Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA ACUAN KERJA/

TERM OF REFERENCE (ToR)

STUDI PENYUSUNAN
RENCANA INDUK, DAERAH LINGKUNGAN KERJA, DAN DAERAH
LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN BIARO DAN
PELABUHAN BUHIAS PROVINSI SULAWESI UTARA
TAHUN ANGGARAN 2022

DIREKTORAT KEPELABUHANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
KERANGKA ACUAN KERJA
STUDI PENYUSUNAN RENCANA INDUK, DAERAH LINGKUNGAN KERJA,
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN
PELABUHAN BIARO DAN BUHIASPROVINSI SULAWESI UTARA
TAHUN ANGGARAN 2022
Kementerian Negara/lembaga : KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Unit Eselon I : 022.04 DIREKTORAT JENDERAL


PERHUBUNGAN LAUT

Program : 022.04.08 PROGRAM PENGELOLAAN DAN


PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI LAUT

Hasil : Tersedianya Studi Rencana Induk, Daerah


Lingkungan Kerja, dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan Biaro dan Buhias

Unit Eselon II/Satker : Direktorat Kepelabuhanan

Kegiatan : Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya


Ditjen Perhubungan Laut

Indikator Kinerja Kegiatan : Peningkatan pelayanan serta sistem dan


prosedur keselamatan pelayaran

Satuan Ukur dan Jenis Keluaran : Dokumen Studi Rencana Induk Pelabuhan dan
Dokumen Studi Daerah Lingkungan Kerja, dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan

Volume : 1 (satu) Paket.

2
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) / TERM OF REFFERENCE (TOR)
STUDI PENYUSUNAN RENCANA INDUK, DAERAH LINGKUNGAN KERJA, DAN DAERAH
LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN BIARO DAN BUHIAS
PROVINSI SULAWESI UTARA
TAHUN ANGGARAN 2022

I. PENDAHULUAN

a. LATAR BELAKANG

Dalam sistem transportasi, pelabuhan merupakan suatu simpul dari mata rantai kelancaran muatan
angkutan laut dan darat, yang selanjutnya berfungsi sebagai kegiatan peralihan antar moda
transportasi. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi, mengharuskan setiap
pelabuhan memiliki kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan.
Kerangka dasar tersebut tertuang dalam suatu rencana pengembangan tata ruang yang kemudian
dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, menengah dan
panjang. Hal ini diperlukan untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan
pelabuhan yang terencana, terpadu, tepat guna, efisien dan berkesinambungan.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran,


bahwa setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan yang merupakan pengaturan
ruang pelabuhan berupa peruntukan tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan. Untuk menjamin adanya sinkronisasi antara rencana pengembangan
pelabuhan dengan rencana pengembangan wilayah, maka dalam penyusunan Rencana Induk,
Daerah Lingkungan Kerja, dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan harus memperhatikan
rencana tata ruang dan wilayah baik di tingkat kabupaten, kota maupun provinsi.

b. MAKSUD DAN TUJUAN

1) Maksud dari penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Biaro dan BuhiasProvinsi Sulawesi Utara
ini adalah sebagai upaya untuk menyediakan pedoman perencanaan pembangunan dan
pengembangan Pelabuhan Biaro dan Buhiassehingga pelaksanaan kegiatan pembangunan
dapat dilakukan secara terstruktur, menyeluruh dan tuntas, mulai dari perencanaan, konstruksi,
operasi dan pemeliharaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat dalam proses
pemeliharaan pelabuhan yang sudah terbentuk. Adapun tujuannya adalah sebagai acuan
dalam pelaksanaan penanganan Pelabuhan Biaro dan Buhiassehingga kegiatan

3
pembangunan yang ada dapat optimal dalam pengoperasian pelabuhan serta menjamin
keselamatan pelayaran.
2) Adapun maksud dari penyusunan Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) Biaro dan Buhiasadalah guna memberikan arahan
dalam penyelenggaraan pelabuhan dan pemanfaatan ruang di pelabuhan baik di sisi darat
maupun di sisi perairan. Serta tujuan dari kegiatan ini antara lain adalah:
a) Memberikan batas-batas penyelenggaran pelabuhan laut sesuai rencana induk pelabuhan
berdasarkan kebutuhan operasional pelabuhan.
b) Memberikan jaminan keselamatan pelayaran dan kelancaran serta ketertiban dalam
penyelenggaraan pelabuhan.
c) Memberikan kepastian hukum dan kepastian usaha bagi pihak penyelenggara pelabuhan
laut maupun pengguna jasa pelabuhan laut serta pihak terkait lainnya

c. GAMBARAN LOKASI, LINGKUP PROYEK DAN LINGKUP TUGAS

1) Gambaran Lokasi
Pelabuhan Biaro dan Buhias terletak di Povinsi Sulawesi Utara, dan keduanya memiliki
hierarki sebagai Pelabuhan pengumpan lokal (PL).
Berdasarkan KM 72 Tahun 2021, Pelabuhan Biaro dan Pelabuhan Buhias merupakan
wilayah kerja dari Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Ulu Siau. Gambaran
Pelabuhan Biaro dan Pelabuhan Buhias dapat dilihat sebagai berikut:

2) Lingkup Pekerjaan dan Biaya

4
Mencakup kegiatan Penyusunan Rencana Induk, Daerah Lingkungan Kerja, dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Biaro dan BuhiasProvinsi Sulawesi Utara yang
dibiayai dari dana APBN TA. 2022 (HPS terlampir) dan dilaksanakan pada Tahun Anggaran
2022.

3) Lingkup Tugas
Lingkup tugas yang akan dilaksanakan dalam proses perencanaan ini adalah:
a) Persiapan
b) Pengumpulan data
c) Analisa data
d) Rencana Pembangunan dan Pengembangan
e) Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (RIP), Daerah Lingkungan Kerja (DLKr), dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp)
f) Focus Group Discussion (FDG)
g) Presentasi tahap Laporan Pendahuluan (Inception Report), Laporan Antara (Interim
Report) dan Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report) beserta perbaikan dokumen
di masing-masing tahap;
h) Laporan akhir.

d. METODOLOGI PELAKSANAAN

Penyusunan Rencana Induk, Daerah Lingkungan Kerja, dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan Biaro dan Buhiasmerupakan suatu pekerjaan yang terintegrasi dengan berbagai bidang
pekerjaan dan disiplin ilmu dikarenakan keterkaitannya dengan pedoman, standar dan aturan
teknis yang diberlakukan dan terkait dengan keterpaduan intra dan antar moda transportasi dalam
cakupan wilayah yang akan dilayani. Oleh karenanya di dalam perencanaan suatu pelabuhan
diperlukan pendekatan dan metodologi dengan mempertimbangkan berbagai aspek, meliputi
strategi pengembangan wilayah, teknis, ekonomis, keselamatan pelayaran dan lingkungan agar
investasi yang ditanamkan dapat berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Metodologi
yang akan digunakan dalam Penyusunan Rencana Induk, Daerah Lingkungan Kerja, dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Biaro dan Buhiasadalah sebagai berikut:
1) Tim konsultan menyusun rencana kerja dan metode pendekatan studi format-format yang
diperlukan dalam hal pengumpulan data dan analisa.
2) Tim konsultan melakukan pengumpulan data primer dan data sekunder meliputi data fisik
dasar, kepelabuhanan, kependudukan, kelembagaan, dan perwilayahan.
3) Tim konsultan melakukan telaah dan analisis fakta di lapangan dan data pendukung,
diantaranya namun tidak terbatas pada data sebagai berikut:

5
a) Data potensi wilayah, jaringan transportasi serta rencana pengembangan wilayah dan
hinterland.
b) Hasil studi terkait, rencana-rencana Pemerintah Daerah dan/atau swasta terhadap area
tertentu di kawasan pelabuhan;
c) Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pembangunan pelabuhan;
d) Data status tanah daratan pelabuhan sesuai data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN),
data pengaturan tata ruang wilayah dan kawasan terkait lainnya;
4) Tim konsultan melakukan proyeksi data-data operasional kepelabuhanan sesuai dengan
jangka waktu perencanaan yang ditetapkan.
5) Tim konsultan menyusun rancangan Rencana Induk Pelabuhan Biaro dan Buhiasyang meliputi
analisis rencana pengembangan pelabuhan untuk jangka pendek, menengah dan panjang
berdasarkan hasil telaah dan analisis yang telah dilakukan.
6) Tim konsultan menyusun rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan (DLKp) Biaro dan Buhias, yang meliputi kegiatan:
a) Pengamatan lapangan secara visual;
b) Dokumentasi keadaan lapangan melalui foto-foto;
c) Wawancara kondisi lapangan dengan pejabat setempat, penduduk setempat, dan para
pengguna jasa pelabuhan;
d) Pengukuran batas-batas wilayah Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan.
7) Tim Konsultan melakukan focus group discussion (FGD) di daerah berkoordinasi dengan
Penyelenggara Pelabuhan serta mengundang instansi terkait di daerah untuk menjaring
masukan serta evaluasi atas hasil analisa awal dan rancangan rencana pengembangan
pelabuhan dan rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan (DLKp) Biaro dan Buhias. FGD ini berfungsi juga sebagai sosialisasi
awal atas penyusunan hasil studi sehingga diharapkan bisa memudahkan bagi Pemerintah
Daerah dalam pemberian rekomendasi / penetapan Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) Biaro dan
Buhias.
8) Tim konsultan melakukan presentasi untuk progress laporan pendahuluan (inception report),
laporan antara (interim report) dan laporan akhir sementara (draft final report) dan melakukan
diskusi dengan Tim Pendamping (counter part) secara berkala.
9) Tim konsultan melakukan perbaikan hasil studi yang berisi penyempurnaan dari pembahasan
setiap tahapannya sampai dengan terselesaikannya hasil studi dengan sempurna.

6
e. JADWAL WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

Jangka waktu penyelesaian pekerjaan Penyusunan Rencana Induk, Daerah Lingkungan Kerja
(DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) Biaro dan Buhias adalah selama
210 (dua ratus sepuluh) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).

II. KELUARAN/OUTPUT

a. Laporan dari setiap tahapan yang dilakukan oleh konsultan berupa laporan pendahuluan
(inception report), laporan antara (interim report), laporan akhir sementara (draft final report) dan
laporan akhir (final report).
b. Keluaran akhir yang harus disusun oleh konsultan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja ini adalah
Dokumen Rencana Induk Pelabuhan (RIP) dan Dokumen Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) Biaro dan Buhiasdalam bentuk hardcopy
dan softcopy yang masing-masing meliputi sebagai berikut:
➢ Dokumen Rencana Induk Pelabuhan Biaro dan Buhias;
1) Dokumen Kompilasi Data dan Analisis Prediksi;
2) Dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan;
3) Ringkasan Eksekutif (Executive Summary).
➢ Dokumen Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
(DLKp) Biaro dan Buhias:
1) Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) yang meliputi ringkasan hasil survey
pemetaan DLKr-DLKp, peta-peta dan rancangan peraturan penetapan Batas-batas DLKr-
DLKp pelabuhan berdasarkan hierarki dan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
2) Gambar Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)
Pelabuhan Biaro dan Buhias.

.
III. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA KONSULTANSI

a. Untuk melaksanakan tugas, Tim Penyedia Jasa Konsultansi mendapatkan informasi yang
dibutuhkan selain dari informasi yang diberikan oleh Pemberi Tugas dalam pengarahan
penugasan ini.
b. Tim Penyedia Jasa Konsultansi memeriksa kebenaran informasi dalam pelaksanaan tugasnya,
baik yang berasal dari pemberi tugas maupun masukan lain dari luar. Kesalahan perencanaan
akibat dari kesalahan informasi menjadi tanggung jawab Tim Konsultan.

7
c. Untuk melaksanakan tugas ini Tim Penyedia Jasa Konsultansi menyediakan Tenaga Ahli yang
memenuhi kebutuhan pekerjaan.

IV. PROGRAM KERJA

Tim Penyedia Jasa Konsultansi harus menyusun program kerja/jadwal yang menyangkut:
a. Jadwal kegiatan secara terperinci.
b. Alokasi tenaga yang dibutuhkan (disiplin ilmu dan jumlahnya) yang antara lain terdiri dari:

1) Tenaga Ahli

Jumlah
Klasifikasi Kualifikasi / Pengalaman Profesional
No (orang)
1 Team Leader/ Tenaga Minimal Sarjana Teknik Sipil/Kelautan/Transportasi 1
ahli perencana (S1) yang memiliki dasar yang kuat dalam perencanaan
pelabuhan pelabuhan, pemetaan wilayah pelabuhan serta
mempunyai kemampuan memimpin. Mempunyai
pengalaman minimal 10 tahun dan mampu
bekerjasama dalam tim.

Team leader adalah sebagai penanggungjawab


pekerjaan secara keseluruhan, menyusun program dan
rencana kerja serta jadwal penugasan tenaga ahli,
memberi arahan kepada anggota tim, memantau,
mengevaluasi dan menyelesaikan seluruh kegiatan
studi berikut mengevaluasi seluruh laporan yang
disusun oleh tim.
2 Tenaga Ahli Minimal Sarjana Teknik Sipil/Transportasi (S1) yang 2
Perencana memiliki dasar yang kuat sebagai perencana
Pelabuhan/ pelabuhan. Mempunyai pengalaman minimal 7 tahun
Transportasi Laut dan mampu bekerjasama dalam tim.
Ahli perencana pelabuhan bertugas untuk melakukan
analisa teknis pelabuhan dan analisa pengembangan
pelabuhan serta menyiapkan laporan sesuai tugasnya.
3 Tenaga Ahli Sosial Minimal Sarjana dibidang Sosial-Ekonomi/Transportasi 1
Ekonomi (S1) yang memiliki dasar kuat dalam kajian aspek
sosial-ekonomi dari pembangunan kawasan

8
Jumlah
Klasifikasi Kualifikasi / Pengalaman Profesional
No (orang)
pelabuhan. Mempunyai pengalaman minimal 7 tahun
dan mampu bekerjasama dalam tim.
Ahli sosial ekonomi bertugas untuk menganalisa
kebutuhan biaya operasional pelabuhan, biaya
pengembangan pelabuhan, dampak sosial ekonomi
atas keberadaan pelabuhan serta menyiapkan laporan
sesuai tugasnya.
4 Tenaga Ahli Minimal Sarjana Teknik Lingkungan (S1) yang memiliki 1
Lingkungan dasar kuat dalam kajian aspek lingkungan untuk
pembangunan dan operasional pelabuhan. Mempunyai
pengalaman minimal 7 tahun dibidang penyehatan
lingkungan dan mampu bekerjasama dalam tim.
Ahli lingkungan bertugas untuk menganalisa dampak
lingkungan terhadap pengoperasian dan rencana
pengembangan pelabuhan serta menyiapkan laporan
sesuai tugasnya.
5 Tenaga Ahli Minimal Sarjana Teknik Planologi (S1) yang memiliki 1
Perencana wilayah dasar kuat sebagai perencana wilayah. Mempunyai
Kota dan Regional pengalaman minimal 7 tahun dibidangnya dan mampu
bekerjasama dalam tim.
Ahli perencana wilayah kota dan regional bertugas
untuk menganalisa rencana tata ruang wilayah dan
potensi wilayah yang akan berdampak pada rencana
pengembangan pelabuhan serta serta menyiapkan
laporan sesuai tugasnya.
6 Tenaga Ahli Geodesi Minimal Sarjana Teknik Geodesi (S1) yang memiliki 1
(Geodetic Engineer) dasar yang kuat dan berpengalaman dalam menangani
pemetaan dalam kegiatan perencanaan
pengembangan kawasan. Mempunyai pengalaman
minimal 7 tahun dan mampu bekerjasama dalam tim.
Bertugas untuk mengkoordinasikan surveyor untuk
pelaksanaan survey lapangan, inventarisir dan
penanganan permasalahan dalam pelaksanaan survey,

9
Jumlah
Klasifikasi Kualifikasi / Pengalaman Profesional
No (orang)
mengkoordinir kegiatan pemetaan daerah lingkungan
kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan,
melakukan kendali mutu dalam setiap keluaran yang
dihasilkan serta menyiapkan laporan sesuai tugasnya.
7 Tenaga Ahli Kelautan Minimal Sarjana Ilmu Kelautan/Teknik Kelautan/Teknik 1
Sipil Sumber Daya Air/Oceanografi (S1) yang memiliki
dasar yang kuat dalam analisa transformasi
gelombang. Mempunyai pengalaman minimal 7 tahun
dan mampu bekerjasama dalam tim.
Bertugas untuk melakukan analisa transformasi
gelombang dalam rangka mengkonfirmasi letak
pengembangan dermaga serta menyiapkan laporan
sesuai tugasnya.

2) Tenaga Penunjang
Tim Tenaga Ahli tersebut didukung oleh tenaga penunjang:
Jumlah
Klasifikasi Kualifikasi / Pengalaman Profesional
No (orang)
Tenaga Surveyor dengan pendidikan minimal D3
Teknik Sipil yang memiliki pengalaman profesional
dibidangnya minimal 3 tahun.
1 Surveyor 3
Bertugas dalam pelaksanaan survey bathimetri,
topography, pasang surut, pemetaan DLKr-DLKp dan
survey lapangan lainnya.
Tenaga drafter dengan pendidikan minimal D3
Teknik/Sederajat yang memiliki pengalaman
profesional dibidangnya minimal 3 tahun.
2 Drafter 1
Bertugas dalam pelaksanaan penggambaran hasil
survey dan analisa dari tenaga ahli, serta membantu
tenaga ahli dalam penyusunan laporan.
Tenaga administrasi proyek dengan pendidikan
3 Administrasi proyek minimal SMU atau sederajat yang memiliki pengalaman 1
profesional dibidangnya minimal 3 tahun.

10
Jumlah
Klasifikasi Kualifikasi / Pengalaman Profesional
No (orang)
Bertugas untuk melaksanakan fungsi pengarsipan
semua dokumentasi administrasi selama pelaksanaan
pekerjaan.

d. Program kerja tersebut harus didapat dari kesepakatan bersama untuk dapat digunakan
sebagai Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan serta untuk pedoman pengawasan dari pekerjaan
perencanaan yang dimaksud dalam pengarahan penugasan ini.

V. PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Persiapan
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Konsultan harus mempelajari secara seksama
Kerangka Acuan Kerja sebagai pedoman pekerjaan, dan selanjutnya menyusun Rencana Kerja
yang mencakup:
1) Penjabaran maksud dan tujuan pekerjaan secara lebih detail.
2) Penyusunan keterangan secara rinci mengenai metode pelaksanaan pekerjaan.
3) Pembuatan program kerja, meliputi: urutan kegiatan, jadwal pelaksanaan pekerjaan,
organisasi pelaksana pekerjaan, penyediaan tenaga ahli, penyediaan
perlengkapan/peralatan kerja.
4) Studi literatur/kepustakaan.
5) Penyusunan daftar kebutuhan data, rencana survey lapangan, dan formulir-formulir yang
diperlukan.

b. Inventarisasi Data Dan Informasi Terkait


Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi kepustakaan/literatur
(data sekunder), wawancara/diskusi stakeholder dan melalui survey lapangan (data primer)
berdasarkan hasil koordinasi dengan instansi terkait maupun masyarakat di lokasi pekerjaan,
meliputi:
1) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah yang berkaitan dengan program pemerintah
dalam rangka mewujudkan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), Tatrawil dan
Tatralok, dimaksudkan untuk mendapatkan suatu tatanan transportasi yang terorganisasi
secara kesisteman dalam lingkup wilayah nasional, provinsi, kabupaten/kota yang mencakup
transportasi jalan raya, transportasi jalan rel dan transportasi laut yang masing-masingnya
terdiri dari sarana dan prasarana yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem

11
pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan harmonis, guna menunjang
serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
2) Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi:
a) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota (jika ada)
b) Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya (jika ada)
3) Informasi mengenai daerah-daerah yang termasuk dalam pengembangan sesuai RPJMN,
Program Pengembangan Tol Laut, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Food Estate,
Pariwisata, serta kawasan strategis pembangunan nasional lainnya sesuai dengan rencana
Pemerintah.
4) Informasi mengenai daerah khusus, daerah rawan bencana, daerah tertinggal dan pulau
terluar.
5) Data Sosial Ekonomi Wilayah, meliputi:
a) Kependudukan
b) Pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah
c) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
d) Profil Potensi Investasi dan pengembangan industry di Daerah
e) Potensi komoditas unggulan dan Pariwisata
f) Kondisi Sosial Ekonomi lingkungan masyarakat setempat
g) Potensi ekspor dan import.
6) Fisiografi, Topografi, dan Meteorologi
a) Peta topografi pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pelabuhan.
b) Peta tata guna lahan di sekitar lokasi rencana pelabuhan.
c) Peta tematik wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana pembangunan
pelabuhan.
d) Data status untuk berbagai peruntukan lahan di lokasi rencana pelabuhan.
e) Data meteorologi dan klimatologi (suhu udara, kelembaban, arah angin dan kecepatan
angin, curah hujan).
7) Kondisi eksisting Pelabuhan;
8) Dokumen/hasil studi terkait (apabila ada)
a) Dokumen terkait Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu, serta kawasan strategis pembangunan nasional lainnya.
b) Hasil studi atau perencanaan pengembangan pelabuhan yang terkait.
c) Hasil studi atau rencana pihak-pihak swasta/investor terhadap area tertentu di kawasan
pelabuhan.
d) Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pembangunan pelabuhan.
12
9) Data tentang lingkungan hidup dari hasil studi lingkungan sekitar wilayah pelabuhan (apabila
ada).

c. Telaah Awal (Desk Study)


Konsultan melakukan telaah awal. Dalam telaah awal ini, diperoleh gambaran umum wilayah
perencanaan sehingga dalam pelaksanaan peninjauan lapangan telah terdapat gambaran umum
rencana pembangunan pelabuhan dan tatanan kepelabuhanan di wilayah terkait serta foto
dokumentasi pelabuhan eksisting (apabila memungkinkan dilakukan kunjungan lapangan).
Dalam hal ini, Konsultan juga melakukan telaah awal beberapa aspek teknis yang paling
mendasar, yaitu: topografi lokasi/kawasan, bathimetri, cuaca, arah dan kecepatan angin, alur
pelayaran dan kawasan perairan. Untuk mendapatkan data telaahan awal lokasi pelabuhan,
penyedia jasa konsultansi melakukan kunjungan awal untuk mendapatkan informasi terkini terkait
lokasi studi.

d. Survey Pendahuluan (Reconnaissance Survey)


Konsultan melaksanakan peninjauan/survey pendahuluan guna melakukan observasi dan
penggalian data secara lebih mendalam terhadap wilayah perencanaan, khususnya lokasi
eksisiting / rencana pembangunan pelabuhan.
Dalam survey pendahuluan ini harus meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Wawancara/diskusi mendalam dengan berbagai pihak terkait.
2) Survey permintaan dan potensi pengembangan jasa kapal.
3) Pengamatan aspek teknis lokasi rencana pembangunan pelabuhan (topografi, status
kepemilikan lahan, ketersediaan lahan untuk rencana pengembangan, kondisi cuaca, arah
dan kecepatan angin, kondisi gelombang dan lain-lain).
4) Pengamatan aspek operasional pelabuhan, jalur pelayaran, kebutuhan peralatan SBNP
dan lain-lain).
5) Pengamatan aspek lingkungan.
6) Pengumpulan data sekunder yang belum didapatkan pada tahap inventarisasi data
pada awal kegiatan.

e. Survey Lapangan
Setelah dilakukan telaah awal dan survey pendahuluan (reconnaisance survey), selanjutnya
Konsultan harus melakukan survey lapangan pada lokasi studi, yang terdiri dari beberapa
kegiatan.

1) Survey Topografi

13
Pengukuran Topografi seluas 10,0 Ha (disesuaikan dengan kebutuhan lapangan) dilakukan
pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan dan bertujuan untuk mendapatkan peta situasi
wilayah daratan pada lokasi rencana pembangunan pelabuhan.

2) Survey Bathimetri
Pengukuran Bathimetri minimal seluas 30,0 Ha (disesuaikan dengan kebutuhan lapangan)
dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan dan bertujuan untuk mendapatkan peta
situasi wilayah perairan pada lokasi rencana pembangunan pelabuhan.

3) Survey Hidro-oseanografi
a) Pengamatan pasang surut
➢ Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk menentukan
kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang dicapai maupun
kedudukan LWS.
➢ Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15 (lima
belas) hari terus menerus menggunakan alat pencatat/palem rambu. Pencatatan
dimulai pukul 00.00 waktu setempat pada hari pertama dan terakhir pada pukul
24.00 hari ke-15 (atau 24 jam x 15 hari).
b) Pengukuran Arus
➢ Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 (dua) lokasi
➢ Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval waktu 60
menit atau lebih singkat, menggunakan alat current meter yang dilakukan pada saat
pasang tertinggi dan pasang terendah pada bulan yang sama.

4) Dokumentasi berupa foto dan video yang diambil dari darat dan udara.

5) Penentuan titik koordinat dalam setiap pengukuran menggunakan peralatan global


positioning system (GPS) teliti yang sudah tervalidasi untuk menghindari penyimpangan hasil
survey dan kondisi riil lapangan.

6) Permintaan Jasa Angkutan Laut


Pekerjaan survey permintaan jasa angkutan laut dilakukan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi/karakteristik jasa angkutan laut yang diperlukan untuk analisis kebutuhan
pembangunan/pengembangan fasilitas pelabuhan yang meliputi:
a) Jumlah ship call
b) Jumlah pergerakan penumpang
c) Volume pergerakan barang
d) Rute/jaringan dan status pelayaran
e) Tipe/jenis kapal yang beroperasi

14
7) Identifikasi Dampak Lingkungan Hidup
Pekerjaan identifikasi dampak lingkungan hidup merupakan identifikasi awal kemungkinan
timbulnya dampak pada lokasi pelabuhan dan sekitarnya akibat penyelenggaraan operasi
pelayaran, yang meliputi:
a) pencemaran udara dan air akibat pengoperasian kapal laut;
b) dampak terhadap flora dan fauna;
c) dampak terhadap sosial, ekonomi dan budaya;
d) kesehatan masyarakat;
e) pengendalian limbah padat dan cair; dan
f) Pengamatan terhadap lokasi studi pada daerah konservasi (daerah lindung) baik daratan
maupun perairan;
g) Rekomendasi jenis studi lingkungan yang akan dilakukan selanjutnya.

f. Analisis Mendalam Perencanaan Pembangunan Pelabuhan


Analisis mendalam/terinci perencanaan pembangunan pelabuhan harus meliputi kelima aspek
perencanaan pembangunan pelabuhan, yaitu:

1) Analisis Teknis
Analisis/kajian teknis ini meliputi antara lain:
a) Kajian hidro-oseanografi dalam pembuatan dan penetapan arah arus dan gelombang
di lokasi rencana pelabuhan untuk penetapan dan/atau mengkonfirmasi arah/posisi
dermaga;
b) Kajian alur dan kawasan keselamatan pelayaran (turning basin area);
c) Evaluasi jenis fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan sampai dengan rencana
pembangunan tahap akhir (ultimate phase);
d) Analisis prakiraan kebutuhan lahan sampai dengan rencana pembangunan
pelabuhan tahap akhir;
e) Evaluasi kondisi fisik dan daya dukung lahan di lokasi rencana pelabuhan;
f) Ketersediaan utilitas;
g) Evaluasi topografis permukaan lahan rencana lokasi pelabuhan;
h) Keterpaduan rencana pengembangan/pembangunan pelabuhan dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota setempat;
i) Kondisi dan ketersediaan lahan;
j) Potensi pendangkalan;
k) Kendala pelaksanaan konstruksi;
l) Ketersediaan akses/jalan masuk;

15
m) Kajian terhadap kendala kondisi alam yang menjadi batasan dalam pengembangan
pelabuhan.

2) Analisis Operasional
Analisis/kajian operasional meliputi antara lain:
a) kajian jenis kapal yang diperkirakan akan beroperasi di pelabuhan;
b) kajian pengaruh gelombang terhadap operasi pelabuhan;
c) kajian alur dan kawasan pelabuhan bila ada pelabuhan lain disekitarnya;
d) kajian pengaturan operasi pelabuhan;
e) kajian dukungan peralatan SBNP.

3) Analisis Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Laut (Demand Forecast Analysis), meliputi:
a) Prakiraan jumlah pergerakan kapal tahunan;
b) Prakiraan jumlah pergerakan penumpang tahunan;
c) Prakiraan volume barang tahunan;
d) Prakiraan jaringan/route pelayaran masa mendatang;
e) Prakiraan pergantian antar moda angkutan (moda split analysis);
f) Analisa asal tujuan lalu lintas kapal;
g) Analisa pergantian antar moda angkutan.

4) Analisis kebutuhan jenis fasilitas pelabuhan meliputi :


a) Kebutuhan fasilitas wilayah perairan : dermaga, dolphin, trestle, causeway, dan
penunjangnya termasuk kebutuhan jumlah, dimensi dan sistem konfigurasinya;
b) Kebutuhan fasilitas wilayah daratan : terminal penumpang dan kantor, dsb;
c) Kebutuhan sarana bantu navigasi pelayaran;
d) Kebutuhan fasilitas penunjang: gudang, lapangan penumpukan dan lapangan parkir;
e) Kebutuhan utilitas: listrik, telepon, sistem penerangan, sistem drainase, air bersih;
sewage treatment, fuel supply, dan jaringan jalan.

5) Analisis Ekonomi dan Finansial


a) Analisis Ekonomi
Menghitung besaran manfaat ekonomi makro yang diterima oleh daerah setempat dari
pembangunan pelabuhan yang meliputi:
i. Kajian perbandingan kondisi pertumbuhan ekonomi di wilayah setempat (lokasi
studi) apabila ada atau tidak ada pelabuhan;
ii. Kajian manfaat ekonomi dan sosial apabila dibangun/dikembangkan
pelabuhan;

16
iii. Kajian EIRR (Economic Internal Rate of Return) terhadap rencana
pembangunan/pengembangan pelabuhan.
b) Analisis Finansial
Menghitung besaran tingkat pengembalian dana investasi dalam pembangunan dan
atau pengembangan pelabuhan, yang mencakup parameter:
i. NPV (Net Present Value);
ii. FIRR (Financial Internal Rate of Return);
iii. BCR (Benefit Cost Ratio);
iv. Periode pencapaian pengembalian investasi (Payback Period).
6) Analisis Kebutuhan Biaya dan Tahapan Pembangunan
c) analisis kebutuhan biaya pembangunan merupakan perhitungan biaya pembangunan
pelabuhan yang dibuat disesuaikan dengan pentahapan pembangunan fasilitas
pelabuhan yang optimal;
d) tahapan pelaksanaan pembangunan merupakan pedoman pembangunan fasilitas
pelabuhan yang berdasarkan skala prioritas serta kemampuan pendanaan sesuai hasil
analisa kebutuhan biaya.

g. Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Biaro dan Buhias Provinsi Sulawesi Utara
Dalam tahap ini Konsultan mengkaji Rencana Induk Pelabuhan Biaro dan Buhiasdengan
mengacu kepada hasil evaluasi dan analisis kapasitas fasilitas pelabuhan eksisting, hasil kajian
perencanaan pendahuluan (preliminary desain) yang telah disusun dengan mempertimbangkan
kondisi lahan dan perairan yang ada, tata guna tanah, prosedur operasi pelabuhan serta
identifikasi dampak lingkungan. Penyusunan rencana induk pelabuhan meliputi:
1) penyusunan alternatif konsep rencana tata letak fasilitas pelabuhan berdasarkan
kriteria/standardisasi perencanaan pelabuhan yang berlaku dengan memperhatikan aspek
kelancaran, keselamatan, keamanan serta aspek lingkungan;
2) melakukan pengkajian terhadap alternatif rencana tata letak fasilitas pelabuhan yang telah
disusun, guna menentukan alternatif terpilih;
3) penyusunan tahapan pembangunan pelabuhan sesuai kebutuhan untuk masing-masing
fasilitas dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis dan operasional;
4) penyusunan luas kebutuhan lahan untuk setiap tahapan pengembangan/pembangunan
pelabuhan, pembangunan prasarana untuk 5 (lima), 10 (sepuluh) dan 20 (dua puluh) Tahun;
5) penyusunan koordinat lokasi peletakan masing–masing fasilitas pelabuhan;
6) konsep awal Rencana Tata Guna Tanah di sekitar pelabuhan;
7) rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan (DLKp).

17
Dalam penyusunan rencana induk pelabuhan ini, Konsultan harus menyusun tata letak, konsep
tahapan pembangunan serta rancangan dasar (preliminary design) masing-masing fasilitas
pelabuhan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan. Dalam penyusunan Rencana Induk Pelabuhan, fasilitas tersebut harus
disesuaikan dengan hierarki pelabuhan yang setidaknya meliputi:

1) Fasilitas Wilayah Daratan:


a) Fasilitas Pokok
➢ dermaga;
➢ gudang lini 1;
➢ lapangan penumpukan lini 1;
➢ terminal penumpang;
➢ terminal peti kemas (apabila diperlukan);
➢ terminal roro;
➢ fasilitas penampungan dan pengolahan limbah;
➢ fasilitas bunker;
➢ fasilitas pemadam kebakaran;
➢ fasilitas gudang untuk Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun (B3); dan
➢ fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran (SBNP).

b) Fasilitas Penunjang
➢ kawasan perkantoran;
➢ fasilitas pos dan telekomunikasi;
➢ fasilitas pariwisata dan perhotelan;
➢ instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi;
➢ jaringan jalan dan rel kereta api;
➢ jaringan air limbah, drainase, dan sampah;
➢ areal pengembangan pelabuhan;
➢ tempat tunggu kendaraan bermotor;
➢ kawasan perdagangan;
➢ kawasan 18ndustry; dan
➢ fasilitas umum lainnya.

2) Fasilitas Wilayah Perairan:


a) Fasilitas Pokok
➢ alur-pelayaran;
➢ perairan tempat labuh;

18
➢ kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;
➢ perairan tempat alih muat kapal;
➢ perairan untuk kapal yang mengangkut Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun (B3);
➢ perairan untuk kegiatan karantina;
➢ perairan alur penghubung intrapelabuhan;
➢ perairan pandu; dan
➢ perairan untuk kapal pemerintah.
b) Fasilitas Penunjang
➢ perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;
➢ perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;
➢ perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);
➢ perairan tempat kapal mati;
➢ perairan untuk keperluan darurat; dan
➢ perairan untuk kegiatan kepariwisataan dan perhotelan.

h. Focus Group Discussion (FGD)


Tim Konsultan melakukan focus group discussion (FGD) di daerah berkoordinasi dengan
Penyelenggara Pelabuhan serta mengundang instansi terkait di daerah untuk menjaring masukan
serta evaluasi atas hasil analisa awal dan rancangan rencana pengembangan pelabuhan dan
rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
(DLKp) Biaro dan Buhias. FGD ini berfungsi juga sebagai sosialisasi awal atas penyusunan hasil
studi sehingga diharapkan bisa memudahkan bagi Pemerintah Daerah dalam pemberian
rekomendasi / penetapan Rencana Induk Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) Biaro dan BUhias. Beberapa hal yang perlu
dibahas dalam pelaksanaan FGD diantara:
1) Kesesuaian Rencana Induk Pelabuhan dengan Rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota
serta Provinsi;
2) Kesesuaian data kependudukan, kewilayahan, perekonomian, dan sinkronisasi
pengembangan wilayah dengan pelabuhan;
3) Status lahan pelabuhan, rencana pengembangan jaringan jalan dan fasilitas pendukung
pelabuhan lainnya;
4) Konsep rencana pengembangan pelabuhan;
5) Konsep rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan (DLKp);
6) Pembahasan penyelesaian permasalahan yang dihadapi pelabuhan (bila ada);

19
7) Pembahasan pemberian rekomendasi dan/atau penetapan Rencana Induk Pelabuhan serta
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp)
sesuai dengan kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku.

i. Survey Pemetaan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)
Biaro dan Pelabuhan Buhias
Setelah dilakukan perencanaan pengembangan pelabuhan dan penyusunan rancangan DLKr dan
DLKp Pelabuhan Biaro dan Buhias, selanjutnya Konsultan harus melakukan Survei Pemetaan
DLKr-DLKp yang terdiri dari beberapa kegiatan :
1) Penentuan titik koordinat batas-batas DLKr dan DLKp pelabuhan.
Referensi yang digunakan adalah Rencana Induk Pelabuhan. Penentuan titik koordinat batas-
batas DLKr dan DLKp pelabuhan dilakukan dengan pengukuran Global Possitioning Sytem
(GPS) teliti menggunakan peralatan GPS tipe geodetik yang tervalidasi.
2) Penentuan tanda alam batas-batas DLKr dan DLKp pelabuhan.
Referensi yang digunakan adalah Rencana Induk Pelabuhan. Penentuan tanda alam batas-
batas DLKr dan DLKp pelabuhan dilakukan dengan pengamatan visual dan dokumentasi foto
serta peta topografi.
3) Inventaris data status lahan DLKr dan DLKp pelabuhan.
Referensi yang digunakan adalah Rencana Induk Pelabuhan. Inventarisasi status lahan dalam
DLKr dan DLKp pelabuhan dilakukan dengan pengumpulan data di Badan Pertanahan
setempat serta instansi Pemerintah/perangkat desa di daerah.

j. Penyusunan Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan (DLKp)
1) Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) pelabuhan terdiri dari:
a) Wilayah Daratan
Penetapan batas-batas dan luas DLKR daratan pelabuhan berpedoman kepada rencana
induk pelabuhan (jangka menengah, jangka panjang) atau rencana untuk menetapkan
kebutuhan dimensi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan laut, penguasaan
areal tanah, rencana umum tata ruang wilayah, rencana reklamasi dan rencana
pembebasan tanah yang ditetapkan untuk daerah di tempat pelabuhan laut berada
b) Wilayah Perairan
Penetapan DLKR perairan pelabuhan berpedoman kepada rencana induk pelabuhan yang
mencakup kebutuhan perairan untuk:
(a) Perairan untuk tempat labuh, dikaitkan dengan rencana jumlah kunjungan, ukuran
dan draft kapal;

20
(b) Perairan untuk tempat alih muat antar kapal, dikaitkan dengan rencana frekuensi
kegiatan alih muat dan ukuran kapal;
(c) Kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal dikaitkan dengan
jumlah kunjungan, ukuran dan draft kapal;
(d) Kedalaman perairan yang dibutuhkan dikaitkan dengan jumlah kunjungan, ukuran dan
draft kapal.
2) Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp)
Penetapan DLKP pelabuhan harus berpedoman kepada rencana induk pelabuhan yang
mencakup kebutuhan perairan untuk:
a) Alur pelayaran dari dan ke pelabuhan laut, untuk menjamin keselamatan dan kelancaran
lalu lintas kapal.
b) Keperluan keadaan darurat, untuk mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan kapal atau
musibah kapal lainnya;
c) Pengembangan pelabuhan jangka panjang, yang dikaitkan dengan rencana induk
pelabuhan;
d) Kegiatan pindah labuh kapal dikaitkan dengan rencana jumlah kunjungan, ukuran dan draft
kapal;
e) Penempatan kapal mati dikaitkan dengan jumlah dan ukuran kapal;
f) Percobaan berlayar dikaitkan dengan jumlah dan ukuran kapal yang melakukan
percobaan berlayar;
g) Perairan wajib pandu dikaitkan dengan kondisi alur, rencana jumlah kunjungan dan ukuran
kapal;
h) Fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal dikaitkan dengan jumlah dan ukuran
kapal maksimum yang dibangun atau diperbaiki.
3) Analisis Prakiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan
Perhitungan kebutuhan zonasi dan areal daratan dan perairan mengacu pada Petunjuk Teknis
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan serta Petunjuk Teknis Penyusunan Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
4) Pemetaan
➢ Dalam tahap ini konsultan harus menggunakan data hasil survei lapangan untuk
melakukan plotting peta DLKr dan DLKp pelabuhan pada peta kelautan dan peta rupa
bumi yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial/Bakorsutanal Indonesia dan
DISHIDROS TNI-AL serta dilakukan superimpose dengan peta Rencana Induk Pelabuhan.

21
➢ Peta DLKr dan DLKp disajikan dalam bentuk peta analog (hardcopy) dan peta digital
(softcopy) untuk perangkat lunak grafis dan sistem informasi geografi seperti Auto CAD
Map dan ArcGIS/ArcVIEW (file berekstensi .dwg, .dxf, .shp dan .dbf).

VI. SISTEM PELAPORAN DAN DISKUSI

Sebagai Kontrol dan pertanggung jawaban dari pelaksanaan pekerjaan jasa konsultansi Penyusunan
Rencana Induk, Daerah Lingkungan Kerja, dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Biaro dan
Buhiasini adalah adanya pelaporan yang diberikan secara bertahap sesuai dengan tahapan
penyelesaian pekerjaan. Beberapa tahapan pelaporan yang diserahkan adalah:

a. Laporan Pendahuluan (Inception Report)


Laporan pendahuluan disusun berdasarkan hasil kunjungan awal dan kajian literatur lokasi studi.
Diserahkan pada akhir bulan pertama dari masa pelaksanaan pekerjaan, 5 (lima) eksemplar
disampaikan sebelum rapat pembahasan dan 5 (lima) eksemplar disampaikan sebagai hasil
perbaikan setelah rapat pembahasan. Isi dari laporan ini adalah uraian ringkas mengenai rencana
awal pelaksanaan pekerjaan berdasarkan sebagian dari data sekunder yang sudah diperoleh, juga
dimasukkan metodologi dan pendekatan teknis serta jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
lapangan.
Diskusi dari laporan ini dilakukan secara internal dengan Tim Pendamping dan diharapkan dapat
diperolah satu kesepakatan mengenai rencana kerja serta sasaran yang akan dituju. Hasil diskusi
dituangkan dalam bentuk satu Berita Acara dan dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan
berikutnya.

b. Laporan Antara (Interim Report)


Diserahkan pada akhir bulan ke tiga dari masa pelaksanaan pekerjaan, 5 (lima) eksemplar
disampaikan sebelum rapat pembahasan dan 5 (lima) eksemplar disampaikan sebagai hasil
perbaikan setelah rapat pembahasan serta 5 (lima) eksemplar buku laporan hasil survey. Isi dari
laporan antara ini adalah hasil kompilasi data, hasil analisis awal, rancangan awal rencana
pengembangan pelabuhan serta rancangan awal DLKr-DLKp Pelabuhan yang meliputi:
1) telaah awal wilayah perencanaan;
2) kondisi fisik wilayah, kecenderungan perkembangan ekonomi;
3) rencana pengembangan wilayah;
4) hasil peninjauan lapangan;
5) analisis awal prakiraan permintaan jasa angkutan laut;
6) proyeksi lalu lintas kapal, barang dan penumpang;
7) indikasi kebutuhan fasilitas pelabuhan sesuai dengan tujuan dan sasaran perencanaan;
8) prakiraan permintaan jasa angkutan laut s.d. 20 tahun ke depan;
22
9) analisis kebutuhan fasilitas pelabuhan beserta tahapan pengembangannya;
10) analisis rencana pembangunan dan pengembangan;
11) rancangan awal untuk penataan Zonasi Daratan dan Perairan;
12) rancangan awal DLKr dan DLKp.
Diskusi dari laporan ini dilakukan secara internal dengan Tim Pendamping dan diharapkan dapat
diperoleh satu kesepakatan mengenai hasil kompilasi dan analisis data. Hasil diskusi dituangkan
dalam bentuk satu Berita Acara dan dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan berikutnya.

c. Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report),


Laporan akhir sementara disampaikan 5 (lima) eksemplar sebelum rapat pembahasan dan 5 (lima)
eksemplar disampaikan sebagai hasil perbaikan setelah rapat pembahasan. Laporan akhir
sementara disampaikan pada akhir bulan kelima dari masa pelaksanaan pekerjaan. Laporan Draft
Final diserahkan oleh Tim Konsultan terdiri dari:

1) Prakiraan kebutuhan biaya dilengkapi dengan kajian ekonomi dan finansial;


2) Kajian aspek rona awal lingkungan terhadap rencana pengembangan pelabuhan;
3) Rancangan Batas-batas DLKr-DLKp Pelabuhan Biaro dan Buhiasyang merupakan perbaikan
atas hasil FGD dan laporan antara.

Diskusi laporan ini dilakukan secara internal dengan mengundang beberapa pihak terkait untuk
memperoleh masukan lain mengenai hasil akhir dari study ini sehingga dalam penyusunan laporan
berikutnya dapat diperoleh satu kesimpulan yang mampu menampung banyak kepentingan. Hasil
diskusi ini dituangkan dalam satu Berita Acara yang ditindaklanjuti oleh Tim Konsultan dan menjadi
pedoman dalam penyusunan laporan berikutnya.

d. Laporan Akhir (Final Report)


Laporan akhir adalah bentuk akhir dari keseluruhan rangkaian pelaksanaan pekerjaan studi dan
merupakan penyempurnaan dari laporan akhir sementara sesuai dengan catatan dalam berita
acara pembahasan. Laporan akhir diserahkan oleh Tim Konsultan pada akhir masa pelaksanaan
pekerjaan yang terdiri dari:
1) Dokumen kompilasi dan analisis prediksi (buku 1) sebanyak 5 (lima) eksemplar dalam format
kertas A4;
2) Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan (buku 2) sebanyak 5 (lima) eksemplar
dalam format kertas A4;
3) Dokumen Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan sebanyak 5 (lima) eksemplar dalam
format kertas A3;
4) Laporan Akhir Studi Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) Pelabuhan sebanyak 5 (lima) eksemplar dalam format kertas A4;

23
5) Dokumen Executive Summary Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) Pelabuhan sebanyak 5 (lima) eksemplar dalam format kertas A3;
6) Softcopy dalam bentuk hardisk eksternal 1 (satu) unit

VII. PERSYARATAN LEGALITAS PENYEDIA JASA KONSULTANSI


1. Memiliki SBU Jasa Konsultansi Non Konstruksi Bidang Transportasi atau Memiliki SBU Bidang
Perencanaan Rekayasa Sub Bidang Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipil Air;

2. Pekerjaan sejenis: Studi Rencana Induk Pelabuhan/Terminal dan/atau Studi Penyusunan Daerah
Lingkungan Kerja dan Kepentingan Pelabuhan, dan/atau Rencana Induk Terminal Khusus/TUKS.

VIII. P E N U T U P

a. Kerangka Acuan Kerja ini sebagai petunjuk bagi konsultan, yang memuat masukan azas,
kriteria dan proses yang dipenuhi atau diperhatikan dan diinterpretasikan dalam melaksanakan
tugasnya. Dengan Kerangka Acuan Kerja ini diharapkan konsultan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang dimaksud oleh Pemberi Tugas.
b. Konsultan setelah menerima pengarahan penugasan dan semua bahan masukan, hendaknya
memeriksa dan memproses semua bahan yang ada serta mencari bahan masukan lain yang
dibutuhkan untuk pekerjaan perencanaan ini.
c. Untuk kesempurnaan pekerjaan perencanaan tersebut diatas Konsultan diminta mempelajari
segala informasi dan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan pekerjaan perencanaan
dimaksud.

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan
pekerjaan.
Satker Peningkatan Fungsi Kepelabuhan Pusat
Pejabat Pembuat Komitmen

Yesi Febriani M
19880204 201012 2 003

24

Anda mungkin juga menyukai