Anda di halaman 1dari 16

SUMBER ERROR DALAM PERHITUNGAN NUMERIK

Disusun Oleh :

Ahmad alfaridji ( 11117061 )

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan Makalah Sumber Error Dalam Perhitungan
Numerik dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan
kita.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisika Komputasi.
Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang saya
miliki, saya berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi.

Dalam penulisan Makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan –


kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Tidak semua bahasan dapat
dideskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Untuk itu semua kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
Makalah ini. Saya selaku penyusun berharap semoga Makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I ....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 4
C. TUJUAN ....................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
A. DASAR TEORI ERROR ............................................................................................... 5
B. JENIS-JENIS ERROR .................................................................................................. 6
C. PERBEDAAN ABSOLUTE ERROR DAN RELATIVE ERROR .......................................... 9
D. ANGKA PENTING ................................................................................................... 10
E. ERROR YANG TERJADI KARENA OPERASI DASAR .................................................. 13
BAB III ................................................................................................................................ 15
PENUTUP ........................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan menggunakan metode pendekatan, tentunya setiap nilai hasil


perhitungan akan mempunyai GALAT (error) atau nilai kesalahan. Kesalahan
ini penting artinya, karena kesalahan dalam pemakaian algoritma pendekatan
akan menyebabkan nilai kesalahan yang besar, tentunya ini tidak diharapkan.
Sehingga pendekatan metode numerik selalu membahas tingkat kesalahan dan
tingkat kecepatan proses yang akan terjadi [1].

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Dasar Teori dari Error ?


2. Apa saja jenis – jenis dari Error ?
3. Apa perbedaan Absolute Error dan Relative Error ?
4. Apa pengertian Angka Penting ?
5. Bagaimana bisa terjadi Error karena Operasi Dasar ?

C. TUJUAN

1. Dapat memahami tentang Error.


2. Dapat mengetahui jenis – jenis Error.
3. Dapat membedakan Absolute Error dengan Relative Error.
4. Dapat memahami tentang Angka Penting.
5. Dapat memahami penyebab Error karena Operasi Dasar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DASAR TEORI ERROR

Dalam statistika dan matematika stokastik, galat (bahasa inggris: error) adalah
sumber variasi data yang tidak dapat dimasukkan ke dalam model. Dalam
literatur statisika, galat dikenal pula sebagai sesatan, pengotor, sisa, residu, atau
noise.

Galat dapat disebut juga error atau dalam keseharian dapat disebut sebagai
kesalahan, kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan dalam proses
pengambilan data. Menurut buku karangan Suntoyo Yitnosumarto, 1993, galat
adalah keanekaragaman (variabilitas) yang disebabkan oleh ketidakmampuan
materi percobaan atau obyek percobaan untuk berperilaku sama dalam
percobaan tersebut.

Galat atau error dapat pula didefinisikan sebagai selisih dari nilai atau hasil
yang kita harapkan terjadi (expected value) dengan observasi atau kenyataan
yang terjadi di lapangan. Galat dapat berfungsi untuk menunjukkan efisiensi
dari satu jenis percobaan atau penelitian ke penelitian yang lain. Secara normal
kita menginginkan galat yang bernilai kecil bahkan tidak terjadi galat. Namun
ketiadaan galat juga dapat menyebabkan pertanyaan dalam penelitian kita.
Terpenting dari galat ini adalah galat harus terjadi secara alami sehingga dapat
menggambarkan obyek penelitian yang sesungguhnya. Cara yang paling efektif
untuk menimbulkan kealamian galat adalah dengan menghomogenkan
perlakuan terhadap obyek [2]

5
B. JENIS-JENIS ERROR

 Kesalahan bruto/kekeliruan.

Kekeliruan dapat terjadi pada sembarang langkah proses pemodelan


matematika dan dapat mengambil bagian terhadap semua komponen
kesalahan lainnya. Ia hanya dapat dicegah oleh pengetahuan yang baik tentang
prinsip dasar dan berhati-hatilah dalam melakukan pendekatan dan mendesain
solusi untuk masalah anda. Biasanya tak dianggap dalam pembahasan metode
numerik. Ini terjadi, karena kesalahan bruto sampai taraf tertentu tak dapat
dihindari. Tapi tentu saja pasti ada cara untuk memperbaiki keadaan ini.

Misalnya: kebiasaan pemrograman yang baik, seperti yang sering terjadi.


sangat berguna untuk mengurangi kekeliruan pemrograman. Sebagai
tambahan, terdapat juga cara-cara sederhana untuk memeriksa apakah suatu
metode numerik tertentu bekerja secara sempurna.

 Kesalahan Perumusan.

Kesalahan perumusan model dihubungkan dengan penyimpangan yang dapat


dianggap berasal dari model matematika yang tak sempurna.Contoh: fakta
bahwa hukum Newton kedua tak menghitung efek relativistik. Ini tak
mengurangi kelayakan solusi pada contoh sebelumnya, karena kesalahan-
kesalahan ini adalah minimal pada skala waktu dan ruang dari seorang penerjun
payung. Anggap bahwa tahanan udara bukan proporsi linier terhadap
kecepatan jatuh seperti dalam persamaan tetapi merupakan sebuah fungsi
kuadrat kecepatan. Kalau hal ini benar, baik kedua solusi analitis maupun
numerik yang diperoleh dalam bab 1 hasilnya menjadi salah karena
kesalahan perumusan.

 Ketidakpastian Data.

Kesalahan-kesalahan seringkali masuk ke dalam suatu analisis karena


ketidakpastian data fisika yang mendasari suatu model. Misalnya kita ingin
menguji model penerjun payung dengan loncatan-loncatan berulang yang
dibuatnya, mengukur kecepatan orang tersebut setelah interval waktu
tertentu.Ketidakpastian yang menyertai pengukuran-pengukuran ini tak
diragukan, karena penerjun akan jatuh lebih cepat selama beberapa
loncatan daripada loncatan lainnya. Kesalahan-kesalahan ini dapat
memunculkan ketidak akuratan dan ketidak presisian. Jika instrumen kita
menaksir terlalu rendah atau terlalu tinggi terhadap kecepatan, kita
menghadapi suatu alat yang tak akurat atau menyimpang. Pada keadaan
lainnya, jika pengukuran tinggi dan rendah secara acak, kita akan berhadapan
dengan sebuah pertanyaan mengenai kepresisian.

6
Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam
perhitungan numerik

 Galat pembulatan ( round-off error )

Perhitungan dengan metode numerik hampir selalu menggunakan bilangan


riil.Masalah timbul bila komputasi numerik dikerjakan oleh mesin (dalam hal
inikomputer) karena semua bilangan riil tidak dapat disajikan secara tepat di
dalamkomputer. Keterbatasan komputer dalam menyajikan bilangan riil
menghasilkangalat yang disebut galat pembulatan. Sebagai contoh 1/6 =
0.166666666… tidak dapat dinyatakan secara tepat oleh komputer karena digit
6 panjangnya tidak terbatas. Komputer hanya mampu merepresentasikan
sejumlah digit (atau bit dalam sistem biner) saja. Bilangan riil yang panjangnya
melebihi jumlah digit (bit) yang dapat direpresentasikan oleh komputer
dibulatkan ke bilangan terdekat. Misalnya sebuah komputer hanya dapat
merepresentasikan bilangan riil dalam 6 digit angka berarti, maka representasi
bilangan 1/6 = 0.1666666666… di dalam komputer 6-digit tersebut adalah
0.166667. Galat pembulatannya adalah 1/6 – 0.166667 = -0.000000333.
Contoh dalam sistem biner misalnya

1/10 = 0.000110011001100110011 00110011…2 direpresentasikan di dalam


komputer dalam jumlah bit yang terbatas. Kebanyakan komputer digital
mempunyai dua buah cara penyajian bilangan riil, yaitu bilangan titik-tetap
(fixed point) dan bilangan titik-kambang (floatingpoint) Dalam format
bilangan titik -tetap setiap bilangan disajikan dengan jumlah tempat desimal
yang tetap, misalnya 62.358, 0.013, 1.000. Sedangkan dalam format bilangan
titik-kambang setiap bilangan disajikan dengan jumlah digit berarti yang sudah
-13 atau ditulis juga 0.6238E+03
0.1714E-13 Digit-digit berarti di dalam format bilangan titik-kambang disebut
juga angka bena (significant figure). Konsep angka bena dijelaskan berikut ini.

Contohnya:

43.123 memiliki 5 angka bena (yaitu 4,3,1,2,3)

0.0000012 memiliki 2 angka bena (yaitu 1,2)

270.0090 memiliki 7 angka bena (yaitu 2,7,0,0,0,9,0)

7
 Galat Pemotongan ( truncation error )

Galat pemotongan adalah galat yang ditimbulkan oleh pembatasan jumlah


komputasi yang digunakan pada proses metode numerik. Banyak metode
dalam metode numerik yang penurunan rumusnya menggunakan proses iterasi
yang jumlahnya tak terhingga, sehingga untuk membatasi proses
penghitungan, jumlah iterasi dibatasi sampai langkah ke n. Hasil penghitungan
sampai langkah ke n akan menjadi hasil hampiran dan nilai penghitungan
langkah n keatas akan menjadi galat pemotongan. dalam hal ini galat
pemotongan kan menjadi sangat kecil sekali jika nilai n di perbesar.
Konsekuensinya tentu saja jumlah proses penghitungannya akan semakin
banyak.

Contoh:

Gunakan deret Taylor orde 4 di sekitar xₒ = 1 untuk menghampiri ln(0.9) dan


berikan taksiran untuk galat pemtongan maksimum yang dibuat.

Penyelesaian:

Tentukan turunan fungsi f(x) = ln(x) terlabih dahulu

f(x) = ln(x) f(1)=0

f’(x) = 1/x f’(1)=1

f’’(x) = -1/x2 f’’(1)=-1

f’’’(x) = 2/x3 f’’’(1)=2

f(4)(x) = -6/x4 f(4)(1)=-6

f(5)(x) = 24/x5 f(5)(c)=24/c5

Deret Taylornya adalah

ln(x) = (x-1) – (x-1)2/2 + (x-1)3/3 – (x-1)4/4 + R4(x)

dan

ln(0.9) = -0.1 – (-0.1)2/2 + (-0.1)3/3 – (-0.1)4/4 + R4(x) = -0.105358 + R4(x)

juga Dan nilai Max |24/c5| di dalam selang 0.9 < c < 1 adalah pada c = 0.9
(dengan mendasari pada fakta bahwa pada suatu pecahan nilainya semakin
membesar bilamana penyebut dibuat lebih kecil). Sehingga

Jadi ln(0.9) = -0.1053583 dengan galat pemotongan lebih kecil dari 0.0000034.

8
 Galat Total

Galat akhir atau galat total atau pada solusi numerik merupakan jumlah
galat pemotongan dan galat pembulatan. Misalnya menggunakan deret
Maclaurin orde-4 untuk menghampiri cos(0.2) sebagai berikut:

Cos(0.2) ≈ 1 – 0.22/2 + 0.24/24 ≈ 0.9800667

Selain kedua galat ini, terdapat sumber galat lain :

Galat eksperimental , galat yang timbul dari data yang diberikan, misalnya
karena kesalahan pengukuran, ketidaktelitian alat ukur dan sebagainya.

Galat pemrograman. Galat yang terdapat di dalam program sering dinamakan


dengan bug. Dan proses penghilangan galat dinamakan debugging.

C. PERBEDAAN ABSOLUTE ERROR DAN RELATIVE ERROR

Kesalahan absolut dan kesalahan relatif adalah dua cara untuk menunjukkan
kesalahan dalam pengukuran eksperimental meskipun ada perbedaan antara
kesalahan absolut dan kesalahan relatif berdasarkan perhitungannya. Sebagian
besar pengukuran dalam eksperimen ilmiah terdiri dari kesalahan, karena
kesalahan instrumental dan kesalahan manusia.
 Absolute Error
Kesalahan absolut adalah indikasi ketidakpastian pengukuran. Dengan kata
lain, ia mengukur sampai sejauh mana, nilai sebenarnya dapat bervariasi dari
nilai eksperimennya. Kesalahan absolut dinyatakan dalam unit yang sama
seperti pengukuran.
 Relative Error
Kesalahan relatif bergantung pada dua variabel; kesalahan absolut dan nilai
eksperimen pengukuran. Oleh karena itu, kedua parameter tersebut harus
diketahui, untuk menghitung kesalahan relatif. Kesalahan relatif dihitung
dengan rasio kesalahan absolut dan nilai eksperimen. Hal ini dinyatakan
sebagai persentase atau sebagai pecahan; sehingga tidak memiliki satuan.
Dalam beberapa kasus, untuk alat ukur tertentu, ada nilai konstan yang
didefinisikan sebelumnya untuk kesalahan absolut (Bacaan terkecil. Misalnya:

9
- penggaris = +/- 1 mm.) Perbedaan antara true nilai dan nilai eksperimen.
Namun, kesalahan relatif bervariasi tergantung pada nilai eksperimen dan
kesalahan absolut. Hal ini ditentukan dengan mengambil rasio kesalahan
absolut dan nilai eksperimen. Jadi, perbedaan utama antara kesalahan absolut
dan kesalahan relatifnya adalah kesalahan absolut adalah besarnya perbedaan
antara nilai pasti dan perkiraan sedangkan Kesalahan relatif dihitung dengan
membagi kesalahan absolut dengan besarnya nilai pastinya. [2]

D. ANGKA PENTING

Hasil pengukuran berupa angka-angka atau disebut sebagai hasil numerik


selalu merupakan nilai pendekatan. Menurut kelaziman hasil pengukuran
sebuah benda mengandung arti bahwa bilangan yang menyatakan hasil
pengukuran tersebut. Jika sebuah tongkat panjangnya ditulis 15,7 centimeter.
Secara umum panjang batang tersebut telah diukur sampai dengan perpuluhan
centimeter dan nilai eksaknya terletak di antara 15,65 cm hingga 15,75 cm.

Seandainya pengukuran panjang tongkat tersebut dinyatakan sebagai 15,70 cm


berarti pengukuran tongkat telah dilakukan hingga ketelitian ratusan
centimeter.

Pada 15,7 cm maka terdapat 3 angka yang penting sebagai hasil pengukuran.
Pada pelaporan hasil pengukuran 15,70 cm berarti terdapat 4 angka yang
penting sebagai hasil pengukuran. Dengan demikian angka penting adalah
angka hasil pengukuran atau angka yang diketahui dengan “cukup baik”
berdasarkan keandalan alat ukur yang dipakai.

Misalnya dilaporkan hasil pengukuran massa sebuah benda 5,4628 gram dapat
dinyatakan bahwa hasil pengukuran tersebut memiliki 5 angka penting.

10
Berikut aturan angka penting yang umum :

 Angka yang bukan nol adalah angka penting,

misal : 14569 = 5 angka penting, 2546 = 4 angka penting

 Angka nol di sebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit bukan angka nol
bukan angka penting,

misal : 25,00 = 2 angka penting

25,000 = 2 angka penting

2500 = 4 angka penting ( mengapa ? sebab tidak ada tanda desimalnya)

2500,00 = 4 angka penting

 Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol atau setelah tanda
desimal bukan angka penting.

Misal : 0,00556 = 3 angka penting

0,035005 = 5 angka penting (karena angka nol diapit oleh angka bukan nol)

0,00006500 = 4 angka penting

 Angka nol yang berada di antara angka bukan nol termasuk angka penting.
Misal : 0,005006 = 4 angka penting
 Dalam penjumlahan dan pengurangan angka penting, hasil dinyatakan
memiliki 1 angka perkiraan dan 1 angka yang meragukan. Contoh : 1,425 +
2,56 = 3,985 dan hasilnya ditulis sebagai 3,99.

(I) 25,340 + 5,465 + 0,322 = 31,127 ditulis sebagai 31,127 (5 angka penting)

(II) 58,0 + 0,0038 + 0,00001 = 58,00281 ditulis menjadi 58,0

(III) 4,20 + 1,6523 + 0,015 = 5,8673 ditulis menjadi 5,87

(IV) 415,5 + 3,64 + 0,238 = 419,378 ditulis menjadi 419,4

Pada contoh (I) ditulis tetap karena kesemua unsur memiliki angka yang
berada di belakang tanda desimal jumlahnya sama.

Pada contoh (II) ditulis menjadi 58,0 karena mengikuti angka penting terakhir
aalah angka yang diragukan kepastiannya.

Pada contoh (III) ditulis menjadi 5,87 karena mengikuti aturan angka penting
terakhir ialah angka yang diragukan kepastiannya. Hal yang sama juga ditulis
sebagaimana contoh (IV).

 Dalam perkalian dan pembagian, hasil operasi dinyatakan dalam jumlah


angka penting yang paling sedikit sebagaimana banyaknya angka penting dari

11
bilangan-bilangan yang dioperasikan. Hasilnya harus dibulatkan hingga
jumlah angka penting sama dengan jumlah angka penting berdasarkan faktor
yang paling kecil jumlah angka pentingnya.

Contoh : 3,25 x 4,005 = …

3,25 = mengandung 3 angka penting

4,005 = mengandung 4 angka penting

Ternyata ada perkecualian sebagaimana contoh berikut yaitu 9,84 : 9,3 = 1,06
ditulis dalam aturan angka penting sebanyak 3 angka penting seharusnya
menurut angka penting dalam perkalian/pembagian harus ditulis sebagai 1,1
(dalam 2 angka penting) tetapi perbedaan 1 di belakang tanda desimal pada
angka terakhir 9,3 yakni 9,3 + 0,1 menggambarkan kesalahan sekitar 1%
terhadap hasil pembagian (kesalahan 1% diperoleh dari 0,1:9,3 kemudian
dikali seratus persen). Perbedaan dari penulisan angka penting 1,1 dari 1,1 +
0,1 menghasilkan kesalahan 10% (didapat dari 0,1 dibagi 1,1 kemudian dikali
100 persen). Berdasarkan analisis tersebut, maka ketepatan penulisan jawaban
hasil bagi menjadi 1,1 jauh lebih rendah dibandingkan dengan menuliskan
jawabannya menjadi 1,06. Jawaban yang benar dituliskan sebagai 1,06 karena
perbedaan 1 pada angka

 Terakhir bilangan faktor yang turut dalam unsur pembagian (9,3) memberi
kesalahan relatif sebesar (kira-kira 1%) atau dapat ditulis sebagai 1,06 + 0,01

Alasan yang serupa juga diberikan pada soalan 0,92 x 1,13 hasilnya ditulis
sebagai 1,04 dibandingkan menjadi 1,0396 (yang sudah sangat jelas lebih dari
faktor angka penting paling sedikit yang diproses dalam pembagian tampak
jika ditulis 1,039 memiliki 4 angka penting, jika ditulis 1,0396 memiliki 5
angka penting).

Jika dikalikan, hasilnya diperoleh menjadi 13,01625 maka hasilnya ditulis


menjadi 1,30 x 101

 Batasan jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan pada
urutan angka dimaksud. Misal : 1256= 4 angka penting

1256 = 3 angka penting (garis bawah di bawah angka 5) atau

dituliskan seperti 1256 = 3 angka penting (angka 5 dipertebal) [3]

12
E. ERROR YANG TERJADI KARENA OPERASI DASAR

Setiap bahasa pemrograman, baik bahasa pemrograman yang berbasis


desktop, web, maupun mobile memiliki keunikan tersendiri. Masing-masing
memiliki aturan tata bahasa (secara awam biasa disebut sintaks) tersendiri.
Misalnya saja dalam Bahasa C, setiap statement atau perintah harus diakhiri
dengan titik koma, namun di dalam Visual Basic hal tersebut tidak perlu. Saat
aturan tata bahasa dilanggar, maka akan mengakibatkan error pada program.
Terlepas dari segala perbedaan sintaks dan penggunaan dari masing-masing
bahasa pemrograman, pada dasarnya terdapat benang merah yang dapat kita
tarik dari kesemua bahasa pemrograman yang ada. Yaitu, kepatuhan bahasa
pemrograman terhadap aturan atau pola pikir yang disebut algoritma
pemrograman. Algoritma merupakan pola pikir atau langkah per langkah yang
harus ditempuh dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Saat kita menuliskan suatu program dalam suatu bahasa pemrograman
seringkali kita menemukan error (kesalahan) yang menyebabkan program yang
dibuat tidak berjalan dengan baik, atau bahkan tidak berjalan sama sekali.
Menemukan dan memperbaiki error (kesalahan) juga bukan perkara yang
mudah, kadang memerlukan waktu lebih untuk melakukannya. [4]
Dilihat dari jenis dan tingkat kesulitan dalam menemukan
(memperbaikinya), error dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu:
 Error Tata Bahasa (Sintaks)
Error tata bahasa (sintaks) merupakan jenis error yang paling banyak
terjadi dalam pembuatan program. Namun error ini paling mudah terdeteksi
karena umumnya compiler atau interpreter dari masing-masing bahasa
program akan melakukan pengecekan sebelum program dijalankan (saat
dikompilasi). Lokasi baris yang menyebabkan error juga biasanya sudah
ditunjukkan. Hanya perlu kejelian untuk memperbaikinya.
Sebagai contoh potongan program Bahasa C berikut ini akan error pada
baris ke-4 karena pada baris sebelumnya (baris ke-3) statement belum ditutup
menggunakan titik koma (;)

13
 Error Runtime
Tingkatan error selanjutnya adalah error runtime. Dimana error ini akan
terdeteksi saat program dijalankan (di-running). Penyebabnya beragam, pada
umumnya karena terjadi kesalahan dalam proses input, perhitungan dan juga
dalam proses output. Sebagai contoh yang banyak terjadi adalah error runtime
karena pembagian suatu bilangan dengan nol. Lihat contoh program bahasa c
berikut ini! Secara sintaks tentu tidak terdapat error, namun jika dijalankan,
operasi pembagian pada baris ke-5 akan menyebabkan error “division by zero”.
 Error Logika (Logical Error)
Jenis error yang satu ini merupakan jenis error yang paling susah dideteksi
karena terjadinya bukan karena kesalahan penulisan (sintaks) atau kesalahan
proses runtime, namun kesalahan dari sisi programmer, dalam hal ini algoritma
yang digunakan. Karena logikanya salah, tentunya output yang dihasilkan juga
akan salah. Untuk mendeteksi letak kesalahannya, bukanlah hal yang mudah.
Terkadang kita harus merunut algoritma yang digunakan baris per baris (line-
by-line).
Sebagai contoh error yang termasuk dalam jenis error logika adalah saat
kita membuat program yang menghasilkan nilai luas dari suatu lingkaran yang
jari-jarinya diinput oleh user. Jika user menginputkan nilai 7, tentu program
seharusnya akan menampilkan nilai 154. Namun jika ternyata program tidak
menghasilkan hasil sesuai yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai error
logika (logical error). [4]

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Kekeliruan dapat terjadi pada sembarang langkah proses


pemodelan matematika dan dapat mengambil bagian terhadap
semua komponen kesalahan lainnya.
 Hasil pengukuran berupa angka-angka atau disebut sebagai hasil
numerik selalu merupakan nilai pendekatan

15
DAFTAR PUSTAKA

References

[1] imam.tantowi, "GALAT ( error ) pada Metode Numerik," 5 2014. [Online]. Available:
http://imamtantowi9194.blogspot.com/2014/05/galat-error-pada-metode-
numerik-numerik.html. [Accessed 3 2 2020].

[2] A. A, "Galat Data Error Data," 07 2008. [Online]. Available:


http://statforall.blogspot.co.id/2008/07/galat-data-error-data.html. [Accessed 03
02 2020].

[3] F. Bueche, " Theory and Problem of College Physics 8 ed," in Theory and Problem of
College Physics 8 ed, Erlangga, 1989.

[4] Achmatim.Net, "Achmatim.Net," 17 11 2008. [Online]. Available:


http://achmatim.net/2008/11/17/mengenal-error-dalam-program/. [Accessed 03
02 2020].

16

Anda mungkin juga menyukai