Anda di halaman 1dari 10

JENIS JENIS PURA

Terdapat beberapa jenis pura yang berfungsi khusus untuk menggelar beberapa ritual keagamaan
Hindu dharma, sesuai penanggalan Bali.
1. Pura Kahyangan Jagad: pura yang terletak di daerah pegunungan. Dibangun di lereng
gunung, pura ini sesuai dengan kepercayaan Hindu Bali yang memuliakan tempat yang
tinggi sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan hyang.
2. Pura Segara: pura yang terletak di tepi laut. Pura ini penting untuk menggelar ritual
khusus seperti upacara Melasti.
3. Pura Desa: pura yang terletak dalam kawasan desa atau perkotaan, berfungsi sebagai
pusat kegiatan keagamaan masyarakat Hindu dharma di Bali.

Sad Kahyangan
Sad Kahyangan atau Sad Kahyangan Jagad, adalah enam pura utama yang menurut kepercayaan
masyarakat Bali merupakan sendi-sendi pulau Bali. Masyarakat Bali pada umumnya
menganggap pura-pura berikut sebagai Sad Kahyangan:
1. Pura Besakih di Kabupaten Karangasem.
Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri
Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa
Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar
pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.

Filosofi
Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat pemujaan terhadap
Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di
dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung
tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para
Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah
kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura
Besakih yang bermakna filosofis.
Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsurunsur kebudayaan yang meliputi:
1. Sistem pengetahuan,
2. Peralatan hidup dan teknologi,
3. Organisasi sosial kemasyarakatan,
4. Mata pencaharian hidup,
5. Sistem bahasa,

6. Religi dan upacara, dan


7. Kesenian.
Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan
wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu
yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.

3. Pura Goa Lawah di Kabupaten Klungkung.

Dalam tradisi Hindu di Bali Tuhan sebagai Dewa Laut itu disebut ''Bhatara Tengahing
Segara''. Di Bali Pura Goa Lawah merupakan Pura untuk memuja Tuhan sebagai Dewa
Laut. Pura Goa Lawah di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan, Klungkung inilah sebagai pusat
Pura Segara di Bali untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Laut.
Dalam Lontar Prekempa Gunung Agung diceritakan Dewa Siwa mengutus Sang Hyang Tri Murti
untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma turun menjelma menjadi Naga Ananta Bhoga. Dewa
Wisnu menjelma sebagai Naga Basuki. Dewa Iswara menjadi Naga Taksaka. Naga Basuki
penjelmaan Dewa Wisnu itu kepalanya ke laut menggerakan samudara agar menguap menajdi
mendung. Ekornya menjadi gunung dan sisik ekornya menjadi pohon-pohonan yang lebat di
hutan. Kepala Naga Basuki itulah yang disimbolkan dengan Pura Goa Lawah dan ekornya
menjulang tinggi sebagai Gunung Agung. Pusat ekornya itu di Pura Goa Raja, salah satu pura di
kompleks Pura Besakih. Karena itu pada zaman dahulu goa di Pura Goa Raja itu konon tembus
sampai ke Pura Goa Lawah. Karena ada gempa tahun 1917, goa itu menjadi tertutup.
Keberadaan Pura Goa Lawah ini dinyatakan dalam beberapa lontar seperti Lontar Usana Bali
dan juga Lontar Babad Pasek. Dalam Lontar tersebut dinyatakan Pura Goa Lawah itu dibangun
atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi dan kembali dipugar untuk diperluas pada
abad ke XV Masehi. Dalam Lontar Usana Bali dinyatakan bahwa Mpu Kuturan memiliki karya
yang bernama ''Babading Dharma Wawu Anyeneng' yang isinya menyatakan tentang pendirian
beberapa Pura di Bali termasuk Pura Goa Lawah dan juga memuat tahun saka 929 atau tahun
107 Masehi. Umat Hindu di Bali umumnya melakukan Upacara Nyegara Gunung sebagai
penutup upacara Atma Wedana atau disebut juga Nyekah, Memukur atau Maligia.
Upacara ini berfungsi sebagai pemakluman secara ritual sakral bahwa atman keluarga yang
diupacarai itu telah mencapai Dewa Pitara. Upacara Nyegara Gunung itu umumnya di lakukan di
Pura Goa Lawah dan Pura Besakih salah satunya ke Pura Goa Raja.
Pura Besakih di lereng Gunung Agung dan Pura Goa Lawah di tepi laut adalah simbol lingga
yoni dalam wujud alam. Lingga yoni ini adalah sebagai simbol untuk memuja Tuhan yang salah
satu kemahakuasaannya mempertemukan unsur purusa dengan predana. Bertemunya purusa
sebagai unsur spirit dengan predana sebagai unsur meteri menyebabkan terjadinya penciptaan.
Demikiankah Gunung Agung sebagai simbol purusa dan Goa Lawah sebagai simbol pradana.
Hal ini untuk melukiskan proses alam di mana air laut menguap menjadi mendung dan mendung
menjadi hujan. Hujan ditampung oleh gunung dengan hutannya yang lebat. Itulah proses alam
yang dilukiskan oleh dua alam itu. Proses alam itu terjadi atas hukm Tuhan. Karena itulah di tepi

laut di Desa Pesinggahan dirikan Pura Goa Lawah dan di Gunung Agung dirikan Pura Besakih
dengan 18 kompleksnya yang utama. Di Pura itulah Tuhan dipuja guna memohon agar proses
alam tersebut tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya. Karena dengan berjalannya proses itu
alam ini tetap akan subur memberi kehidupan pada umat manusia.
Pujawali atau piodalan di Pura Goa Lawah ini untuk memuja Bhatara Tengahing Segara dan
Sang Hyang Basuki dilakukan setiap Anggara Kasih Medangsia. Di jeroan Pura, tepatnya di
mulut goa terdapat pelinggih Sanggar Agung sebagai pemujaan Sang Hyang Tunggal. Ada Meru
Tumpang Tiga sebagai pesimpangan Bhatara Andakasa. Ada Gedong Limasari sebagai Pelinggih
Dewi Sri dan Gedong Limascatu sebagai Pelinggih Bhatara Wisnu. Dua pelinggih inilah sebagai
pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Basuki dan Bhatara Tengahing Segara.
*Ketut Gobyah

4. Pura Uluwatu di Kabupaten Badung.


Pura Luhur Uluwatu atau Pura Uluwatu merupakan pura yang berada di wilayah
Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung.
merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata
angin. Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat memuja seorang pendeta suci dari abad
ke-11 bernama Empu Kuturan. Ia menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya. Pura
ini juga dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha, yang datang
ke Bali pada akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa yang dinamakan
Moksah atau Ngeluhur di tempat ini. Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu.[1]

Pura Luhur Uluwatu Stana Dewa Rudra

5. Pura Batukaru di Kabupaten Tabanan.


Piodalan pada Weraspati, Umanis, Dungulan

PURA Luhur Batukaru adalah pura sebagai tempat memuja Tuhan sebagai Dewa Mahadewa.
Karena fungsinya untuk memuja Tuhan sebagai Dewa yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dengan mempergunakan air secara benar, maka di Pura Luhur Batukaru ini disebut sebagai
pemujaan Tuhan sebagai Ratu Hyang Tumuwuh -- sebutan Tuhan sebagai yang menumbuhkan.
Tuhan sebagai sumber yang mempertemukan air dengan tanah sehingga muncullah kekuatan

untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.


6. Pura Pusering Jagat (Pura Puser Tasik) di Kabupaten Gianyar.

Pura Pusering Jagat memang merupakan pura penting di Bali. Pura ini
termasuk satu dari enam pura kahyangan jagat yang berposisi di tengahtengah. Dalam kosmologi Hindu, tengah adalah sthana (tempat bersemayam)
Dewa Siwa.
Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng yang di masa lampau merupakan
pusat Kerajaan Bali Kuna. Banyak yang menduga bahwa kata pejeng berasal
dari kata pajeng yang berarti payung.

7. Pura Tanah Lot di Kabupaten Tabanan


Odalan atau hari raya di Pura ini diperingati setiap 210 hari sekali, sama seperti pura-pura yang
lain. Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan dan Kuningan yaitu tepatnya pada Hari Suci
Buda Cemeng Langkir. Saat itu, orang yang sembahyang akan ramai bersembahyang di Pura
Ini.

Legenda
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia
adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran
Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah
Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan
mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk
meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan
kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan
membangun pura di sana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini
masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai
ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali
lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya'
menjadi pengikut Danghyang Nirartha.

Pura Kahyangan Jagat

Pura Kahyangan Rwa Bineda

Purusa

Pura Besakih

Pradana Pura Ulun Danu Batur


Pura Kahyangan Catur Loka Pala

Utara

Uttara

Pura Pucak Mangu.

Timur

Purwa

Pura Lempuyang Luhur

Selatan Daksina Pura Andakasa


Barat
Pura Kahyangan Sad Winayaka
atau
Pura Sad Kahyangan

Pascima Pura Luhur Batukaru

1 Pura Besakih.
2 Pura Lempuyang Luhur.
3 Pura Gua Lawah.
4 Pura Uluwatu.
5 Pura Batukaru.
6 Pura Pusertasik.

Pura Kahyangan Padma Bhuwana

Tengah:

Madya

Pura Pusering Jagat

Utara:

Uttara

Pura Ulun Danu Batur

Timur Laut: Ersanya

Pura Besakih

Timur:

Purwa

Pura Lempuyang Luhur

Tenggara:

Gneya

Pura Gua Lawah

Selatan:

Daksina

Pura Andakasa

Barat Daya: Neritya

Pura Uluwatu

Barat:

Pura Batukaru

Pascima

Barat Laut: Wayabya Pura Pucakmangu


Pura Dang Kahyangan

Pura Dasar Buana

Pura Silayukti

Candi Agung Gumuk Kancil

Pura Gunung Raung

Pura Kahyangan Jagat Menurut


Lokasi

Pura Bukit Sinunggal

Pura Rambut Siwi

Badung

Bangli

Buleleng

Pura Uluwatu

Pura Padedekan Mengwi

Pura Dalem Puri Puserjagat Sobangan

Pura Pucak Mangu

Pura Pucak Bon

Pura Dalem Solo

Pura Pucak Gegelang

Pura Hyang Api

Pura Kancing Gumi

Pura Bukit Sari Sangeh

Pura Bukit Mentik

Pura Jati

Pura Dalem Balingkang

Pura Ulun Danu Batur

Pura Ulun Danu Batur Songan

Pura Penulisan

Pura Bukit Indrakila

Pura Penegil Darma

Pura Gambur Anglayang

Pura Ponjok Batu

Pura Pulaki

Pura Pabean

Denpasar

Gianyar

Pura Pucak Manik

Pura Melanting

Pura Kerta Kawat

Pura Pemuteran

Pura Bukit Sinunggal

Pura Segara Rupek

Pura Griya Tanah Kilap

Pura Prapat Nunggal

Pura Taman Ayung

Pura Dalem Pangembak

Pura Candi Narmada

Pura Sakenan

Pura Gunung Raung

Pura Samuan Tiga

Pura Erjeruk

Pura Masceti

Pura Gunung Kawi Sebatu

Pura Dalem Pingit Sebatu

Pura Tirta Empul

Pura Pusering Jagat

Pura Penataran Sasih

Pura Kebo Edan

Pura Gua Gajah

Pura Pangukurukuran

Pura Selukat

Jembrana

Karangasem

Pura Bukit Jati

Pura Bukit Darma

Pura Rambut Siwi

Pura Amertasari

Pura Lempuyang Luhur

Pura Penataran Agung Besakih

Pura Dalem Puri

Pura Gelap

Pura Batu Madeg

Pura Merajan Selonding

Pura Merajan Kanginan

Pura Gua Raja

Pura Bangun Sakti

Pura Pesimpangan

Pura Kiduling Kreteg

Pura Hyang Aluh

Pura Manik Mas

Pura Pasar Agung

Pura Pengubengan

Pura Tirta

Pura Ulun Kulkul

Pura Banua Kawan

Pura Basukihan

Pura Pajinengan

Pura Andakasa

Klungkung

Tabanan

Luar Bali

Pura Silayukti

Pura Dalem Pandawa

Pura Dukuh Sakti Catur Lawa

Pura Dasar Buana

Pura Segara Watuklotok

Pura Gua Lawah

Pura Penataran Peed

Pura Gua Giri Putri

Pura Segara Peed

Pura Taman Peed

Pura Agung Kentel Gumi

Pura Tambawaras

Pura Muncaksari

Pura Batukaru

Pura Batu Belig

Pura Besikalung

Pura Terate Bang

Pura Tanah Lot

Pura Luhur Serijong

Pura Luhur Natar Sari Apuan

Pura Pucak Geni

Pura Mandara Giri Semeru Agung

Pura Payogan Agung Kutai

Pura Ponten Bromo

Luar Negeri

Pura Jagatkerta Gunung Salak

Candi Agung Gumuk Kancil

Pura Santi Bhuwana Belgia


dikutip dari: babad bali dan wikipedia

Anda mungkin juga menyukai