Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS DAUR HIDUP PEMBANGUNAN LANDASAN PACU BANDARA


INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

KELOMPOK 4

PHILMON CENDANA 2206061173


PIETRO CHRISTOPHER 2206061324
RAYI KHAIRUNNISA SYAHIR 2206811543
MUHAMMAD APRISAL HANAFI 2206825744
GANENDRA PRADITYA SUMARNO 2206830372

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan 4
BAB II DAUR HIDUP BANGUNAN SIPIL 5
BAB III ANALISIS DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN 6
BAB IV REKOMENDASI TEKNOLOGI 8
4.1. Pengendalian Pencemaran Udara 8
4.2. Pengendalian Pencemaran Air 8
4.3. Pengendalian Pencemaran Tanah 9
BAB V KESIMPULAN 9
REFERENSI 10
LAMPIRAN 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Life Cycle Assessment (LCA) merupakan metode yang biasa digunakan dalam pengukuran
dampak suatu objek sepanjang siklus hidupnya terhadap lingkungan. Ketika metode ini
digunakan dalam untuk menganalisa suatu proyek, hasil seluruh perhitungan dampak yang
dihasilkan selama siklus hidup objek dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan tolak ukur
dampak proyek terhadap lingkungan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan.

Target dari pengembangan LCA adalah untuk melakukan penilaian kuantitatif terhadap
dampak dari tahap-tahap LCA seperti ekstraksi raw material, manufacturing, distribusi,
konstruksi, penggunaan dan pemeliharaan, serta disposal. Nilai kuantitatif dari penggunaan
energi dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari perkerasan jalan dapat diketahui dengan
menggunakan suatu alat berbasis excel bernama Pavement Project Energy and Emission
Calculator (PPEEC). LCA dapat menjadi sarana bimbingan bagi perusahaan dalam
mengukur total emisi yang dihasilkan oleh prosedur, strategi, dan pilihan yang mereka pilih
dalam kegiatan proyek. Ketika dampak-dampak ini telah diketahui dan dianalisis, maka
pihak perusahaan dapat melakukan mitigasi dan mengembangkan teknologi untuk
meminimalisir masalah dampak pencemaran lingkungan terhadap proses yang memiliki
dampak besar.

Meskipun telah banyak hal yang dilakukan sebagai upaya dalam menilai dan mengurangi
dampak-dampak negatif yang dapat mengganggu lingkungan dari hasil proses proyek
perkerasan jalan, sebagian besarnya hanya memfokuskan studi pada perkerasan jalan di
jalan raya. Sedikit sekali yang fokus membahas tentang studi lingkungan pada proyek
perkerasan jalan landasan pacu bandara. Padahal bandara internasional merupakan salah
satu aspek penting dalam suatu negara guna memfasilitasi pembangunan nasional.

Terdapat sekitar 20000 bandara di Amerika Serikat yang beroperasi saat ini. Di Indonesia
sendiri, terdapat 287 bandara dan 10 diantaranya merupakan bandara internasional.
Sebagai suatu infrastruktur penting yang memakan lahan yang sangat luas, masalah
lingkungan yang merugikan seperti pemakaian energi dan perubahan iklim yang difaktori
oleh aktivitas transportasi-konstruksi seharusnya tidak diabaikan begitu saja. Namun,
kenyataannya kebijakan mengenai evaluasi terhadap masalah lingkungan hidup pada

3
proyeki perkerasan jalan pada landasan pacu bandara serta strategi untuk melakukan
rehabilitasi sangat jarang ditemukan. Maka dari itu, penulis melakukan studi mengenai LCA
terutama pada ruang lingkup gate to gate proses transportasi-konstruksi dari bandara
internasional.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut.
a. Apa saja tahap-tahap Life Cycle Assessment dari proses transportasi-konstruksi
bandara internasional?
b. Apa dampak Life Cycle Assessment dari proses transportasi-konstruksi bandara
internasional terhadap lingkungan?
c. Apa rekomendasi teknologi yang dapat meminimalisir dampak buruk Life Cycle
Assessment dari proses transportasi-konstruksi bandara internasional terhadap
lingkungan?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
a. Mengidentifikasi tahap-tahap Life Cycle Assessment dari proses transportasi-konstruksi
bandara internasional.
b. Mengetahui dampak Life Cycle Assessment dari proses transportasi-konstruksi bandara
internasional terhadap lingkungan.
c. Merekomendasikan teknologi yang dapat meminimalisir dampak buruk Life Cycle
Assessment dari proses transportasi-konstruksi bandara internasional terhadap
lingkungan.

4
BAB II
DAUR HIDUP BANGUNAN
Untuk menentukan dampak konsumsi energi serta emisi yang dapat diberikan oleh
pembangunan bandara internasional, terutama pada bagian pembuatan ataupun perkerasan
jalan landasan pacu, maka perlu ditentukan terlebih dahulu LCA pada pembangunan tersebut.
Skema LCA dan batasan sistem (input dan output) dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1. Skema LCA dan batasan sistem

Kelompok kita memilih tipe ruang lingkup gate to gate dengan transportasi dan konstruksi jalan
landasan pacu sebagai tinjauannya. Transportasi meliputi pengangkutan bahan-bahan yang
akan digunakan pada pembangunan tersebut dan konstruksi meliputi apa saja yang terjadi
dalam proses pembangunan maupun perkerasan jalan landasan pacu pada bandara
internasional.

5
BAB III
ANALISIS DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN

Terdapat 3 tahap transportasi yang harus dilewati pada LCA tersebut, yakni: transportasi atas
bahan mentah dari situs ekstraksi pada tempat pemrosesannya, transportasi atas bahan olahan
ke pabrik manufaktur, dan transportasi atas bahan produk dari tempat produksi ke lokasi
pekerjaan konstruksi. Meskipun kondisi idealnya adalah untuk mengetahui jarak spesifik dari
satu destinasi ke destinasi lainnya, studi menyimpulkan bahwa kontribusi pada tahap
transportasi pada umumnya kecil jika dibandingkan dengan tahapan lain jika tidak ada jarak
ekstrim yang harus dilewati. Transportasi bahan giling dari perkerasan aspal yang ada juga
diabaikan karena proyek diizinkan untuk menggunakan kembali perkerasan yang dihilangkan
sebagai bahan subbase untuk taxiway (landasan gelinding) baru daripada mengangkutnya ke
luar lokasi untuk didaur ulang atau dibuang. Life Cycle Inventory untuk pengangkutan material
bisa dilihat pada tabel 3.1. Emisi CO2 yang berlebih pada lingkungan dapat menyebabkan
pemanasan global dari efek gas rumah kaca yang dihasilkannya.

Penyumbang emisi utama pada tahap konstruksi disebabkan oleh emisi terkait pembakaran
dari penggunaan peralatan konstruksi. Model NONROAD (nonroad engines, equipment, and
vehicles) 2008 yang dikembangkan oleh EPA (Environment Protection Agency) digunakan
untuk menghitung emisi CO2 (g/jam) untuk off-road equipment berdasarkan fungsi, tenaga
kuda, dan jenis bahan bakarnya. Konsumsi energi dapat dihitung berdasarkan nilai kalor solar
bahan bakar dan faktor emisi CO2 yang dapat dilihat pada persamaan 3.1.

Setelah tingkat energi konsumsi diketahui, maka tingkat emisi untuk CH4 dan N2O juga bisa
didapatkan dengan cara yang mirip dengan persamaan tersebut. Tingkat konsumsi energi pada
konstruksi oleh peralatan konstruksi dapat dilihat pada tabel 3.2. N2O dan CH4 termasuk dalam
kategori yang sama dengan CO2, yaitu Gas Rumah Kaca yang bisa menyebabkan pemanasan
global dimana suhu bumi akan naik dan merusak ekosistem yang ada.

Pembangunan bandara juga memerlukan lahan yang luas dalam membuat ataupun perkerasan
jalan landasan pacu. Pembangunan ini memerlukan pengalihan fungsi lahan karena alih fungsi
lahan atau konversi lahan merupakan suatu proses yang dinamis dan selalu akan terjadi
mengikuti perkembangan penduduk maupun pola pembangunan wilayah. Pembangunan
bandara pada umumnya dibangun di daerah pedesaan yang belum terhubung oleh transportasi
udara. Di daerah pedesaan yang model pembangunannya berorientasi pada sektor pertanian

6
sering terjadi alih fungsi lahan pertanian terutama sawah. Pembangunan ini menuntut
pembebasan lahan yang berdampak negatif terhadap lingkungan melalui alih fungsi lahan
pertanian menjadi bandara, termasuk mengganggu ketersediaan air pada lahan pertanian.
Ketersediaan air ini akan mempengaruhi kehidupan dari suatu tempat. Warga sekitar akan
kesulitan dalam mengakses air bersih dikarenakan sumber mata air tercemar oleh
pembangunan. Selain itu, pertanian dan tumbuhan akan mati karena kurangnya ketersediaan
air bersih dan akan mengakibatkan kekeringan. Oleh karena itu, alih fungsi pertanian
menurunkan kualitas lingkungan sehingga berdampak pada kualitas pertanian.

Selain terganggunya kualitas tanah akibat alih fungsi lahan, perkerasan landasan pacu bandara
menyebabkan pencemaran udara dan suara. Pencemaran udara akibat dari asap-asap dari alat
berat yang menggunakan bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar fosil menimbulkan emisi
antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NO2),dan sulfur dioksida (SO2) yang
menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global). Debu juga
menjadi salah satu polutan yang dihasilkan oleh konstruksi perkerasan jalan landasan pacu.
Pengangkutan material keluar masuk lokasi konstruksi menimbulkan partikulat debu yang
cukup tinggi. Debu ini akan mengakibatkan terganggunya kesehatan pada manusia khususnya
pada saluran pernafasan. Selain itu, partikulat debu yang dihasilkan oleh proses konstruksi juga
dapat mengganggu efektivitas fungsi lahan pertanian di sekitar area konstruksi. Hal tersebut
disebabkan karena tanaman-tanaman pertanian dapat tertutupi oleh debu-debu hasil konstruksi
yang mengakibatkan penurunan kualitas atau bahkan kegagalan total dari tanaman pertanian
tersebut.

7
BAB IV
REKOMENDASI TEKNOLOGI

4.1. Pengendalian Pencemaran Udara


Pada proses konstruksi perkerasan jalan di bandara, sumber pencemaran udara berdasar
dari penggunaan bahan bakar fosil dan pengangkutan material. Tindakan yang dapat
langsung dilakukan sebagai upaya dalam mengendalikan pencemaran udara pada
konstruksi perkerasan jalan di bandara diantaranya adalah menyiram tanah secara berkala
agar debu tidak berterbangan, menutup penyimpanan material menggunakan terpal,
melakukan pencucian terhadap roda-roda kendaraan, dan mengaspal jalan di dalam dan di
luar agar debu tidak terbang ke atmosfer, dan lain-lain.

Adapun tindakan yang dapat dilakukan yaitu pengaplikasian teknologi pada kendaraan
yang digunakan untuk mengangkut material dan alat-alat berat yang digunakan untuk
melakukan proses konstruksi. Teknologi yang dapat direkomendasikan adalah dengan
menggunakan bahan bakar alternatif biogas. Teknologi biogas merupakan teknologi
sederhana yang mengkonversi kotoran sapi, limbah organik, bahkan kotoran manusia
menjadi bahan bakar. Dilansir dari laman Hindustan Times pada Rabu, 28 Juli 2021, salah
satu biogas yang terbuat dari limbah wiski terbukti menghasilkan polusi kendaraan yang
lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar yang berasal dari fosil. Partikulat
berbahaya dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pun jauh lebih rendah mencapai 99%
dari yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Bahan bakar biogas tersebut telah
dikembangkan oleh sebuah brand minuman keras yang bernama Glenfiddich di Skotlandia.

Teknologi lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sel surya sebagai
pembangkit listrik. Meskipun sel surya tetap menghasilkan emisi dari proses manufaktur
dan transportasinya, namun emisi tersebut jauh lebih rendah dari menggunakan listrik
dengan bahan bakar fosil. Dari penelitian yang dilakukan oleh Champ Silpa, Vorayos, dan
Kiatsiriroat (2010) yang mengevaluasi hasil numerik pada aspek lingkungan pembangkit
listrik sel surya yang berlokasi di Thailand. Penelitian ini menyatakan bahwa pembangkit
listrik sel surya menghasilkan gas CO2 yang jauh lebih rendah dari pembangkit listrik
dengan bahan bakar fosil. Dampak lingkungan secara keseluruhan yang dihitung dari
LCA-NETS juga menunjukkan bahwa sel surya merupakan teknologi yang lebih ramah
lingkungan.

4.2.Pengendalian Pencemaran Air


Air hujan yang membawa debu-debu serta material-material kecil dapat mencemari sungai
dan mata air. Air yang membawa limbah berbahaya tersebut sebaiknya diolah terlebih
dahulu. Teknologi yang disarankan oleh penulis adalah dengan memasang Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL merupakan teknologi yang dirancang untuk mengelola
air limbah biologis dan kimiawi, sehingga air tersebut memungkinkan untuk digunakan
kembali pada aktivitas lain dan tidak mencemari lingkungan.

8
Proses pengelolaan air limbah ini terbagi menjadi 4, yang pertama adalah Pre-Treatment
(Primary Treatment) yaitu proses untuk menyisihkan padatan yang terdapat pada air. Tahap
selanjutnya adalah Secondary Treatment yaitu proses untuk menyisihkan bahan-bahan
organik yang larut dalam air. Polutan yang tidak dapat disisihkan pada proses Secondary
Treatment akan disisihkan pada proses selanjutnya yaitu Tertiary Treatment (Advance
Treatment). Selanjutnya, sludge dari proses sebelumnya akan diproses sebelum dilepas ke
lingkungan. Proses ini disebut proses Sludge Handling.

4.3. Pengendalian Pencemaran Tanah


Untuk menghindari risiko banjir dan longsor akibat perubahan permukaan tanah dan
pengalihan fungsi tanah, sebaiknya sistem drainase pada proses konstruksi dibuat dengan
sebaik mungkin. Sistem drainase yang baik adalah sistem drainase yang dapat
mengalirkan air dengan baik. Material-material konstruksi seperti agregat dan semen harus
dijaga agar tidak menyumbat sistem drainase. Dengan adanya sistem drainase yang baik,
maka risiko banjir dan longsor dapat diminimalisir.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan proses transportasi dan konstruksi yang kelompok kami tinjau pada LCA
pembangunan perkerasan landasan pacu bandara internasional, proses tersebut tentu
menimbulkan dampak buruk pada lingkungan sekitarnya seperti gas rumah kaca yang
menimbulkan pemanasan global, terganggunya kualitas tanah akibat alih fungsi lahan,
konsentrasi partikulat debu cukup tinggi yang mengganggu saluran pernafasan dan aktivitas
pertanian sekitar. Rekomendasi teknologi yang dapat kami berikan untuk mengatasi masalah
tersebut berupa bahan bakar alternatif berupa biogas untuk mengatasi masalah gas rumah
kaca, sumber energi berupa sel surya yang emisi CO2 sedikit jika dibandingkan dengan
pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil, pemasangan IPAL untuk air yang tercemar, serta
sistem drainase yang baik untuk mencegah banjir dan longsor yang akan berdampak buruk
kepada kondisi tanah di sekitarnya. Harapannya dengan rekomendasi teknologi dan metode
pencegahan tersebut, pencemaran kepada lingkungan pun dapat diminimalisir.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chen, X., & Thakkar, C. (2018, November). Life-Cycle Assessment of Airport Pavement Design

Alternatives for Energy and Environmental Impacts. Life-Cycle Assessment of Airport

Pavement Design Alternatives for Energy and Environmental Impacts. Retrieved

December 20, 2022, from

https://vsgc.odu.edu/acrpdesigncompetition/wp-content/uploads/sites/3/2018/11/Environ

mental_Second-Place_Wang.pdf

Kurniawan, D., & Priyanto, W. (2021, July 28). Limbah Wiski Diubah Menjadi Bahan Bakar

Biogas, Lebih Ramah Lingkungan. Otomotif. Retrieved December 20, 2022, from

https://otomotif.tempo.co/read/1488116/limbah-wiski-diubah-menjadi-bahan-bakar-bioga

s-lebih-ramah-lingkungan

Rahardjo, P. (2012, 11 28). Teknik Pengendalian Pencemaran. Repository UNTAR. Retrieved

December 20, 2022, from

http://repository.untar.ac.id/1394/1/makalah%20Semnas%20Unsri%20%20Palembang%

202012.pdf

10
LAMPIRAN

Tabel 3.1. Life Cycle Inventory pengangkutan material

Persamaan 3.1

11
Tabel 3.2. Tingkat konsumsi energi pada konstruksi oleh peralatan konstruksi

12

Anda mungkin juga menyukai