BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan Bangunan Lepas Pantai merupakan salah satu bidang ilmu rekayasa yan
dimanfaatkan sebagai tugas rekayasa yang wajib dibuat oleh seluruh mahasiswa program studi
Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana
Teknik.
Kecenderungan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Bangunan Lepas Pantai
adalah proses perancangan struktur yang banyak diformulasikan dalam prosedur yang logis,
yakni keputusan dalam penetapan variabel-variabel perancangan (material, konfigurasi,
pengaturan tataruang, susunan kontruksi) tetap dalam control perancang. Sehubungan dengan
itu, variasi target perancangan yang dicapai telah bertambah yang bila di masa lalu berat
struktur dan biaya awal adalah merupakan faktor yang perlu dipikirkan maka target baru telah
mulai ditinjau yakni mengenai factor ketepatan dalam hal fungsi stuktur (functionality) sampai
pada factor kemudahan dalam pembongkaran kembali struktur (Disposability).
Meningkatnya kebutuhan penduduk akan minyak dan gas mendorong berkembangnya
industri-industri pengeboran minyak di seluruh dunia. Dan patut disadari bahwa, ketersediaan
minyak dan gas sangat terbatas, selain itu berkembang pula berbagai usaha penelitian dan
pencarian ladang-ladang minyak dan gas yang akhir-akhir ini cenderung pada daerah lepas
pantai. Hal ini menimbulkan perkembangan di bidang konstruksi bangunan lepas pantai.
Dibandingkan dengan konstruksi sipil dan bangunan kapal, teknologi konstruksi bangunan
lepas pantai merupakan suatu bidang rekayasa yang relative muda. Perbedaan itu meliputi
beberapa pertimbangan khususya itu dalam hal transportasi struktur kelokasi, pelaksanaan
instalasi dan kemampuan struktur dalam menahan beban lingkungan selama waktu
pengoperasian. Umumnya biaya fabrikasi dan pengoperasian bangunan lepas pantai sekitar 5
sampai 10 kali lebih besar dibanding dengan bangunan darat pada umumnya. Namun hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain letak lading minyak gas itu sendiri, kedalaman
laut daerah operasi, dan jarak daerah operasi dari daratan.
Dewasa ini masing-masing negara di dunia bersaing dalam mengembangkan teknologi
bangunan lepas pantai dan industry perminyakan dan gas untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri atau untuk diekspor ke negara lain. Oleh karena itu, diperlukan
kerjasama yang baik antara institusi pendidikan/ilmiah dengan berbagai industri perminyakan
dan gas beserta dukungan yang kontinu dari pemerintahan setempat.
RETNO AYU K/ D321 15 005 1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Berdasarkan latar belakang di atas, maka direncanakan suatu bangunan lepas pantai. Pada
perencanaan ini akan direncanakan tipe Fixed Offshore Platform dengan produksi rata-rata
83000 BOPD untuk lokasi Perairan Jawa dengan kedalaman 101,5 feet.
Dalam perencanaan ini akan dianalisis :
a. Berat dan luasan geladak dari struktur.
b. Jumlah dan dimensi tiang pancang yang akan digunakan.
c. Jenis material serta pola perangkaan yang akan digunakan pada struktur.
d. Dimensi jacket.
e. Beban lingkungan yang bekerja pada struktur.
I.4. Manfaat
a. Memberikan wawasan dan pengalaman tentang bagaimana mendesain sebuah struktur tipe
Fixed Offshore Platform yang memenuhi kaidah-kaidah struktur yang berlaku.
b. Sebagai sarana latihan (exercise) bagi mahasiswa dalam merancang suatu struktur BLP.
c. Laporan hasil perencanaan BLP ini diharapkan bisa menjadi referensi alternative bagi
mahasiswa yang akan mengerjakan tugas perencanaan BLP di masa-masa mendatang.
BAB II
PRARANCANGAN
Langkah paling awal dalam konsep perancangan adalah penentuan target. Target-target
perancangan yang mendifinisikan kemampuan struktrur untuk memenuhi tujuan operasinya
diantaranya adalah : functionality (kemampuan difungsikannya struktur), habitability (nilai
mutu dari struktur dalam memberikan kenyamanan), reliability (nilai keandalan struktur),
availability (nilai yang proporsi dari struktur untuk keseluruhan umur operasional), safety
(kemampuan struktur untuk tetap selamat selama pengoperasian)dan damage tolerance (
kemampuan struktur untuk selamat dari tingkatan kerusakan yang ekstrim pada suatu periode
tertentu).
Ada beberapa faktor dasar yang mempengaruhi konsep sebuah perancangan struktur
khususnya struktur bangunan lepas pantai, yaitu :
a. Inovasi baru
b. Perkembangan teknologi material dan fabrikasi
c. Perubahan dalam pendanaan oleh pemerintah dan dukungan terhadap industri
Kriteria yang terpenting dalam perancangan konstruksi bangunan lepas pantai adalah harus
dapat menahan beban vertikal sebagai akibat dari beban fungsional., berat struktur dan fasilitas
pendukung lainnya, serta dapat menahan beban horizontal sebagai akibat dari beban
lingkungan. Selain itu pula sebuah konstruksi bangunan lepas pantai harus memiliki sifat tahan
terhadap beban statis dan beban dinamis serta tahan terhadap kelelahan. Adapun prosedur
perancangan bangunan lepas pantai adalah sebagai berikut :
Lokasi yang mengandung minyak maupun gas belum tentu layak untuk
dieksploitasi, kaitannya dengan perkiraan ekonomis terhadap pembangunan konstruksi
bangunan lepas pantai. Perkiraaan ekonomis tersebut harus tepat mengingat mahalnya
biaya konstruksi sebuah struktur bangunan lepas pantai. Dalam hal ini besar jumlah
kandungan minyak maupun gas pada suatu lokasi sangat menentukan layak tidaknya
untuk dieksploitasi.
Salah satu data kondisi lingkungan yang utama adalah kedalaman perairan. Dalam
banyak hal data ini merupakan tolak ukur berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penentuan konfigurasi struktur bangunan lepas pantai. Muka air pasang dan muka air surut
juga merupakan parameter penting yang mempengaruhi kedalaman perairan.
Berikut ini adalah bagian dari gejala alam yang juga merupakan beban lingkungan
yang dialami struktur bangunan lepas pantai di lokasi tempat pengoperasian :
1. Gelombang
Gelombang merupakan sumber utama dari beban lingkungan yang diderita oleh
anjungan lepas pantai. Dalam perancangan konstruksi bangunan lepas pantai,
karakteristik gelombang yang digunakan adalah pada kondisi lingkungan normal untuk
menentukan parameter gelombang rata-rata dan kondisi lingkungan ekstrim yang
diperkirakan terjadi periode perulangan dalam waktu 100 tahun. Parameter-parameter
yang diperoleh dari gelombang adalah tinggi gelombang, periode gelombang, panjang
gelombang dan elevasi puncak gelombang serta parameter lain yang mendukung.
2. Angin
RETNO AYU K/ D321 15 005 5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Parameter angin paling utama adalah kecepatan angin. Data angin yang diperoleh
harus disesuaikan dengan kecepatan angin pada ketinggian standart (ketinggian
acuan/referensi)yaitu 10 m atau 33 ft diatas permukaan air rata-rata dengan interval waktu
yang ditentukan. Terdapat dua tipe kecepatan angin yaitu gust (kecepatan angin rata-rata
dalam interval waktu kurang dari satu menit) dan sustained (kecepatan angin rata-rata
dalam interval waktu satu menit atau lebih). Namun penting pula diperhatikan adalah
frekuensi dan lama berlangsungnya kecepatan angin di lokasi.
3. Arus
Seperti halnya angin, parameter paling utama dari arus adalah kecepatannya. Selain
itu juga, arah terpaan arus juga merupakan variabel penting yang berguna untuk
perencanaan pengoperasian anjungan lepas pantai. Perhitungan arus memiliki banyak
pengaruh terhadap penentuan letak dan arah kedudukan sandaran kapal serta gaya
dinamis yang diderita anjungan lepas pantai.
II.3. Pemilihan Konfigurasi Struktur (Geometri, Bahan Struktur dan Ukuran Awal)
A. Pemilihan Konstruksi :
Berdasarkan konstruksinya, bangunan lepas pantai dibedakan atas tiga jenis, yaitu
unit), yang digunakan secara eksklusif untuk tujuan penyimpanan, dan hanya memiliki
peralatan proses yang sangat sedikit. Dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini :
Terdapat empat jenis kategori berat geladak kaitannya dengan kondisi gravitasi dari
fasilitas geladak, yaitu :
1. Berat kering (Dry Wight); adalah berat fasilitas/peralatan kosong sesuai dengan
perhitungan pabrik, yang terdiri dari :
1
RETNO AYU K/ D321 15 005
0
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Penentukan berat kering dan luasan dari geladak dapat ditentukan dengan bantuan
grafik hubungan jumlah produksi minyak perhari (BOPD), seperti pada Gambar 1.1 dan
1.2 berikut keterangan tiap grafiknya (Planning and design of fixed offshore platform :
39) :
a. Estimated upper limit : digunakan jika anjungan berada di daerah dingin yang
dilengkapi dengan dua buah rig ( sistem pengeboran ) dan dirancang secara
konservatif.
b. Median : digunakan untuk anjungan biasa yang dioperasikan di daerah panas dengan
GOR ( gas - oil ratio ) rata-rata 300 hingga 600 dan perancangannya konservatif.
c. Estimated lower limit : digunakan pada anjungan untuk pengolahan gas atau untuk
lokasi yang tidak memerlukan banyak pengaturan tekanan.
1
RETNO AYU K/ D321 15 005
1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
bawah laut. Untuk anjungan lepas pantai disyaratkan untuk menggunakan baja tahan
korosi, dapat dibentuk, dan mudah disambung dengan cara pengelasan serta
memperhatikan kondisi kerja kaitannya dengan kekuatan baja minimum. Baja yang
digunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang mempunyai sertifikat dari pabrik atau
sertifikat pengujian yang dibuat oleh fabrikator atau pengujian laboratorium. Baja yang
tidak jelas tidak dapat digunakan.
a. Group I : dirancang untuk baja lunak dengan spesifikasi kuat luluh 4 ksi (280 Mpa)
atau kurang, karbon ekivalen 0,4 % atau kurang dan harus dapat dilas dengan
beberapa proses pengelasan.
b. Group II : dirancang untuk baja kekuatan menengah dengan spesifikasi kuat luluh
minimum 40 ksi (280 Mpa) hingga 52 ksi (360 Mpa), karbon ekivalen 0,45 % lebih
dan semua proses pengelasan harus menggunakan electrode hydrogen rendah.
c. Group II : dirancang untuk baja berkekutan tinggi dengan spesifikasi kuat luluh
minimum 52 ksi (360 Mpa). Baja ini dapat dipakai bila diketahui kemampuannya
dalam hal :
1. Mampu las dan prosedur pengelasan khusus yang disyaratkan,
2. Umur kelelahan dengan beban tegangan kerja yang tinggi,
3. Ketahanan takik, kontrol kepecahan, prosedur inspeksi, tegangan kerja dan
temperature lingkungan.
Dengan karakteristik ketangguhan takik yang sesuai untuk kondisi kerja, baja
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Baja Kelas C : Baja yang mempunyai hasil yang baik untuk pengelasan struktur
pada temperatur kerja normal dimana impact test tidak disyaratkan, digunakan
ketebalan yang terbatas, bentuk yang moderat, pengekangan rendah, konsentrasi
tegangan yang rendah dan beban-beban quasl-statis.
b. Baja Kelas B : Baja yang sesuai untuk struktur dimana ketebalan, temperatur
rendah, pengekangan, konsentrasi tegangan, beban impact, tidak begitu berpengaruh
karena ketangguhan tariknya sangat baik.
1
RETNO AYU K/ D321 15 005
3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
c. Baja Kelas A : Baja yang sesuai untuk digunakan pada temperatur normal dan untuk
penggunaan konstruksi kritis. Baja seperti ini umumnya dapat ditemui pada baja
dengan persyaratan charpy yang tinggi pada rentang temperatur –200 C hingga 400
Pada mulanya konstruksi lepas pantai dibangun dengan 3 atau 4 kaki, lalu
berkembang hingga sekarang hingga 6 sampai 8 kaki atau bahkan lebih. Penentuan
jumlah kaki sangatlah bevariasi tergantung dari kebutuhannya ditinjau dari segi
kekuatan dan efektifitas biaya konstruksinya. Dewasa ini, dengan adanya ukuran pipa
yang lebih besar, anjungan–anjungan cenderung dikonstruksi dengan 8 kaki. Jenis ini
dapat dipakai sampai kedalaman 400 feet (122 meter).
Diameter pile dapat ditentukan dari Tabel 2.1 dengan terlebih dahulu menentukan
besarnya kapasitas aksial yang dapat didukung oleh tiap pile dengan pendekatan
sebagai berikut :
P = W/n
1
RETNO AYU K/ D321 15 005
4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1
RETNO AYU K/ D321 15 005
5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Kaki–kaki jacket dimiringkan agar memiliki ruangan yang lebih besar pada dasar
laut yang kemudian membantu dalam menahan momen guling yang timbul. Dalam
arah melintang hanya kaki–kaki terluar yang dimiringkan, biasanya 1/10 atau 1/12.
Sedangkan dalam arah memanjang semua kaki jacket dimiringkan 1/7 atau 1/8.
Penentuan jarak antar kaki struktur dan kemiringannya dimulai pada rentang 3–4 meter
di atas garis air rerata (Introduction to Offshore Structures, ‘Design for an Eight Leg
Jacket’ : 95).
Akibat dari better atau kemiringan, maka jarak antar kaki makin melebar pada dasar
laut. Sehingga untuk membantu kaki struktur menahan momen guling, maka biasanya
konstruksi direncanakan menggunakan beberapa skirt pile yang memanjang hingga
satu level di atas level paling bawah struktur (Introduction to Offshore Structures,
‘Design for an Eight Leg Jacket’ : 113).
E. Perangkaan
Kaki–kaki jacket dihubungkan dan ditopang oleh rangka–rangka (brace) dengan
arah–arah horisontal, diagonal–horisontal, diagonal–vertikal.
a. Pola Perangkaan
Pola perangkaan struktur penyangga anjungan mengikuti tipe-tipe sambungan
tubular yang sangat beragam. Perangkaan struktur umumnya adalah pola K, N, T, K
ganda, N ganda, T ganda dan kombinasi dari beberapa pola tersebut.
antara rangka horisontal ini bervariasi antara 40-60 ft (12-18,3 m). Untuk rangka dekat
permukaan air biasanya digunakan tinggi rangka 12 m. Makin besar kedalaman air
makin bertambah pula tinggi antara rangka horizontalnya (Introduction to Offshore
Structures, ‘Design for an Eight Leg Jacket’ : 110).
c. Rangka Tubular
Parameter perancangan yang paling menentukan untuk penentuan ukuran awal
rangka struktur/rangka tubular anjungan adalah rasio kerampingan kl/r. Pengalaman
menunjukkan bahwa kl/r antara 70 hingga 90 menghasilkan hasil memadai (Planning
and Design Of Fixed Offshore Platform : 564). Untuk struktur penyangga lainnya yang
lebih sekunder maka rasio kerampingan kl/r dapat diambil yang terbesar atau
mengambil sekitar 2/3 dari diameter brace utama. Parameter yang paling menentukan
dalam menentukan ukuran awal rangka tubular adalah rasio kerampingan. Adapun
besar rasio kerampingan disetiap area dapat dilihat pada table 2.3 di bawah ini :
1
RETNO AYU K/ D321 15 005
7
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Tabel 2.4. Rasio D/t untuk Komponen Tubular Struktur Rangka Anjungan
FaktorPanjang
Bagian struktur
Efektif
Kaki bangunan atas: Dengan bracing 1,0
Portal (tanpa braces) K
Jacket leg dan pilling:
1,0
Grouted composite section
1,0
Ungrouted jacket leg
1,0
Ungrouted pilling between shim points
Deck truss web members:
0,8
In action plane
1,0
Out of plane action
1
RETNO AYU K/ D321 15 005
8
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Jacket braces:
Face to face length of main diagonals 0,8
Face of leg to centerline of joint 0,8
length of k brace
Longer sehment length of x brace 0,9
Secondary horisontals 0,7
Deck truss chord members 1,0
Perhitungan diameter dan ketebalan konstruksi harus diuji pada aspek parameter
sambungan tubular, dimana nilai-nilai tergantung dari diameter chord (D) dan brace
(d) serta ketebalan chord (T) dan brace (t), seperti dijelaskan berikut ini:
Bila > 0,8 kemungkinan kegagalan terjadi dalam bentuk keruntuhan (collaps) pada
chord. Bila 0,3 << 0,8 kemungkinan kegagalan dalam bentuk interaksi antara
punching shear dengan collaps. Namun dalam kebiasaan nilai yang sering diambil
adalah 0,4 << 0,7.
1
RETNO AYU K/ D321 15 005
9
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
F. Geladak
a. Jenis–jenis geladak
1. Geladak produksi (Production deck)
Minyak yang dieksploitasi tidak langsung di distribusikan ke darat, Karena
masih bercampur dengan unsur-unsur, maka geladak produksi dimaksudkan sebagai
tempat pengolahan dan pemisahan antara miyak, gas dan air laut.
2. Geladak pengeboran (Drilling deck)
Fungsi utama struktur lepas pantai adalah pengeboran baik itu minyak maupun
gas.Untuk itu pada struktur lepas pantai aktivitas pengeboran ditempatkan pada
geladak pengeboran.Pada geladak ini ditempatkan fasilitas–fasilitas pengeboran
seperti drilling derrick.
3. Geladak tempat tinggal (Quarter deck)
Anjungan lepas pantai umumnya dibangun jauh dari tempat tinggal para
pekerja, disamping itu pengawasan diatas anjungan harus sering dikontrol, untuk itu
perlu disiapkan tempat tinggal yang direncanakan dengan memperhatikan
keselamatan dan kenyamanan untuk para pekerja.
4. Geladak Heliport (Helideck)
Penggunaan fasilitas helikopter diperlukan bila jarak antara daratan dan
tempat anjungan lebih dari 50 mil (80 km).Untuk jarak yang kurang dari 50 ml
biasanya menggunakan transportasi laut. Namun penggunaan transportasi
helikopter sangat besar manfaatnya untuk efisinsi kegiatan anjungan yang antara
lain :
a. Efisiensi waktu, dengan helikopter dapat mengurangi waktu perjalanan sekitar
1–6 kali dari perjalanan dengan boat.
b. Gangguan cuaca dapat diatasi dengan menggunakan helikopter sehingga
kegiatan anjungan tidak terganggu.
c. Supervisor dan spesilist dapat melakukan kegiatan di anjungan dan di darat
dengan efisien.
d. Dapat mengevakuasi crew secepatnya bila terjadi keadaan darurat atau badai
besar.
b. Kaki Geladak
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
0
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
H = 0,5HM + PAT + PB
HM = Tinggi gelombang maksimum
PAT = Pasang astronomi tertinggi
PB = Pasang badai
Untuk ketebalan tiang kaki geladak dapat ditentukan sesuai rasio D/t pada
table 1.3. Sedangkan untuk ukuran pengikat tiang geladak (brace) dapat didekati
dengan rasio kerampingan kl/r = 70 – 90 (“Planning and Design Of Fixed Offshore
Platform“ : 564) dan ketebalannya sesuai dengan table 1.3. Ukuran pengikat tiang
geladak yang diperoleh harus diuji dengan aspek parameter sambungan tubular.
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB III
PENYAJIAN DATA
b) Karakteristik Lingkungan
Adapun karakteristik lingkungan di Laut Jawa adalah sebagai berikut:
III.2. Pemilihan Konfigurasi Struktur (Geometri, Bahan Struktur dan Ukuran Awal)
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
2
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
a. Pemilihan Konstruksi
Jenis konstruksi yang akan digunakan pada perancangan struktur lepas pantai ini
adalah jenis struktur terpancang ‘Jacket Steel Platform’ dengan konstruksi yang
permanen dan difungsikan sebagai anjungan produksi dan anjungan pengeboran (self-
contained drilling and production platform). Sebagai penunjangnya, konstruksi lepas
pantai ini direncanakan menopang empat geladak yaitu : geladak pengeboran, geladak
produksi, geladak helideck.
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4. Berat pengetesan diambil sekitar (1– 2 ton) berat pengetesan diambil 2 ton
5. Beban total yang bekerja pada konstruksi geladak yaitu berat operasional
ditambah berat pengangkatan, diperoleh :
Beban total geladak = 6500 + 250 + 2 = 6752 ton
Dengan alasan yang sama pada penentuan berat kering, maka dipilih kurva
sedang yaitu Lower pada area Warm Climate.Sehingga dengan 83000 BOPD
diperoleh luas geladak sebesar 30000ft2 atau sama dengan 2787m2.
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
kekuatan luluh 24 ksi ( diambil dari buku “Planning and design of fixed offshore
platform” : 693–694 dan 702 & “Pedoman Rancang bangun bangunan Lepas Pantai
di Perairan Indonesia” : V-2 – V-6).
Sehingga dari tabel 2.1 dengan asumsi kapasitas lateral sebesar 70-90 ton diperoleh
diameter pile yaitu sebesar 36 inchi dan ketebalan dinding pile 1 inch sesuai tabel 2.2
e. Perangkaan
1. Pola Perangkaan
Dengan mempertimbangkan rasio kerampingan kl/r dan perencanaan yang
sederhana untuk menekan biaya produksi tanpa mengabaikan kekuatan struktur, maka
perangkaan struktur menggunakan sistem rangka yang bervariasi yaitu sistem rangka
horizontal dan kombinasi pola perangkaan K dan N
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
masing tingkatnya adalah sebesar 11.67 m (range : 12–18,3 m). Untuk rangka
horisontal, yang terbawah diletakkan sedikit lebih tinggi dari garis Lumpur atau
Mudline.
f. Rangka Tubular
1. Kaki Jacket
Untuk penentuan diameter luar kaki jacket direncanakan dengan menambah
minimal 5 cm dari diameter luar pile (menurut DM.Rosyid dalam makalah pelatihan
segitiga biru “Perencanaan struktur anjungan lepas pantai “ : 14), sehingga diperoleh :
D/t = 45
t = 38/45 = 0.84 inch
2. Sambungan Kaki Jacket (Chord)
Ketebalan sambungan chord ditentukan menurut
D/t = 30
t = 38/30 = 1,27 inch
A. Brace Horisontal
Diambil nilai perbandingan kl/r = 70, k = 0,70 (tabel 2.5)
kl/r = 0,7x 816.929 /0,35d
70 = 571.8503 /0,35d
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
6
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
7
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Kaki Geladak
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
8
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Ketinggian yang dapat dicapai air laut di atas garis air rata-rata (MWL) bisa ditentukan
dengan persamaan berikut :
H = 0,5HM + PAT + PB
PB = Pasang badai
2
RETNO AYU K/ D321 15 005
9
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut Tabel 2.3, dipilih rasio D/t = 40,
sehingga diperoleh;
D/t = 40
t = 19.8 / 40 = 0,49 inchi.
a. Balok Geladak
Rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menentukan profil balok geladak adalah
:
2
Mmaks = ql /12
fb = Mmaks / S
dengan Mmaks adalah momen maksimum yang bekerja tiap 1m lebar pelat geladak, q
adalah beban balok geladak (distribusi beban geladak dikalikan jarak antar balok
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
0
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
geladak), l adalah panjang tak ditumpu balok geladak, fb adalah tegangan yang
bekerja pada pelat, S adalah modulus penampang pelat dan Fb adalah tegangan akibat
momen lengkung yang diizinkan (syarat batas adalah fb < Fb).
• Balok Geladak pada daerah Pengeboran
2
Mmaks = 26267.12 x 12 /12 dengan l = 13.45m
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3
dengan S = 465 inchi
sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)
BAB IV
ANALISIS BEBAN LINGKUNGAN
Pada struktur bangunan lepas pantai, terdapat beberapa kondisi pembebanan yang bekerja yakni
:
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
2
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
B. Beban Hidup (Live Load): merupakan berat keseluruhan peralatan, perlengkapan dan
permesinan yang dapat mengalami perubahan selama kondisi operasional berlangsung.
E. Beban Dinamis (Dynamic Load): merupakan beban yang ditimbulkan oleh reaksi
terhadap gelombang, arus, angin, gempa bumi, permesinan dan lain-lain yang bersifat siklis.
Khusus untuk kondisi pembebanan lingkungan, dikategorikan dalam dua kondisi khusus yakni
:
1. Kondisi pembebanan lingkungan normal; merupakan kondisi yang sering terjadi di lokasi
operasi struktur bangunan lepas pantai.
2. Kondisi pembebanan lingkungan ekstrim; merupakan kondisi yang jarang terjadi di lokasi
operasi struktur bangunan lepas pantai.
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Berikut ini adalah bagian dari beban lingkungan tempat bangunan lepas pantai
beroperasi, yakni :
c) Beban Arus; baik arus yang diakibatkan oleh pasut, badai maupun sirkulasi variabel-
variabel fisik laut.
d) Beban akibat pasut; baik pasut astronomis maupun pasut karena angin
e) Beban Akibat Efek Geologis; seperti gempa bumi, runtuhan, penggerusan, pelepasan gas
dangkal, dan lain-lain.
f) Beban Akibat Organisme Laut; yang menimbulkan penambahan gaya gelombang dan
massa konstruksi.
Beban yang diperhitungkan dalam perencanaan struktur bangunan lepas pantai, pada umumnya
didominasi oleh salah satu beban lingkungan yakni gelombang. Adapun arus dan angin
merupakan beban lingkungan sekunder yang turut diperhitungkan. Untuk itu, perancangan
konstruksi anjungan lepas pantai, harus memperhitungkan kondisi beban gelombang, beban
arus dan beban angin serta kombinasi antara ketiganya, bila terjadi bersamaan.
Perhitungan dan penentuan beban rancang sangat diperlukan dalam mengontrol ukuran material
struktur yang digunakan. Perhitungan beban dapat dianalisis dengan dua cara, yaitu:
Analisa beban statis umumnya dilakukan pada struktur yang tidak terlalu dalam, namun untuk
laut yang lebih dalam di mana untuk pengoperasiannya anjungan cenderung bersifat lebih lentur
(akibat hantaman gelombang secara terus-menerus), maka disamping analisa statis juga perlu
dilakukan analisa dinamis (BKI , 1991).
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dalam analisa statis, beban-beban yang bekerja adalah pembebanan pada struktur jacket
misalnya beban geladak, beban beban bentur kapal (boat landing load) dan beban lingkungan
(gelombang, arus dan angin). Adapun unsur-unsur yang berpengaruh dalam analisa tersebut
adalah gelombang laut, arus dan kecepatan angin yang berpengaruh pada struktur bangunan
atas.
Pada perencanaan bangunan lepas pantai ini, analisa beban difokuskan pada beban-beban
lingkungan diantaranya beban gelombang, beban arus dan beban angin.
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
6
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Pada umumnya bentuk gelombang di alam sangat kompleks dan sulit digambarkan
secara matematis ; karena ketidak-linieran, efek tiga dimensi dan bentuk yang random
(suatu deret gelombang mempunyai tinggi dan periode yang berbeda). Terdapat beberapa
teori dengan berbagai derajat kompleksitas dan ketelitian untuk menggambarkan
gelombang di alam, antara lain Airy, Stokes, Cnoidal dan Soliton.
Karakteristik gelombang yang diperlukan dalam proses perencanaan bangunan lepas pantai
adalah :
1. Elevasi gelombang permukaan
6. Tekanan Gelombang
Teori Gelombang Airy merupakan teori gelombang paling sederhana dari semua
teori gelombang yang ada. Teori ini berdasar atas batasan bahwa amplitudo gelombang
yang terjadi, sangatlah kecil dibanding kedalaman laut dan panjang gelombangnya.
Teori ini diturunkan dari persamaan Laplace untuk Irrotasional Flow dengan kondisi
batas dasar laut dan permukaan air.
Teori Gelombang Airy selengkapnya dapat dilihat pada 3.2.2 Perhitungan Beban
Gelombang .
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
7
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
besar, maka suku tidak linear tersebut, tidak boleh diabaikan. Olehnya diterapkan teori
Stokes, dengan memperhitungkan besara-besaran yang berorde lebih tinggi; sehingga
didapatkan nilai tambahan dari kompenen persamaan yang berorde lebih tinggi
tersebut, seperti orde dua ,orde tiga dan seterusnya.
- Teori Gelombang Stoke Derajat Lima
Teori gelombang stoke yang diisyaratkan oleh klasifikasi dalam menentukan
beban gelombang adalah teori gelombang stoke derajat lima. Adapun notasi yang
digunakan dalam perhitungan memiliki persamaan dengan teori gelombang airy.
Untuk tinggi gelombang H, bilangan gelombang k dan frekwensi gelombang
dalam arah x, perpindahan permukaan air (free-surface water deflection) diperoleh
dari persamaan:
5
= 1/k . Fn cos n (kx - t) (3.2)
n 1
dimana :
F1 = a
F2 = a2 F22 + a4 F24
F3 = a3 F33 + a5 F35 (3.3)
F4 = a4 F44
F5 = a5 F55
Dengan F22 , F24 ,F33 , dst merupakan parameter profil gelombang yang
tergantung pada parameter h/ = kh/2, (Tabel 3.1).
Sedangkan nilai a tergantung dari parameter tinggi gelombang, melalui
persamaan :
kH = 2[a + a3 F33 + a5 ( F35 + F55 )] (m-1) (3.4)
Kecepatan air horisontal dan kecepatan verikal air v (pada kedudukan x , waktu
t dan jarak dari dasar laut y) dirumuskan dengan :
5
u = ( /k) . Gn
cosh nky
cos n (kx - t) (m/s) (3.5)
1 sinh nkh
5
v = ( /k) . Gn
sinh nky
sin n (kx - t) (m/s) (3.6)
1 sinh nkh
dimana :
G1 = aG11 + a3 G13 + a5 G15
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
8
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5
ay = (-kc2/2) 1
Sn cos n (kx - t) (m/s2) (3.11)
dimana :
Un = Gn (cosh nky/sinh nkh) (3.12)
Vn = Gn (sinh nky/sinh nkh) (3.13)
R1 = 2U1 – U1U2 – V1V2 – U3U3 – V2V3
R2 = 4U2 – U12 + V12 – 2U1U2 – 2V1V3
R3 = 6U3 – 3U1U2 + 3V1V2 – 3U1U4 – 3V1V4 (3.14)
R4 = 8U4 – 2U22 + 2V22 – 4U1U3 + 4V1V3
R5 = 10U5 – 5U1U4 – 5U2U3 + 5V1V4 + 5V2V3
S1 = 2V1 – 3U1V2 – 3U2V1 – 5U2V3 – 5U3V2
S2 = 4V2 – 4U1V3 – 4U3V1
(3.15)
S3 = 6V3 – U1V2 + U2V1 – 5U1V4 – 5U4V1
S4 = 8V4 – 2U1V3 + 2U3V1 + 4U2V2
3
RETNO AYU K/ D321 15 005
9
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gelombang soliton adalah gelombang berjalan yang terdiri dari satu puncak
gelombang. Jika gelombang memasuki perairan yang sangat dangkal, amplitudo
gelombang menjadi sangat tinggi, puncaknya menjadi sangat tajam dan lembahnya
menjadi semakin datar. Gelombang Soliton merupakan gelombang translasi, dimana
kecepatan partikel air hanya bergerak dalam penjalaran gelombang.
4
RETNO AYU K/ D321 15 005
0
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
D 2
f 1 2 C D D u u C I ax ………………………. (3.16)
4
dimana : ρ = Kerapatan Fluida
CD = Koefisien Gesek (menurut API, 1980 = 0,6 ~ 1,0)
CI = Koefisien Inersia (menurut API, 1980 = 1,5 ~ 2,0)
u = Kecepatan Air Horizontal
ax= Percepatan Air Horizontal.
Menurut rekomendasi API RP2A 1980, nilai CD berkisar antara 0,6 sampai 1,0 dan
nilai CI berkisar antara 1,5 sampai 2,0 (Offshore Struktural Engineering, P. 114) dan
menurut API RP2A 1977 untuk perhitungan dengan teori gelombang Stoke derajat lima
CD berkisar antara 0,6 sampai 1,0 dan Ci berkisar antara 1,5 sampai 2,0 (Mechanic of wafe
forces on offshore structures, p. 313).
Dalam perhitungan ini karena yang akan ditentukan adalah beban rancang
maksimum maka nilai yang digunakan adalah CD = 1,5 dan Ci = 2,0.
Dengan demikian dapat diperoleh model distribusi gaya gelombang yang bekerja
pada pile sebagai berikut :
y
C
SWL
Sea floor y = 0
x
4
RETNO AYU K/ D321 15 005
1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Nilai FD dan FI menyatakan gaya gesek dan gaya inersia yang bekerja pada selinder
yang masing-masing mempunyai persamaan :
C D D sinh 2 ky 2ky
FD = ( H ) sinh 2 kh sinh 2 kh cost cost …………..…………….(3.18)
2
2k
dan
CI D 2 2 sinh ky
FI = H sin t ………………………………………… (3.19)
2k 4 sinh kh
IV.3. Beban Arus
A. Kecepatan Arus
Arus merupakan kondisi lingkungan yang penting untuk diperhitungkan dalam
perancangan anjungan lepas pantai karena mempunyai pengaruh pada :
a. Letak dan arah kedudukan sandaran kapal dan dampra tongkang.
b. Gaya yang diderita anjungan
Arus pada umumnya dikategorikan ke dalam :
a. Arus pasang surut (terkait dengan pasang surut astronomi)
b. Arus sirkulasi (terkait dengan pola sirkulasi skala laut)
c. Arus yang ditimbulkan oleh badai/ angin
Hasil penjumlahan vektor dari ketiga arus tersebut merupakan arus total. Besaran
relatif dari semua komponen vektor ini sangat tergantung pada kondisi lepas pantai
setempat.
Arus laut dapat memberikan pengaruh pada beban dinamis, yaitu pada gaya drag
dalam persamaan Morrison. Besar dan arah dari arus pasang surut pada permukaan air
umumnya diperoleh dengan mengukur besarnya arus pada daerah setempat.
Variasi kecepatan arus dapat dihitung dengan persamaan :
4
RETNO AYU K/ D321 15 005
2
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
B. Gaya Arus
Gaya arus pada struktur merupakan kombinasi dari gaya angkat (lift) dan gaya drag.
Gaya lift baru diperhitungkan bila pembebanan terjadi pada slinder panjang dengan
perbandingan panjang diameter yang besar. Besar gaya arus pada struktur adalah :
fL = 0,5 . ρ .CL .D . UT2 ………………………………. (3.21)
fD = 0,5 . ρ .CD .D . U T2 ………………………………. (3.22)
dengan: fL = gaya angkat persatuan panjang (N/m)
fD = gaya drag persatuan panjang (N/m)
CL = koefisien gaya angkat
CD/3 (Buku Pedoman Rancang Bangun, PII.22)
CD = koefisien gaya drag
D = Diameter batang struktur
4
RETNO AYU K/ D321 15 005
3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Balok 1,5
Silinder 0,5
Sisi – sisi bangunan 1,5
Proyeksi area platform 1,0
4
RETNO AYU K/ D321 15 005
4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
V
4
RETNO AYU K/ D321 15 005
5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4
RETNO AYU K/ D321 15 005
6
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dalam perhitungan berbagai gaya gelombang (f), beban yang bekerja pada tiang
silinder untuk tiap panjangnya pada diameter D, digunakan persamaan
Morisson dengan formula sebagai berikut :
D 2
f 1 2 C D D u u C I a (3.29)
4
dimana ρ menyatakan massa jenis air laut, CD dan CI adalah koefisien gaya
gesek dan gaya inersia, u dan ax adalah kecepatan dan percepatan air.
0.897508x4,5 coshx0.83085x29.17
μ= cos (0.83085 x 5,21 - 0.897508 x 0)
2 sinhx0.83085 x31
μ= 0.749476175m/s
2 H Coshky
ax Sin (kx t )
2 Sinhkh
4
RETNO AYU K/ D321 15 005
8
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
ax
= 2 sinhx0.83085 x31
ax = 0.672728242 m/s2
Diketahui:
Diameter elemen (D) = 0.965 meter.
Koefisien gaya gesek, CD = 1
Koefisien gaya inersia, CI = 2,0
Gaya gelombang Horisontal arah sumbu x yang bekerja pada elemen 126
3,14 𝑋 0.9652
F = 0,5 x 1,025 x 1 x 0.965 x 0,7494 x 0,7494 + (1,025x2,0) x 0.18689
4
F = 0.8375 kN/m2
E. Beban Arus
Untuk menyederhanakan perhitungan, arus dianggap bergerak horizontal dengan
arah searah sumbu global-X (nol derajat).
Gaya arus dihitung pada elemen dengan pusat beban berada di pertengahan elemen
(untuk elemen yang berada di bawah air) dan pusat beban berada di permukaan air
(untuk elemen yang sebagian berada di atas permukaan air).
Kecepatan Arus
Kecepatan arus pada elemen 20 dengan y = -25.16 m dan U0 = 0,21 m/s adalah
sebagai berikut :
UT = U o (y/h) 1/7
= -0,0243 m/s
Gaya Arus
Perhitungan gaya arus, sebagai contoh elemen 20 (y= -25.16 m dan D =0.965 m).
Dengan ρ = 1,025 ton/m3 CD = 1,0 dan CL C D/3 = 0,333, maka gaya angkat (f L)
dan gaya drag (f D ) adalah sebagai berikut :
2
fL= 0,5..CI. D. UT
2 4
=0,5 x 1,025 x 0,333 x 0.965 x (-0.0243) RETNO AYU K/ D321 15 005 9
= 0,0000972 kN/m
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2
fD= 0,5..CD. D. UT
2
= 0,5 x 1,025 x 1 x 1,42 x (-0,0579)
= 0,000292 kN/m
Jadi,
fTotal = FD + FL
= 0,0000972 + 0,000292 = 0.0003892 kN/m
Jadi besar beban arus pada elemen 24 adalah: = 0.0003892 kN/m
F. Beban Angin
Untuk menyederhanakan perhitungan, angin dianggap bergerak horizontal dengan
arah searah sumbu global X (nol derajat). Gaya angin dihitung pada bangunan atas
(deck) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
2
F = ½ . . CW. A.V
dimana :
: massa jenis udara; 1,29 Kg/m3
Cw : Koefisien gaya angin
A : luas bidang tangkap angin (m2)
V : kecepatan angin (m/dtk)
2m
5m
5m
15 m 15 m
5,6
45 m
28,5 m
5
RETNO AYU K/ D321 15 005
1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB V
KESIMPULAN
5
RETNO AYU K/ D321 15 005
2
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Struktur Jacket :
: Diameter = 38 inch, tebal = 0.84 inch
Kaki Jacket
: Diameter = 40.5 inch, tebal = 0.84 inch
SambunganKaki Jacket
: Diameter = 23.3 inch, tebal = 0,58 inch
Brace horizontal
: Diameter = 22.9 inch, tebal = 0,51 inch
Brace K, N
: Diameter = 25 inch, tebal = 0,61 inch
Skirt Pile
Luasan Geladak :
Geladak Produksi : 40 x 20 m2
Geladak Pengeboran : 40 x 20 m2
Geladak Instalasi : 40 x 20 m2
Geladak Akomodasi : 18 x 18 m2
Geladak Helideck : 16 x 16 m2
5
RETNO AYU K/ D321 15 005
3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Struktur Geladak :
Kaki Geladak : Diameter = 38 inch, tebal = 0.95 inch
Brace Geladak : Diameter = 19.8 inch, tebal = 0,49 inch
Balok Geladak : Profil WF baja mutu A36,Fb=24ksi(165Mpa)
Pelat Geladak : Pelat baja mutu A36, Fb=24ksi(165Mpa)
DAFTAR PUSTAKA
A.Y Baeda, “Perencanaan Bangunan Lepas Pantai Tipe Fixed Jacket Platform’,
Makassar, 2005
G.Dean Robert, and Dalrymple Robert A, “Water Wave Mechanics for Engineers and
Scientist”, Cornel University , USA. 2000.
Graff, W.J.” Introduction to Offshore Structure Design” Gulf Publishing Company, Houston,
Texas, 1984.
Hsu, Teng H, “ Applied Offshore Structural Engineering” Gulf Publishing Co, 1984.
Kumpulan makalah mengenai “Offshore Engineering” dalam rangka kerjaa sama segitiga biru
(UNHAS-ITS-UNPATTI).
Mc.Clelland, Bramalette and Refel D.Michael,” Planning and Design of Fixed Offshore
Platform” Vann Nostrand Reinhold Company, New York.
5
RETNO AYU K/ D321 15 005
4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
LAMPIRAN
5
RETNO AYU K/ D321 15 005
5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1. Gaya Angin
Dimensi Geladak
Depan Samping
No Geladak Dimensi Dimensi
l t A l t A
1 Produksi 40 6.096 243.8 20.0 6.096 121.9
2 Pengeboran 40 6.096 243.8 20.0 6.096 121.9
3 Instalasi 40 6.096 243.8 20.0 6.096 121.9
4 Akomodasi 1 18 2.5 45.0 18.0 2.5 45.0
5 akomodasi 2 18 2.5 45.0 18.0 2.5 45.0
6 Helidek 16 0.3 4.8 16.0 0.3 4.8
7 Kaki Geladak 0.97 6.16 5.9 1.0 6.16 5.9
8 Tower AutoCAD 42.4 AutoCAD 20.4
826.3 460.6
Sesuai dimensi di atas maka dapat ditentukan gaya angin 2573.76 2573.76
pada geladak dan bangunan atas seperti berikut :
F (kN) 4122.49382
5
RETNO AYU K/ D321 15 005
6
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5
RETNO AYU K/ D321 15 005
7