Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan Makalah Sumber Error Dalam Perhitungan
Numerik dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan
kita.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisika Komputasi.
Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang saya
miliki, saya berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I ....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 4
C. TUJUAN ....................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
A. DASAR TEORI ERROR ............................................................................................... 5
B. JENIS-JENIS ERROR .................................................................................................. 6
C. PERBEDAAN ABSOLUTE ERROR DAN RELATIVE ERROR .......................................... 9
D. ANGKA PENTING ................................................................................................... 10
E. ERROR YANG TERJADI KARENA OPERASI DASAR .................................................. 13
BAB III ................................................................................................................................ 15
PENUTUP ........................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam statistika dan matematika stokastik, galat (bahasa inggris: error) adalah
sumber variasi data yang tidak dapat dimasukkan ke dalam model. Dalam
literatur statisika, galat dikenal pula sebagai sesatan, pengotor, sisa, residu, atau
noise.
Galat dapat disebut juga error atau dalam keseharian dapat disebut sebagai
kesalahan, kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan dalam proses
pengambilan data. Menurut buku karangan Suntoyo Yitnosumarto, 1993, galat
adalah keanekaragaman (variabilitas) yang disebabkan oleh ketidakmampuan
materi percobaan atau obyek percobaan untuk berperilaku sama dalam
percobaan tersebut.
Galat atau error dapat pula didefinisikan sebagai selisih dari nilai atau hasil
yang kita harapkan terjadi (expected value) dengan observasi atau kenyataan
yang terjadi di lapangan. Galat dapat berfungsi untuk menunjukkan efisiensi
dari satu jenis percobaan atau penelitian ke penelitian yang lain. Secara normal
kita menginginkan galat yang bernilai kecil bahkan tidak terjadi galat. Namun
ketiadaan galat juga dapat menyebabkan pertanyaan dalam penelitian kita.
Terpenting dari galat ini adalah galat harus terjadi secara alami sehingga dapat
menggambarkan obyek penelitian yang sesungguhnya. Cara yang paling efektif
untuk menimbulkan kealamian galat adalah dengan menghomogenkan
perlakuan terhadap obyek [2]
5
B. JENIS-JENIS ERROR
Kesalahan bruto/kekeliruan.
Kesalahan Perumusan.
Ketidakpastian Data.
6
Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam
perhitungan numerik
Contohnya:
7
Galat Pemotongan ( truncation error )
Contoh:
Penyelesaian:
dan
juga Dan nilai Max |24/c5| di dalam selang 0.9 < c < 1 adalah pada c = 0.9
(dengan mendasari pada fakta bahwa pada suatu pecahan nilainya semakin
membesar bilamana penyebut dibuat lebih kecil). Sehingga
Jadi ln(0.9) = -0.1053583 dengan galat pemotongan lebih kecil dari 0.0000034.
8
Galat Total
Galat akhir atau galat total atau pada solusi numerik merupakan jumlah
galat pemotongan dan galat pembulatan. Misalnya menggunakan deret
Maclaurin orde-4 untuk menghampiri cos(0.2) sebagai berikut:
Galat eksperimental , galat yang timbul dari data yang diberikan, misalnya
karena kesalahan pengukuran, ketidaktelitian alat ukur dan sebagainya.
Kesalahan absolut dan kesalahan relatif adalah dua cara untuk menunjukkan
kesalahan dalam pengukuran eksperimental meskipun ada perbedaan antara
kesalahan absolut dan kesalahan relatif berdasarkan perhitungannya. Sebagian
besar pengukuran dalam eksperimen ilmiah terdiri dari kesalahan, karena
kesalahan instrumental dan kesalahan manusia.
Absolute Error
Kesalahan absolut adalah indikasi ketidakpastian pengukuran. Dengan kata
lain, ia mengukur sampai sejauh mana, nilai sebenarnya dapat bervariasi dari
nilai eksperimennya. Kesalahan absolut dinyatakan dalam unit yang sama
seperti pengukuran.
Relative Error
Kesalahan relatif bergantung pada dua variabel; kesalahan absolut dan nilai
eksperimen pengukuran. Oleh karena itu, kedua parameter tersebut harus
diketahui, untuk menghitung kesalahan relatif. Kesalahan relatif dihitung
dengan rasio kesalahan absolut dan nilai eksperimen. Hal ini dinyatakan
sebagai persentase atau sebagai pecahan; sehingga tidak memiliki satuan.
Dalam beberapa kasus, untuk alat ukur tertentu, ada nilai konstan yang
didefinisikan sebelumnya untuk kesalahan absolut (Bacaan terkecil. Misalnya:
9
- penggaris = +/- 1 mm.) Perbedaan antara true nilai dan nilai eksperimen.
Namun, kesalahan relatif bervariasi tergantung pada nilai eksperimen dan
kesalahan absolut. Hal ini ditentukan dengan mengambil rasio kesalahan
absolut dan nilai eksperimen. Jadi, perbedaan utama antara kesalahan absolut
dan kesalahan relatifnya adalah kesalahan absolut adalah besarnya perbedaan
antara nilai pasti dan perkiraan sedangkan Kesalahan relatif dihitung dengan
membagi kesalahan absolut dengan besarnya nilai pastinya. [2]
D. ANGKA PENTING
Pada 15,7 cm maka terdapat 3 angka yang penting sebagai hasil pengukuran.
Pada pelaporan hasil pengukuran 15,70 cm berarti terdapat 4 angka yang
penting sebagai hasil pengukuran. Dengan demikian angka penting adalah
angka hasil pengukuran atau angka yang diketahui dengan “cukup baik”
berdasarkan keandalan alat ukur yang dipakai.
Misalnya dilaporkan hasil pengukuran massa sebuah benda 5,4628 gram dapat
dinyatakan bahwa hasil pengukuran tersebut memiliki 5 angka penting.
10
Berikut aturan angka penting yang umum :
Angka nol di sebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit bukan angka nol
bukan angka penting,
Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol atau setelah tanda
desimal bukan angka penting.
0,035005 = 5 angka penting (karena angka nol diapit oleh angka bukan nol)
Angka nol yang berada di antara angka bukan nol termasuk angka penting.
Misal : 0,005006 = 4 angka penting
Dalam penjumlahan dan pengurangan angka penting, hasil dinyatakan
memiliki 1 angka perkiraan dan 1 angka yang meragukan. Contoh : 1,425 +
2,56 = 3,985 dan hasilnya ditulis sebagai 3,99.
(I) 25,340 + 5,465 + 0,322 = 31,127 ditulis sebagai 31,127 (5 angka penting)
Pada contoh (I) ditulis tetap karena kesemua unsur memiliki angka yang
berada di belakang tanda desimal jumlahnya sama.
Pada contoh (II) ditulis menjadi 58,0 karena mengikuti angka penting terakhir
aalah angka yang diragukan kepastiannya.
Pada contoh (III) ditulis menjadi 5,87 karena mengikuti aturan angka penting
terakhir ialah angka yang diragukan kepastiannya. Hal yang sama juga ditulis
sebagaimana contoh (IV).
11
bilangan-bilangan yang dioperasikan. Hasilnya harus dibulatkan hingga
jumlah angka penting sama dengan jumlah angka penting berdasarkan faktor
yang paling kecil jumlah angka pentingnya.
Ternyata ada perkecualian sebagaimana contoh berikut yaitu 9,84 : 9,3 = 1,06
ditulis dalam aturan angka penting sebanyak 3 angka penting seharusnya
menurut angka penting dalam perkalian/pembagian harus ditulis sebagai 1,1
(dalam 2 angka penting) tetapi perbedaan 1 di belakang tanda desimal pada
angka terakhir 9,3 yakni 9,3 + 0,1 menggambarkan kesalahan sekitar 1%
terhadap hasil pembagian (kesalahan 1% diperoleh dari 0,1:9,3 kemudian
dikali seratus persen). Perbedaan dari penulisan angka penting 1,1 dari 1,1 +
0,1 menghasilkan kesalahan 10% (didapat dari 0,1 dibagi 1,1 kemudian dikali
100 persen). Berdasarkan analisis tersebut, maka ketepatan penulisan jawaban
hasil bagi menjadi 1,1 jauh lebih rendah dibandingkan dengan menuliskan
jawabannya menjadi 1,06. Jawaban yang benar dituliskan sebagai 1,06 karena
perbedaan 1 pada angka
Terakhir bilangan faktor yang turut dalam unsur pembagian (9,3) memberi
kesalahan relatif sebesar (kira-kira 1%) atau dapat ditulis sebagai 1,06 + 0,01
Alasan yang serupa juga diberikan pada soalan 0,92 x 1,13 hasilnya ditulis
sebagai 1,04 dibandingkan menjadi 1,0396 (yang sudah sangat jelas lebih dari
faktor angka penting paling sedikit yang diproses dalam pembagian tampak
jika ditulis 1,039 memiliki 4 angka penting, jika ditulis 1,0396 memiliki 5
angka penting).
Batasan jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan pada
urutan angka dimaksud. Misal : 1256= 4 angka penting
12
E. ERROR YANG TERJADI KARENA OPERASI DASAR
13
Error Runtime
Tingkatan error selanjutnya adalah error runtime. Dimana error ini akan
terdeteksi saat program dijalankan (di-running). Penyebabnya beragam, pada
umumnya karena terjadi kesalahan dalam proses input, perhitungan dan juga
dalam proses output. Sebagai contoh yang banyak terjadi adalah error runtime
karena pembagian suatu bilangan dengan nol. Lihat contoh program bahasa c
berikut ini! Secara sintaks tentu tidak terdapat error, namun jika dijalankan,
operasi pembagian pada baris ke-5 akan menyebabkan error “division by zero”.
Error Logika (Logical Error)
Jenis error yang satu ini merupakan jenis error yang paling susah dideteksi
karena terjadinya bukan karena kesalahan penulisan (sintaks) atau kesalahan
proses runtime, namun kesalahan dari sisi programmer, dalam hal ini algoritma
yang digunakan. Karena logikanya salah, tentunya output yang dihasilkan juga
akan salah. Untuk mendeteksi letak kesalahannya, bukanlah hal yang mudah.
Terkadang kita harus merunut algoritma yang digunakan baris per baris (line-
by-line).
Sebagai contoh error yang termasuk dalam jenis error logika adalah saat
kita membuat program yang menghasilkan nilai luas dari suatu lingkaran yang
jari-jarinya diinput oleh user. Jika user menginputkan nilai 7, tentu program
seharusnya akan menampilkan nilai 154. Namun jika ternyata program tidak
menghasilkan hasil sesuai yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai error
logika (logical error). [4]
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
References
[1] imam.tantowi, "GALAT ( error ) pada Metode Numerik," 5 2014. [Online]. Available:
http://imamtantowi9194.blogspot.com/2014/05/galat-error-pada-metode-
numerik-numerik.html. [Accessed 3 2 2020].
[3] F. Bueche, " Theory and Problem of College Physics 8 ed," in Theory and Problem of
College Physics 8 ed, Erlangga, 1989.
16