Undang-undang Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran disahkan pada tanggal 22 maret
2014 oleh Presiden Republik Indonesia Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono. Undang-undang ini
bukan hanya lahir sebagai upaya untuk meningkatkan kontribusi dan peran serta keinsinyuran,
melainkan sebagai peningkatan taraf hidup Insinyur Indonesia tapi juga Insinyur-insinyur kita
dituntut untuk lebih bisa mendeliver hasil engineering, manufacturing, construction, operation
and maintenance yang berkualitas dan bisa dipertanggungjawabkan di depan hukum dan juga
masyarakat serta industri sebagai pengguna produk keinsinyuran tadi. Secara umum, undang –
undang yang mengatur tentang keinsinyuran ini memuat 15 bab dan 56 pasal yang membahas
dan mengatur hal-hal sebagai berikut :
1) Ketentuan Umum
Secara umum, bab I yang terdiri atas pasal 1 undang-undang ini secara detail membahas
mengenai ketentuan-ketentuan umum di dalam dunia keinsyinyuran yang meliputi
pengertian-pengertian dari:
a. keinsinyuran, yaitu adalah kegiatan teknik dengan menggunakan kepakaran dan
keahlian berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan nilai tambah dan daya guna secara berkelanjutan dengan
memperhatikan keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta kesejahteraan masyarakat
dan kelestarian lingkungan;
b. praktik keinsinyuran;
c. insinyur;
d. insinyur asing;
e. program profesi insinyur;
f. uji kompetensi;
g. sertifikat kompetensi insinyur;
h. surat tanda registrasi insinyur;
i. pengembangan keprofesian berkelanjutan;
j. pengguna keinsinyuran;
k. pemanfaat keinsinyuran;
l. dewan keinsinyuran; dan
m. persatuan insinyur Indonesia.
Selain itu sebagai ketentuan tambahan, pada pasal 1 ayat 14 UU No. 11 Tahun 2014 ini
juga memberikan ketentuan umum bahwa menteri yang membidangi permasalahan ini
adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan yang
dapat ditafsirkan sebagai menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi.
4) Standar Keinsinyuran
Pada pasal 6, untuk menjamin mutu kompetensi dan profesionalitas layanan profesi
Insinyur, telah dikembangkan standar profesi Keinsinyuran yang terdiri atas: standar
layanan Insinyur; standar kompetensi Insinyur; dan standar Program Profesi Insinyur.
Standar layanan Insinyur ditetapkan oleh menteri yang membina bidang Keinsinyuran atas
usul PII dalam hal ini adalah Menristekdikti RI. Standar kompetensi Insinyur ditetapkan
oleh Dewan Insinyur Indonesia bersama menteri yang membina bidang Keinsinyuran.
Standar Program Profesi Insinyur ditetapkan oleh Menteri yang disusun atas usul
perguruan tinggi penyelenggara Program Profesi Insinyur bersama dengan menteri yang
membina bidang Keinsinyuran dan Dewan Insinyur Indonesia.
5) Program Profesi Insinyur
Merujuk pada pasal 7 ayat 1, gelar insinyur diberikan kepada orang yang telah lulus
Program Profesi Insinyur. Adapun syarat untuk mengikuti program ini telah diatur pada
ayat 2 yaitu:
a. sarjana bidang teknik atau sarjana terapan bidang teknik, baik lulusan perguruan tinggi
dalam negeri maupun perguruan tinggi luar negeri yang telah disetarakan; atau
b. sarjana pendidikan bidang teknik atau sarjana bidang sains yang disetarakan dengan
sarjana bidang teknik atau sarjana terapan bidang teknik melalui program penyetaraan.
Program Profesi Insinyur diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama dengan PII
dan kemenristekdikti. Bagi orang yang telah lulus standar Program Profesi Insinyur berhak
mendapatkan sertifikat profesi insinyur dan namanya akan dicatat di dalam PII. Sebagai
gelar, di depan nama orang tersebut akan dibubuhi dengan gelar “Ir.” yang dapat dibaca
insinyur.
6) Registrasi Insinyur
Setiap Insinyur yang akan melakukan Praktik Keinsinyuran di Indonesia harus memiliki
Surat Tanda Registrasi Insinyur yang dikeluarkan oleh PII. Untuk memperoleh Surat
Tanda Registrasi Insinyur, seorang Insinyur harus memiliki Sertifikat Kompetensi
Insinyur. Sertifikat Kompetensi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat diperoleh
setelah lulus Uji Kompetensi. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan
oleh lembaga sertifikasi profesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Surat Tanda Registrasi Insinyur berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap
5 (lima) tahun dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan persyaratan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Adapun yang menyebabkan Surat Tanda Registrasi Insinyur tidak berlaku karena:
a. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftarkan ulang;
b. permintaan yang bersangkutan;
c. meninggalnya yang bersangkutan; atau
d. pencabutan Surat Tanda Registrasi Insinyur oleh PII atas malapraktik atau
pelanggaran kode etik Keinsinyuran yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
Insinyur yang melakukan kegiatan Keinsinyuran tanpa memiliki Surat Tanda Registrasi
Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda;
c. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran;
d. pembekuan Surat Tanda Registrasi Insinyur; dan/atau
e. pencabutan Surat Tanda Registrasi Insinyur.
7) Insinyur Asing
Pasal 18 menjelaskan bahwa Insinyur Asing hanya dapat melakukan Praktik Keinsinyuran
di Indonesia sesuai dengan kebutuhan sumber daya manusia ilmu pengetahuan dan
teknologi pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sebelum melakukan
praktik, insinyur asing harus memiliki surat izin tenaga kerja asing sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk mendapat surat izin kerja, Insinyur Asing harus
memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur dari PII berdasarkan surat tanda registrasi atau
sertifikat kompetensi Insinyur menurut hukum negaranya. Apabila insinyur asing belum
memiliki surat tanda registrasi, maka harus mengurus sesuai ketentuan yang ada di
Indonesia mulai dari nol. Dalam hal-hal yang darurat dan insidental, Insinyur Asing yang
memberikan jasa Keinsinyuran dalam penanganan bencana atau konsultasi yang tidak
memerlukan surat izin kerja, tetapi harus memberitahukan kepada kementerian terkait.
Insinyur Asing yang tidak mematuhi persyaratan dan prosedur yang ada akan dikenai
sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran;
c. pembekuan izin kerja;
d. pencabutan izin kerja; dan/atau
e. tindakan administratif lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
a. memberikan informasi, data, dan dokumen yang lengkap dan benar tentang kegiatan
Keinsinyuran yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. mengikuti petunjuk Insinyur atas hasil kegiatan Keinsinyuran yang akan diterima;
c. memberikan imbalan yang setara dan adil atas jasa yang diterima kepada Insinyur dan
Insinyur Asing sesuai dengan jenjang kualifikasi; dan
d. mematuhi ketentuan yang berlaku di tempat pelaksanaan Praktik Keinsinyuran.