BAB I
PENDAHULUAN
WAHYUNI HASAN
1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
kakinya melalui pondasi ke dasar laut. Untuk itu ukuran pondasi akan
menentukan distribusi beban ke dasar laut. Selain itu, ukuran pondasi juga akan
menentukan struktur secara keseluruhan. Struktur BLP terpancang sebagian
besar digunakan sebagai anjungan produksi maupun sebagai fasilitas anjungan
pendukung produksi.
Disamping bangunan terpancang, berkembang juga BLP terapung (mobile
offshore units) seperti jack-up drilling rig, semi-submersible, drilling ship, barge
dan lain-lain. Sebagian besar BLP terapung digunakan untuk operasi pengeboran
sumur (drilling), struktur pendukung operasi (support vessel), fasilitas
pendukung pemasangan pipa bawah laut (pipe layer).
Selain bangunan terpancang dan terapung dikenal juga BLP lentur
(compliant) seperti Tension Leg Platform (TLP), guyed tower, articulated tower,
single buoy mooring (SBM), dan lain-lain. Jenis BLP ini sering digunakan
sebagai fasilitas penyimpanan minyak sementara (storage), loading, losing, dan
untuk tambat kapal tanker yang loading/losing minyak di lepas pantai.
Fabrikasi dan pengoperasian BLP jauh lebih mahal dan juga beresiko
tinggi bila dibandingkan dengan konstruksi-konstruksi bangunan di darat pada
umumnya. Hal ini tentunya juga akan sangat tergantung pada beberapa faktor,
antara lain letak ladang minyak/gas itu sendiri, kedalaman laut daerah operasi,
dan jarak daerah operasi dari daratan. Pada umumnya biaya operasi BLP sekitar
5 sampai 10 kali lebih besar dibanding dengan bangunan darat. Oleh karena itu
dalam pengoperasian bangunan lepas pantai perlu dipertimbangkan dua hal
utama yaitu:
1. Industri BLP hanya membangun struktur yang memenuhi fungsi
spesifik yang dibutuhkan.
2. Struktur yang akan diinstalasikan sebanyak mugkin difabrikasi di
darat dan membatasi kerja di laut seminimal mungkin.
Dari dua hal pertimbangan di atas, maka segala hal yang berhubungan
dengan pekerjaan di laut harus sedini mungkin dianalisa dan dipertimbangkan
secara mendalam untuk mengurangi resiko kehilangan jiwa, investasi dan
pencemaran laut.
WAHYUNI HASAN
2
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Sampai saat ini, industri lepas pantai telah banyak berkembang, khususnya
di bidang eksplorasi hidrokarbon di lepas pantai. Diperkirakan pada tahun 2014
ladang minyak di daratan yang sekarang memberi sumbangan sekitar dua pertiga
dari total produksi minyak dunia akan berkurang sehingga pencarian sumber-
sumber minyak dan gas yang baru akan beralih ke laut.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa lokasi yang memiliki anjungan
lepas pantai seperti di perairan Laut Jawa dan Laut Natuna. Jenis struktur yang
dipakai sebagian besar adalah tipe Fixed Jacket Steel Platform, karena memang
jenis struktur ini cocok untuk perairan yang tidak terlalu dalam seperti perairan
Indonesia. Berkaitan dengan itu, mata kuliah Perencanaan BLP di Program
Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin saat ini terbatas hanya pada
pembahasan untuk jenis struktur Fixed Jacket Steel Platform ini. Demikian juga
halnya dengan Tugas Perencanaan BLP yang dibebankan kepada mahasiswa
terbatas hanya pada perencanaan struktur jenis tersebut.
Fixed Jacket Steel Platform memiliki tiga elemen utama, yakni:
1. Sub struktur baja silinder (jacket) yang berdiri menerus dari dasar laut
sampai di atas garis air.
2. Pipa tiang pancang baja yang ditaman ke bawah laut melewati lubang
bawah kaki jacket tanah, sehingga berfungsi juga sebagai pondasi.
3. Bangunan Atas (top side facilities), yang diletakkan di atas jacket
sebagai tempat operasional.
Perencanaan Bangunan Lepas Pantai merupakan salah satu bidang ilmu
rekayasa yang dimanfaatkan sebagai tugas rekayasa yang wajib dibuat oleh
seluruh mahasiswa program studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin
sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana teknik. Tugas rekayasa
perencanaan Bangunan Lepas Pantai merupakan satu mata rantai dengan tugas
rekayasa Metode Elemen Hingga dan tugas rekayasa Pondasi.
Perancangan anjungan lepas pantai merupakan nilai pemikiran dasar untuk
mengambil keputusan dalam memilih tata letak, geometri, bahan dan struktur
yang layak.
WAHYUNI HASAN
3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB II
PRARANCANGAN
WAHYUNI HASAN
6
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
7
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Berikut ini adalah bagian dari gejala alam yang juga merupakan beban
lingkungan yang dialami struktur bangunan lepas pantai di lokasi tempat
pengoperasian :
WAHYUNI HASAN
8
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1. Gelombang
Gelombang merupakan sumber utama dari beban lingkungan yang
diderita oleh anjungan lepas pantai. Dalam perancangan konstruksi
bangunan lepas pantai, karakteristik gelombang yang digunakan adalah
pada kondisi lingkungan normal untuk menentukan parameter gelombang
rata-rata dan kondisi lingkungan ekstrim yang diperkirakan terjadi
periode perulangan dalam waktu 100 tahun. Parameter-parameter yang
diperoleh dari gelombang adalah tinggi gelombang, periode gelombang,
panjang gelombang dan elevasi puncak gelombang serta parameter lain
yang mendukung.
2. Angin
3. Arus
WAHYUNI HASAN
9
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
10
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Tipikal standar rigs ini antara lain; dapat didirikan dalam waktu 24 jam,
dan siap untuk memulai pengeboran dalam jangka waktu lima hari setelah
pemasangan peralatan-peralatan, sudah termasuk peralatan derrick
substructure, skid base, mud tank, fuel and water tank, engine package, pump
package, dan tempat tinggal (quarter building).
Ukuran standar rig biasanya 72 x 150 atau sekitar 21 m x 45 m untuk
18-24 sumur minyak. Untuk jumlah sumur yang lebih kecil, ukuran tersebut
dapat berkurang.
Sampai saat ini terdapat bermacam-macam jenis konstruksi bangunan
lepas pantai sesuai dengan kebutuhan., yaitu :
1. Anjungan terapung (Mobile Offshore Drilling Units/MODU atau
Floating Production Platform/FLS) seperti semi submersible, drilling
ships, tension legs platform, jack up dsb.
(a) (b)
(c) (d)
WAHYUNI HASAN
11
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
12
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
13
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
14
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Wa = (5%-8%) Wo . . . . (2.2)
WAHYUNI HASAN
15
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
(Wt) = Wo + Wl + Wt . . . (2.3)
WAHYUNI HASAN
16
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
- Baja Kelas C : Baja yang mempunyai hasil yang baik untuk pengelasan
struktur pada temperatur kerja normal dimana impact test tidak
disyaratkan, digunakan ketebalan yang terbatas, bentuk yang moderat,
pengekangan rendah, konsentrasi tegangan yang rendah dan beban-beban
quasl-statis.
- Baja Kelas B : Baja yang sesuai untuk struktur dimana ketebalan,
temperatur rendah, pengekangan, konsentrasi tegangan, beban impact,
tidak begitu berpengaruh karena ketangguhan tariknya sangat baik.
- Baja Kelas A : Baja yang sesuai untuk digunakan pada temperatur
normal dan untuk penggunaan konstruksi kritis. Baja seperti ini
umumnya dapat ditemui pada baja dengan persyaratan charpy yang tinggi
pada rentang temperatur 200 C hingga 400 C.
WAHYUNI HASAN
17
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Struktur jacket berdiri mulai dari dasar laut (mudline) sampai ketinggian
1014 feet (34 meter) di atas MWL (Mean Water Level). Hal tersebut
dimaksudkan agar walkway (lorong untuk berjalan), yang dipasang persis di
tempat mulainya kemiringan kaki struktur, berada di atas gelombang normal
harian.
Dalam arah melintang, di bagian atas jacket, jarak antara kaki kira - kira
36- 45 feet (1213,7 meter). Sedangkan dalam arah memanjang jaraknya 40
60 feet (1218,3 meter). Jarak antara kaki dalam arah melintang sering
ditentukan oleh ukuran dari layout perlengkapan pengeboran dan atau produksi
yang akan ditempatkan di atas geladak. Geladak pengeboran dan geladak
produksi biasanya mempunyai ukuran yang melebihi area kakikaki jacket
(memiliki cantilever). Panjang cantilevernya kirakira 1215 feet. Diameter
pile dapat ditentukan dari tabel 2.1 dengan terlebih dahulu menentukan besar
kapasitas aksial yang dapat didukung oleh tiap pile dengan pendekatan sebagai
berikut :
. . . . (2.4)
WAHYUNI HASAN
18
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
19
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Akibat dari better atau kemiringan, maka jarak antar kaki makin melebar
pada dasar laut. Sehingga untuk membantu kaki struktur menahan momen
guling, maka biasanya konstruksi direncanakan menggunakan beberapa skirt
pile yang memanjang hingga satu level di atas level paling bawah struktur
(Introduction to Offshore Structures, Design for an Eight Leg Jacket : 113).
WAHYUNI HASAN
20
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
keadaan tertekan dan maka bagian yang lain tertarik dari lendutan ke luar
bidang pada pertemuan kedua rangka tersebut. Keuntungan lainnya adalah
diameter kedua rangka tersebut dapat dikurangi sehingga mengurangi beban
gelombang pada anjungan, dan pola perangkaan ini cocok pada daerah
rawan gempa seperti di Perairan Laut Jawa.
2.3.6.2. Tinggi Rangka Horizontal
Rangka horizontal pada beberapa ketinggian diperlukan untuk
menstabilkan rangka struktur penyangga dan untuk menyangga conductor
dan sebagainya. Tinggi antara rangka horisontal ini bervariasi antara 40-60
ft (12-18,3 m). Untuk rangka dekat permukaan air biasanya digunakan
tinggi rangka 12 m.
Makin besar kedalaman air makin bertambah pula tinggi antara rangka
horizontalnya (Introduction to Offshore Structures, Design for an Eight Leg
Jacket : 110).
WAHYUNI HASAN
21
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
22
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
23
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
24
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
25
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Untuk ketebalan tiang kaki geladak dapat ditentukan sesuai rasio D/t
pada Tabel 2.3. Sedangkan pengukuran pengikat tiang geladak (brace) dapat
didekati dengan rasio kerampingan kl/r = 70-90 (Planning and Design of
Fixed Jacket Platform: 564) dan ketebalannya sesuai dengan Tabel 2.3.
Ukuran pengikat tiang geladak yang diperoleh harus diuji dengan aspek
parameter sambungan tubular.
Dengan :
Mmaks = Momen maksimum yang bekerja pada geladak untuk
tiap 1 m lebar pelat geladak.
q = distribusi beban geladak.
l = jarak antara balok geladak.
fb = tegangan kerja pada pelat.
FB = tegangan ijin.
WAHYUNI HASAN
26
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
27
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Batter = 1/8
WD = 13000
Ton
WAHYUNI HASAN
28
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2
56000 ft
2
5208 m
WAHYUNI HASAN
29
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
30
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
31
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
tan =8/1
= Atan 8 8
= 82,8749 1
WAHYUNI HASAN
32
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
D/t = 45
t = 52/45
t = 1,16 inchi
D/t = 33
t = 52 / 33
t = 1,58 inchi
Jadi diameter luar sambungan (D) = 52 + 0,62 = 52,60 inchi
WAHYUNI HASAN
33
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
b) Brace K,N
Diameter Brace K,N
Diambil nilai perbandingan kl/r = 90,
k = 0,8 (tabel 2.5)
l = panjang tak ditumpu terpanjang
= 27,9 m = 1098,425 inchi
r = 0,35d
kl/r = 0,8 x 1098,425 / 0,35d
WAHYUNI HASAN
34
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
35
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
beban total geladak 17551 ton (Pengantar Bangunan Lepas Pantai Beban
Konstruksi & Instalasi). Perencanaannya sebagai berikut :
H = (0,5 HM ) + PAT + PB
Dengan:
PB = Pasang badai
WAHYUNI HASAN
36
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
D/t = 40
t = D/40
t = 52 / 40 = 1,3 Inchi
Kl/r = 70
k = 0.8
l = 17,464 m
r = 0.35 d
d = 23,4 inchi
D/t = 35
t = D / 35
t = 23,27 / 35
t = 0,66 Inchi
WAHYUNI HASAN
37
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
38
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
39
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
= 413,1458 KNm
= 304,601 Kip ft
Digunakan mutu baja ASTM A36 dengan Fy = 36 ksi
Fb = 24 ksi
Berdasarkan modulus baja yang didapatkan, maka dipakai profil Wide
Flange, dengan Sx = 203,2091 inchi3, sehingga :
fb = M maks / Sx
fb = Mmaks x 12 (Inchi) / Sx
fb = 203,2091 x 12 (Inchi) / 304,601 = 17,98 Ksi
fb = 17,98
17,98 < 24 (Perancangan aman dan memenuhi)
fb < Fb (Perancangan aman dan memenuhi)
WAHYUNI HASAN
40
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
b) Pelat geladak
Rumus-rumus yang bisa digunakan untuk menentukan jenis baja pelat
geladak adalah :
Mmaks = ql2/12 , fb = Mmaks /S , S = l.t2 (m)/6
Mmaks = Momen maksimum yang bekerja tiap 1 m lebar pelat
geladak
= 854,3549 Nm
= 0,854 Knm
= 0,629 Kip-Ft
Fb = 24 ksi (165Mpa)
fb = 0,629 x 12/0,405625
WAHYUNI HASAN
41
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
fb = 18,635 ksi
= 854,3549 Nm
= 0,854355 Kn/m
= 0,63 Kip-Ft
Fb = 24 ksi (165Mpa)
fb = 9,66 ksi
= 489,1255 Nm
= 0,489 Knm
= 0,36 Kip-Ft
Fb = 24 ksi (165Mpa)
WAHYUNI HASAN
42
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
fb = 0,36 x 12/0,78
fb = 5,53 ksi
RESUME PERANCANGAN
BOPD/ Lokasi : 114.000/ Perairan Laut Jawa
Jenis Konstruksi : Jacket Steel Platform (terpancang)
Fungsi Konstruksi : Sebagai anjungan produksi pengeboran
Berat Total Geladak : 17551 ton
Material Struktur :
Kaki struktur dan geladak, jacket
: Baja group I kls C spes. API M grade B
brace
: Baja group II kls B spes.API 5L grade N52
Joint chord, joint brace, joint K dan N
: Baja group I kls C spes. ASTM mutu A 36
Balok geladak dan pelat geladak
Jumlah Kaki Struktur / Kemiringan : 8 buah / 1 : 8
Ukuran Pile : Diameter = 52 inch, tebal = 22 mm
Pola Perangkaan : Rangka Horizontal & Kombinasi N
Struktur Jacket : :
Kaki Jacket : Diameter = 52 inch, tebal = 1,16 inch
SambunganKaki Jacket : Diameter = 33 inch, tebal = 0,62 inch
Brace horizontal : Diameter = 24 inch, tebal = 0,60 inch
Brace N : Diameter = 28 inch, tebal = 0,70 inch
WAHYUNI HASAN
43
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Luasan Geladak :
Geladak Produksi : 60 x 35 m2
Geladak Pengeboran : 60 x 35 m2
Geladak tempat tinggal : 29 x 27 m2
Geladak Helikopter : 15 x 15 m2
Struktur Geladak :
Kaki Geladak : Diameter = 52 inch, tebal = 1,3 inch
Brace Geladak : Diameter = 23,27 inch, tebal = 0,66 inch
Balok Geladak : Digunakan A36 profil W 14 x 14-1/2
Pelat Geladak : Pelat baja group 1 Class C ASTM A285 Grade C
Tampak Atas
WAHYUNI HASAN
44
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
45
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB III
ANALISA BEBAN LINGKUNGAN
WAHYUNI HASAN
46
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
47
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2 2
Pada Gambar 3.3 dan 3.4 tergambarkan nilai h/T dengan indikator H/T .
Pada kedua gambar tersebut, kedalaman tidak dilambangkan dengan notasi
h namun dengan notasi d (dengan variabel g yang tetap).
WAHYUNI HASAN
48
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
49
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dimana :
.............................................................. (3.2)
................................................. (3.3)
WAHYUNI HASAN
50
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
................................... (3.4a)
................................... (3.4b)
........................................ (3.7a)
........................................ (3.7b)
Dimana :
................................................. (3.8a)
................................................. (3.8b)
....................... (3.9a)
WAHYUNI HASAN
51
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
........................ (3.9b)
WAHYUNI HASAN
52
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
..................................... (3.9)
CI : Koefisien Inersia
Menurut rekomendasi API RP2A 1980, nilai CD berkisar antara 0,6 sampai
1,0 dan nilai CI berkisar antara 1,5 sampai 2,0 (Dawson,1981). Menurut API
WAHYUNI HASAN
53
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
& Isaacson,1981). Oleh karena dalam perhitungan ini yang akan ditentukan
adalah beban rancang maksimum, maka nilai yang digunakan adalah CD =
1,0 dan C = 2,0. Adapun gaya yang bekerja sepanjang pile dari y = 0 sampai
I
y = y adalah;
...................................................................... (3.10)
berkoordinat polar (,) maka gaya gelombang yang bekerja terbagi dua
(Gambar 3.6).
WAHYUNI HASAN
54
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
..................................... (3.11)
................................................... (3.12)
.................................................... (3.13)
...................................................... (3.14)
Dengan :
....................................................... (3.15)
WAHYUNI HASAN
55
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2
Percepatan Partikel Air Arah Sumbu X (m/dtk )
............................................. (3.16)
2
Percepatan Partikel Air Arah Sumbu Y (m/dtk )
............................................. (3.17)
2
Percepatan Partikel Air Arah Sumbu Z (m/dtk )
.................................................. (3.18)
..................... (3.19)
..................... (3.20)
..................... (3.21)
................................................................... (3.22)
Gaya total (N) dari elemen untuk masing-masing arah sepanjang L pile,
yaitu;
...................................................................... (3.23)
WAHYUNI HASAN
56
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Hasil penjumlahan vektor dari ketiga arus tersebut merupakan arus total.
Besaran relatif dari semua komponen vektor ini sangat bergantung pada
kondisi lepas pantai setempat.
Arus laut, pada dasarnya dapat memberikan pengaruh pada beban dinamis,
yaitu pada gaya drag dalam persamaan Morison.
Besar dan arah dari arus pasut pada permukaan air umumnya diperoleh
dengan mengukur besarnya arus pada daerah setempat. Adapun variasi
kecepatan arus dapat dihitung dengan persamaan;
........................................................................ (3.24)
WAHYUNI HASAN
57
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
V = V10 (Y/10)X.........................................................................
(3.27)
WAHYUNI HASAN
58
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Untuk obyek yang kedudukannya miring maka persamaan gaya angin yang
lebih konservatif adalah:
F = 0,5..C.A.V2.cos ................................................................. (3.29)
WAHYUNI HASAN
59
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
60
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dari grafik (Gambar 3.2, 3.3, dan 3.4) diperoleh bahwa teori
gelombang yang mendekati adalah teori gelombang stokes. Oleh
kedua kondisi teori gelombang yang diisyaratkan tersebut, maka
teori gelombang yang digunakan adalah teori gelombang stokes.
WAHYUNI HASAN
61
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
t (s) (m)
0 4,60248
1 3,670215
2 1,251092
3 -1,67487
4 -3,92231
5 -4,58077
6 -3,3835
7 -0,81552
8 2,082839
9 4,137407
10 4,515853
11 3,064862
12 0,372251
WAHYUNI HASAN
62
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dengan mengetahu titik awal (j) dan titik akhir (k) joint tiap elemen,
maka harga y dan x dapat digunakan rumus berikut:
WAHYUNI HASAN
63
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
u = 1,95289 m/detik
dengan cara yang sama kecepatan arah vertikal dapat dihitung,
v = 1,6 m/dtk
Sesuai dengan persamaan (3.8.a), (3.8.b), (3.9.a) dan (3.9.b), maka
diperoleh:
Percepatan partikel air horisontal dan vertikal dapat dicari untuk tiap
elemen. Sebagai contoh elemen 60 dengan y = 6,93 m; x = 0,813
(untuk t = 0 detik):
2
ax = 1,038 m/det
2
ay = -1,265 m/det
WAHYUNI HASAN
64
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
= 0,07 m/dtk
gaya angkat (fL) dan Gaya drag (fD) (pers. (3.16) dan (3.17)) adalah
sebagai berikut :
2
fL = ..CL.D.UT
= 0,001281 kN/m
2
fD = ..CD.D.UT
= 0,0038 kN/m
Jadi,
F total = fD + fL
= 0,0051 kN/m.
WAHYUNI HASAN
65
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
perpotongan garis air ke atas untuk elemen yang sebagian di bawah dan
sebagian di atas permukaan air.
Untuk penentuan sudut datang angin () terhadap elemen, dapat
digunakan ketentuan sebagai berikut :
Untuk elemen yang miring terhadap arah datang angin, =
0
Untuk elemen yang tegak lurus terhadap arah datang angin, = 0
Untuk elemen yang sejajar bidang xz dan bersudut terhadap sumbu
0
x, = 0
0
Untuk elemen yang sejajar dan searah sumbu global x, = 90
Untuk elemen yang sebagian berada di bawah permukaan air, maka
penentuan panjang elemen adalah :
L = (y h)/cos
k
= 243,849 N
Selanjutnya perhitungan elemen yang lain secara lengkap diberikan dalam
bentuk tabel.
Gambar 3.8. Ilustrasi Bidang tangkap angin arah depan dan samping
WAHYUNI HASAN
66
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Sesuai gambar di atas maka dapat ditentukan gaya angin pada geladak dan
bangunan atas seperti berikut:
Kaki Geladak (C = 0,5)
2
L = 6,16 m; D = 1,3716 ; A = 10,9724 m ; V = 42,93 m/dtk
2
untuk 8 kaki geladak, A = 87,7779 m
F = 0,5 . . C . A . V
= 200422,6376 N
Geladak (C = 1,5; luas (A))
- Tampak Depan
A = (62,3 . 6) + ((62,3 . 6) 37,5) + (29 . 6) + (18 . 1)
2
= 902,1 m
F = 0,5 . . C . A . V
= 1527732 N
- Tampak Samping
A = (32,4 . 6) + ((32,4 . 6)- 37,5) + (32,4 . 6) + (23 . 1)
2
= 568,679 m
A tot = 2 . (902,1,4 + 568,679)
2
= 2941,56 m
F = 0,5 . . C . A . V
= 978267 N
Deck Tower (C = 0,5)
2
Atot = 0 m
F = 0,5 . . C . A . V
=0N
Gaya angin total yang bekerja pada geladak dan bangunan atas :
F = 1527732 + 978267 + 0
= 4889583 N
= 4889,58 kN
WAHYUNI HASAN
67
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB IV
KESIMPULAN
RESUME PERANCANGAN
Luasan Geladak :
Geladak Produksi : 62,3 x 32,396 m2
Geladak Pengeboran : 62,3 x 32,396 m2
Geladak tempat tinggal : 38,01 x 32,396 m2
Geladak Helikopter : 23 x 23 m2
WAHYUNI HASAN
68
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Struktur Geladak :
Kaki Geladak : Diameter = 62,93 inch, tebal = 1,4 inch
Brace Geladak : Diameter = 23,4 inch, tebal = 0,7 inch
Balok Geladak : Digunakan A36 profil W 14 x 14-1/2
Pelat Geladak : Pelat baja group 1 Class C ASTM A285 Grade C
WAHYUNI HASAN
69
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
DAFTAR PUSTAKA
A.Y Baeda, Perencanaan Bangunan Lepas Pantai Tipe Fixed Jacket Platform,
Makassar, 2005.
WAHYUNI HASAN
70
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
WAHYUNI HASAN
71