BAB I
PENDAHULUAN
Bali sebagai daerah tujuan wisata utama memiliki banyak obyek wisata. Budaya, alam
dan atraksi wisata yang disuguhkan dengan cipta, rasa karsa . Melihat secara phisik
kita akan segera tahu; mendengar cerita dibalik obyek kita mengerti. Mendapatkan
service dan hospitality kita senang dan berkesan. Ibarat orang nonton Wayang kulit,
Pada umumnya obyek wisata di Bali baik berupa act maupun artefact terkait dengan
sejarah masa lalu. Sebelum masuknya agama hindu ke Bali, keadaan Bali masih
kosong dalam artian Spiritualitas. Orang Bali Mula ( Bali Asli) masih menganut sistem
Erektus Temuan perbakala sejenis juga didapati di Pacitan Jawa Timur oleh
Pekinensis . Para ahli memperkirakan masa Bali kosong ini terjadi satu juta tahun
sebelum masehi pada saat pulau jawa, Bali dan Sumatera masih menyatu dengan
Fase kedua manusia Bali hidup dalam goa goa. Dibuktikan dengan temuan peralatan
dari kulit dan kerang sisa makanan indikasi bahwa Bali mengalami masa mesolitikum
papua melanesia. Orang Bali diduga berasal dari Tonkin ( Cina, India belakang dan
sekitar lautan teduh ( Sukmono). Fase ketiga, jaman Bali sudah mengenal budaya
bercocok tanam akibat interaksi dengan budaya jawa. Bahasa yang dipergunakan
Dengan alat transfortasi perahu bercadik nenek moyang orang Bali berdatangan dan
menetap sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Masa ini disebut masa “perundagian”,
alat dan benda benda perunggu sudah dikenal. Terbukti dari diketemukannya Nakara
desa Pejeng ( Made Taro, Bulan Pejeng Bali : 2004), yang berbatasan dengan desa
Bedulu.
Banyak Sarkofagus disimpan di Museum Gedung Arca Bedulu sebagai pertanda bahwa
orang Bali sudah mengenal pemakaman jenazah orang yang di utamakan, dihormati.
Bagi orang kebanyakan cukup dikubur tanpa memakai peti batu ( sarkofagus). Hal ini
pertapaan, vihara, pesantian kuno diketemukan. Seperti Yeh Pulu, Gunung Kawi, dll.
Rsi Markandya
Orang suci yang melakukan pencerahan agama Hindu ke Bali adalah Rsi
Markendya. Beliau berangkat dari dataran tinggi Dieng menuju ketimur, berhenti
beberapa saat di Gunung Raung, lalu kemudian meneruskan misi suci ke Bali dengan
menuju daerah disekitar Gunung Agung Karangasem, sekarang dikenal dengan Pura
Kedatangan Rsi Markandya dengan 800 orang pengikut nya kurang berhasil karena
banyak yang meninggal terserang penyakit. Perjalanan kedua dengan 400 orang
pengikut baru berhasil selamat ( besuki) setelah melakukan upacara Panca datu di
Setelah agak tenang rombongan Rsi Markandya menuju kearah Barat, didesa
Purwakan. Rombongan Rsi Markandya berhasil mengajarkan penduduk Bali asli sistem
sejahtera.. Sekarang lebih dikenal dengan desa Taro, atau kayu yang maksudnya
kayun artinya kehendak. yakni semua kesuksesan berkat kayun ( kehendak manusia
menyatu dengankehendak Tuhan ). Disini kearifan Illahi bersemayam juga dalam diri
manusia. Sejak keberhasilan perjalanan suci Rsi Markandya maka dari generasi ke
generasi terjalin hubungan erat antara Jawa dan Bali. Baik hubungan formal kerajaan,
Misalnya, konflik antara dinasti Sanjaya dengan Warmadewa terrefleksi juga di Bali.
Konflik agama Hindu dan Budha Mahayana tercermin juga di Bali. Salah satu kerajaan
Bali kuno yaitu Singamandawa, sebagai kelanjutan dinasti Sanjaya, ada benang
merahnya dengan Kerajaan Kalingga ( Holing) di Jawa Barat, bahkan ada keterkaitan
Warmadewa).
Walaupun dinasti sanjaya ditaklukan, para petingi nya masih diakomodasi dalam
Kebo Iwa diangkat menjadi Maha Patih di Blahbatuh, dan sembilan tangan kanan
Ugrasena lainnya.
Tirtha Empul yang diceritakan dapat menangkal racun Mayadenawa, erat kaitannya
dengan eksistensi raja Candrabaya Singa warmadewa yang memerintah tahun 956-
974 masehi . Sebab beliaulah yang menggantikan Sri Kesari Warmadewa (913
masehi). Pada jaman beliaulah Tirtha Empul dibangun. Juga cerita tentang Maha Patih
Kebo Iwa akan terkait erat dengan sejarah kelanjutan kekuasaan dinasti Warmadewa
Mahadewi, Udayana Warmadewa, yang beristrikan anak Mpu Sendok dari Jawa Timur .
Kedatangan para Rsi/Mpu Hindu ke Bali dalam rombongan sangat besar adalah pada
dharmapatni. Mpu Peradah membawa pesan sponsor Air langga agar anaknya
Jayasabha diterima jadi raja di Bali. Permintaan tersebut ditolak Mpu Kuturan bahwa
yang akan jadi raja adalah Anak Wungsu, yang tak lain adalah adik Airlangga sendiri.
Harga yang harus dibayar adalah kerajaan Kahuripan terpaksa dipecah jadi Kerajaan
Kediri (jayabaya) dan Kerajaan Jenggala ( Jayasabha). Konflik di Bali menjadi carut
marut ditambah oleh unsur ketiga, yakni unsur Bali Aga ( Bali asli); serta banyaknya
sekte atau aliran keagamaan di Bali waktu itu. Disinilah peran besar Mpu Kuturan
Dalam Kitab Nagarakrtagama karangan Prapanca tahun 1365 Masehi Desa atau
khusus tentang luas wilayah negara RI pun Muhamad Yamin menyinggungnya lagi.
dengan mengutif Syair 14 Negarakertagama sbb: " Sawetan ikanang tanah jawa
Banyak sekali penemuan benda benda purbakala di sekitar desa ini. Patung Raksasa
menginjak kerbau ( Kebo Edan) tak jauh dari lokasi Goa Gajah mengindikasikan bahwa
dulu pernah dianut Agama Siwa Budha. Relief kuno Yeh Pulu,menandakan bahwa
Desa ini merupakan desa kuno. Pura Samuan Tiga, merupakan simbul pengakhiran
konflik antar sekte atau aliran agama yang ada di Bali. Candi padas Tegalinggah, Pura
Santian ( pesantren atau wihara), Pura Pusering jagat ( tempat ditemukannya Nakara
terbesar ) dll.
Kantor pusat Suaka peninggalan purbakala yang membawahi wilayah tiga propinsi (
Bali, NTB dan NTT) di pilih didesa ini.Banyak ahli arkeologi bangsa Belanda dan
Indonesia pernah menetap disini. Seperti Tuan Krisman, Dr. Suksmono, Sudiman,
Suyono, Sukarto. Pelukis Dulah lama tinggal di desa Bedulu. Maestro Seni lukis kelas
dunia seperti Gusti Nyoman Lempad berasal dari desa Bedulu. Han Snell pelukis
Bedulu.Wayan Limbak perintis Tari Kecak berasal dari desa ini. Juga Ni Ciglek, penari
Bahkan Sekehe Gong Ganda Manik pentas keliling Eropa berasal dari desa ini.Bila
anda membaca peta pulau Bali di pesawat terbang atau di folder promosi pariwisata,
nama Goa Gajah atau Desa Bedulu pasti tertera. Dulu di toko toko buku banyak dijual
post card bergambar Goa Gajah, tapi sekarang hilang dari peredaran. Karena kurang di
promosikan maka orang lebih banyak mengenal Pantai Kuta, Pasar Seni Sukawati.
Desa Sejarah
Bagi wisatawan yang sedang berada di Bali kami sarankan mengunjungi desa Bedulu,
banyak keunikan yang tidak dapat anda jumpai di tempat lain. Seperti pembuatan
gerabah di banjar lebah; pemahat, pelukis, pengrajin anyaman lontar, sampai kursus
tari bali di banjar banjar. Fasilitas yang dibutuhkanpun tersedia. Banyak akomodasi dari
Home Stay sampai hotel ada disana. Restaurant mulai dari Warung Muslim sampai
Dokter praktek, bidan ada. Pom bensinpun tersedia.Kalau mau yang lebih “wah” pusat
wisata Ubud dapat ditempuh dalam waktu setengah jam lewat darat ( motor, Mobil) dari
desa Bedulu. Transfortasi darat banyak tersedia. Mulai dari penyewaan sepeda, sepeda
motor, persewaan mobil ( rent car) sampai angkutan umum . Sekarang terserah anda
kapan mau ke desa Bedulu. Mau nginap di sana atau ditempat lain. Mau naik mobil
sendiri atau sewaan.Kalau orang asing sudah menetap disana, masak kita pemilik
Di desa Bedulu terdapat Pura kuno yang sarat dengan nilai sejarah; namanya Pura
Samuan Tiga. Pura ini terdiri dari Pura Induk dan pesanakannya seperti Pura Bukit,
Pura Melanting, Pura Telangu, Pura Dalem Puri, Pura Marga Bingung, Pura Santian,
Pura Melanting,dll. Uniknya di Pura Samuan Tiga terdapat arca Siwa dan arca Budha,
sebagai simbul rekonsiliasi. Letaknya sekitar satu kilo meter dari obyek wisata goa
gajah. Lima kilo meter dari Ubud. Dua puluh lima kilo meter dari Denpasar.
Yang menarik dari Samuan Tiga adalah: Pertama, di Pura Samuan Tiga pernah
penganut Budha Mahayana, Bali Mula ( Bali Aga) dan Penganut Hindu Siwa yang
sedang berkonflik. Kedua, kalau jaman itu para pemuka agama yang berbeda aliran
bisa mendapatkan solusi konflik secara win win solution, kenapa sekarang pada waktu
beragam jenis gelar disandang kita tak bisa berdamai dengan sesama ?.
Dulu gelar diberikan karena jabatan formal. Jabatan didapat bukan karena keturunan,
tapi pahala dari prestasi. Sekarang gelar kesarjanaan didapat dengan cara yang kurang
etis ( tidak semua). Dulu, semakin banyak gelar semakin menunduk kayak padi,
sekarang banyak gelar semakin gelar gelur (Bhs Bali) berarti bengak bengok, serba
tahu.
Dulu, konflik dapat menemukan solusi, sekarang beda aliran politik kepartaian, bunuh
bunuhan dengan sesama anak bangsa. Rupanya belajar dari sejarah, dari setengah
sejarah ( Babad), perlu digiatkan. Termasuk sejarah lisan tentang penderitaan suatu
komunitas yang termarginalisasikan oleh sistem yang menindas kemanusiaan yang adil
dan beradab.Ibarat orang menyetir mobil, sesekali perlu menoleh kaca sepion
Konflik sekte
Pada tahun 988 Masehi ( 910 saka) kerajaan di Bali diperintah secara kolektif oleh Sri
Mahendradata, adik raja Daha, cicit dari Dharmawangsa yang berasal dari Jawa Timur,
setelah dipersunting sebagai istri oleh Sri Udayana ( Dharmodayana) Warmadewa yang
berasal dari Bali.Pada waktu itu dikalangan masyarakat Bali terpecah dalam enam
sekte besar ( sad paksa) atau enam aliran keagamaan. Seperti Sekte Sambu, Khala,
Brahma, Wisnu, Bayu dan Iswara. Masing masing sekte berusaha mencari pengikut
sebanyak mungkin. Akibatnya sering timbul konflik antara para pengikut sekte tersebut.
Dampaknya tidak tercipta law and order. Disamping sekte sekte tersebut diatas di Bali
pengikut Budha juga banyak, termasuk penganut Hindu Siwa. Konfigurasi politik
menjadi semakin carut marut. Melihat situasi tegang tersebut datanglah seorang Mpu
yang berasal dari Jawa Timur bernama Mpu Kuturan alias Mpu Rajakertha. Berkat
Dewan Penasehat Raja ( Pakiran kiran Ijro Makabehan) oleh raja yang terdiri dari dua
kamar ( bikameral) yaitu Siwa dan Budha.Sekarang seperti MPR yang terdiri dari DPR
dan DPD.Dalam jabatan yang sangat strategis tersebut Mpu Kuturan memprakarsai
suatu forum rekonsiliasi politik untuk meredakan ketegangan ( détente) antara berbagai
aliran keagamaan yang bersitegang di Bali. Tesis dari Mpu Kuturan, Bali tidak akan
Rekonsiliasi
Hasil dari KTT tersebut yang sangat fundamental bagi perkembangan Bali kedepan
adalah: Pertama,. disepakatinya pelaksanaan ajaran tri Murti ( Brahma, Wisnu dan
desa adat; Ketiga, disetiap rumah tangga disepakati mendirikan tempat pemujaan yang
disebut Rong Tiga (Sanggar Kemulan); keempat,. Sistem kepemilikan tanah direformasi
Kelima, disepakati sebuah nama yang disebut Agama Siwa Budha. Semua hasil
dapat kita saksikan sampai sekarang. ( Jero Mangku Gde Ketut Soebandi, Babad
Prosesi unik
Yang terkenal unique dari upacara piodalan di Pura Samuan Tiga Bedulu adalah:
Pertama beberapa bulan sebelum puncak upacara anak anak pada bergotong royong
meminta sumbangan kepada masyarakat luas sambil berjalan kaki berpuluh puluh kilo
meter jauhnya. Pada umumnya masyarakat menyumbang pala wija, ayam, beras, dan
hasil bumi lainnya. Bagi anak anak yang bergotong royong, tanpa diberikan upah saat
saat seperti ini merupakan sarana sosialisasi untuk mengenal daerahnya dan juga
bahkan mereka akan menilai si apa yang dermawan dan siapa yang pelit berdania
punya ( zakat). Kedua, pada hari ketiga diadakan upacara mesiat sampian ( perang
sesajen yang terbuat dari janur, yang diikuti oleh para “parekan” Peserta perang sajen
tersebut berjumlah ratusan orang, mulai dari anak remaja sampai orang tua yang
sudah lanjut usia. Menurut kepercayaan masyarakat setempat pada hari piodalan ini
merupakan hari baik untuk melangsungkan pernikahan. Makanya kaum remaja yang
belum dapat jodoh akan berbondong bondong datang ke Pura Samuan Tiga untuk
mendapatkan jodoh di sana. Setiap upacara selalu, ada saja yang melaksanakan
jodoh di Pura Samuan Tiga merupakan pemberkatan dari Hyang Widhi , Tuhan Yang
Maha Esa. Ketiga, disamping untuk mendapatkan jodoh, upacara yang dilaksanakan
setahun sekali tersebut juga dipergunakan sebagai moment “ ngeceng” bagi kaum
remaja setelah mereka merantau mencari nafkah keluar Bali. Setahun penuh mereka
mengais rejeki, maka pada saat odalan di Pura Samuan Tiga itulah mereka
memamerkan hasil jerih payah mereka. Ibarat budaya “ mudik lebaran di Jawa”. Oleh
karenanya, bagi yang belum pernah menyaksikan upacara di Pura Samuan Tiga tak
ada salahnya mencocokan acara wisata anda, siapa tahu mendapatkan jodoh disana.
C. YEH PULU RELIEF TERPANJANG DAN TERTINGGI DI BALI
Tak begitu jauh dari Goa Gajah terdapat sebuah pura bekas pertapaan. Diperkirakan
dibangun sekitar abad ke 14. Obyek wisata ini terletak didalam persawahan, diitari
sungai petanu yang legendaries. Didepan pintu masuk pura ini terdapat relief batu kuno
itu. Juga terdapat relief tentang Dewa Krishna. Juga terdapat patung ganesya, anak
Syiwa dan Durga, sebagaimana juga ditemukan di Goa Gajah. Apakah Yeh Pulu ada
Nama Yeh Pulu, Yeh yang berarti Air , dan Pulu yang berarti gentong batu padas.
Gentong ini terdapat disebelah kanan gapura masuk setelah anda meliwati relief
tersebut diatas. Bukti dari betapa indahnya pemandangan disana, maka banyak sekali
orang asing membangun villa disana. Bahkan sebuah hotel yang bernama Hotel Yeh
Pulu, menghadap ke ngarai sungai Petanu telah tersedia. Dipinggir yeh pulu juga
dibangun sebuah Dam Campuhan yang berfungsi sebagai irigasi bagi sawah penduduk
Bila cukup tersedia waktu kami sarankan anda trekking dari goa gajah, ke air pulu, ke
dan teknologi pada masa masa awal kebudayaan Bali. Bagaimana orang Bali
melakukan upacara pemakaman jenazah bagi para pemimpin mereka yang
diagungkan, dst.nya. Bila kita amati bahwa banyak sekali terdapat tempat pertapaan di
air pulu, dll dapat dipahami bahwa di Bedulu ada Pura Santian, yang berarti Pesantian,
sejenis Pesantren di Jawa Timur. Dapat dibayangkan bahwa di Bedulu adalah pusat
Wisata Thirtha
Di Bali banyak sekali obyek wisata yang berkaitan dengan air. Baik itu sungai, danau,
maupun laut. Kita semua tahu bahwa bagaimana urgennya air bagi kehidupan manusia
dan mahluk hidup lainnya. Sampai sampai manusia menghabiskan banyak dana untuk
menyelidiki air di bulan, di mars, dan planet lainnya. Dalam agama Hindu air ( tirtha)
merupakan sarana upacara panca yadnya. Oleh karenanya dikenal budaya metirtha
sembahyang, mohon air suci dan melaksanakan meditasi. Disebut juga Tirthacarya
Petirthan yang merupakan obyek wsata unggulan di Bali kita mengenal Tirtha Gangga,
Tirtha Empul, dll. Bahkan tempat bertemunya dua atau lebih dipandang juga memiliki
kesucian. Disamping keindahan. Tempat ini disebut Campuhan. Masih ingat Campuhan
Ubud dibawah Galeri lukisnya Antonio Blanco ?. Atau ingin tahu Dam Campuhan di
Bedahulu, yang airnya tidak boleh dipakai mengairi sawah karena dikutuk akibat ulah
Obyek wisata di Bali kebanyakan berfungsi Pura ( Puram) baik sebagai tempat
pemujaan Tuhan YME maupun leluhur yang telah berjasa ( pedharman). Seorang
intelektual yang berjasa besar dalam meluruskan fungsi pura adalah Prof. Dr.
Suksmono dan Drs. Sudisman. Sebelum nya pura dianggap sebagai makam raja raja.
Kedua cendikiawan ahli purbakala tersebut lama menetap di desa Bedulu. Dalam
prasasti Bali Kuno pura juga berarti rumah, kota bahkan pasar. Rumah Gajah Mada
Pura merupakan replika dari gunung. Pembangunan pura di Bali sebagaimana kita
kenal sekarang diintrodusir oleh Raja Marakata, adik Erlangga dengan Mpu Rajakerta
yang menjabat sebagai Senopati Kuturan. Kemudian tradisi pura ini dilestarikan oleh Sri
Krsna Kepakisan di Bali. Bahkan semua tradisi Majapahit diberlakukan juga di Bali.
Disetiap pura selalu terdapat patung para dewa. Tak terkecuali diperempatan jalan
Bedulu terdapat patung Catur Muka. Dari arah Goa Gajah ketimur kearah Pura
Samuan Tiga, keutara kearah istana Tampak Siring, Gunung Kawi, Tirtha Empul,
Kintamani; keselatan kearah Pura Yeh Pulu. Ke barat kea rah Ubud.
Budaya Simbol
Pura, patung dan ornament lainnya adalah sebuah symbol symbol keagamaan. Dalam
berkepala lima, bertangan empat, delapan, sepuluh, dua belas . Separo laki laki
dikenal di Bali.
5. Berbentuk benda atau huruf huruf tertentu. Seperti matahari, cakra, bulan,
banten, ongkara,dstnya.
Bahan dasar dari pembuatan symbol tersebut bermacam macam. Ada batu, kayu,
logam, tanah liat, cat, pasir, permata,dst. Sepanjang benda symbol tersebut belum di
suci. Oleh karenanya benda tersebut dipandang sebagai benda seni hasil kebudayaan
Budaya symbol tidak hanya milik orang Hindudi Bali. Bayipun memakai simbul tangisan
bila, haus, lapar, sakit, dst. Bangsa beradabpun punya symbol berupa lagu
kebangsaan, bendera, dst. Bendera kebangsaan hanyalah selembar kain dengan
warna tertentu, tapi bila diperlakukan tak susila, bisa menjadi delik pidana ( high
crime). Yang jelas memaknai suatu symbol sangatlah cultural dan subyektif. Apalagi
dikaitkan dengan kesakralan dan keprofanan suatu benda hasil cipta, rasa karya
Di Bedahulu bertahta seorang raja Raksasa bernama Mayadanawa. Raja ini sangat
bengis kepada rakyatnya. Bagi rakyat yang berani menolak perintahnya, maka
hukuman badan atau cabut nyawa takan luput darinya. Akibat dari kesewenang
wenangan Mayadanawa, rakyat dicekam rasa takut, rakyat tidak ada gairah kerja.
Dalam situasi ini kemudian ada seorang pendeta bernama Mpu Kulputih tak henti
hentinya berdoa mohon perlindungan Tuhan agar rakyat diselamatkan dari bencana
kelaparan dan penyakit menular. Akhirnya Dewa Indra mengirim bala bantuan
penyerangan dari kiri dbawah komando Jayantaka Dari sebelah kanan dipimpin
Pasukan Citrasena dan Citrangada, sedang dari tengah oleh pasukan Indra sendiri. Di
Melarikan diri
Pada waktu penyerangan dilakukan secara mendadak ( blitz krigh) Mayadanawa dalam
keadaan tidak siap. Pada penyerangan tersebut Mayadanawa bersama Maha Patih
Kala Wong, melarikan diri. Mayadanawa dan Kala Wong , tidak berhasil ditangkap
oleh Pasukan indra dikarenakan hari sudah larut malam.Malam malam buta
Mayadanawa bereaksi cepat seperti Kelompok Dr. Azahari dibantu Nurdin MTop dan
Imam Samudera menyebarkan racun kepada pasukan Indra yang sedang tidur lelap di
tenda.Atas kesigapan Pasukan Indra ibarat Detsus 88 anti teror mengejar Mayadanawa
cetik) dimata air yang mengalir di sungai . Pasukan Indra melakukan antisipasi dengan
Kesaktian Mayadanawa ini dilukiskan dalam mitologi yang berupa pemberian nama
nama desa di Bali. Untuk menghilangkan jejak, Mayadanawa berjalan dengan telapak
kaki dimiringkan ( desa Tampaksiring); aliran sungai yang dialiri racun tapi sudah
dibersihkan oleh Betara Indra dengan keris sakti dikenal dengan Tukad ( sungai)
Buah Timbul ( desa Timbul Sukawati), menyamar lagi menjadi Busung ( janur) disebut
desa Belusung. Menjelma menjadi Susuh ( desa Panyusuhan) menjadi Bidadari disebut
Terakhir ia menjelma menjadi patung batu di dekat Goa Gajah di desa Bedulu. Dewa
Indra yang mengetahui bahwa patung itu adalah siluman Mayadanawa, maka segera
patung tersebut dimusnahkan. Tak lama kemudian patung jadi jadian tersebut berubah
Betara Indra demi penyelamatan rakyat dari Teror Biadab Mayadanawa, maka mayat
Mayadanawa dibuang di sebuah sungai di dekat Goa Gajah yang disebut Sungai
Petanu.( Peta dan enu, yang berarti masih ada suara rintihan Mayadanawa).
Oleh betara Indra sungai Petanu dikutuk bahwa dalam jangka waktu 100 tahun air
tersebut tidak boleh untuk irigasi. Apabila dipakai maka padi bila diketam akan
mengeluarkan darah dan bau bangkai Mayadanawa. Rupanya kutukan tersebut sudah
kedaluwarsa, sehingga saat ini di Desa Bedulu telah ada Dam (irigasi) Campuhan yang
Sebagian besar rakyat Bali waktu itu masih banyak menganut berbagai sekte agama
nenek moyang. Animisme, dinamisme, dan belum beragama. Pertempuran antara Indra
dan Mayadanawa dimenangkan oleh Indra. Legenda yang lain mengisahkan juga
bahwa Raja Mayadenawa, tidak boleh dilihat wajahnya. Siapa yang berani menatap
mengingat rakyat belum bisa baca tulis, belum bisa ngolah roso lan ratio. Dari kaca
mata sejarah, tidak ada manusia berkepala babi. Yang ada hanyalah akal akalan raja
pada waktu kerajaan Bedahulu diserang Gajah Mada, patih Kebo Iwa jadi tawanan
perang. Perlawanan dilanjutkan oleh Pasung Grigis. Gajah Mada sebagai strateg ulung
dengan segala macam cara ingin menghadap raja Bedahulu. Ia ingin membuktikan
apakah benar raja Bedahulu berkepala babi?!. Ternyata pada waktu perjamuan, sambil
menyantap sayur plecing kangkung, Gajah Mada sempat melirik wajah raja Bedahulu.
Lalu apa yang terjadi… ternyata raja Bedahulu yang dikeramatkan, dibilang angker,
sadis, atheis, dst.nya adalah Ki Gajah Waktra alias Sri Gajah Wahana yang bergelar Sri
Astha Sura Rathna Bumi Banten yang hebat dalam ilmu ketata prajaan, sujud
melakukan yadnya di pura Besakih. Dongeng tentang kehebatan atau ketidak hebatan
kesepahaman. Dongeng, cerita, sejarah, babad dan sejenisnya sering kali dipakai alat
pembenaran sang pemenang dan alat menjelek jelekan sang pecundang. Legenda
sebagai penjor pada saat hari raya Galungan ( Hari Raya Kemenangan
Dharma).Himbauan memasang penjor di hidupkan lagi oleh Raja Sri Jaya Kesunu
menjelang pemerintahannya di Bali. Pada waktu itu rakyat Bali terserang wabah
penyakit mematikan dan menurut Sang Raja karena kita lupa sama leluhur. Rupanya
mitos lain juga ada kaitannya dengan cerita Mayadanawa. Perlawanan Maya Danawa
melawan penundukan Majapahit dicatat dalam kitab Usana Jawa. Dalam kitab usana
Bali disebutkan bahwa Maya Denawa seorang Raja Raksasa sakti yang suka membuat
Yang jelas kitab kitab tersebut ditulis pada era Majapahit II, sudah tentu diabdikan
menaklukan kerajaan Bali hingga pusat kerajaan Bedahulu berpindah pindah, termasuk
Mulyana, 2005, 74) pada jaman Jayanegara sebagai raja Majapahit. Bala tentara
Majapahit dibawah pimpinan Gajah Mada dan Arya Damar setelah melalui perlawanan
sengit akhirnya Kerajaan Bedahulu takluk. Maha Patih Bedahulu yang bernama Kebo
Gajah Mada. Sebagai bukti kesetiaan Pasung Rigih, ia diangkat menjadi panglima
Walaupun Bedahulu takluk, perlawanan oleh Orang Bali Mula selalu timbul tenggelam.
pasukan seperti DOM di Aceh.Sebagaimana kita ketahui bahwa pada era kekuasaan
Majapahit, tidak dilakukan penyerangan langsung ke suatu daerah yang akan dijadikan
daerah bagian. Selama daerah bagian taat bayar pajak upeti tahunan dan tidak
adem ayem berkuasa di daerah. Rupanya aksioma politik berlaku disini. Kerajaan
Bedahulu yang kalah perang diletakkan pada posisi salah. Sedang Mojopahit yang
menang dilekatkan pada posisi benar.Tentunya melalui legitimasi karya sastra para
pujangga keraton yang mengabdi pada pusat kekuasaan Majapahit Sang Pemenang.
Three in One
Pada zaman Majapahit ( Rajasanagara) ada 3 macam kepercayaan yang diberi hak
hidup. Siwa, Budha dan Brahma ( Tripaksa).Persaingan antara pendeta Budha dengan
Pendeta Siwa meninggi pada era pemerintahan Hayam Wuruk. Agama resmi kerajaan
adalah Hindu Syiwa. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa penyebaran agama
melakukan perjalanan suci kearah timur, termasuk Bali meninggalkan juga warisan
kebudayaan yang bercorak agama Budha. Di Bali banyak diketemukan patung Budha
bercampur dengan patung pemujaan Siwa.( Slamet Mulyana, 2005). Bahkan sering
disebut agama Siwa Budha.Konfigurasi politik antara tiga blok yang saling bertentangan
dalam persfektif kerukunan intern beragama dan berkepercayaan ini terrefleksi juga di
pembangunan pura Samuan Tiga. Mpu Kuturan sebagai pengarah sidang ( sterring
commite) sekaligus sebagai Dewan Penasehat raja yang terdiri dari dua kamar (
bicameral system) yakni faksi hindu siwa dan faksi budha Mahayana. Kesepakatan
yang dicapai adalah pembangunan sebuah pura sebagai symbol kesepakatan tiga
unsur yang sedang berkonflik. Tempat yang dipilih adalah di Bedahulu, berasal dari
kata Weda dan Hulu. Sejak saat itu Weda ( Tri Murti) harus didahulukan. Pura tersebut
Saking banyaknya obyek wisata di Bali seringkali kita kehabisan waktu dan uang untuk
mengunjungi semuanya. Goa Gajah sering tertukar dengan Goa Lawah. . Goa Gajah
ditemukan oleh Tim penggalian peninggalan purbakala yang dipimpin oleh Dr.
Krijgsman pada tahun 1954. Orang lokal lebih akrab dengan panggilan Tuan Krisman.
Tadinya tempat ini ditimbuni tanah, bahkan diatasnya terdapat gapura yang dikelilingi
sekawanan gajah yang hidup di goa, sama dengan obyek wisata goa lawah yang
banyak kelelawarnya. atau Sangeh yang banyak monyet. Padahal dalam kenyataannya
tak seekor gajahpun hidup di goa gajah. Nama ini diberikan karena di dalam goa
terdapat patung Ganesya. Orang Bali menyebut dengan nama Betara Gana.
Ganesya adalah anak Siwa manifestasi Tuhan sebagai dewa ilmu pengetahuan dan
pemusnah rintangan. Ibu ganesya adalah Durga. Siwa dan Durga dilukiskan bertangan
banyak ( 8, 10, 12) masing masing tangan memegang senjata. Durga mengendarai
Siwa tergantung fungsinya. Bila sebagai Maha guru ia berkumis panjang berjanggut
runcing.
Sebagai Bhairawa tangannya memegang pisau belati dan sebagai Mahakala dibuat
lebih seram lagi. Tentang kelahiran Ganapati ini ada beberapa versi. Ada yang
diceritakan bahwa pada saat Siwa dan pratiwi sedang bersantai, mereka melihat
ganesa. Yang jelas versi kitab Matya Purana, Skanda Purana, dan kitab lainnya
berbeda versi. Ganesa taringnya patah akibat kesalah pahaman yang berlanjut dengan
perkelahian dengan Parasura, yang hendak menghadap Siwa. Warna taringnya merah
para gajah. Ekadanta, bertaring satu. Lambodara berperut buncit. Belalainya bila
menjulur kekiri disebut itampiri, bila kekanan disebut walampiri. Semua itu hanyalah
simbolisasi. ( Titib, I Made: 2001). Dikalangan penduduk ada yang percaya bahwa
Goa Gajah dibuat oleh Kebo Iwa dengan menggunakan kukunya, tidak menggunakan
pahat sebagaimana layaknya. Si pembuat legenda sangat logis karena pahat besi
belum dikenal pada waktu itu (Nonliterate Societas). Mitos ( myth) tentang kehebatan
seorang pemimpin kharismatik melalui cerita yang diterima secara turun temurun, baik
berupa konsep, system kepercayaan, tentang keadaan masyarakat pada sikon tertentu
merupakan fenomena universal. Banyak tokoh legenda memakai nama nama binatang
(gajah, lembu, kebo,dll) sebagai personifikasi atau representasi imajinasi dalam bentuk
yang terindrakan.
Didepan mulut goa terdapat permandian dengan enam patung dewi yang
Mayadenawa yang atheis dibunuh Pasukan Indra. Di tempat ini banyak diketemukan
arca arca Budha, tetapi tempat ini sekarang dijadikan sebuah pura pemujaan bagi
penganut Agama Hindu. Ditemukannya patung Budha dan Dewa Hindu di sekitar Goa
Gajah sangat beralasan, karena Kerajaan Bedahulu pada waktu diserang Gajah Mada,
Majapahit memberikan hak hidup kepada tiga system kepercayaan ( Siwa, Budha dan
Mulyana, 2005 ).
Bila anda melakukan perjalanan wisata dari Denpasar atau Nusa Dua atau Sanur
menuju Ubud, Goa Gajah, Tampaksiring, Kintamani; maka sekitar 3 kilometer dari
Pasar Seni Sukawati, disebuah perempatan jalan didesa Sakah terdapat sebuah
patung bayi berukuran besar terbuat dari batu padas, maka patung tersebut adalah
Patung Brahma Rare. Melihat patung tersebut asosiasi kita terbawa ke Kebo Teruna
atau Kebo Iwa. Disebut Kebo Teruna karena Patih maha sakti tersebut tidakkawin.
Cerita ini dituturkan secara turun temurun melalui cerita pengantar tidur berdasarkan
Babad. Babad tidak dapat dibuktikan kebenaran historisnya seratus prosen. Sejarah
tulis berdasarkan dokumen yang dibuat raja dan cerita lisan yang dialami sama sama
Trah Singhosari
Di Wilayah kekuasaan Kerajaan Singosari Mpu Withadharma mempunyai dua orang
anak, yakni Mpu Wiradharma dan Mpu Dwijendra, dan seterusnya hingga Mpu
Gandring dan Mpu Saguna. Dan seterusnya hingga adik Mpu Withadharma kawin di
Pendek cerita Ki Pasung Gerigis dinobatkan sebagai raja di Bali pada tahun 1324 M
atau 1246 saka dengan Gelar Sri Gajah Waktra alias Sri Gajah Wahana.
Besakih menyebabkan ia diberi julukan Sri Astha Sura Ratna Bumi Banten. Adiknya
Jayakaton tahun 907 M atau 829 Sakka dinobatkan sebagai Maha Patih di Belahbatuh.
Arya Rigis. Arya Rigis tinggal di Belahbatu dengan putra tunggalnya bernama Arya
Kedi. Arya Kedi mempunyai anak kembar Buncing ( laki perempuan) yang laki diberi
nama Arya Karang Buncing dan yang perempuan tidak diberi nama, sebab menurut
tradisi waktu itu harus dikawinkan.Perkawinan anak kembar ini tidak membuahkan
keturunan. ( Jro Mangku Gde Ketut Soebandi,Babad warga Brahmana, Pandita sakti
Medewa Sraya
Akhirnya Arya Karang Buncing memohon anak di Pura Pasek Gaduh Belahbatuh.
permohonan mereka dikabulkan, maka lahirlah anak yang diberi nama Kebo Waruga.
Kembali menurut legenda masyarakat Bali, sejak lahir Kebo Waruga tumbuh sangat
pesat dan makan sangat banyak. Kedua orang tuanya kewalahan memasakannya.
Meskipun demikian rakyat Bali sangat hormat karena ia selalu melindungi yang lemah,
didengar oleh Raja Sri Gajah Waktra, maka Kebo Waruga dipanggil, ditest and profer
kemudian diangkat menjadi Patih bergelar Ki Kebo Iwa alias Ki Kebo Taruna, karena ia
Misteri Kematian
Ketenaran Raja Sri Gajah Waktra dan kesaktian Ki Kebo Iwa terdengar oleh Majapahit.
Maka dengan maksud tidak boleh ada kekuasaan tandingan, tidak boleh ada matahari
atas Bedahulu , Ki Kebo Iwa dijadikan tawanan perang. Berbagai cara dilakukan untuk
menyiksa Ki Kebo Iwa tak berhasil. Gajah Mada berang, akhirnya Kebo Iwa disuruh
menggali Sumur. Pada saat Kebo Iwa berada dalam sumur, maka dari atas dilakukan
penimbunan sumur dengan kapur. Atas kelicikan antek antek Majapahit itulah kemudian
Kebo Iwa meninggal oleh tipu daya licik. Versi lain menyebutkan bahwa Kebo Iwa justru
meninggal di Majapahit dalam status tawanan perang ( Badrika, 2004). Versi lainnya
lagi Kebo Iwa Waruga alias Kebo Iwa meninggal dalam peperangan melawan Gajah
Mada yang di back up Arya Damar. Raja Bedahulu Pasung Rigih, menyerah, diampuni
di Sumbawa Pasung rigih tewas.( Purwadi, 2004). Sekembalinya Gajah Mada dan Arya
menghancurkan kerajaan Bedahulu. Raja Hayam Wuruk yang bernama Raden Tetep
waktu sebelum di Abhiseka, berang. Hayam Wuruk alias Sri Raja Sanagara alias Sang
perlawanan raja Bedahulu terlalu gigih, banyak korban dipihak Majapahit. Akhirnya
dengan kesurupan ia bunuh Pasung Giri. Setelah Bedahulu jatuh ke tangan Majapahit,
maka Gajah Mada dan Arya Damar kembali ke Majapahit dengan menempuh
perjalanan darat selama 14 hari. Secara formal sejak saat itu Kerajaan Bedahulu
menjadi bagian dari kerajaan Majapahit. Tetapi dalam realitanya perlawanan sporadis
masih dilakukan oleh orang Bali Age. Atas tidak terciptanya stabilitas di kerajaan
local disana ( Purwadi, 2004 : 114).Sayang Kebo Iwa tidak punya keturunan, karena ia
tidak kawin. Makanya bagi yang belum dikaruniai keturunan padahal sudah
memeriksakan diri ke dokter kandungan ternama, maka tak ada salahnya memohon
momongan kepada Tuhan melalui Pura Gaduh di Belahbatuh, Gianyar, Bali. Kira kira
tiga kilo meter dari Patung Kebo Iwa di perempatan Desa Sakah belok kekanan kearah
Multi tafsir
Menyangkut penilaian terhadap Kebo Iwa ada beberapa sikap. Pertama Kebo Iwa
seorang arsitek handal dan seorang pakar pertanian yang berdedikasi pada petani
kecil, buruh tani yang dimarginalisasikan oleh sistem feodalisme kolot. Kedua Kebo Iwa
seorang Mahapatih yang taat beragama . Ketiga, Kebo Iwa seorang humanis.
Keempat, Kebo Iwa seorang kanibal, suka makan daging manusia. Kelima Kebo Iwa
seorang " warga biasa yang sangat bodoh".Muhammad Jaruki dalam bukunya yang
berjudul " Legenda Tempat Wisata Nusantara" halaman 97 memilih pendapat yang
terakhir.
Dalam era demokratisasi dewasa ini berpendapat dan berbeda pendapat adalah bagian
sah dari demokrasi itu sendiri. Tetapi demokrasi juga mengenal etika. Dalam berbeda
yang menghormati kebesaran jiwa Kebo Iwa. Selanjutnya terserah anda. Kalau rocker
juga manusia, maka Kebo Iwa juga manusia yang mempunyai jasa bagi masyarakat
Bali yang sangat menghormati pluralitas sebagai mana tercantum dalam semboyan
Bila kita berdharma wisata ke Bali maka kebanyakan obyek wisata berupa Pura. Tak
berlebihan kalau ada yang mengatakan Bali sebagai Pulau Seribu Pura. Sebagai
tempat pemujaan Pura Besakih sudah dikenal sejak jaman pra sejarah Bali. Di sini
pernah dilaksanakan upacara seratus tahunan ( Eka Dasa rudra) dan upacara sepuluh
Bila anda start dari Denpasar maka anda harus melewati Kabupaten Gianyar dan
Karangasem.Pura Besakih ini erat kaitannya dengan Kedatangan Para Mpu/ Rsi dari
Jawa Timur seperti Rsi Markandeya, Rsi Kuturan dan Mpu Beradah. Rsi Markendyalah
orang pertama yang menanam pancadatu demi keselamatan umat hindu pada awal
pembinaan umat hindu di Bali. Mpu Kuturan sebagai peletak dasar Sad Khayangan di
Bali . Pura Besakih juga terkait erat dengan peranan para raja Bali dari dinasti
Warmadewa, seperti antara lain: Sri Wira Dalem Ksari Warmadewa, dll; termasuk
dengan Kerajaan Bedahulu. Saking banyaknya nilai sejarah dan kebudayaan yang
tentang Pura Besakih. Kita sangat kenal Dr.R Goris, DJ Stuart Fok, dll. Terlepas dari
kontroversi bahwa Pura ini merupakan Pura keluarga raja atau pura pemujaan untuk
umum, hal tersebut tidak perlu dipertentangkan. Yang penting tempat suci tersebut
berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan sejak jaman Raja Sri Kesari ( 913 M), Anak
Menurut Cudamani ( 1998) Besakih memiliki beberapa keunikan yang tidak anda
dapatkan pada obyek wisata Pura lain di Bali.Pertama dari segi tata letak, menghadap
kearah Barat Daya. Sebagaimana umumnya pura di Bali menghadap ke barat atau
kearah laut (selatan). Kedua, dari segi arsitektur, pura Besakih terdiri dari dua bagian
besar, Sor Ambal ambal ( bawah) dan Luwur Ambal ambal ( atas). Padahal pada
umumnya struktur pura di Bali dibagi menjadi 3 bagian ( Bhur, Bwah dan Swah). Lebih
khusus lagi bagian atas Padmasana yang ada di Besakih terbuka, tidak beratap. Pura
Besakih terdiri dari 86 gugus pura, 18 pura umum, 4 pura catur lawa, 11 pedarman, 6
pura non pedharman, 29 pura Dadia, 17 terkait dengan dadia dan 11 pura lainnya.
Kompleks pura Besakih tidak dibangun sekali jadi; tetapi secara bertahap. Dalam
Babad Gunung Agung disebutkan bahwa Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung
Agung berkali kali terkena gempa hebat. Tahun 89 Masehi ( Rudhira Bumi); tahun 92
Masehi; tahun 148 Masehi; dan 189 M ( 111 Saka). Pada tanggal: 21 Januari 1917 jam
dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan biaya sekitar 100.000 gulden.
Sumber dananya dari raja Bali, warga Bali dan pemerintahan Hindia Belanda. Bahkan
terus ke jaman era Negara Indonesia Timur ( NTT), Bagian dari Sunda Kecil,
terbentuknya Bali sebagai Daerah Provinsi tahun 1963, hingga pengalihan tanggung
jawab pengelolaan dari pemda Bali kepada Parisadha. Yang perlu dicatat adalah peran
atau Candi di Jawa atau Kahayangan di Bali adalah sarana keagamaan yang bersifat
simbolik dari alam semesta. Lambang kosmos, bhur ( jaba / sisi luar), bwah ( sisi
tengah) dan swah ( jeroan). Secara dikotomis Pura mempunyai dua fungsi. Pertama
sebagai tempat pemujaan Dewa Pitara ( Roh) yang telah disucikan secara spiritual dan
Kedua sebagai tempat Dewa Pratista, tempat pemujaan Dewa Dewa tertentu sebagai
manifestasi Tuhan YME. Keberadaan Pura Besakih, yang berarti Rahayu terkait
dengan Pura Batur di Bangli. Pura Besakih dipandang sebagai Purusa dan Pura Batur
sebagai Predana. Dalam lontar Usana Bali, diceritakan berdasarkan legenda bahwa
Sang Hyang Pasupati terbang ke India ( Jmbu Dwipa) mengambil puncak gunung
Gunung Agung ( Pura Besakih) dan yang disebelah kiri menjadi Gunung Batur ( Pura
terutama Pura, maka setiap kita mengunjungi pura hendaknya fikiran kita selalu bersih.
terikatnya nafsu angkara murka tersebut biasanya berupa Seutas kain yang diikatkan
"Senteng": atau selendang yang diikatkan di pinggang. Bagi wisatawan wanita yang
sedang datang bulan, haid, tidak diperkenankan memasuki areal pura untuk menjaga
kesucian obyek wisata yang berfungsi juga sebagai tempat persembahyangan bagi
Dalam masyarakat Bali larangan bagi wanita haid disebut “Cuntaka”atau Kesebelan.
Juga kepada siapa saja yang memasuki tempat ibadah dituntut untuk berbicara sopan ,
bertingkah laku santun dan bahkan berfikir positif. Sikap saling menghormati
wisatawan spiritual, kami sarankan untuk mengunjungi Pura Sad Kahyangan (Pura Sad
tersebut adalah: Pura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Goa Lawah, Pura Ulu
watu, Pura Batukaru, dan Pura Pusering Jagat. Pura Besakih disebut Pura Purusa,
tempat memohon kebahagiaan dan Pura Batur disebut Pura Predana, tempat
memohon kemakmuran. Hindu tidak sekedar dipakai peneguh keyakinan dalam hidup
berkepercayaan tapi juga berfungsi sebagai alat pengatur prilaku masyarakat yang
dilestarikan dengan berbagai macam ritual keagamaan. Agama Hindu dapat eksis di
yang gaib tidak hanya berfungsi sebagai sarana bhakti kepada Sang Pencipta tapi juga
suatu kewajiban untuk memperkuat solidaritas social kemasyarakatan. Selamat
BAB III
Setiap desa di Bali terdapat pasar tradisional ( Peken ) tempat menjual berbagai jajanan
pasar produksi rumahan,seperti kelepon, laklak, bubur sumsum, batun tuki, sumping ,
Semua produk kuliner kampoeng tersebut rasanya enak hargapun murah. Hebatnya
lagi kue yang sama dikemas baik, dipajang di restaurant hotel harganya naik seribu
prosen. Dengan kata lain saya ingin mengatakan bahwa barang yang sama bila
dikemas dengan apik, dipajang dalam display yang indah , dipromosikan, ditata boga
meningkat berlibat ganda. Paralel dengan cerita diatas, obyek wisatapun bila
Semua orang tahu bahwa Bedulu (Bali) mempunyai segudang potensi kepariwisataan.
Baik budaya, alam maupun manusia. Tetapi kenapa nasibnya seperti segara yang
menjadi sahara ( gurun pasir) yang tandus?. Banyak fosil budaya tertimbun dibumi
Bedulu, tapi tak setetes petro dolar yang dapat mensejahterakan penduduknya.
Ternyata potensi dan warisan sejarah serta budaya yang adhi luhung, tidak cukup
mampu mendatangkan wisata ke desa Bedulu. Ada apa dengan Bedulu yang sudah
kesohor keseantero jagat?. Tulisan sumir ini akan mencoba menginformasikan potensi
yang dimiliki dan mencari penyebab dari ketidak mampuan Bedulu menarik wisatawan
tinggal lebih lama di Bedulu.Desa Bedulu memiliki obyek wisata begitu bejibun. Ada
Goa Gajah, Pura Samuan Tiga, Sungai Petanu, Tukad Pekerisan yang berpanorama
indah.. Hampir setiap hari wisatawan singgah sebentar di Goa Gajah, kemudian
meneruskan perjalanan wisata ke tempat lain, seperti Pura Penataran sasih di Pejeng,
Salah satu sebab dari sekian sebab adalah kurangnya pemahaman akan motif orang
berwisata. Pada umumnya para wisatawan hanya datang sekali ke Goa Gajah tanpa
ingin mengulangi lagi.Siapa yang sampai beratus ratus kali ingin melihat Goa Gajah
yang tanpa gajah itu?. Kalau ingin memutar memori cukup melihat fotonya. Belum ada
usaha dan upaya untuk “menahan” wisatawan agar tinggal lebih lama di desa Bedulu.
Bagi wisatawan ( plesure) datang sekali saja ke Bedulu sudah cukup. Lebih baik ia
lama di Bedulu.
Pertama, Tempat untuk bersenang senang,( happy hapy), bertamasya, dan mencari
suasana baru keluar dari rutinitas.Ada pemandangan alam, Sungai Petanu dan Sungai
Pekerisan yang indah.Kedua, untuk rekreasi. Banyak even wisata yang tidak dimiliki
daerah lain. Seperti Odalan Samuan Tiga yang berlangsung sebelas hari, didatangi
orang seluruh Bali, ada pesta perang janur ( mesiyat sampean), ada budaya” ngayah”,
Arca, Suaka peninggalan sejarah, ada sekehe tari Kecak, gong, angklung, pelukis,
pemahat, pengerajin gerabah, anyaman, dll. Wisatawan tidak akan sekedar menikmati
atraksi saja, tapi dapat mempelajari suasana kehidupan desa agraris yang kental.
Keempat bagi wisatawan yang bermotif olahraga, di Bedulu banyak tersedia sarana
olah raga, joging treck, jalan jalan di persawahan, di pedesaan, di pasar, dll.Ke lima,
wisatawan bisnis juga dapat melakukan bisnis nasional di Bedulu. Ada pengerajin
bingkai lukisan ( frame), pemahat patung, pelukis, dll. sarana telekomunikasi seperti
Warnet, Wartel, juga tersedia.Keenam, untuk wisata konvensi di Bedulu telah ada
gedung pertemuan ( oven stage) Sabha Wisata Samuan Tiga yang dapat dipakai
berseminar, loka karya, work shop, dll.Ketujuh bagi wisatawan spriritual, Pura Samuan
Tiga sudah terkenal bagi orang yang suka bermeditasi, memohon anak, bahkan Pura
maupun domestik. Kita tahu bahwa banyak mantan pejabat pernah bertugas dan
bertempat tinggal di Bedulu, seperti Tuan Krijgstman ( Tuan Krisman) yang menggali
Goa Gajah, Keluarga Prof. Suksmono, Suyono, Sudiman, Sukarto, Pak Cokro, dll
mereka seperti keluarga sendiri. Kunjungan kesehatan juga banyak dilakukan. Tukad
Pande bagi orang hamil, Mata air ( Kelebutan) Beji dipercayai mempunyai kekuatan
supra natural penyembuhan Motif sosial, sudah terlalu sering mahasiswa antropologis,
motivasi wisatawan dapat terpuaskan melalui kegiatan berwisata di Desa Bedulu. Yang
jelas punya barang bagus kalau tidak dikemas dengan bagus, orang tidak akan tertarik
untuk membeli. Barang bagus kalau tidak mengerti tekhnik menjual maka barang
Setelah mengetahui apa yang menjadi motive wisatawan datang, ada baiknya
menelusuri apa kelebihan atau modal atau asset yang dimiliki oleh Desa Bedulu
sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) .Pertama Bedulu memiliki panorama alam yang
indah, asri dan asli belum dirusak industralisasi.Kedua, kekayaan budayanya bervariasi,
tidak hanya pematung, tapi juga berbagai kegiatan berkesenian ada disana.Tidak
hanya Act tapi juga Artefact, Tingkah laku dan hasil karya manusianya merupakan
internasional ( Puri Suling). Tahun 60an Sekehe Gong Ganda Manik sudah pernah
pentas di Cekoslovakia, Eropa timur lainnya. Sampai saat ini sudah ada Home Stay,
Pension, Villa, dan Hotel di Bedulu. Juga Restauran Internasional ( Talisman, Rina, dll).
Yang dijual di Bedulu adalah hospitality, keramah tamahan, bukan 4 S ( sex, sun, sand
dan sea). Bukan juga 3 B ( Bronzer ( berjemur sampai kulit coklat); Bouver(
minum anggur sampai mabuk); bukan pula Baizer (memeluk perempuan cantik
Kalah dengan Ubud, Peliatan, Teges, dalam hal hal tertentu mungkin dengan Desa
Tengkulak?. Salah satu jawabannya adalah karena para pengelola pariwisata Bedulu
belum menyadari bahwa Pariwisata itu adalah persoalan bisnis ( industri). Dalam bisnis
produksi, distribusi dan pola konsumsi wisatawan tidak boleh disepelekan. Dalam
“ pasar” bebas. Pemasaran yang baik harus sesuai dengan segmen/ pangsa pasar.
Dalam pemasaran maka penelitian pasar harus diutamakan. Berbagai cara dilakukan
mungkin.Tidak ada gunanya Bedulu mempunyai produk bagus, tetapi tidak mampu
memasarkan. Oleh karenanya produk harus selalu di perbaharui, dicari inovasi baru
agar menarik; barang juga harus tersedia. Apa gunanya pemasarkan produk kalau ada
permintaan lalu barang tak ada di pasar?. Yang tak kalah pentingnya adalah harga
harus bersaing. Produk mahal tidak disukai pembeli.Produk juga punya umur tertentu.
Oleh karena nya design produk penting. Dulu Patung Pohon Pisang meledak di
pasaran, tapi sekarang, so what gitu loh. Kalau produksi, Konsumsi sudah diperhatikan,
maka masalah distribusi jangan sampai terlupakan. Evailibility, barang harus setiap saat
wisata, distribusi akomodasi dan distribusi atraksi. Tidak semua produk pariwisata
dapat dikirim ketempat konsumen. Tetapi paling tidak yang akan didistribusikan adalah
Tourist image, citra. Kebudayaan, artefact dan act adalah citra baiknya.Citra sesuai
permintaan. Ada yang bersifat phisik ( makanan, patung) dan ada juga yang psikologis (
produk pariwisata adalah: Promosi, Publikasi dan Publik relationship. Semua itu untuk
para Saudagar dilukiskan sbb:Tidak perduli apakah Kucing itu berwarna hitam atau
putih, yang penting mampu menangkap tikus. Siapa yang tak kenal Maestro Pelukis
Dunia, Gusti Nyoman Lempad?. Beliau lahir dan besar di Bedulu. Siapa Tak kenal Gusti
Panji Tisna, sastrawan Bali ?. penulis novel “I Suasta setahun di Bedahulu “. Siapa
yang tak kenal Hans Snell Pelukis berdarah Belanda yang menetap di Ubud?. Beliau
beristrikan orang Bedulu. Siapa yang tak kenal Dullah pelukis yang karyanya di koleksi
Bung Karno?. Beliau sebelum meninggal lama tinggal di Bedulu sambil membuka
Sanggar Pejeng.Ida Bagus Nadera juga berasal dari Bedulu. Budayawan Bali I Made
Taro lama berdomisili di desa ini.Siapa tak kenal I Wayan Limbak?. Beliau adalah
arsitek Tari Kecak. Siapa yang tak kenal Ni Ciglek?. Beliau adalah Penari legong
keraton “ Lasem” dari desa Bedulu.Bahkan kalau orang terkagum kagum pada Patung
Catur Muka yang berada di pusat kota Denpasar, maka aslinya ada di perempatan
bertangan empat yang setiap tangannya memegang senjata aksamala dan camara
mengendarai angsa adalah dewa Brahma. Istri Brahma adalah Saraswati perlambang
dewi keindahan dan kesenian. Begitu banyaknya seniman top tinggal di Desa Bedulu,
sudah pasti Bedulu memiliki kelebihan dari desa lainnya. Tapi kenapa tidak banyak
Seniman generasi berikutnya yang lahir?. Sebenarnya ada juga pelukis Bedulu yang
berprestasi, seperti Gusti Putu Karang Rangkus, Gusti Ketut Kusir, dll tapi kurangnya
sarana promosi menyebabkan beliau kurang dikenal masyarakat / kolektor seni. Pada
umumnya banyak pengusaha art shop, kolektor, museum menyimpan karya beliau
tapi terbatas pada barang dagangan. Tak ada keinginan para kolektor lukisan untuk
memperkenalkan pelukis kepada pencinta seni. Karya dan profile pelukis jarang yang
karenanya beliau kurang dikenal. Seniman Bedulu kebanyakan bakat alam, hampir
tidak ada yang lahir dari dunia akademis. Lagi pula beliau tidak memahami bahwa
suatu karya agar dikenal harus melewati sarana promosi dalam segala macam
bentuknya. Pelukis asal Bedulu timbul tenggelam.Dari segi usia sebenarnya setiap
generasi melahirkan karya yang berpariasi. Gusti Putu Ugu misalnya sangat piawai
melukis Tike ( kalender Bali Kuno yang memuat ala ayuning dewasa ( hari baik), tapi
karya beliau habis ditelan pasar. Beliau berkarya bukan untuk apresiasi seni, tapi
sekedar mencari sesuap nasi dalam ekonomi libral kapitalistik dewasa ini. Seni
diabdikan kepada pasar. Seni dijadikan komoditi, barang dagangan. Setelah generasi
Gusti Ugu, sekarang lahir lagi pelukis yang berusia lebih muda, seperti Gusti Malun
yang mempunyai kaitan darah dengan Lempad. Dari segi artistitika, karya Malun cukup
berbobot seni. Sudah banyak orang asing yang memesan karya beliau. Bahkan sudah
banyak dikoleksi orang asing. Nasibnya sama dengan pendahulunya, yakni berkarya
sekedar untuk menyalurkan hobi dan mencari sesuap nasi.
Apabila fenomena ini dibiarkan, tidak ada campur tangan pencinta seni, bahkan tidak
ada pembinaan dari pemda, maka tidak niscaya suatu saat karya terbaik putra Bedulu,
akhirnya tersebar di luar Bali. Suatu saat kita akan dibuat terkaget kaget, heran,
menyesal bahwa prestasi terbaik bangsa kita di hargai orang asing; sedang kita sendiri
tidak memberikan apresiasi yang layak. Bibit yang baik apabila tidak ditanam dilahan
subur, kemudian dirabukin, dirawat, maka potensi seniman Bedulu akan layu sebelum
berkembang. Oleh karenanya kami menghimbau kepada semua pihak untuk turun
tangan menumbuhkan keperdulian kepada para seniman Bedulu demi sejarah masa
depan. Mungkin perlu segera dibentuk sebuah Lembaga atau Yayasan yang
memfasilitasi dan memberikan bimbingan kepada seniman potensial agar beliau beliau
para seniman dapat berprestasi mengharumkan nama desa. Syukur syukur nama
meningkatkan mutu seni, dan melindungi seniman dari praktek ijon oleh pedagang seni.
Pemerintah juga tidak dapat berpangku tangan, membiarkan seniman mencari jalannya
sendiri. Dalam alam libral kapitalistik dewasa ini, jalanan begitu ruwet, semrawut,
potensi pasar, biaya produksi, dll. Bila perlu karya karya terbaik seniman Bedulu
dimasukan ke dunia maya (internet) dalam rangka memasuki dunia global. Tak ada
gunanya barang berkualitas, bila tidak dikenalkan kepada pasar. Seni bukan untuk
sekedar seni, tapi ikut menjuru bicarai keadaan masyarakatnya. Tentunya tidak hanya
seniman pelukis, seniman Tari seperti Gusti Putu Sumarsa, seniman gerabah di Banjar
Lebah, seniman ukir seperti I Jawi, Maji, Lanus,dll perlu diberi perhatian yang memadai
empirik, ketekunan berkarya tanpa kenal lelah, taksu yang menyebabkan karya beliau
karenanya sekali lagi masalah ini perlu dicarikan jalan keluar secepatnya.
Pariwisata tidak akan ada artinya bila tidak ada wisatawan yang datang . Wisatawan
akan datang berkunjung, bila ada obyek wisata menarik, sesuai kebutuhanya. Menarik
tidaknya suatu obyek tergantung pada bagaimana kita mengkemas suatu produk
wisata. Pada umumnya ada banyak motivasi orang datang. Pertama, motivasi pokok
dan motifasi ikutan ( pelengkap). Tidak ada wisatawan datang hanya berbekalkan satu
Konsumsi, dll.
Akomodasi yang ada di Bedulu masih belum memadai dari segi kualitas dan kuantitas.
wisatawan jalan kaki, belum ada petunjuk yang tersistem, mana mana tempat yang baik
untuk olahraga jalan kaki.Beda dengan wisatawan rombongan atau wisatawan bermobil
pribadi atau rent car. Restauran yang bertaraf nasional dan internasional belum
mencukupi. Restauran internasional baru ada beberapa ( Talisman, Rina). Begitu juga
bagi wisatawan domestik, restaurant belum banyak. Rumah makan tradisional memang
sudah relatif banyak, tetapi lokasinya jauh dari obyek wisata. Misalkan sehabis jalan
begitu panjang mengrelilingi obyek wisata Goa Gajah atau Yeh Pulu atau Pura Samuan
Tiga, tempat untuk duduk santai sambil mengusir dahaga belum representative bagi
wisatawan. Oleh karenanya bagi para investor lokal ada baiknya mulai merintis usaha
restaurant di Bedulu. Juga pemda kami himbau agar memberikan kemudahan dalam
modalnya di Bedulu ( tax holiday, insentif). Seperti kata pepatah, berilah gula agar
semut mau datang ke Bedulu. Jadi masalah akomodasi, transfortasi dan konsumsi
masih perlu uluran tangan semua stick holder yang terkait. Yang tak kalah pentingnya
adalah masalah Kesehatan dan keselamatan wisatawan. Bila tiba tiba wisatawan
setiap saat diperlukan. Disamping itu kepada para pemandu wisata, yang beroperasi di
obyek obyek wisata Bedulu perlu diberikan pendidikan singkat dalam rangka
memberikan informasi dan pelayanan secara beretika dan profesional. Jangan sampai
wisatawan tidak merasa aman, nyaman, dan senang akibat ulah penjaja jasa pariwisata
adat kebiasaan, etika wisatawan. Mereka datang untuk mengagumi budaya kita, tapi
jangan sampai justru kita yang melecehkan budaya wisatawan. Oleh karenananya
kursus kilat tentang arti pentingnya dan saling keterkaitan ( systemic linkage) antara
dunia pariwisata dengan sektor pembangunan lainnya. Seperti wisata dengan
lingkungan hidup, dstnya. Rambu rambu jalan dan petunjuk serta informasi tentang
suatu obyek wisata belum memadai. Kalau ada wisatawan yang nanya obyek apa saja
yang menarik di Bedulu, dan apa keunikan dari obyek tersebut, maka tak satupun dapat
Idealnya semua warga Bedulu mengertilah sedikit sedikit tentang potensi wisata yang
ada didesanya. Siapa lagi yang mempromosikan daerah kita, kalau tidak kita sendiri?.
Apakah pesaing kita mau dengan suka rela akan menjelaskan kelebihan kita
berkewajiban secara moral untuk menjadi PR ( public relation) bagi pariwisata. Mudah
mudahan upaya kita bersama dapat memajukan jagat pariwisata. Orang Cina bilang:
jangan buka toko kalau tidak bisa senyum. Atau berilah mawar kepada Wisatawan.
Artinya service yang baik, pelayanan yang ramah tamah. sesuai norma budaya
ketimuran.
BAB IV
PENUTUP
pembangunan. Namanya bisnis tujuannya adalah cari untung.Sejak jaman Orde Baru,
Pelita demi pelita , pariwisata diarahkan untuk memburu devisa. Dalam bisnis ini ada 3
pihak terkait. Pertama Wisatawan ( Guest). Kedua Pengusaha ( Broker) . Ketiga Tuan
Rumah ( Host).
Pada awalnya pariwisata merupakan kebutuhan orang kaya untuk beristrirahat dan
rumah lebih dulu diciptakan prakondisi agar masyarakat berprilaku sesuai dengan pola
budaya yang diarahkan untuk menerima kebijakan pariwisata sebagai jalan menuju
yang menjadi korban. Merespon plus minus pariwisata umumnya ada empat
based. Yang jelas pembangunan pariwisata sudah merupakan pilihan . Saat ini
wisatawan tidak lagi kaum elite, tapi sudah menjadi Mass Tourism. Dengan semakin
luasnya pasar, para brokers jasa pariwisata berinovasi menciptakan dan menjual “
iklan. Beberapa bagian dari kebudayaan yang sudah lenyap ditelan jaman, dihidup
hidupkan lagi atas nama pariwisata. Tradisi usang dicoba ditawarkan lagi ke
masyarakat. Belajar dari sejarah, legenda, tradisi lama untuk mewarisi apinya
kebudayaan, bukan abunya. Nilai feodalisme apapun alasannya sudah out of date.
Wisman datang kesini bukan mencari keajegan feodalisme, tapi ingin tahu bahwa nilai
itu pernah dianut dan sekarang sudah ditinggalkan, diganti dengan nilai baru yang
bernama: demokrasi, ethos kerja, dll. Wisatawan ber “ Leisure Time” setelah bekerja
bagaikan mesin dan relaksasi merupakan bagian dari nilai tambah kerja dalam
proses produksi masyarakat. Mengisi waktu istirahat untuk rest and recreation
adalah untuk mengisi batery ( over hauld phisik dan psikis) agar kita lebih produktif
Jadi hiburan, plesure, dan sejenisnya sebenarnya untuk kepentingan kaum pemodal
juga. Strategi kebudayaan direkayasa dengan siasat ekonomi. Akhirnya nilai lebih atas
mengingatkan bahwa manusia sering kali terlilit oleh jaring laba laba kebudayaan yang
tahun tiga puluhan. Hasil karya seni mulai berselingkuh dengan mekanisme pasar yang
landasan budaya yang berakar pada kepribadian bangsa, tergerus oleh budaya
serta budaya instan lainnya. Globalisasi merupakan gejala tak terhindarkan sebagai
dampak kemajuan iptek. Ibarat pisau bermata dua, disatu sisi ia kesempatan luas, disisi
lain ia dapat memusnahkan keaslian watak dan kemandirian budaya bangsa, termasuk
dan tidak terbatas pada diintrodusirnya kejahatan ultra modern.Menurut Prof. Dr. Ida
Bagus Mantra, ( Landasan Budaya Bali, 1996), tradisi harus dikembangkan mengikuti
Agastia, IBG Dkk, “Gunung Agung, Besakih dan kita”, Denpasar, DPD Tk I Bali Peradah
Indonesia, 1993
Bambang Pramudito, Dr, Kitab Negara Kerta Gama, Yogyakarta, Gelombang Pasang,
2006.
Paramita, 2002
Mantra, Ida Bagus Prof. Dr, Landasan Kebudayaan Bali, Denpasar, Yayasan Dharma
Sasta, 1996
LKIS, 2005.
Singgih Wikarman, I Nyoman, Leluhur orang Bali dari dunia babad dan sejarah,
Soebandi, Jero Mangku Gde Ketut, Babad Pasek, Denpasar, Manikgeni, 2003.
Soebandi, Jero Mangku Gde Ketut, Babad Warga Brahmana Pedanda Sakti Wawu
Titib, I Made, Teologi & Simbol symbol dalam Agama Hindu, Surabaya, Paramita, 20
Tentang Penulis
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam segala wujudnya, kami ucapkan
terima kasih. Tanpa bantuan anda buku sederhana ini takkan pernah ada dihadapan
anda.