Anda di halaman 1dari 9

bukti monumental peninggalan prasejarah perkembangan agama

Hindu

a. PENINGGALAN-PENINGGALAN PRASEJARAH DI INDONESIA


ada beberapa peninggalan prasejarah di Indonesia yaitu :
1. kapak genggam yang di temukan di lahat Sumatera Selatan, Kalianda Lampung, dan
Trunyan Bali.
2. alat serpih yang ditemukan di daerah Gombong Jawa tengah, mengeruda Flores NTT, dan
Punung, Sangiran, dan ngandong solo
3. sumatralith yang ditemukan di daerah Lhokseumawe Aceh dan Binjai Sumut.
4. beliung persegi yang ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan sulawesi.
5. kapak lonjong ditemukan di daerah Sulawesi, Flores.
6. mata panah yang di temukan di daerah Sulawesi Selatan.
7. alat alat dari tanah liat seperti gerabah
8. bangunan megalitik seperti menhir, dolmen, kranda, dan punden berundak.
9. nekara dari perunggu yang ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, bali.
b. PENINGGALAN SEJARAH HINDU DI INDONESIA
Sebelum pengaruh Hindu masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia, berdasarkan
hasil penelitian yang diadakan oleh J. Brandes menyatakan bahwa bangsa Indonesia telah
mengenal sepuluh (10) macam unsur kebudayaan asli. Kesepuluh jenis kebudayaan asli itu
meliputi, sistem berlayar, sistem perbintangan, sistem mata uang, sistem gerabah, seni
membatik, seni wayang, sistem berburu, pola menetap, sistem bertani, dan sistem relegi. Dari
sistem yang dikenal itu mereka meninggalkan berbagai macam peninggalan kebudayaan
seperti, yang berasal dari zaman megalith dan prunggu terdapat peninggalan berupa; menhir,
dolmen, sarkopagus, kuburan batu "pandhusa", funden berundak-undak, arca perwujudan
nenek moyang, dan berbagai jenis nekara. Bangsa Indonesia telah mengenal dan menganut
sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyang-nya Pemujaan kepada roh nenek moyang
mempergunakan arca perwujudan Arca perwujudan itu diletakkan pada tempat "tanah" yang
lebih tinggi dalam bentuk punden berundak-undak Dengan teknis seperti itulah pemujaan
kepada arwah leluhurnya.
Bersamaan dengan berkembangnya pengaruh Hindu keseluruh dunia termasuk Indonesia,
maka terjadilah akulturasi antara kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan India yang
dijiwai oleh agama Hindu. Selanjutnya secara berangsur-angsur peradaban Hindu
mempengaruhi dan menjiwai peradaban asli Indonesia sesuai dengan sifat-sifatnya. Untuk
semuanya itu terkait tentang bukti-bukti peninggalan sejarah Hindu, dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Kutai
Kutai terletak di Pulau Kalimantan bagian Timur. Pada abad ke empat (4) Masehi
berkembanglah disana sebuah kerajaan yang bernama Kutai, dipimpin oleh Aswawarman
yang disebut- sebut sebagai putra dari Kundungga. Di Kutai diketemukan 7 buah Prasasti
yang berbentuk Yupa. Yupa adalah tiang batu/tugu peringatan untuk melaksanakan upacara
kurban. Yupa sebagai prasasti bertuliskan huruf Pallawa, berbahasa sansekerta dan tersusun
dalam bentuk syair. Sang Açwawarman mempunyai tiga putra, seperti api yang suci
ketiganya. Yang terkemuka dari ketiganya itu ialah Sang Mulawarman raja yang bijaksana,
kuat, dan berkuasa. Pada bagian lain disebutkan pula bahwa "Sang Mulawarman raja mulia
dan terkemuka, telah mempersembahkan yajna berupa dua puluh ribu (20.000) ekor sapi
kepada para brahmana bertempat di lapangan suci waprakeswara. Yang utama patut kita
ketahui dan diingat adalah apa saja peninggalan agama Hindu yang terdapat di Kutai pada
masa lalu sampai sekarang. Berdasarkan penemuan peninggalan sejarah berupa batu bertulis
(Yupa) dapat diketahui bahwa agama Hindu telah berkembang dengan subur di Kutai.
2. Jawa Barat
Disekitar tahun 400-500 Masehi Jawa Barat diperintah oleh seorang raja yang
bernama "Purnawarman" dengan kerajaannya bernama Taruma Negara. Kerajaan Taruma
Negara meninggalkan banyak prasasti, diantaranya adalah prasasti; Ciaruteun, Kebon Kopi,
Tugu, dan prasasti Canggal. Prasasti-prasasti itu kebanyakan ditulis dengan mempergunakan
hurup Pallawa dan berbahasa sanskerta yang digubah dalam bentuk syair. Dalam prasasti
Ciaruteun terdapat lukisan dua telapak kaki Sang Purnawarman yang disamakan dengan
tapak kaki Dewa Wisnu. Gambar telapak kaki gajah dari Sang Raja kita dapat temukan
didalam prasasti Kebon Kopi, ini dapat dihubungkan dengan telapak kaki gajah Airawata
(gajah Indra). Prasasti Tugu yang terdapat di Jakarta menuliskan bahwa, raja Purnawarman
dalam tahun pemerintahannya yang ke 22 telah berhasil menggali sebuah sungai yang disebut
sungai gomati. Sungai ini memiliki panjang 6122 busur + 12 Km dalam waktu 21 hari.
Setelah selesai diakan upacara korban serta sedekah berupa 1000 ekor lembu kepada para
brahmana. Dalam prasasti Canggal yang mempergunakan angka tahun candra sengkala "Sruti
Indra rasa" berarti tahun 654 çaka (tahun 732 masehi) menyebutkan bahwa, Raja Sanjaya
mendirikan sebuah Lingga sebagai simbul memuja Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya
sebagai Çiwa. Dalam prasasti ini juga memuat kata-kata pujian kepada Dewa Brahma,
Wisnu, dan Çiwa. Hal ini dapat dihubungkan dengan konsepsi Tri Murti.
Berikut ini adalah catatan peninggalan sejarah berupa Prasasti di Indonesia, antara
lain:

Prasasti peninggalan Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
Prasasti tertua adalah Prasasti Yupa.
3. Jawa Tengah
Suburnya peradaban agama Hindu di Jawa Tengah dapat diketahui dengan
ditemukannya prasasti Tukmas, prasasti ini berasal dari tahun 650 dan ditulis dengan huruf
Pallawa serta berbahasa Sansekerta. Di Jawa Tengah juga dinyatakan berdiri Kerajaan Kaling
yang pada tahun 647 Masehi yang diperintah oleh raja perempuan bersama “Raja Sima.”
Selanjutnya menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi menyebutkan
bahwa Raja Sanjaya mendirikan Lingga sebagai tempat pemujaan Ciwa bertempat disebut
bukit Kunjarakunja. Peninggalan sejarah di Jawa Tengah lainnya seperti Candi Prambanan
yang dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang yakni Rakai
Pikatan, raja kedua Mataram I atau Balitung Maha Sambu semasa bangsa Sanjaya, Candi
Dieng yang dibangun pada akhir abad ke-8 hingga abad ke-9, Candi Badut yang dibangujn
pada tahun 760 Masehi silam, dan Candi Canggal pendiriannya diduga pada masa
pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732 M
4. Jawa Timur
Keberadaan kerajaan Kanjuruan dapat kita pergunakan sebagai salah satu landasan
untuk mengetahui peradaban agama Hindu di Jawa Timur. Prasasti Donoyo adalah salah satu
peninggalan dari kerajaan Kanjuruan yang membicarakan tentang perkembangan agama
Hindu di Jawa Timur. Prasasti Dinoyi menggunakan huruf kawi dan menuliskan angka tahun
760 Masehi. Salah satu bangunan yang berasal dari zaman Kerajaan Kanjuruan adalah "Candi
Badut." Didalam candi inilah diketemukan sebuah lingga sebagai perwujudan dari Dewa
Ciwa.

5. Bali
Keberadaan agama hindu di bali merupakan kelanjutan dari agama hindu yang berkembang
di jawa. Pertama kalinya disebut sebut dikembangkan oleh maha rsi markandheya bertempat
di Besakih yang sekarang dikenal dengan nama “Pura Besakih”. Setelah di bali kedua agama
tersebut berakulturasi dengan harmonis dengan damai. Kejadian ini sering disebut dengan
Sinkritisme Ciwa-budha, disekitar zaman prasejarah sebelum pengaruh hindu berkembang di
Bali masyarakatnya telah mengenal sistem kepercayaan dan pemujaan
a. Kepercayaan kepada gunung sebagai tempat suci. Gunung oleh masyarakat bali
dipandang sebagai tempat bersemayamnya para roh nenek moyang yang telah
disucikan
b. Sistem penguburan yang mempergunakan sarkopagus (peti mayat). Setiap orang yang
meninggal dikubur dengan kepala menuju arah gunung dan kakinya menuju arah laut.
Hal ini memberikan inspirasi kepada kita bahwa gunung dan laut melambangkan
sebagai hulu dan teben, kepala dan kaki, purusa dan peredana serta utama mandala
dan nista mandala
c. Kepercayaan adanya alam sekala dan niskala. Alam sekala merupakan tempat hindu
dan kehidupan manusia, binatang dan tumbuh tumbuhan. Sedangkan alam niskala
diyakini sebagai tempat bersemayamanya Ida Sang Hyang Widhi besertaa
manifestasinya dan roh suci manusia setelah meninggalkan jasadnya
d. Kepercayaan adanya penjelmaan (punarbhawa). Masyarakat bali “hindu” percaya
bahwa roh seseorang yang meninggalkan badan kasarnya setelah kurun waktu tertentu
menjelma kembali ke dunia nyata ini.
e. Kepercayaan bahwa roh nenek moyang orang bersangkutan dapat setiap saat
memberikan perlindungan, petunjuk, sinar dan tuntunan rohani kepada generasinya
Sistem kepercayaan masyarakat Bali nampak memiliki pola sangat sederhana, setelah
datangnya Maha Rsi Markhandeya di bali pola kepercayaan yang sederhana itu kembali di
sempurnakan. Keterangan tentang Maha Rsi Markhandeya menyebarkan pengaruh Hindu
dibali dapat diketahui melalui kitab Markhandeya Purana. Kitab tersebut menyatakan bahwa
untuk pertama kalinya pengaruh hindu di bali disebarkan oleh Maha Rsi Markhandeya.
Beliau datang ke Bali diperkirakan disekitar abad 4-5 masehi melalui Gunung Semeru (Jawa
Timur) menuju daerah gunung agung (tolangkir) dengan tujuan hendak membangun asrama
atau penataran, setelah pulang ke jawa beliau kembali datang kebali dengan pengiring
sebanyak 2000 orang. Kedatangan beliau yang kedua ini berhasil menanam panca datu di
kaki gunung agung (besakih) sekarang
Selama menetap di bali maha rsi Markhandeya secara berangsur angsur mulai meningkatkan
kepercayaan masyarakat bali:
a. Masyarakat bali mulai diajarkan melakukan pemujaan kehadapan sang hyang widhi.
Dengan mempersembahkan upakara api, air, bunga dan buah beliau menyembah
kehadapan surya “nyuryasewana” 3 kali sehari memuja kebesaran tuhan
b. Pada saat itu pula mulai dikenal tentang daerah bali. Bali diartikan daerah yang segala
sesuatu nya mempergunnakan sesajen atau sarana bebali
c. Pura besakih mulai dibangun dan di fungsikan sebagai tempat memuja sang hyang
widhi wasa guna memohonkan keselamatan umatnya
d. Warna merah dan warna putih dimulai dipergunakan sebagai ider ider atau umbul
umbul ditempat suci. Kedua warna itu melambangkan kesucian yang bersumber dari
warna surya dan bulan
e. Upacara bebali untuk keselamatan binatang dan peternakan ditetapkan pada tumpek
kandang atau hari sabtu kliwon wuku uye. Sedangkan untuk keselamatan tumbuhan
ditetapkan pada tumpek pengatag atau hari sabtu kliwon wuku wariga
Upaya dan usaha pelestarian agama hindu dibali setelah maha Rsi Markhandeya
dilanjutkan oleh empu Sang Kulputih. Banyak peran yang dilaksanakan dan diambil oleh
beliau dalam meningkatkan peran dan kualitas agama hindu
a. Mengajarkan tentang bebali dalam bentuk seni yang mengandung makna simbolis
dan suci
b. Mengajarkan orang orang bali aga menjadi orang orang suci untuk pura
khayangan seperti pemangku, jro gede dan jro kebayan
c. Mengajarkan masyarakat untuk melaksanakan hari hari suci seperti Galungan,
Kuningan dan Pagerwesi
Bertempat dipura puseh (desa Bedulu Giayar) ditemukann peninggalan Arca Ciwa. Menurut
tipe nya arca itu dinyatakan serupa dengan arca ciwa yang terdapat di Candi Dieng
Prasasti Blanjong yang berangka tahun 913 masehi menyebutkan bahwa raja putri
Mahendratta yang bergelar Gunapriya Dharma Patni mangkat di buruan Kutri Giayar. Beliau
diwujudkan dalam bentuk dhurga Mahisa Asura mardhani yaitu bhatari dhurga yang sedang
membunuh para setan yang ada dibadan seekor kerbau. Prasati tersebut kini tersimpan di pura
Blanjong Sanur. Pada masa pemerintahan Raja Marakatta Pangkaja Sthanottungga Dewa
tahun 944 948 çaka (1022-1026 Maschi) datanglah Empu Kuturan ke Bali Beliau berasal dari
Jawa Timur, setibanya di Bali membangun asrama d Padanghai (Pura Silayukti) sekarang
beliau mengajarkan masyarakat Bali tentang silakrama, filsafat tentang makrokosmos dan
mikrokosmos, Sang Hyang Widhi, Jiwatman, Karmaphala, Wali dan Wewalen. Beliau juga
mengajarkan tentang Kusuma Dewa, Widhi Sastra, Sangkara Yoga dan tata cara membangun
Kahyangan atau bangunan suci lainnya. Bangunan suci yang ada sampai sekarang dibangun
menurut ajaran beliau adalah,
a). Sanggah Kemulan, Taku dan Tugu untuk setiap rumah tangga dalam satu pekarangan
b). Sanggah Pamrajan yang terdiri dari, Surya, Meru, Gedong, Kemalan Taksu, Pelinggih
Pengayatan Sad Kahyangan, dan Paibon serta yang lainnya untuk penyungsungan lebih dari
satu kepala keluarga pekarangan
c). Pura Dadiya Pemaksan, Panti dan yang lainnya, yang penyungsungnya lebih dari satu
paihon pemerajan
d). Kahyangan Tiga (Pura Pusch, Baleagung, dan Dalem) sebagai temp memuja Tri Murti
dibangun pada setiap Desa Pekraman adat.
Selain pembangunan tempat tempat suci tersebut di atas, beliau ju mengajarkan tentang
pembangunan Kahyangan Jagat, seperti; Pura Besakih, Pura Batur Pura Uluwatu, Pura
Lempuyang, Pura Andakasa Pura Goalawak, Pura Pusering Tasik dan yang lainnya.
(Pada masa Pemerintahan Raja Marakatta dilaksanakanlah penghormatan kepada Maha Rsi
Agastya, sebagaimana disebutkan dalam prasasti tersebut yang berangka tahun 944 Çaka).
Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong yang berkedudukan di Gelgel tahun 1470-
1550 Maschi datanglah Dang Hyang Dwijendra di Bali Beliau juga disebut Dang Hyang
Nirartha. Dalem Waturenggong memerintahkan Ki Gusti Penyarikan Dauh Baleagung untuk
mendal Dhang Hyang Nirartha datang ke Puri Gelgel menjadi Purohita Kerajaan. Dang
Hyang Nirartha banyak mengajarkan pengetahuan agama kepada para raja dan masyarakat
Bali
a. Ilmu tentang pemerintahan.
b. Ilmu tentang peperangan (Dharmayuddha)
c. Pengetahuan tentang smaragama (cumbwana karma) ajaran tentang pertemuan smara laki
dan perempuan
d. Ajaran tentang pelaksanakaan mamukur, maligia, dan mahasraddha Sejak kedatangan
beliau (Dhang Hyang Nirartha) dari Jawa ke Bali dan setelah lama menjadi Purohita di Puri
Gelgel, sezin Raja Dalem
Waturenggong akhirnya Dang Hyang Nirartha berasrat untuk melanjutkan mengadakan
perjalanan suci mengelilingi Bali. Dari Puri Gelgel beliau berjalan menuju Pura Rambut Siwi
dan selanjutnya menuju Pura Uluwatu Bukit Gong Bukit Payung - Sakenan - Air Jeruk Tugo -
Genta Samprangan Tengkulak - Goa Lawah Pojok Batu Pengajengan Masceti Peti Tenget dan
tempat suci lainnya serta akhirnya beliau dinyatakan moksah di Pura Luhur Uluwatu.
Berdasarkan data tersebut di atas sangatlah besar jasa Dhang Hyang Nirartha di Bali Beliau
telah mengajarkan tata cara pemerintahan, keagamaan, arsitektur, kesusastraan, pembimbing
masyarakat, tata cara pembangunan pelinggih Padmasana untuk pemujaan Sang Hyang Widhi
dan yang lainnya dalam rangka mempermulia keimanan umat manusia.
Perkembangan agama Hindu boleh dikatakan tumbuh dan berkemba dengan subur di
Indonesia sejak abad permulaan sampai akhir abad ke Pada abad ke 14 maschi mengalami
puncak keemasan pada masa kejaya pemerintahan Majapahit di Jawa. Sedangkan abad ke 15
maschi pa masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Bali. Kitab Hukum Dharma Sastra
dijadika hukum Adat, Pengadilan Agama dijadikan Raad Van Kerta, dan Des Adat
"Pekraman" yang berfungsi sebagai lembaga agama masyaraka disandingkan dengan Desa
Dinas. Tahun 1938 Masehi pemerintah Belanda merubah sistem pemerintahan
Indonesia "Bali" menjadi dua kelompok:
a. Kaula Swapraja yaitu pemerintahan kerajaan dengan menerapkan sist keadilan Raad Van
Kerta
b. Kaula Guperman yaitu pemerintahan penjajah dengan menerapkan sistem keadilan
lembaga landra sebagai lembaga keadilan masyaraka.
Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab. Kitab-kitab
peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra peninggalan sejarah Hindu
ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sanskerta pada daun lontar.
Sedah dan Empu Panuluh. Kitab Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam
mempersatukan Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi
pengalaman hidup dan keberhasilan Raja Airlangga.

Tradisi;
Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini.
Tradisi agama Hindu banyak ditemukan di daerah Bali karena penduduk Bali sebagian besar
beragama Hindu. Tradisi agama Hindu yang berkembang di Bali, antara lain:
a. Upacara nelubulanin ketika bayi berumur 3 bulan.
b. Upacara potong gigi (mapandes).
c. Upacara pembakaran mayat yang disebut Ngaben. Dalam tradisi Ngaben, jenazah dibakar
beserta sejumlah benda berharga yang dimiliki orang yang dibakar.

6. Nusa tenggara barat


Perkembangan agama hindu di NTB (lombok) dapat kita ketahui dari perjalanan suci Dhang
Hyang nirarta. Beliau dikenal dengan sebutan Pangeran Sangupati. Ada beberapa
peninggalannya antara lain :
a. Pura Meru
Pura yang berlokasi di Cakranegara ini merupakan pura yang dibangun pada abad ke-18
Masehi saat Kerajaan Karangasem masih berkuasa di pulau Lombok. Pura ini didirikan
dengan tujuan yang penting yaitu untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil di Lombok
pada masa lalu. Sampai saat ini pura ini masih difungsikan sebagai tempat ibadah agama
Hindu, tak jarang juga dijadikan tempat berkunjung para wisatawan.
b. Pura Gunung Pengsong
Nama sebenarnya dari pura ini adalah “Pura Pangsung” yang berarti tempat untuk meminta
berkat. Tetapi masyarakat setempat sering menyebutnya Pura Gunung Pengsong karena
lokasinya yang berada di Gunung Pengsong, Lombok Barat. Untuk sampai di pura ini,
pengunjung harus menaiki sekitar 350 anak tangga.
c. Pura Lingsar
Pura yang berada di Lingsar, Lombok Barat ini dibangun pada abad ke-18 Masehi. Tiap
tahun, pura ini menjadi lokasi Perang Topat (Perang Ketupat) yang menjadi simbol persatuan
masyarakat Islam dengan Hindu. Keberadaan pura ini berdampingan dengan Kemaliq
Lingsar yang dikeramatkan atau disucikan oleh masyarakat Suku Sasak.
d. Pura Suranadi
Pura yang satu ini memiliki ciri khas tersendiri, yaitu mempunyai lima pancuran suci yang
bersumber dari Gunung Rinjani. Kelima pancuran tersebut oleh masyarakat dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit atau dalam bahasa Sasak disebut ngentas male.
Selain itu, masyarakat Hindu berkeyakinan bahwa setelah berdoa dan menyucikan diri
menggunakan kelima pancuran akan mendapat suatu kehidupan baru.
e. Pura Batu Bolong
Penamaan itu karena di pura ini terdapat batu besar yang bolong pada bagian tenganya.
Menurut sejarah, pura ini dibangun oleh Resi bernama Dang Hyang Dwijendra dari Jawa
Timur. Pura ini berlokasi di pinggir pantai daerah Senggigi yang berhadapan langsung dengan
Selat Lombok. Tak jarang para wisatawan datang untuk berkunjung menikmati Pura Batu
Bolong sambil duduk santai melihat pemandangan laut.

7. Nusa tenggara timur


Masyarakat nusa tenggara timur “Sumbawa” sampai saat ini masih mengenal sebutar Tuan
Semeru. Nama Tuan Semeru adalah sebutan dari Dhang Hyang Nirartha. Hal ini memberikan
indikasi bahwa beliau pernah menyebarkan ajaran hindu ke daerah ini. Sekarang keberadaan
agama hindu di daerah ini dikembangkan kembali oleah para transmigran asal bali.

8. Sulawesi
perkembangan agama hindu di Sulawesi diprediksi sudah ada pada abad ke III masehi. Hal
ini ditandai dengan penemuan patung Buddha yang terdapat di daerah goa yang diperkirakan
pembuatan sejaman dengan patung patung Buddha yang ada di india. Contoh peninggalannya
adalah :
a. Arca Buddha Dipangkara atau Buddha Sempaga adalah arca Buddha tertua di Indonesia
yang berasal dari abad ke-2 Masehi. Arca ini juga dinobatkan sebagai arca Buddha berdiri
berbahan perunggu terbesar di Indonesia.
9. Irian Barat
perkembangan kehinduan di irian barat disebabkan oleh adanya masyarakat transmigrasi
disamping itu juga karena adanya penduduk yang mendapatkan tugas tugas tertentu di daerah
ini.

Anda mungkin juga menyukai