan Walikota Bogor Nomor 8 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penyediaan Dan
Penyerahan Prasarana, Sarana, Utilitas Perumahan Dan Permukiman Kepada
Pemerintah Daerah.
102 A. E. Alamudy, Et, al. Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan

Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Kota Depok Nomor 14 Tahun 2013 tentang Penyerahan Prasarana Sarana
Dan Utilitas Perumahan dan Permukiman Oleh Pengembang Di Kota Depok.

Internet.
https://jakarta.bisnis.com/read/20150529/383/438396/bangun-perumahan-komersil-
di-depok-jangan-lupa-taati-aturan-ini., 2 Maret 2021 17.08 WIB.

https://republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/28/np22ir-untuk-bisnis-properti-
fasos-dan-fasum-harus-40-persen, 2 Maret 2021, jam 17.15 WIB.

https://news.detik.com/berita/d-5468836/bolehkah-fasosfasum-diserobot-jadi-pos-
ormas-atau-parkir-liar, diakses pada tanggal 2 April 2021, jam 17.00 WIB.

https://www.99.co/blog/indonesia/hak-konsumen-properti, diakses pada tanggal 15 Juli


2021, jam 14.57 WIB.

www.djpp.depkumham.go.id, diakses pada tanggal jam 16 Agustus 2021, jam 15.24 WIB.

Lain-lain.
Wawancara dengan Bapak Fadly, Kepala Bidang Aset Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota
Depok, tanggal 3 Agustus 2021.

Wawancara dengan Bapak Andi Rahman, S.Sos, MA., Kepala Sub Bidang Penggunaan,
Pemanfaatan, Pemindah tanganan, Pemusnahan, Pengamanan dan Penghapusan
Barang Milik Daerah pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Bogor, dilakukan
pada tanggal 5 Agustus 2021 di Kantor Badan Keuangan Dan Aset Daerah Kota
Bogor, Jl. Pemuda No. 31, RT.01/RW.06, Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sereal,
Kota Bogor.

Wawancara dengan Bapak Suhendar S., SIT, Kepala Seksi Survei dan Pemetaan, Kantor
Pertanahan Kota Bogor.

Wawancara dengan Rose Rosita Dewi, SH., MH., Kasi Pengadaan Tanah dan Pengembangan,
Kantor Pertanahan Kota Depok.

Wawancara dengan Bapak Irwan Adriansyah, SH, M.Si., Kasubag Umum dan Kepegawaian
BAPPEDA Kota Bogor, tanggal 9 Agustus 2021.

Wawancara dengan Bapak Heri Chairudin, SE, Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) Provinsi Jawa Barat, tanggal 10Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai