Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

ETIKA KERJA DAN KETEKNIKAN


( Take Home)

FHIRDHA RIZQI

072.15.040

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
Kasus Pelanggaran Etika Keteknikan

Terjadi suatu bencana di Jawa Timur terhitung sejak Mei 2006 di lokasi
pengeboran Lapindo Brantas Inc. yang berada di Dusun Balongnongo Desa
Renokenongo, Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo yakni meluapnya lumpur di
daerah tersebut akibat kegiatan pengeboran sumur Banjar Panji 1. Pengeboran tersebut
dibantu oleh Service Company PT. Medici Citra Nusantara dengan kontrak atas nama
Alton Indonesia, senilai US$ 24 juta.

Awal pengerjaan sumur tersebut direncanakan dilakukan hingga pada lapisan


batugamping pada kedalaman 8500 ft Formasi Kujung. Pengerjaan sumur tersebut
rencananya akan dipasang casing (selubung bor) dengan ukuran tertentu yang
menyesuaikan kedalaman-kedalamannya guna antisipasi terhadap hilangnya
kandungan lumpur (circulation loss) dalam formasi dan masuknya fluida formasi ke
dalam sumur (kick) sebelum menembus formasi kujung.

Desain awal pengerjaan , PT. Lapindo telah melakukan pemasangan casing


berukuran 30’’ di kedalaman 150 ft, ukuran 20” pada kedalaman 1195 ft, ukuran 16”
pada kedalaman 2385 ft ukuran 13-3/8” pada 3580 ft (Lapindo Press Rilis ke wartawan,
15 Juni 2006). Pada saat melakukan pengeboran di kedalaman 3580 ft- 9297 ft, belum
dilakukan pemasangan casing berukuran 9-5/8” pada batas kedalaman antara formasi
kujung dengan formasi Kalibeng di kedalaman 8500 ft. pada awal kegiatan pemboran
terjadi kesalahan pada pembuatan prognosis, dengan membuat target pemboran di zona
rembang, yang ternyata zona tersebut bukanlah berada di formasi kujung, sehingga
perencanaan pemasangan casing dilakukan setelah menyentuh target zona batu
gamping pada formasi kujung. Dimana planning tidak sesuai dengan kondisi aktual,
planning yang ditentukan adalah dengan memasang casing terlebih dahulu yang
kemudian dilanjutkan dengan pengeboran. Pada kondisi aktualnya pemboran yang
dilakukan tidak lagi berada pada formasi yang telah ditentukan pada planning.

Terjadinya kesalahan pada manusia yang menyebabkan terjadinya blow out pada
proses pemboran yang diakibatkan oleh overpressure (tekanan berlebih). Tetapi hal ini
dapat ditanggulangi dengan menggunakan pompa lumpur dari PT Medici.

Pada keadalaman 9297 ft, mata bor menyentuh batugamping yang merupakan bagian
dari formasi Klitik, bukan dari formasi Kujung. Batugamping pada formasi Klitik ini
memiliki nilai porous sangat tinggi. Hal tersebut membuat lumpur yang berada pada
formasi Pucangan hilang (masuk ke dalam lubang batugamping formasi Klitik), yang
menyebabkan lumpur pada permukaan habis.

Lumpur yang masuk ke dalam formasi Klitik berusaha menerobos keluar dan lumpur
yang berada diformasi tersebut habis, dimana hal tersebut memaksa mata bor untuk
ditarik keluar, akan tetapi kendala terjepitnya mata bor membuat diharuskannya mata
bor tersebut dipotong sesuai dengan standar prosedur yang ada. Penanggulangan lain
diberlakukan dengan cara menutup rig dengan menggunakan perangkap Blow Out
Preventer (BOP) dan memompakan lumpur pemboran yang memiliki densitas berat ke
dalam sumur tersebut, hal ini bertujuan untuk mematikan kick.

Pada kasus Lapindo ini, seorang engineer memiliki peran penting dalam melakukan
suatu pekerjaan, dimana ketelitian dan pemikiran kritis merupakan modal utama dalam
melakukan dan mempertanggung jawabkan pekerjaannya.
Menurut ABET-Engineering (2000), terdapat empat prinsip dasar yang harus
dilakukan engineer untuk menjunjung tinggi integritas yang sesuai dengan kodek etik
profesi keteknikan, berikut ini adalah empat prinsip dasarnya :

1. Menggunakan keterampilan dan pengetahuan para orang teknik untuk


peningkatan kesejahteraan manusia.
2. Menjadi tidak berat sebelah dan bersikap jujur, melayani dengan ketepatan
publik, serta pemberi kerja dan klien para orang teknik.
3. Bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan wewenang
4. Mendukung profesional dan masyarakat yang teknis dari disiplin

Peraturan yang diberlakukan merupakan pedoman bagi semua engineer yang ada. Dari
kebanyakan kasus yang terjadi, mereka para engineer mengabaikan peraturan yang
ada, sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan yang seharusnya dapat di
minimalisir. Salah satu contoh pelanggaran kode etik yang ada adalah persitiwa lumpur
Lapindo. Dimana hal ini terjadi dikarenakan adanya mud volcano (lumpur bawah
tanah) dan adanya fenomena UGBO yang merupakan fenomena fluida bawah tanah
(air, minyak dan atau gas) keluar tanpa melalui luban pengeboran.

Secara umum bencana banjir lumpur di Sidoarjo merupakan bencana yang diakibatkan
oleh adanya faktor kesalahan manusia (human error), dimana salahnya pengoperasian
sistem teknologi yang menjadi kunci utama kesalahan dari manusia dalam kejadian ini.

Kasus ini menunjukkan kurangnya kesadaran dari engineer dalam menerapkan kode
etik. Dimana proses perencanaan dan pelaksanaannya hanya memikirkan keberhasilan
dalam memenuhi kebutuhan industri tanpa memikirkan dampak dari penggunaan
teknologi tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa kurangnya penerapan ilmu yang
baik oleh seorang engineer. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya berlaku untuk
masyarakat, tetapi juga pada pemerintah yang harus menanggung banyak kerugian
dalam kejadian ini.

Penerapan pengetahuan yang baik (soft skill dan hard skill) merupakan hal yang sangat
harus diperhatikan, terutama dalam menerapkan feel engineer. Dimana hal ini
merupakan cara untuk menentukan sesuatu yang akan diberlakukan, yang didasari oleh
kondisi aktual di lapangan. Jika kondisi aktual di lapangan mengharuskan seorang
engineer merubah pola rencana kerja dari perusahaan, maka seorang engineer harus
dengan tepat melakukan kajian ulang guna mencegah terjadinya hal yang merugikan.

Dalam hal ini seorang engineer harus bersikap sesuai dengan data dan kondisi aktual
yang ada, sikap yang diambil oleh seorang engineer juga tidak luput dari pedomannya
yaitu etika profesi dan etika keteknikan. Hal ini sangat penting agar pekerjaan yang
dilakukan tidaklah merugikan pihak-pihak terkait (internal dan eksternal). Perlu adanya
kesadaran dari tiap individu agar penerapan etika kerja dapat berjalan dengan baik,
kesadaran dalam penerapan ini adalah modal awal dalam menjalankan pekerjaan yang
sesuai dengan standar dan peraturan yang telah dibuat.

Sumber : https://www.scribd.com/document/359956572/307875558-Contoh-Kasus-
Etika-Engineering-pdf

Anda mungkin juga menyukai