Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ETIKA KEINSINYURAN

Disusun Oleh:
Mayang Tangke Tiku
201923201001

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Insinyur adalah orang yang melakukan
rekayasa teknik menggunakan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan nilai tambah atau manfaat
atau pelestarian untuk kesejahteraan umat manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 Ayat 3 Undang-
Undang No 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran,  Insinyur adalah seseorang yang mempunyai
gelar profesi di bidang keinsinyuran. Insinyur selalu erat kaitannya dengan bidang keinsinyuran.
Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang tersebut, keinsinyuran adalah kegiatan teknik dengan
menggunakan kepakaran dan keahlian berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk meningkatkan nilai tambah dan daya guna secara berkelanjutan dengan memperhatikan :
keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, sertakesejahteraan masyarakat dan kelestarian
lingkungan.  Dari definisi tersebut dapat kita tarik poin utama bahwa gelar insinyur merupakan
gelar profesiyang tidak didapatkan melalui bangku pendidikan, melainkan pengalaman kerja di
lapangan. Berbeda halnya dengan Sarjana Teknik yang didapatkan melalui pendidikan formal di
bangku perkuliahan.

1.1 LATAR BELAKANG

Latar belakang dibuatnya makalah ini, untuk lebih dalam mengenal dan mengetahui
tentang UU No.11 Tahun 2014 tentang keinsinyuran dan mengetahuipula latar belakang
terbentuknya UU No.11 Tahun 2014 itu sendiri.

Adapun latar belakang terbentuknya UU No.11 tahun 2014 (Menurut PII) antara lain:
1. Isu Malpraktek / K3 :
Demi melindungi para engineer dalam pelaksanaan praktik keinsinyuran dalam hal safety.
2. Middle Income Trap :
Jaminan pensiunan untuk para insinyur yang masih belum diatur.
3. Produk Lisensi
Melindungi dan meningkatkan kualitas produk-produk yang diciptakan oleh insinyur
indonesia, dengan terlisensinya produk oleh insinyur yang bersertifikat, maka bargain produk
akan meningkat
4. Inovasi Engineer
Dengan tersertifikasinya engineer dalam melakukan praktik keinsinyuran, maka, engineer
akan dipaksa untuk selalu lebih baik dalam berinovasi
5. Triple Helix Relation (Akademik, Bisnis, Pemerintah)
Untuk mengingkatkan sinergisitas hubungan antara Akademik (Institusi Pendidikan), Bisnis
(Perusahaan dan Industri), Pemerintahan (Kementrian, PII)
6. Added Value tersendiri bagi Engineer
Meningkatkan trend masyarakat untuk menjadi Engineer, sehingga generasi generasi
baru Engineer akan secara sporadis berasal dari orang-orang yang berkompeten.

Agar seorang professional engineer bisa berpraktik di negara tujuan (host country) dan
memperoleh gelar ACPE (ASEAN Chartered Professional Engineer), ada beberapa kualifikasi
yang harus dipenuhi terlebih dahulu, antara lain mencakup:

  Telah menyelesaikan pendidikan tinggi bidang keinsinyuran

  Mendapatkan izin (lisensi) dari otoritas profesi nasional untuk berpraktik mandiri.

  Memiliki pengalaman kerja 7 tahun, 2 tahun di antaranya adalah pengalaman kerja di


bidang keinsinyuran

  Sejalan dengan kebijakan Continuing Professional Development (CPD) dengan tingkat


yang memuaskan

  Memperoleh sertifikat dari badan penyelenggara nasional dan tidak pernah melakukan
tindakan yang melanggar hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANALISA UMUM UNDANG-UNDANG

Undang-Undang ini memiliki 56 pasal yang mengatur beberapa hal tentang dunia
keinsinyuran. Jika digolongkan, sesuai dengan pasal 4, UU ini mengatur hal-hal yang
meliputi;

1. cakupan Keinsinyuran;

2. standar Keinsinyuran;

3. Program Profesi Insinyur;

4. registrasi Insinyur;

5. Insinyur Asing;

6. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan;

7. hak dan kewajiban;

8. kelembagaan Insinyur;

9. organisasi profesi Insinyur; dan

10. pembinaan Keinsinyuran.

Dalam cakupan keinsinyuran dibahas apa saja disiplin teknik keinsinyuran dan
cakupan bidang keinsinyuran, pada standar keinsinyuran dijelaskan standar Untuk menjamin
mutu kompetensi dan profesionalitas layanan profesi Insinyur, sedangkan pada program
profesi insinyur menjelaskan apa itu PPI dan mengapa harus mengikuti PPI. Pada regristrasi
insinyur membahas tentang STRI, sedangkan insinyur asing menjelaskan tentang aturan
peralihan insinyur dari luar Indonesia. Pengembangan keprofesian berkelanjutan
menjelaskan tentang penyelenggaraan program pengembangan keprofesian berkelanjutan,
pada hak dan kewajiban menjelaskan apa saja hak dan kewajiban insinyur, pengguna, dan
pemanfaat keinsinyuran, sedangkan PII, DII diatur dalam kelembagaan dan organisasi
profesi insinyur.
Secara teknis nanti tidak hanya gelar Insinyur berupa Ir. yang akan diberikan tidak
hanya diberikan didepan nama seperti biasanya, namun juga ada imbuhan IPP (Insinyur
Profesional Pratama)/ IPM (Insinyur Profesional Madya)/ IPU (Insinyur Profesional Utama),

BAB III
HASIL
3.1 KELEBIHAN

a. Memberikan landasan dan kepastian hukum bagi penyelenggaraan Keinsinyuran yang


bertanggung jawab;

b. Memberikan perlindungan kepada Pengguna Keinsinyuran dan Pemanfaat Keinsinyuran


dari malapraktik Keinsinyuran melalui penjaminan kompetensi dan mutu kerja Insinyur;
c. Memberikan arah pertumbuhan dan peningkatan profesionalisme Insinyur sebagai pelaku
profesi yang andal dan berdaya saing tinggi, dengan hasil pekerjaan yang bermutu serta
terjaminnya kemaslahatan masyarakat;
d. Meletakkan Keinsinyuran Indonesia pada peran dalam pembangunan nasional melalui
peningkatan nilai tambah kekayaan tanah air dengan menguasai dan memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membangun kemandirian Indonesia; dan
e. Menjamin terwujudnya penyelenggaraan Keinsinyuran Indonesia dengan tatakelola yang
baik, beretika, bermartabat, dan memiliki jati diri kebangsaan.

Sedangkan manfaat dari UU ini kedepannya adalah:


Bagi Masyarakat:
-Mudahkan jaminan keamanan dan keselamatan dari pekerjaan keinsinyuran
-Memudahkan para S.T untuk berkarya di keinsinyuran
-Karir keinsinyuran terbuka dari berbagai jalur pendidikan
-Masyarakat bisa mendapatkan transfer iptek.
Bagi Negara:
-Akan memiliki data SDM keinsinyuran yang akurat
-Mudahkan pengembangan, pemnbinaan & pengawasan
-meningkatkan peran insinyur dalam pembangunan
-Mencegah Malpraktek
-Meningkatkan kekuatan keinsinyuran berdaya asing
Bagi Keinsinyuran:
-Menjamin praktek keinsinyuran bagi para S.T, dan teknolog
-Meningkatkan tanggung jawab kepada masyarakat
-Memperjelas dan layanan sehingga berpeluang peningkatan penghasilan
-Memudahkan perlindungan asuransi
-Bersaing dengan insinyur asing dalam kesetaraan.
Bagi Pendidikan:
-Dengan data keinsinyuran akan memudahkan melakukan pemutakhiran pendidikan.
-Membantu mengurangi kesenjangan pendidikan

3.2 KEKURANGAN

1. Kurangnya Relasi antara PII dengan pihak Universitas / Kampus tidak terlalu banyak
karena sebenarnya sertifikasi itu berbeda dengan akreditasi

2. Sertifikasi dirasa tidak terlalu penting karena baru dapat dilaksanakan saat paska kampus
saja, yang terpenting disini adalah akreditasi karena akreditasi adalah hal yang dapat
dirasakan secara langsung saat lulus dari kampus.

3. Beliau menambahkan bahwa kinerja PII belum maksimal dan terkesan hanya meminta kerja
sama dan tidak mem-follow-up ke pihak Universitas / Kampus, sehingga koordinasi
terputus.

4. Relatif terlalu mahal biaya pendaftaran untuk sertifikasi kompetensi keinsinyuran

5. belum terhimpun dengan padu berbagai badan sertifikasi kompetensi, hal ini dapat
membuat kesimpang siuran para sarjana muda.

6. belum mampu di tegakannya sanksi bagi pelanggar kode etik keinsinyuran, hal ini akan
berdampak pada lemahnya pengakan dan disiplin ilmu yang direalisasikan kelak.
7. bilamana dalam pasal 26 disbutkan “Pembinaan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45” maka perlu adanya kontribusi dari pemerintah untuk membantu
sertifikasi untuk insyinyur di daerah tertinggal, ini dimaksudkan agar terjadi percepatan
peningakatan pembangunan dan penyamarataan dalam sector pembangunan.

8. terkesan kurang efesian bilamana sertifikasi kompetesi dilakukan pascasarjana, akan jauh
lebih efektif apablia sertifikasi mampu dipadukan / dipaketkan secara langsung dalam
studi perkuliahan / semasa kuliah.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dalam kajian ini adalah bahwa Undang-Undang
Republik Indonesia No.11 Tahun 2014 dibuat dengan cakupan yang cukup luas, namun
belum menyertakan informasi secara detail sehingga masih banyak hal yang masih belum
jelas terkait dengan kejelasan keberlanjutan UU Keinsinyuran, teknis sertifikasi pada pindah
kejuruan, badan kejuruan PII yang belum mencakup seluruh disiplin ilmu teknik, dan Added
Value bagi insinyur tersendiri.

DAFTAR PUSTAKA
UU No.11 Tahun 2014 Tentang-Kesinsinyuran

Anda mungkin juga menyukai