REPUBLIK INDONESIA
1
1. LATAR BELAKANG (WHY)
a. Dasar Hukum
Undang-undang RI No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain
mengamanatkan penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan
perspektif penyusunan anggaran.
2
standarisasi perencanaan pelabuhan dari berbagai referensi yang ada, baik
dari lokal sendiri maupun dari nonlokal agar keselamatan dan kenyamanan
penumpang kapal laut baik itu nasional maupun internasional dapat terlaksana.
b. Gambaran Umum
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk melakukan pengumpulan data di lapangan
maupun data sekunder, melakukan survai, studi, evaluasi dan analisis untuk
membuat Desain Rinci Fasilitas Pelabuhan. Tujuannya adalah agar diperoleh
Desain Rinci pembangunan dermaga untuk kapal penumpang, Terminal
Penumpang, terminal kapal pesiar internasional (Cruise Ships) dan Breakwater
yang disusun agar dapat mewujudkan pemanfaatan areal pelabuhan yang
optimal, serasi dan berkualitas, sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan
dan pengembangan wilayah serta sesuai dengan kemampuan daya dukung
lingkungan.
Oleh karena itu, pengembangan pelabuhan sesuai dengan masterplan yang
telah direncanakan perlu dilakukan sesuai dengan prediksi demand. Untuk
mengakomodir pengembangan pelabuhan, maka diperlukan adanya Detail
Engineering Design (DED) untuk merencanakan pengembangan pelabuhan
yang sesuai kebutuhan dan optimum sesuai fungsinya.
a. Uraian Kegiatan
1) Survey Reconnaissance
2) Survey Hidrografi dan Topografi (untuk pengembangan) dan Survey kondisi
struktur fasilitas pelabuhan eksisting.
3) Survey dan Penyelidikan Tanah
4) Desain Perencanaan Konstruksi
3
3) Survey dan Penyelidikan Tanah
Pekerjaan ini berupa penelitian di lapangan dan di laboratorium adalah
untuk mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah di bawah permukaan.
Dimana hasil pekerjaan penyelidikan tanah ini dimaksudkan sebagai data
yang akan dipergunakan untuk melaksanakan konstruksi yang akan
dibangun di lokasi bersangkutan. Hasil tersebut harus memadai sebagai
bahan analisa perencanaan dan perhitungan yang meliputi:
- Perencanaan sistem pondasi
- Analisa daya dukung untuk pondasi
- Analisa penurunan tanah
- Analisa perbaikan tanah
- Perencanaan retaining wall dan analisa slip circle
Kegiatan yang dilakukan pada saat survey penyelidikan tanah antara lain:
- Boring laut: 2 titik (diujung dermaga terluar rencana jika dilakukan
pengembangan/rehabilitasi pada sisi laut)
- Sondir darat: 2 titik (titik sondir dilakukan sesuai rencana
pengembangan/rehab yang memerlukan daya dukung tanah seperti
causeway, talud, reklamasi, gedung kantor dll.)
- Uji lapangan Undisturbed dan disturbed soil
- Uji Laboratorium Undisturbed dan disturbed soil
I. TENAGA AHLI
1. Team Leader (1 Orang selama 5 bulan)
Seorang Ahli Pelabuhan dengan latar belakang minimal Sarjana S2
Teknik Sipil berpengalaman minimum 10 tahun dengan kualifikasi
Ahli Madya yang akan bertugas untuk mengkoordinir pelaksanaan
Perencanaan, yang bertugas antara lain:
a. Memimpin dan memberikan pengarahan kepada setiap anggota tim
didalam melakukan tugasnya, baik tugas di lapangan maupun di
kantor.
b. Menyusun program pelaksanaan pekerjaan yang terdiri atas
program teknis, jadwal kegiatan, manajemen dan organisasi tim.
c. Turut serta melaksanakan kegiatan di lapangan.
d. Memberikan informasi-informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan
teknis yang berkaitan dengan detail pekerjaan serta pembiayaan
dan persiapan pembuatan dokumen tender.
e. Melaksanakan konsultasi, kontak, diskusi dengan pihak owner
pekerjaan.
4
f. Bertanggung jawab terhadap hasil akhir seluruh pekerjaan, termasuk
di dalamnya penyiapan pelaporan yang dapat diterima oleh pihak
owner proyek.
5
dan luar ruang, sistem genset cadangan, penangkal petir dll. Selain itu
juga Mempunyai tugas menganalisa kebutuhan air bersih di lokasi
pekerjaan sekaligus merencanakan sistem penampungan, distribusi
baik untuk konsumsi maupun untuk sistem hidran pemadam
kebakaran. Merencanakan sistem plumbing dan seluruh sistem
perpipaan di dalam maupun diluar ruang.
6
4. Mechanical / Electrical Engineer (1 Orang selama 2 bulan)
Minimal seorang Sarjana S1 Teknik Mesin/Elektro berpengalaman
minimum 3 tahun dengan kualifikasi Ahli Pratama yang bertugas
membantu dan bersama-sama Tenaga Ahli M/E Engineer menghitung
kebutuhan daya listrik, sekaligus merencanakan pasokan daya mulai
dari gardu sampai ke jaringan distribusi, penerangan dalam dan luar
ruang, sistem genset cadangan, penangkal petir dll. Selain itu juga
Mempunyai tugas menganalisa kebutuhan air bersih di lokasi
pekerjaan sekaligus merencanakan sistem penampungan, distribusi
baik untuk konsumsi maupun untuk sistem hidran pemadam
kebakaran. Merencanakan sistem plumbing dan seluruh sistem
perpipaan di dalam maupun diluar ruang.
a. Maksud Kegiatan
Pekerjaan Detail Engineering Design (DED) ini dimaksudkan untuk
melakukan pengumpulan data di lapangan maupun data sekunder,
melakukan survai, studi, evaluasi dan analisis untuk membuat Desain
Rinci Fasilitas Pelabuhan. Tujuannya adalah agar diperoleh Desain Rinci
pembangunan dermaga untuk kapal penumpang, Terminal Penumpang,
7
terminal kapal pesiar internasional (Cruise Ships) dan Breakwater yang
disusun agar dapat mewujudkan pemanfaatan areal pelabuhan yang
optimal, serasi dan berkualitas, sesuai dengan kebijaksanaan
pembangunan dan pengembangan wilayah serta sesuai dengan
kemampuan daya dukung lingkungan.
b. Tujuan Kegiatan
Mendapatkan gambaran kondisi eksisting dan kesesuaian dengan
masterplan dalam pengembangan pelabuhan sehingga terbentuklah
pelabuhan yang tepat guna sesuai dengan fungsi dan perannya.
b. Keluaran (Kuantitatif)
Hasil pekerjaan dilaporkan secara tertulis kepada pengguna jasa dalam
bentuk buku yang dijilid dengan baik dan disusun secara sistematis
beserta softcopy nya dalam bentuk CD atau DVD.
1) Laporan Pendahuluan dan Antara (Hasil Reconnaissance Survey dan
Interim Report)
Laporan dibuat masing-masing sebanyak 10 (sepuluh) buku, Isi
laporan meliputi:
- Kondisi operasional pelabuhan yang ada berupa data jenis, ukuran
dan jumlah kapal eksisting dan kesesuaian dengan masterplan.
- Berita acara pelaksanaan reconnaissance survey.
- Foto-foto memanjang dari laut ke pantai.
- Tanggapan terhadap KAK.
- Analisa pasang surut digunakan metode admiralty yang dibandingkan
dengan metode least square (dipilih analisa metode yang hasilnya
paling mendekati data pasang surut sebenarnya)
- Gambar hasil survey bathimetri menggunakan kertas A0
- Prosedur pekerjaan lapangan, uraian teknis bila ada penyimpangan.
- Pengambilan titik-titik tetap dan elevasinya terhadap LWS.
- Spesifikasi-spesifikasi peralatan pokok.
- Penetapan koordinat, levelling, penentuan azimuth matahari,
konstanta harmonis berikut AT dan LWS,
- Data arus, grafik kecepatan arus yang memperlihatkan hubungannya
dengan pasang surut, peta arah dan kecepatan arus.
- Grafk Pasang surut lengkap dengan HWS, MSL dan LWS.
- Data meteorologi (curah hujan minimum 5 tahun terakhir dan data
angin).
8
- Gambar situasi (hasil survey hidrografi/topografi) dilengkapi dengan
koordinat dan posisi pengamatan arus.
- Gambar profil melintang dan memanjang.
- Semua gambar harus dilengakapi dengan tanggal pelaksanaan,
nama dan tanda tangan pelaksana, penggambar dan penanggung
jawab.
- Evaluasi dan rekomendasi sementara hasil survey.
- Semua berita acara dari semua tahapan dan penyelesaian pekerjaan
lapangan. Semua data asli hasil pengukuran dijilid tersendiri dan
diserahkan kepada Pengguna Jasa saat pembahasan laporan
(presentasi) dengan Tim Evaluasi Teknis
- Data Sekunder.
2) Draft Laporan Akhir Survey dan Draft Final Desain (Draft Final Report
Survey and Design).
Setelah seluruh pekerjaan lapangan dan pekerjaan laboratoruim
selesai, penyedia jasa konsultasi diminta menyampaikan draft laporan
akhir survey masing-masing sebanyak 10 (sepuluh) buku yang
merupakan penyempurnaan Laporan Antara dan dilengkapi dengan:
- Bor-log yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman dalam m-
LWS dan N-SPT, soil description berdasarkan contoh tanah yang
diperoleh dari spon sampler, sample dan lain-lain dengan
memasukkan hasil dan besaran dari percobaan laboraturium.
- Gambar korelasi (statigrafi) tanah antar bor-log dengan konstanta
kedalaman m-LWS dan N-SPT.
- Hasil pekerjaan survey berupa grafik-grafik dan tabel-tabel yang
menggambarkan besaran-besaran tahanan ujung (end resistance),
tahanan geser setempat (local friction) dan jumlah tahanan geser
(total friction).
- Hasil percobaan laboratorium lengkap dengan lampiran-lampiran
grafik, tabel dan lain-lain untuk penentuan index dan properti fisik
tanah.
- Evaluasi atas hasil pekerjaan lapangan dan laboratorium
- Posisi/koordinat titik-titik boring diplotkan dalam gambar
hidrografi/topografi.
- Hubungan antara derajat konsolidasi (u%) dengan waktu penurunan
(time settlement).
- Klasifikasi tanah.
- Rekomendasi dan kesimpulan yang meliputi rencana sistem pondasi,
analisa daya dukung tanah dan analisa soil improvement
- Apabila hasil-hasil laboratorium tidak sesuai dengan lapangan atau
dijumpai kejanggalan-kejanggalan dalam hasil lapangan/laboratorium
maka Penyedia jasa Konsultasi dapat merekomendasikan tambahan
pekerjaan penyelidikan tanah sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.
- Data sekunder yang dibutuhkan.
- Analisa sistem konstruksi fasilitas pelabhan yang dibutuhkan
berdasarkan hasil survey
- Sistem pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan sistem struktur yang
digunakan dan tidak merusak fasilitas pelabuhan eksisting.
- Kebutuhan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan.
9
- Gambar-gambar detail konstruksi yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
- Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) mencakup item/pekerjaan
sesuai dengan perencanaan.
- Pada setiap kolom keterangan gambar kostruksi, dilengkapi dengan
keterangan titik sondir dan boring, dengah fasilitas pelabuhan
eksisting dan rencana, tampak, porongan dan detail konstruksi.
- Spesifikasi umum dan khusus
- Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebanyak 2 (Dua) buku
- Analisa harga satuan
- Perhitungan konstruksi
- Presentasi
5) Album gambar A3
Dibuat sebanyak 7 (tujuh) buku yang meliputi gambar survey yang
telah dilakukan dan layout pelabuhan eksisting dan rencana.
10
b. Penanggung Jawab Kegiatan
Penanggung jawab kegiatan adalah Otoritas Pelabuhan Utama Makassar.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut selaku Kuasa Pengguna Anggaran
yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Menteri Perhubungan
Republik Indonesia.
c. Penerima Manfaat
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia.
11
8) Bidang surutan yang dipakai adalah 0,00 m-LWS.
9) Semua kertas echosounder hasil pengukuran dan data-data sudut asli
di lapangan harus dibawa untuk dipresentasikan kepada Tim Evaluasi
saat pembahasan Laporan Antara.
10) Posisi pemeruman
Posisi sounding ditentukan dengan salah satu dari cara-cara sebagai
berikut:
a) Cara Snellius dengan mengunakan 2 buah sextant
Dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-data lapangan
dengan urutan sebagai berikut:
- Titik-titik yang dipakai dan rencana lembar-lembar busur (arch-
sheet).
- Perhitungan lembar-lembar busur yang sudah dicek.
- Daftar seluruh pasangan sudut dari tiap posisi fixed sounding
(dalam daftar rapih).
b) Cara perpotongan dua jarak dengan mengunakan alat elektronik
(MRS III dan sejenisnya).
c) Cara gabungan jalur arah dan jarak dengan menggunakan
pengukur sudut elektronik.
Untuk cara-cara dalam butir a), b) dan c) dalam Laporan Antara harus
dilampirkan data-data lapangan dengan urutan sebagai berikut:
- Sketsa titik-titik lengkap dengan pembagian lembarnya (sheet).
- Daftar sudut-sudut dan jarak-jarak lengkap dengan formula/cara
perhitungan (dalam daftar rapih).
d) Cara gabungan Raai dan potongan/cutting (dipergunakan untuk
areal yang tidak luas)
e) Untuk proyek-proyek baru dengan luas > 100 Ha, harus
digunakan alat positioning dengan GPS atau DGPS.
11) Bila terdapat areal di dekat garis pantai yang tidak dapat di-sounding,
maka kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load
atau disipat datar (levelling) dari darat.
12) Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap
dipertahankan konstan (maksimum 4 knot) dan berada dalam satu
jalur, dengan posisi echosounder tetap diaktifkan.
13) Haluan perum diusahakan tegak lurus pantai atau dermaga,
sedangkan untuk pengontrolan kedalaman pada jalur sounding
dilakukan dengan cara sounding silang minimal 3 jalur.
b. Pengamatan Pasang Surut
1) Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk
menentukan kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah
yang dicapai maupun kedudukan LWS.
12
2) Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum
selama 15 hari terus menerus menggunakan alat pencatat otomatis
(automatic tide gauge). Pencatatan dimulai pukul 00.00 waktu
setempat pada hari pertama dan terakhir pada pukul 24.00 hari ke-15
(atau 24 jam x 15 hari).
3) Kertas rekaman dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi
Teknis saat pembahasan Laporan Antara dengan Tim Evaluasi
Teknis.
4) Untuk perhitungan-perhitungan konstanta harmonis, duduk tengah, air
tinggi yang dapat dicapai maupun LWS mempergunakan metode
Admiralty (tidak diperkenankan menggunakan formula penentuan air
terendah untuk Indian Low Water Spring). Uraian perhitungan dengan
metode Admiralty agar disampaiakan dengan urutan sebagai berikut:
- Rumus umum yang dipakai dalam perhitungan.
- Perhitungan konstanta harmonis dan elevasi duduk tengah (DT)
atau MSL.
- Perhitungan elevasi 0,00 LWS dan air tinggi yang dapat dicapai.
- Sketsa urutan tiap elevasi air untuk 0,00 LWS, DT, AT yang dapat
dicapai berdasarkan perhitungan.
5) Elevasi LWS harus dipindahkan ke bangunan gudang atau dermaga
yang ada pada bagian yang aman, terlindung dan mudah terlihat.
6) Data air tertinggi atau muka air banjir yang pernah terjadi harus
dicatat dengan jelas (bila data ada).
c. Pengukuran Arus
1) Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2
lokasi.
2) Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval
waktu 30 menit, menggunakan alat current meter dan floater yang
dilakukan pada saat pasang tertinggi (Spring Tide) dan pada saat
pasang terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama.
3) Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan
air, dimana d = kedalaman di lokasi pengamatan arus.
4) Apabila memungkinkan, hasil simulasi arus dengan menggunakan
perangkat lunak agar ditampilkan pada saat pembahasan laporan
dengan Tim Evaluasi.
5) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hidrografi dan hasil
pengamatan arus dilampirkan pada laporan dalam bentuk:
- Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan
arus.
- Peta arah arus.
d. Pengambilan Contoh Air
1) Pengambilan contoh air dilakukan dengan water sampler pada posisi
pengamatan arus pada kedalaman 0,2d; 0,6d dan 0,8d.
13
2) Pengambilan contoh air dilakukan pada saat Spring Tide dan Neap
Tide pada bulan yang sama.
3) Contoh air kemudian diuji di laboratorium dalam hal kadar
endapan/sedimen dan kadar garam/salinitas. Satuan kadar garam
dalam 0/0 dan satuan sedimen dalam mg/l.
e. Pembuatan Bench Mark (BM)
Bench Mark (BM) dibangun minimum 2 (dua) buah pada posisi yang
aman dan saling terlihat dengan ketinggian berdasarkan LWS dan jarak
antara kedua BM minimal 100 cm. BM tersebut dibuat dari beton dengan
ukuran 40x40x150 cm3 yang ditanam sedalam 100 cm dari permukaan
tanah dan diplot dalam peta. Penempatan BM harus mempertimbangkan
rencana pengembangan pelabuhan, sehingga BM dapat bermanfaat
untuk jangka waktu lama dan mudah pengawasannya. BM berfungsi
sebagai titik awal pemetaan, dicat dengan warna biru muda dan pada
bagian atas ditulis BM.1 HUBLA dan BM.2 HUBLA serta tanggal
pembuatan. Setelah pekerjaan survey selesai, BM harus diserahkan
kepada pejabat setempat dengan Berita Acara.
f. Pekerjaan Topografi
1) Pengamatan azimuth matahari (pengukuran azimuth) dilakukan pada
salah satu BM.
2) Pengukuran dengan menggunakan sistem triangulasi:
- Dipakai titik BM sebagai basis.
- Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan
intervarbasis) atau sejenis.
- Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat) seri biasa-luar
biasa. Selisih sudut antara tipa bacaan titik boleh lebih daripada 10
detik.
3) Pengukuran Poligon
- Pengukuran poligon sepanjang titik-titik poligon dengan jarak
antara titik-titik poligon maksimum 50 m dan radius survey dari tiap
poligon adalah 75 m.
- Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal dan pengukuran
poligon harus tertutup (dimulai dari titik ikat awal dan berakhir pada
titik yang sama atau ditutup pada titik lain yang sudah diketahui
koordinatnya sehingga kesalahan-kesalahan sudut maupun jarak
dapat dikontrol).
4) Pengukuran Sipat Datar
- Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-titik poligon dan
diikatkan pada Bench Mark.
- Pengukuran sipat datar dari Bench Mark ke Bench Mark dengan
alat waterpass dilakukan dengan teliti, dengan kesalahan penutup
tidak boleh lebih dari (3 Vd) mm dimana d= jarak jalur pengukuran
(dalam km).
- Semua ketinggian harus mengacu pada LWS.
14
- Pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara double stand
(pulang pergi). Selisih bacaan setiap stand maksimum 2 mm dan
selisih hasil ukuran total antara pergi dan pulang tidak boleh lebih
dari (8 Vd) mm dimana d= jarak jalur pengukuran (dalam km).
g. Pekerjaan Pemetaan
1) Metode Pemetaan
Perhitungan dalam pembuatan peta hidrografi disajikan dalam
lintang/bujur (apabila didapatkan BM berkoordinat geografis) dengan
metode:
- Ellipsoide : bessel 1841.
- Proyeksi : mercator.
- Skala peta : untuk kolam pelabuhan 1:1.000, untuk alur
pelayaran 1:2.500.
- Meridian utama yang dipakai adalah Jakarta Baru.
- Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa
menggunakan sistem lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan
Pengguna Jasa).
- Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang
disurvey melebihi ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa
lembar. Peta harus dibuat dengan skala besar yang
memperlihatkan area survey secara keseluruhan.
- Peta hidrografi dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan
posisi selalu menghadap Utara.
- Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur
maksimum 10 cm untuk skala 1:1.000 dan maksimum 25 m untuk
skala 1:2.500.
- Jarak antara lajur sounding adalah 25 m, kecuali untuk daerah di
sekitar rencana dermaga digunakan jarak antara 10 m.
2) Ruang Lingkup Pemetaan
Peta yang akan disajikan harus memperhatikan/menggambarkan
keadaan-keadaan penting seperti:
- Daerah dangkal.
- Karang tenggelam maupun timbul.
- Kerangka kapal tenggelam.
15
- Rintangan-rintangan yang masuk dalam kategori rintangan
navigasi.
- Garis kedalaman/ketinggian (kontur).
a. Untuk hidrografi, kontur yang ditarik adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 10, 15, 20, dst.
b. Untuk topografi, kontur yang ditarik adalah: 1, 2, 3, dst (interval 1
meter).
- Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara
daratan dan perairan.
- Daerah ketinggian antara 0,00 m-LWS dan garis pantai
supaya diberikan angka-angka ketinggian (hal ini perlu
mendapat perhatian khusus).
- Pada peta dicantumkan nilai LWS (muka surutan) terhadap
MSL (duduk tengah) dan HWS (muka air tertinggi), serta
hubungan antara pasang surut dan BM.
Simbol-simbol yang dipakai dalam penggambaran seperti: karang,
pantai berpasir, kerangka kapal dan lain-lain harus mengacu kepada
peta yang diterbitkan Dishidros TNI AL atau Bakosurtanal.
3) Gambar Potongan
Untuk lokasi tertentu (alternatif rencana dermaga dan trestle)
diharuskan membuat gambar-gambar potongan melintang setiap
jarak 25 m dengan skala vertikal 1:100 dan skala horizontal 1:500
atau 1:1.000 sejumlah minimum 3 profil untuk setiap alternatif (kecuali
bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing). Dalam gambar harus
terlihat posisi potongan profil.
h. Pekerjaan Boring
Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur ASTM. Pengeboran
dilaksanakan sampai kedalaman -30 meter dari dasar laut dengan
pengambilan contoh tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2 meter
(SPT pertama kali dilaksanakan pada kedalaman -1 meter dari dasar
laut).
Pelaksanaan SPT diberhentikan setelah SPT > 60 sebanyak 3 (tiga) kali
untuk penurunan berturut-turut setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan
minimal 5 meter, sedangkan pengeborannya sendiri tetap dilakukan
sampai 30 meter dari dasar laut.
Apabila sampai pada kedalaman 30 meter dari dasar laut belum
dijumpai lapisan tanah keras (SPT > 60) maka hal tersebut harus segera
dilaporkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
Apabila sangat diperlukan kedalaman pengeboran dapat ditambah atau
dikurangi dengan persetujuan Pengguna Jasa. Penambahan
/pengurangan akan diperhitungan sebagai pekerjaan tambah kurang.
1) Metode Pelaksanaan Pengeboran
16
Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua peralatan yang
akan dipergunakan dalam pekerjaan tersebut harus sudah
dipersiapkan terlebih dahulu di tempat sehingga pelaksanaan dapat
berjalan dengan lancar. Pengeboran dilakukan dengan alat bor yang
mempunyai kemampuan dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Mampu menembus tanah keras dengan nilai N-60
- Kemampuan alat bor dapat mencapai kedalaman 100 m
- Mesin diesel kapasitas 80 PK
- Water pump dengan kapasitas (50 s/d 60 liter/menit)
- Casing dengan diameter minimum 97 mm
- Drilling rod (4,05 cm)
- Tabung sampel panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm
- Mata bor klep
- Tabung SPT
- Piston dan piston rod untuk keperluan pengambilan undisturbed
sample
Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga terjamin bahwa sisa
pengeboran yang keluar dari lubang harus selalu diamati agar
diketahui bila ditemui perubahan lapisan tanah yang dibor dengan
melihat perubahan jenis tanah yang keluar. Lubang bor yang terjadi
sewaktu pengeboran harus dilindungi dengan casing agar tidak terjadi
kelongsoran sehingga diperoleh hasil pengeboran yang baik dan teliti.
Pada setiap tambahan kedalaman tertentu, casing harus diturunkan
sampai dasar lubang dengan menambah sambungan pada bagian
atas casing. Untuk tanah lunak (soft soil) sistem pengeboran harus
dilaksanakan dengan casing system yaitu mengebor dengan casing
yang berputar (drilling rod) dan ujung casing diberi mata bor.
17
3) Undisturbed Sampling
Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample
dan untuk pertama kalinya diambil sampel pada kedalaman 3 m dari
muka tanah yang bersangkutan. Tabung contoh tanah (tube sample)
yang disyaratkan adalah seamless tube sampler ukuran OD 3 inch
dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal
tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe
fixed-piston sampler terbuat dari baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 0,1 mm dan ID 75 0,5 mm
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi
persyaratan Degree of disturbance:
A(%) = 100 (OD2- ID2) < 10 %
ID2
18
- Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-
nya dengan cara biasa, harus digunakan tabung sampel yang
sesuai: soft cohessive soil dengan alat piston sampler, non
cohessive soil dengan alat piston sampler atau core cutter sampler,
dan hard cemented soil dengan core barrel.
i. Pekerjaan Sondir
Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan hubungan
antara kedalaman lapisan tanah dengan kekerasan atau kepadatannya
serta untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras bilamana ada.
Alat sondir yang dipakai adalah tipe Dutch Penetrometer yang
mempunyai Conus dengan luas 10 cm dan sudut lancip kerucut 60
untuk mengukur perlawanan ujung, dilengkapi dengan mantel (sleeve)
19
yang berdiameter sama dengan conus dan luas selimut 100 cm untuk
mengukur lekatan (friction) dari lapisan tanah.
Kapasitas minimal alat sondir disyaratkan harus mampu menembus
lapisan-lapisan tanah keras sampai tahanan ujung qc > 250 kg/cm.
Disyaratkan menggunakan Gouda mekanis.
2) Kedalaman sondir
Sondir dapat dihentikan dengan ketentuan sebagai berikut:
20
j. Pembuatan Desain
1) Umum
Konsultan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan-perkerjaan di
bawah ini sebagai suatu kesatuan pekerjaan dengan menggunakan
data-data dari desain dermaga prototipe, hasil survey topografi,
bathimetri dan penyelidikan tanah serta data-data sekunder, yaitu
mencakup:
a) Tata letak fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan/direncanakan.
b) Posisi break water
c) Posisi alur (access channel), labuh jangkar (anchorage) dan
kolam pelabuhan (turning basin).
d) Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan
lainnya.
e) Bahan bangunan yang akan digunakan dan sumber materialnya.
f) Perencanaan sistem pondasi.
g) Dokumen tender dan gambar-gambar perencanaan standar.
h) Sistem pelaksanaan pembangunan dermaga dan fasilitas
pelabuhan yang dibutuhkan dalam hal sistem struktur, bahan
bangunan, sistem pondasi lapangan terkait dengan peralatan,
mobilisasi dan logistik.
2) Penentuan Sistem Struktur Bangunan Atas Dermaga dan Fasilitas
Pelabuhan Lainnya yang dibutuhkan
Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan
lainnya didasarkan atas kekuatan/keamanan, kesesuaian bahan
bangunan, tingkat kemudahan pelaksanaan dan kebutuhan
pelayanan bongkar muat pelabuhan.
Tipe bangunan atas dermaga meliputi:
21
Bagian tepi/pinggir : pasangan batu kosong/spesi, kansteen, dll.
b) Gudang dan terminal penumpang
Atap : kuda kuda kayu / baja, atap genteng
/seng/ baja deck, dll.
22
6) Dokumen tender dan gambar pelaksanaan
Dokumen tender terdiri dari:
a) Gambar-gambar konstruksi
b) Rencana kerja dan syarat-syarat
c) Spesifikasi umum dan khusus
d) Bill of Quantity
Termasuk dalam dokumen tender:
23
kondisi pelabuhan dimana akan direncanakan pembangunan
dermaga.
Pilihan alternatif yang sesuai harus ditetapkan mencakup:
Sistem konstruksi bangunan atas.
Sistem konstruksi bangunan bawah/pondasi.
Bahan bangunan yang akan digunakan.
Metode pelaksanaan konstruksi dan peralatan yang akan
digunakan
b) Data peta kedalaman laut dan peta topografi
Data peta kedalaman laut dan peta topografi yang digunakan
sebagai dasar perencanaan fasilitas pelabuhan adalah sesuai
dengan hasil survey konsultan.
Peta-peta tersebut di atas akan digunakan untuk perencanaan
24
10. P E N U T U P
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai
acuan pelaksanaan pekerjaan.
25