Anda di halaman 1dari 71

PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan sektor minyak dan gas bumi di Indonesia selama ini
ditujukan untuk menopang pembangunan nasional dan menghasilkan
pendapatan bagi negara serta memasok bahan bakar di dalam negeri. Bahan
bakar minyak terutama dipergunakan untuk keperluan sektor rumah tangga,
pengangkutan dan industri. Karena itu usaha-usaha eksplorasi untuk menemukan
cadangan energi baru terus ditingkatkan sambil tetap dilaksanakan konservasi
dan diversifikasi energi.
Perkembangan industri Bangunan Lepas Pantai (BLP) selama ini
tergantung dengan perkembangan dalam industri minyak dan gas. Kenaikan
harga minyak dan gas pada tahun 1973 telah mendorong pertumbuhan industri
ini termasuk mencari ladang-ladang minyak dan gas bumi yang baru di perairan
yang lebih dalam dengan kondisi laut yang semakin ganas. Dengan demikian
meningkatnya harga minyak dunia dari satu segi telah mendorong bertambahnya
aktifitas di lepas pantai, dan tentunya bertambahnya kebutuhan bangunan-
bangunan laut yang baru.
Teknologi BLP merupakan teknologi yang masih relatif muda, baik
mengenai desain, fabrikasi maupun instala
si. Pada tahun 1947 anjungan lepas pantai pertama diinstalasi di Teluk
Meksiko pada kedalaman laut 20 feet (6 meter). Berbeda dengan konstruksi sipil
pada umumnya, dalam konstruksi bangunan terpancang ini perlu adanya
pertimbangan khusus dalam hal transportasi struktur ke lokasi, pelaksanaan
instalasi dan kemampuan struktur dalam menahan beban lingkungan selama
waktu operasi.
Sebagian besar struktur BLP merupakan struktur terpancang. Masuk
kedalam jenis ini antara lain jacket steel flatform, gravity flatform, monopod,
tripod, dan lain-lain. Pada konstruksi terpancang, baik beban vertikal maupun
beban horisontal dan momen dapat ditransformasikan oleh konstruksi kaki-

WAHYUNI HASAN
1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

kakinya melalui pondasi ke dasar laut. Untuk itu ukuran pondasi akan
menentukan distribusi beban ke dasar laut. Selain itu, ukuran pondasi juga akan
menentukan struktur secara keseluruhan. Struktur BLP terpancang sebagian
besar digunakan sebagai anjungan produksi maupun sebagai fasilitas anjungan
pendukung produksi.
Disamping bangunan terpancang, berkembang juga BLP terapung (mobile
offshore units) seperti jack-up drilling rig, semi-submersible, drilling ship, barge
dan lain-lain. Sebagian besar BLP terapung digunakan untuk operasi pengeboran
sumur (drilling), struktur pendukung operasi (support vessel), fasilitas
pendukung pemasangan pipa bawah laut (pipe layer).
Selain bangunan terpancang dan terapung dikenal juga BLP lentur
(compliant) seperti Tension Leg Platform (TLP), guyed tower, articulated tower,
single buoy mooring (SBM), dan lain-lain. Jenis BLP ini sering digunakan
sebagai fasilitas penyimpanan minyak sementara (storage), loading, losing, dan
untuk tambat kapal tanker yang loading/losing minyak di lepas pantai.
Fabrikasi dan pengoperasian BLP jauh lebih mahal dan juga beresiko
tinggi bila dibandingkan dengan konstruksi-konstruksi bangunan di darat pada
umumnya. Hal ini tentunya juga akan sangat tergantung pada beberapa faktor,
antara lain letak ladang minyak/gas itu sendiri, kedalaman laut daerah operasi,
dan jarak daerah operasi dari daratan. Pada umumnya biaya operasi BLP sekitar
5 sampai 10 kali lebih besar dibanding dengan bangunan darat. Oleh karena itu
dalam pengoperasian bangunan lepas pantai perlu dipertimbangkan dua hal
utama yaitu:
1. Industri BLP hanya membangun struktur yang memenuhi fungsi
spesifik yang dibutuhkan.
2. Struktur yang akan diinstalasikan sebanyak mugkin difabrikasi di
darat dan membatasi kerja di laut seminimal mungkin.
Dari dua hal pertimbangan di atas, maka segala hal yang berhubungan
dengan pekerjaan di laut harus sedini mungkin dianalisa dan dipertimbangkan
secara mendalam untuk mengurangi resiko kehilangan jiwa, investasi dan
pencemaran laut.

WAHYUNI HASAN
2
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Sampai saat ini, industri lepas pantai telah banyak berkembang, khususnya
di bidang eksplorasi hidrokarbon di lepas pantai. Diperkirakan pada tahun 2014
ladang minyak di daratan yang sekarang memberi sumbangan sekitar dua pertiga
dari total produksi minyak dunia akan berkurang sehingga pencarian sumber-
sumber minyak dan gas yang baru akan beralih ke laut.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa lokasi yang memiliki anjungan
lepas pantai seperti di perairan Laut Jawa dan Laut Natuna. Jenis struktur yang
dipakai sebagian besar adalah tipe Fixed Jacket Steel Platform, karena memang
jenis struktur ini cocok untuk perairan yang tidak terlalu dalam seperti perairan
Indonesia. Berkaitan dengan itu, mata kuliah Perencanaan BLP di Program
Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin saat ini terbatas hanya pada
pembahasan untuk jenis struktur Fixed Jacket Steel Platform ini. Demikian juga
halnya dengan Tugas Perencanaan BLP yang dibebankan kepada mahasiswa
terbatas hanya pada perencanaan struktur jenis tersebut.
Fixed Jacket Steel Platform memiliki tiga elemen utama, yakni:
1. Sub struktur baja silinder (jacket) yang berdiri menerus dari dasar laut
sampai di atas garis air.
2. Pipa tiang pancang baja yang ditaman ke bawah laut melewati lubang
bawah kaki jacket tanah, sehingga berfungsi juga sebagai pondasi.
3. Bangunan Atas (top side facilities), yang diletakkan di atas jacket
sebagai tempat operasional.
Perencanaan Bangunan Lepas Pantai merupakan salah satu bidang ilmu
rekayasa yang dimanfaatkan sebagai tugas rekayasa yang wajib dibuat oleh
seluruh mahasiswa program studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin
sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana teknik. Tugas rekayasa
perencanaan Bangunan Lepas Pantai merupakan satu mata rantai dengan tugas
rekayasa Metode Elemen Hingga dan tugas rekayasa Pondasi.
Perancangan anjungan lepas pantai merupakan nilai pemikiran dasar untuk
mengambil keputusan dalam memilih tata letak, geometri, bahan dan struktur
yang layak.

WAHYUNI HASAN
3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Kecenderungan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Bangunan


Lepas Pantai adalah proses perancangan struktur yang banyak diformulasikan
dalam prosedur yang logis, yakni keputusan dalam penetapan variabel-variabel
perancangan (material, konfigurasi, pengaturan tata ruang, susunan kontruksi)
tetap dalam kontrol perancang. Sehubungan dengan itu, variasi target
perancangan yang dicapai telah bertambah yang bila di masa lalu berat struktur
dan biaya awal adalah merupakan faktor yang perlu dipikirkan maka target baru
telah mulai ditinjau yakni mengenai faktor ketepatan dalam hal fungsi stuktur
(functionality) sampai pada faktor kemudahan dalam pembongkaran kembali
stuktur (Disposability), serta keseimbangan antara pemenuhan berbagai target
seperti tujuan operasi, antara lain; nilai mutu struktur dalam memberikan
kenyamanan (habitability), nilai keandalan struktur (reliability), nilai
proporsional struktur untuk keseluruhan umur operasional (availability),
kemampuan struktur untuk tetap selamat selama dalam proses pengoperasian
(safety) dan kemampuan struktur untuk tetap selamat dari tingkat kerusakan
yang ekstrim pada suatu periode tertentu (damage tolerance).

Gambar 1.1. Guyed Tower Platform, Jacket Steel Platform,


Jack-up Platform, Semi Submersible, Dll.

WAHYUNI HASAN
4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

1.2. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat pembuatan laporan ini antara lain :
a. Tujuan :
1. Pada perencanaan ini akan direncanakan tipe Fixed Offshore Platform
dengan produksi rata-rata 114.000 BOPD untuk lokasi Perairan Laut
Jawa dengan kedalaman 41,67 meter.
2. Mendesain struktur Fixed Offshore Platform yang memiliki
produktivitas dengan nilai ekonomis yang tinggi.
3. Mendesain struktur Fixed Offshore Platform yang memiliki nilai
keamanan yang cukup untuk mencapai tujuan sebelumnya.
b. Manfaat :
1. Memberikan wawasan dan pengalaman tentang bagaimana mendesain
sebuah struktur tipe Fixed Offshore Platform yang memenuhi kaidah-
kaidah struktur yang berlaku.
2. Laporan hasil perencanaan BLP ini diharapkan bisa menjadi referensi
alternatif bagi mahasiswa yang akan mengerjakan tugas perencanaan
BLP di masa-masa mendatang.

1.3. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada perencanaan ini adalah :
1. Arah gelombang yang datang searah dengan sumbu global struktur(sumbu x).
2. Arah angin dominan adalah searah dengan sumbu global sruktur (sumbu x).
3. Keadaan permukaan pada seabed adalah merata.
4. Gaya yang bekerja pada struktur dianggap sebagai beban terbagi merata.

WAHYUNI HASAN
5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB II
PRARANCANGAN

2.1. Landasan Teori


Perancangan merupakan pemikiran dasar yang menyangkut proses
identifikasi sejumlah kriteria yang berkaitan dengan kemampuan produksi,
kinerja dan keamanan serta keseimbangan antara pemenuhan berbagai target.
Perancangan struktur anjungan lepas pantai merupakan pemikiran dasar untuk
mengambil keputusan dalam memilih tata letak, geometri, bahan dan ukuran
struktur yang layak. Pendekatan yang diterapkan dalam prosedur perancangan
menggunakan spiral perancangan.

Langkah paling awal dalam konsep perancangan adalah penentuan target.


Target-target perancangan yang mendifinisikan kemampuan struktrur untuk
memenuhi tujuan operasinya diantaranya adalah : functionality (kemampuan
difungsikannya struktur), habitability (nilai mutu dari struktur dalam
memberikan kenyamanan), reliability (nilai keandalan struktur), availability
(nilai yang proporsi dari struktur untuk keseluruhan umur operasional), safety
(kemampuan struktur untuk tetap selamat selama pengoperasian)dan damage
tolerance ( kemampuan struktur untuk selamat dari tingkatan kerusakan yang
ekstrim pada suatu periode tertentu).

Sedangkan terget-target yang mendefinisikan nilai ekonomis struktur


adalah producibility (kemudahan dalam membangun, mereparasi dan
meletakkan struktur di lokasi operasional), inspectability (kemudahan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap struktur), maintainability (kemudahan untuk
merawat struktur), disposability (kemudahan untuk membongkar struktur), cost
(biaya pembangunan dan selama pengoperasian struktur) dan weight (berat
struktur yang berpengaruh pada biaya pembelian material). Dimana target-
target di atas saling berkaitan satu dengan lainnya.

Ada beberapa faktor dasar yang mempengaruhi konsep sebuah


perancangan struktur khususnya struktur bangunan lepas pantai, yaitu :
Riset lapangan, peramalan permintaan,

WAHYUNI HASAN
6
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Analisa kecenderungan pasar, dan


Perkembangan teknologi metode-metode perancangan.
Perubahan-perubahan peraturan yang berlaku:
Inovasi baru,
Perkembangan teknologi material dan fabrikasi,
Perubahan dalam pendanaan oleh pemerintah dan dukungan terhadap
industri.
Kriteria yang terpenting dalam perancangan konstruksi bangunan lepas
pantai adalah harus dapat menahan beban vertikal sebagai akibat dari beban
fungsional. Berat struktur dan fasilitas pendukung lainnya, serta dapat menahan
beban horizontal sebagai akibat dari beban lingkungan. Selain itu pula sebuah
konstruksi bangunan lepas pantai harus memiliki sifat tahan terhadap beban
statis dan beban dinamis serta tahan terhadap kelelahan.
Adapun prosedur perancangan bangunan lepas pantai adalah sebagai
berikut:
1. Penentuan lokasi dan karakteristik lingkungan dalam besaran-besaran
angka,
2. Pemilihan konfigurasi struktur (geometri, bahan struktur dan ukuran
awal),
3. Analisa respon struktur terhadap gaya-gaya yang bekerja untuk
memeriksa unjuk kerja struktur terhadap kondisi kerjanya,
4. Telah dan evaluasi akhir terhadap struktur yang direncanakan hingga
diperoleh besaran-besaran respons (tegangan, lendutan, frekuensi
natural dan sebagainya) dalam batas-batas yang diizinkan oleh
peraturan yang ada.

Perancangan struktur khususnya struktur bangunan lepas pantai dewasa


ini lebih diarahkan pada efektifitas biaya baik pada saat pembangunan maupun
selama umur pengoperasiannya. Begitu pula dengan keselamatan kerja dan
konstruksi yang ramah lingkungan mendapatkan perhatian yang serius akhir-
akhir ini.

WAHYUNI HASAN
7
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2.2. Penentuan Lokasi Geografis dan Karakteristik Lingkungan


2.2.1. Pemilihan Lokasi Geografis
Pemilihan lokasi pembangunan struktur BLP didasarkan pada sedikit
banyaknya persediaan minyak bumi yang ada pada lokasi tersebut. Pemilihan
lokasi ini dapat ditentukan dengan mengadakan survey dan pengecekan pada
lokasi. Hasil survey ini selain menentukan ada tidaknya minyak bumi juga
berperan dalam penentuan letak dan jenis konstruksi yang akan dibangun,
pemilihan pondasi yang sesuai dan juga penentuan metode pengangkutan
konstruksi dan atau minyak bumi itu sendiri menuju tempat pemasaran
(distribusi).

2.2.2. Karakteristik Lingkungan


Karakteristik lingkungan yang dimaksud adalah kondisi lingkungan yang
timbul di mana struktur bangunan lepas pantai itu akan dioperasikan. Kondisi
lingkungan itu diperoleh pada saat tinjauan lokasi dan dilakukan secara berkala
untuk mendapatkan data atau informasi yang lebih akurat. Data-data tersebut
mewakili gejala alam yang mungkin timbul selama pengoperasian bangunan
lepas pantai dalam bentuk angka. Kondisi lingkungan di mana struktur
bangunan lepas pantai akan dioperasikan harus dibedakan dalam dua kategori,
yaitu kondisi lingkungan normal atau kondisi yang diperkirakan sering terjadi
dan kondisi lingkungan ekstrim atau kondisi yang jarang terulang.
Salah satu data kondisi lingkungan yang utama adalah kedalaman
perairan. Dalam banyak hal data ini merupakan tolak ukur berbagai persyaratan
yang harus dipenuhi dalam penentuan konfigurasi struktur bangunan lepas
pantai. Muka air pasang dan muka air surut juga merupakan parameter penting
yang mempengaruhi kedalaman perairan.

Berikut ini adalah bagian dari gejala alam yang juga merupakan beban
lingkungan yang dialami struktur bangunan lepas pantai di lokasi tempat
pengoperasian :

WAHYUNI HASAN
8
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

1. Gelombang
Gelombang merupakan sumber utama dari beban lingkungan yang
diderita oleh anjungan lepas pantai. Dalam perancangan konstruksi
bangunan lepas pantai, karakteristik gelombang yang digunakan adalah
pada kondisi lingkungan normal untuk menentukan parameter gelombang
rata-rata dan kondisi lingkungan ekstrim yang diperkirakan terjadi
periode perulangan dalam waktu 100 tahun. Parameter-parameter yang
diperoleh dari gelombang adalah tinggi gelombang, periode gelombang,
panjang gelombang dan elevasi puncak gelombang serta parameter lain
yang mendukung.

2. Angin

Parameter angin paling utama adalah kecepatan angin. Data angin


yang diperoleh harus disesuaikan dengan kecepatan angin pada
ketinggian standart (ketinggian acuan/referensi) yaitu 10 m atau 33 ft
diatas permukaan air rata-rata dengan interval waktu yang ditentukan.
Terdapat dua tipe kecepatan angin yaitu gust (kecepatan angin rata-rata
dalam interval waktu kurang dari satu menit) dan sustained (kecepatan
angin rata-rata dalam interval waktu satu menit atau lebih). Yang perlu
diperhatikan adalah frekuensi dan lama berlangsungnya kecepatan angin
di lokasi.

3. Arus

Seperti halnya angin, parameter paling utama dari arus adalah


kecepatannya. Selain itu juga, arah terpaan arus juga merupakan variabel
penting yang berguna untuk perencanaan pengoperasian anjungan lepas
pantai. Perhitungan arus memiliki banyak pengaruh terhadap penentuan
letak dan arah kedudukan sandaran kapal serta gaya dinamis yang
diderita anjungan lepas pantai.

WAHYUNI HASAN
9
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2.3. Pemilihan Konfigurasi Struktur


2.3.1. Pemilihan Konstruksi
Ada beberapa jenis fungsi anjungan lepas pantai, antara lain anjungan
pengeboran, anjungan produksi, anjungan akomodasi, anjungan instalasi, dan
lain-lain. Struktur rancangan anjungan lepas pantai ini direncanakan berfungsi
sebagai gabungan dari anjungan produksi dan anjungan pengeboran yang
dikenal dengan nama self-contained drilling and production platform .
Struktur ini terdiri dari sumur-sumur beserta persediaan dan peralatan
pengeboran, dan ditambahkan dengan fasilitas-fasilitas produksi. Self
contained platform standar memiliki dua buah geladak, empat tiang pancang,
menggunakan jenis struktur template, dan melayani sekitar 12 24 buah
sumur. Peralatan pengeboran umumnya dipasang pada geladak atas (upper
deck), dan peralatan produksi ditempatkan pada geladak bawah (lower deck).
Ada dua jenis struktur yang biasa menopang self-contained platform,
yaitu anjungan template/jacket dan anjungan menara (tower platform),
keduanya merupakan struktur terpancang. Dalam rancangan ini akan
digunakan struktur terpancang tipe jacket steel platform. Struktur ini, yang
sekarang paling banyak digunakan, terdiri dari struktur jacket dan struktur
geladak yang diletakkan diatasnya.
Geladak ditumpu oleh tiang pancang yang dipancangkan ke dasar laut
melalui kaki jacket. Tiang pancang bukan hanya sebagai penumpu geladak
saja tetapi juga untuk membuat struktur tetap di tempat terhadap beban
horizontal seperti angin, gelombang, dan arus.
Tipe ini sudah digunakan sejak tahun 60-an dan cocok untuk platform
yang menginginkan peralatan dan platform yang efisien. Kemampuan
pengeborannya mencapai 25.000 ft atau sekitar 7500 meter, dengan peralatan
yang tidak terlalu membutuhkan ruangan yang besar. Tanki dan ruangan
penampungan sesuai untuk jenis sumur minyak yang belum diketahui pasti
jumlahnya (Hypothetical Well). Kelebihan yang lainnya adalah mampu
beroperasi selama seminggu tanpa diresupply kembali, dengan asumsi
persyaratan yang dipakai adalah persyaratan minimum.

WAHYUNI HASAN
10
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Tipikal standar rigs ini antara lain; dapat didirikan dalam waktu 24 jam,
dan siap untuk memulai pengeboran dalam jangka waktu lima hari setelah
pemasangan peralatan-peralatan, sudah termasuk peralatan derrick
substructure, skid base, mud tank, fuel and water tank, engine package, pump
package, dan tempat tinggal (quarter building).
Ukuran standar rig biasanya 72 x 150 atau sekitar 21 m x 45 m untuk
18-24 sumur minyak. Untuk jumlah sumur yang lebih kecil, ukuran tersebut
dapat berkurang.
Sampai saat ini terdapat bermacam-macam jenis konstruksi bangunan
lepas pantai sesuai dengan kebutuhan., yaitu :
1. Anjungan terapung (Mobile Offshore Drilling Units/MODU atau
Floating Production Platform/FLS) seperti semi submersible, drilling
ships, tension legs platform, jack up dsb.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.1. Tipe-tipe anjungan lepas pantai : (a).Semisubmersible, (b).


Tension Leg Platform, (c) Jack-up Platform, dan (d) Drilling Ship.

WAHYUNI HASAN
11
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2. Anjungan terpancang (Fixed Offshore Platform /FOP) seperti jacket,


concrete/steel gravity, tripod, dll.

Gambar 2.2. Anjungan Terpancang

3. Anjungan struktur lentur (Compliant Platform) seperti Articulated


Tower, Guyed Tower, dll.

Gambar 2.3. Guyed Tower Platform

Struktur bangunan lepas pantai juga dapat dibedakan jenisnya


berdasarkan lama pemakaiannya, yaitu :
a) Konstruksi Permanen atau konstruksi yang dibangun untuk dioperasikan
dalam jangka waktu yang lama pada suatu lokasi kerja (biasanya 20
hingga 30 tahun) dan tidak dimaksudkan untuk dipindahkan pada lokasi
kerja yang lain.

WAHYUNI HASAN
12
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

b) Konstruksi Bergerak (Mobile Units) atau konstruksi yang dibangun untuk


dioperasikan hanya beberapa waktu saja (beberapa minggu atau beberapa
bulan), kemudian berpindah tempat untuk dioperasikan di lokasi kerja
lain.
Adapun berdasarkan fungsinya, konstruksi lepas pantai dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a) Anjungan pengeboran : Anjungan ini digunakan untuk mengebor sumur
minyak/gas, dapat berupa pengeboran awal untuk melihat struktur dan
kapasitas kandungan ataupun untuk pengeboran lanjutan sebagai
kebutuhan produksi/ekploitasi.
b) Anjungan produksi : Anjungan yang digunakan sebagai tempat untuk
memisahkan antara minyak, gas dan air.
c) Anjungan akomodasi : Anjungan yang dimanfaatkan sebagai anjungan
tempat tinggal personil atau transit.
d) Anjungan instalasi : Anjungan ini digunakan untuk membantu instalasi
anjungan lain seperi fasilitas derek.
e) Anjungan pipe layer : Untuk pipe layer telah berkembang dari tongkang
yang sederahana hingga semi submersible yang dilengkapi dengan
fasilitas las dan pendukung yang modern.
Pemilihan konstruksi banyak didasarkan pada berbagai pertimbangan
yang telah disebutkan sebelumnya seperti halnya lokasi geografis dan
karakteristik lingkungan tempat anjungan lepas pantai akan dioperasikan.

2.3.2. Penentuan Berat dan Luas Geladak


1. Berat Geladak
a) Berat Kering (Dry Weight,WD)
Berat kering merupakan berat fasilitas atau peralatan kosong sesuai
dengan data perhitungan dari pabrik, yaitu terdiri dari peralatan utama,
peralatan material tersebar dan baja struktur geladak atas.

WAHYUNI HASAN
13
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Penentuan WD dan luasan geladak dapat ditentukan dengan bantuan


grafik hubungan antara Jumlah Produksi Minyak Perhari (BOPD), Seperti
Pada Gambar 2.4 dan 2.5 dengan keterangan gambar sebagai berikut :

Estimated Upper Limit : digunakan jika anjungan berada di daerah


dingin yang dilengkapi dengan dua buah rig (sistem pengeboran) dan
dirancang secara konservatif.
Median : digunakan untuk anjungan biasa yang dioperasikan di daerah
panas dengan GOR (Gas-Oil Ratio) ratarata 300 sampai dengan 600
dan perancangannya konservatif.Estimated Lower Limit : digunakan
pada anjungan untuk pengolahan gas atau tidak memerlukan banyak
pengaturan tekanan.
Estimated Lower Limit : digunakan pada anjungan untuk pengolahan
gas atau tidak memerlukan banyak pengaturan tekanan.

Gambar 2.4. Grafik Estimasi Berat Kering Fixed Jacket Platform


(Sumber : Planning and Design of Fixed Offshore Platform, hal.39)

WAHYUNI HASAN
14
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar 2.5. Grafik Estimasi Luasan Geladak Fixed Jacket Platform


(sumber : Planning and Design Of Fixed Offshore Platform, hal.39)

b) Berat Operasional (Operational Weight, Wo)


Berat ini terdiri dari berat kering ditambah dengan bahanbahan yang
dikonsumsi serta cairan yang terdapat dalam bejana dan perpipaan. Pada
anjungan kombinasi besarnya beban operasional dapat mencapai 1,30
1,35 dari berat kering, termasuk baja struktur bangunan atas.

Wo = (1,30 - 1,35) Wk . . . . (2.1)

c) Berat Alat Angkat (Lifting Weight, WL)


Berat alat angkat bagianbagian geladak atau modulmodul bangunan atas
merupakan berat yang menentukan jenis derek katrol yang akan dipakai
untuk mengangkat fasilitasfasilitas produksi. Besarnya berat cadangan
bagi alatalat angkat, pengikat dan penganut (bracing) yang akan dipasang
sementara pada saat dilakukan pengangkatan untuk pemasangan
komponenkomponen struktur di atas adalah sekitar 5 % - 8 % dari berat
kering.

Wa = (5%-8%) Wo . . . . (2.2)

WAHYUNI HASAN
15
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

d) Berat Pengetesan (Testing Weight, WT)


Merupakan berat tambahan yang timbul pada saat pengetesan yang perlu
dilakukan pada peralatan, bejanabejana atau perpipaan di atas anjungan.
Berat pengetesan menentukan beban temporer yang harus disangga
geladak atas. Jenis berat ini mungkin relatif kecil karena pengetesan pada
saat tertentu biasanya hanya dilakukan untuk satu jenis peralatan atau
sistem perpipaan saja.

Jadi berat total geladak adalah :

(Wt) = Wo + Wl + Wt . . . (2.3)

2.3.3. Pemilihan Bahan Struktur


Pemilihan baja yang layak digunakan pada anjungan lepas pantai
sangatlah rumit. Untuk anjungan lepas pantai disyaratkan untuk
menggunakan baja tahan korosi, dapat dibentuk, dan mudah disambung
dengan cara pengelasan. Karena mengalami pembebanan yang tinggi, struktur
anjungan lepas pantai harus dibuat dari material yang kuat dengan
karakteristik yang sesuai untuk penggunaan di bawah laut.
Menurut tingkat kekuatan dan karakteristik pengelasan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a) Group I dirancang untuk baja lunak dengan spesifikasi kuat luluh 40 ksi
(280 MPa) atau kurang. Karbon ekivalen 0,4% atau kurang dan harus
dapat dilas dengan beberapa proses pengelasan.
b) Group II dirancang untuk baja kekuatan menengah dengan spesifikasi kuat
luluh minimum 40 ksi (280 MPa) hingga 52 ksi (360 MPa), karbon
ekivalen 0,45% lebih dan semua proses pengelasan harus menggunakan
elektroda hidrogen rendah.
c) Group III dirancang untuk baja berkekuatan tinggi dengan spesifikasi kuat
luluh minimum 52 ksi (360 MPa). Baja ini dapat dipakai jika sudah
diketahui kemampuannya dalam hal :

WAHYUNI HASAN
16
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Mampu las dan prosedur khusus yang disyaratkan.


Umur kelelahan dengan beban tegangan kerja yang tinggi.
Ketahanan takik, kontrol kepecahan, prosedur inspeksi, tegangan kerja
dan temperatur lingkungan.

Dengan karakteristik ketangguhan takik yang sesuai untuk kondisi


kerja, baja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

- Baja Kelas C : Baja yang mempunyai hasil yang baik untuk pengelasan
struktur pada temperatur kerja normal dimana impact test tidak
disyaratkan, digunakan ketebalan yang terbatas, bentuk yang moderat,
pengekangan rendah, konsentrasi tegangan yang rendah dan beban-beban
quasl-statis.
- Baja Kelas B : Baja yang sesuai untuk struktur dimana ketebalan,
temperatur rendah, pengekangan, konsentrasi tegangan, beban impact,
tidak begitu berpengaruh karena ketangguhan tariknya sangat baik.
- Baja Kelas A : Baja yang sesuai untuk digunakan pada temperatur
normal dan untuk penggunaan konstruksi kritis. Baja seperti ini
umumnya dapat ditemui pada baja dengan persyaratan charpy yang tinggi
pada rentang temperatur 200 C hingga 400 C.

2.3.4. Tiang Pancang


Standard SelfContained Rigs Platforms telah dirancang dan dikonstruksi
dalam banyak bentuk dan ukuran. Struktur ini awalnya dibuat dengan jumlah
kaki yang banyak beserta bracebrace horisontal dan diagonalnya. Dalam
perkembangan selanjutnya, di Teluk Meksiko, kebanyakan anjungan
dikonstruksi dengan dua klasifikasi, klasifikasi yang satu memakai 10 atau 12
kaki sedang klasifikasi yang lain memakai 8 kaki. Dewasa ini, dengan adanya
ukuran pipa yang lebih besar, anjungananjungan cenderung dikonstruksi
dengan 8 kaki. Jenis ini dapat dipakai sampai kedalaman 400 feet (122 meter).

WAHYUNI HASAN
17
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Struktur jacket berdiri mulai dari dasar laut (mudline) sampai ketinggian
1014 feet (34 meter) di atas MWL (Mean Water Level). Hal tersebut
dimaksudkan agar walkway (lorong untuk berjalan), yang dipasang persis di
tempat mulainya kemiringan kaki struktur, berada di atas gelombang normal
harian.
Dalam arah melintang, di bagian atas jacket, jarak antara kaki kira - kira
36- 45 feet (1213,7 meter). Sedangkan dalam arah memanjang jaraknya 40
60 feet (1218,3 meter). Jarak antara kaki dalam arah melintang sering
ditentukan oleh ukuran dari layout perlengkapan pengeboran dan atau produksi
yang akan ditempatkan di atas geladak. Geladak pengeboran dan geladak
produksi biasanya mempunyai ukuran yang melebihi area kakikaki jacket
(memiliki cantilever). Panjang cantilevernya kirakira 1215 feet. Diameter
pile dapat ditentukan dari tabel 2.1 dengan terlebih dahulu menentukan besar
kapasitas aksial yang dapat didukung oleh tiap pile dengan pendekatan sebagai
berikut :

. . . . (2.4)

Dengan : P = beban oleh tiang pancang


W = berat total
n = jumlah tiang pancang

WAHYUNI HASAN
18
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Tabel 2.1 Penentuan Diameter Tiang Pancang Berdasarkan Kapasitas Axial


D tiang pancang Kapasitas lateral Kapasitas axial
(inchi) (ton) (ton)
30 50-75 250-750
36 70-90 500-1000
39 80-110 1000-1750
42 110-125 1500-2250
48 120-150 2000-2500
54 150-200 2500-2750
60 200-250 2750-3000
72 250-275 3000-4000
84 275-350 4000-5000
Sumber : planning and design of fixed offshore platform

Tabel 2.2 Tebal Minimum Dinding Tiang Pancang

Diameter Tiang Tebal Minimal


Inch Mm Inch Mm
24 610 0.5 13
30 762 3/16 14
36 914 - 16
42 1067 11/16 17
48 1219 3/4 19
60 1529 3/8 22
72 1829 1 23
84 2134 11/8 28
96 2438 11/4 31
108 2743 13/8 34
120 3048 11/2 37

Sumber : BKI (1991)

WAHYUNI HASAN
19
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2.3.5. Jarak Antar Kaki dan Kemiringan Struktur (Better)


Penentuan jarak antar kaki struktur ditentukan berdasarkan tata letak
menyeluruh anjungan dan jumlah tiang pancang. Jarak ini bisa bervariasi yaitu
36-45 ft (11-13,7 m) dalam arah melintang dan 40-60 ft (12-18,3 m) dalam
arah memanjang (Introduction to Offshore Structures, Design for an Eight Leg
Jacket : 95).

Kakikaki jacket dimiringkan agar memiliki ruangan yang lebih besar


pada dasar laut yang kemudian membantu dalam menahan momen guling yang
timbul. Dalam arah melintang hanya kakikaki terluar yang dimiringkan,
biasanya 1/10 atau 1/12. Sedangkan dalam arah memanjang semua kaki jacket
dimiringkan 1/7 atau 1/8. Penentuan jarak antar kaki struktur dan
kemiringannya dimulai pada rentang 34 meter di atas garis air rerata
(Introduction to Offshore Structures, Design for an Eight Leg Jacket : 95).

Akibat dari better atau kemiringan, maka jarak antar kaki makin melebar
pada dasar laut. Sehingga untuk membantu kaki struktur menahan momen
guling, maka biasanya konstruksi direncanakan menggunakan beberapa skirt
pile yang memanjang hingga satu level di atas level paling bawah struktur
(Introduction to Offshore Structures, Design for an Eight Leg Jacket : 113).

2.3.6. Penentuan Perangkaan


Kaki kaki jacket dihubungkan dan ditopang oleh rangka rangka
(braces) dengan arah arah horisontal, diagonal horisontal, diagonal
vertikal.
2.3.6.1. Pola Perangkaan
Banyak pola yang biasanya dipakai pada perangkaan jacket bangunan
lepas pantai, antara lain pola K, T, N, X, Y, dan kombinasi dari pola-pola
tersebut. Pemilihan pola perangkaan yang digunakan ditentukan berdasarkan
kedalaman perairan dan lokasi bangunan lepas pantai yang direncanakan.
Tetapi pola perangkaan X seringkali dijumpai saat ini, karena pola
perangkaan tersebut dapat memperpendek panjang efektif tanpa mengurangi
kekakuan struktur rangka penyangga. Bila satu kaki rangka X dalam

WAHYUNI HASAN
20
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

keadaan tertekan dan maka bagian yang lain tertarik dari lendutan ke luar
bidang pada pertemuan kedua rangka tersebut. Keuntungan lainnya adalah
diameter kedua rangka tersebut dapat dikurangi sehingga mengurangi beban
gelombang pada anjungan, dan pola perangkaan ini cocok pada daerah
rawan gempa seperti di Perairan Laut Jawa.
2.3.6.2. Tinggi Rangka Horizontal
Rangka horizontal pada beberapa ketinggian diperlukan untuk
menstabilkan rangka struktur penyangga dan untuk menyangga conductor
dan sebagainya. Tinggi antara rangka horisontal ini bervariasi antara 40-60
ft (12-18,3 m). Untuk rangka dekat permukaan air biasanya digunakan
tinggi rangka 12 m.

Makin besar kedalaman air makin bertambah pula tinggi antara rangka
horizontalnya (Introduction to Offshore Structures, Design for an Eight Leg
Jacket : 110).

2.3.7. Rangka Tubular

Parameter perancangan yang paling menentukan untuk penentuan ukuran


awal rangka struktur/rangka tubular anjungan adalah rasio kerampingan kl/r.
Pengalaman menunjukkan bahwa kl/r antara 70 hingga 90 menghasilkan hasil
memadai (Planning and Design Of Fixed Offshore Platform : 564). Untuk
struktur penyangga lainnya yang lebih sekunder maka rasio kerampingan kl/r
dapat diambil yang terbesar atau mengambil sekitar 2/3 dari diameter brace
utama. Parameter yang paling menentukan dalam menentukan ukuran awal
rangka tubular adalah rasio kerampingan.

WAHYUNI HASAN
21
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Tabel 2.3 Rasio Kerampingan


AREA kl/r
Teluk meksiko 85
Pantai timur USA 80
Pantai Barat USA 80
Alaska 75
Laut Utara 75
Timur Tengah 110
Asia Tenggara 110

Sistem perangkaan (bracing system) mempunyai fungsi sebagai berikut :


membantu menyalurkan beban horizontal ke pondasi.
melindungi keutuhan struktur selama proses fabrikasi dan instalasi
menahan gerak sentakan dari sistem jacket-pile yang terpasang
menyangga anoda korosi dan konduktor-konduktor sumur dan
menyalurkan gaya gelombang yang ditimbulkannya ke pondasi.
Karakteristik penting lainnya dari rangka tubular adalah kestabilan
penampang yang dinyatakan dalam rasio diameter/tebal dinding (D/t) yang
juga menunjukkan kestabilan terhadap buckling lokal. Untuk memperoleh tebal
minimum dinding rangka tubular setelah diameternya ditentukan, dapat
digunakan tabel 2.4.
Tabel 2.4. Rasio D/t untuk Komponen Tubular Struktur Rangka Anjungan
Komponen Strukrur Rangka D/t
Kaki struktur 45
Sambungan kaki 30-35
Brace 40-60
Seksi sambungan brace 35-40
Kaki geladak 35-40
Brace truss geladak 35-45
Sumber : planning and design of fixed offshore platform

WAHYUNI HASAN
22
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk Struktur penyangga lain atau penyangga sekunder, rasio D/t = 40


dan rasio D/t pada sambungan adalah 35 40 dengan menambah 0,1 inchi dari
ketebalan penyangga sekunder. Nilai k (faktor panjang efektif) dapat
ditentukan berdasarkan Tabel 2.5 (BKI,1991) .

Tabel 2.5 Nilai Faktor Panjang K


Part of Stuctur value of
k
Top Deck Leg :
o With Bracing 1,0
o Portal (without bracing) 1,0
Jacket Leg and Piling :
o Grouted Composite section 1,0
o Ungrouted Jacket Leg 1,0
o Ungrouted Piling between Shim Points 1,0
Deck Truss Web Members :
o In Action Plane 0,8
o Out of Plane Action 1,0
Jacket Braces :
o Face to face Length of Main Diagonals 0,8
o Face of Leg to Centerline of Joint Length of K
Brace 0,8
o Longer Segment Length of X Brace 0,9
o Secondary Horizontals 0,7
o Deck Truss Chord Members 1,0

WAHYUNI HASAN
23
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Di samping parameter sambungan di atas, juga sering dikenal beberapa


parameter sambungan yang tidak berdimensi.
1. Aspek Parameter (d/D)
Nilai antara 0,4 < , 0,7. Bila , 0,3 memberikan gambaran
kemungkinan kegagalan sambungan terutama dalam bentuk kerusakan
sambungan las akibat tarikan atau desakan brace pada sisi chord, atau
kegagalan desakan geser (punching shear failures). Bila > 0,8
kemungkinan kegagalan terjadi dalam bentuk keruntuhan (collaps) pada
chord. Bila 0,3 < < 0,8 kemungkinan kegagalan dalam bentuk interaksi
antara punching shear dan collaps.
2. Aspek Parameter (R/T)
Nilai memberikan gambaran ketipisan dari struktur turbular. Kegagalan
yang sering terjadi adalah bentuk tekukan (buckling), akibat dari hoop
stres. Nilai untuk struktur tipis seperti bejana minimal 7,0. Untuk
bangunan lepas pantai nilai yang digunakan minimal 10.
3. Aspek Parameter (t/T)
Nilai memberikan gambaran kemungkinan terjadi kerusakan dinding
chord yang mendahului kepecahan penampang brace. Hasil penelitian
harga untuk struktur bangunan lepas pantai berkisar 0,5 0, 7.

2.3.8. Perencanaan Geladak


2.3.8.1. Jenis Geladak
Geladak Produksi (Production Deck)
Geladak ini terletak paling bawah dari susunan geladak, karena alat-alat
yang digunakan untuk kegiatan produksi tidak membutuhkan ruang yang
luas. Geladak ini dimaksudkan sebagai tempat pengolahan dan
pemisahan antara minyak dan gas sebelum didistribusikan ke darat.

WAHYUNI HASAN
24
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Geladak Pengeboran (Drilling Deck)


Geladak ini terletak di atas geladak produksi. Pada geladak ini
ditempatkan fasilitas-fasilitas pengeboran seperti drilling derrick yang
membutuhkan ruangan terbuka dan bebas.

Geladak Instalasi (Instalation Deck)


Geladak ini digunakan sebagai tempat instalasi-instalasi pembantu proses
ekspoitasi, seperti bengkel dan fasilitas derek.

Geladak Tempat Tinggal (Quarter Deck)


Pada anjungan lepas pantai perlu pengawasan yang harus selalu
dikontrol, untuk itu disiapkan tempat tinggal yang direncanakan dengan
memperhatikan keselamatan dan kenyamanan untuk para pekerja.

Geladak Helikopter (Helideck)


Helikopter digunakan untuk mempermudah pengangkutan pekerja dari
darat ke anjungan dan sebaliknya yang terletak di tengah laut. Bentuknya
dapat berupa lingkaran ataupun persegi.

2.3.8.2. Kaki Geladak


Seperti halnya perencanaan pile, perencanaan kaki geladak juga
mempertimbangkan beban aksial yang akan ditumpu selain pertimbangan
beban lain dari lingkungan sekitarnya. Penentuan ukuran kaki geladak
diusahakan agar geladak terbawah tidak terkena puncak gelombang air laut,
persamaannya adalah :
H = 0,5 Hm + PAT + PB . . . . (2.5)

Dengan : HM = Tinggi gelombang maksimum


PAT = Pasang astronomi tertinggi
PB = Pasang badai

WAHYUNI HASAN
25
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk ketebalan tiang kaki geladak dapat ditentukan sesuai rasio D/t
pada Tabel 2.3. Sedangkan pengukuran pengikat tiang geladak (brace) dapat
didekati dengan rasio kerampingan kl/r = 70-90 (Planning and Design of
Fixed Jacket Platform: 564) dan ketebalannya sesuai dengan Tabel 2.3.
Ukuran pengikat tiang geladak yang diperoleh harus diuji dengan aspek
parameter sambungan tubular.

2.3.8.3. Balok dan Pelat Geladak


Beban yang bekerja pada pelat geladak didistribusikan ke penumpu
utama geladak (main truss) kemudian ke kaki geladak oleh balok geladak.
Geladak yang tidak ditutup dengan sebuah modul, maka bagian lantai
geladak ditutup dengan pelat baja yang ketebalannya tergantung jarak balok
geladak. Adapun persamaan yang dipakai dalam penentuan ukuran balok
dan pelat geladak adalah sebagai berikut :

Mmaks = ql2 / 12 (untuk balok geladak) . . . . (2.6)


Fb = Mmax/S . . . . (2.7)
Mmaks = ql / 10 (untuk pelat geladak) . . . . (2.8)
fb = Mmax/ S (S = lt2 (m)/6) . . . . (2.9)

Dengan :
Mmaks = Momen maksimum yang bekerja pada geladak untuk
tiap 1 m lebar pelat geladak.
q = distribusi beban geladak.
l = jarak antara balok geladak.
fb = tegangan kerja pada pelat.
FB = tegangan ijin.

Syarat memenuhi fb < Fb.

WAHYUNI HASAN
26
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2.4. Penyajian Data


2.4.1. Penentuan Lokasi Geografis
Lokasi pembangunan anjungan lepas pantai yang akan dirancang di
Perairan Laut Jawa dengan asumsi bahwa lokasi ini dapat menghasilkan
produksi minyak mentah perhari sebesar 114.000 BOPD (Barrel Oil Per
Day).

2.4.2. Pemilihan Konstruksi dan Kemiringan Struktur


Jenis konstruksi yang akan digunakan pada perancangan struktur lepas
pantai ini adalah jenis struktur terpancang Jacket Steel Platform dengan
konstruksi yang permanen dan berfungsi sebagai anjungan produksi dan
anjungan pengeboran (self contained drilling and production platform).
Sebagai penunjangnya, konstruksi ini direncanakan menopang empat geladak,
yaitu : geladak produksi, geladak pengeboran, geladak akomodasi dan
geladak helikopter.

2.4.3. Penentuan Karakteristik Lingkungan


Adapun karakteristik lingkungan di Perairan Laut Jawa adalah sebagai
berikut :
Kedalaman air = 41,67 meter
Tinggi gelombang = 10,58 meter
Periode gelombang = 9,70 second
Panjang gelombang = 132,95 meter
Pasang astronomi tertinggi = 1,40 meter
Pasang badai (m) = 0,52 meter
Kecepatan angin (MPH) = 90 Mph
Koefisien Drag (CD) = 1.0
Koefisien inersia (CI) = 2.0
Koefisien bentuk (CB) = 1.0
Oil Production rate (BOPD) = 114.000
Limit Production OIL/Day = Median

WAHYUNI HASAN
27
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Batter = 1/8

2.4.4 Estimasi Luas dan Berat Geladak


2.4.4.1. Estimasi Berat Geladak
1. Berat Kering (WD), ditentukan berdasarkan grafik hubungan produksi
minyak perhari (BOPD) dengan berat kering seperti pada gambar di
bawah ini. Karena pengoperasian anjungan berlokasi di wilayah Asia
Tenggara yang memiliki perairan hangat/tropis dengan gelombang dan
kecepatan arus yang tidak begitu besar serta tidak memerlukan banyak
pengaturan tekanan maka kurva yang digunakan adalah kurva terbawah
(Estimated lower limit) pada area Warm Climate. Sehingga dari grafik
diperoleh berat kering untuk 114.000 BOPD adalah sebesar 13000 ton.

WD = 13000
Ton

2. Berat Operasional dalam perencanaan struktur, dapat mencapai (1,3 -


1,35) dari berat kering, Dengan mengambil presentase yang ada,maka
diperoleh :
Berat operasional = 1,3 x 13000 ton = 16900 ton

WAHYUNI HASAN
28
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3. Berat pengangkatan diambil sekitar (5 8)% dari berat kering. Dengan


mengambil presentase yang ada, maka diperoleh:

Berat pengangkatan = 0.05 x 13000 ton = 650 ton

4. Berat pengetesan diasumsikan relatif kecil karena pada saat tertentu


pengetesan biasanya dilakukan untuk satu jenis peralatan atau sistem
perpipaan. Besarnya berat pengetesan sekitar 1 2 ton.
Berat pengetesan = 1 ton

5. Beban total yang bekerja pada konstruksi geladak yaitu berat


operasional ditambah berat pengangkatan, diperoleh :
Beban total geladak = 16900 + 650 + 1 = 17551 ton

2
56000 ft
2
5208 m

Luasan Geladak dapat ditentukan berdasarkan grafik hubungan BOPD


dengan luasan geladak seperti pada gambar 2.5. Dengan alasan yang sama pada
penentuan berat kering, maka dipilih kurva ditengah (Median). Sehingga
dengan 114.000 BOPD diperoleh luas geladak sebesar 56000 ft2 atau sama
dengan 5208 m2.

WAHYUNI HASAN
29
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2.4.5. Pemilihan Bahan Struktur


Untuk kaki struktur, jacket braces dan kaki geladak digunakan baja
group I spesifikasi API M Grade B Class C dengan kekuatan luluh 35 ksi
(240 MPa). Untuk sambungan turbular (chord, brace, joint k) digunakan baja
group II Class C API 5XL Grade X-52-SR5 dengan kekuatan luluh 52 ksi
(360 MPa). Sedangkan untuk pelat dan balok geladak digunakan baja group I
Class C spesifikasi ASTM mutu A36 dengan kekuatan luluh 36 ksi
(Planning and Design of Fixed Offshore Structure: 693-694 dan 702 &
Pedoman Rancang Bangunan Lepas Pantai di Perairan Indonesia: V2-V6).

2.4.6. Tiang Pancang


2.4.6.1. Jumlah dan Dimensi Pile/Kaki Struktur
Mengingat adanya ukuran pipa yang lebih besar dewasa ini,
anjungan cenderung dikonstruksi dengan 8 kaki. Jenis ini dapat dipakai
sampai kedalaman 400 feet (122 meter). Tapi, dalam perancangan
konstruksi lepas pantai ini ditetapkan jumlah kaki struktur sebanyak 8 buah
yang melayani 10 sumur. Alasan digunakannya struktur 8 kaki karena
struktur delapan kaki memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan dengan
struktur 12 kaki, hal ini bepengaruh terhadap biaya konstruksi bangunan
lepas pantai. Struktur 8 kaki akan memiliki biaya yang lebih murah
dibandingkan struktur 12 kaki. Tetapi tetap mampu menahan tekanan yang
diberikan. Besar kapasitas aksial (P) yang dapat didukung oleh tiap pile
adalah sebagai berikut :

P = Beban total geladak/jumlah pile

= 17551 / 8 = 2193,875 Ton/kaki

Sehingga dengan asumsi kapasitas Aksial sebesar 2000 - 2500 ton


diperoleh diameter pile yaitu sebesar 48 inch dan ketebalan dinding pile 19
mm.

WAHYUNI HASAN
30
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Tabel 2.6. Rentang kapasitas aksial dan lateral tiang pancang

D tiang pancang Kapasitas lateral Kapasitas axial


(inchi) (ton) (ton)
30 50-75 250-750
36 70-90 500-1000
39 80-110 1000-1750
42 110-125 1500-2250
48 120-150 2000-2500
54 150-200 2500-2750
60 200-250 2750-3000
72 250-275 3000-4000
84 275-350 4000-5000

Tabel 2.7. Tebal mnimum Tiang Pancang

Diameter Tiang Tebal Minimal


Inch Mm Inch Mm
24 610 0.5 13
30 762 3/16 14
36 914 - 16
42 1067 11/16 17
48 1219 3/4 19
60 1529 3/8 22
72 1829 1 23
84 2134 11/8 28
96 2438 11/4 31
108 2743 13/8 34
120 3048 11/2 37

WAHYUNI HASAN
31
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2.4.6.2. Jarak Antar Kaki dan Kemiringan Struktur


Penentuan jarak antar kaki struktur dan kemiringannya dimulai pada
rentang 3 meter diatas garis air rerata (MWL). Jarak antara kaki dalam arah
melintang (rentang 11 13,7 m) direncanakan sebesar 13,7 m dan arah
memanjang (rentang 12 - 18,3 m) direncanakan sebesar 13,5 m. Adapun
kemiringan kaki struktur baik arah melintang maupun memanjang
direncanakan sebesar 1/8 (Horizontal / Vertikal).

Dengan kemiringan tersebut, maka sudut kemiringan adalah :

tan =8/1
= Atan 8 8
= 82,8749 1

2.4.7. Penentuan Perangkaan


2.4.7.1. Pola Perangkaan
Dengan mempertimbangkan rasio kerampingan kl/r dan perencanaan
yang sederhana untuk menekan biaya produksi tanpa mengabaikan kekuatan
struktur, maka perangkaan struktur menggunakan sistem rangka yang
bervariasi yaitu sistem rangka horizontal dan kombinasi pola perangkaan N.

2.4.7.2. Tinggi Rangka Horizontal


Dengan mempertimbangkan kedalaman perairan, maka pada struktur
lepas pantai ini direncanakan rangka horizontal sebanyak tiga tingkat yang
tinggi masing-masing tingkatnya adalah sebesar 13 m, 15 m dan 17 m
(range: 12 18,3 m). Untuk rangka horizontal, yang terbawah diletakkan
sedikit lebih tinggi dari garis Lumpur atau Mudline.

WAHYUNI HASAN
32
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2.4.8. Rangka Tubular


2.4.8.1. Kaki Jacket
Diameter Kaki Jacket
Untuk penentuan diameter luar kaki jacket direncanakan dengan
menambah minimal 10 cm dari diameter luar pile, sehingga diperoleh :

D = Diameter pile (cm) + 10 cm


D = 121,92 cm + 10 cm
D = 131,92 cm
D = 52 inchi
Tebal Dinding Jacket

Ketebalan dinding jacket menurut tabel 2.4 adalah sebagai berikut :

D/t = 45
t = 52/45
t = 1,16 inchi

2.4.8.2. Sambungan Kaki Jacket (Chord)


Ketebalan sambungan chord ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih
rasio D/t = 33) :

D/t = 33
t = 52 / 33
t = 1,58 inchi
Jadi diameter luar sambungan (D) = 52 + 0,62 = 52,60 inchi

2.4.8.3.Pengikat Kaki Jacket (Brace)


Untuk menentukan ukuran awal braces, digunakan rumus pendekatan
dengan rasio kl/r (Planning and Design Of Fixed Offshore Platform 564).
a) Brace Horizontal
Diameter Brace Horizontal
Diambil nilai perbandingan kl/r = 80, k = 0,7 (tabel 2.5)

WAHYUNI HASAN
33
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

l = panjang tak ditumpu terpanjang


l = 24,25 m = 954,724 inch
r = 0,35 d
kl/r = 0,7 x 954,724 / 0,3
80 = 0,7 x 954,724 / 0,35d
d = 24 inchi
Ketebalan Brace Horizontal
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih rasio
D/t = 40) :
D/t = 40
t = 24 / 40
t = 0,6 inchi
Ketebalan Sambungan Brace Horizontal
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih
D/t = 37) :
D/t = 37
t = 24 / 37 = 0,65 inchi
Kontrol Nilai Perencanaan
=d/D = R/T = t/T
(0.4<<0.7) (10) (0.5<<0.7)
0,46 10,33 0,52
Memenuhi Memenuhi Memenuhi

b) Brace K,N
Diameter Brace K,N
Diambil nilai perbandingan kl/r = 90,
k = 0,8 (tabel 2.5)
l = panjang tak ditumpu terpanjang
= 27,9 m = 1098,425 inchi
r = 0,35d
kl/r = 0,8 x 1098,425 / 0,35d

WAHYUNI HASAN
34
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

90 = 0,8 x 1098,425 / 0,35d


d = 28 inchi

Ketebalan Brace K,N


Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih rasio
D/t = 40) :
D/t = 40
t = 28 / 40
t = 0,70 inchi

Ketebalan Sambungan Brace K,N


Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih
D/t = 35) :
D/t = 37
t = 28 / 37
t = 0,75 inchi
Kontrol Nilai Perencanaan
=d/D = R/T = t/T
(0.4<<0.7) (10) (0.5<<0.7)
0,54 12,08 0,60
Memenuhi Memenuhi Memenuhi
2.4.9 Perencanaan Geladak
2.4.9.1. Jenis Geladak
Untuk menunjang fungsi sebagai anjungan produksi dan pengeboran,
struktur lepas pantai ini direncanakan memiliki empat geladak yaitu:
geladak produksi, geladak pengeboran, geladak akomodasi dan geladak
heliport yang secara berurut disusun dari bawah hingga helideck sebagai
top deck-nya.

Luasan geladak yang diperoleh 5208 m2 menunjukkan luasan yang


meliputi empat tingkatan geladak yang direncanakan, begitu pula dengan

WAHYUNI HASAN
35
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

beban total geladak 17551 ton (Pengantar Bangunan Lepas Pantai Beban
Konstruksi & Instalasi). Perencanaannya sebagai berikut :

Geladak Pengeboran (Drilling Deck) = (60 x 35 ) m2, 22596 ton


Geladak Produksi (Production Deck) = (60 x 35 ) m2, 22596 ton
Geladak Tempat Tinggal (Quarter Deck) = (29 x 27) m2, 8425 ton
Geladak Helikopter (HeliDeck) = (15 X 15) m2, 2421 ton

2.4.9.2. Kaki Geladak


Ketinggian yang dapat dicapai air laut di atas garis air rata-rata (MWL)
bisa ditentukan dengan persamaan berikut :

H = (0,5 HM ) + PAT + PB

= (0,5 x 10,58) + 1,4 + 0,15


= 7,209 m

Dengan:

HM = Tinggi gelombang maksimum

PAT = Pasang astronomi tertinggi

PB = Pasang badai

Dengan berdasarkan pada data tinggi yang dapat dicapai gelombang,


maka tinggi tiang kaki geladak direncanakan 7,2 m untuk menghindari
akibat pecahan dan percikan gelombang yang menumbuk struktur.

Diameter Kaki Geladak


Untuk diameter luar kaki geladak disesuaikan dengan besarnya
diameter luar tiang pancang, sehingga

Diameter kaki geladak = diameter luar tiang pancang = 52 inchi

Ketebalan Kaki Geladak

Ketebalan kaki geladak direncanakan berdasarkan table 2.4

Dipilih rasio D/t = 40

WAHYUNI HASAN
36
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

D/t = 40

t = D/40

t = 52 / 40 = 1,3 Inchi

Pengikat Kaki Geladak


Untuk pengikat kaki geladak (Brace) dapat didekati dengan rasio
kerampingan kl/r = 70 90, dipilih kl/r = 70, dengan k = 0.8

Kl/r = 70

k = 0.8

l = 17,464 m

r = 0.35 d

d = 23,4 inchi

Ketebalan Brace Geladak

Ketebalan sambungan brace geladak ditentukan menurut table 1.3

Dipilih rasio D/t = 35, sehingga diperoleh

D/t = 35

t = D / 35

t = 23,27 / 35

t = 0,66 Inchi

Kontrol Nilai Perencanaan

= d/D = R/T = t/T


(0,4 < < 0,7) ( 10) (0,5 < < 0,7)
b = 23,27 / 52 = ( 23,27 /2 ) / 1,3 = 0,66 / 1,3
= 0,447 = 8,956 = 0,511
(memenuhi) (memenuhi) (memenuhi)

WAHYUNI HASAN
37
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2.4.9.3. Balok dan Pelat Geladak


Ukuran balok dan pelat dapat ditentukan bila beban-beban yang bekerja
pada geladak sudah ditentukan. Beban tiap geladak tergantung peralatan dan
perlengkapan yang terdapat pada geladak tersebut.

Untuk estimasi awal beban-beban yang bekerja pada geladak produksi,


geladak pengeboran dan geladak lainnya diasumsikan seperti berikut :

Geladak Produksi = 4099,412 N/m2

Geladak pengeboran = 2459,647 N/m2

Geladak tempat tinggal = 3298,375 N/m2


Geladak heliport = 3826,118 N/m2
a) Balok geladak
Rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menentukan profil balok
geladak adalah :
Mmaks = ql2/12
fb = Mmaks / S
dengan,
Mmaks = Momen maksimum yang bekerja tiap 1 m lebar pelat geladak

q = beban balok geladak

(distribusi beban geladak x jarak antar balok geladak)

l = panjang tak ditumpu balok geladak

fb = tegangan yang bekerja pada pelat

S = Modulus penampang pelat

Fb = Tegangan akibat momen lengkung yang diizinkan

(syarat batas = fb < Fb)

Balok geladak pada daerah produksi


q = Beban geladak x jarak antara balok
A = 2603,127 m2

WAHYUNI HASAN
38
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Jarak antara balok = 0,635 m = 25 inchi


Berat geladak = 4099,412 N/m2
q = 4099,412 x 0,635 = 2603,127 N/m
l = 16 m
Mmaks = ql2/12
Mmaks = 2603,127 x 162/12
= 55533,37 Nm
= 55,53337 KNm
= 40,94322 Kip ft

Digunakan mutu baja ASTM A36 dengan Fy = 36 ksi


Fb = 24 ksi
Berdasarkan modulus baja yang didapatkan, maka dipakai profil Wide
Flange, dengan Sx = 203,2091 inchi3, sehingga :
fb = M maks / Sx
fb = Mmaks x 12 (Inchi) / Sx
fb = 203,2091 x 12 (Inchi) / 304,601 = 17,98 Ksi
fb = 17,98
17,98 < 24 (Perancangan aman dan memenuhi)
fb < Fb (Perancangan aman dan memenuhi)

Balok geladak pada daerah pengeboran


q = Beban geladak x jarak antara balok
A = 2018,271 m2
Jarak antara balok = 0,623 m = 24,53 inchi
Berat geladak = 42398,98 N/m2
q = 42398,98 x 0,623 = 26414,57 N/m
l = 13,7 m
Mmaks = ql2/12
Mmaks = 26414,57 x 13,72/12
= 413145,8 Nm

WAHYUNI HASAN
39
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

= 413,1458 KNm
= 304,601 Kip ft
Digunakan mutu baja ASTM A36 dengan Fy = 36 ksi
Fb = 24 ksi
Berdasarkan modulus baja yang didapatkan, maka dipakai profil Wide
Flange, dengan Sx = 203,2091 inchi3, sehingga :
fb = M maks / Sx
fb = Mmaks x 12 (Inchi) / Sx
fb = 203,2091 x 12 (Inchi) / 304,601 = 17,98 Ksi
fb = 17,98
17,98 < 24 (Perancangan aman dan memenuhi)
fb < Fb (Perancangan aman dan memenuhi)

Balok geladak pada daerah tempat tinggal dan Heliport


q = Beban geladak x jarak antara balok
A = 1762,656 m2
Jarak antara balok = 0,623 m = 24,53 inchi
Berat geladak = 24273,78 N/m2
q = 24273,78 x 0,623 = 15122,56 N/m
l = 13,7 m
Mmaks = ql2/12
Mmaks = 15122,56 x 13,72/12
= 236529,5 Nm
= 236,529 Knm
= 174,3867 Kip ft
Digunakan mutu baja ASTM A36 dengan Fy = 36 ksi
Fb = 24 ksi
Berdasarkan modulus baja yang didapatkan, maka dipakai profil Wide
Flange, dengan Sx = 203,2091 inchi3, sehingga
fb = Mmaks x 12 (Inchi) / Sx
fb = 174,3867 x 12 (Inchi) / 203,2091 = 10,297 Ksi

WAHYUNI HASAN
40
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

10,297 Ksi < 24 Ksi (Aman dan memenuhi)


fb < Fb (Perancangan aman dan memenuhi)

b) Pelat geladak
Rumus-rumus yang bisa digunakan untuk menentukan jenis baja pelat
geladak adalah :
Mmaks = ql2/12 , fb = Mmaks /S , S = l.t2 (m)/6
Mmaks = Momen maksimum yang bekerja tiap 1 m lebar pelat

geladak

q = distribusi beban geladak x jarak antar balok geladak

l = jarak antar balok geladak

fb = tegangan yang bekerja pada pelat

Fb = Tegangan akibat momen lengkung yang diizinkan

(syarat batas = fb < Fb)

Pelat geladak pada pada daerah produksi


l = 0,623 m (24,53 inch)
q = 42398,98 x 0,623 = 34580.25 N/m

Mmaks = 34580.25 x 0,6232/12

= 854,3549 Nm

= 0,854 Knm

= 0,629 Kip-Ft

Digunakan baja mutu A36, t= 1/2 inchi (12,7 mm)

Fb = 24 ksi (165Mpa)

S = 24,527 x (0,315)2/6 = 0,405625 inch3

fb = 0,629 x 12/0,405625

WAHYUNI HASAN
41
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

fb = 18,635 ksi

fb < Fb = perancangan aman (memenuhi)

Pelat geladak pada bagian pengeboran


l = 0,623 m (24,53 inch)
q = 42398,98 x 0,623 = 26414,57 N/m

Mmaks = 26414,57 x 0,6232/12,

= 854,3549 Nm

= 0,854355 Kn/m

= 0,63 Kip-Ft

Digunakan baja mutu A36, t= 7/16 inch, (11,1 mm)

Fb = 24 ksi (165Mpa)

S = 24,53 x (7/16)2/6 = 0,78 inch3

fb = 0,63 x 12/ 0,78

fb = 9,66 ksi

fb < Fb = perancangan aman (memenuhi)

Pelat geladak pada bagian tempat tinggal dan heliport


l = 0,623 m (24,53 inch)
q = 24273,78 x 0,623 = 15122,56 N/m

Mmaks = 15122,56 x 0,6232/12,

= 489,1255 Nm

= 0,489 Knm

= 0,36 Kip-Ft

Digunakan baja mutu A36, t= 1/4 inch,(6,35 mm)

Fb = 24 ksi (165Mpa)

WAHYUNI HASAN
42
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

S = 24,53 x (7/6)2/6 = 0,78 inch3

fb = 0,36 x 12/0,78

fb = 5,53 ksi

fb < Fb = perancangan aman (memenuhi)

RESUME PERANCANGAN
BOPD/ Lokasi : 114.000/ Perairan Laut Jawa
Jenis Konstruksi : Jacket Steel Platform (terpancang)
Fungsi Konstruksi : Sebagai anjungan produksi pengeboran
Berat Total Geladak : 17551 ton
Material Struktur :
Kaki struktur dan geladak, jacket
: Baja group I kls C spes. API M grade B
brace
: Baja group II kls B spes.API 5L grade N52
Joint chord, joint brace, joint K dan N
: Baja group I kls C spes. ASTM mutu A 36
Balok geladak dan pelat geladak
Jumlah Kaki Struktur / Kemiringan : 8 buah / 1 : 8
Ukuran Pile : Diameter = 52 inch, tebal = 22 mm
Pola Perangkaan : Rangka Horizontal & Kombinasi N

Struktur Jacket : :
Kaki Jacket : Diameter = 52 inch, tebal = 1,16 inch
SambunganKaki Jacket : Diameter = 33 inch, tebal = 0,62 inch
Brace horizontal : Diameter = 24 inch, tebal = 0,60 inch
Brace N : Diameter = 28 inch, tebal = 0,70 inch

WAHYUNI HASAN
43
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Luasan Geladak :
Geladak Produksi : 60 x 35 m2
Geladak Pengeboran : 60 x 35 m2
Geladak tempat tinggal : 29 x 27 m2
Geladak Helikopter : 15 x 15 m2
Struktur Geladak :
Kaki Geladak : Diameter = 52 inch, tebal = 1,3 inch
Brace Geladak : Diameter = 23,27 inch, tebal = 0,66 inch
Balok Geladak : Digunakan A36 profil W 14 x 14-1/2
Pelat Geladak : Pelat baja group 1 Class C ASTM A285 Grade C

Tampak Atas

WAHYUNI HASAN
44
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Tampak Depan Tampak Samping

Gambar 2.6. Sketsa Rangka Konstruksi Bangunan Lepas Pantai

WAHYUNI HASAN
45
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB III
ANALISA BEBAN LINGKUNGAN

3.1. Landasan Teori


3 .1.1. Teori Beban Gelombang
3.1.1.1. Penentuan Karakteristik Gelombang
Pada dasarnya parameter gelombang (Gambar 2.12.a & 2.12.b) yang
menggambarkan karakteristik gelombang adalah:

Panjang Gelombang (); terukur dalam satuan jarak secara


horisontal arah jalaran dari puncak gelombang ke puncak
gelombang berikutnya.

Periode Gelombang (T); terukur dalam satuan waktu, berupa waktu


yang diperlukan partikel fluida cair untuk berada pada kedudukan
serupa dalam rangkaian pergerakan gelombang.

Gambar 3.1.a Profil Gelombang dalam 3D (t tetap)

WAHYUNI HASAN
46
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar 3.1.b Profil Gelombang dalam 2D (x tetap)

Tinggi Gelombang (H); terukur dalam satuan jarak secara vertikal


arah Z dari puncak tertinggi sampai lembah terdalam profil
gelombang yang terjadi.

Adapun parameter yang digunakan dalam menganalisa gelombang


adalah karakteristik gelombang, kedalaman laut serta parameter lainnya
seperti percepatan dan kecepatan gelombang yang diperoleh dari persamaan
teori gelombang.

3.1.1.2. Penentuan Teori Gelombang Yang Sesuai


Teori gelombang yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-
masalah-masalah hidrodinamika, terutama dalam menganalisa struktur
bangunan lepas pantai adalah teori gelombang Airy, Stokes, Cappelear,
Stream Function, Celerity Potential, Soliton dan Cnoidal.

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui teori


gelombang yang sesuai dalam perhitungan adalah nilai perbandingan

WAHYUNI HASAN
47
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

kedalaman perairan dengan panjang gelombang (h/), grafik hubungan


2 2
antara H/ dengan h/ serta grafik hubungan antara H/T dengan h/T ,
sebagai berikut:

Tabel 3.1. Hubungan h/ dengan Parameter Ursell

2 2
Pada Gambar 3.3 dan 3.4 tergambarkan nilai h/T dengan indikator H/T .
Pada kedua gambar tersebut, kedalaman tidak dilambangkan dengan notasi
h namun dengan notasi d (dengan variabel g yang tetap).

Gambar 3.2. Grafik hubungan h/ dengan H/ (Dawson, 1981)

WAHYUNI HASAN
48
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar 3.3. Pembagian Teori Gelombang


menurut Dean (1970).

Gambar 3.4. Pembagian Teori Gelombang menurut Le Mehaute (1976).

WAHYUNI HASAN
49
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3.1.1.3. Teori Gelombang Stokes (Orde Lima)


Dalam proses linierisasi di teori Airy, persamaan gelombang
2 2
diturunkan dengan mengabaikan suku (u +v ) dari persamaan Bernoulli.
Jika tinggi gelombang relatif besar, maka suku tidak linier tersebut, tidak
boleh diabaikan. Olehnya diterapkan teori Stokes, dengan memperhitungkan
besaran-besaran yang berorde lebih tinggi; sehingga didapatkan nilai
tambahan dari komponen persamaan yang berorde lebih tinggi tersebut,
seperti orde dua (Stokes Orde 2), orde tiga (Stokes Orde 3) dan seterusnya.

Teori gelombang stoke yang diisyaratkan oleh klasifikasi dalam


menentukan beban gelombang adalah teori gelombang stoke derajat lima.
Adapun notasi yang digunakan dalam perhitungan memiliki persamaan
dengan teori gelombang Airy.

Untuk tinggi gelombang H, bilangan gelombang k dan frekuensi


gelombang dalam arah x, perpindahan permukaan air (free-surface water
deflection) diperoleh dari persamaan :
.................................................................. (3.1)

Dimana :

.............................................................. (3.2)

dengan F22, F24, F33 dan seterusnya merupakan parameter profil


gelombang yang tergantung pada parameter h/ = kh/2, (Tabel 3.1).
Adapun nilai a tergantung dari parameter tinggi gelombang, melalui
persamaan berikut:

................................................. (3.3)

WAHYUNI HASAN
50
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Kecepatan air horisontal dan kecepatan vertikal air v (pada kedudukan x,


waktu t dan jarak dari dasar laut y) dirumuskan dengan:

................................... (3.4a)

................................... (3.4b)

Frekuensi gelombang diperoleh dengan persamaan :


.............................................(3.5)
Kecepatan gelombang diperoleh dengan persamaan :
.......................................... (3.6)
Percepatan partikel air horisontal ax dan percepatan partikel air vertikal ay
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

........................................ (3.7a)

........................................ (3.7b)

Dimana :

................................................. (3.8a)
................................................. (3.8b)

....................... (3.9a)

WAHYUNI HASAN
51
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

........................ (3.9b)

Tabel 3.2. Parameter F pada Teori Stokes

Tabel 3.3. Parameter G pada Teori Stokes

Tabel 3.4. Parameter C pada Teori Stokes

WAHYUNI HASAN
52
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3.1.1.4. Teori Gaya Gelombang


Gaya gelombang yang berpengaruh pada struktur bangunan lepas
pantai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Morison, Froude-
Krillof dan Difraksi.

Persamaan Morison digunakan bila diameter struktur lebih kecil jika


dibandingkan dengan panjang gelombang atau D/ < 0,2; misalnya struktur
Jack-Up, Jacket, SemiSubmersible, Small Pipe dan lain-lain. Teori Froude-
Krillof digunakan untuk suatu keadaan dimana gaya gesek (drag force) kecil
dibanding dengan gaya inersianya. Teori Difraksi digunakan jika bentuk
atau diameter struktur cukup besar dibandingkan dengan panjang
gelombang atau D/ > 0,2; misalnya pada Concrete Grafity Platform.

Persamaan Morison menyatakan gaya yang timbul persatuan panjang


pada suatu elemen dari tiang yang terletak/terendam pada suatu aliran fluida
yang bergerak. Persamaan Morison dapat ditulis dalam;

..................................... (3.9)

Dengan: CD : Koefisien Drag

CI : Koefisien Inersia

u : Kecepatan fluida pada titik yang ditinjau (m/dtk)


D : diameter pile (m)
2
a : Percepatan fluida pada titik yang ditinjau (m/dtk )
3
: Kerapatan fluida (kg/m )
u : harga mutlak kecepatan fluida (m/dtk)

Menurut rekomendasi API RP2A 1980, nilai CD berkisar antara 0,6 sampai

1,0 dan nilai CI berkisar antara 1,5 sampai 2,0 (Dawson,1981). Menurut API

WAHYUNI HASAN
53
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

RP2A 1977 untuk perhitungan dengan teori Gelombang Stoke Derajat


Lima, CD berkisar antara 0,6 1,0 dan CI berkisar antara 1,5 2,0 (Sarpkaya

& Isaacson,1981). Oleh karena dalam perhitungan ini yang akan ditentukan
adalah beban rancang maksimum, maka nilai yang digunakan adalah CD =

1,0 dan C = 2,0. Adapun gaya yang bekerja sepanjang pile dari y = 0 sampai
I

y = y adalah;

...................................................................... (3.10)

Dengan demikian dapat diperoleh model distribusi gaya gelombang yang


bekerja pada tiang pancang sebagai berikut;

Gambar 3.5. Ilustrasi Distribusi Gaya Gelombang

Untuk gaya gelombang pada silinder kedudukan sembarang; bila keadaan


tiang pancang dalam air memiliki kedudukan seperti pada Gambar 3.5

berkoordinat polar (,) maka gaya gelombang yang bekerja terbagi dua
(Gambar 3.6).

WAHYUNI HASAN
54
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar 3.6. Ilustrasi pile pada kedudukan Sembarang


Gambar 3.6 di atas dapat ditentukan kecepatan dan percepatan air pada pile,
yaitu;

Kecepatan Partikel Air Arah Normal (m/dtk)

..................................... (3.11)

Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu X (m/dtk)

................................................... (3.12)

Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu Y (m/dtk)

.................................................... (3.13)

Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu Z (m/dtk)

...................................................... (3.14)

Dengan :

....................................................... (3.15)

WAHYUNI HASAN
55
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Adapun komponen percepatan dapat dihitung dengan:

2
Percepatan Partikel Air Arah Sumbu X (m/dtk )

............................................. (3.16)

2
Percepatan Partikel Air Arah Sumbu Y (m/dtk )

............................................. (3.17)

2
Percepatan Partikel Air Arah Sumbu Z (m/dtk )

.................................................. (3.18)

Hubungan antara persamaan-persamaan tersebut dirumuskan oleh Morison,


yakni besar gaya persatuan panjang pile (N/m), untuk kedua arah yaitu:

..................... (3.19)

..................... (3.20)

..................... (3.21)

Sehingga Gaya Normal persatuan panjang pada elemen (N/m) adalah;

................................................................... (3.22)

Gaya total (N) dari elemen untuk masing-masing arah sepanjang L pile,
yaitu;

...................................................................... (3.23)

WAHYUNI HASAN
56
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3.2. Beban Arus


3.2.1. Kecepatan Arus
Arus mempunyai kondisi lingkungan yang penting untuk
diperhitungkan dalam perancangan anjungan karena mempunyai pengaruh
pada:

a. Letak dan arah kedudukan sandaran kapal dan dampra tongkang


b. Gaya yang diderita anjungan

Arus pada umumnya dikategorikan ke dalam;

a. Arus Pasut (terkait dengan Pasut Astronomis)


b. Arus Sirkulasi (terkait dengan pola sirkulasi laut)
c. Arus yang ditimbulkan oleh badai/angin

Hasil penjumlahan vektor dari ketiga arus tersebut merupakan arus total.
Besaran relatif dari semua komponen vektor ini sangat bergantung pada
kondisi lepas pantai setempat.

Arus laut, pada dasarnya dapat memberikan pengaruh pada beban dinamis,
yaitu pada gaya drag dalam persamaan Morison.

Besar dan arah dari arus pasut pada permukaan air umumnya diperoleh
dengan mengukur besarnya arus pada daerah setempat. Adapun variasi
kecepatan arus dapat dihitung dengan persamaan;
........................................................................ (3.24)

Dengan UT : kecepatan arus pada ketinggian y dari permukaan (m/dtk)

U : kecepatan arus di permukaan laut (m/dtk)


0

h : kedalaman laut (m)


y : kedalaman yang ditinjau (m)

WAHYUNI HASAN
57
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3.2.2. Gaya Arus


Gaya arus pada struktur merupakan kombinasi dari gaya angkat (lift)
dan gaya drag. Gaya lift baru diperhitungkan bila pembebanan terjadi pada
slinder panjang dengan perbandingan panjang diameter yang besar. Besar
gaya arus pada struktur adalah :

fL = 0,5..CL.D.UT2 .................................................................. (3.25)


fD = 0,5..CD.D.UT2 .................................................................. (3.26)

denagn : fL = Gaya angkat persatuan panjang (N/m)


fD = Gaya drag persatuan panjang (N/m)
CL = Koefisien gaya angkat
= CD/3 (BKI, 1991)
CD = Koefisien gaya drag
D = Diameter batang struktur (m)

3.3 Beban Angin


3.3.1. Kecepatan Angin
Kecepatan angin terbesar yang diharapkan akan terjadi di suatu lokasi
tertentu dapat diestimasikan dari pemantauan cuaca lokal yang dicatat tiap
hari. Kecepatan angin pada umumnya dicatat dengan alat pengukur yang
diletakkan pada ketinggian 10 meter diatas permukaan laut. Untuk
menentukan kecepatan angin pada ketinggian berbeda maka digunakan
persamaan yang terdapat dalam buku Applied Offshore Structural
Engineering, hal. 8, yaitu sebagai berikut:

V = V10 (Y/10)X.........................................................................
(3.27)

Dimana: V = Kecepatan angin pada ketinggian Y


V10 = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m dari permukaan air laut
Y = Ketinggian konstruksi di atas permukaan air laut
X = 1/8 untuk angin sustained

WAHYUNI HASAN
58
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3.3.2. Gaya Angin


Gaya angin yang bekerja pada sebuah struktur bangunan lepas pantai
merupakan penjumlahan gaya-gaya yang diterima oleh masing-masing
komponen struktur. Gaya angin tersebut timbul akibat adanya hambatan
kekentalan udara dan adanya perbedaan distribusi tekanan di sisi komponen
yang menghadap kea rah angin dan sisi-sisi komponen lainnya. Besarnya
gaya angin tergantung pada kecepatan hembusan angin dan ukuran serta
bentuk dan struktur.
Dalam buku Offshore Structural Engineering hal. 93 diberikan
persamaan untuk menghitung gaya angin yang bekerja pada satu obyek :

F = 0,5..C.A.V2 (N) ........................................................... (3.28)

Dengan: = masaa jenis udara = 1,29 kg/m3


C = koefisien gaya angin
A = luas bidang angin (m2)
V = kecepatan angin (m/det)

Tabel 3.5. Nilai-nilai untuk koefisien gaya angin


Obyek Koefisien gaya angin
Balok 1,5
Silinder 0,5
Sisi sisi bangunan 1,5
Proyeksi area platform 1,0
[sumber : data API 1980]

Untuk obyek yang kedudukannya miring maka persamaan gaya angin yang
lebih konservatif adalah:
F = 0,5..C.A.V2.cos ................................................................. (3.29)

WAHYUNI HASAN
59
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3.4. Perhitungan Beban Lingkungan


3.4.1. Analisa Beban Gelombang
Gaya gelombang yang bekerja pada elemen struktur untuk kondisi
yang sebenarnya, memiliki bentuk non linear. Dalam hal ini penentuan gaya
gelombang pada tiap elemen harus dihitung dengan peninjauan lebih dari satu
titik ordinat gelombang. Selain itu penentuan letak garis air permukaan
gelombang pada elemen sulit untuk diketahui tanpa menggambarkan posisi
dari gelombang dan elemen tersebut. Oleh karena itu beberapa asumsi
digunakan untuk menyederhanakan perhitungan, asumsi tersebut adalah :
Gaya yang bekerja pada tiap elemen dianggap sebagai beban merata.
Penentuan sumbu global struktur, untuk arah vertical sumbu Y dan arah
horizontal sumbu X dan sumbu Z.
Penentuan arah gelombang searah sumbu X, jadi sudut datang
gelombang 0 terhadap sumbu X atau 90 terhadap anjungan.

3.4.1.1. Penentuan Karakteristik Gelombang


Dari data-data yang ada maka karakteristik gelombang tempat
operasional struktur adalah sebagai berikut :
Kedalaman perairan (h) = 41,66 m
Tinggi gelombang (H) = 10,58 m
Periode gelombang (T) = 9,7 detik
Panjang gelombang () = 132,95 m

3.4.1.2. Penentuan Teori Gelombang


Bila diketahui : h = 41,66 m; H = 10,58 m; = 132,95 m
diperoleh : h/ = 0,31 , H/ = 0,08
Dari nilai tersebut maka teori gelombang yang cocok adalah teori
gelombang Airy dan Stokes (Tabel 3.1).

WAHYUNI HASAN
60
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Cara lain yang digunakan adalah dengan menggunakan grafik


2 2
hubungan h/T , H/T (Dinamic Analysis of Offshore structure, Page
78); diperoleh :
2 2
h/T = 0,38 m/dtk
2 2
H/T = 0,098 m/dtk

Dari grafik (Gambar 3.2, 3.3, dan 3.4) diperoleh bahwa teori
gelombang yang mendekati adalah teori gelombang stokes. Oleh
kedua kondisi teori gelombang yang diisyaratkan tersebut, maka
teori gelombang yang digunakan adalah teori gelombang stokes.

3.4.1.3 Parameter Gelombang Stokes


Untuk h/ = 0,26, maka dengan interpolasi (Tabel 3.3, 3.4, dan
3.5) parameter profil gelombang, parameter kecepatan serta
parameter frekuensi dan tekanan dapat diperoleh sebagai berikut:

Dari persamaan (3.3), dapat ditentukan parameter a sebagai berikut:


3 5
a = (kH/2) - a F33 - a (F35 + F55)

dimana : k = 2/ , kH/2 = 0,21


-1
= 0,04655 m

WAHYUNI HASAN
61
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Nilai = 0,21224 diambil sebagai nilai awal proses iterasi untuk


memperoleh nilai a, sehingga dari persamaan di atas diperoleh a =
0,205.

Dari persamaan (3.1), diperoleh harga F1 sampai F5 sebagai berikut:

Dengan persamaan (3.2), free-surface water deflection adalah


sebagai berikut:
= 4,32478 cos + 0,10502 cos 2 + 0,00044 cos 3 +
-7 -11
3.10638 . 10 cos 4 + 4,58076 . 10 cos 5
dimana : = kx - t.
Frekuensi gelombang ditentukan dari persamaan (3.6) dan parameter
frekuensi dan tekanan, sebagai berikut:
2 4
= gk (1 + a C1 + a C2) tanh kh
2
dengan g = 9,81 m/s , maka:
-1
= 0,647 det
Untuk t = 0 detik, dan x = 0 hingga 2 , diperoleh:

t (s) (m)
0 4,60248
1 3,670215
2 1,251092
3 -1,67487
4 -3,92231
5 -4,58077
6 -3,3835
7 -0,81552
8 2,082839
9 4,137407
10 4,515853
11 3,064862
12 0,372251

WAHYUNI HASAN
62
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar 3.7. Profil Gelombang Terpaan

Dari persamaan (3.5), harga G1 sampai G5 diperoleh sebagai berikut:

Untuk menentukan kecepatan partikel air, terlebih dahulu ditentukan


pusat beban (y dan x) pada masing-masing elemen. Elemen yang
berada di bawah garis air, letak titik pusat beban terletak pada bagian
tengah elemen tersebut; sedangkan elemen yang berada sebagian di
bawah garis air dan sebagian di atas garis air, letak titik pusat beban
pada permukaan air titik pusat beban pada permukaan air.

Dengan mengetahu titik awal (j) dan titik akhir (k) joint tiap elemen,
maka harga y dan x dapat digunakan rumus berikut:

y = yj + (L/2) . cos x = xj + (Lxz/2) . cos


Untuk elemen yang sebagian di bawah air dan sebagian di atas
permukaan, maka :
y=h x = xj + (Ly . tg )
dimana dan adalah sudut kemiringan elemen terhadap sumbu x
dan y.

WAHYUNI HASAN
63
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Penentuan titik pusat beban pada masing-masing elemen struktur


dapat dilihat pada Lampiran. Perhitungan kecepatan partikel air
dapat ditentukan dengan persamaan (3.4.a). Sebagai contoh elemen
26 dengan y = 13,43 m; x = 5,844 m (untuk t = 0 detik):

u = 1,95289 m/detik
dengan cara yang sama kecepatan arah vertikal dapat dihitung,

v = 1,6 m/dtk
Sesuai dengan persamaan (3.8.a), (3.8.b), (3.9.a) dan (3.9.b), maka
diperoleh:

Percepatan partikel air horisontal dan vertikal dapat dicari untuk tiap
elemen. Sebagai contoh elemen 60 dengan y = 6,93 m; x = 0,813
(untuk t = 0 detik):

2
ax = 1,038 m/det

2
ay = -1,265 m/det

3.4.2. Beban Arus

WAHYUNI HASAN
64
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk menyederhanakan perhitungan, arus dianggap bergerak


horisontal dengan arah searah sumbu global-X (nol derajat). Gaya arus
dihitung pada elemen dengan pusat beban berada di pertengahan elemen
(untuk elemen yang berada di bawah air) dan pusat beban berada di
permukaan air (untuk elemen yang sebagian berada di atas permukaan air).

3.4.2.1. Kecepatan Arus


Kecepatan arus (pers. (3.15)) dengan y = 35,6 m dan Uo = 0,495

m/dtk adalah sebagai berikut:


1/7
UT = U0 (y/h)

= 0,07 m/dtk

3.4.2.2 Gaya Arus


Perhitungan gaya arus, sebagai contoh y = 35,6 m dan D = 1,5 m.
3
Dengan = 1,025 ton/m , C D= 1,0 dan CL CD/3 = 0,333, maka

gaya angkat (fL) dan Gaya drag (fD) (pers. (3.16) dan (3.17)) adalah

sebagai berikut :

2
fL = ..CL.D.UT

= 0,001281 kN/m
2
fD = ..CD.D.UT

= 0,0038 kN/m
Jadi,
F total = fD + fL

= 0,0051 kN/m.

3.4.3. Beban Angin


Untuk menyederhanakan perhitungan, angin dianggap bergerak
horisontal dengan arah searah sumbu global X (nol derajat). Gaya angin
dihitung pada elemen di atas permukaan air, panjang yang diukur mulai dari

WAHYUNI HASAN
65
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

perpotongan garis air ke atas untuk elemen yang sebagian di bawah dan
sebagian di atas permukaan air.
Untuk penentuan sudut datang angin () terhadap elemen, dapat
digunakan ketentuan sebagai berikut :
Untuk elemen yang miring terhadap arah datang angin, =
0
Untuk elemen yang tegak lurus terhadap arah datang angin, = 0
Untuk elemen yang sejajar bidang xz dan bersudut terhadap sumbu
0
x, = 0
0
Untuk elemen yang sejajar dan searah sumbu global x, = 90
Untuk elemen yang sebagian berada di bawah permukaan air, maka
penentuan panjang elemen adalah :
L = (y h)/cos
k

Sebagai contoh untuk D = 1,5 m dengan kecepatan angin V = 46,3 m/dtk; C =


3
0,5 (untuk silinder); = 1,29 kg/m , A = 592,8468 m, maka besar gaya angin
(pers. (2.25)) pada elemen adalah:
2
F = . .Cw.A.V

= 243,849 N
Selanjutnya perhitungan elemen yang lain secara lengkap diberikan dalam
bentuk tabel.

Gambar 3.8. Ilustrasi Bidang tangkap angin arah depan dan samping

WAHYUNI HASAN
66
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Sesuai gambar di atas maka dapat ditentukan gaya angin pada geladak dan
bangunan atas seperti berikut:
Kaki Geladak (C = 0,5)
2
L = 6,16 m; D = 1,3716 ; A = 10,9724 m ; V = 42,93 m/dtk
2
untuk 8 kaki geladak, A = 87,7779 m
F = 0,5 . . C . A . V
= 200422,6376 N
Geladak (C = 1,5; luas (A))
- Tampak Depan
A = (62,3 . 6) + ((62,3 . 6) 37,5) + (29 . 6) + (18 . 1)
2
= 902,1 m
F = 0,5 . . C . A . V
= 1527732 N
- Tampak Samping
A = (32,4 . 6) + ((32,4 . 6)- 37,5) + (32,4 . 6) + (23 . 1)
2
= 568,679 m
A tot = 2 . (902,1,4 + 568,679)
2
= 2941,56 m
F = 0,5 . . C . A . V
= 978267 N
Deck Tower (C = 0,5)
2
Atot = 0 m

F = 0,5 . . C . A . V
=0N
Gaya angin total yang bekerja pada geladak dan bangunan atas :

F = 1527732 + 978267 + 0
= 4889583 N
= 4889,58 kN

WAHYUNI HASAN
67
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB IV
KESIMPULAN

RESUME PERANCANGAN

BOPD/ Lokasi : 142.500/ Perairan Laut Jawa


Jenis Konstruksi : Jacket Steel Platform (terpancang)
Fungsi Konstruksi : Sebagai anjungan produksi pengeboran
Berat Total Geladak : 21807,5 ton
Material Struktur :
Kaki struktur dan geladak, jacket brace : Baja group I kls C spes. API M grade B
Joint chord, joint brace, joint K dan N : Baja group II kls B spes.API 5L grade N52
Balok geladak dan pelat geladak : Baja group I kls C spes. ASTM mutu A 36
Jumlah Kaki Struktur / Kemiringan : 8 buah / 1 : 8
Ukuran Pile : Diameter = 60 inch, tebal = 22 mm
Pola Perangkaan : Rangka Horizontal & Kombinasi K dan N
Struktur Jacket :
:
Kaki Jacket Diameter = 62,93 inch, tebal = 1,4 inch
:
SambunganKaki Jacket Diameter = 66,55 inch, tebal = 1,8 inch
:
Brace horizontal Diameter = 28,00 inch, tebal = 0,71 inch
:
Brace K Diameter = 28,20 inch tebal = 0,72 inch
:
Brace N Diameter = 28,20 inch, tebal = 0,72 inch

Luasan Geladak :
Geladak Produksi : 62,3 x 32,396 m2
Geladak Pengeboran : 62,3 x 32,396 m2
Geladak tempat tinggal : 38,01 x 32,396 m2
Geladak Helikopter : 23 x 23 m2

WAHYUNI HASAN
68
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Struktur Geladak :
Kaki Geladak : Diameter = 62,93 inch, tebal = 1,4 inch
Brace Geladak : Diameter = 23,4 inch, tebal = 0,7 inch
Balok Geladak : Digunakan A36 profil W 14 x 14-1/2
Pelat Geladak : Pelat baja group 1 Class C ASTM A285 Grade C

WAHYUNI HASAN
69
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

DAFTAR PUSTAKA

A.Y Baeda, Perencanaan Bangunan Lepas Pantai Tipe Fixed Jacket Platform,
Makassar, 2005.

Dawson, Thomas H, Offshore Struktural Engineering Prentice Hall, Inc. 1981.

G.Dean Robert, and Dalrymple.Robert A, Water Wave Mechanics for


Engineers and scientists, Cornel University, USA. 2000.

Graff, W.J.Introduction to Offshore Structure Design Gulf Publishing


Company, Houston, Texas, 1984.

Hsu, Teng H, Applied Offshore Struktural Engineering Gulf Publishing Co,


1984.

Kumpulan makalah mengenai Offshore Engineering dalam rangka kerja


sama segi tiga biru (UNHAS-ITS-UNPATTI).

Mc.Clelland, Bramalette and Refeld D.Michael, Planning and Design of Fixed


Offshore Platform Van Nostrand Reinhold Company, New York.

Pedoman Rancangan Bangun Bangunan Lepas Pantai di Perairan Indonesia,


Biro Kalsifikasi Indonesia (BKI) bekerja sama dengan Fakultas Teknologi
Kelautan ITS, 1991.

WAHYUNI HASAN
70
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

WAHYUNI HASAN
71

Anda mungkin juga menyukai