Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

STUDI PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)


PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG DI PELABUHAN
BODDIA TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

OTORITAS PELABUHAN UTAMA MAKASSAR


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014

1
1. LATAR BELAKANG (WHY)
a. Dasar Hukum
Undang-undang RI No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain
mengamanatkan penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan
perspektif penyusunan anggaran.

Untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara oleh


Pemerintah maka setiap Kementerian Negara/ Lembaga wajib menyusun
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL), yang merupakan
kompilasi dan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja (RKA-SK) uang disusun
oleh Satuan Kerja. RKA-SK secara teknis berupa program kegiatan yang
memuat uraian sasaran yang hendak dicapai dan dilengkapi dengan data
dukung berupa Kerangka Acuan Kerja Terms of Reference (TOR), perhitungan
pembiayaan, justifikasi dan dokumen yang memadai. Maksud dari penyusunan
Kerangka Acuan Kerja ini adalah sebagai penjelasan/keterangan atas program
kerja untuk memperoleh alokasi anggaran dalam DIPA.

Selanjutnya Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


mengindikasikan perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pembangunan pelabuhan
tersebut harus direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis
kepelabuhanan, kelestarian lingkungan dan memperhatikan keterpaduan intra
dan antar moda transportasi.

Di samping itu, Peraturan Menteri Perhubungan No.KM 31 Tahun 2006 tentang


Pedoman dan Proses Perencanaan di lingkungan Kementerian Perhubungan
mengamanatkan adanya pelaksanaan Detail Engineering Design sebagai salah
satu syarat pembangunan infrastruktur transportasi, termasuk fasilitas
pelabuhan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM. 92 Tahun 2013
Tanggal 11 Desember 2013 Tentang Rencana Induk Pelabuhan Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan, dimana Pelabuhan Boddia adalah salah satu bagian
terpadu dari Greater Port of Makassar.

Kondisi eksisting Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar yang berdekatan


dan hanya dibatasi oleh pagar dengan aktivitas terminal Multipurpose Terminal
Soekarno. Secara langsung berpengaruh kepada keselamatan dan
kenyamanan penumpang yang melakukan embarkasi dan debarkasi. Terkait
hal tersebut Pengembangan terminal penumpang Pelabuhan Boddia
merupakan solusi bagi Terminal Penumpang di Pelabuhan Makassar yang
kedepannya Pelabuhan Boddia akan dapat melayani kapal penumpang baik
berskala nasional maupun internasional dan dapat melayani trend kapal
penumpang nasional yang juga mengangkut kendaraan dan petikemas sebagai
muatan tambahan dan kapal - kapal pesiar internasional (Cruise Ships).

Mengacu pada hal tersebut maka dibutuhkan perencanaan dermaga yang


konstruktif yang mampu menampung segala aktivitas yang berhubungan
dengan hal tersebut diatas. Untuk itu dibutuhkan survey dan perencanaan yang
dinamis untuk beberapa periode kedepan dengan mengacu kepada

2
standarisasi perencanaan pelabuhan dari berbagai referensi yang ada, baik
dari lokal sendiri maupun dari nonlokal agar keselamatan dan kenyamanan
penumpang kapal laut baik itu nasional maupun internasional dapat terlaksana.

b. Gambaran Umum
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk melakukan pengumpulan data di lapangan
maupun data sekunder, melakukan survai, studi, evaluasi dan analisis untuk
membuat Desain Rinci Fasilitas Pelabuhan. Tujuannya adalah agar diperoleh
Desain Rinci pembangunan dermaga untuk kapal penumpang, Terminal
Penumpang, terminal kapal pesiar internasional (Cruise Ships) dan Breakwater
yang disusun agar dapat mewujudkan pemanfaatan areal pelabuhan yang
optimal, serasi dan berkualitas, sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan
dan pengembangan wilayah serta sesuai dengan kemampuan daya dukung
lingkungan.
Oleh karena itu, pengembangan pelabuhan sesuai dengan masterplan yang
telah direncanakan perlu dilakukan sesuai dengan prediksi demand. Untuk
mengakomodir pengembangan pelabuhan, maka diperlukan adanya Detail
Engineering Design (DED) untuk merencanakan pengembangan pelabuhan
yang sesuai kebutuhan dan optimum sesuai fungsinya.

2. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN (WHAT)

a. Uraian Kegiatan
1) Survey Reconnaissance
2) Survey Hidrografi dan Topografi (untuk pengembangan) dan Survey kondisi
struktur fasilitas pelabuhan eksisting.
3) Survey dan Penyelidikan Tanah
4) Desain Perencanaan Konstruksi

b. Ruang Lingkup Kegiatan


1) Survey Reconnaissance
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam pelaksanaan reconnaissance
yakni mengamati fasilitas pelabuhan eksisting dan perbandingannya
terhadap master plan sesuai dengan kebutuhan eksisting apakah sesuai
dengan masterplan.
Di samping itu, dilakukan pula pengumpulan data-data sekunder meliputi
kondisi pelabuhan yang ada (informasi teknis dan operasional) dan
masterplan/ rencana pengembangan pelabuhan.

2) Survey Hidrografi dan Topografi (untuk pengembangan)


Wilayah survey hidrografi seluas 20 Ha dan topografi seluas 8 Ha (luas
dapat berubah sesuai dengan hasil survey reconnaissanse) untuk
mendapatkan gambaran tentang Konfigurasi dasar laut/sungai disekitar
pelabuhan eksisting, Profil /potongan melintang pantai, laut/sungai dan areal
darat, Koordinat fasilitas pelabuhan eksisting, Kedudukan pasang surut,
Kedudukan dan arah arus, Arah gelombang dominan, tinggi gelombang dan
periode gelombang dan kondisi areal darat beserta fasilitiasnya.

3
3) Survey dan Penyelidikan Tanah
Pekerjaan ini berupa penelitian di lapangan dan di laboratorium adalah
untuk mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah di bawah permukaan.
Dimana hasil pekerjaan penyelidikan tanah ini dimaksudkan sebagai data
yang akan dipergunakan untuk melaksanakan konstruksi yang akan
dibangun di lokasi bersangkutan. Hasil tersebut harus memadai sebagai
bahan analisa perencanaan dan perhitungan yang meliputi:
- Perencanaan sistem pondasi
- Analisa daya dukung untuk pondasi
- Analisa penurunan tanah
- Analisa perbaikan tanah
- Perencanaan retaining wall dan analisa slip circle
Kegiatan yang dilakukan pada saat survey penyelidikan tanah antara lain:
- Boring laut: 2 titik (diujung dermaga terluar rencana jika dilakukan
pengembangan/rehabilitasi pada sisi laut)
- Sondir darat: 2 titik (titik sondir dilakukan sesuai rencana
pengembangan/rehab yang memerlukan daya dukung tanah seperti
causeway, talud, reklamasi, gedung kantor dll.)
- Uji lapangan Undisturbed dan disturbed soil
- Uji Laboratorium Undisturbed dan disturbed soil

4) Desain Perencanaan Konstruksi


Lingkup pekerjaan pembuatan desain meliputi perhitungan konstruksi,
Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB)
dan gambar rencana.

c. Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Teknis


Kualifikasi minimal dari personil yang dipersyaratkan untuk pekerjaan ini adalah
sebagai berikut:

I. TENAGA AHLI
1. Team Leader (1 Orang selama 5 bulan)
Seorang Ahli Pelabuhan dengan latar belakang minimal Sarjana S2
Teknik Sipil berpengalaman minimum 10 tahun dengan kualifikasi
Ahli Madya yang akan bertugas untuk mengkoordinir pelaksanaan
Perencanaan, yang bertugas antara lain:
a. Memimpin dan memberikan pengarahan kepada setiap anggota tim
didalam melakukan tugasnya, baik tugas di lapangan maupun di
kantor.
b. Menyusun program pelaksanaan pekerjaan yang terdiri atas
program teknis, jadwal kegiatan, manajemen dan organisasi tim.
c. Turut serta melaksanakan kegiatan di lapangan.
d. Memberikan informasi-informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan
teknis yang berkaitan dengan detail pekerjaan serta pembiayaan
dan persiapan pembuatan dokumen tender.
e. Melaksanakan konsultasi, kontak, diskusi dengan pihak owner
pekerjaan.

4
f. Bertanggung jawab terhadap hasil akhir seluruh pekerjaan, termasuk
di dalamnya penyiapan pelaporan yang dapat diterima oleh pihak
owner proyek.

2. Port Engineer (1 Orang selama 3 bulan)


Seorang Ahli Pantai dan Pelabuhan dengan Latar Belakang minimal
Sarjana S1 Teknik Sipil berpengalaman minimum 5 tahun di
pelabuhan dengan kualifikasi Ahli Muda. Tugas utama Tenaga Ahli ini
adalah melakukan kajian teknik pantai dalam kegiatan studi
pengembangan pelabuhan.

3. Coastal Engineer (1 Orang selama 2 bulan)


Seorang Ahli Pantai dan Pelabuhan dengan Latar Belakang minimal
Sarjana S1 Teknik Sipil berpengalaman minimum 5 tahun di
pelabuhan dengan kualifikasi Ahli Muda. Tugas utama Tenaga Ahli ini
adalah melakukan kajian teknik pantai dalam kegiatan studi
pengembangan pelabuhan.

4. Geodetic Engineer (1 Orang selama 2 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Sipil/Geodesi berpengalaman
minimum 5 tahun dengan kualifikasi Ahli Muda. Tugas utama Tenaga
Ahli ini adalah melaksanakan survai topogografi dan hidrogafi.

5. Arsitek (1 Orang selama 3 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Arsitektur berpengalaman
minimum 5 tahun dengan kualifikasi Ahli Muda. Mempunyai tugas
membuat desain bangunan-bangunan di pelabuhan seperti kantor,
gudang, dan lain-lain.

6. Structure Engineer (1 Orang selama 3 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Sipil berpengalaman minimum 5
tahun dengan kualifikasi Ahli Muda. Tugas utama Tenaga Ahli ini
adalah melakukan perencanaan struktur bangunan pelabuhan beserta
fasilitasnya.

7. Geotechnical Engineer (1 Orang selama 3 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Sipil berpengalaman minimum 5
tahun dengan kualifikasi Ahli Muda. Mempunyai tugas menganalisa
kondisi tanah di sekitar lokasi pekerjaan dan merekomendasikan jenis
pondasi yang sesuai dengan jenis tanah di lokasi pekerjaan.

8. Mechanical / Electrical Engineer (1 Orang selama 2 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Mesin/Elektro berpengalaman
minimum 5 tahun dengan kualifikasi Ahli Muda. Mempunyai tugas
menghitung kebutuhan daya listrik, sekaligus merencanakan pasokan
daya mulai dari gardu sampai ke jaringan distribusi, penerangan dalam

5
dan luar ruang, sistem genset cadangan, penangkal petir dll. Selain itu
juga Mempunyai tugas menganalisa kebutuhan air bersih di lokasi
pekerjaan sekaligus merencanakan sistem penampungan, distribusi
baik untuk konsumsi maupun untuk sistem hidran pemadam
kebakaran. Merencanakan sistem plumbing dan seluruh sistem
perpipaan di dalam maupun diluar ruang.

9. Highway/Drainage Engineer (1 Orang selama 2 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Sipil berpengalaman minimum
5 tahun dengan kualifikasi Ahli Muda. Tugas utama Tenaga Ahli ini
adalah melakukan perencanaan lay-out jalan akses, jalan-jalan dalam
pelabuhan, struktur perkerasan dan system drainase.

10. Document Specialist (1 Orang selama 2 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik berpengalaman minimum
5 tahun dengan kualifikasi Ahli Muda yang bertugas menyiapkan
Dokumen Lelang termasuk diantaranya ; Pedoman bagi peserta lelang,
Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity, Gambar Teknis, sehingga siap
untuk digunakan untuk dilelangkan.

11. Cost Estimator (1 Orang selama 2 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Sipil berpengalaman minimum
5 tahun dengan kualifikasi Ahli Muda. Tugas utama Tenaga Ahli ini
adalah menyusun rencana anggaran biaya pembangunan pelabuhan.

II. ASISTEN TENAGA AHLI

1. Arsitek (1 Orang selama 3 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Arsitektur berpengalaman
minimum 3 tahun dengan kualifikasi Ahli Pratama. Mempunyai tugas
membantu dan bersama-sama tenaga ahli Arsitek membuat desain
bangunan-bangunan di pelabuhan seperti kantor, gudang, dan lain-lain.

2. Structure Engineer (1 Orang selama 3 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Sipil berpengalaman minimum
3 tahun dengan kualifikasi Ahli Pratama. Mempunyai tugas membantu
dan bersama-sama Tenaga Ahli Arsitek melakukan perencanaan
struktur bangunan pelabuhan beserta fasilitasnya.

3. Geotechnical Engineer (1 Orang selama 3 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Sipil berpengalaman minimum
3 tahun dengan kualifikasi Ahli Pratama. Mempunyai tugas membantu
dan bersama-sama Tenaga Ahli Geoteknik menganalisa kondisi tanah
di sekitar lokasi pekerjaan dan merekomendasikan jenis pondasi yang
sesuai dengan jenis tanah di lokasi pekerjaan.

6
4. Mechanical / Electrical Engineer (1 Orang selama 2 bulan)
Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Mesin/Elektro berpengalaman
minimum 3 tahun dengan kualifikasi Ahli Pratama yang bertugas
membantu dan bersama-sama Tenaga Ahli M/E Engineer menghitung
kebutuhan daya listrik, sekaligus merencanakan pasokan daya mulai
dari gardu sampai ke jaringan distribusi, penerangan dalam dan luar
ruang, sistem genset cadangan, penangkal petir dll. Selain itu juga
Mempunyai tugas menganalisa kebutuhan air bersih di lokasi
pekerjaan sekaligus merencanakan sistem penampungan, distribusi
baik untuk konsumsi maupun untuk sistem hidran pemadam
kebakaran. Merencanakan sistem plumbing dan seluruh sistem
perpipaan di dalam maupun diluar ruang.

5. Highway/Drainage Engineer (1 Orang selama 2 bulan)


Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Sipil dengan pengalaman
minimum 3 tahun dengan kualifikasi Ahli Pratama. Mempunyai tugas
membantu dan bersama-sama Tenaga Ahli Highway/Drainage
Engineer melakukan perencanaan lay-out jalan akses, jalan-jalan
dalam pelabuhan, struktur perkerasan dan system drainase.

III. TENAGA PENUNJANG

1. Surveyor (3 Orang selama 2 bulan)


Minimal ; Minimal SMK Surveyor dengan pengalaman Minimum 3
tahun dalam bidang Survey.

2. CAD Operator (4 Orang selama 3 bulan)


Minimal Ahli Madya D3 Teknik Sipil/Arsitektur dengan pengalaman
minimum 5 tahun dalam bidang penggambaran teknik dan
bersertifikat Auto CAD.

3. Operator Komputer (1 Orang selama 5 bulan)


Minimal Ahli Madya D3 Komputer dengan pengalaman minimum 5
tahun dalam bidang administrasi perkantoran.

4. Staf Administrasi Proyek (1 Orang selama 5 bulan)


Minimal Ahli Madya D3 Ekonomi/Akuntansi dengan pengalaman
minimum 5 tahun dalam bidang administrasi perkantoran.

3. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud Kegiatan
Pekerjaan Detail Engineering Design (DED) ini dimaksudkan untuk
melakukan pengumpulan data di lapangan maupun data sekunder,
melakukan survai, studi, evaluasi dan analisis untuk membuat Desain
Rinci Fasilitas Pelabuhan. Tujuannya adalah agar diperoleh Desain Rinci
pembangunan dermaga untuk kapal penumpang, Terminal Penumpang,

7
terminal kapal pesiar internasional (Cruise Ships) dan Breakwater yang
disusun agar dapat mewujudkan pemanfaatan areal pelabuhan yang
optimal, serasi dan berkualitas, sesuai dengan kebijaksanaan
pembangunan dan pengembangan wilayah serta sesuai dengan
kemampuan daya dukung lingkungan.

b. Tujuan Kegiatan
Mendapatkan gambaran kondisi eksisting dan kesesuaian dengan
masterplan dalam pengembangan pelabuhan sehingga terbentuklah
pelabuhan yang tepat guna sesuai dengan fungsi dan perannya.

4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN


a. Indikator Keluaran (Kualitatif)
1) Pengembangan pelabuhan akan meningkatkan pelayanan jasa
kepelabuhanan dan transportasi laut kepada masyarakat di sekitar
lokasi.

2) Peningkatan aktivitas transportasi di wilayah setempat akan


mendukung perekonomian lokal maupun nasional.

b. Keluaran (Kuantitatif)
Hasil pekerjaan dilaporkan secara tertulis kepada pengguna jasa dalam
bentuk buku yang dijilid dengan baik dan disusun secara sistematis
beserta softcopy nya dalam bentuk CD atau DVD.
1) Laporan Pendahuluan dan Antara (Hasil Reconnaissance Survey dan
Interim Report)
Laporan dibuat masing-masing sebanyak 10 (sepuluh) buku, Isi
laporan meliputi:
- Kondisi operasional pelabuhan yang ada berupa data jenis, ukuran
dan jumlah kapal eksisting dan kesesuaian dengan masterplan.
- Berita acara pelaksanaan reconnaissance survey.
- Foto-foto memanjang dari laut ke pantai.
- Tanggapan terhadap KAK.
- Analisa pasang surut digunakan metode admiralty yang dibandingkan
dengan metode least square (dipilih analisa metode yang hasilnya
paling mendekati data pasang surut sebenarnya)
- Gambar hasil survey bathimetri menggunakan kertas A0
- Prosedur pekerjaan lapangan, uraian teknis bila ada penyimpangan.
- Pengambilan titik-titik tetap dan elevasinya terhadap LWS.
- Spesifikasi-spesifikasi peralatan pokok.
- Penetapan koordinat, levelling, penentuan azimuth matahari,
konstanta harmonis berikut AT dan LWS,
- Data arus, grafik kecepatan arus yang memperlihatkan hubungannya
dengan pasang surut, peta arah dan kecepatan arus.
- Grafk Pasang surut lengkap dengan HWS, MSL dan LWS.
- Data meteorologi (curah hujan minimum 5 tahun terakhir dan data
angin).

8
- Gambar situasi (hasil survey hidrografi/topografi) dilengkapi dengan
koordinat dan posisi pengamatan arus.
- Gambar profil melintang dan memanjang.
- Semua gambar harus dilengakapi dengan tanggal pelaksanaan,
nama dan tanda tangan pelaksana, penggambar dan penanggung
jawab.
- Evaluasi dan rekomendasi sementara hasil survey.
- Semua berita acara dari semua tahapan dan penyelesaian pekerjaan
lapangan. Semua data asli hasil pengukuran dijilid tersendiri dan
diserahkan kepada Pengguna Jasa saat pembahasan laporan
(presentasi) dengan Tim Evaluasi Teknis
- Data Sekunder.

2) Draft Laporan Akhir Survey dan Draft Final Desain (Draft Final Report
Survey and Design).
Setelah seluruh pekerjaan lapangan dan pekerjaan laboratoruim
selesai, penyedia jasa konsultasi diminta menyampaikan draft laporan
akhir survey masing-masing sebanyak 10 (sepuluh) buku yang
merupakan penyempurnaan Laporan Antara dan dilengkapi dengan:
- Bor-log yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman dalam m-
LWS dan N-SPT, soil description berdasarkan contoh tanah yang
diperoleh dari spon sampler, sample dan lain-lain dengan
memasukkan hasil dan besaran dari percobaan laboraturium.
- Gambar korelasi (statigrafi) tanah antar bor-log dengan konstanta
kedalaman m-LWS dan N-SPT.
- Hasil pekerjaan survey berupa grafik-grafik dan tabel-tabel yang
menggambarkan besaran-besaran tahanan ujung (end resistance),
tahanan geser setempat (local friction) dan jumlah tahanan geser
(total friction).
- Hasil percobaan laboratorium lengkap dengan lampiran-lampiran
grafik, tabel dan lain-lain untuk penentuan index dan properti fisik
tanah.
- Evaluasi atas hasil pekerjaan lapangan dan laboratorium
- Posisi/koordinat titik-titik boring diplotkan dalam gambar
hidrografi/topografi.
- Hubungan antara derajat konsolidasi (u%) dengan waktu penurunan
(time settlement).
- Klasifikasi tanah.
- Rekomendasi dan kesimpulan yang meliputi rencana sistem pondasi,
analisa daya dukung tanah dan analisa soil improvement
- Apabila hasil-hasil laboratorium tidak sesuai dengan lapangan atau
dijumpai kejanggalan-kejanggalan dalam hasil lapangan/laboratorium
maka Penyedia jasa Konsultasi dapat merekomendasikan tambahan
pekerjaan penyelidikan tanah sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.
- Data sekunder yang dibutuhkan.
- Analisa sistem konstruksi fasilitas pelabhan yang dibutuhkan
berdasarkan hasil survey
- Sistem pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan sistem struktur yang
digunakan dan tidak merusak fasilitas pelabuhan eksisting.
- Kebutuhan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan.

9
- Gambar-gambar detail konstruksi yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
- Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) mencakup item/pekerjaan
sesuai dengan perencanaan.
- Pada setiap kolom keterangan gambar kostruksi, dilengkapi dengan
keterangan titik sondir dan boring, dengah fasilitas pelabuhan
eksisting dan rencana, tampak, porongan dan detail konstruksi.
- Spesifikasi umum dan khusus
- Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebanyak 2 (Dua) buku
- Analisa harga satuan
- Perhitungan konstruksi
- Presentasi

3) Laporan Akhir (Final Report Design)


Dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku merupakan penyempurnaan dari
laporan sebelumnya dan di presentasikan.

4) Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)


Dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku yang meliputi ringkasan hasil
survey yang telah dilakukan dan layout pelabuhan eksisting dan
rencana.

5) Album gambar A3
Dibuat sebanyak 7 (tujuh) buku yang meliputi gambar survey yang
telah dilakukan dan layout pelabuhan eksisting dan rencana.

6) Compact Disk (CD)


Dibuat sebanyak 5 (lima) CD. Berisi semua softcopy laporan yang
telah disempurnakan.

7) Flash Disk (FD)


Dibuat sebanyak 1 (Satu) FD. Berisi semua softcopy laporan yang
telah disempurnakan.

5. LOKASI PELAKSANAAN KEGIATAN (WHERE)


Kegiatan Studi DED akan dilakukan Lingkup pekerjaan Studi Penyusunan
Pembangunan Terminal Penumpang Di Pelabuhan Boddia - Takalar

6. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN (WHO)


a. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Studi Penyusunan DED Pembangunan Terminal Penumpang di
Pelabuhan Boddia Takalar Provinsi Sulawesi Selatan akan dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa Konsultansi yang diseleksi melalui proses seleksi
sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

10
b. Penanggung Jawab Kegiatan
Penanggung jawab kegiatan adalah Otoritas Pelabuhan Utama Makassar.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut selaku Kuasa Pengguna Anggaran
yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Menteri Perhubungan
Republik Indonesia.
c. Penerima Manfaat
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia.

7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN (WHEN)


a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Untuk pelaksanaan pekerjaan ini, Penyedia Jasa Konsultansi diberikan
waktu 120 (seratus lima puluh) hari kalender terhitung sejak kontrak
ditandatangani.
b. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan (Schedule)
Jadwal pelaksanaan kegiatan disampaikan terlampir.

8. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN (HOW)


a. Pekerjaan Pemeruman (Sounding)
1) Koordinat titik-titik dalam peta hidrografi harus mengunakan koordinat
geografis (disarankan menggunakan GPS), atau dapat menggunakan
koordinat lokal (x,y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).
2) Pengukuran-pengukuran sudut dalam penentuan titik referensi dan
beacon maupun azimuth menggunakan theodolit Wild T2.
3) Semua perhitungan agar dilampirkan dalam laporan.
4) Pengukuran jarak basis lebih dari 200 m diukur dengan alat ukur optik
(theodolit Wild T2), untuk jarak basis kurang dari 200 m boleh
memakai alat pengukur panjang pita baja (meetbond).
5) Kedalaman diukur dengan alat perum gema (echosounder) dengan
ketelitian yang tinggi dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna
Jasa. Alat perum gema yang dimaksud adalah alat gema yang
mengunakan kertas pencatat kedalaman dan bukan sinar, dengan
skala 1 cm pada kertas pencatat = 1 m kedalaman.
6) Setiap hari Penyedia Jasa Konsultansi harus melakukan bar-check
terhadap alat echosounder yang dipakai sebelum dan sesudah
pekerjaan sounding. Salah satu hasil bar-check dilampirkan dalam
laporan (bar-check untuk setiap beda kedalaman 1 m, jarak
kedalaman minimal 5X = 5 m, lebih dalam lebih teliti).
7) Bidang surutan yang dipakai sebagai dasar pengukuran dan data-
data pengamatan pasang-surut yang asli di lapangan harus dibawa
untuk dipresentasikan kepada Tim Evaluasi saat pembahasan
Laporan Antara.

11
8) Bidang surutan yang dipakai adalah 0,00 m-LWS.
9) Semua kertas echosounder hasil pengukuran dan data-data sudut asli
di lapangan harus dibawa untuk dipresentasikan kepada Tim Evaluasi
saat pembahasan Laporan Antara.
10) Posisi pemeruman
Posisi sounding ditentukan dengan salah satu dari cara-cara sebagai
berikut:
a) Cara Snellius dengan mengunakan 2 buah sextant
Dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-data lapangan
dengan urutan sebagai berikut:
- Titik-titik yang dipakai dan rencana lembar-lembar busur (arch-
sheet).
- Perhitungan lembar-lembar busur yang sudah dicek.
- Daftar seluruh pasangan sudut dari tiap posisi fixed sounding
(dalam daftar rapih).
b) Cara perpotongan dua jarak dengan mengunakan alat elektronik
(MRS III dan sejenisnya).
c) Cara gabungan jalur arah dan jarak dengan menggunakan
pengukur sudut elektronik.
Untuk cara-cara dalam butir a), b) dan c) dalam Laporan Antara harus
dilampirkan data-data lapangan dengan urutan sebagai berikut:
- Sketsa titik-titik lengkap dengan pembagian lembarnya (sheet).
- Daftar sudut-sudut dan jarak-jarak lengkap dengan formula/cara
perhitungan (dalam daftar rapih).
d) Cara gabungan Raai dan potongan/cutting (dipergunakan untuk
areal yang tidak luas)
e) Untuk proyek-proyek baru dengan luas > 100 Ha, harus
digunakan alat positioning dengan GPS atau DGPS.
11) Bila terdapat areal di dekat garis pantai yang tidak dapat di-sounding,
maka kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load
atau disipat datar (levelling) dari darat.
12) Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap
dipertahankan konstan (maksimum 4 knot) dan berada dalam satu
jalur, dengan posisi echosounder tetap diaktifkan.
13) Haluan perum diusahakan tegak lurus pantai atau dermaga,
sedangkan untuk pengontrolan kedalaman pada jalur sounding
dilakukan dengan cara sounding silang minimal 3 jalur.
b. Pengamatan Pasang Surut
1) Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk
menentukan kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah
yang dicapai maupun kedudukan LWS.

12
2) Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum
selama 15 hari terus menerus menggunakan alat pencatat otomatis
(automatic tide gauge). Pencatatan dimulai pukul 00.00 waktu
setempat pada hari pertama dan terakhir pada pukul 24.00 hari ke-15
(atau 24 jam x 15 hari).
3) Kertas rekaman dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi
Teknis saat pembahasan Laporan Antara dengan Tim Evaluasi
Teknis.
4) Untuk perhitungan-perhitungan konstanta harmonis, duduk tengah, air
tinggi yang dapat dicapai maupun LWS mempergunakan metode
Admiralty (tidak diperkenankan menggunakan formula penentuan air
terendah untuk Indian Low Water Spring). Uraian perhitungan dengan
metode Admiralty agar disampaiakan dengan urutan sebagai berikut:
- Rumus umum yang dipakai dalam perhitungan.
- Perhitungan konstanta harmonis dan elevasi duduk tengah (DT)
atau MSL.
- Perhitungan elevasi 0,00 LWS dan air tinggi yang dapat dicapai.
- Sketsa urutan tiap elevasi air untuk 0,00 LWS, DT, AT yang dapat
dicapai berdasarkan perhitungan.
5) Elevasi LWS harus dipindahkan ke bangunan gudang atau dermaga
yang ada pada bagian yang aman, terlindung dan mudah terlihat.
6) Data air tertinggi atau muka air banjir yang pernah terjadi harus
dicatat dengan jelas (bila data ada).
c. Pengukuran Arus
1) Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2
lokasi.
2) Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval
waktu 30 menit, menggunakan alat current meter dan floater yang
dilakukan pada saat pasang tertinggi (Spring Tide) dan pada saat
pasang terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama.
3) Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan
air, dimana d = kedalaman di lokasi pengamatan arus.
4) Apabila memungkinkan, hasil simulasi arus dengan menggunakan
perangkat lunak agar ditampilkan pada saat pembahasan laporan
dengan Tim Evaluasi.
5) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hidrografi dan hasil
pengamatan arus dilampirkan pada laporan dalam bentuk:
- Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan
arus.
- Peta arah arus.
d. Pengambilan Contoh Air
1) Pengambilan contoh air dilakukan dengan water sampler pada posisi
pengamatan arus pada kedalaman 0,2d; 0,6d dan 0,8d.

13
2) Pengambilan contoh air dilakukan pada saat Spring Tide dan Neap
Tide pada bulan yang sama.
3) Contoh air kemudian diuji di laboratorium dalam hal kadar
endapan/sedimen dan kadar garam/salinitas. Satuan kadar garam
dalam 0/0 dan satuan sedimen dalam mg/l.
e. Pembuatan Bench Mark (BM)
Bench Mark (BM) dibangun minimum 2 (dua) buah pada posisi yang
aman dan saling terlihat dengan ketinggian berdasarkan LWS dan jarak
antara kedua BM minimal 100 cm. BM tersebut dibuat dari beton dengan
ukuran 40x40x150 cm3 yang ditanam sedalam 100 cm dari permukaan
tanah dan diplot dalam peta. Penempatan BM harus mempertimbangkan
rencana pengembangan pelabuhan, sehingga BM dapat bermanfaat
untuk jangka waktu lama dan mudah pengawasannya. BM berfungsi
sebagai titik awal pemetaan, dicat dengan warna biru muda dan pada
bagian atas ditulis BM.1 HUBLA dan BM.2 HUBLA serta tanggal
pembuatan. Setelah pekerjaan survey selesai, BM harus diserahkan
kepada pejabat setempat dengan Berita Acara.
f. Pekerjaan Topografi
1) Pengamatan azimuth matahari (pengukuran azimuth) dilakukan pada
salah satu BM.
2) Pengukuran dengan menggunakan sistem triangulasi:
- Dipakai titik BM sebagai basis.
- Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan
intervarbasis) atau sejenis.
- Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat) seri biasa-luar
biasa. Selisih sudut antara tipa bacaan titik boleh lebih daripada 10
detik.
3) Pengukuran Poligon
- Pengukuran poligon sepanjang titik-titik poligon dengan jarak
antara titik-titik poligon maksimum 50 m dan radius survey dari tiap
poligon adalah 75 m.
- Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal dan pengukuran
poligon harus tertutup (dimulai dari titik ikat awal dan berakhir pada
titik yang sama atau ditutup pada titik lain yang sudah diketahui
koordinatnya sehingga kesalahan-kesalahan sudut maupun jarak
dapat dikontrol).
4) Pengukuran Sipat Datar
- Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-titik poligon dan
diikatkan pada Bench Mark.
- Pengukuran sipat datar dari Bench Mark ke Bench Mark dengan
alat waterpass dilakukan dengan teliti, dengan kesalahan penutup
tidak boleh lebih dari (3 Vd) mm dimana d= jarak jalur pengukuran
(dalam km).
- Semua ketinggian harus mengacu pada LWS.

14
- Pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara double stand
(pulang pergi). Selisih bacaan setiap stand maksimum 2 mm dan
selisih hasil ukuran total antara pergi dan pulang tidak boleh lebih
dari (8 Vd) mm dimana d= jarak jalur pengukuran (dalam km).

5) Pengukuran Situasi dan Detail


- Bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan
pekerjaan desain harus diambil posisinya.
- Setiap ujung dermaga existing harus diambil posisinya dan jarak
antara ujung-ujung dermaga yang bersebelahan juga harus diukur
(guna pengecekan)
6) Buku ukur harus diperlihatkan kepada Pengguna Jasa.

g. Pekerjaan Pemetaan
1) Metode Pemetaan
Perhitungan dalam pembuatan peta hidrografi disajikan dalam
lintang/bujur (apabila didapatkan BM berkoordinat geografis) dengan
metode:
- Ellipsoide : bessel 1841.
- Proyeksi : mercator.
- Skala peta : untuk kolam pelabuhan 1:1.000, untuk alur
pelayaran 1:2.500.
- Meridian utama yang dipakai adalah Jakarta Baru.
- Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa
menggunakan sistem lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan
Pengguna Jasa).
- Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang
disurvey melebihi ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa
lembar. Peta harus dibuat dengan skala besar yang
memperlihatkan area survey secara keseluruhan.
- Peta hidrografi dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan
posisi selalu menghadap Utara.
- Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur
maksimum 10 cm untuk skala 1:1.000 dan maksimum 25 m untuk
skala 1:2.500.
- Jarak antara lajur sounding adalah 25 m, kecuali untuk daerah di
sekitar rencana dermaga digunakan jarak antara 10 m.
2) Ruang Lingkup Pemetaan
Peta yang akan disajikan harus memperhatikan/menggambarkan
keadaan-keadaan penting seperti:
- Daerah dangkal.
- Karang tenggelam maupun timbul.
- Kerangka kapal tenggelam.

15
- Rintangan-rintangan yang masuk dalam kategori rintangan
navigasi.
- Garis kedalaman/ketinggian (kontur).
a. Untuk hidrografi, kontur yang ditarik adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 10, 15, 20, dst.
b. Untuk topografi, kontur yang ditarik adalah: 1, 2, 3, dst (interval 1
meter).
- Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara
daratan dan perairan.
- Daerah ketinggian antara 0,00 m-LWS dan garis pantai
supaya diberikan angka-angka ketinggian (hal ini perlu
mendapat perhatian khusus).
- Pada peta dicantumkan nilai LWS (muka surutan) terhadap
MSL (duduk tengah) dan HWS (muka air tertinggi), serta
hubungan antara pasang surut dan BM.
Simbol-simbol yang dipakai dalam penggambaran seperti: karang,
pantai berpasir, kerangka kapal dan lain-lain harus mengacu kepada
peta yang diterbitkan Dishidros TNI AL atau Bakosurtanal.
3) Gambar Potongan
Untuk lokasi tertentu (alternatif rencana dermaga dan trestle)
diharuskan membuat gambar-gambar potongan melintang setiap
jarak 25 m dengan skala vertikal 1:100 dan skala horizontal 1:500
atau 1:1.000 sejumlah minimum 3 profil untuk setiap alternatif (kecuali
bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing). Dalam gambar harus
terlihat posisi potongan profil.
h. Pekerjaan Boring
Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur ASTM. Pengeboran
dilaksanakan sampai kedalaman -30 meter dari dasar laut dengan
pengambilan contoh tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2 meter
(SPT pertama kali dilaksanakan pada kedalaman -1 meter dari dasar
laut).
Pelaksanaan SPT diberhentikan setelah SPT > 60 sebanyak 3 (tiga) kali
untuk penurunan berturut-turut setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan
minimal 5 meter, sedangkan pengeborannya sendiri tetap dilakukan
sampai 30 meter dari dasar laut.
Apabila sampai pada kedalaman 30 meter dari dasar laut belum
dijumpai lapisan tanah keras (SPT > 60) maka hal tersebut harus segera
dilaporkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
Apabila sangat diperlukan kedalaman pengeboran dapat ditambah atau
dikurangi dengan persetujuan Pengguna Jasa. Penambahan
/pengurangan akan diperhitungan sebagai pekerjaan tambah kurang.
1) Metode Pelaksanaan Pengeboran

16
Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua peralatan yang
akan dipergunakan dalam pekerjaan tersebut harus sudah
dipersiapkan terlebih dahulu di tempat sehingga pelaksanaan dapat
berjalan dengan lancar. Pengeboran dilakukan dengan alat bor yang
mempunyai kemampuan dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Mampu menembus tanah keras dengan nilai N-60
- Kemampuan alat bor dapat mencapai kedalaman 100 m
- Mesin diesel kapasitas 80 PK
- Water pump dengan kapasitas (50 s/d 60 liter/menit)
- Casing dengan diameter minimum 97 mm
- Drilling rod (4,05 cm)
- Tabung sampel panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm
- Mata bor klep
- Tabung SPT
- Piston dan piston rod untuk keperluan pengambilan undisturbed
sample
Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga terjamin bahwa sisa
pengeboran yang keluar dari lubang harus selalu diamati agar
diketahui bila ditemui perubahan lapisan tanah yang dibor dengan
melihat perubahan jenis tanah yang keluar. Lubang bor yang terjadi
sewaktu pengeboran harus dilindungi dengan casing agar tidak terjadi
kelongsoran sehingga diperoleh hasil pengeboran yang baik dan teliti.
Pada setiap tambahan kedalaman tertentu, casing harus diturunkan
sampai dasar lubang dengan menambah sambungan pada bagian
atas casing. Untuk tanah lunak (soft soil) sistem pengeboran harus
dilaksanakan dengan casing system yaitu mengebor dengan casing
yang berputar (drilling rod) dan ujung casing diberi mata bor.

2) Data dan Hasil Pekerjaan Lapangan


Dari setiap pengeboran harus dilakukan pencatatan pelaksanaan
pekerjaan terutama masalah teknis lapangan yang ditemui. Hasil
pekerjaan lapangan tersebut dituangkan ke dalam bor-log yang
menggambarkan:

- Elevasi muka tanah terhadap Datum


- Number of blows pada standard penetration test dan
kedalamannya (dalam angka dan grafik)
- Kedalaman tanah dimana undisturbed sample diambil
- Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap perubahan
lapisan tanah yang ditemui selama pengeboran
- Deskripsi dari jenis tanah untuk tiap interval kedalaman
- Hal-hal lain (khusus) yang ditemui/terjadi pada saat pengeboran
dilaksanakan
- Penjelasan teknis dari penyimpangan-penyimpangan atau
kejanggalan yang terjadi selama pengeboran.

17
3) Undisturbed Sampling
Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample
dan untuk pertama kalinya diambil sampel pada kedalaman 3 m dari
muka tanah yang bersangkutan. Tabung contoh tanah (tube sample)
yang disyaratkan adalah seamless tube sampler ukuran OD 3 inch
dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal
tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe
fixed-piston sampler terbuat dari baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 0,1 mm dan ID 75 0,5 mm
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi
persyaratan Degree of disturbance:
A(%) = 100 (OD2- ID2) < 10 %
ID2

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan


contoh tanah adalah:
- Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih
dari sisa pengeboran dengan memompakan air ke dalam lobang
bor yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang
tertinggal, lama mencuci minimum 5 menit sebelum diadakan
pengambilan sampel.
- Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang
bor untuk menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar
lubang dan sisa pengeboran (sludge)
- Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke
dalam tanah dengan tekanan tenaga manusia. Penekanan harus
dilakukan dengan hati-hati, continuous (single movement) dan
perlahan agar air yang terdapat dalam tabung diberi kesempatan
keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada kepala tabung
(connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan menekan
tabung dengan pukulan.
- Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harus diputar
3600 untuk melepaskan tabung bersama isinya dari tanah dan
kemudian diangkat keluar dari dalam tabung.
- Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan
ruangan itu kemudian diberi parafin panas sebagai penutup dan
pelindung tanah dalam tabung. Tebal parafin pada bidang bawah
minimum 1 cm dan pada bidang atas minimum 3 cm.
- Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong di
lapangan dengan hati-hati sesuai dengan panjang yang diperlukan
dan tidak boleh merusak keaslian sampel sisanya yang belum diuji.
- Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari
guncangan dan beda temperatur yang tinggi (panas sinar matahari
dll), sedapat mungkin pengujian dilakukan pada laboratorium yang
dekat jaraknya dengan lokasi pengeboran (bila terdapat
laboratorium yang memenuhi syarat).

18
- Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-
nya dengan cara biasa, harus digunakan tabung sampel yang
sesuai: soft cohessive soil dengan alat piston sampler, non
cohessive soil dengan alat piston sampler atau core cutter sampler,
dan hard cemented soil dengan core barrel.

4) Standard Penetration Test (SPT)


Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari sea
bed, SPT kedua dan selanjutnya dimulai setelah pengambilan
undisturbed sample pada kedalaman -3 meter dari sea bed (interval 2
meter).
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah:

- Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profil ID


138 inch, panjang 24 inch menggunakan split spoon sampler type.
- Hammer yang dipakai untuk melakukan penumbukan seberat 140
lbs (63,5 kg), tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (75 cm).
- Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan
sampai dasar lubang. Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa
pengeboran dari tanah yang ada di dasar lubang bor seperti yang
diuraikan pada undisturbed sampling (h.1), h.2), h.3).
- Perhitungan dilakukan sebagai berikut
a. Tabung SPT ditekan ke dalam dasar lubang sedalam 15 cm.
b. Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah
pukulan untuk memasukkan tabung ke dalam tanah sampai
dicapai 3 x 10 cm.
- Tabung diangkat ke permukaan tanah dan split spoon sampler
dibuka. Sludge yang terdapat dalam tabung harus dibuang,
kemudian terhadap sampel diadakan klasifikasi. Unified soil
classification dipergunakan untuk menyusun soil description atau
lithology. Tanah tersebut dapat dipakai untuk laboratorium test.
Untuk itu sampel harus dimasukkan dalam kantong plastik yang
ditutup dengan baik dan diberi identitas nomor boring dan
kedalamannya.
- Percobaan SPT dihentikan setelah didapatkan harga SPT-60
sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut (pengeboran tetap
dilaksanakan hingga kedalaman -30 meter dari seabed dengan
memakai core tube system/diamond bit).

i. Pekerjaan Sondir
Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan hubungan
antara kedalaman lapisan tanah dengan kekerasan atau kepadatannya
serta untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras bilamana ada.
Alat sondir yang dipakai adalah tipe Dutch Penetrometer yang
mempunyai Conus dengan luas 10 cm dan sudut lancip kerucut 60
untuk mengukur perlawanan ujung, dilengkapi dengan mantel (sleeve)

19
yang berdiameter sama dengan conus dan luas selimut 100 cm untuk
mengukur lekatan (friction) dari lapisan tanah.
Kapasitas minimal alat sondir disyaratkan harus mampu menembus
lapisan-lapisan tanah keras sampai tahanan ujung qc > 250 kg/cm.
Disyaratkan menggunakan Gouda mekanis.

1) Metode pelaksanaan sondir


Letak titik-titik penyondiran harus sesuai rencana yang telah
ditetapkan Pengguna Jasa. Peralatan Sondir dan perlengkapan harus
sudah berada di lapangan sebelum pelaksanaan agar pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar.
Dalam pelaksanaannya, alat sondir harus dijangkar ke dalam tanah
atau platform atau diberi pemberat yang cukup antara lain drum diisi
air dll, agar alat sondir cukup kokoh dan tidak terangkat pada waktu
conus menembus tanah keras. Besaran-besaran yang hendak
diperoleh dari penyondiran ini adalah hubungan antara kedalaman
dengan:

- Tahanan ujung (end resistance)


- Tahanan geser setempat (local friction)
- Jumlah tahanan (total friction)
Untuk mendapatkan harga-harga tersebut conus ditekan ke dalam
tanah dengan tenaga mekanis dari peralatan sondir dengan
perantaraan batang-batang sondir. Pembacaan dilakukan setiap
interval 20 cm pada waktu dilakukan dengan kecepatan maksimum 1
cm/detik. Besarnya perlawanan conus dan tahanan geser dibaca
pada parameter.

2) Kedalaman sondir
Sondir dapat dihentikan dengan ketentuan sebagai berikut:

- Perlawanan conus sudah mencapai qc > 250 Kg/cm.


Kriteria qc > 250 kg/cm adalah bila conus yang bersangkutan
tidak dapat lagi masuk lebih dalam setelah dicoba menekan
conus tiga kali berturut-turut. Apabila diperkirakan conus kena
batu atau kedalaman stang sondir masih rendah, sondir perlu
dipindahkan ke tempat yang baru.

- Kedalaman sondir mencapai 30 m dari permukaan tanah/dasar


laut.

Apabila sampai dengan kedalaman tersebut belum diperoleh qc > 250


kg/cm, hal ini harus dikonsultasikan dengan Pengguna Jasa/Tim
Evaluasi.

20
j. Pembuatan Desain
1) Umum
Konsultan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan-perkerjaan di
bawah ini sebagai suatu kesatuan pekerjaan dengan menggunakan
data-data dari desain dermaga prototipe, hasil survey topografi,
bathimetri dan penyelidikan tanah serta data-data sekunder, yaitu
mencakup:
a) Tata letak fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan/direncanakan.
b) Posisi break water
c) Posisi alur (access channel), labuh jangkar (anchorage) dan
kolam pelabuhan (turning basin).
d) Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan
lainnya.
e) Bahan bangunan yang akan digunakan dan sumber materialnya.
f) Perencanaan sistem pondasi.
g) Dokumen tender dan gambar-gambar perencanaan standar.
h) Sistem pelaksanaan pembangunan dermaga dan fasilitas
pelabuhan yang dibutuhkan dalam hal sistem struktur, bahan
bangunan, sistem pondasi lapangan terkait dengan peralatan,
mobilisasi dan logistik.
2) Penentuan Sistem Struktur Bangunan Atas Dermaga dan Fasilitas
Pelabuhan Lainnya yang dibutuhkan
Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan
lainnya didasarkan atas kekuatan/keamanan, kesesuaian bahan
bangunan, tingkat kemudahan pelaksanaan dan kebutuhan
pelayanan bongkar muat pelabuhan.
Tipe bangunan atas dermaga meliputi:

a) Floating type: ponton (baja, beton).


b) Fixed type: lantai dermaga, balok-balok pendukung lantai, kepala
tiang, dudukan fender dan bolder, tipe dan instalasi fender,
sarana sandar dan apabila dibutuhkan dilengkapi dengan
breasting dolphin atau mooring dolphin.
Sistem struktur bangunan atas dermaga dapat terdiri dari:

a) Struktur monolit (peer, balok).


b) Sistem pracetak (lantai).
c) Sistem dengan menggunakan bahan kayu.
Sistem struktur fasilitas pelabuhan lainnya, antara lain:

a) Jalan dan lapangan penumpukan


Bagian atas : aspal, coneblock, lapisan perkerasan, dll.

Pondasi : pasangan batu kosong, urugan pasir/sirtu


dll.

21
Bagian tepi/pinggir : pasangan batu kosong/spesi, kansteen, dll.
b) Gudang dan terminal penumpang
Atap : kuda kuda kayu / baja, atap genteng
/seng/ baja deck, dll.

Dinding : batu bata, batako, spesi, ring balk beton,


dll.

Lantai : beton, keramik, dll.

Lain-lain : pintu, jendela, ventilasi, dll.


c) Fasilitas penunjang, antara lain: instalasi air bersih, instalasi air
kotor, instalasi listrik, pagar, dll.

3) Bahan bangunan yang digunakan.


Bahan bangunan yang digunakan harus dipertimbangkan
kesesuaiannya dengan aspek keawetan, kekuatan dan kemudahan
pengerjaannya. Macam bahan bangunan yang dapat dipilih
mencakup:

a) Bahan alam asli, misalnya batu gunung maupun sungai, kerikil,


pasir, kayu dan lain-lain.
b) Bahan batuan, misalnya beton (bertulang/tidak
bertulang/pratekan), baja, karet dan lain-lain.
4) Informasi lain-lain
a) Informasi mengenai sumber bahan bangunan termasuk
tersedianya air kerja juga menjadi bahan pertimbangan untuk
perencanaan.
b) Hal-hal lain yang spesifik pada daerah/lokasi yang akan
dibangun, misalnya adanya benda hanyutan sungai,
kemungkinan hilangnya bagian-bagian konstruksi dan lain-lain
agar menjadi pertimbangan juga.
5) Perencanaan sistem pondasi
Berdasarkan hasil survey soil, hidrografi, pembebanan dan pemilihan
sistem konstruksi fasilitas pelabuhan, kemudian dikerjakan
perencanaan sistem pondasi. Sistem pondasi yang direncanakan juga
harus memperhitungan bahan bangunan yang akan digunakan dan
sistem pelaksanaanya serta lingkungan pekerjaan (di air laut atau di
air tawar). Setiap alternatif sistem pondasi akan mempengaruhi
berbagai parameter lainnya, sehingga untuk menetapkan alternatif
sistem pondasi perlu dibahas kembali parameter-parameter yang
mempengaruhi.

22
6) Dokumen tender dan gambar pelaksanaan
Dokumen tender terdiri dari:
a) Gambar-gambar konstruksi
b) Rencana kerja dan syarat-syarat
c) Spesifikasi umum dan khusus
d) Bill of Quantity
Termasuk dalam dokumen tender:

a) Sistem pelaksanaan dan peralatan yang akan digunakan dalam


pelaksanaan pekerjaan.
b) Kesesuaian dengan keadaan alam dan sifat operasional lokasi
pembangunan.
Persyaratan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan,
mencakup:

a) Alat pancang apung


b) Mobile crane
c) Ponton (dalam jumlah cukup)
d) Tug boat
e) Work boat
Gambar Pelaksanaan:
Gambar pelaksanaan harus dapat memberi pedoman kepada
pelaksana dalam mewujudkan konstruksi yang direncanakan.
Pedoman tersebut antara lain menyangkut: posisi konstruksi, dimensi
konstruksi, volume konstruksi, elevasi konstruksi, tahapan konstruksi,
dll. Seluruh gambar pelaksana harus dilengkapi dengan skala,
ukuran, elevasi berdasarkan lebih kurang 0,00 m-LWS, kualitas yang
akan dicapai (misalkan: mutu baja, mutu beton), dll. Seluruh gambar
pelaksanaan dibuat dengan menggunakan komputer (CAD) dan soft
copy-nya diserahkan bersama Laporan Akhir kepada Pengguna Jasa.
Gambar pelaksanaan meliputi:

a) Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin,


skala posisi BM, dll)
b) Gambar denah (misalkan posisi tiang, balok, dll)
c) Gambar potongan memanjang dan melintang
d) Gambar detail
Dalam gambar pelaksanaan dilampirkan data: grafik pasang surut,
profil tanah, peta hidrografi dan topografi.
7) Dasar-dasar Perencanaan
a) Sistem konstruksi
Dari hasil desain dermaga prototipe, konsultan perencana harus
menetapkan alternatif sistem konstruksi yang sesuai dengan

23
kondisi pelabuhan dimana akan direncanakan pembangunan
dermaga.
Pilihan alternatif yang sesuai harus ditetapkan mencakup:
Sistem konstruksi bangunan atas.
Sistem konstruksi bangunan bawah/pondasi.
Bahan bangunan yang akan digunakan.
Metode pelaksanaan konstruksi dan peralatan yang akan
digunakan
b) Data peta kedalaman laut dan peta topografi
Data peta kedalaman laut dan peta topografi yang digunakan
sebagai dasar perencanaan fasilitas pelabuhan adalah sesuai
dengan hasil survey konsultan.
Peta-peta tersebut di atas akan digunakan untuk perencanaan

Tatanan prasarana laut dan darat (general lay-out plan)


Alur dan kolam pelabuhan
Olah gerak kapal
Breakwater
Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), dll
c) Data hasil penyelidikan tanah
Data hasil penyelidikan tanah untuk pelabuhan yang akan
direncanakan sesuai hasil survey yang telah dilakukan. Data hasil
penyelidikan tanah digunakan untuk merencanakan sistem
pondasi baik pondasi langsung maupun pondasi dalam atau tiang
pancang. Data-data tersebut juga dipergunakan untuk
perhitungan konsolidasi dan stabilitas timbunan.
d) Data-data sekunder
Data-data sekunder antara lain: data operasional pelabuhan dan
arsitektur daerah setempat. Data operasional pelabuhan untuk
merencanakan pengembangan pelabuhan meliputi tata letak
bangunan, luas bangunan, jenis bangunan dan arsitektur daerah
digunakan untuk merencanakan bentuk bangunan (Bentuk
bangunan terminal penumpang yang merupakan ciri khas daerah
tersebut).

9. BIAYA PELAKSANAAN KEGIATAN (HOW MUCH)


Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan Studi Penyusunan Detail
Engineering Design (DED) Pembangunan Terminal Penumpang di Pelabuhan
Boddia - Takalar Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp. 732.490.000,00
(Tujuh Ratus Tiga Puluh Dua Juta Empat ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah).

24
10. P E N U T U P

a. Konsultan setelah menerima pengarahan penugasan dan semua bahan


masukan, hendaknya memeriksa dan memproses dokumen-dokumen yang
ada serta mencari bahan masukan lain yang dibutuhkan untuk pekerjaan
perencanaan ini.
b. Untuk kesempurnaan pekerjaan perencanaan tersebut di atas, Konsultan
diminta mempelajari segala informasi dan ketentuan-ketentuan yang
berhubungan dengan pekerjaan perencanaan dimaksud.

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai
acuan pelaksanaan pekerjaan.

Makassar, April 2014


Disahkan Oleh :
KEPALA KANTOR OTORITAS PELABUHAN
EKO HADI RUMEKSO PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
UTAMA MAKASSAR
Selaku KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19580222 198603 1 001

Drs. WAHYU WIDAYAT, MM YAHYA ADE PAINGI, SE


Pembina Utama Muda (IV/c) Penata Muda (III/a)
NIP. 19560812 198203 1 001 NIP. 19820323 200502 1 001

25

Anda mungkin juga menyukai