Anda di halaman 1dari 159

DOKUMEN AMDAL

RENCANA PENGEMBANGAN BANDAR UDARA YOGYAKARTA


INTERNATIONAL AIRPORT (PENGEMBANGAN GATE 3 TAHAP I) DI
KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh
Daffa Aqsa Alhakim (205100900111004)
Muhammad Raihan Nazhif Putranto (205100900111007)
Christian Ade Nugraha Putra (205100900111009)
I Wayan Ardiana (205100900111034)
Nada Yumna Herdianti (205100901111036)
Muti Iman Ramadhani Ediono (205100907111016)
Adhisty Nabila Putri (205100907111030)

DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan dan Manfaat 4
1.3 Pelaksanaan Studi 4
1.3.1 Pemrakarsa dan Penanggung Jawab Rencana dan/atau Usaha 4
1.3.2 Pelaksana Studi AMDAL 4
BAB II PELINGKUPAN 6
2.1 Deskripsi Rencana Usaha/Kegiatan 6
2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal 7
2.2.1 Komponen Geo-Fisik-Kimia 7
2.2.2 Komponen Sosial Budaya 18
2.2.3 Komponen Ekonomi 19
2.4 Dampak Penting Hipotetik 21
2.4.1 Kegiatan Penyebab Dampak di Yogyakarta International Airport 21
2.5 Evaluasi 29
2.5.1 Evaluasi Kecenderungan 29
2.5.2 Evaluasi Tingkat Kritis 36
2.5.3 Evaluasi Ketaatan 37
2.6 Batas Wilayah Studi dan Waktu Kajian 38
2.6.1 Batas Wilayah Studi 38
2.6.2 Batas Waktu Kajian 40
BAB III METODE STUDI 43
3.1 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data 43
3.1.2 Komponen Sosial Ekonomi Budaya 50
3.1.3 Kesehatan Masyarakat 52
3.2 Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting 55
3.2.1 Metode Formal 56
3.2.2 Model Analogi 59
3.2.3 Metode Penilaian Para Ahli 59
3.3 Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting 59
3.4 Metode Penentuan Kelayakan Lingkungan Hidup 60
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 65

2
BAB I PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang


Bandar Udara, sebagai salah satu infrastruktur utama dalam sektor
transportasi udara, berperan sebagai tempat penyediaan layanan angkutan
udara yang harus diatur secara komprehensif guna memastikan ketersediaan
jasa penerbangan. Dalam pengelolaan penerbangan ini, perlu
mempertimbangkan Tatanan Kebandarudaraan Nasional, keamanan dan
keselamatan operasi penerbangan, perkiraan kebutuhan layanan angkutan
udara, pedoman dan standar perencanaan yang berlaku, pengelolaan
lingkungan, rencana tata ruang wilayah, kelayakan ekonomi dan teknis, serta
pertahanan dan keamanan nasional. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut,
diharapkan dapat terwujud operasi penerbangan yang handal dan berkualitas
tinggi, serta memenuhi standar internasional yang ditetapkan oleh International
Civil Aviation Organization (ICAO) untuk perencanaan bandar udara.
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu kota yang sering
menggunakan transportasi udara terutama pada sektor pariwisata. Bandar Udara
Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA) adalah
sebuah bandar udara internasional yang terletak di Kabupaten Kulon Progo,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunan Bandar Udara Internasional
Yogyakarta ini merupakan wujud nyata dari agenda pembangunan sektoral
terintegrasi yang terpusat di wilayah Pantai Selatan. Pembangunan ini dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengembangan
infrastruktur wilayah, dan pengembangan kehidupan sosial masyarakat.
Keberadaan bandara memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan
ekonomi dan laju pertumbuhan wilayah yang relatif lebih cepat. Selain itu,
kehadiran bandara ini menjadi alasan atas banyaknya penumpang di Adisutjipto
yang jauh melebihi kapasitas semestinya. Bandara ini akan menggantikan peran
bandara Adisutjipto Yogyakarta yang kondisinya sudah cukup padat. Saat ini,
Bandara Adisucipto masih melayani penerbangan khusus untuk pesawat
baling-baling. Sementara semua rute penerbangan domestik dan internasional
dialihkan ke Bandara Internasional Yogyakarta.
Pembangunan yang dilakukan untuk bandara baru di Kabupaten
Kulonprogo ini menjadi tantangan skala lokal, regional, hingga global. Namun,
perlu adanya respon akan solusi inovatif dan kreatif sehingga menjadikan
pembangunan ini tepat guna dan layak operasi dengan tetap mengedepankan
prinsip-prinsip akan keberlanjutan lingkungan. Keberadaan dari Yogyakarta
International Airport (YIA) ini akan menjadi bentuk urban catalyst. Dijadikannya
bandara baru dari Daerah Istimewa Yogyakarta ini akan dapat membawa bentuk
pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian kota. Adapun harapan dari
pembangunan bandar udara baru ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat khususnya di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bandara baru
di Kulon Progo Yogyakarta ini telah mulai beroperasi di bulan April tahun .
Rincian dari tahapan pembangunan bandara ini mencakup tiga tahapan dengan
target akhir kapasitas penumpang di tahap ketiga yaitu sebanyak 25 juta
penumpang pada tahun 2046.
Rencana Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International
Airport (Pengembangan Gate 3 Tahap I) di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu proyek yang bertujuan untuk

3
menambah area pemindahan penumpang dan awak maskapai penerbangan ke
dalam pesawat terbang. Gate ini berfungsi sebagai pintu untuk proses
bergeraknya penumpang keluar dari ruang tunggu di terminal menuju bus atau
langsung menuju pesawat. Semakin besar bandara, maka akan semakin banyak
gate yang tersedia.

1.1 Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 


1.1.1 Status Studi AMDAL 
Penyusunan dokumen Amdal kegiatan Rencana Pengembangan Bandar Udara
Yogyakarta International Airport (Pengembangan Gate 3 Tahap I) di Kabupaten Kulon
Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan upaya dari pemrakarsa
yaitu PT. Angkasa Pura I (Persero) Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan kegiatan
yang berwawasan lingkungan. Rencana Rencana Pengembangan Bandar Udara
Yogyakarta International Airport (Pengembangan Gate 3 Tahap I) di Kabupaten Kulon
Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini dapat menimbulkan dampak positif
maupun negatif terhadap lingkungan baik komponen lingkungan geofisik, kimia,
biologi, sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan masyarakat.
Rencana pembangunan Gate 3 Tahap I direncanakan seluas kurang lebih 1 ha.
Pembangunan merupakan perluasan Terminal Internasional dengan penambahan
terletak di sebelah Gate 2 Terminal Internasional eksisting. Pembangunan Gate 3
Tahap I terbagi menjadi pembangunan fasilitas sisi darat yaitu Gate 3 Terminal
Internasional dan perluasan gedung Terminal Internasional. Saat ini status proyek
pembangunan Gate 3 berada dalam proses Final Engineering Design (FED).
Selain itu, studi Amdal ini merupakan bentuk ketaatan pemrakarsa, dalam hal ini
PT. Angkasa Pura I (Persero) dalam memenuhi semua ketentuan perundangan dan
peraturan yang berlaku dalam kegiatan Rencana Rencana Pengembangan Bandar
Udara Yogyakarta International Airport (Pengembangan Gate 3 Tahap I) di Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dokumen Amdal yang disusun ini
akan digunakan untuk menilai kelayakan lingkungan terkait rencana kegiatan Rencana
Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport (Pengembangan Gate
3 Tahap I) di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta PT.
Angkasa Pura I (Persero).

1.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana


Tata Ruang
Berdasarkan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bupati Kulon Progo No 13 Tahun 2019 tentang Pedoman
Teknis Penataan Ruang dijelaskan bahwa:
1. Sesuai dengan PP No. 13 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) dan Keputusan Menteri PUPR Nomor 98/KPTS/M/2019
tentang Penetapan Status Fasilitas Umum Bandar Udara Internasional Yogyakarta
di Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Sistem perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana diatur di dalam UU
Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 Pasal 6 menganut paham perencanaan
berjenjang dan komplementer antara RTRWN, rencana Tata Ruang wilayah
Provinsi (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota,
dengan demikian muatan RTRWN wajib diakomodasikan dalam RTRW yang ada di
bawahnya. Dalam hal RTRW yang lebih rinci (RTRWP dan/ atau RTRW) belum

4
tersedia, maka pemanfaatan ruang merujuk ketentuan RTRW di atasnya
(RTRWN).
3. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka yang digunakan sebagai acuan
normatif di dalam studi amdal pengembangan bandar udara Yogyakarta
International Airport adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Pembangunan Gate 3 Tahap I direncanakan di Desa Glagah, Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara geografis berada pada titik koordinat
7°54′27″ LS dan 110°03′16″ BT. Luas pembangunan direncanakan adalah 1 hektar.
Dengan demikian, rencana pembangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN). Sementara itu, kesesuaian lokasi pembangunan Gate 3
Tahap I dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten diharapkan dapat diakomodir
dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten yang sedang dalam proses revisi.

1.1.3 Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


1.1.3.1 Gambaran Umum Kegiatan Saat ini
Gambaran umum yang diidentifikasi terkait kondisi penyelenggaraan
pelayanan Bandar Udara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo saat ini
bertujuan untuk mengenali, mendata, serta mengetahui akan kondisi kapasitas
dan kemampuan unsur organisasi atau fungsi manajemen yang sesuai dengan
Standar Pelayanan dari penyelenggaraan Bandar udara. Unsur organisasi ini
berkaitan dengan kelembagaan, SDM, sarana dan prasarana, anggaran, sistem
dan prosedur, serta aspek. Identifikasi ini dilakukan dengan metode observasi,
mencermati, dan meneliti berbagai praktek kebijakan dan implementasi aturan
yang terkait serta dan mendasari penyelenggaraan pelayanan bandar udara.
Hasil identifikasi ini menjadi pertimbangan akan pengembangan dari Bandar
Udara Yogyakarta International Airport.
Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) adalah bandara yang dibangun
di di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada 29 Maret 2020, bandara ini sudah dapat beroperasi secara penuh untuk
melayani penumpang dari dan ke Yogyakarta dan diresmikan pada 28 Agustus
2020 lalu. Bandara bertaraf internasional ini dirancang dengan nuansa budaya
Yogyakarta yang memiliki luas 587,3 ha dibangun dengan kapasitas ultimate 24
juta penumpang, dimensi panjang runway 3.600 m, dengan terminal seluas
235.000 m2. YIA memiliki stasiun kereta api tepatnya di lantai 2 terminal
keberangkatan dengan luas stasiun 11.737 m2, dilengkapi dengan lahan parkir
kendaraan dengan kapasitas 18.727 kendaraan. Tahap awal pembangunan
fasilitas terminal seluas 195.000 m2 dengan daya tampung sebesar 14 juta
penumpang per tahun. YIA mengakomodasi kebutuhan transportasi udara
sekaligus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan jalur
selatan Jawa yang mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta hingga
kawasan selatan dan barat daya Jawa Tengah. Bandara YIA memiliki luas apron
371.205 m2 dengan kapasitas 28 pesawat, dengan ukuran runway 3.250 m x 60
m. Bandara YIA dibangun dengan konsep Aerotropolis yang dilengkapi dengan
akses kereta api.
Volume pergerakan penumpang di Bandara YIA 10 tahun terakhir
mengalami trend yang semakin meningkat dan memiliki kecenderungan untuk
semakin meningkat pada masa yang akan datang. Pada tahun 2023, YIA telah
melayani sebanyak 195.324 penumpang, atau mengalami pertumbuhan hingga
70,55% apabila dibandingkan dengan tahun 2022. Begitu pula dengan

5
pergerakan pesawat udara yang mengalami kenaikan sebesar 8,49% atau 1.304
pergerakan pesawat, dan lalu lintas kargo yang juga menunjukkan tren
pertumbuhan sebesar 18,37% atau 634.512 kg kargo melalui YIA di tahun 2023.
YIA sebagai salah satu bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I dapat
memberikan proyeksi yang positif ke depannya. Didukung pula oleh persyaratan
pelaku perjalanan yang juga semakin mudah. Terlebih lagi pemerintah telah
memasukkan YIA sebagai salah satu pintu masuk internasional melalui
penerbangan reguler, dan kami menyambut baik atas kondisi tersebut. Saat ini
kami tengah memastikan kesiapannya bersama dengan seluruh instansi
pendukung terkait.
Jarak berjalan terjauh dari terminal kedatangan domestik, didapatkan
jarak perpindahan penumpang dari pesawat menuju ke baggage claim adalah
775 m. Sedangkan jarak berjalan terjauh dari terminal kedatangan internasional,
didapatkan jarak perpindahan penumpang dari pesawat ke immigration adalah
485 m. Berdasarkan standar IATA (2004), jarak berjalan antar fasilitas yang
paling jauh untuk penumpang berjalan kaki agar penumpang tetap merasa
nyaman adalah 300 m.

Tabel 1.1 Data Jarak Berjalan dan Waktu Tempuh

Fasilitas yang Ada Saat Ini di Bandar Udara Yogyakarta International Airport
Fasilitas - Fasilitas yang ada saat ini di Bandar Udara Yogyakarta
International Airport yaitu:

6
1. Fasilitas Sisi Udara
a. Landas Pacu (Runway)
b. Runway Strip (1.011.000 m2)
c. Landas Hubung (Taxiway)
d. Rapid Exit Taciway (RET)
e. Exit Taciway
f. Parallel Taxiway
g. Landas Parkir (Apron)
h. Holding Bay seluas 45.914 m2

2. Fasilitas Sisi Darat


a. Bangunan Terminal Penumpang
1) Umum
2) VIP
b. Bangunan Operasi Bandar Udara
1) Bangunan Administrasi
2) Bangunan Operasional
3) Bangunan Teknik
c. Bangunan Fasilitas Penunjang
1) Bangunan Pemeliharaan Fasilitas Operasional Bandar Udara
2) Bangunan Komersial
3) Bangunan Air Traffic Controller
4) Gedung Parkir Kendaraan
5) Bangunan Fuel Farm
6) Bangunan Kantor Polisi
7) Bangunan Ground Support Equipment
8) Airport Maintenance Building
9) Bangunan kantor keamanan dan polisi bandara
10) Bangunan Hanggar
11) Bangunan area komersial
12) Bangunan gedung Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran
13) Stasiun Kereta Api
14) Bangunan Perbengkelan
15) Bangunan degung Catering

3. Fasilitas Navigasi Penerbangan


a. Very High Frequency Omni Range (VOR)/DME
b. Instrument Landing System (ILS)
c. Fasilitas Radar

4. Fasilitas Alat Bantu Pendaratan Visual


a. Flood light,
b. Runway light,
c. Approach light (PALS),
d. Precision Approach Path Indicator/ PAPI,
e. Sequence Flashing Light (SQFL),
f. Taxiway light

7
5. Fasilitas Komunikasi Penerbangan
A. Fasilitas Navigasi Penerbangan
a. Non Directional Beacon (NBD)
b. Distance Measuring Equipment (DME)
c. Automatic Terminal Information System/ ATIS,
d. Runway Visual Range/ RVR,
e. Primary Surveillance Radar System/ PSR,
f. Monopulse Secondary Surveillance System/ MSSR,
g. Radar Data Processing System/ RDPS,
h. Display Radar

B. Alat Bantu Pendaratan Instrument


a. Instrument Landing System/ILS,
b. Localizer,
c. Glide path,
d. Very High Frequency Omni Directional Range (DVOR)
e. Distance Measuring Equipment (DME),
f. Middle marker,
g. Outer marker,

C. Fasilitas Komunikasi Penerbangan


a. High Frequency (HF)
b. Very High Frequency (VHF),
c. Single Side Band/ SSB,
d. Very Small Aparture Terminal/V SAT,
e. Aerodrome Control/ ADC,
f. Approach Control/ APP,
g. Aeronautical Message Switching Center/AMSC,
h. Recording system

6. Fasilitas Pengelolaan Lalu Lintas Udara (ATC Management)


a. Ruang Udara yang Dikendalikan (Controlled Airspace)
b. Ruang Udara yang Tidak Dikendalikan (Un-Controlled Airspace)

7. Fasilitas Penunjang Utilitas


a. Sistem Komunikasi
b. Sistem Informasi
1) Sistem Data Informasi Penerbangan (Flight Information Data
System)
2) Tata Suara
a) Area Check In
b) DepartureLounge
c) Boarding Lounge
d) Baggage Claim Area
e) VIP Room
f) Officers
g) Public Hall
c. Sistem Suplai Air Bersih
1) Sumber Air Bersih

8
2) Konsumsi Air Bersih
3) Kebutuhan Air Bersih
a) Kebutuhan Air Eksisting
b) Kebutuhan Air Saat 62 JPT
c) Kebutuhan Air Saat 80 JPT
4) Sistem Jaringan Air Bersih
d. Sistem Pengolahan Limbah Cair
1) Sumber Air Limbah
2) Produksi Air Limbah Domestik
3) Sistem Pengaliran Limbah Cair Domestik
4) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Eksisting
e. Pengolahan Sampah
1) Sumber Sampah
2) Timbulan sampah
3) Sistem Pemilahan dan Pewadahan
4) Sistem Pengumpulan
5) Sistem Pengangkutan
6) Pengolahan dan Pemrosesan Akhir
f. Sistem Penanganan Limbah B3
1) Sumber Limbah B3;
a) Bengkel
b) Main Power Station (MPS)
c) Klinik : Medical Centre dan KKP (Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I SH/A)
d) Fasilitas Karantina Ikan serta Hewan dan TumbuhaN
e) Maintenance Pesawat Milik Pertamina (SHIPS)
f) Fasilitas Komersil Penghasil Limbah B3 (diwakili oleh Garuda
Maintenance Facility (GMF)
2) Timbulan Limbah B3
g. Sistem Kelistrikan

Sumber Daya Manusia


Tabel x.x Jumlah Tenaga SDM berdasarkan Jenjang Keahlian

9
Aktivitas Bandar Udara YIA
Pada terminal keberangkatan, jalur penumpang bervariasi tergantung pada
penumpang check-in dan transportasinya maupun tidak memiliki bagasi. Berikut
merupakan alur pergerakan penumpang keberangkatan yaitu:

Gambar x.x Alur Terminal Penumpang Keberangkatan


Sumber: Data diolah, 2023

Setelah pesawat mendarat, penumpang dapat mengikuti dua jalur yang


berbeda yaitu naik ke penerbangan lain atau meninggalkan bandara. Berikut
merupakan alur pergerakan penumpang kedatangan yaitu:

10
Gambar x.x Alur Terminal Penumpang Kedatangan
Sumber: Data diolah, 2023

Gambar x.x Layout Terminal Lantai 1

11
Gambar x.x Layout Terminal Lantai 2

Kapasitas Sektor Pelayanan Bandar Udara Yogyakarta International


Airport
Bandara bertaraf internasional ini dirancang dengan nuansa budaya
Yogyakarta. Bandara NYIA memiliki luas 587,3 ha dibangun dengan kapasitas
ultimate 24 juta penumpang, dimensi panjang runway 3.600 m, dengan terminal
seluas 235.000 m2. NYIA akan memiliki stasiun kereta api tepatnya di lantai 2
terminal keberangkatan dengan luas stasiun 11.737 m2, dilengkapi dengan lahan
parkir kendaraan dengan kapasitas 18.727 kendaraan. Pembangunan fasilitas yang
ada di terminal pada awalnya adalah seluas 195.000 m2 dengan daya tampung 14
juta penumpang per tahun. Dengan rekapitulasi dan analisis Kapasitas dari tiap
sektor pelayanan dari Bandar Udara Yogyakarta International Airport, maka dapat
diprediksi besaran ruang yang dibutuhkan pada tiap area di Bandar Udara
Yogyakarta International Airport. Rekapitulasi analisis kapasitas Bandar Udara
Yogyakarta International Airport yang menjadi acuan pengembangan Gate ini
adalah sebagai berikut:

No Kelompok Besaran Ruang

1. Keberangkatan 20471 m2

2. Kedatangan 7685 m2

3. Transit 45,57 m2

12
4. Maskapai Penerbangan 577,76 m2

5. Kantor Pengelola Bandar Udara 400 m2

6. Konsesi dan Retail Toko 550,321 m2

7. Fasilitas Penunjang 579, 36 m2

Total Besaran Ruang Terminal Bandar Udara 30.309.011 m2


Sumber: Data diolah, 2023

1.2 Kajian Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan yang Telah Dilakukan

Perubahan dampak lingkungan hidup yang terjadi di suatu kawasan yang


disebabkan oleh suatu kegiatan akan sangat terpengaruh oleh perubahan yang terjadi
pada kondisi kegiatan sumber dampak itu sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh
pada semester I Tahun 2022 perubahan kondisi Bandar Udara YOGYAKARTA
INTERNATIONAL AIRPORT bila dilihat dari sisi sumber dampak yaitu jumlah pesawat
dan jumlah penumpang beserta sumber dampak turunannya.

1. Kebisingan
Pengukuran kebisingan sesaat di Terminal 1, 2 dan 3 (kedatangan dan
keberangkatan) masih menunjukkan kondisi kebisingan masih dibawah baku mutu
yang dipersyaratkan, kecuali untuk di Terminal 2E (keberangkatan) melebihi baku mutu
yang dipersyaratkan. Nilai kebisingan di Terminal 1b Kedatangan sebesar 65 dB(A),
lebih rendah tiga angka dibandingkan hasil pengukuran semester II tahun 2023 yaitu 68
PT ANGKASA PURA II Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Studi
AMDAL Rencana Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport
(Pengembangan Gate 3, Landas Pacu 3 dan Automatic People Mover System) I - 23
dB(A). Hal yang sama juga terlihat di Terminal 1B keberangkatan dimana nilai
kebisingan sebesar 63 dB(A), lebih rendah dibandingkan hasil pengukuran pada
periode semester I yaitu 64,8 dB(A). (Hasil Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022
Semester I).
Hal tersebut menunjukkan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah
penumpang tidak berpengaruh besar dengan peningkatan nilai kebisingan di Terminal
Bandar Udara Yogyakarta International Airport. Gambaran kecenderungan tingkat
kebisingan sesaat di Bandar Udara Yogyakarta International Airport Periode tahun 2012
sampai tahun 2015 ditampilkan pada gambar berikut.

13
Gambar 2.4 Kecenderungan Tingkat Kebisingan Sesaat di Bandar Udara
Yogyakarta International Airport
Sumber: Hasil Pelaksanaan Monitoring tahun 2022

2. Kualitas Udara Ambien


Hasil pengukuran parameter SO2 di 4 titik pengamatan, yaitu sisi barat (Pos 7), sisi
timur (Pos 23). sisi Utara (Pos CCTV), dan sisi selatan (Pos 01) secara umum
cenderung mengalami peningkatan jumlah polutan di bandingkan hasil pengukuran
periode Tahun 2023 semester II (dua). Namun hasil pengukuran tersebut masih di
bawah baku mutu yang dipersyaratkan (Hasil Pelaksanaan Monitoring Tahun 2023
Semester I).
Dari gambar – gambar yang disajikan dalam evaluasi kecenderungan pengukuran
udara yang diambil dari laporan pelaksanaan RKL – RPL Tahun 2022 Semester I yang
disajikan dalam bentuk grafik garis yaitu pada gambar di bawah, grafik tersebut tidak
sesuai di karenakan pengambilan sampel dilakukan secara sesaat, apabila disajikan
dalam bentuk grafik batang akan lebih menunjukan pengukuran pada saat tersebut.
gambar grafik batang disajikan dalam gambar di bawah.

14
Gambar 2.5 Grafik Kecenderungan Kualitas Udara Parameter SO2
Sumber: Hasil Pelaksanaan Monitoring tahun 2022

Gambar 2.6 Kecenderungan Kualitas Udara Parameter CO


Sumber: Hasil Pelaksanaan Monitoring tahun 2022

15
Gambar 2.7 Kecenderungan Kualitas Udara Parameter NO2
Sumber: Hasil Pelaksanaan Monitoring tahun 2022

Gambar 2.8 Kecenderungan Kualitas Udara Parameter HC


Sumber: Hasil Pelaksanaan Monitoring tahun 2022

16
Gambar 2.9 Kecenderungan Kualitas Udara Parameter TSP (Debu)
Sumber: Hasil Pelaksanaan Monitoring tahun 2022

3. Kualitas Air Permukaan


Hasil uji laboratorium tingkat polutan sebagian besar parameter masih di bawah
baku mutu namun dari sisi kuantitas volume penggunaan air cenderung terus
meningkat berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah dan aktivitas sebelum, saat,
dan sesudah penerbangan. Hal ini juga akan mempengaruhi kualitas air permukaan
baik secara langsung maupun tidak langsung (Hasil Pelaksanaan Monitoring Tahun
2022 Semester I).
Hasil pengukuran parameter kualitas air permukaan di area Bandar Udara
Yogyakarta International Airport memperlihatkan hasil yang relatif baik. Hal tersebut
karena hasil pengukuran masih di bawah baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan.
Hasil pengukuran parameter pH, nitrat, dan fosfat menunjukkan masih dalam kondisi
baik kecuali untuk BOD5 yang melewati baku mutu (Hasil Pelaksanaan Monitoring
Tahun 2022 Semester I).

17
Gambar 2.10 Kecenderungan Kualitas Air
Sumber: Hasil Pelaksanaan Monitoring tahun 2022

4. Limbah Cair
Hasil pengukuran kualitas limbah cair yang dihasilkan dari operasional Bandar
Udara Yogyakarta International Airport memperlihatkan kondisi di beberapa parameter
yang melewati baku mutu (Hasil Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022 Semester I).
Gambaran kecenderungan parameter pH, TSS, Amoniak, Nitrat, MBAS, dan Minyak &
Lemak ditampilkan pada gambar berikut.

18
Gambar 2.11 Kecenderungan Limbah Cair
Sumber: Hasil Pelaksanaan Monitoring tahun 2022

5. Limbah Padat
Volume limbah padat cenderung bertambah dari tahun ke tahun.Hal ini berbanding
lurus dengan meningkatnya jumlah aktivitas pengunjung, penumpang dan penerbangan
baik itu sebelum, saat, dan sesudah penerbangan (Hasil Pelaksanaan Monitoring
Tahun 2022 Semester I).

6. Sosial Ekonomi dan Masyarakat


Kondisi sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat (kesmas) di sekitar area bandar
udara internasional Soekarno-Hatta masih relatif baik. Hal tersebut terlihat dari tidak
adanya keluhan masyarakat yang berada di sekitar bandar udara terkait dengan
operasional Bandar Udara. PT Angkasa Pura II (Persero) (Persero) juga telah berupaya
meningkatkan kesejahteraan kepada masyarakat sekitar dengan meningkatkan
peluang tenaga kerja lokal untuk bekerja di area Bandar Udara Yogyakarta International
Airport. Program lainnya yang dilakukan adalah dengan pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR), baik dengan program peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar maupun bantuan kesehatan ke puskesmas-puskesmas dan rumah ibadah yang
berada di sekitar area bandar udara Yogyakarta International Airport (Hasil
Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022 Semester I).

19
2.5.2 Evaluasi Tingkat Kritis
Evaluasi tingkat kritis dimaksudkan untuk menilai tingkat kekritisan (critical level)
dari suatu dampak. Evaluasi tingkat kritis dapat dilakukan dengan data basil pemantauan
dari waktu ke waktu maupun data dari pemantauan sesaat.
Evaluasi tingkat kritis adalah evaluasi terhadap potensi risiko dimana suatu kondisi akan
melebihi baku mutu atau standar lainnya, baik untuk periode waktu saat ini maupun waktu
mendatang. Berikut evaluasi tingkat kritis dari dampak lingkungan dari pengembangan
bandara:

1. Kebisingan
Hasil pemantauan kualitas kebisingan periode semester I (satu) tahun 2022
menunjukkan kualitas kebisingan yang mengalami tren penurunan dari semester
sebelumnya dan rata-rata nilainya berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan.
Hasil pengukuran kebisingan sesaat dan kebisingan 24 jam yang harus menjadi
perhatian adalah di Terminal 2E Keberangkatan. Hal tersebut karena tingkat kebisingan
di lokasi tersebut telah berada di batas angka toleransi baku mutu yang dipersyaratkan.
Pengelola Bandar Udara harus melakukan pengelolaan lingkungan untuk
meminimalkan dampak kebisingan yang muncul, baik dengan pendekatan teknologi
maupun dengan perbaikan sistem pengelolaan yang sudah ada (Hasil Pelaksanaan
Monitoring Tahun 2022 Semester I).

2. Kualitas Udara
Hasil pemantauan kualitas udara ambien periode semester I tahun 2022
menunjukkan nilai yang berada di bawah baku mutu. Sehingga tidak ditemukan
kekritisan kualitas udara. Kondisi tersebut disebabkan kualitas udara emisi telah
memenuhi baku mutu yang ditetapkan (Hasil Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022
Semester I). Oleh karena itu, dapat dikatakan sampai dengan periode pemantauan ini
dan di masa mendatang dalam kondisi baik dan tidak menuju ke tingkat kritis

3. Kualitas Air
Hasil pemantauan kualitas air permukaan dan air limbah secara umum baik.Hal
tersebut terlihat dari parameter kualitas air permukaan dan air limbah yang terukur
masih dibawah baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan oleh peraturan pemerintah.
Oleh karena itu, dapat dikatakan sampai dengan periode pemantauan ini dan di masa
mendatang dalam kondisi baik dan tidak menuju ke tingkat kritis (Hasil Pelaksanaan
Monitoring Tahun 2022 Semester I).

4. Limbah Padat
Berdasarkan hasil pemantauan semester I (satu) tahun 2023 memperlihatkan
pengelolaan limbah padat yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero) (Persero)
masih relatif baik. Indikator pengelolaan tersebut adalah tidak adanya keluhan
masyarakat sekitar terkait dengan sistem pengelolaan sampah yang dihasilkan dari
operasional bandar udara internasional Soekarno-Hatta. (Hasil Pelaksanaan Monitoring
Tahun 2022 Semester I).

5. Sosial Ekonomi dan Masyarakat


Berdasarkan hasil pemantauan Sosial Ekonomi semester I (satu) 2022, keberadaan
bandar udara Yogyakarta International Airport telah banyak memberikan manfaat bagi
masyarakat sekitar, khususnya dari sisi peningkatan kesempatan kerja bagi tenaga

20
kerja lokal. Oleh karena itu, dapat dikatakan sampai dengan periode pemantauan ini
dan di masa mendatang dalam kondisi baik dan tidak menuju ke tingkat kritis (Hasil
Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022 Semester I).

2.5.3 Evaluasi Ketaatan


Evaluasi penaatan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan dari pemrakarsa
kegiatan untuk memenuhi berbagai ketentuan yang terdapat dalam izin atau pelaksanaan
dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam dokumen pengelolaan lingkungan hidup
(RKL-RPL).
Secara umum, PT Angkasa Pura II (Persero) (Persero). telah mempunyai komitmen
untuk memenuhi semua peraturan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun daerah. Dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang
dilakukan oleh perusahaan tidak dapat dilepaskan dari tujuan pembangunan nasional.
Tujuan pembangunan nasional yang didasari dari berbagai perundangan adalah
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) untuk kesejahteraan masyarakat
(Hasil Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022 Semester I) .
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan pengelolaan lingkungan
hidup adalah Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam undang undang tersebut terdapat definisi bahwa pembangunan berkelanjutan
adalah sebagai upaya dasar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup,
masyarakat dan sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi yang akan
datang.
PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai pengelola bandar udara Yogyakarta
International Airport telah sungguh-sungguh memperhatikan dan menjaga kelestarian
lingkungan. Sebagai pelaku pembangunan, perusahaan telah mematuhi undang-undang
dan peraturan yang berlaku mengenai pengelolaan lingkungan dan telah menerapkan
standar pengelolaan lingkungan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum PT
Angkasa Pura II (Persero) (Persero) taat melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang dijabarkan dalam dokumen RKL (Rencana Pengelolaan
Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan):

2 Kualitas Udara
Pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero)
(Persero) sudah dilakukan dengan baik. Kondisi tersebut dapat dilihat dari hasil
pemantauan terhadap kualitas telah memenuhi peraturan yang berlaku. Peraturan yang
digunakan terhadap kualitas udara adalah PPRI No. 41/1999 untuk udara ambien
(Hasil Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022 Semester I).
Pemantauan yang rutin dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero) (Persero)
memperlihatkan bahwa pemrakarsa mematuhi dan memenuhi ketentuan dengan
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap kualitas udara sesuai
dengan RKL dan RPL-nya

3 Kualitas Air
Kualitas air permukaan secara umum sudah memenuhi baku mutu sesuai dengan
PPRI No. 82 tahun 2001 (air Permukaan/sungai) dan kualitas air limbah telah
memenuhi baku mutu sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51
Tahun 1995 (Hasil Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022 Semester I).

21
4 Sosial Ekonomi
Berdasarkan evaluasi penaatan, hasil kegiatan pemantauan sosial ekonomi
menunjukkan hasil yang baik dan taat. Dikarenakan dengan keberadaan bandar udara
Yogyakarta International Airport telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitar, khususnya dari sisi peningkatan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal. Oleh
karena itu, dapat dikatakan sampai dengan periode. Pemantauan yang rutin dilakukan
oleh PT Angkasa Pura II (Persero) (Persero) memperlihatkan bahwa pemrakarsa
mematuhi dan memenuhi ketentuan dengan melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan terhadap aspek sosial ekonomi sesuai dengan RKL dan RPL-nya (Hasil
Pelaksanaan Monitoring Tahun 2022 Semester I).

2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat


Pelibatan masyarakat memberikan masukan penting dalam proses pelingkupan
melalui Saran, Pendapat, dan Tanggapan (SPT) yang perlu dipertimbangkan untuk
mengidentifikasi dampak potensial dan penentuan dampak penting hipotetik. Pelibatan
masyarakat juga dilaksanakan untuk menampung aspirasi yang berkembang di
masyarakat menyangkut kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. Angkasa Pura I (Persero)
Yogyakarta. Sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012
Tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan
Hidup dan Izin Lingkungan, bahwa dalam proses Amdal, masyarakat dilibatkan melalui
pengikutsertaan dalam penyusunan dokumen Amdal melalui proses pengumuman,
penyampaian saran, pendapat dan tanggapan masyarakat dan konsultasi publik serta
pengikutsertaan masyarakat dalam komisi penilai Amdal, bagi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki Amdal. Pada kegiatan pelibatan masyarakat dalam studi
AMDAL Rencana Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport
(Pengembangan Gate 3 Tahap I) di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, pengumuman studi Amdal dilakukan untuk menampung saran, pendapat dan
tanggapan dari masyarakat, melalui media berupa :
1. Surat kabar lokal dan/atau nasional (wajib).
2. Papan pengumuman yang mudah dijangkau masyarakat terkena dampak (wajib).
3. Pamflet, brosur, spanduk (opsional).
4. Media elektronik dan media komunikasi lainnya (opsional).
Adapun masyarakat yang diikutsertakan dalam proses AMDAL mencakup:
1. Masyarakat terkena dampak.
2. Masyarakat pemerhati lingkungan.
3. Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses Amdal

1. X Kegiatan Pengembangan yang Direncanakan


4.1.1.1 Gate 3 Terminal Internasional
Rencana pembangunan Gate 3 Tahap I Terminal Internasional
Yogyakarta International Airport (YIA) direncanakan berada di sebelah Gate 2
Terminal Internasional eksisting untuk meningkatkan kapabilitas Bandar Udara
dalam mengatasi peningkatan penumpang dan penerbangan pada tahun
mendatang. Pembangunan Gate 3 Tahap I Terminal Internasional diasumsikan
dapat meningkatkan kapasitas Bandar Udara sebesar 5 JPT. Dari pembangunan
Gate 3 Tahap I di wilayah maka akan dibangun perluasan gedung Terminal

22
Internasional eksisting yang akan berfungsi sebagai area transfer, ruang tunggu
dan amenities bagi penumpang. Pembangunan Gate 3 Tahap I Terminal
Internasional dilakukan dengan lahan ± 1 ha, dengan lahan seluas 7.000 m2
dialokasikan sebagai gedung perluasan Terminal Internasional (ruang tunggu
dan amenities) dan 1.000 m2 sebagai Gate 3 Terminal Internasional. Bangunan
merupakan gedung bertingkat 2 lantai dengan luas lantai dasar kurang lebih
7.000 m2.

Gambar 1.x Area Pengembangan Bandar Udara

Penggunaan lahan untuk pengembangan Gate 3 Tahap I Terminal


Internasional dilakukan dengan menambahkan sarana dan prasarana
kelengkapan dari gate keberangkatan dari area Internasional. Gate 3 Tahap I
Terminal Internasional ini akan diberikan tambahan fasilitas yang mencakup
sarana dan prasarana yang menunjang keberangkatan dan kedatangan.
Fasilitas berupa penambahan ruang tunggu, boarding gate, hingga garbarata
penyambung. Cakupan keseluruhan dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk
pengembangan Gate 3 Tahap I Bandar Udara Yogyakarta International Airport ini
diharapkan mencakup dari luasan lahan ± 1 ha, dengan lahan seluas 7.000 m2
dialokasikan sebagai gedung perluasan Terminal Internasional (ruang tunggu
dan amenities) dan 1.000 m2.

Kegiatan Penyebab Dampak di Bandar Udara Yogyakarta International Airport


Komponen kegiatan Pengembangan Yogyakarta International Airport yang dapat
menyebabkan dampak dibagi menjadi 4 (empat) tahapan kegiatan, yakni pra konstruksi,
konstruksi, operasi, dan pasca operasi. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Tahap Pra Konstruksi
a. Survei Lokasi
23
b. Pengurusan Izin
c. Sosialisasi Rencana Kegiatan
B. Tahap Konstruksi
a. Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi
b. Mobilisasi Peralatan dan Material
c. Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp
d. Penyiapan Lahan
e. Pembangunan Gate 3 Tahap I
f. Commissioning
g. Demobilisasi Peralatan dan Material
h. Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi
C. Tahap Operasi
a. Rekrutmen Tenaga Kerja Operasi
b. Pengoperasian Gate 3
c. Pemeliharaan Fasilitas Bandar Udara

Penjelasan terkait dengan Pengembangan Yogyakarta International Airport adalah sebagai


berikut:
2.4.1.1 Tahapan Pra Konstruksi
A. Survei Lokasi
Kegiatan Survei awal dilaksanakan untuk mengetahui kondisi awal lokasi
proyek Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport.
Kegiatan survei awal dilaksanakan untuk mengetahui kondisi awal lokasi
proyek. Survei awal/pendahuluan yang dilakukan pada rencana lokasi antara
lain adalah survei topografi, tanah, dan lain-lain serta pengukuran lahan untuk
penentuan titik-titik area proyek. Data yang diperoleh dari kegiatan survei
lapangan akan digunakan dalam perencanaan letak pembangunan bangunan
(Runway 3, Terminal 3 Tahap I, Hotel Airport terminal 3 dan Automatic People
Mover System) dan mobilisasi dan demobilisasi alat-alat berat dari seluruh
tahapan rencana kegiatan.

B. Pengurusan Izin
Perizinan merupakan aspek mendasar dalam pelaksanaan suatu
kegiatan tak terkecuali Pengembangan Bandar Udara Internasional Soekarno
Hatta. Kegiatan Pengembangan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta
tersebut memerlukan izin baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah serta dari instansi atau departemen terkait. Pengurusan izin yang saat
ini dilakukan yaitu proses izin lingkungan. Izin-izin yang diperlukan di dalam
pembangunan bangunan tersebut adalah izin Lingkungan yang berkoordinasi
dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, izin mendirikan
bangunan (IMB) berkoordinasi dengan provinsi DIY, pengolahan limbah B3
berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan izin
penyimpanan sementara limbah B3 berkoordinasi dengan BLHD Provinsi DIY
serta izin pembuangan limbah dan izin lainnya yang diperlukan.

C. Sosialisasi Rencana Kegiatan


Sosialisasi dilakukan mulai dari proses pengurusan izin pada tahap pra
konstruksi, juga selama kegiatan pada tahap konstruksi dan pada tahap
operasi. Pada tahap pra konstruksi dilakukan sosialisasi rencana kegiatan

24
pengembangan pada masyarakat yang dapat dilakukan secara langsung ke
masyarakat maupun melalui aparatur desa setempat, pada tahap konstruksi
sosialisasi dilakukan tentang pelaksanaan kegiatan konstruksi seperti sosialisasi
mobilisasi peralatan dan material, sosialisasi pembangunan dan sebagainya
yang dapat mengganggu kegiatan masyarakat, sedangkan pada tahap operasi
dilakukan sosialisasi pada awal beroperasinya kegiatan yang direncanakan.
Sosialisasi rencana kegiatan merupakan kegiatan pemberitahuan tentang
rencana Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport yaitu
pengembangan gate 3. Keterbukaan diharapkan dapat menciptakan hubungan
yang baik dan informasi yang jelas mengenai proyek yang sangat dibutuhkan
dan untuk bisa mendapatkan izin, maka pemrakarsa harus memenuhi semua
prosedur baik formal maupun non formal yang berlaku di masyarakat.
Penyampaian informasi mengenai rencana proyek secara transparan bertujuan
untuk mendapatkan respon yang baik dari masyarakat.

2.4.1.2 Tahapan Konstruksi


Berikut kegiatan – kegiatan pada tahap konstruksi pembangunan
Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport ;
A. Rekruitmen Tenaga Kerja Konstruksi
Kegiatan Pengembangan Bandar Udara Internasional Yogyakarta
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Tenaga kerja yang akan di
rekrut adalah tenaga kerja yang memiliki kualifikasi kompetensi (keahlian)
tertentu sesuai jenis pekerjaannya. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan untuk
tenaga kasar/pelaksana, menengah dan tenaga ahli serta disesuaikan dengan
kebutuhan. Untuk tenaga kasar/pelaksana, tenaga menengah diprioritaskan
dari penduduk sekitar proyek atau tenaga kerja lokal sesuai dengan syarat
perusahaan dan tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus. Untuk
penerimaannya dilakukan secara transparan dan berkoordinasi dengan aparat
desa setempat.
Untuk Tenaga Kerja Antar Daerah (TKAD) yang berasal dari
Kota/Kabupaten atau Provinsi lainnya, dapat direkrut melalui
persyaratan-persyaratan khusus atau tertentu, karena akan menyangkut lebih
dari satu daerah. Koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Kota dan Kabupaten
Tangerang akan dilakukan sebelum pelaksanaan rekrut tenaga kerja. Untuk
tenaga kerja yang berasal dari Kabupaten atau Provinsi lain diutamakan yang
telah memiliki pengalaman dan ketrampilan khusus pada bidangnya.
Jumlah tenaga kerja pada tahap konstruksi akan mengalami fluktuasi
sesuai dengan tahap kegiatan yang dilaksanakan. Tenaga kerja ini merupakan
tenaga kerja sementara dan bersifat harian lepas. Kontrak kerja antar
pelaksana dan tenaga kerja ini akan berakhir sejalan dengan berakhirnya
pelaksanaan kegiatan konstruksi Pengembangan Bandar Udara Internasional
Yogyakarta. Rekrutmen tenaga kerja akan disesuaikan dengan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang
diprioritaskan adalah tenaga kerja lokal terutama masyarakat yang terkena
dampak, karena jika melihat spesifikasi yang dibutuhkan maka tenaga kerja
dapat diambil dari tenaga kerja lokal dengan prosentase 20 % tenaga kerja
lokal dan 80% tenaga dari luar wilayah. Berikut ini adalah perkiraan kebutuhan

25
tenaga kerja untuk tahap konstruksi kegiatan Pengembangan Bandar Udara
Internasional Yogyakarta sebagai berikut:

Tabel 1.15 Estimas Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan

No Kebutuhan Tenaga Kerja Jumlah Spesifikasi

1 Tenaga Ahli (Perkiraan) 40 S1 – S3

2 Tenaga Terampil (Perkiraan) 60 D3 – S1

3 Tenaga Pelaksana (Perkiraan) 400 SD – SMA

Total Tenaga Kerja 500

Sumber: PT Angkasa Pura II (Persero)

B. Mobilisasi Peralatan dan Material


Kegiatan mobilisasi peralatan dan material untuk kegiatan
pembangunan ini menerapkan beberapa aturan, yaitu Undang – Undang
nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Keputusan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.726/AJ.307/DRJD/2004
tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat di Jalan dan
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor
SK.727/AJ.307/DRJD/2004 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Barang Umum. Pelaksanaan mobilisasi juga dilakukan di tempat –
tempat yang tidak mengganggu keamanan, kelancaran dan ketertiban lalu
lintas. Untuk angkutan alat berat yang muatan sumbu terberat mempunyai
ukuran yang melebihi ketentuan yang ditetapkan, maka mengajukan
permohonan persetujuan kepada Dirjen Perhubungan Darat. Saat ini untuk
rencana lalu lintas di kawasan bandar udara Soekarno Hatta telah dilakukan
kajian lalu lintas (ANDALALIN) yang telah di rencanakan sampai tahun 2020
dan telah mendapat rekomendasi dari Dirjen Perhubungan Darat.
Peralatan tersebut harus dimobilisasi sesuai dengan keperluannya
sebelum kegiatan konstruksi dilakukan. Peralatan konstruksi akan didatangkan
dari daerah Jakarta, Tangerang dan sekitarnya sesuai dengan kontraktor
pembangunan. Demikian pula dengan material yang akan digunakan seperti
besi, pasir, batu, seng, PVC, aspal, dan lain-lain harus dimobilisasi sesuai
dengan kebutuhan, baik jumlah/volume maupun jadwal waktunya. Seluruh
material bahan bangunan akan didatangkan dari daerah Jakarta, Tangerang
dan sekitarnya sesuai dengan kontraktor pembangunan.
Jadwal mobilisasi peralatan dan material akan disesuaikan dengan
kondisi lalu lintas sekitar proyek sehingga tidak mengganggu kelancaran arus
lalu lintas yang telah ada khususnya pada jam – jam sibuk.

26
C. Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp
Basecamp dibangun sebagai tempat menyimpan berbagai peralatan
pendukung, spareparts, tools, dan lain-lain. Ukuran Basecamp disesuaikan
dengan kebutuhan dan ditempatkan posisi yang tidak mengganggu
pelaksanaan proyek. Pada pembangunan Basecamp terminal 3 tahap I yang
berada pada daerah Kulon Progo yang saat ini lahan tersebut telah di
bebaskan dan luasan untuk pembangunan tersebut sebesar ± 100 ha. Pada
penyiapan lahan pembangunan runway 3 ini lahan yang dibutuhkan adalah ±
216 Ha, penyiapan lahan pada rencanan lokasi runway 3 ini pembongkaran
dilakukan oleh masyarakat terlebih dahulu sebelum dilakukan oleh pihak
ketiga. Proses penyiapan lahan seluruh rencana lokasi kegiatan
pengembangan Bandar Udara Internasional Yogyakarta akan dilakukan oleh
pihak ketiga. Basecamp digunakan selama proyek berlangsung yang
selanjutnya apabila proyek telah selesai maka bangunan Basecamp ini
dibongkar dan dibersihkan. Basecamp yang di gunakan merupakan basecamp
non permanen yang dbuat dari papan atau bangunan portable dari container.
Pada umumnya peralatan yang rusak akan diperbaiki di dekat lokasi
Basecamp supaya mudah dalam pengambilan dan penyimpanan peralatan.
Basecamp juga dapat dipergunakan sebagai pusat kegiatan administrasi dan
teknis kegiatan proyek maupun sebagian pekerja yang harus melakukan
pekerjaan yang harus dilakukan pada malam hari seperti petugas pengamanan
proyek. Fasilitas yang tersedia antara lain kamar mandi dan toilet.

D. Penyiapan Lahan
Komponen kegiatan penyiapan lahan yang siap digunakan untuk tapak
proyek fisik bangunan Terminal 3 Tahap I. Kegiatan penyiapan lahan ini
meliputi antara lain; pembongkaran bangunan eksisting, penebangan
pohon/tanaman dan termasuk dalam hal ini pengangkutan hasil pembersihan
lahan ke tempat pembuangan. Penyiapan lahan yang akan disiapkan pada sisi
utara untuk pembangunan runway 3 yaitu ± 216 ha dimana bangunan yang
akan diratakan yaitu ± 2617 bidang dengan kebutuhan lahan yaitu 173,19 ha
dan ± 100 ha pada area soewarna untuk pembangunan terminal 3 tahap I
dimana proses pembongkaran akan dilakukan oleh mitra kerja yang di tunjuk
oleh PT Angkasa Pura II (Persero). Kondisi tutupan lahan di daerah wilayah
pengembangan yaitu terdiri dari 40 % pemukiman dan 60 % berupa sawah,
tanah kosong serta ladang.
Perkerjaan penyiapan lahan ini dilakukan oleh pihak ketiga. Pekerjaan
persiapan dilakukan untuk menyediakan berbagai kebutuhan proyek, sebelum
kegiatan konstruksi dimulai. Pekerjaan persiapan dimulai dengan melakukan
pengukuran untuk menentukan posisi semua bangunan dan sarana pendukung
di dalam tapak proyek, pengukuran yang umum dilakukan meliputi pengukuran
menyimpan data dan beda tinggi. Pengukuran dilakukan oleh surveyor
pengukuran dan dibantu oleh beberapa orang yang bertugas.
Mengingat kondisi lahan calon lokasi proyek adalah pemukiman, tanah
kosong serta ladang maka kegiatan persiapan konstruksi yang dilakukan
adalah pembersihan lahan dari bangunan pemukiman, bekas-bekas tanaman
dan pemadatan di beberapa bagian lahan. Keadaaan permukaan tanah
rencana lokasi proyek tidak datar 100% maka sebagian lahan perlu dipotong,

27
diurug dan sebagian lagi digali sehingga membentuk areal lahan dengan
kondisi permukaan lahan dan kepadatannya sesuai untuk dibangun terminal 3
tahap I. Dari hasil pembongkaran bangunan yang ada pada wilayah rencana
lokasi nantinya akan diberikan pada pihak ketiga.

E. Pembangunan Gate 3 Tahap I


Pembangunan Apron Terminal 4 Bandar Udara Internasional
Yogyakarta. Seluruhnya menggunakan perkerasan rigid pada areal apron, area
Ground Service Equipment (GSE) dan Service Road. Untuk system perbaikan
tanah menggunakan metode Controlled Modulus Column (CMC). Pekerjaan
perbaikan tanah (soil improvement) menerapkan metode Controlled Modulus
Column (CMC), yang prinsip kerjanya hampir mirip seperti bored pile. Jarak
antar titik CMC dari as ke as adalah 3,1 m, sementara untuk posisi
perletakannya dibuat diagonal (zig-zag).
Cara kerjanya, tiang bor ditekan ke dalam tanah sehingga akan
mendesak tanah ke kanan-kiri hingga mencapai kedalaman sesuai kondisi
kekerasan tanah. Kemudian, sambil auger-nya dilepas naik ke atas, lubang
yang terbentuk hasil dari penekanan auger tersebut diisi dengan semen grout,
dengan mutu beton fc’ 10. Sehingga, terbentuk column yang komposit, dan
menjadi satu kesatuan antara tanah dan column. Untuk mendukung pekerjaan
CMC ini, digunakan 2 buah alat pancang CMC model Liebherr 155 rotary drill,
dengan kapasitas produksi mencapai 100 tiang per alat per hari atau kurang
lebih 200 tiang per hari. Jumlah total CMC adalah kurang lebih 69.000 titik.
Kelebihan penggunaan metode CMC untuk sistem perbaikan tanah ini, adalah
tidak ada tanah yang dibuang, tidak bising, bekerja lebih cepat dan ramah
lingkungan. Adapun mengenai tahapan pelaksanaan pekerjaan Apron terminal
4 ini, setelah proses perbaikan tanah, kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan
penghamparan pasir dan di atasnya diberikan lapisan geotextile untuk
memisahkan dengan lapisan base course. Tahapan selanjutnya, adalah
penghamparan Cement Treated Base Course (CTBC) setebal 15 cm, dan
berturut-turut diikuti dengan pekerjaan penghamparan beton untuk lapisan
utama (rigid pavement) setebal 55 cm. Untuk perkerasan rigid lapisan utama ini
menggunakan beton mutu K-400, dengan tulangan wire mesh M-6 sebanyak
satu layer yang dipasang 10 cm dari permukaan. Pelaksanaan penghamparan
beton dilakukan segmen per segmen, dengan modul per segmen berukuran
6,75 m x 8 m. Untuk sambungan antar segmen pada area apron utama,
menggunakan dowel besi polos dengan diameter 50 mm.
Sedangkan pada area Ground Service Equipment (GSE) dan Service
Road ketebalan beton 30 cm, dan tidak menggunakan sistem CMC. Kecepatan
kerja pengecoran mencapai 20 panel per hari, dengan volume beton per
segmen sekitar 29,7 m3–30 m3. Pelaksanaan penghamparan beton untuk
pekerjaan perluasan apron, didukung oleh 3 unit peralatan concrete finisher.
Dalam pembangunan terminal 4 ini akan membangun bangunan yang
mempunyai luasan 300.000 m2 dan material urug yang diperlukan adalah
900.000 m3 dan akan disediakan oleh pihak ketiga seperti pembangunan
runway 3 serta memanfaatkan tanah galian untuk pembangunan terminal
tersebut.

F. Commissioning

28
Merupakan suatu kegiatan uji coba dari pembangunan fasilitas gate 3
terminal internasional bandar udara DIY. Pengujian akan dilakukan oleh
instansi pemerintahan atau lembaga independent yang ditunjuk. Dilakukan
uji coba tersebut adalah untuk menguji coba kelayakan dan ketersediaan
bangunan fasilitas utama apakah dapat berfungsi dengan baik dan layak
operasi ataukah masih perlu adanya perbaikan. Dengan hal tersebut maka
dapat diberikan pertimbangan kelayakan dan diperlukannya perbaikan dan
pengembangan kedepan.
G. Demobilisasi Peralatan dan Material
Peralatan – peralatan dan material apabila tidak dipergunakan akan
diangkut tidak dalam kondisi dalam bagian atau komponen. kemudian
adanya penggunaan kendaraan dan alat-alat berat yang sudah tidak dipakai
lagi dikembalikan karena kegiatan konstruksi telah berakhir. Demobilisasi
peralatan dan material ini sama dengan mobilisasi, akan tetapi jumlah
frekuensi kendaraan yang mengangkut peralatan dan material tidak sebesar
mobilisasi. kendaraan yang digunakan untuk mengankut peralatan dan
material ini di perkirakan 50 kendaraan. Pengangkutan peralatan dan
material ini menerapkan Undang – Undang nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat Nomor SK.726/AJ.307/DRJD/2004 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat di Jalan dan Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.727/AJ.307/DRJD/2004 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Barang Umum.

H. Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi


Kegiatan ini dilakukan setelah pembangunan fisik pengembangan Bandar
Udara selesai dan selesainya uji kelayakan (commisioning), yaitu berupa
pemutusan hubungan kerja bagi tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan
konstruksi, baik tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja dari luar daerah sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati dan mangacu pada Undang –
Undang no 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

2.4.1.3 Tahapan Operasi


A. Rekruitmen Tenaga Kerja Operasi
Perekrutan tenaga kerja hanya dilakukan untuk mendukung operasional
Bandar Udara Internasional Yogyakarta. Pada tahap awal tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk mendukung operasional Bandar Udara Internasional
Yogyakarta kurang lebih 800 tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan
adalah tenaga kerja dengan keahlian tertentu dan untuk operator pembangkit
akan melalui proses training. Proses perekrutan tenaga kerja ini akan
diutamakan tenaga kerja lokal sesuai klasifikasi yang dibutuhkan dengan
komposisi tenaga kerja lokal sebanyak 40% dan 60% tenaga kerja non lokal.
Adapun untuk klasifikasi tenaga kerja seperti disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1.X Jenis Tenaga Kerja yang Dibutuhkan pada Tahap Operasi

No Kebutuhan Tenaga Kerja Jumlah Spesifikasi

29
1 Dari Pengelola Bandar Udara 75 SD – S3

2 Dari Pihak lain yang bekerjasama 125 SD -


dengan Pengelola Bandar Udara Pascasarjan
a

Total Tenaga Kerja 200

Sumber: PT Angkasa Pura II (Persero)

B. Pengoperasian Gate 3
Pengoperasian gate 3t yang ada dalam pengembangan ini yaitu
terminal 3 Tahap I. Berikut penjelasan pengoperasian fasilitas utama tersebut.
1) Terminal 3 Tahap I Pengoperasian terminal 4 akan dapat menambah.
Jumlah kapasitas penumpang sebesar 18 JPT yang sebelumnya hanya
sebesar 42 JPT. Luas bangunan terminal 3 yaitu 600.000 m2 (tipe terminal 2
lantai sehingga luas lantai dasar sekitar 300.000 m2 ).

C. Pemeliharaan Fasilitas Bandar Udara


Kegiatan pemeliharaan fasilitas utama Bandar Udara Yogyakarta
International Airport berupa kegiatan pengecekan, perawatan, pembersihan
dan pemliharaan secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,
hal tersebut bertujuan untuk menjaga agar Fasilitas Utama Bandar Udara
Yogyakarta International Airport tetap dapat berfungsi secara optimal dan
efisien adapun beberapa kegaiatan pemeliharaan dengan penambahan
kapasitas utilitas yang sudah eksisting. Berikut adalah fasilitas yang akan
dikembangkan:
a. Pembangunan Fasilitas Pendukung
1) Failitas Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
Untuk melakukan pengelolaan limbah B3, perlu dilakukan identifikasi
aktivitas penghasil limbah B3. Terdapat beberapa kegiatan penghasil
limbah B3 di YIA.
2) Instalasi Pengolahan Air Bersih
Pada perencanaan jaringan air bersih kawasan BSH ini, kapasitas
penumpang yang digunakan adalah kapasitas penumpang ultimate
yang didapat dari Basic Design YIA Tahap I. Kapasitas terminal
ultimate yang menjadi acuan tersebut adalah kapasitas terminal
rencana pada tahun 2030. Kapasitas penumpang ultimate untuk tiap
terminal dapat dilihat pada tabel. Sementara itu, ratarata jumlah
penumpang yang tercatat pada tahun 2013- 2014 sebanyak
5.358.482 penumpang/bulan untuk terminal 1, 2 dan 3.
3) Pengembangan Istalasi Pengolahan Air Limbah
Proyeksi timbulan air bekas di Kawasan YIA dilakukan dengan
menggunakan hasil proyeksi kebutuhan air bersih untuk YIA Ultimate
yang dikalikan dengan 60%. Hasil proyeksi jumlah kebutuhan air
bersih rata-rata sebesar 562,04 m3 /jam sehingga didapat perkiraan
rata-rata jumlah timbulan air bekas untuk kapasitas YIA Ultimate
30
sebesar 337,23 m3 /jam. Debit timbulan air bekas untuk tiap-tiap
fasilitas pendukung YIA dilakukan berdasarkan catatan persentasi
konsumsi air yang ada di YIA.
4) Pengembangan Pengelolaan Sampah
Dalam sistem pengolahan sampah di bandar udara YIA mengacu
pada UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan
mencakup hal – hal sebagai berikut :
• Sumber Sampah
• Timbulan Sampah
• Sistem Pemilahan dan Pewadahan
• Sistem Pengumpulan
• Sistem Pengangkutan
• Pengolahan dan pemrosesan akhir

4.2 Dampak Penting Hipotetik yang Telah Ditelaah/Dikaji


Dalam rangka mendapatkan dampak penting hipotetik dilakukan melalui
identifikasi dampak potensial, kemudian dari dampak potensial tersebut di evaluasi,
sehingga diperoleh dampak penting hipotetik yang terjadi dengan adanya kegiatan
Pengembangan Yogyakarta International Airport. Untuk mengetahui dampak hipotetik
yang terjadi dilakukan melalui tahapan identifikasi dampak potensial dengan
menggunakan matrik dan bagan alir. Dampak potensial didapatkan dengan cara
mengintegrasikan antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan dan
memperhatikan masukan dari masyarakat yang didapat dari adanya kegiatan
sosialisasi serta kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya. Dampak penting hipotetik
didapatkan dengan mengevaluasi dampak potensial yaitu dengan cara melakukan
penilaian terhadap dampak potensial yang terjadi, sehingga akan didapatkan dampak
penting hipotetik. Dampak penting hipotetik yang didapat ini dilakukan dengan
menggunakan matriks dan bagan alir. Berikut matriks dan bagan alir dampak potensial
dalam Kerangka Acuan yang teridentifikasi dengan jumlah 12 Dampak Penting
Hipotetik yang dapat terlihat di bawah ini :
1. Keresahan Masyarakat
2. Terciptanya Kesempatan Kerja
3. Terciptanya Peluang Berusaha
4. Peningkatan Pendapatan
5. Gangguan Aktivitas Bandar Udara
6. Penurunan Kualitas Udara
7. Penurunan Kualitas Air Permukaan
8. Peningkatan Limbah Cair Domestik
9. Peningkatan Limbah Padat Domestik
10. Peningkatan Kebisingan
11. Gangguan Kamtibmas
12. Peningkatan Air Larian

Dari keseluruhan proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi dampak penting


hipotetik maka diperoleh dampak tidak penting dikelola dan dipantau sebagai berikut :
1. Kerusakan Jalan
2. Gangguan Lalu Lintas Darat
3. Peningkatan Limbah Padat Domestik

31
4. Penurunan Sanitasi Lingkungan
5. Gangguan Keselamatan Penerbangan
6. Timbulan Limbah B3

4.3 Batas Wilayah Studi dan Waktu Kajian


4.3.1 Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi bertujuan untuk membatasi luas wilayah studi AMDAL yang
disesuaikan pada hasil pelingkupan dampak penting dan memperhatikan ketersediaan
sumber daya, waktu, dan tenaga. Batas wilayah studi AMDAL Pengembangan Bandar
Udara Yogyakarta International Airport (YIA) meliputi batas-batas berikut:

A. Batas Proyek
Batas proyek merupakan batasan suatu rencana usaha dan/atau rencana
kegiatan dalam melakukan kegiatan pra konstruksi, kontruksi, dan operasi. Batasan
proyek atau rencana usaha ini bersumber dan berpedoman juga pada dampak yang
dapat dihasilkan oleh pembangunan proyek terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Lokasi atau posisi batas ini dinyatakan dalam titik koordinat. Batas proyek untuk studi
AMDAL ini adalah wilayah yang berada di kawasan Bandar Udara Yogyakarta
International Airport (YIA). Kegiatan pengembangan Terminal Internasional Bandar
Udara Yogyakarta International Airport (YIA) berada di atas lahan dengan luas kurang
lebih 1 ha yang berlokasi di Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih jelasnya, pembangunan Gate 3 tahap 1 Terminal
Internasional Bandar Udara Yogyakarta International Airport (YIA) berada di sebelah
Gate 2 eksisting. Adapun, titik koordinat pembangunan Gate 3 tahap 1 ini adalah 
7°54′27″ LS dan 110°03′16″ BT.

B. Batas Ekologi
Batas Ekologi adalah batas yang didasarkan pada wilayah yang menerima dampak
dari kegiatan pengembangan bandar udara tersebut dimana, dengan menimbang
skala tempat berlangsungnya proses pengembangan, terdapat kemungkinan atau
prakiraan bahwa proyek pengembangan bandar udara ini akan mempengaruhi kualitas
lingkungan disekitarnya.  Pada kajian ini, batas ekologis pengembangan bandar udara
terkait meliputi ekologi air, udara, flora dan fauna, serta pemukiman. Salah satu hal
yang menjadi pertimbangan dalam penentuan batas ekologis ini adalah luasnya
lingkungan yang akan mendapat pengaruh dari aktivitas pembangunan. Pengaruh atau
dampak yang dapat diterima oleh lingkungan adalah dampak seperti pencemaran
udara, penurunan kualitas air permukaan, peningkatan kebisingan, dan beberapa
dampak lainnya. Terkait dengan hal tersebut, beberapa poin yang menjadi dasar
penentukan batas ekologis diantaranya adalah:
● Kualitas Udara
Kualitas udara di sekitar bandara dipantau secara berkala dan disesuaikan dengan
baku mutu yang dipergunakan dimana, baku mutu yang dipergunakan terdapat
pada PRI No. 41/1999 untuk udara ambien
● Kualitas Air
Kualitas air permukaan secara umum disesuaikan dengan baku mutu yang terdapat
pada PPRI No. 82 tahun 2001 (air Permukaan/sungai) dan kualitas air limbah
disesuaikan dengan baku mutu yang terdapat pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 51 Tahun 1995.

32
● Kebisingan
Terkait dengan kebisingan, dikarenakan bandar udara merupakan suatu pusat
kegiatan dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka pemantauan tingkat
kebisingan juga dilakukan secara berkala seperti poin lainnya.

C. Batas Sosial
Batas sosial diartikan sebagai kawasan sekitar rencana pembangunan atau usaha
yang merupakan tempat terjadinya interaksi sosial dengan memuat norma atau nilai
tertentu yang sesuai dengan dinamika sosial masyarakat disana dimana, dengan
adanya aktivitas pembangunan atau usaha akan mengalami suatu perubahan yang
mendasar. Pada studi AMDAL ini, batas sosial ini diambil dari batas kawasan
kebisingan di karenakan semua wilayah identifikasi kawasan terdampak seperti ;
wilayah pembebasan lahan, potensi perubahan genangan air dan kawasan kemacetan
di daerah pemukiman serta kebisingan, sehingga batas sosial berada dari mengikuti
kawasan kebisingan. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar batas wilayah studi
Pengembangan Yogyakarta International Airport (YIA). 

D. Batas Administratif
Batas administratif adalah suatu kawasan yang berada di sekitar lokasi rencana
proyek pembangunan dimana, lokasi tersebut merupakan tempat bagi masyarakat
untuk melakukan kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pada studi AMDAL ini, batas administratif secara
langsung diambil dari batas Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kokap, Wates,
Pengasih, dan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta yang
merupakan desa yang diperkirakan mendapat dampak langsung dan tidak langsung
dari aktivitas pembangunan tersebut. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar batas
wilayah studi Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport (YIA). 

E. Batas Wilayah Studi


Batas wilayah studi adalah batas terluar dari kesatuan atau hasil overlay atas batas
wilayah proyek, batas ekologi, batas sosial, dan batas administratif dengan
mempertimbangkan kendala teknis yang kemungkinan dihadapi kedepannya.
Penentuan batas wilayah studi ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan
pelaksana pembangunan dengan menimbang ketersediaan sumber daya, seperti
biaya, waktu, tenaga, metode telaah, teknik, dan tenaga ahli yang tersedia. Maka dari
itu, ruang lingkup atau batas wilayah studi ini bertumpu pada ruang wilayah proyek,
kemudian diperluas atau dipadukan dengan ruang ekosistem atau ekologis, ruang
sosial, dan ruang administratif. 

33
Gambar 2.11 Peta Batas Wilayah Studi

34
4.3.2 Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian dalam Kerangka Acuan maupun dalam proses analisis
dampak penting dan kemampuan pelaksanaan dalam mengelola dan memantau
lingkungan. Adapun batas kajian rencana usaha dan atau kegiatan mengikuti
perubahan kualitas lingkungan dan kegiatan saat pra konstruksi, konstruksi, dan
operasional Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport (YIA) serta
menyesuaikan dengan ketersediaan sumber daya yang ada seperti disajikan pada
tabel dibawah. Dasar pertimbangan batas waktu kajian per DPH oleh : 
1. Pengaruh Kondisi Rona Lingkungan/eksisting.
2. Pengaruh Kesesuaian dengan RTRW.
3. Pengaruh kegiatan sekitar.

Tabel 1.x Batas Waktu Kajian Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International
Airport 
No Dampak Penting Hipotetik Batas Waktu Kajian

1 Keresahan Masyarakat 14 Bulan


(Tahap Pra Konstruksi)

12 Bulan
(Tahap Konstruksi)

3 Tahun
(Tahap Operasi)

2 Terciptanya Kesempatan Kerja 12 Bulan


(Tahap Konstruksi)

3 Tahun
(Tahap Operasi)

3 Peningkatan Pendapatan 12 Bulan


(Tahap Konstruksi)

3 Tahun
(Tahap Operasi)

4 Penurunan Kualitas Udara 12 Bulan


(Tahap Konstruksi)

12 Bulan
(Tahap Operasi)

5 Peningkatan Limbah Cair Domestik 12 Bulan


(Tahap Konstruksi)

3 Tahun
(Tahap Operasi)

6 Terciptanya Peluang Berusaha 12 Bulan

35
(Tahap Konstruksi)

7 Peningkatan Air Larian 12 Bulan


(Tahap Konstruksi)

3 Tahun
(Tahap Operasi)

8 Gangguan Aktivitas Bandar Udara 3 Tahun


(Tahap Operasi)

9 Peningkatan Kebisingan 3 Tahun


(Tahap Operasi)

10 Peningkatan Limbah Padat 3 Tahun


Domestik (Tahap Operasi)

11 Penurunan Kualitas Air Permukaan 3 Tahun


(Tahap Operasi)

12 Gangguan Biota Perairan 3 Tahun


(Tahap Operasi)

36
Tabel 1.25 Ringkasan Proses Pelingkupan
No Deskripsi Rencana Pengelolaan Komponen Pelingkupan
Kegiatan yang Lingkungan yang Lingkungan
Berpotensi Sudah Direncanakan Terkena Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak Wilayah Studi Batas
Menimbulkan Dampak Sejak Awal Sebagai Potensial Penting Waktu
Bagian dari Rencana Hipotetik Kajian
Kegiatan (DPH)

TAHAP PRA KONSTRUKSI

1 Survei Lokasi Tidak Ada Sosekbud Keresahan Kegiatan survei lokasi dilaksakan DTPH Batas 14 Bulan
Masyarakat untuk mengetahui kondisi awal area administrasi
rencana kegiatan Bandar Udara. lokasi
Survei dilakukan untuk menentukan, pengembangan
mengukur, dan membatasi tapak di lahan rencana
proyek dan dilakukan oleh 1 atau 2 pengembangan
orang petugas Angkasa Pura I dan milik PT
dalam kurun waktu yang singkat, Angkasa Pura I
yaitu

2 Pengurusan Izin Tidak Ada Sosekbud Keresahan Pengurusan izin dilakukan di Pemda DTPH Batas 14 Bulan
Masyarakat stempat/instansi terkait sehingga administrasi dari
tidak memberikan dampak yang kegiatan
signifikan pada masyarakat pengurusan izin
yaitu di KLHK,
Kabupaten
Kulon Progo dan
D.I. Yogyakarta

3 Sosialisasi Rencana Melakukan pendekatan Sosekbud Keresahan Adanya rencana kegiatan DPH Batas 14 Bulan
Kegiatan ke masyarakat Masyarakat pengembangan Bandar Udara administrasi dari
Yogyakarta International Airpot (YIA) kegiatan
dapat menimbulkan keresahan sosialisasi di
karena persepsi terkait Kecamatan
meningkatnya gangguan lalu lintas , Kokap,
munculnya lapangan pekerjaan Kecamatan
pataupun dampak lain dari adanya Wates,
proyek Kecamatan
Temon,
Kecamatan
Pengasih, dan
Kecamatan
Panjatan

Melakukan pendekatan Sosekbud Keresahan Dampak gangguan kamtibmas DPH Batas 14 Bulan
ke masyarakat Masyarakat merupakan dampak sekunder dari administrasi dari
dampak keresahan masyarakat yang kegiatan
timbul karena masyarakat masih sosialisasi di

37
betul paham tentang kegiatan Kecamatan
proyek yang akan dilaksanakan dan Kokap,
proses-proses selanjutnya, sehingga Kecamatan
jika terdapat beberapa masyarakat Wates,
yang resah dapat menimbulkan Kecamatan
gangguan keamanan dan ketertiban Temon,
masyarakat atau kamtibmas Kecamatan
Pengasih, dan
Kecamatan
Panjatan

TAHAP KONSTRUKSI

1 Rekrutmen Tenaga Kerja Sebagian besar jumlah Sosekbud Terciptanya Adanya pengembangan bandar DPH Batas sosial 12 Bulan
Konstruksi penduduk wilayah Kesempatan udara ini mengakibatkan dampak proyek, secara
sekitar proyek dapat Kerja positif bagi masyarakat karena rinci dapat dilihat
diterima bekerja di adanya kesempatan kerja yang pada peta batas
kegiatan muncul selama tahap konstruksi. wilayah studi
pengembangan bandar Jumlah pengangguran di Kecamatan
udara Kokap, Kecamatan Wates,
Kecamatan Temon, Kecamatan
Pengasih, dan Kecamatan Panjatan
adalah 9.920 orang dan dibutuhkan
tenaga konstruksi sebesar 500
orang sehingga dapat mengurangi
jumlah pengangguran di sekitar
wilayah tersebut

Menampung keluhan Sosekbud Keresahan Keresahan masyarakat timbul DPH Batas sosial 12 Bulan
masyarakat Masyarakat karena kekhawatiran terhadap proyek, secara
terbatasnya tenaga kerja yang rinci dapat dilihat
dibutuhkan yaitu sebanyak 200 pada peta batas
orang dan tidak semua masyarakat wilayah studi
sekitar lokasi terserap menjadi
tenaga kerja serta khawatir
penerimaan tenaga kerja untuk
masayarakat sekitar tidak
diprioritaskan karena persyaratan
yang diberikan untuk rencana
pengembangan Bandar Udara.

2 Mobilitas Peralatan dan PP No 41 tahun 1999 Geo Fisik Kimia Penurunan DPH Batas ekologi 36 Bulan
Material tentang Pengendalian Kualitas proyek, secara
Pencemaran Udara Udara rinci dapat dilihat
pada peta batas
wilayah studi

Tidak terjadinya Geo Fisik Kimia Peningkatan Sumber dampak dari peningkatan DTPH Batas ekologi 36 Bulan
peningkatan kebisingan Kebisingan kebisingan bersumber dari kegiatan proyek, secara

38
sesuai dengan mobilisasi peralatan dan material rinci dapat dilihat
Keputusan Menteri konstruksi, namun kegiatan ini tidak pada peta batas
Negara Lingkungan berdampak signifikan karena jalan wilayah studi
Hidup Nomor yang dilalui kendaraan merupakan
Kep-48/MENLH/II/1996 jalan umum yang memang sudah
tentang Baku Tingkat padat serta berada pada kawasan
Kebisingan tingkat 3 yang telah diatur dalam KM
13 Tahun 2010 dengan index
kebisingan >80 db(A), serta hal ini
juga ditunjukan dari data lalu lintas
tahun 2014 terdapat 6.876
kendaraan/hari. Kendaraan yang
digunakan dalam mobilisasi
peralatan dan material sebanyak
138 kendaran yang disesuai dengan
standard dan sesuai kelas jalan
serta mobilisasi dilakukan tidak
secara bersamaan/bertahap.
Kendaraan tersebut hanya 2 % dari
jumlah kendaraan yang melintasi
kawasan bandar udara serta
kegiatan mobilisasi ini berlangsung
sementara pada tahap konstruksi.

Tidak ada Sosekbud Keresahan Keresahan masyarakat ini muncul DTPH Batas sosial 36 Bulan
Masyarakat sebagai dampak sekunder dari proyek, secara
penurunan kualitas udara. Jika rinci dapat dilihat
dampak primer dapat dikelola pada peta batas
dengan baik maka dampak sekunder wilayah studi
tidak terjadi.

•UU no. 22 Tahun 2009 Geo Fisik Kimia Gangguan Dampak tersebut telah dikaji dalam DTPH yang Ruas Jalan 36 Bulan
tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Kajian tentang lalu lintas yang telah dikelola dan Kecamatan
Angkutan Jalan Darat disetujui oleh Dirjen Perhubungan. dipantau Kokap,
•Keputusan Dirjen Kecamatan
Perhubungan Darat No. Wates,
SK.726/AJ.307/DRJ Kecamatan
D/2014 tentang Temon,
pedoman teknis Kecamatan
penyelenggaraan Alat Pengasih, dan
berat di Jalan Kecamatan
•Keputusan Dirjen Panjatan
Perhubungan Darat No.
SK.727/AJ.307/DRJ
D/2014 tentang
pedoman teknis
penyelenggaraan
•Angkutan Barang
Umum
Mengangkut peralatan

39
dan materaial di luar
jam-jam sibuk

•Undang – Undang 38 Geo Fisik Kimia Kerusakan Bandar UdaraYogyakarta DTPH yang Batas sosial 36 Bulan
Tahun 2008 tentang Jalan International Airport berada di dikelola dan proyek, secara
Jalan aktivitas pemukiman, pergudangan dipantau rinci dapat dilihat
•Keputusan Dirjen dan industri lainya sehingga pada peta batas
Perhubungan Darat No. penggunaan jalan tidak saja dilalui wilayah studi
SK.726/AJ.307/DRJD dari penumpang atau pengguna jasa
/2014 tentang pedoman Bandar Udara saja tetapi juga
teknis penyelenggaraan digunakan oleh kendaraan industri
Alat berat di Jalan atau pergudangan yang melewati
•Keputusan Dirjen jalan tersebut. Kegiatan
Perhubungan Darat No. pemeliharaan juga selalu dilakukan
SK.727/AJ.307/DRJD dalam dalam perawatan jalan. Serta
/2014 tentang pedoman dari hasil survei keadaan jalan,
teknis penyelenggaraan kondisi jalan di area bandar udara
Angkutan Barang masih terlihat sangat baik.
Umum
•Mengatur tonase
kendaraan pengangkut
peralatan dan material

3 Pembangunan dan Menampung keluhan Sosekbud Keresahan Keresahan masyarakat ini muncul DPH Batas sosial 36 Bulan
Pengoperasian Basecamp masyarakat Masyarakat pada tahap kegiatan pembangunan proyek, secara
dan pengoperasian base camp rinci dapat dilihat
karena adanya pekerja dari luar pada peta batas
daerah yang menetap sementara di wilayah studi
base camp dimana pekerja tersebut
tidak memahami keadaan atau
tatanan sosial masyarakat di sekitar
Bandar Udara sehingga
menimbulkan keresahan
masyarakat.

Undang Undang No.18 Geo Fisik Kimia Peningkatan Peningkatan limbah padat domestik DTPH yang Batas proyek 36 Bulan
Tahun 2008 Tentang Limbah ini diakibatkan karena adanya dikelola dan yaitu di lokasi
Pengelolaan Sampah Padat aktivitas pekerja di base camp, dipantau kegiatan
Domestik namun aktivitas pekerja di base
camp bersifat sementara dan hanya
dilakukan untuk beristirahat. Saat ini
sistem pengelolahan sampah
domestik dilakukan oleh pihak ketiga
yang mempunyai izin dan pihak
pemrakarsa sendiri dengan cara
incenerasi limbah padat domestik.
Pemrakarsa juga telah menyediakan
tempat sampah pada
masing-masing lokasi. Di dalam

40
pengoperasian basecamp tersebut
disediakan akan disediakan tempat
pembuangan sampah sementara
dan dilakukan pengangkutan secara
berkala oleh pihak ketiga yang
mempunyai izin

Permenlh No. 5 Tahun Geo Fisik Kimia Peningkatan Peningkatan limbah cair domestik ini DPH Batas proyek 36 Bulan
2014 tentang bakumutu Limbah Cair diakibatkan karena adanya aktivitas yaitu di lokasi
air limbah Domestik pekerja di base camp, namun kegiatan
aktivitas pekerja di base camp
bersifat sementara dan limbah cair
domestik akan di alirkan menuju
IPAL yang saat ini mempunyai
kapasitas 6.470 m3 /hari, akan tetapi
pada saat ini kapasitas IPAL limbah
telah mencapai batas maksimium
pengolahan dimana air limbah yang
yang di olah yaitu ± 6.270 m3 /hari
sehingga apabila ditambahkan
limbah cair dari kegiatan perkerja
konstruksi dimana 2600 tenaga kerja
menghasilkan limbah cair sebesar
156 m3 /hari (Asumsi Penggunaan
air limbah 100 L/orang/hari dengan
limbah cair yang dihasilkan 60 %
dari penggunaan air bersih) maka air
limbah yang akan di olah menjadi
6.000 m3 /hari. Hasil tersebut masih
memenuhi kapasitas pengolahan
IPAL akan tetapi dengan adanya
beberapa faktor dari luar yang dapat
menambah kapasitas buangan air
limbah maka dengan kapasitas
sekian IPAL tidak akan berkerja
secara maksimal dalam mengoah
limbah cair dari Bandar Udara
Yogyakarta International Airport.

•Undang Undang No. Kesehatan Penurunan Penurunan sanitasi lingkungan DTPH yang Batas proyek 36 Bulan
18 Tahun 2008 Tentang Masyarakat Sanitasi disebabkan karena aktifitas tenaga dikelola dan yaitu di lokasi
Pengelolaan Sampah Lingkungan kerja konstruksi yang berada dalam dipantau kegiatan
•Permenlh No 5 Tahun wilayah Bandar Udara Yogyakarta
2014 tentang baku Internasional Airport, akan tetapi
mutu air limbah pada pihak Bandar Udara melakukan
UU No 19 Tahun 2008 pengelolaan limbah padat domestik
dan limbah cair yang mengacu pada UU No 19
domestik mengacu Tahun 2008 dan limbah cair
pada PerMenLH no 5 domestik mengacu pada PerMenLH
Tahun 2014. no 5 Tahun 2014.

41
•Tidak ada konflik antar Sosekbud Gangguan Banyaknya tenaga konstruksi yang DTPH atas ekologi 36 Bulan
tenaa kerja Kamtibmas dibutuhkanyaitu 2600 perkerja proyek, secara
•Tidak ada tindakan selama masa konstruksi berlansung rinci dapat dilihat
criminal di dalam maka dapat menimbulkan gangguan pada peta batas
basecamp maupun kamtibmas di kawasan bandar udara wilayah studi
kawasan bandar udara soekarno hatta namun akan
dilakukan monitor kepada para
perkerja dan juga diberlakukanya
aturan di basecamp tersebut

Sebagian besar jumlah Sosekbud Terciptanya Ini adalah dampak positif yang perlu DPH atas ekologi 36 Bulan
penduduk Kecamatan Peluang dikembangkan. Adanya proyek, secara
Neglasari, Kecamatan Berusaha pembangunan dan pengoperasian rinci dapat dilihat
Benda, Kecamatan base camp ini mengakibatkan pada peta batas
Teluk Naga dan dampak positif bagi masyarakat wilayah studi
Kecamatan Kosambi karena adanya pekerja ± 2600 orang
dapat membuka usaha di Bandar Udara selama masa
di sekitar wilayah konstruksi, sehingga masyarakat
kegiatan. disekitar lokasi dapat membuka
usaha untuk memenuhi kebutuhan
pekerja.

4 Penyiapan Lahan PP No. 41 Tahun 1999 Geo Fisik Kimia Penurunan Penyiapan lahan untuk area DTPH Batas ekologi 36 Bulan
tentang Pengendalian Kualitas pengembangan Bandar Udara yang proyek, secara
Pencemaran Udara Udara telah dibebaskan yaitu ± 173,19 ha rinci dapat dilihat
dilakukan setelah masyarakat pada peta batas
membongkar sendiri bangunan dan wilayah studi
aset lainya selain itu sebelum
melakukan pembongkaran
bangunan dan perataan bangunan
lahan tersebut dipagari dan berada
pada area terbatas. Berdasarkan
hasil Pengukuran monitoring Tahun
2015 semester II kualitas udara
masih memenuhi baku mutu PP RI
Tahun 41 Tahun 1999. Kegiatan
penyiapan lahan ini juga
berlangsung hanya sementara dan
dilakukan secara bertahap.

Tidak terjadinya Geo Fisik Kimia Peningkatan Di rencana lokasi pengembangan DPH Batas proyek 36 Bulan
peningkata kebisingan Kebisingan Bandar Udara saat ini telah banyak yaitu di lokasi
sesuai dengan aktifitas dan telah berada pada kegiatan
Keputusan Menteri kawasan kebisingan tingkat 3 yang
Negara Lingkungan di atur dalam KM 13 Tahun 2010
Hidup Nomor diman index kebisingan mencapai >
Kep-48/MENLH/II/1996 80 db(A),sehingga dengan adanya
tentang Baku Tingkat pengembangan Bandar Udara ini
Kebisingan tidak memberikan dampak

42
peningkatan kebisingan yang
signifikan terhadap masyarakat
sekitar. Kegiatan penyiapan lahan ini
juga berlangsung hanya sementara
dan dilakukan secara bertahap.

Membuat sistem Geo Fisik Kimia Peningkatan Dengan adanya penyiapan lahan DTPH Batas proyek 36 Bulan
drainase yang baik Air Larian seluas ± 216 ha, luas area yang yaitu di lokasi
pada area sekitar akan digunakan yaitu 18 ha dan kegiatan
proyek akan mempengaruhi kondisi media
untuk aliran air serta berkurangnya
tutupan lahan sebagai daerah
resapan air karena hilangnya
pepohonan, tutupan lahan dan
pemadatan atau perbaikan struktur
tanah untuk runway, taxiway
maupun apron yang dapat
menyebabkan limpasan air
meningkat ketika musim hujan.
Apabila tidak tertangani dengan
tidak baik maka dapat menimbulkan
banjir

Tidak ada Biologi Gangguan Dampak potensial gangguan flora DTPH Batas proyek 36 Bulan
Flora dan dan fauna darat ini muncul karena yaitu di lokasi
Fauna Darat adanya kegiatan penyiapan lahan kegiatan
dimana kegiatan ini flora dan fauna
darat akan terganggu bahkan hilang
karena ditebang secara sengaja
atau tidak sengaja seperti dilintasi
alat berat, namun lahan
pengembangan Bandar Udara saat
ini merupakan sebagian merupakan
pemukiman penduduk serta
ekosistemnya merupakan ekosistem
buatan maka dampak ini tidak
signifikan.

5 Pembangunan Fasilitas Tidak terjadinya Geo Fisik Kimia Peningkatan Sumber dampak peningkatan DTPH Batas ekologi 36 Bulan
sisi darat (Gate 3) peningkatan kebisingan Kebisingan kebisingan bersumber dari kegiatan proyek, secara
sesuai dengan pekerjaan pengembangan fasilitas rinci dapat dilihat
Keputusan Menteri sisi darat (Terminal 4 dan Hotel pada peta batas
Negara Lingkungan Airport Terminal 3). Kegiatan wilayah studi
Hidup Nomor pembangunan fasiliats utama
Kep-48/MENLH/II/1996 berupa terminal 4 akan
tentang Baku Tingkat menggunakan alat berat yang
Kebisingan berpotensi menimbulkan kebisingan.
Kegiatan tersebut berada pada
kawasan bandar udara dan

43
termasuk dalam kawasan kebisingan
tingkat 3 yaitu > 80 dB(A) dan
dipengaruhi juga oleh kebisingan
dari lalu lintas disekitarnya, sehingga
dampak yang ditimbulkan tidak
signifikan.

Tidak ada Geo Fisik Kimia Gangguan Gangguan aktivitas Bandar Udara ini DTPH Batas proyek 36 Bulan
Aktivitas dikarenakan adanya kegiatan yaitu di lokasi
Bandar pembangunan fasilitas sisi darat kegiatan
Udara berupa terminal 4 Tahap I, dimana
adanya aktivitas pekerja, alat berat
dapat menimbulkan gangguan
aktivitas Bandar Udara terutama sisi
darat akan tetapi tidak signifikan
dikarenakan perkerjaan dilakukan
bertahap dan dilakukan di luar area
pembangunan fasilitas sisi udara
serta dilakukan pemagaran sehingga
daerah tersebut merupakan daerah
terbatas

6 Commisioning Tidak ada Geo Fisik Kimia Gangguan Gangguan aktivitas Bandar Udara ini DPH Batas proyek 36 Bulan
Aktivitas dikarenakan adanya kegiatan yaitu di lokasi
Bandar commisioning, dimana adanya kegiatan
Udara aktivitas uji coba fasilitas sisi darat
baik pekerja atau peralatan sehingga
mempengaruhi aktifitas Bandar
Udara akan tetapi gangguan terjadi
sesaat hanya saat uji coba
berlangsung.

7 Demobilisasi Peralatan PP No. 41 Tahun 1999 Geo Fisik Kimia Penurunan Penurunan kualitas udara ini muncul DTPH Batas ekologi 36 Bulan
dan Material tentang Pengendalian Kualitas karena adanya demobilisasi proyek, secara
Pencemaran Udara Udara kendaraan peralatan dan material rinci dapat dilihat
yang membuat kualitas udara pada peta batas
menurun terutama oleh debu. Saat wilayah studi
ini kualitas udara di sekitar wilyah
bandar udara soekarno hatta tahun
2015 yang diambil tanggal 10
sesember 2015 masih memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan.
Kendaraan yang digunakan untuk
demobilisasi peralatan dan material
sebanyak 138 kendaraan namun
kegiatan ini akan dilakukan secara
bertahap dan berlangsung
sementara pada tahap konstruksi.

44
Tidak terjadinya Geo Fisik Kimia Penigkatan Kegiatan ini tidak berdampak DTPH Batas ekologi 36 Bulan
peningkatan kebisingan Kebisingan signifikan karena jalan yang dilalui proyek, secara
sesuai dengan kendaraan merupakan jalan umum rinci dapat dilihat
Keputusan Menteri yang memang sudah padat serta pada peta batas
Negara berada pada kawasan tingkat 3 yang wilayah studi
telah diatur dalam KM 13 Tahun
2010 dengan index kebisingan >80
db(A), serta hal ini juga ditunjukan
dari data lalu lintas tahun 2014
terdapat 6.876 kendaraan/hari.
Kendaraan yang digunakan dalam
mobilisasi peralatan dan material
sebanyak 138 kendaran yang
disesuai dengan standard dan
sesuai kelas jalan serta mobilisasi
dilakukan tidak secara
bersamaan/bertahap. Kendaraan
tersebut hanya 2 % dari jumlah
kendaraan yang melintasi kawasan
bandar udara serta kegiatan
mobilisasi ini berlangsung
sementara pada tahap konstruksi.

Menampung Keluhan Sosekbud Keresahan Keresahan masyarakat ini muncul DTPH Batas ekologi 36 Bulan
Masyarakat Masyarakat sebagai dampak sekunder dari proyek, secara
penurunan kualitas udara. Jika rinci dapat dilihat
dampak primer dapat dikelola pada peta batas
dengan baik maka dampak sekunder wilayah studi
tidak terjadi dan kegiatan tersebut
dilakukan secara bertahap dan
berlangsung hanya pada saat masa
konstruksi.

•UU no. 22 Tahun 2009 Geo Fisik Kimia Gangguan Dampak tersebut telah dikaji dalam DTPH yang Ruas Jalan 36 Bulan
tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Kajian tentang lalu lintas yang telah dikelola dan Kecamatan
Angkutan Jalan Darat disetujui oleh Dirjen Perhubungan dipantau Kokap,
•Keputusan Dirjen Darat. Kecamatan
Perhubungan Darat No. Wates,
SK.726/AJ.307/DRJ Kecamatan
D/2014 tentang Temon,
pedoman teknis Kecamatan
penyelenggaraan Alat Pengasih, dan
berat di Jalan Kecamatan
•Keputusan Dirjen Panjatan
Perhubungan Darat No.
SK.727/AJ.307/DRJ
D/2014 tentang
pedoman teknis
penyelenggaraan
Angkutan Barang

45
Umum
•Mengangkut peralatan
dan materaial di luar
jamjam sibuk

•Undang – Undang 38 Geo Fisik Kimia Kerusakan Bandar Udara Internasional DTPH yang Batas ekologi 36 Bulan
Tahun 2008 tentang Jalan Soekarno Hatta berada di aktivitas dikelola dan proyek, secara
Jalan pemukiman, pergudangan dan dipantau rinci dapat dilihat
•Keputusan Dirjen industri lainya sehingga penggunaan pada peta batas
Perhubungan Darat No. jalan tidak saja dilalui dari wilayah studi
SK.726/AJ.307/DRJD penumpang atau pengguna jasa
/2014 tentang pedoman Bandar Udara saja tetapi juga
teknis penyelenggaraan digunakan oleh kendaraan industri
Alat berat di Jalan atau pergudangan yang melewati
•Keputusan Dirjen jalan tersebut. Kegiatan
Perhubungan Darat No. pemeliharaan secara berkala juga
SK.727/AJ.307/DRJD selalu dilakukan dalam dalam
/2014 tentang pedoman perawatan jalan.
teknis penyelenggaraan
Angkutan Barang
Umum
•Mengatur tonase
kendaraan pengangkut
peralatan dan material

8 Pelepasan Tenaga Kerja Undang Undang No. 13 Sosekbud Keresahan Informasi tentang lamanya masa DTPH Batas ekologi 36 Bulan
Konstruksi Tahun 2003 Tentang Masyarakat bekerja pada tahap konstruksi telah proyek, secara
Ketenaga Kerjaan diinformasikan sejak awal dan rinci dapat dilihat
secara terbuka sehingga tidak pada peta batas
memberikan dampak keresahan wilayah studi
bagi pekerja

TAHAP OPERASI

1 Rekruitmen Tenaga Kerja • Sebagian besar Sosekbud Terciptanya Adanya pengembangan Bandar DPH Batas sosial 3 Tahun
Operasi jumlah penduduk Kesempatan Udara ini mengakibatkan dampak proyek, secara
Kecamatan Neglasari, Kerja positif bagi masyarakat karena rinci dapat dilihat
Kecamatan Benda, adanya kesempatan kerja pada pada peta batas
Kecamatan Teluk Naga tahap operasi, diperkirakan wilayah studi
dan Kecamatan Kosmbi sebanyak 9.920 tenaga kerja yang
dapat diterima bekerja dibutuhkan dalam tahap
di kegiatan operasi.Rekruitmen tenaga kerja ini
pengembangan Bandar akan memprioritaskan masyarakat
Udara. lokal (Masyarakat terkena dampak)
• Undang Undang No. sesuai dengan kemampuan
13 Tahun 2003 Tentang masyarakat tersebut.
Ketenaga Kerjaan

Tidak Ada Sosekbud Peningkatan Karena adanya perekrutan tenaga DPH Batas sosial 3 Tahun

46
pendapatan kerja maka akan terjadi peningkatan proyek, secara
pendapatan bagi 400 pekerja di rinci dapat dilihat
tahap operasi, serta mempunyai pada peta batas
peluang pengelolaan yang besar. wilayah studi

Menampung Keluhan Sosekbud Keresahan Keresahan masyarakat timbul DPH Batas sosial 3 Tahun
masyarakat Masyarakat karena kekhawatiran tidak terekrut proyek, secara
sebagai tenaga kerja lokal di rinci dapat dilihat
karenakan kualifikasi pendidikan pada peta batas
yang dibutuhkan membutuhkan wilayah studi
spesifikasi pendidikan
tertentu/khusus sehingga tidak
semua masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi kegiatan memiliki
kualifikasi pendidikan sesuai dengan
yang dibutuhkan untuk
pengoperasian Bandar Udara
Soekarno Hatta.

2 Pengoperasian Gate 3 PerMenHub No PM 54 Geo Fisik Kimia Peningkatan Peningkatan limbah padat domestik DPH Batas ekologi 3 Tahun
Terminal Internasional Tahun 2017 tentang Limbah timbul dari aktivitas penumpang proyek, secara
Pengelolaan Limbah Padat serta tenaga kerja yang berada di rinci dapat dilihat
dan Zat Kimia Domestik Gate 3 Terminal Internasional. Pada pada peta batas
Pengoperasian saat ini timbulan sampah di wilayah wilayah studi
Pesawat Udara dan bandar udara Yogyakarta
Bandar Udara International Airport sebesar 14.33
m3/hari ton/bulan pada tahun 2023.
Bandara juga memiliki insinerator
dan TPS terpadu seluas 1000 m2
(persegi)

PP No 22 Tahun 2021 Geo Fisik Kimia Peningkatan Peningkatan limbah cair dometik
tentang Limbah Cair timbul dari aktivitas penumpang
Penyelenggaraan Domestik yang berada di toilet terminal 4 dan
Perlindungan dan hotel airport terminal. Limbah cair
Pengelolaan domestik dari toilet kemudian di
Lingkungan Hidup salurkan pada IPAL dimana saat ini
kapasitas pengolahan IPAL sebesar
± 6470 m3 /hari dan hasil buangan
limbah cair adalah 6270 m3 /hari.
Dengan kapasitas yang hampir
maksimum diperkirakan limbah cair
tidak akan terolah karena melebihi
kapasitas maksimal.

Tidak adanya timbulan Kesehatan Penurunan Penurunan sanitasi lingkungan DTPH Batas ekologi 3 Tahun
sampah yang Masyarakat Sanitasi disebabkan karena aktifitas proyek, secara
menumpuk di area Lingkungan pengoperasian fasilitas sisi darat rinci dapat dilihat
Bandar Udara yang berada dalam wilayah Bandar pada peta batas

47
Udara Yogyakarta International wilayah studi
Airport, akan tetapi pihak Bandar
Udara memiliki standar sanitasi
lingkungan, sehingga tidak
memberikan dampak terhadap
sanitasi lingkungan

PP No 22 Tahun 2021 Geo Fisik Kimia Penurunan Gangguan biota perairan merupakan DPH Batas ekologi 3 Tahun
tentang Kualitas Air dampak turunan dari dampak proyek, secara
Penyelenggaraan Permukaan penurunan kualitas air permukaan, rinci dapat dilihat
Perlindungan dan akan tetapi air buangan yang sudah pada peta batas
Pengelolaan terolah di Sungai Bogowonto dan wilayah studi
Lingkungan Hidup Sungai Serang

Tidak Ada Biologi Gangguan Penurunan kualitas air permukaan DPH Batas ekologi 3 Tahun
Biota ini merupakan dampak turunan dari proyek, secara
Perairan peningkatan limbah cair domestik, rinci dapat dilihat
hal ini di khawatirkan kinerja IPAL pada peta batas
yang kurang maksimal sehingga wilayah studi
terjadi pencemaran lingkungan di
bandan air. Mengingat kapasitas
IPAL saat ini ± 6470 m3 /hari dan
limbah cair yang masuk pada IPAL
saat ini sebesar 6270 m3 /hari yang
sudah akan mencapai batas
maksimum pengolahan IPAL
tersebut sehingga di khawatirkan
akan menimbulkan pencemaran
lingkungan

Menampung keluhan Sosekbud Keresahan Keresahan masyarakat pada DTPH Batas sosial 3 Tahun
masyarakat Masyarakat kegiatan pengoperasian fasilitas sisi proyek, secara
darat (terminal 4 dan hotel airport rinci dapat dilihat
terminal 3) merupakan dampak pada peta batas
turunan dari dampak peningkatan wilayah studi
limbah padat domestik dan limbah
cair domestik. Pada kegiatan
pengoperasian terminal dan hotel
PT. Angkasa Pura II telah memiliki
IPAL untuk mengelola limbah cair
domestik, sehingga buangan limbah
cair domestik dimungkinkan tidak
mencemari lingkungan dan terdapat
standar penanganan limbah padat
domestik

3 Pemeliharaan Fasilitas PP No 22 Tahun 2021 Geo Fisik Kimia Timbulnya Timbulan limbah B3 ini terjadi pada DTPH yang Batas proyek, 3 Tahun
Bandar Udara tentang Limbah b3 kegiatan pemeliharaan fasilitas dikelola dan yaitu di lokasi
Penyelenggaraan (oli bekas Bandar Udara, baik dari bekas dipantau kegiatan

48
Perlindungan dan dan kain perbaikan pesawat ataupun dari
Pengelolaan majun) operasional masing-masing terminal
Lingkungan Hidup seperti lampu, kaca, bekas bahan
bakar pesawat, oli bekas, dll. Untuk
penanganan limbah B3 saat ini yang
dilakukan oleh pihak ketiga dan saat
ini PT Angkasa Pura I (Persero)
hanya menyediakan tempat
penyimpanan sementara yang
perizinanya masih dalam proses
perizinan.

PP No 22 Tahun 2021 Geo Fisik Kimia Peningkatan Peningkatan limbah cair domestik DTPH yang Batas proyek, 3 Tahun
tentang Limbah Cair pada pemeliharaan fasilitas Bandar dikelola dan yaitu di lokasi
Penyelenggaraan Domestik Udara khususnya fasilitas sisi darat, dipantau kegiatan
Perlindungan dan seperti kegiatan pembersihan toilet,
Pengelolaan lantai, karpet. Saat ini kapasitas
Lingkungan Hidup IPAL hampir mencapai maksimum
sehingga dengan fasilitas – fasilitas
pengembangan yang akan di
bangun dan kebutuhan tenaga kerja
meningkat maka otomatis
peningkatan limbah cair domestik
tersebut dapat menyebabkan air
limbah tidak terolah. Saat ini
kapasitas IPAL 6470 m3 /hari dan
limbah cair yang masuk kedalam
IPAL sebesar ± 6000 m3 /hari.

49
BAB II DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1 KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK PENTING RENCANA USAHA


DAN/ATAU KEGIATAN
Kegiatan rencana pembangunan Gate 3 Tahap I Terminal Internasional New Yogyakarta
International Airport (NYIA) oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) Yogyakarta di Kabupaten
Kulon Progo berpotensi menimbulkan dampak pada komponen lingkungan hidup baik
lingkungan fisik maupun sosial. Pengamatan kondisi komponen lingkungan awal perlu
dilakukan agar dapat diketahui besarnya komponen lingkungan yang akan terdampak
akibat kegiatan pembangunan yang akan dilakukan.
Rona lingkungan hidup awal merupakan penyampaian data yang terkait dengan
rencana kegiatan dan/atau usaha. Data tersebut dapat terdiri dari data primer yang diambil
di lapangan maupun data sekunder yang berasal dari instansi terkait. Data tersebut
berhubungan dengan dampak yang akan diperkirakan terjadi dari rencana usaha dan/atau
kegiatan. Data rona lingkungan mencakup wilayah yang berada di dalam maupun di sekitar
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Komponen rona lingkungan hidup awal yang akan
dikaji meliputi komponen geo-fisik-kimia, sosial budaya, dan ekonomi.

2.1.1 Lingkungan Geo-Fisik-Kimia


A. Letak Geografis
Kabupaten Kulon Progo terletak di bagian Barat dari Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Batas administratif dari Kabupaten Kulon Progo yaitu berbatasan dengan:
● Kabupaten Purworejo (Provinsi Jawa Tengah) di sebelah Barat
● Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman di sebelah Timur
● Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) di sebelah Utara
● Samudera Hindia di sebelah Selatan

Gambar 2.2 Peta Kabupaten Kulon Progo

Secara astronomis, Kabupaten Kulon Progo terletak pada 7o38’42” - 7o59’3” Lintang
Selatan dan 110o1’37” - 110o16’26” Bujur Timur. Ibukota dari Kabupaten Kulon Progo
adalah Wates. Kabupaten Kulon Progo memiliki luas wilayah 58.627,5 hektar atau

50
586,28 km2 dan terdiri dari 12 kecamatan, 1 kelurahan, 87 desa, dan 917 dukuh. Luas
dari masing-masing kecamatannya dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Luas Daerah Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo

Gambar 2.3 Peta Kecamatan Temon

New Yogyakarta International Airport terletak di Kecamatan Temon dengan luas


wilayah 3629,09 hektar atau 6,19% dari luas wilayah Kabupaten Kulon Progo.
Kecamatan ini terdiri dari 95 pedukuhan, 166 Rukun Warga (RW), dan 401 Rukun
Tetangga (RT). Kecamatan Temon terletak antara Garis Lintang 07o91’67” Lintang
Selatan dan Garis Bujur 110o15’00” Bujur Timur. Luas dari 15 kelurahan yang terdapat
di Kecamatan Temon dapat dilihat dalam Tabel 2.2.

51
Tabel 2.2 Luas Daerah Kelurahan di Kecamatan Temon

B. Topografi
Secara geografis, Kabupaten Kulon Progo pada bagian Utara merupakan dataran
tinggi atau perbukitan dengan ketinggian antara 500-1000 mdpl yang meliputi
Kecamatan Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh. Pada bagian tengah
merupakan daerah perbukitan yang lebih rendah dengan ketinggian 100-500 mdpl
meliputi Kecamatan Sentolo, Pengasih, dan Kokap. Pada bagian Selatan merupakan
dataran rendah dengan ketinggian 0-100 mdpl meliputi Kecamatan Temon, Wates,
Panjatan, Galur, dan Lendah. Sehingga berdasarkan persentase luas wilayah
Kabupaten Kulon Progo berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut, 17,58%
berada pada ketinggian <7 mdpl, 15,20% berada pada ketinggian 8-25 mdpl, 22,84%
berada pada ketinggian 26-100 mdpl, 33% berada pada ketinggian 101-500 mdpl, dan
11,37% berada pada ketinggian >500 mdpl. Yogyakarta International Airport terletak di
Kawasan Pesisir yang berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-100 meter dari
permukaan air laut. Berdasarkan kemiringan lahan, kawasan ini memiliki lereng 0-2%
pada wilayah pantai dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 24,8 km. Tinggi
wilayah dari masing-masing kecamatan dapat dilihat dengan lebih rinci pada Tabel 2.3
dan peta persebarannya pada Gambar 2.4.

52
Tabel 2.3 Tinggi Wilayah dan Jarak Ibukota Kabupaten menurut Kecamatan di
Kabupaten Kulon Progo 2021

Gambar 2.4 Peta Topografi Kabupaten Kulon Progo

53
C. Geologi
Kabupaten Kulon Progo merupakan batas barat dari dataran rendah Yogyakarta,
sebuah daerah pegunungan dan perbukitan yang tersusun atas batuan vulkanik dan
batuan sedimen. Batuan sedimen tua berumur Eosen batuan vulkanik berumur
Oligosen-Miosen, dan batuan sedimen karbonat berumur Miosen kemungkinan
dikontrol oleh struktur geologi tertentu. Seluruh batuan vulkanik di Kabupaten Kulon
Progo disebut sebagai Formasi Andesit Tua (OAF/Old Andesite Formation). Hasil
kegiatan vulkanisme yang pertama muncul di daerah ini membentuk Formasi Gajah
yang berumur Oligosen. Batuan gunung api kemudian diintrusi oleh Formasi Ijo pada
Miosen Tengah. Selanjutnya pada Miosen Akhir lahir vulkanisme Gunung Api Menoreh
di bagian utara Pegunungan Kulonprogo. Pegunungan Kulon Progo disebabkan oleh
kecenderungan pola umum dari tektonik yang telah terjadi di Pulau Jawa sejak Kala
Eosen. Bentuk morfologi elips dari pegunungan ini dikendalikan oleh kecenderungan
umum dari struktur basement Pulau Jawa sebagai hasil dari pola geotektonik yang ada.
Pola-pola ini berasosiasi dengan tektonik regional, pola Meratus berusia Eosen, pola
Sunda atau pola Sumatera berumur Miosen Atas, dan pola Jawa dengan umur Pliosen.
Arah dari pola-pola tersebut masing-masing adalah SW-NE, NNW-SSE dan E-W.
Urutan gunung api dari yang tertua adalah Gunung Api Ijo, Gunung Api Jongrangan
(Gunung Gajah), dan termuda Gunung Api Sigabug (Gunung Menoreh).
Pada wilayah selatan tepatnya di sekitar Bandara NYIA, jenis tanah yang ditemui
terdiri atas regosol, gleisol, aluvial, dan kambisol. Jenis tanah regosol terdistribusi
seluas 63,92% di wilayah dataran fluvio-marin yang jaraknya 1-1,5 km dari pantai.
Tanah regosol ini terdiri dari banyak kenampakan batu serta kerikil yang mengalami
pelapukan belum sempurna. Jenis tanah aluvial menempati wilayah yang difungsikan
sebagai area budidaya tanaman seperti sawah, kebun, dan palawija. Pada desa seperti
Galur dan Panjatan, memiliki jenis tanah yang didominasi dengan tanah aluvial.
Sedangkan wilayah Temon memiliki dominasi tanah aluvial paling kecil. Jenis tanah
kambisol tersebar di sepanjang tepian Sungai Progo di wilayah Desa Banaran. Tanah di
pesisir Kulon Progo sangat subur dan produktif. Dalam pemanfaatannya, di sekitar
Bandara YIA atau lebih tepatnya Kecamatan Temon, lahan terbagi menjadi lahan non
pertanian, lahan sawah, lahan kering, lahan hutan, dan lahan badan air.

D. Tipe Iklim
Berdasarkan letak garis lintangnya, Kabupaten Kulon Progo terletak pada wilayah
yang dipengaruhi oleh tiga jenis iklim, yaitu iklim musim, iklim tropika, dan iklim laut.
Iklim musim memiliki periode yang berubah-ubah yang dipengaruhi oleh angin musiman
dengan periode angin sekitar 6 bulan. Iklim musim terdiri dari angin musim barat daya
(muson barat) dan angin musim timur laut (muson timur). Sebagai daerah yang berada
pada iklim tropis, kondisi iklim di Kabupaten Kulon Progo juga dipengaruhi oleh iklim
tropis bersifat panas dan menyebabkan curah hujan tinggi. Letaknya yang sangat dekat
dengan Samudera Indonesia juga menyebabkan udara lembab karena adanya
penguapan air laut dan mengakibatkan curah hujan tinggi. Curah hujan di Kabupaten
Kulon Progo diukur menurut 5 stasiun hujan, yaitu Gejagan, Singkung, Gembongan,
Beji, dan Brosot. Kabupaten Kulon Progo termasuk dalam sub DAS Progo Hilir dengan
tipe iklim Am, Aw, dengan curah hujan sekitar 148 mm/hari sampai 271 mm/tahun dan
rata-rata hari hujan berkisar dari 8-14 hari dalam sebulan.

54
E. Suhu Udara dan Kelembaban Udara
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Kulon Progo tidak terlalu memiliki perbedaan
yang signifikan. Data suhu udara rata-rata dan kelembaban rata-rata dari Kabupaten
Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Suhu Udara Rata-Rata dan Kelembaban Rata-Rata Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2020

Suhu rata-rata tertinggi di Kabupaten Kulon Progo adalah 28,57 derajat celcius
pada bulan April. Hal ini menunjukkan perubahan dari musim penghujan ke musim
kemarau. Sedangkan suhu rata-rata terendah adalah 27,42 derajat celcius pada bulan
Desember yaitu pada musim penghujan. Suhu minimum dan maksimum yang tercatat
secara berturut-turut yaitu 17,3 derajat celcius (Juli) dan 35,5 derajat celcius
(September). Lalu kelembaban rata-rata tertinggi di Kabupaten Kulon Progo adalah
80,48% di bulan Maret. Sedangkan kelembaban rata-rata terendah adalah 73,83%
pada bulan Juni. Kelembaban minimum dan maksimum yang tercatat secara
berturut-turut yaitu 45% (Oktober) dan 100% (November).

F. Curah Hujan dan Hari Hujan


Selama tahun 2016 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan per bulan
mencapai 241 mm dan hari hujan 15 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan November 2016 sebesar 552 mm dengan jumlah hari hujan
20 hh sebulan. Kecamatan dengan rata-rata curah hujan per bulan tertinggi pada tahun
2016 adalah Kecamatan Samigaluh yaitu sebesar 364 mm dengan jumlah hari hujan 12
hh per bulan. Curah hujan yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo fluktuatif dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2020, jumlah curah hujan, jumlah hari hujan, dan lama
penyinaran matahari di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel 2.5.

55
Tabel 2.5 Curah Hujan, Hari Hujan, dan Penyinaran Matahari di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 2.5, curah hujan rata-rata di Kabupaten Kulon Progo mencapai
nilai tertinggi pada bulan Maret yaitu 699,2 mm. Sedangkan nilai terendahnya terjadi
pada bulan Juli yaitu 2,8 mm. Lalu hari hujan terbanyak didapatkan pada bulan Maret
sebanyak 25 hari. Kemudian penyinaran matahari terbanyak didapatkan pada bulan
Agustus mencapai 87,46%. Kawasan Bandara NYIA berada di Kecamatan Temon.
Curah hujan dan hari hujan masing-masing stasiun hujan dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Curah Hujan dan Hari Hujan menurut Masing-Masing Stasiun Hujan di
Kabupaten Kulon Progo di Tahun 2020

Curah hujan rata-rata di Kecamatan Temon dapat dilihat pada stasiun hujan BPP
Temon dengan curah hujan rata-rata 2940 mm. Curah hujan ini termasuk tinggi karena
letaknya yang dekat dengan laut.

56
G. Kecepatan Angin dan Tekanan Udara
Kecepatan angin dan tekanan udara di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada
Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Kecepatan Angin dan Tekanan Udara di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2020

Kecepatan angin rata-rata tertinggi di Kabupaten Kulon Progo adalah 2,48 m/det
pada bulan September. Sedangkan kecepatan angin rata-rata terendah adalah 1,34
m/det pada bulan Maret. Kecepatan angin maksimum yang tercatat adalah 10,29 m/det
pada bulan Maret dan November. Lalu tekanan udara rata-rata tertinggi di Kabupaten
Kulon Progo adalah 990,33 mb di bulan September. Sedangkan tekanan udara
rata-rata terendah adalah 987,859 mb pada bulan Desember. Tekanan udara minimum
dan maksimum yang tercatat secara berturut-turut yaitu 900,4 mb (Oktober) dan 999,1
mb (Desember).

H. Kualitas Udara
Kualitas udara pada suatu wilayah dipengaruhi oleh kondisi geografis, topografi,
klimatologi, meteorologi, dan sumber pencemar yang ada di daerah tersebut atau di
sekitarnya. Menurut capaian Indeks Kualitas (IK) Udara di tahun 2019, kadar pencemar
NO2 dan SO2 meningkat, terutama di sekitar kawasan transportasi. Meskipun capaian
IK Udara tahun 2019 belum mencapai target, namun capaiannya dibandingkan dengan
target pada akhir Renstra (target IK Udara tahun 2022 adalah 95,65) masuk dalam
predikat sangat baik dengan persentase di atas 91% yaitu 97,5%. Namun demikian,
dengan beroperasinya Bandara NYIA dimana akan mulai beroperasi secara penuh
pada tahun 2020, maka akan berimbas pada peningkatan beban transportasi di Kulon
Progo. Hasil uji kualitas udara ambien di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada
Tabel 2.8.

57
Tabel 2.8 Hasil Uji Kualitas Udara Ambien di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019

Hasil uji kualitas udara ambien pada keempat titik sampel masih memenuhi baku
mutu WHO, yaitu 40 ug/m3 untuk NO2 dan 20 ug/m3 untuk SO2. Pemerintah melalui
Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Lingkungan Hidup tetap perlu menggiatkan
pembangunan atau memperbanyak pembukaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik di
Kabupaten Kulon Progo, serta melakukan pengawasan dan pembinaan yang
dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup terhadap industri-industri maupun usaha
atau kegiatan yang menghasilkan emisi cerobong asap. Hal ini bertujuan untuk
menjaga kualitas udara karena seiring dengan pembangunan NYIA dikhawatirkan akan
memperparah kualitas udara di daerah terkait.
Pada pemeriksaan kualitas udara, diuji juga tingkat kebisingannya. Berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996, definisi bising adalah bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat atau waktu tertentu yang
dapat mengganggu kenyamanan lingkungan dan dapat berimplikasi terhadap
kesehatan manusia. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
718/MENKES/PER/XI/1987 menyebutkan pembagian tingkat kebisingan yaitu:
● Zona A (Kebisingan antara 35 dB sampai 45 dB)
Penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial, dan sejenisnya.
● Zona B (Kebisingan antara 45 dB sampai 55 dB)
Perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya.
● Zona C (Kebisingan antara 50 dB sampai 60 dB)
Perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya.
● Zona D (Kebisingan antara 60 dB sampai 70 dB)
Industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bus, dan sejenisnya.
Pada tahun 2020, terdapat perbedaan kualitas udara karena pada tahun ini
kawasan Bandara NYIA sudah mulai beroperasi. Walaupun belum beroperasi 100%
karena pembangunan yang belum selesai semua, tetap saja akan ada perbedaan besar
pada kualitas udaranya. Pemantauan kualitas udara dilakukan untuk udara ambien,

58
udara untuk emisi sumber tidak bergerak, dan udara ambien dengan metode passive
sampler. Hasil uji kualitasnya sebagai berikut:

1. Pemantauan Uji Kualitas Udara Ambien


Pemantauan kualitas udara ambien dilakukan di 5 lokasi pemantauan selama 2
periode. Semua parameter memiliki hasil dibawah nilai baku mutu yang diatur oleh
Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 153 tahun 2002 tentang Baku
Mutu Udara Ambien Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil ujinya dapat
dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Hasil Uji Pemeriksaan Udara sesuai Indeks Kualitas Udara 2020

Berdasarkan Tabel 2.9, kadar NO2, SO2, CO, O3, dan TSP memiliki hasil dibawah
nilai baku mutu. Kadar NO2 dan SO2 tertinggi terdapat pada Pertigaan Tugu Brosot,
sedangkan kadar terendahnya terdapat pada Pro Liman Karangnongko. Kadar CO
tertinggi terdapat pada Pertigaan Jangkaran, sedangkan kadar terendahnya terdapat
pada Pertigaan Tugu Brosot. Kadar O3 tertinggi terdapat pada Pro Liman
Karangnongko, sedangkan kadar terendahnya terdapat pada Pertigaan Ngeplang.
Kadar TSP tertinggi terdapat pada Pertigaan Jangkaran, sedangkan kadar terendahnya
terdapat pada Pertigaan Tugu Brosot. Tingkat kebisingan pada lokasi pemantauan ada
yang melebihi nilai baku mutu dan ada yang dibawah nilai baku mutu. Lokasi
pemantauan yang hasilnya melebihi nilai baku mutu adalah Pertigaan Ngeplang (tahap
1 dan tahap 2), Perempatan Dekso (tahap 2), Pro Liman Karangnongko (tahap 2), serta
Pertigaan Tugu Brosot (tahap 1).

2. Pemantauan Uji Kualitas Udara untuk Emisi Sumber Tidak Bergerak


Kualitas udara untuk emisi sumber tidak bergerak diambil di beberapa lokasi.
Parameter yang diuji antara lain NO2, SO2, Partikel, Opasitas, dan Kecepatan Aliran
Gas. Semua parameter memiliki hasil dibawah nilai baku mutu yang diatur oleh
Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 169 tahun 2003 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil ujinya dapat dilihat pada Tabel 2.10.

59
Tabel 2.10 Hasil Pemantauan Kualitas Udara Emisi Industri Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 2.10, semua hasil dibawah nilai baku mutu. Kadar NO2 tertinggi
terdapat pada PT. Kurnia Bumi Pertiwi 2 dan RSUD Wates, sedangkan kadar
terendahnya terdapat pada PT. Karya Hidup Sentosa DC 02. Kadar SO2 tertinggi
terdapat pada PT. Kurnia Bumi Pertiwi 2 dan RSUD Wates, sedangkan kadar
terendahnya terdapat pada PT. Karya Hidup Sentosa DC 01. Kadar partikel tertinggi
terdapat pada PT. Kurnia Bumi Pertiwi 1, sedangkan kadar terendahnya terdapat pada
PT. Karya Hidup Sentosa DC 01. Tingkat opasitas pada lokasi pemantauan relatif
sama. Kecepatan aliran gas tertinggi terdapat pada PT. Karya Hidup Sentosa DC 01,
sedangkan kecepatan terendahnya terdapat pada PT. Karya Hidup Sentosa DC 02.
Tingkat kebisingan tertinggi terdapat pada PT. Selo Adi Karto, sedangkan tingkat
terendahnya terdapat pada PT. Karya Hidup Sentosa DC 01.

3. Hasil Analisis Udara Ambien dengan Metode Passive Sampler


Nilai Indeks Kualitas Udara tahun 2020 diperoleh dari hasil pemantauan kualitas
udara dengan metode passive sampler yang dilakukan pada 4 lokasi. Masing-masing
lokasi dilakukan pemantauan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Hasil Analisis Udara Ambien dengan Metode Passive Sampler Tahun 2020

60
Berdasarkan Tabel 2.11, kadar NO2 tertinggi terdapat pada Kawasan Bandara
NYIA, sedangkan kadar terendahnya terdapat pada kawasan permukiman. Lalu kadar
SO2 tertinggi terdapat pada Kawasan Bandara NYIA, sedangkan kadar terendahnya
terdapat pada Kantor Cabang BRI Wates (kawasan transportasi).

I. Hidrologi
Pada wilayah di sekitar Bandara YIA memiliki permasalahan drainase yang
disebabkan oleh daerah yang sangat datar, sedangkan air dari daerah pegunungan
relatif besar. Pada musim penghujan, daerah sekitar Sungai Progo dan Sungai Serang
terjadi banjir. Karakteristik dari sungai yang melewati Kabupaten Kulon Progo dapat
dilihat pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12 Karakteristik Sungai yang Melewati Kabupaten Kulon Progo

Sementara itu, Sungai Bogowonto juga melewati Kabupaten Kulon Progo yaitu di
bagian muaranya. Daerah sekitar muara Sungai Bogowonto ini dekat sekali dengan
lokasi bandara dan sering terbendung di musim kemarau. Sungai Bogowonto memiliki 3
Sub DAS yang terletak di Kabupaten Kulon Progo (Keduren, Kodil, Plamping) dengan
luas total 3.310,87 ha. Apabila musim kemarau dan tidak ada hujan, muara Sungai
Bogowonto akan tertutup dan tergenang dalam waktu lama dengan dominasi air tawar.
Namun pada musim penghujan, muara akan terbuka dan kembali terjadi pasang surut.
Perubahan sifat air pada musim kemarau dan penghujan ini berpengaruh pada kualitas
air dan biota di daerah tersebut, termasuk mangrove dan udang. Selain sungai,
Kabupaten Kulon Progo juga memiliki waduk dan embung, tetapi tidak memiliki danau
dan situ. Persebaran hidrologi di Daerah Istimewa Yogyakarta secara lengkap dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

61
Gambar 2.5 Peta Hidrogeologi Daerah Istimewa Yogyakarta

J. Kualitas Air Sungai


Sumber air di Kabupaten Kulon Progo berasal dari air sungai, air waduk, air sumur,
dan air laut. Capaian Indeks Kualitas (IK) Air tahun 2019 salah satunya diperoleh dari
hasil uji kualitas air di Sungai Serang. Parameter yang diuji untuk penentuan Indeks
Kualitas Air terdiri dari zat padat tersuspensi (TSS, Total Suspended Solid), oksigen
terlarut (DO,Dissolved Oxygen), jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk
mengurai (BOD,Biochemical Oxygen Demand), jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat
(COD,Chemical Oxygen Demand), kandungan fosfat (Total Phospat), dan kandungan
bakteri koliform (Total Coliform). Kemudian nilai dari setiap parameter dinormalisasi ke
dalam skala indeks pada angka 0-100 dengan klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Pemantauan kualitas air sungai dilakukan pada Sungai
Serang dengan pengambilan sampel sebanyak 5 titik. Pengambilan sampelnya
dilakukan 2 kali dalam setahun. Sehingga total sampel sebanyak 10 sampel. Hasil dari
uji kualitasnya dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Hasil Uji Kualitas Air Sungai Serang Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019

Realisasi capaian Indeks Kualitas Air tahun 2019 yaitu 40 telah mencapai bahkan
melebihi target yang ditetapkan, yaitu 38. Target ini tercapai berkat adanya kegiatan
gropyok sampah di sungai, pemasangan papan larangan membuang sampah di
sungai, dan koordinasi dengan OPD lain dalam Operasi Tertib terhadap pembuang
sampah di sungai.
Pada tahun 2020, dilakukan pengujian kualitas air sungai pada Sungai Progo dan
Sungai Serang. Pengujian kualitas air ini dilakukan di hulu, tengah, dan hilir dengan

62
parameter yang diujikan sebanyak 20 parameter. Rincian dari hasil pengujian ini dapat
dilihat pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14 Kualitas Air Sungai di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2020

Lanjutan 2.14

Lanjutan 2.14

Lanjutan 2.14

63
Lanjutan 2.14

Lanjutan 2.14

Lanjutan 2.14

K. Tutupan Lahan
Kabupaten Kulon Progo memiliki sawah dengan total luas 11.047 Ha yang terbagi
menjadi 2 jenis sawah, yaitu sawah irigasi seluas 10.377 Ha dan sawah tadah hujan
seluas 670 Ha. Sawah yang luas ini menghasilkan 122.845 ton padi. Kecamatan
Temon memiliki sawah irigasi seluas 1.154 Ha dan sawah tadah hujan 82 Ha. Selain
sawah, terdapat lahan pertanian yang bukan sawah meliputi tegal, perkebunan, lahan
sayuran dan hutan rakyat, serta hutan negara. Kabupaten Kulon Progo memiliki lahan
tegal seluas 14.635,9 Ha, lahan perkebunan seluas 136 Ha, lahan sayuran dan hutan
rakyat seluas 20.795,1 Ha, serta hutan negara seluas 1.046,5 Ha. Kecamatan Temon
memiliki lahan tegal seluas 422,5 Ha serta lahan sayuran dan hutan rakyat seluas
810,6 Ha. Sedangkan luas lahan bukan pertanian di Kabupaten Kulon Progo seluas
10.762,7 Ha dan di Kecamatan Temon seluas 1.084 Ha.

L. Kualitas Tutupan Lahan


Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) menjadi salah satu komponen Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Terdapat beberapa perubahan terkait formulasi
perhitungan IKTL yang sudah tidak memasukkan lagi luasan sempadan rel kereta api
64
dan sawah dalam perhitungannya. Sehingga capaian IKTL Kabupaten Kulon Progo
tahun 2019 sebesar 66,11 tidak mencapai target yang ditetapkan, yaitu 70,13.
Walaupun IKTL bukan menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kulon Progo, namun DLH Kulon Progo berhasil melampaui target dalam hal
penambahan luas penanaman pohon. Hal ini berkat bantuan pengadaan bibit tanaman
ke BPDAS maupun BBWSO yang sudah disetujui dan ditanam selama tahun 2019.
Sehingga target luas kawasan yang dikonversi sebesar 19 Ha tercapai 34,87 Ha atau
hampir 2 kali lipat.
Parameter pembatas kerusakan lahan di Kabupaten Kulon progo berupa kebatuan
permukaan, komposisi fraksi pasir, redoks, derajat pelulusan air, berat isi, dan porositas
total. Penggunaan lahan di Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh tegalan karena
sebagian besar topografinya berbukit-berbukit. Pada tahun 2020, pemeriksaan kualitas
tanah untuk produksi biomassa dilakukan di 15 titik dengan 3 kriteria tanah yaitu tanah
lahan kering, lahan basah, dan tanah pesisir. Kesimpulan hasil pemeriksaan menurut
PP No 150 tahun 2000 tentang kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa,
yaitu derajat pelulusan air (permeabilitas) di wilayah Triharjo, Kulwaru, Trimulyo,
Tonobakal, Pleret, Temon, dan Banyuroto berada pada ambang kritis kriteria baku
kerusakan tanah dengan nilai ambang kritis <0,7 cm/jam; >8,0 cm/jam.

M. Timbulan Sampah Per Hari


Sampai pada tahun 2020, rata-rata timbulan sampah di TPA Piyungan setiap hari
adalah sebesar 630 ton. TPA Piyungan dengan luas area sebesar 12,5 Ha telah
mengalami overload sejak tahun 2012. Pemerintah DIY melakukan optimalisasi agar
TPA Piyungan dapat digunakan sampai dengan tahun 2023. Perkiraan timbulan
sampah per hari pada tahun 2021 untuk setiap Kabupaten/Kota di DIY dapat dilihat
pada Tabel 2.15.

Tabel 2.15 Perkiraan Timbulan Sampah Per Hari Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2021

Pada data timbulan sampah di atas menunjukkan bahwa volume timbulan sampah
perhari di wilayah DIY sebesar 2.117,22 ton/hari. Sedangkan DIY hanya memiliki 3
buah TPA yang masing-masing usia pakainya untuk TPA Regional Piyungan yang area
pelayanannya mencakup daerah Bantul, Kota Yogyakarta, dan Sleman hanya sampai
tahun 2023. Kemudian TPA Banyuroto di Kulon Progo dan TPA Wukirsari Baleharjo di
Gunungkidul akan penuh tahun 2022 ini.

N. Oseanografi
Tenaga laut yang mempengaruhi morfologi pantai terdapat 3 macam, yaitu
gelombang, arus laut, dan pasang surut. Pada musim kemarau, Kabupaten Kulon P
memiliki angin dominan kuat (20-25 m/dt) dan konstan bertiup dari Selatan atau
Tenggara. Sedangkan pada musim penghujan, angin lebih lemah (<5 m/dt) dan lebih
bervariasi dengan angin dominan bertiup dari Barat Daya sampai Barat Laut. Arah
65
angin dan aliran arus di Samudera Hindia memiliki pengaruh terhadap sedimentasi dan
penutupan muara Sungai Bogowonto yang terjadi pada bulan Agustus-November.
Gelombang utama di pesisir Kulon Progo ini didominasi dari Selatan dan Tenggara.
Kondisi pasang surut di wilayah sekitar Bandara YIA memiliki tipe harian ganda. Nilai
pasang surut air laut rerata bulanan setinggi 1,1 m dengan rentang ketinggian antara
0,1 m hingga 2,2 m. Kondisi pasang tertinggi terjadi saat bulan purnama, sedangkan
surut terendah terjadi pada kuarter 2.
Produksi ikan laut di Pantai Selatan Kabupaten Kulon Progo mencapai 923.895 kg
atau 923 ton pada tahun 2021. Produksi ikan laut ini tersebar di 4 kecamatan berbeda
meliputi Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan
Galur. Rincian dari produksi ikan laut dapat dilihat pada Tabel 2.16.

Tabel 2.16 Produksi Ikan Laut (kg) di Pantai Selatan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2021

Berdasarkan Tabel 2.16, produksi ikan laut Kecamatan Temon merupakan yang
paling tinggi mencapai 323.354 kg. Produksi tertinggi didapatkan pada bulan Februari
dengan produksi mencapai 41.867 kg. Sedangkan produksi terendah didapatkan pada
bulan Juni dengan produksi sebanyak 11.878 kg.

O. Kualitas Air Laut


Pada Kabupaten Kulon Progo, lokasi dari Bandara NYIA, terdapat beberapa pantai.
Salah satunya adalah Pantai Glagah di Kecamatan Temon. Hasil uji kualitas air laut
dapat dilihat pada Tabel 2.17.

Tabel 2.17 Kualitas Air Laut Pantai Glagah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018

Beberapa parameter seperti pH dan suhu tidak memiliki perubahan yang signifikan
antara bulan Maret dan bulan September. Pada parameter BOD, DO, dan nitrat
terdapat perubahan yang cukup signifikan, tetapi tidak begitu besar. Sedangkan pada

66
parameter TSS dan Fosfat terdapat perubahan yang sangat signifikan dimana kadar
TSS sangat besar pada bulan Maret dan kadar Fosfat sangat besar pada bulan
September.

P. Biota
1. Flora
Rincian dari keanekaragaman flora di Kecamatan Temon dapat dilihat pada Tabel
2.18.

Tabel 2.18 Flora di Kecamatan Temon Tahun 2021

67
Selain data flora di Kecamatan Temon tersebut, terdapat juga flora lain di
Kabupaten Kulon Progo seperti bayam, buncis, jamur, kangkung, kembang, ketimun,
labu siam, melon, semangka, kapulaga, kencur, lempuyang, lidah buaya, mahkota
dewa, mengkudu, sambiloto, temu ireng, temu kunci, temulawak, alpukat, anggur,
belimbing, duku, jambu air, jambu biji, jengkol, manggis, nangka,nanas, rambutan,
sawo, sirsak, sukun, kopi, dan teh.

2. Fauna
Terdapat beberapa fauna di Kabupaten Kulon Progo dalam keadaan terancam baik
dalam status dilindungi ataupun tidak. Fauna ini terdiri dari beberapa jenis mamalia
(hewan menyusui), burung, reptil, dan amphibi. Pada jenis mamalia, fauna yang
dilindungi yaitu Kijang (Muntiacus muntjak) dan Rusa (Cervus timorensis). Pada jenis
burung terdapat Elang Hitam (Ictinaetus malayensis) dan Elang Brontok (Spizeatus
cirrhatus) serta jenis burung lain yang terancam, tetapi tidak dalam status dilindungi.
Pada jenis reptil terdapat Ular Sowo (Phyton sp) dalam status terancam, tetapi tidak
dalam status dilindungi. Pada jenis amphibi, fauna yang dilindungi yaitu Penyu Sisik
(Eretmochelys imbricate), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Tempayan
(Caretta caretta), Penyu Hijau (Chelonia midas), dan Penyu Belimbing (Dermochelys
coreacea).
Selain fauna yang terancam punah dan dilindungi, terdapat juga hewan ternak dan
hewan unggas. Populasi fauna yang ada di Kabupaten Kulon Progo, khususnya
Kecamatan Temon, dapat dilihat pada Tabel 2.19.

68
Tabel 2.19 Fauna di Kecamatan Temon Tahun 2021

69
2.1.2 Komponen Sosial Budaya
A. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Berdasarkan perencanaannya, diketahui bahwa bandara NYIA memiliki luas 637
hektar yang menyebabkan sikap dan persepsi masyarakat di sekitar bandara NYIA
Kulon Progo berbeda-beda. Diwacanakan bahwa masyarakat yang akan mendapatkan
dampak dari pembangunan dan pengembangan bandara ini sebanyak 419 KK yang
sebelumnya 479 KK. Mayoritas masyarakat yang menempati wilayah Kulon Progo ini
memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh. Apabila dilakukan relokasi
bandara, maka lahan akan dialihfungsikan dan mengakibatkan beberapa orang akan
kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal yang tergusur. Pembangunan dari Bandara
NYIA ini memunculkan kekhawatiran masyarakat karena hal tersebut. Adapun
pendapat pro dan kontra serta pandangan netral dari masyarakat. Masyarakat yang
setuju akan dilakukannya pengembangan Bandara Internasional ini cenderung memiliki
pandangan bahwa bandara ini dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat
serta berpeluang untuk menambah lowongan pekerjaan dan jaminan hidup yang lebih
baik. Pendapat kontra pun disampaikan oleh masyarakat dengan alasan bahwa lahan
pertanian yang dimiliki berkurang serta bentuk pelestarian warisan nenek moyang yang
telah dimiliki tergusur karena pembangunan yang dilakukan. Masyarakat yang
berpendapat netral akan pengembangan bandara internasional ini menerima rencana
bandara karena kepentingan umum dan berupa bentuk program pemerintah yang tidak
dapat secara langsung ditolak, namun dari mereka secara pribadi juga tidak setuju
apabila wilayah mereka terkena dampak buruk dari pembangunan maupun
pengembangan yang dilakukan untuk bandara. Bentuk dari jenis gangguan yang
dialami masyarakat adalah kebisingan dan kemacetan karena adanya pengembangan
dan pembangunan. Kemacetan merupakan salah satu jenis permasalahan yang umum
dialami di lingkungan masyarakat yang cenderung mobile dimana jumlah penduduk dan
jumlah transportasi yang ada berbanding lurus sehingga keduanya akan terus semakin
meningkat.

B. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Struktur Penduduk


Kabupaten Kulon Progo memiliki total penduduk 443.283 jiwa pada tahun 2021
dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 219.459 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 223.824 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Kulon Progo mencapai 756
jiwa/km2. Penduduk Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh penduduk yang berusia
produktif pada rentang usia 15-64 tahun sebanyak 67%. Pasangan usia subur di Kulon
Progo mencapai 60.840 dengan akseptor KB aktif sebesar 45.329. Total jumlah KK
Rumah Tangga di Kabupaten Kulon Progo mencapai 154.444 yang tersebar pada 12
kecamatan. Rincian dari jumlah penduduk di Kabupaten Kulon Progo menurut
kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 2.6.

70
Gambar 2.6 Proyeksi Penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2021

Jumlah penduduk di Kabupaten Kulon Progo ini mengalami peningkatan sebesar


5,05% dari tahun 2020. Besar laju pertumbuhan yang ada di Kabupaten Kulon Progo
dari tahun 2010-2020 adalah sebesar 1,12%. Bandara NYIA berada di wilayah
Kecamatan Temon dengan total penduduk 28.789 jiwa pada tahun 2021 dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 14.333 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 14.456.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Temon sebesar 793 jiwa/km2 atau 6,49% dari total
keseluruhan penduduk. Laju pertumbuhannya sebesar 2,49%.

C. Interaksi Sosial
Proses sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain pengaruh kultural, kegiatan ekonomi, dan
integritas antara penduduk asli dengan penduduk pendatang. Perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat menggambarkan kedinamisan suatu masyarakat. Perubahan
sosial menyangkut pandangan masyarakaft terhadap pembangunan dan peranan
mereka dalam proses pembangunan tersebut. Sikap kritis masyarakat terhadap
kegiatan pembangunan dianggap berdampak negatif terhadap aktivitas sehari-hari
sehingga perlunya solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Kabupaten Kulon Progo memiliki berbagai jenis perkumpulan kesenian tari
tradisional yang terdiri dari Reog, Jatilan, Ogleg, Incling, Angguk, Kobra Siswo,
Bangilun, Lengger, Panjidur, Kuda Lumping, Topeng Ireng, Karawitan, Keroncong,
Slawatan/Rodat Qosidah, Band, Gejlok Lesung, Orkes Melayu, Skala, Pop Song/Vokal
Grup, Macapat, Musik Bambu, Paduan Suara, Campur Sari, Pek Bung, dan lain-lain.
Pada Kecamatan Temon, kesenian tari tradisional yang dapat ditemui yaitu Jatilan,
Incling, Angguk, Kuda Lumping, Karawitan, Keroncong, Slawatan/Rodat Qosidah,
Band, Gejlok Lesung, Orkes Melayu, Macapat, Musik Bambu, Campur Sari, dan lain
lain. Kabupaten Kulon Progo juga memiliki berbagai jenis perkumpulan kesenian teater
yang terdiri dari Ketoprak, Wayang Orang, Pedalangan, Tari, Teater, Dagelan, Jabur,
dan lain-lain. Pada Kecamatan Temon, kesenian teater yang dapat ditemui yaitu
Ketoprak, Pedalangan, Tari, dan Dagelan. Dalam kepentingan perijinan dan penelitian,
Kabupaten Kulon Progo juga ikut mendukung kegiatan serupa seperti KKN dan
penelitian lainnya. Total perijinan dan penelitian bahkan bisa mencapai lebih dari 1000
setiap tahunnya.

D. Pranata Sosial
Lembaga sosial yang terdiri dari lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, dan
lembaga sosial terbentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Melalui lembaga ini,

71
telah terbentuk sistem tingkah laku, sistem sosial, dan berbagai perubahan dalam
tatanan kehidupan, baik yang bersifat individual maupun dalam tatanan masyarakat.
Kelembagaan dalam masyarakat meliputi kelembagaan formal (aparat desa dan BPD)
dan non formal (lembaga keagamaan). Permasalahan yang muncul terkait aktivitas
proyek atau persengketaan lahan memerlukan peranan lembaga formal dan non
formal. Sedangkan pendekatan sosial budaya dan keagamaan mengacu pada peranan
lembaga non formal. Pada tahun 2021, Kabupaten Kulon Progo memiliki 119
organisasi. Jumlah organisasi sosial di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 31
organisasi. Jumlah organisasi masyarakat sebanyak 76 organisasi. Jumlah organisasi
wanita sebanyak 11 organisasi. Indeks Demokrasi dari Provinsi DIY di tahun 2020
mencapai 81,59%. Hal ini dibentuk oleh 3 aspek, yaitu kebebasan sipil, hak-hak politik,
dan lembaga demokrasi. Jumlah aparat pemerintah di Kecamatan Temon mencapai
227 aparat.

2.1.3 Komponen Pendidikan


A. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pada penduduk yang ada di Kecamatan Temon, Kabupaten
Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel 2.20.

Tabel 2.20 Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon


Progo Tahun 2021

B. Fasilitas Pendidikan
Selain dari adanya kepadatan penduduk, diimbangi dengan adanya fasilitas
pendidikan di Kulon Progo yang cukup memadai. Pada tingkat SD sederajat, terdapat
sejumlah 369 sekolah dasar dengan persentase terbesar yaitu 72,50%. Kemudian
diikuti oleh jenjang SMP yaitu sebanyak 81 unit pada persentase 15,91% dan kemudian
SMK sebanyak 32 unit pada persentase 6,29%. Untuk tingkat SMA dan Universitas
memiliki jumlah sedikit dimana terdapat 24 unit sekolah tingkat SMA dengan adanya 3
Universitas yang ada di Kulon Progo. Sehingga dapat ditotal adanya 509 unit fasilitas
pendidikan yang ada di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Temon sendiri
memiliki 27 SD, 6 SLTP, 1 SLTA, dan 4 SMK.

C. Tenaga Pengajar
Jumlah guru yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo mencapai 3.134 orang pada
tahun 2021/2022. Pada Kecamatan Temon, jumlah gurunya mencapai 241 orang.
Rasio murid-guru di Kabupaten Kulon Progo yaitu:
72
● Rasio murid-guru pada sekolah dasar mencapai 10
● Rasio murid-guru pada SLTP mencapai 12
● Rasio murid-guru pada SLTA mencapai 10

2.1.4 Komponen Ekonomi


A. Kegiatan Perekonomian
Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
nasional, begitu juga untuk pembangunan ekonomi daerah Kecamatan Temon. Di
Kecamatan Temon, tanah yang dimanfaatkan untuk pertanian ini memiliki luas sawah
mencapai 1.236 hektar. Sawahnya bisa berupa sawah irigasi atau sawah tadah hujan.
Produksi padi sawah yang dihasilkan bisa mencapai 13.270 ton. Selain produksi padi
sawa, juga terdapat produksi jagung, kedelai, kacang tanah, ketela pohon, ketela
rambat, buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman obat.
Selain sektor pertanian, salah satu pendukung perekonomian adalah pada sektor
perdagangan. Komoditas ekspor terbesar di Kabupaten Kulon Progo adalah gula kristal
dan rambut palsu. Pada tahun 2021, gula kristal yang diekspor mencapai 1.565.173 ton
dengan nilai 2.613.286,02 US$. Kemudian untuk rambut palsu yang diekspor mencapai
703.368 buah dengan nilai 8.358.348,58 US$. Selain gula kristal dan rambut palsu,
komoditas ekspor lainnya meliputi arang briket, kerajinan serat alam, kerajinan kayu,
teh mahkota dewa, sabut kelapa, traktor tangan, dan stagen. Hasil penjualan daging
sapi juga naik setiap tahunnya diikuti dengan harga daging sapi yang juga selalu naik.
Harga daging sapi per kg adalah Rp 132.500,00 pada tahun 2021.
Dilihat dari mata pencahariannya, penduduk Kabupaten Kulon Progo mayoritas
bekerja sebagai buruh kerja seperti buruh tani, nelayan, buruh tukang, dan lain
sebagainya. Dengan adanya pembangunan Bandara NYIA di Kabupaten Kulon Progo,
diharapkan dapat memberikan peluang usaha atau berinvestasi bagi masyarakat
sekitar untuk menaikkan ekonomi dengan membuka banyak zona investasi dari tata
guna lahan. Sehingga lapangan pekerjaan baru terbuka untuk masyarakat.
Sampai dengan tahun 2020, pembangunan infrastruktur di Kecamatan Temon
terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sektor pariwisata di Kabupaten
Kulon Progo juga cukup baik dengan jumlah pengunjung obyek wisata mencapai
857.560 orang dan pendapatan mencapai 632 juta rupiah. Obyek wisata beretribusi
yang terdapat di Kecamatan Temon yaitu Pantai Glagah, Pantai Congot, Pantai Pasir
Kadilangu, Hutan Mangrove Jembatan Api-Api, dan Hutan Mangrove Wanatirta. Pada
tahun 2021, jumlah pengunjung obyek wisata semakin meningkat. Jumlah pengunjung
obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah sebanyak 579.221 pengunjung, sedangkan
jumlah pengunjung obyek wisata yang dikelola oleh masyarakat sebanyak 330.680
pengunjung. Jumlah rumah makan atau restoran di Kabupaten Kulon Progo juga
semakin meningkat dari 221 di tahun 2020 menjadi 274 di tahun 2021. Rumah makan
atau restoran paling banyak ditemui di Kecamatan Temon dengan jumlah 71 pada
tahun 2021. Lokasi kecamatan ini sangat strategis yaitu di daerah pantai selatan dan
dekat dengan bandara baru NYIA.

B. Tenaga Kerja
Potensi penduduk dan sumber daya manusia yang terampil merupakan salah satu
pendukung dalam proses kegiatan pembangunan wilayah. Penduduk usia kerja adalah
penduduk dengan usia 15 tahun keatas. Selain potensi, tenaga kerja juga dapat
menjadi permasalahan. Terdapat ketimpangan antara jumlah pencari kerja yang lebih
besar dari kesempatan kerja yang tersedia. Setiap tahun tidak semua pencari kerja

73
dapat tersalurkan dan memperoleh pekerjaan. Penduduk dengan usia 15 tahun ke atas
yang bekerja di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 259.044 orang. Sedangkan
penduduk dengan usia 15 tahun ke atas yang menganggur di Kabupaten Kulon Progo
mencapai 9.920 orang.
Jumlah PNS Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2021 yaitu 3.379
perempuan dan 2.388 laki-laki. Sebesar 66,83% PNS Pemerintah Daerah Kabupaten
Kulon Progo adalah sarjana dan diatasnya. Persentase PNS menurut pendidikan
terakhir di Pemerintahan Daerah Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar
2.7.

Gambar 2.7 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2021

C. Tingkat Kemiskinan
Persentase penduduk miskin di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar
2.8.

Gambar 2.8 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013-2021

74
Garis kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2021 adalah 360.202
rupiah/kapita/bulan. Sedangkan pengeluaran per kapita dalam sebulan bisa mencapai
Rp 881.688,00. Pengeluaran terbesar adalah untuk membeli makanan dan minuman
dengan kisaran Rp 423.261,00 (32,63% pengeluaran makanan dan minuman jadi serta
14,05% pengeluaran padi-padian). Pengeluaran selanjutnya untuk non makanan
seperti fasilitas rumah tangga dan barang maupun jasa dengan kisaran Rp 458.427,00
(48,94% pengeluaran perumahan dan fasilitas rumah tangga serta 23,30%
pengeluaran barang dan jasa). Jumlah penduduk miskinnya mencapai 81.140 orang
atau 18,38%.

D. Produk Domestik Regional Bruto dan Perkembangan


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar untuk mengukur nilai
pendapatan yang dihasilkan akibat adanya aktivitas ekonomi oleh penduduk di suatu
wilayah. Sehingga indikator PDRB dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan dan melihat kemampuan perekonomian suatu wilayah. Kondisi ekonomi
daerah secara umum dapat dilihat dari angka PDRB, investasi, inflasi, pajak dan
retribusi, serta pinjaman dan pelayanan bidang ekonomi. Pada tahun 2021, pendapatan
Kabupaten Kulon Progo mencapai 1.533,84 miliar rupiah. Rinciannya yaitu Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sebesar 307,15 miliar rupiah, pendapatan transfer sebesar 1.178,39
miliar rupiah, serta pendapatan daerah lain yang sah sebesar 48,3 miliar rupiah.
Sedangkan anggaran belanja daerah dari Kabupaten Kulon Progo mencapai 1.404,81
miliar rupiah. Rinciannya yaitu belanja operasi sebesar 1.115,83 miliar rupiah, belanja
modal sebesar 202,83 miliar rupiah, belanja tak terduga sebesar 3,43 miliar rupiah,
serta belanja transfer sebesar 82,71 miliar rupiah.
Menurut ADHB, PDRB Kabupaten Kulon Progo mencapai 12.443,06 milyar rupiah.
Sedangkan menurut ADHK, PDRB Kabupaten Kulon Progo mencapai 8.778,80 milyar
rupiah. Lapangan usaha yang menjadi penyumbang terbesar PDRB pada tahun 2021
adalah Konstruksi (16,64%); Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (16,40%); serta
Perdagangan Besar & Eceran Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (12,42%). Selain itu,
juga terdapat lapangan usaha dengan laju pertumbuhan tertinggi yaitu Informasi dan
Komunikasi (21,53); Jasa Lainnya (16,22); serta Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum (10,46).
Untuk lebih jelasnya, rincian dari PDRB Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat Tabel
2.21.

75
Tabel 2.21 PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun 2021

E. Prasarana dan Fasilitas Umum


1. Industri
Dalam bidang industri, Kabupaten Kulon Progo memiliki Badan Usaha Jasa
Konstruksi di bidang bangunan gedung dengan klasifikasi kecil dan non kecil. Pada
klasifikasi kecil meliputi 182 K1, 32 K2, dan 41 K3. Sedangkan pada klasifikasi non
kecil meliputi 20 M1 dan 3 M2. Kecamatan Temon memiliki Badan Usaha Jasa
Konstruksi di bidang ini dengan klasifikasi kecil meliputi 10 K1 dan 2 K2, serta
klasifikasi non kecil yaitu 2 M1. Selain bidang bangunan gedung, Kabupaten Kulon
Progo juga memiliki Badan Usaha Jasa Konstruksi di bidang sipil dengan klasifikasi
kecil dan non kecil. Pada klasifikasi kecil meliputi 184 K1, 33 K2, dan 42 K3.
Sedangkan pada klasifikasi non kecil meliputi 20 M1 dan 5 M2. Kecamatan Temon
memiliki Badan Usaha Jasa Konstruksi di bidang ini dengan klasifikasi kecil meliputi 10
K1 dan 2 K2, serta klasifikasi non kecil yaitu 2 M1. Selanjutnya terdapat Badan Usaha
Jasa Konstruksi di bidang instalasi mekanikal dan elektrikal dengan klasifikasi kecil.
Pada klasifikasi kecil yaitu 3 K1. Kecamatan Temon tidak memiliki Badan Usaha Jasa
Konstruksi di bidang ini.

2. Listrik
Seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo sudah teraliri listrik.
Jumlah pelanggan yang teraliri listrik mencapai 139.995 pelanggan pada tahun 2021.
Pada Kecamatan Temon, jumlah pelanggan mencapai 10.208 pelanggan menurut data
pada tahun 2020.

76
3. Komunikasi
Kabupaten Kulon Progo memiliki 12 fasilitas kantor pos. Seluruh kecamatan di
Kabupaten Kulon Progo juga sudah terjangkau dengan sinyal telepon seluler.
Perkembangan layanan telekomunikasi di Kecamatan Temon khususnya juga sudah
baik. Kecamatan Temon memiliki 1 fasilitas Kantor Pos dan 10 tower BTS. Sehingga
seluruh Kelurahan di Kecamatan Temon sudah terjangkau dengan sinyal telepon
seluler. Kabupaten Kulon Progo juga memiliki beragam media massa sebagai media
menyalurkan informasi meliputi SKH Kedaulatan Rakyat, SKH Bernas, SKH Radar
Yogya, Kompas, TVRI Stasiun Yogya, Jogja TV, RRI Yogya, KR Radio (dulu bernama
Rosala FM), Megaswara FM (dulu bernama Reksabuana), Terang Abadi Televisi
(TATV), Harian Jogja, Tribun Jogja, Suara Merdeka, RCTI, SCTV, Metro TV, Antara,
dan TVOne. SKH Bernas sudah tidak beroperasional. Sedangkan TATV berpindah
pemancar yang mengakibatkan penerimaan di Kulon Progo kurang baik.

4. Air Bersih
Sumber air di Kabupaten Kulon Progo salah satunya menggunakan air PDAM
dengan jumlah pelanggan mencapai 37.279 pelanggan. Kecamatan Wates menjadi
kecamatan dengan jumlah pelanggan PDAM terbanyak mencapai 10.374 pelanggan.
Pada Kecamatan Temon, jumlah pelanggan mencapai 2.062 pelanggan dengan air
yang disalurkan sebesar 391.082 m3. Rincian dari produksi air dan distribusi air di
Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel 2.22.

Tabel 2.22 Produksi dan Distribusi Air di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2021

77
Lanjutan Tabel 2.22

Berdasarkan Tabel 2.22, air paling banyak disalurkan menuju rumah untuk
keperluan rumah tangga. Air yang disalurkan untuk keperluan sosial berkisar antara
10.000-13.000 m3. Air yang disalurkan untuk keperluan rumah tangga berkisar antara
428.000-551.000 m3. Air yang disalurkan untuk keperluan pemerintah berkisar antara
11.000-17.000 m3. Air yang disalurkan untuk keperluan niaga dan industri berkisar
antara 5.000-14.000 m3. Air yang disalurkan untuk keperluan lainnya berkisar antara
1.000-10.000 m3. Total air terbanyak yang disalurkan terjadi pada bulan November
mencapai 588.277 m3 sekaligus menjadi pendapatan penjualan air bersih terbanyak.
Sedangkan total air paling sedikit yang disalurkan terjadi pada bulan Maret sebanyak
463.795 m3 sekaligus menjadi pendapatan penjualan air bersih paling sedikit.

5. Transportasi dan Jalan


Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jasa transportasi yang lengkap dan terpadu
untuk pelayanan jasa antar-jemput area bandara yang diantaranya adalah Bus Trans
Jogja, Bus Damri, Kereta Api, Taksi, Kendaraan Sewa maupun Kendaraan Pribadi.
Kapasitas Jalan yang ada sebelum dan sesudah dari Pembangunan dan
Pengembangan bandara NYIA ini terjadi peningkatan. Diketahui bahwa kapasitas jalan
dari sebelum adanya pembangunan dan pengembangan adalah sebesar 2983,334
smp/jam dengan penggunaan total ruas arus lalu lintas sebesar 944,025 smp/jam.
Setelah diadakannya pembangunan ini, total lalu lintas ruas jalan area bandara menjadi
sebesar 970,315 smp/jam. Sehingga pada akhirnya kepadatan lalu lintas di sekitar area
Kabupaten Kulon Progo ini dapat sewaktu-waktu mengalami kemacetan. Sarana umum
lain yang membantu memudahkan mobilitas penduduk adalah jembatan. Kabupaten
Kulon Progo memiliki total 156 jembatan. Kecamatan Temon sendiri memiliki 10
jembatan.

78
Gambar 2.9 Peta Ruas Jalan Nasional di Provinsi DIY

Berdasarkan Gambar 2.9, ruas jalan nasional yang mendukung bandara NYIA
adalah sepanjang 39,53 km atau 32,78% dari ruas jalan nasional di Provinsi DIY. Ruas
Jalan Nasional di Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 6 ruas jalan, antara lain:
1. Karang Nongko - Toyan (9,91 km)
2. Toyan - Batas Kota Wates (4,95 km)
3. Batas Kota Wates - Milir (3,3 km)
4. Milir - Sentolo (7,9 km)
5. Sentolo - Batas Kabupaten Sleman (1 km)
6. Batas Kabupaten Kulon Progo - Yogyakarta (11,21 km)

Kondisi kerataan jalan nasional ini dalam kondisi sedang sampai baik. Ruas jalan
nasional dalam kondisi baik sepanjang 33,42 km (84,54%). Sedangkan ruas jalan
nasional dalam kondisi sedang sepanjang 6,11 km (15,46%). Dalam usaha untuk
meningkatkan kapasitas jalan, ruas jalan nasional di Kabupaten Kulon Progo dilakukan
pelebaran ruas jalan pada kedua sisi jalan sebesar 3,5 meter. Sehingga dapat
meningkatkan tingkat pelayanan pada ruas jalan tersebut. Penambahan kapasitas
tersebut mampu mereduksi tingkat pelayanan jalan dan volume kendaraan hingga
30%.
Pada tahun 2021, panjang jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Kulon Progo
mencapai 300,102 km. Sedangkan panjang jalan dalam kondisi rusak berat mencapai
82,813 km. Persentase panjang jalan beton di Kabupaten Kulon Progo sebesar 6%,
jalan kerikil 7%, dan jalan aspal 87%. Persentase kondisi jalan rusak berat di
Kabupaten Kulon Progo sebesar 13%, jalan rusak sebesar 16%, jalan sedang 24%,
dan jalan baik 47%. Terdapat banyak kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Kulon Progo
dengan keterangan 68 meninggal, 3 luka berat, dan 993 luka ringan dalam 615 kasus
kecelakaan. Kerugian material yang dialami mencapai Rp 196.150.000,00. Pada
Kecamatan Temon khususnya, terdapat 45 kasus kecelakaan dengan keterangan 13
meninggal dan 68 luka ringan. Kerugian materialnya mencapai Rp 20.150.000,00.
79
Jumlah pelanggaran lalu lintasnya mencapai 3.093 dengan total denda Rp
597.618.000,00.

6. Keuangan dan Perdagangan


Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa layanan jasa keuangan meliputi Pospay
sebanyak 27.850, Wesel Pos sebanyak 7.759, dan Bank Chaneling sebanyak 31.425.
Kecamatan Temon sendiri memiliki 2.645 PosPay, 448 Wesel Pos, dan 444 Bank
Chaneling. Kecamatan Temon juga didukung oleh sarana perbankan yaitu BRI unit
sebanyak 3 unit, BPD sebanyak 1 unit, dan BUKP sebanyak 1 unit. Fasilitas lainnya
adalah koperasi. Jumlah koperasi aktif di Kabupaten Kulon Progo mencapai 244
koperasi. Sedangkan jumlah koperasinya sendiri mencapai 276 unit dengan rincian 12
unit Koperasi Unit Desa (KUD) dan 264 unit Koperasi Non KUD. Kecamatan Temon
memiliki 23 koperasi aktif di tahun 2021. Jenis koperasinya terdiri dari 1 unit KUD dan
26 unit Non KUD (1 unit KPRI, 1 unit KOPKAR, dan jenis lainnya 24 unit). Pada fasilitas
perdagangan, jumlah pasar di Kecamatan Temon mencapai 5 pasar yang terdiri dari 4
pasar negeri dan 1 pasar desa. Selain pasar, terdapat 236 toko atau warung kelontong,
dan 10 minimarket.

7. Pertambangan
Pada Kabupaten Kulon Progo, terdapat beberapa potensi bahan galian. Jenis
bahan galiannya yaitu pasir besi, andesit, pasir, dan tanah urug. Selain bahan galian,
juga terdapat potensi bahan mineral. Jenis bahan mineralnya yaitu andesit, barit,
batubara, batu lanau tufan, batugamping, batupasir tufan kuarsa dan, bentonit/abu
bumi, breksi andesit, breksi batu apung, breksi polimik, emas, gypsum, kaisedon,
lempung, mangan, pasir, pasir besi, dan tras.

8. Tempat Peribadatan
Pada tahun 2021, ditemui banyak fasilitas tempat peribadatan di Kabupaten Kulon
Progo meliputi 1.215 masjid, 1.206 mushola, 19 gereja protestan, 55 gereja katolik, dan
5 vihara. Kabupaten Kulon Progo tidak memiliki pura. Kecamatan Temon khususnya
memiliki 52 masjid, 125 mushola, 5 gereja protestan, dan 1 gereja katolik.

2.1.5 Kesehatan Masyarakat


A. Kondisi Sanitasi
Keadaan lingkungan yang ada di Kabupaten Kulon Progo ini masih banyak yang
memenuhi kriteria sebagai rumah sehat. Dimana rumah sehat ini memiliki ciri-ciri
standar yang baik akan akses air minum, kondisi jamban sehat, lantai, ventilasi, dan
pencahayaan yang optimal. Terdata bahwa pada Kecamatan Wates dan Kecamatan
Kalibawang memiliki jumlah rumah sehat tertinggi dibandingkan dengan kecamatan
lainnya. Diketahui bahwa pada Kecamatan Kalibawang, terdata adanya sekitar 83,59%
jumlah rumah sehat, sedangkan pada Kecamatan Wates terdapat 74,70% jumlah
rumah sehat. Persentase ini dipengaruhi oleh banyaknya lahan berupa ladang dan
sawah dan banyaknya penghijauan pada Kecamatan Kalibawang dibandingkan dengan
Kecamatan Wates. Kemudian dapat dilihat persentase akses air minum di Kecamatan
Wates adalah sebesar 94,74% sedangkan di Kecamatan Kalibawang sebesar 69,78%.
Selain akses air minum, ditinjau pada fasilitas sanitasi yang layak berupa jamban
sendiri pada kedua kecamatan tersebut, Kecamatan Wates terdata adanya 24,56%
jamban yang dianggap layak pakai, dan tidak jauh pula pada Kecamatan Kalibawang
teridentifikasi sebesar 24,87% jamban layak pakai.

80
B. Fasilitas Kesehatan
Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah salah satunya adalah adanya
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat harus didukung dengan
ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kerja kesehatan yang memadai, baik dari
segi jumlah maupun distribusinya. Kabupaten Kulon Progo memiliki fasilitas rumah
sakit sebanyak 9 unit yang tersebar di 6 kecamatan. Selain rumah sakit, terdapat 21
unit Puskesmas, 16 unit Klinik, dan 960 unit Posyandu. Bandara YIA sendiri terletak di
Kecamatan Temon. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Temon yaitu 1
Rumah Sakit, 2 unit Puskesmas, 4 unit Puskesmas Pembantu, 2 unit Poskesdes, 5 unit
Praktek Dokter, dan 98 unit Posyandu.

C. Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia sangat berpengaruh terhadap pelayanan
kesehatan yang dilakukan terhadap masyarakat. Dokter menjadi tenaga medis yang
paling utama dalam pelayanan kesehatan dan harus ada. Jumlah tenaga kesehatan
yang ada di Kabupaten Kulon Progo adalah 93 dokter, 578 perawat, 301 bidan, 83
farmasi, dan 60 ahli gizi. Pada Kecamatan Temon khususnya, terdapat 5 dokter, 18
perawat, 16 bidan, 5 farmasi, dan 6 ahli gizi.

D. Masalah Kesehatan
Status kesehatan masyarakat dapat digambarkan dari jenis penyakit yang banyak
tercatat di tiap-tiap puskesmas maupun rumah sakit. Terdapat beberapa jenis penyakit
utama yang diderita penduduk Kabupaten Kulon Progo. Penyakit dengan jumlah
penderita mencapai lebih dari 45 ribu yaitu nasofaringitis akut dan hipertensi esensial.
Penyakit lain dengan jumlah penderita mencapai 10 ribu hingga 20 ribu penderita yaitu
infeksi saluran napas atau akut multipel dan YTT, diabetes mellitus non-dependen
insulin, dispepsia, artritis, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, sakit kepala, faringitis
akut, serta gingivitis dan penyakit periodontal. Pada tahun 2021, penyakit yang paling
sering ditemui pada pasien rawat jalan adalah Congestive Heart Failure sejumlah 7.145
pasien. Sedangkan penyakit yang paling sering ditemui pada pasien rawat inap adalah
Coronavirus Infection karena sedang terjadi pandemi. Penyakit lainnya yaitu
Pneumonia.

81
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data


Kegiatan pengembangan Terminal Internasional Bandar Udara Yogyakarta
International Airport (YIA) akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
Dampak tersebut dapat terjadi dalam aspek fisik, kimia, biologi, dan sosial budaya.
Prakiraan besar dampak dilakukan dengan cara menganalisis perbedaan antara
kondisi kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan dengan adanya usaha dan/atau
kegiatan, dan kondisi lingkungan hidup yang diprakirakan tanpa adanya usaha dan/atau
kegiatan dengan menggunakan metode prakiraan dampak. Besarnya perubahan dampak
tergantung hasil prakiraan dampak.
Mengingat mekanisme terjadinya dampak terjadinya dampak dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung, maka dalam proses prakiraan dampak budaya proses prakiraan
dampak penting, harus mempertimbangkan 7 (tujuh) kriteria lingkungan sesuai dengan
Undang Undang RI No 32 tahun 2009 dan berdasarkan 7 (tujuh) kriteria tersebut, untuk
menentukan kesimpulan penting atau tidak penting suatu dampak yaitu apabila 1 (satu)
poin dari salah satu 7 (tujuh) kriteria tersebut dikatakan penting maka kesimpulannya
menjadi Penting. Adapun kriteria penentuan dampak penting adalah sebagai berikut

Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Dampak Penting


No Ukuran Dampak Penting Kriteria Dampak Penting

1 Jumlah manusia yang akan ● Manusia di wilayah studi yang terkena


terkena dampak dampak lingkungan meskipun hanya 1
orang

2 Luas wilayah persebaran dampak ● Luas wilayah persebaran dampak


melebihi batas wilayah studi

3 Intensitas dan lamanya dampak ● Dampak yang terjadi berlangsung


secara terus menerus
● Dampak yang berlangsung melebihi
waktu pelaksanaan kegiatan

4 Banyaknya komponen lingkungan ● Komponen lingkungan yang terkena


lainnya yang terkena dampak dampak lebih dari 1 komponen

5 Sifatnya kumulatif dampak ● Dampak yang terjadi menjadi


bertambah dan menimbulkan dampak
lain

6 Berbalik (reversible) atau tidak ● Perubahan yang akan dialami oleh


berbaliknya (Irreversible) dampak komponen lingkungan tidak dapat
dipulihkan kembali

7 Kriteria lain sesuai dengan ● Belum ada teknologi dalam penanganan


pengembangan ilmu dampak
pengetahuan dan teknologi

82
Prakiraan dampak penting dilakukan pada dampak penting hipotetik yang
teridentifikasi dalam proses pelingkupan. Dampak penting hipotetik tersebut adalah
sebagai berikut

Tabel 3.2 Pengelompokan Dampak Penting Hipotetik


No Tahapan Kegiatan Dampak Penting Hipotetik

Pra Konstruksi

1 Survei Lokasi Keresahan Masyarakat

2 Sosialisasi Rencana Kegiatan Keresahan Masyarakat

Gangguan Kamtibmas

Konstruksi

1 Rekruitmen tenaga kerja konstruksi Terciptanya Kesempatan Kerja

Peningkatan Pendapatan

Keresahan Masyarakat

2 Mobilisasi Peralatan dan Material Penurunan Kualitas Udara

3 Pembangunan dan Pengoperasian Base Keresahan Masyarakat


Camp

Terciptanya Peluang Berusaha

Peningkatan Limbah Cair Domestik

4 Penyiapan Lahan Peningkatan Air Larian

5 Pembangunan Gate 3 Terminal Gangguan Aktivitas Bandar Udara


Internasional Tahap I

6 Commissioning Gangguan Aktivitas Bandar Udara

Operasi

1 Rekruitmen Tenaga Kerja Operasi Terciptanya Kesempatan Kerja

Peningkatan Pendapatan Kerja

Keresahan Masyarakat

2 Pengoperasian Fasilitas Gate 3 Terminal Penurunan Kualitas Air


Internasional

Peningkatan Limbah Cair Domestik

Peningkatan Limbah Padat


Domestik

3 Pemeliharaan Fasilitas Bandar Udara Peningkatan Limbah Cair Domestik

83
3.1 PRA KONSTRUKSI
Pada tahap pra konstruksi dampak hipotetik yang akan dikaji lebih lanjut meliputi
dampak keresahan masyarakat dan gangguan kamtibmas yang ditimbulkan akibat
kegiatan survei lokasi, dan sosialisasi rencana kegiatan, dan pembebasan lahan.
3.1.1 Keresahan Masyarakat
Survei Lokasi
Tujuan kegiatan survei lokasi adalah mengetahui data-data yang diperlukan untuk
proses pembangunan, seperti data topografi, tanah, pengukuran lahan untuk
penentuan titik proyek, dan data lainnya yang diperlukan untuk proses pembangunan
nantinya. Lokasi yang akan dijadikan sebagai area pembangunan cenderung berupa
lahan kosong yang masih berada pada wilayah bandara, tepatnya di Desa Glagah,
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis
terkait dengan dampak keresahan yang timbul akibat adanya kegiatan survei lokasi ini
dilaksanakan dengan metode analogi.
a. Besarnya Dampak
Besarnya dampak keresahan masyarakat yang timbul pada kegiatan survei
lokasi diperkirakan dengan mengamati perubahan kondisi sosial yang terjadi pada
masyarakat di sekitar lokasi proyek sebelum dan sesudah dilakukannya survei
lokasi. Kegiatan survei lokasi dilaksanakan untuk mengetahui kondisi awal lokasi
proyek Pengembangan Bandar Udara Yogyakarta International Airport. Sebelum
kegiatan survei dilakukan, diketahui bahwa kondisi sosial masyarakat di sekitar
lokasi pembangunan Terminal 3 Tahap 1 tergolong bagus, aman, stabil, dan
kondusif. Masyarakat hidup secara berdampingan dengan harmonis dan terlihat
tidak terdapat masalah di dalamnya yang dapat menyebabkan gejolak sosial.
Interaksi yang terjadi di masyarakat tergolong masing menjunjung tinggi sikap
saling menghargai, toleransi, dan beberapa norma sosial lainnya yang berlaku di
masyarakat. Akan tetapi, kegiatan survei yang dilakukan, mengundang perhatian
masyarakat sekitar lokasi pembangunan. Masyarakat cenderung merasa resah
ingin mengetahui alasan dari dilakukannya survei lokasi tersebut. Wacana-wacana
terkait pengembangan bandara ini juga turut menjadi alasan dari adanya
masyarakat yang memperhatikan kegiatan survei tersebut. Dari kegiatan survei
tersebut, masyarakat berharap pihak bandara segera mengumumkan rencana
pasti dari pengembangan bandara mengingat terdapat dampak yang kemungkinan
diterima oleh masyarakat sekitar, misalnya peningkatan kebisingan dan mobilitas
material dan peralatan proyek.

b. Sifat Dampak
Jika ditinjau dari segi sosial, keresahan masyarakat yang merupakan dampak
dari kegiatan survei lokasi termasuk kedalam dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan survei lokasi
dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria
tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Pada tahap pra konstruksi ini, utamanya pada kegiatan survei,
masyarakat yang terkena dampaknya adalah masyarakat yang berada di
kawasan sasaran survei ketika survei tersebut berlangsung. Jumlah

84
masyarakat yang terkena dampak survei meliputi masyarakat yang berada
dan tinggal di kawasan sekitar bandar udara. Jika dianalogikan, jumlah ini
terlampau kecil dibandingkan masyarakat yang akan mendapatkan manfaat
dari proyek ini, yakni seluruh Indonesia. Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak tidak Penting (TP)
2. Luas wilayah persebaran dampak
Survei lokasi dilakukan pada kawasan proyek dan sekitar bandara yang
merupakan wilayah Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dampak tersebut tidak akan menyebar
dan mempengaruhi penduduk diluar wilayah tersebut, sehingga dampak ini
termasuk dampak tidak penting (TP)
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Survei dilakukan selama 3 hari dengan mengerahkan tenaga sebesar 25
orang. Dampak yang dirasakan masyarakat hanyalah ketika survei
berlangsung. Setelah itu, masyarakat tidak akan merasakan dampak dari
kegiatan survei lokasi ini sehingga termasuk tidak penting (TP)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Keresahan masyarakat terhadap kegiatan survei lokasi ini hanya
mempengaruhi lingkungan sosial yang menjadi objek survei. Sementara itu,
komponen lingkungan lainnya tidak terkena dampak lanjutan sehingga
termasuk dampak tidak penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan survei lokasi ini
bersifat kumulatif sebab dampak serupa dapat terjadi pada kegiatan atau
tahap berikutnya. Dampak tersebut dapat bertambah, menumpuk dan
menyebabkan terpengaruhnya kehidupan sosial masyarakat. Maka dari itu,
dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak yang berupa keresahan masyarakat ini dapat berbalik,
dipulihkan, atau berkurang dengan adanya interaksi yang baik dengan
masyarakat kedepannya, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting
(TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Adanya media sosial dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
membuka informasi terkait rencana, proses, hasil, progresan, dan hal
lainnya yang berkaitan dengan proyek sehingga masyarakat mendapat
informasi tersebut secara terbuka. Maka dari itu, dampak ini bernilai tidak
penting (TP)

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagain kriteria
menunjukkan dampak yang tidak penting. Namun, terdapat kriteria yang
menyatakan dampak tersebut adalah dampak penting, sehingga dampak berupa
keresahan masyarakat yang terjadi pada tahap pra konstruksi, yakni kegiatan
survei lokasi, merupakan dampak negatif penting.

Sosialisasi Rencana Kegiatan


Masyarakat di sekitar bandara turut mendapat sosialisasi rencana kegiatan dengan
pandangan bahwa masyarakat di luar bandara akan turut merasakan dampak proyek

85
seperti mobilitas material, alat berat, peningkatan kebisingan, dan beberapa dampak
lainnya. Selain itu, masyarakat juga akan mendapat dampak lainnya ketika
pengembangan tersebut telah selesai dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan metode analogi Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan memiliki beberapa
tujuan, di mana, tujuan utamanya adalah untuk memaparkan kepada masyarakat
terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan dari mulai tahap pra konstruksi hingga
tahap operasi. Lokasi dilakukannya sosialisasi rencana kegiatan adalah di Desa
Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai daerah yang paling dekat dengan bandara.
a. Besarnya Dampak
Besarnya dampak keresahan masyarakat yang timbul pada kegiatan sosialisasi
rencana kegiatan diperkirakan dengan mempergunakan parameter perubahan
kondisi sosial yang terjadi pada masyarakat di sekitar proyek dan bandara sebelum
dan sesudah dilakukannya sosialisasi rencana kegiatan. Sebelum kegiatan survei
dilakukan, diketahui bahwa kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi pembangunan
Terminal 3 Tahap 1 tergolong bagus, aman, stabil, dan kondusif. Masyarakat hidup
secara berdampingan dengan harmonis dan terlihat tidak terdapat masalah di
dalamnya yang dapat menyebabkan gejolak sosial. Interaksi yang terjadi di
masyarakat tergolong masing menjunjung tinggi sikap saling menghargai, toleransi,
dan beberapa norma sosial lainnya yang berlaku di masyarakat. Sosialisasi rencana
dilakukan terhadap warga desa beserta tetua warga dan RT-RW. Ketika kegiatan
sosialisasi rencana kerja ini dilakukan, masyarakat merasa resah dengan
adanya sosialisasi ini. Masyarakat merasa kegiatan sosialisasi ini menghabiskan
waktu mereka untuk melaksanakan kegiatan lainnya. Selain itu, masyarakat juga
merasa adanya kegiatan sosialisasi rencana kerja ini menandakan akan adanya
suatu perubahan yang akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar
pada umumnya.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi lingkungan, dampak keresahan masyarakat yang timbul dari
kegiatan sosialisasi rencana kerja merupakan dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan survei lokasi
dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut
diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Pada tahap pra konstruksi ini, utamanya pada kegiatan sosialisasi
rencana kerja, masyarakat yang terkena dampaknya adalah masyarakat yang
berada di kawasan sekitar bandara. Jumlah masyarakat yang terkena dampak
survei meliputi masyarakat yang berada dan tinggal di kawasan sekitar bandar
udara. Jika dianalogikan, jumlah ini terlampau kecil dibandingkan masyarakat
yang akan mendapatkan manfaat dari proyek ini, yakni seluruh Indonesia.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak Penting (TP).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Sosialisasi rencana kerja dilakukan di kawasan sekitar bandara yang
merupakan wilayah Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dampak tersebut tidak akan menyebar dan

86
mempengaruhi penduduk diluar wilayah tersebut, sehingga dampak ini
termasuk dampak tidak penting (TP).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Sosialisasi rencana kerja dilakukan selama 1 hari dengan memaparkan
rencana kerja di balai desa yang dihadiri oleh masyarakat. Dampak yang
dirasakan masyarakat hanyalah ketika sosialisasi dilakukan. Setelah itu,
masyarakat tidak akan merasakan dampak dari kegiatan survei lokasi ini
sehingga termasuk tidak penting (TP)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Keresahan masyarakat terhadap kegiatan sosialisasi rencana kerja ini
hanya mempengaruhi lingkungan sosial yang menjadi objek sosialisasi
rencana kerja. Sementara itu, komponen lingkungan lainnya tidak terkenda
dampak lanjutan sehingga termasuk dampak tidak penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan sosialisasi rencana
kerja ini bersifat kumulatif sebab dampak serupa dapat terjadi pada kegiatan
atau tahap berikutnya. Dampak tersebut dapat bertambah, menumpuk dan
menyebabkan terpengaruhnya kehidupan sosial masyarakat. Maka dari itu,
dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak yang berupa keresahan masyarakat ini dapat berbalik,
dipulihkan, atau berkurang dengan adanya interaksi yang baik dengan
masyarakat kedepannya, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting
(TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Adanya media sosial dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
membuka informasi terkait rencana, proses, hasil, progresan, dan hal lainnya
yang berkaitan dengan proyek sehingga masyarakat mendapat informasi
tersebut secara terbuka. Maka dari itu, dampak ini bernilai tidak penting (TP)

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian kriteria
menunjukkan dampak yang tidak penting. Namun, terdapat kriteria yang menyatakan
dampak tersebut adalah dampak penting, sehingga dampak berupa keresahan
masyarakat yang terjadi pada tahap pra konstruksi, yakni kegiatan survei lokasi,
merupakan dampak negatif penting (-/P).

3.1.2 Gangguan Kamtibmas


Dampak penting hipotetik gangguan kamtibmas pada tahap pra konstruksi terjadi
pada kegiatan sosialisasi rencana kegiatan. Analisis terkait dengan dampak kamtibmas
yang timbul akibat adanya kegiatan sosialisasi rencana kegiatan ini dilaksanakan
dengan metode analogi. Uraian kajian Dampak Penting Hipotetik pada tahap pra
konstruksi sebagai berikut:
Sosialisasi Rencana Kegiatan
Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan memiliki beberapa tujuan, di mana, tujuan
utamanya adalah untuk memaparkan kepada masyarakat terkait dengan kegiatan
yang akan dilakukan dari mulai tahap pra konstruksi hingga tahap operasi. Lokasi
dilakukannya sosialisasi rencana kegiatan adalah di Desa Glagah, Kecamatan

87
Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah yang
paling dekat dengan bandara.
a. Besarnya Dampak
Besarnya dampak gangguan kamtibmas yang timbul pada kegiatan
sosialisasi rencana kegiatan diperkirakan dengan mempergunakan parameter
perubahan kondisi sosial, konflik, dan gejolak sosial yang terjadi pada
masyarakat di sekitar proyek dan bandara sebelum dan sesudah dilakukannya
sosialisasi rencana kegiatan. Sebelum kegiatan survei dilakukan, diketahui
bahwa kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi pembangunan Terminal 3
Tahap 1 tergolong bagus, aman, stabil, dan kondusif. Masyarakat hidup secara
berdampingan dengan harmonis dan terlihat tidak terdapat masalah di
dalamnya yang dapat menyebabkan gejolak sosial. Interaksi yang terjadi di
masyarakat tergolong masing menjunjung tinggi sikap saling menghargai,
toleransi, dan beberapa norma sosial lainnya yang berlaku di masyarakat.
Sosialisasi rencana dilakukan terhadap warga desa beserta tetua warga dan
RT-RW. Adanya kegiatan sosialisasi rencana kerja dikhawatirkan
membawa gejolak sosial di masyarakat. Adanya isu pengembangan bandara
dapat menyebabkan masyarakat berpandangan bahwa pengembangan
bandara tersebut akan mengganggu kenyamanan masyarakat di sekitar
bandara. Selain itu, belum adanya informasi yang pasti menyebabkan
masyarakat memiliki pandangan liar terhadap wacana pengembangan bandara.
Hal ini menyebabkan adanya gejolak sosial yang mengarah pada terjadinya
konflik. Selain itu, gejolak sosial ini juga disebabkan oleh keresahan
masyarakat. Masyarakat merasa kegiatan sosialisasi ini menghabiskan waktu
mereka untuk melaksanakan kegiatan lainnya.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi sosial, dampak gangguan kamtibmas yang timbul dari
kegiatan sosialisasi rencana kerja merupakan dampak yang bersifat negatif (-).
Apabila tidak diatasi dan dikelola dengan baik, dampak gangguan kamtibmas
dapat mengganggu tahapan berikutnya.

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak gangguan kamtibmas terhadap kegiatan survei lokasi
dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria
tersebut diantaranya adalah:
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Pada tahap pra konstruksi ini, utamanya pada kegiatan sosialisasi
rencana kerja, masyarakat yang terkena dampaknya adalah masyarakat
yang berada di kawasan sekitar bandara. Jumlah masyarakat yang
terkena dampak survei adalah sebanyak 135 orang yang berasal dari
135 KK untuk wilayah sekitar bandara. Jumlah ini terlampau kecil
dibandingkan masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dari proyek
ini, yakni seluruh Indonesia. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak
tidak Penting (TP).
b. Luas wilayah persebaran dampak
Sosialisasi rencana kerja dilakukan di kawasan sekitar bandara yang
merupakan wilayah Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dampak tersebut tidak akan

88
menyebar dan mempengaruhi penduduk diluar wilayah tersebut,
sehingga dampak ini termasuk dampak tidak penting (TP).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Sosialisasi rencana kerja dilakukan selama 1 hari dengan
memaparkan rencana kerja di balai desa yang dihadiri oleh masyarakat.
Dampak yang dirasakan masyarakat hanyalah ketika sosialisasi
dilakukan. Setelah itu, masyarakat tidak akan merasakan dampak dari
kegiatan survei lokasi ini sehingga termasuk tidak penting (TP).
d. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Gangguan kamtibmas terhadap kegiatan sosialisasi rencana kerja ini
hanya mempengaruhi lingkungan sosial yang menjadi objek sosialisasi
rencana kerja. Sementara itu, komponen lingkungan lainnya tidak
terkena dampak lanjutan sehingga termasuk dampak tidak penting (TP).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak gangguan kamtibmas terhadap kegiatan sosialisasi rencana
kerja ini bersifat kumulatif sebab dampak serupa dapat terjadi pada
kegiatan atau tahap berikutnya. Dampak tersebut dapat bertambah,
menumpuk dan menyebabkan terpengaruhnya kehidupan sosial
masyarakat. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
f. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak yang berupa gangguan kamtibmas ini dapat berbalik,
dipulihkan, atau berkurang dengan adanya interaksi yang baik dengan
masyarakat kedepannya, sehingga termasuk kedalam dampak tidak
penting (TP).
g. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Adanya media sosial dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
membuka informasi terkait rencana, proses, hasil, progresan, dan hal
lainnya yang berkaitan dengan proyek sehingga masyarakat mendapat
informasi tersebut secara terbuka. Maka dari itu, dampak ini bernilai
tidak penting (TP).

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian kriteria
menunjukkan dampak yang tidak penting. Namun, terdapat kriteria yang
menyatakan dampak tersebut adalah dampak penting, sehingga dampak
berupa keresahan masyarakat yang terjadi pada tahap pra konstruksi, yakni
kegiatan survei lokasi, merupakan dampak negatif penting.

3.2 KONSTRUKSI
Pada tahap konstruksi, dampak hipotetik yang akan dikaji diantaranya adalah dampak
terciptanya kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, keresahan masyarakat,
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, terciptanya peluang berusaha,
peningkatan limbah cair domestik, peningkatan air larian, dan gangguan aktivitas bandar
udara.
1. Terciptanya Kesempatan Kerja
Terciptanya kesempatan kerja merupakan dampak yang terjadi pada tahap
konstruksi, yakni pada kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi.
a. Besarnya Dampak

89
Terciptanya kesempatan kerja merupakan salah satu dampak dari kegiatan
rekrutmen tenaga konstruksi yang bersifat positif. Terciptanya kesempatan kerja
dapat dikatakan sebagai dampak primer yang akan mengakibatkan timbulnya
dampak sekunder. Dampak sekunder yang dimaksudkan adalah peningkatan
pendapatan. Proyek pengembangan bandar udara ini tentunya membutuhkan
tenaga kerja yang cukup besar. Pekerja yang dibutuhkan dalam proses
pembangunan ini berjumlah 500 orang dengan rincian dan spesifikasi keahliannya
dapat diamati pada tabel dibawah. Dengan mempertimbangkan karakteristik
pendidikan masyarakat di sekitar kawasan bandara dan melihat banyaknya jumlah
pencari kerja, diharapkan pembangunan ini dapat dilakukan dengan
mempekerjakan pekerja lokal. Rincian dari tenaga kerja yang dibutuhkan dapat
diamati pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Prakiraan kebutuhan tenaga kerja konstruksi


No Kebutuhan Tenaga Kerja Jumlah Kualifikasi Pendidikan

1 Tenaga Ahli (Perkiraan) 40 S1 - S3

2 Tenaga Terampil (Perkiraan) 60 D1 - S1

3 Tenaga Pelaksana (Perkiraan) 400 SD - SMA

Total 500

Kualifikasi pekerja di atas kemudian dibandingkan dengan jumlah angka


pengangguran di kawasan terdampak (Kabupaten Kulon Progo) dengan jumlah
9.920 orang. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan penurunan angka
pengangguran di Kabupaten Kulon Progo terkait selama masa pembangunan
dilakukan.
Rumus:
Peningkatan Kesempatan Kerja = (Kebutuhan Tenaga Kerja/Jumlah Pencari
Kerja) x 100%
Jumlah tenaga konstruksi yang dibutuhkan = 500
Jumlah pencari kerja = 9.920
Peningkatan Kesempatan Kerja = (500/9.920) x 100%
Peningkatan Kesempatan Kerja = 5,04%
Dari perhitungan yang dilakukan, diketahui bahwa akan terjadi peningkatan
kesempatan kerja pada tahap konstruksi dengan jumlah sebesar 5,04%.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi sosial, dampak terciptanya kesempatan kerja yang timbul dari
kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi merupakan dampak yang bersifat positif
(+). Hal ini dapat diamati dari dampak terciptanya kesempatan kerja yang dapat
memicu dampak lainnya, seperti peningkatan pendapatan.

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak terciptanya kesempatan kerja pada kegiatan rekrutmen
tenaga kerja konstruksi dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria.
Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak

90
Pada tahap konstruksi ini, utamanya pada kegiatan rekrutmen tenaga kerja
konstruksi, masyarakat yang terkena dampaknya adalah 500 tenaga kerja.
2. Luas wilayah persebaran dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja konstruksi ini memiliki luas wilayah persebaran yang sangat luas. Hal ini
dapat dilihat dari kesempatan kerja yang terbuka bagi masyarakat yang tidak
hanya untuk masyarakat Kabupaten Kulon Progo, tetapi juga masyarakat
seluruh Indonesia. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen
tenaga kerja konstruksi ini hanya terjadi satu kali, yakni pada saat rekrutmen.
Sementara itu, lama dari dampak ini berlangsung adalah selama tahap
konstruksi tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, dampak ini termasuk
kedalam dampak Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Terdapat beberapa komponen yang terpengaruhi oleh dampak terciptanya
kesempatan kerja. Komponen tersebut diantaranya adalah sosial, ekonomi,
dan budaya, yang berupa peningkatan pendapatan dan terjadinya keresahan
masyarakat. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja konstruksi ini bukanlah merupakan dampak yang bersifat kumulatif
sebab kecil kemungkinan dampak yang sama akan muncul kembali pada
kegiatan lainnya. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak penting
(TP).
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja konstruksi ini dapat dikatakan sebagai dampak yang berbalik sebab,
dampak tersebut akan menghilang ketika kegiatan konstruksi telah selesai
dilaksanakan. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Media cetak dan media sosial dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mempublikasikan pemberitahuan terkait dengan kebutuhan dan rekrutmen
tenaga kerja. Hal ini memungkinkan masyarakat luas mengetahui akan
adanya rekrutmen tenaga kerja tersebut. Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak penting (P).
d. Kesimpulan Pentingnya Dampak
Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak terciptanya
kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi ini
merupakan dampak positif penting (+/P).

2. Peningkatan Pendapatan
Peningkatan pendapatan merupakan dampak penting hipotetik yang terjadi pada
tahap konstruksi, yakni pada kegiatan rekrutmen tenaga kerja kostruksi
a. Besarnya Dampak
Kegiatan pengembangan Internasional Bandar Udara Yogyakarta International
Airport (YIA) akan memberikan dampak terhadap kawasan di sekitar bandar
tersebut, yakni Kabupaten Kulon Progo. Adapun jumlah tenaga kerja konstruksi

91
yang akan dilibatkan dan dibutuhkan dalam proses konstruksi adalah sebesar 500
orang. Proses perekrutan tenaga kerja dilakukan di kawasan sekitar bandara yang
terdampak melalui kerja sama yang dilakukan dengan aparatur desa setempat.
Berdasarkan data pengangguran, diketahui bahwa jumlah pengangguran sebesar
9.920 orang dimana, 500 orang diantaranya akan mendapat pekerjaan dan
penghasilan. Masyarakat yang terkena dampak akan mengalami peningkatan
pendapatan dimana, pada awalnya tidak memiliki pendapatan menjadi memiliki
pendapatan yang disesuaikan dengan UMK Kulon Progo, yakni sebesar Rp
2.050.447,15. Dengan mempertimbangkan hasil wawancara upah pekerja
konstruksi per hari adalah sebesar Rp 100.000. Dengan demikian pendapatan per
bulan yang akan didapat masyarakat terdampak adalah sebesar Rp 3.000.000,00,
sehingga terjadi peningkatan pendapatan dari UMK Kulon Progo sebesar
46,3%.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi sosial, dampak peningkatan pendapatan yang timbul dari kegiatan
rekrutment tenaga kerja konstruksi merupakan dampak yang bersifat positif (+).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak peningkatan pendapatan pada kegiatan rekrutmen
tenaga kerja konstruksi dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria.
Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Pada tahap konstruksi ini, utamanya pada kegiatan rekrutmen tenaga kerja
konstruksi, masyarakat yang terlibat pekerjaan secara langsung adalah 500
tenaga kerja. Dengan asumsi setiap pekerja memiliki 4 orang anggota
keluarga, maka yang terkena dampaknya adalah sebesar 2000 orang. Maka
dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
2. Luas wilayah persebaran dampak
Dampak peningkatan pendapatan akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja
konstruksi ini memiliki luas wilayah persebaran yang sangat luas. Masyarakat
di sekitar lokasi proyek dapat membuka usaha di sekitar lokasi
pembangunan. Selain itu, luasan dampak ini meliputi keseluruhan lingkungan
pekerja yang terlibat, yakni sejumlah 500 orang. Maka dari itu, dampak ini
termasuk dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak ini berlangsung setiap bulannya dengan lama waktu
berlangsungnya dampak adalah hingga proyek selesai dilaksanakan.
Dengan demikian, dampak ini termasuk kedalam dampak Tidak Penting
(TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Terdapat beberapa komponen yang terpengaruhi oleh dampak peningkatan
pendapatan. Komponen tersebut diantaranya adalah sosial, ekonomi, dan
budaya, yang berupa terciptanya peluang berusaha dan terjadinya keresahan
masyarakat. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja konstruksi ini bukanlah merupakan dampak yang bersifat kumulatif

92
sebab dampak tersebut bersifat fluktuatif bergantung pada perusahaan.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak penting (TP).
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja konstruksi ini dapat dikatakan sebagai dampak yang berbalik sebab,
dampak tersebut akan menghilang ketika kegiatan konstruksi telah selesai
dilaksanakan. Akan tetapi, pendapatan yang didapat selama masa konstruksi
dapat dipergunakan untuk membuka peluang berusaha tetap pada lokasi
tersebut. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Media cetak dan media sosial dapat dipergunakan media pembukaan usaha
setelah usaha kostruksi berakhir. Akan tetapi pengaruhnya tidak terlalu besar.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak penting (TP).

e. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak peningkatan
pendapatan akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi ini merupakan
dampak positif penting (+/P).

3. Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat yang terjadi pada tahap kostruksi ini berasal dari beberapa
kegiatan. Kegiatan tersebut diantaranya adalah rekrutmen tenaga kerja kostruksi dan
pembangunan dan pengoperasian base camp.
Rekruitmen Tenaga Kerja Konstruksi
a. Besarnya Dampak
Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi cenderung akan menimbulkan
keresahan masyarakat. Keresahan ini tibul sebagai akibat dari proses rekrutmen
dimana, tidak semua pekerja di sekitar bandara dapat dilibatkan dalam proyek
pembangunan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik dan tingkat pendidikan.
Pada tabel sebelumnya, telah dijelaskan bahwa tenaga ahli (S1 - S3) dibutuhkan
sebanyak 40 orang, tenaga terampil (D1 - S1) sebanyak 60 orang, dan tenaga
pelaksana (SD-SMA) sebanyak 400 orang. Hal inilah yang menjadi pembatas dan
penyebab bahwa tidak semua masyarakat di sekitar bandara dapat dipekerjakan.
Perkiraan serapan maksimum tenaga kerja lokal adalah sebesar 400 orang.
Kemudian, berdasarkan hasil wawancara, harapan masyarakat adalah agar
rekrutmen memprioritaskan masyarakat di sekitar bandara. Dengan menimbang
kebutuhan tenaga pelaksana sebesar 400 orang dan jumlah pengangguran sebesar
9.920 orang, maka dapat diperkirakan masyarakat yang akan mengalami keresahan
adalah sebesar 9.520 orang, yakni 96% dari keseluruhan masyarakat
pengangguran.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi lingkungan, dampak keresahan masyarakat yang timbul dari
kegiatan rekrutmen tenaga konstruksi merupakan dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak

93
Pentingnya dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan survei lokasi
dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut
diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak diperhitungkan dari jumlah tenaga
kerja yang cenderung tidak mendapatkan pekerjaan. Dari perhitungan
sebelumnya, diketahui bahwa kemungkinan masyarakat tidak diterima proses
rekrutmen adalah sebesar 9.520 orang. Dengan data yang menunjukkan
rerata satu keluarga berjumlah 4 orang, maka jumlah manusia yang akan
mengalami keresahan adalah sebesar 38.080 orang. Maka dari itu, dampak
ini termasuk dampak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan
rekrutmen tenaga kerja kostruksi ini cukup luas. Selain berasal dari kawasan
sekitar bandara sejumlah 38.080 orang. Keresahan ini juga dapat menyebar
seluas Provinsi DIY mengingat pengumuman rekrutmen juga dapat diketahui
oleh masyarakat seluruh provinsi. Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak keresahan masyarakat ini terjadi hanya sekali dan
tidak berlangsung lama. Hal ini hanya terjadi pada proses rekrutmen tenaga
saja setelah proses rekrutmen selesai, dampak akan berhenti, sehingga
termasuk tidak penting (TP)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Keresahan masyarakat terhadap kegiatan rekrutmen tenaga kerja kostruksi
ini hanya mempengaruhi lingkungan sosial yang tidak mendapat kesempatan
untuk bekerja pada proyek tersebut. Sementara itu, komponen lingkungan
lainnya tidak terkena dampak lanjutan sehingga termasuk dampak tidak
penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan rekrutmen tenaga kerja
kostruks ini bersifat kumulatif sebab dampak serupa dapat terjadi pada
kegiatan atau tahap berikutnya. Dampak tersebut dapat bertambah,
menumpuk dan menyebabkan terpengaruhnya kehidupan sosial masyarakat.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak yang berupa keresahan masyarakat ini dapat berbalik, dipulihkan,
atau berkurang dengan adanya interaksi yang baik dengan masyarakat
kedepannya, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK(TP)

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian kriteria
menunjukkan dampak yang tidak penting. Namun, terdapat kriteria yang
menyatakan dampak tersebut adalah dampak penting, sehingga dampak
berupa keresahan masyarakat yang terjadi pada tahap konstruksi, yakni
kegiatan rekrutmen tenaga kerja kostruksi, merupakan dampak negatif
penting (-/P).

94
Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp
a. Besarnya Dampak
Dampak keresahan masyarakat pada kegiatan pembangunan dan
pengoperasian base camp termasuk dampak yang besar. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah pekerja yang akan tinggal pada base camp tersebut yang berjumlah 400
orang. Kemudian, kegiatan pada base camp akan berlangsung selama 24 jam
sehingga cenderung mengganggu dan menimbulkan keresahan masyarakat sekitar.
Selain itu, mobilisasi para pekerja dan kebutuhannya juga dapat menyebabkan
keresahan.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi sosialnya, dampak keresahan masyarakat yang timbul dari
kegiatan pembangunan dan pengoperasian base camp merupakan dampak yang
bersifat negatif (-) dan dapat menghambat proyek jika tidak dikelola dengan baik.

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan survei lokasi
dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut
diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Masyarakat yang terkena dampak dari kegiatan ini adalah masyarakat yang
berada di sekitaran bandara, tepatnya di Desa Glagah, Kecamatan Temon,
Kabupaten Kulon Progo. Mengingat proses rekrutmen mengutamakan
pekerja lokal maka tidak akan menimbulkan dampak yang besar, dampak ini
termasuk dampak Tidak Penting (TP).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan
pembangunan dan pengoperasian base camp yaitu masyarakat yang berada
di kawasa sekitar bandara, tepatnya di Desa Glagah, Kecamatan Temon,
Kabupaten Kulon Progo. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak
penting (TP).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak berlangsung setiap hari tetapi hanya pada masa
konstruksi saja, sehingga termasuk tidak penting (TP)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Dampak keresahan masyarakat cenderung tidak merambat pada komponen
lain, sehingga termasuk dampak tidak penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan pembangunan dan
pengoperasian base camp ini tidak bersifat kumulatif. Maka dari itu, dampak
ini termasuk dampak tidak penting (TP)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak yang berupa keresahan masyarakat ini tidak berbalikkarena hanya
berlangsung pada tahap kostruksi, sehingga termasuk kedalam dampak tidak
penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK(TP)

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak

95
Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa semua kriteria
menunjukkan dampak yang tidak penting. Maka dari itu, dampak berupa
keresahan masyarakat yang terjadi pada tahap konstruksi, yakni kegiatan
pembangunan dan pengoperasian base camp, merupakan dampak negatif
tidak penting (-/TP).

4. Penurunan Kualitas Udara


Penurunan kualitas udara merupakan dampak penting hipotetik yang terjadi atau
mengacu pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material. Uraian kajian dampak
tersebut dapat dirincikan ke dalam beberapa parameter berikut:
a. Besarnya Dampak
Kegiatan mobilisasi, pulang-pergi, material dan peralatan dilaksanakan dengan
melalui jalur darat. Kegiatan ini berlangsung selama tahap konstruksi berlangsung
dan tahap sebelum dan setelah konstruksi sebagai tahap pengembalian peralatan.
Berdasarkan perkiraan dan perhitungan yang dilakukan, frekuensi mobilisasi
pengangkutan material dan alat sebesar 30 truk per hari dengan standar ukuran truk
sebesar 20 ton. Kegiatan mobilisasi ini memberikan dampak berupa peningkatan
emisi gas buang dan debu di sekitaran jalur mobilisasi. Dampak tersebut
diperkirakan akan menyebar ke lingkungan sekitar. Emisi gas buang (CO, NO2, dan
SO2) dapat menurunkan kualitas udara. Secara lebih jelasnya, rincian faktor emisi
kendaraan proyek dapat diamati pada gambar dibawah

Dari gambar tersebut diketahui bahwa pencemaran udara yang terjadi pada
kegiatan mobilisasi material dan peralatan proyek merupakan dampak yang
memiliki pengaruh cukup besar. Selain itu, masih terdapat hal lainnya, yakni debu.
Debu akibat adanya mobilitas ini dapat menyebar dan memperburuk kualitas udara
di sekitar jalur mobilisasi, terlebih lagi pada cuaca yang cukup panas.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi lingkungan, dampak penurunan kualitas udara dengan
meningkatnya kadar debu, CO, SOx, dan NOx merupakan dampak yang bersifat
negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak penurunan kualitas udara terhadap kegiatan mobilisasi
peralatan dan material dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria.
Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak

96
Jumlah manusia yang terkena dampak lebih sedikit jika dibandingkan dengan
masyarakat yang akan memperoleh manfaat. Maka dari itu, dampak ini
termasuk dampak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah yang merupakan jalur mobilisasi merupakan wilayah yang sudah
padat dan sering dilalui kendaraan proyek sehingga tidak ada wilayah yang
mengalami perubahan mendasar. Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak penurunan kualitas udara pada kegiatan mobilisasi ini hanya
berlangsung pada proses pengangkutan material dan peralatan serta tidak
berlangsung lama, sehingga termasuk tidak penting (TP)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Dampak yang dihasilkan dari kegiatan ini tidak terlalu besar. Sementara itu,
komponen lingkungan lainnya tidak terkena dampak lanjutan sehingga
termasuk dampak tidak penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak penurunan kualitas udara pada kegiatan mobilisasi ini tidak bersifat
kumulatif sebab dampak tersebut hanya terjadi pada proses mobilisasi
material dan peralatan. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak
penting (TP)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak penurunan kualitas udara pada kegiatan mobilisasi ini tidak berbalik
sebab dampak tersebut hanya terjadi pada proses mobilisasi material dan
peralatan, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK(TP)

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa semua kriteria
menunjukkan dampak yang tidak penting, sehingga dampak berupa
penurunan kualitas udara pada kegiatan mobilisasi material dan peralatan,
merupakan dampak negatif tidak penting (-/TP).

5. Terciptanya Peluang Berusaha


Dampak penting hipotetik terciptanya peluang berusaha pada tahap konstruksi terjadi pada
kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp. Uraian kajian Dampak Penting
Hipotetik pada tahap konstruksi sebagai berikut :
a. Besarnya Dampak
Peluang berusaha dapat mencipatkan dampak akibat pembangunan dan
pengoperasian base camp merupakan dampak yang muncul karena adanya perkerja
konstruksi yang menetap sementara di lokasi proyek, dimana akan berpengaruh
positif berupa munculnya usaha, warung-warung untuk memenuhi kebutuhan para
pekerja konstruksi. Dampak ini merupakan dampak yang bersifat positif karena
merupakan dampak primer yang dapat mengakibatkan timbulnya dampak sekunder
berupa peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Sebelum adanya kegiatan
proyek berjalan, tidak ada tenaga kerja konstruksi yang menetap sementara di lokasi
kegiatan tersebut, sehingga dengan adanya kegiatan proyek ini akan dapat
memberikan lapangan kerja, khususnya untuk masyarakat sekitar pada saat
kegiatan pengembangan bandar udara ini dengan cara membuka usaha untuk

97
memenuhi kebutuhan pekerja yang tinggal di base camp yang berjumlah 500 tenaga
kerja. Dalam prakiraan ini diasumsikan 1 warung dapat memenuhi 50 orang tenaga
konstruksi sehingga didapatkan peluang usaha yang akan muncul yaitu 10 peluang
berusaha.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari sifat dampak terciptanya peluang berusaha yang menimbulkan
banyaknya masyarakat sekitar berjualan di sekitar lokasi merupakan dampak
bersifat positif (+).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak tercipta peluang berusaha terhadap kegiatan survei
lokasi dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria
tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Masyarakat yang terkena dampak ialah masyarakat yang berada di dekat
lokasi kegiatan yaitu pada Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten
Kulon Progo, maka dampak bernilai penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak yaitu hanya berada di Desa Glagah,
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, maka dampak bernilai tidak
penting (TP)
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak berlangsung hanya sesaat yaitu pada saat masa konstruksi
berlangsung, maka dampak bernilai tidak penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Dampak terciptanya peluang berusaha tidak ada komponen lingkungan lain
yang terkena terpengaruh, maka dampak bernilai penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak terciptanya peluang berusaha dari kegiatan pembangunan dan
pengoperasian base camp tidak bersifat kumulatif (TP)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak terciptanya peluang berusaha tersebut bersifat dampak yang
berbalik karena dampak ini akan hilang sejalan dengan selesainya kegiatan
sedangkan untuk usaha yang sudah berjalan, akan tetap beroperasi, maka
dampak tersebut bernilai bernilai tidak penting (TP)
8. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK (TP)

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa semua kriteria
menunjukkan dampak yang tidak penting, sehingga dampak berupa
penurunan kualitas udara pada kegiatan mobilisasi material dan peralatan,
merupakan dampak negatif tidak penting (-/TP).

7. Peningkatan Limbah Cair Domestik


Peningkatan limbah cair domestik merupakan dampak penting hipotetik yang terjadi
atau mengacu pada kegiatan pembangunan dan pengoperasian base camp. Uraian
kajian dampak tersebut dapat dirincikan ke dalam beberapa parameter berikut:
a. Besarnya Dampak

98
Peningkatan limbah cair domestik merupakan dampak yang timbul dari adanya
kegiatan pembangunan dan pengoperasian base camp. Limbah tersebut cenderung
berasal dari tenaga kerja ketika melaksanakan pembangunan atau proyek. Menurut
Soufyan dan Takeo (1991), timbulan limbah cair untuk satu orang pekerja adalah
sebesar 40 liter/orang/hari. Apabila diperhitungkan, dengan jumlah pekerja yang
tinggal di base camp sebesar 400 orang, maka volume timbulan limbah cair
domestik adalah sebesar 16.000 liter//hari atau 16 m3/hari. Terkait dengan hal ini,
jika air limbah tersebut dibuang ke saluran yang sudah disediakan, maka
cenderung akan menambah beban saluran.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi lingkungan, dampak peningkatan limbah cair domestik ini
merupakan dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak peningkatan limbah cair domestik terhadap kegiatan
pembangunan dan pengoperasian base camp dapat diamati melalui analisis
terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak meliputi pekerja tahap konstruksi dan
masyarakat yang memiliki tempat tinggal yang berdekatan dengan badan air
penerima limbah cair tersebut. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak
Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah persebaran dampak limbah cair domestik meliputi wilayah base
camp itu sendiri dan masyarakat yang memiliki tempat tinggal yang
berdekatan dengan badan air penerima limbah cair tersebut. Maka dari itu,
dampak ini termasuk dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak ini berlangsung setiap hari dengan lama
berlangsungnya selama proses konstruksi tersebut dilaksanakan, sehingga
termasuk penting (P)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Peningkatan limbah cair domestik ini merupakan dampak pada komponen
fisik-kimia yang berdampak pada kawasan base camp dan badan air
terdekat, sehingga termasuk dampak tidak penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan pembangunan dan
pengoperasian base camp ini bersifat kumulatif sebab limbah cair dapat
terakumulasi pada badan air dan menyebabkan penurunan kualitas air. Maka
dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan pembangunan dan
pengoperasian base camp dapat dikatakan berbalik sebab dampak tersebut
dapat diatasi dengan pemulihan lingkungan fisik kimia yang rusak akibat
limbah tersebut, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Dampak peningkatan limbah cair domestik dapat ditanggulangi
dengan teknologi (TP).

99
d. Kesimpulan Pentingnya Dampak
Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak berupa peningkatan
limbah cair domestik pada kegiatan pembangunan dan pengoperasian base
camp, merupakan dampak negatif penting (-/P).

8. Peningkatan Air Larian


Peningkatan air larian merupakan dampak penting hipotetik yang terjadi atau mengacu
pada kegiatan Penyiapan Lahan. Uraian kajian dampak tersebut dapat dirincikan ke
dalam beberapa parameter berikut:
a. Besarnya Dampak
Besarnya peningkatan air larian yang ditimbulkan dari kegiatan kegaiatan
operasional bandar udara pada tahap operasi dengan total luas 216 Ha ≈ 2.160.000
m2 diperkirakan sebagai berikut :

Tabel x.x Debit Air Larian (Run Off) Pada Kegiatan Konstruksi

Berdasarkan perhitungan pada tabel diatas, maka debit air larian (run off) pada saat
konstruksi sebesar 60.964 m3 /jam atau 16,94 m3 /detik.

b. Sifat Dampak
Ditinjau timbulnya air larian akibat dari kegiatan penyiapan lahan, pembersihan dan
pematangan lahan pada tahap konstruksi, jika dampak tidak dikelola maka dapat
menjadi hambatan bagi proyek. Maka, dampak peningkatan air lahan merupakan
dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak peningkatan air lahan terhadap kegiatan survei lokasi
dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut
diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak meliputi masyarakat yang memiliki
tempat tinggal yang berdekatan dengan … Akan tetapi, akan dilakukan
pembangunan drainase sekitar lokasi, maka dampak bernilai Tidak Penting
(TP).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah terkena dampak peningkatan air larian adalah wilayah sekitar
lokasi kegiatan pengembangan yaitu di kelurahan Benda, Kelurahan
Selapajang Jaya, Desa Rawa Burung, Desa Rawa Rengas dan Desa
Bojong Renged, maka dampak bernilai tidak penting (TP)
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Pada tahap operasi berlangsung dan terutama pada musim hujan, sehingga
intensitas dan lamanya dampak peningkatan air larian sedang, maka
dampak bernilai tidak penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
100
Dampak yang dihasilkan dari kegiatan teradi pada komponen isik - kimia
lingkungan, dan mempengaruhi kompoen sosial berupa kesehatan
masyarakat, maka termasuk dampak penting (P)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak peningkatan air larian dapat terakumulasi dengan adanya kegiatan
lain di sekitar dampak turunan berupa keresahan masyarakat, maka
dampak bernilai penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak peningkatan air larian dengan intervensi manusia, komponen
lingkungan fisik kimia terdapat kemungkinan dipulihkan, maka dampak
bernilai tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK(TP)
Dampak peningkatan air larian dapat ditanggulangi dengan penggunaan
teknologi. Dampak termasuk tidak penting (TP).

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa dampak timbulnya air larian
merupakan dampak negatif penting (-/TP).

9. Gangguan Aktivitas Bandar Udara


Gangguan Aktivitas Bandar Udara merupakan dampak penting hipotetik yang terjadi
atau mengacu pada kegiatan pembangunan gate 3 terminal internasional tahap 1 dan
commisioning. Uraian kajian dampak tersebut dapat dirincikan ke dalam beberapa
parameter berikut:
Pembangunan Gate 3 Terminal Internasional Tahap I
a. Besarnya Dampak
Gangguan aktivitas bandar udara yang disebabkan oleh kegiatan pembangunan
gate 3 terminal internasional tahap 1 cenderung tidak mengganggu alur mobilisasi
pesawat untuk landing dan take off. Akan tetapi gangguan aktivitas yang akan
terjadi cenderung menyasar proses pergerakan pesawat untuk menunggu jam
keberangkatan. Selain itu gangguan aktivitas lain yang akan terjadi adalah
penyempitan area bandara dikarenakan dibatasi untuk proses pembangunan.
Secara lebih jelasnya, aktivitas bandar udara tidak menerima dampak yang terlalu
besar dari adanya pembangunan gate 3 terminal internasional tahap 1 ini.

b. Sifat Dampak
Dampak gangguan aktivitas udara yang timbul dari pembangunan gate 3 terminal
internasional tahap 1 ini merupakan dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan survei lokasi
dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut
diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak meliputi masyarakat pengguna jasa
bandar udara, seperti penumpang, dan masyarakat lainnya yang berada
didalam kawasan bahaya kecelakaan. Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak

101
Wilayah persebaran dampak gangguan aktivitas bandar udara meliputi
wilayah kawasan bahaya yang ditetapkan menurut luas wilayah
pembangunan. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitasnya berlangsung setiap hari selama tahap konstruksi berlangsung,
sehingga termasuk penting (P)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Dampak gangguan aktivitas bandar udara ini merupakan dampak pada
komponen sosial, sehingga termasuk dampak penting (P)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak dampak gangguan aktivitas bandar udara pada kegiatan
pembangunan gakegiatan lain te 3 terminal internasional tahap 1 ini bersifat
kumulatif dampak dapat terakumulasi karena adanya gangguan lain yang
dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan dan masyarakat. Maka dari
itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Adanya SOP dan intervensi manusia dapat meminimalisir dampak gangguan
aktivitas bandar udara, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting
(TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Dampak gangguan aktivitas bandar udara dapat ditanggulangi
dengan teknologi (TP).

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak berupa gangguan
aktivitas bandar udara pada kegiatan pembangunan gate 3 terminal
internasional tahap 1, merupakan dampak negatif penting (-/P).

Commissioning
a. Besarnya Dampak
Commissioning merupakan tahap uji coba yang dilakukan untuk melakukan proses
pengoperasian dengan tujuan untuk mengetahui dan memverifikasi kondisi gate 3
terminal internasional tahap 1 ini memenuhi standar dan layak operasi. Kegiatan uji
coba ini tentunya akan mengganggu proses atau aktivitas bandara pada umumnya.
Beberapa kegiatan yang akan dipengaruhi adalah pengaturan lalu lintas pesawat
dan kendaraan lain di bandara, operasi penerbangan, dan beberapa kegiatan
lainnya. Selain itu, kegiatan penerbangan internasional akan terganggu sebab
ketika dilaksanakannya uji coba, diharuskan terjadi perubahan arah dan beberapa
komponen lain yang berkaitan dengan kedatangan penumpang di gate 3.

b. Sifat Dampak
Dampak gangguan aktivitas udara yang timbul dari commissioning merupakan
dampak yang bersifat negatif (-)

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak gangguan aktivitas udara yang timbul dari
commissioning dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria. Beberapa
kriteria tersebut diantaranya adalah:

102
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak meliputi masyarakat pengguna jasa
bandar udara, seperti penumpang, dan masyarakat lainnya yang berada
didalam kawasan bahaya kecelakaan. Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah persebaran dampak gangguan aktivitas bandar udara meliputi
wilayah kawasan bahaya yang ditetapkan menurut luas wilayah
pembangunan. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitasnya berlangsung setiap hari selama tahap konstruksi berlangsung,
sehingga termasuk penting (P)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Dampak gangguan aktivitas bandar udara ini merupakan dampak pada
komponen sosial, sehingga termasuk dampak penting (P)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak dampak gangguan aktivitas bandar udara pada kegiatan
pembangunan gate 3 terminal internasional tahap 1 ini bersifat kumulatif
dampak dapat terakumulasi karena adanya gangguan lain yang dapat
mempengaruhi keselamatan penerbangan dan masyarakat. Maka dari itu,
dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Adanya SOP dan intervensi manusia dapat meminimalisir dampak gangguan
aktivitas bandar udara, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting
(TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Dampak gangguan aktivitas bandar udara dapat ditanggulangi
dengan teknologi (TP).
d. Kesimpulan Pentingnya Dampak
Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak berupa gangguan
aktivitas bandar udara pada kegiatan commisioning, merupakan dampak
negatif penting (-/P).

3.2 OPERASI
Pada tahap operasi, dampak hipotetik yang akan dikaji diantaranya adalah dampak
terciptanya kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, keresahan masyarakat,
penurunan kualitas air, peningkatan limbah cair domestik, dan peningkatan limbah padat
domestik.
1. Terciptanya Kesempatan Kerja
Terciptanya kesempatan kerja merupakan dampak yang terjadi pada tahap operasi,
yakni pada kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasi.
a. Besarnya Dampak
Terciptanya kesempatan kerja merupakan salah satu dampak dari kegiatan
rekrutmen tenaga operasi yang bersifat positif. Terciptanya kesempatan kerja dapat
dikatakan sebagai dampak primer yang akan mengakibatkan timbulnya dampak
sekunder. Dampak sekunder yang dimaksudkan adalah peningkatan pendapatan.
Proyek pengembangan bandar udara ini tentunya membutuhkan tenaga kerja yang
cukup besar. Pekerja yang dibutuhkan dalam proses pembangunan ini berjumlah

103
200 orang dengan rincian dan spesifikasi keahliannya dapat diamati pada tabel
dibawah. Dengan mempertimbangkan karakteristik pendidikan masyarakat di
sekitar kawasan bandara dan melihat banyaknya jumlah pencari kerja, diharapkan
pembangunan ini dapat dilakukan dengan mempekerjakan pekerja lokal. Rincian
dari tenaga kerja yang dibutuhkan dapat diamati pada tabel berikut:

No Kebutuhan Tenaga Kerja Jumlah Kualifikasi Pendidikan

1 Dari Pengelola Bandar Udara 75 SD - S3

2 Dari pihak lain yang 125 SD - Pasca Sarjana


bekerjasama dengan
pengelola bandar udara

Total 200

Kualifikasi pekerja di atas kemudian dibandingkan dengan jumlah angka


pengangguran di kawasan terdampak (kabupaten Kulon Progo) dengan jumlah
9.920 orang. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan penurunan angka
pengangguran di desa/kelurahan terkait selama masa operasi.
Rumus:
Peningkatan Kesempatan Kerja = (Kebutuhan Tenaga Kerja/Jumlah Pencari
Kerja) x 100%
Jumlah tenaga operasi yang dibutuhkan = 200
Jumlah pencari kerja = 9.920
Peningkatan Kesempatan Kerja = (200/9.920) x 100%
Peningkatan Kesempatan Kerja = 2%
Dari perhitungan yang dilakukan, diketahui bahwa akan terjadi peningkatan
kesempatan kerja pada tahap operasi dengan jumlah sebesar 2%.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi sosial, dampak terciptanya kesempatan kerja yang timbul dari
kegiatan operasi merupakan dampak yang bersifat positif (+). Hal ini dapat diamati
dari dampak terciptanya kesempatan kerja yang dapat memicu dampak lainnya,
seperti peningkatan pendapatan.

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak terciptanya kesempatan kerja pada kegiatan rekrutmen
tenaga kerja operasi dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria.
Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Pada tahap operasi ini, utamanya pada kegiatan rekrutmen tenaga kerja
operasi, masyarakat yang terkena dampaknya adalah 200 tenaga kerja. (P)
2. Luas wilayah persebaran dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja operasi ini memiliki luas wilayah persebaran yang sangat luas. Hal ini
dapat dilihat dari kesempatan kerja yang terbuka bagi masyarakat yang tidak
hanya untuk masyarakat Kabupaten Kulon Progo, tetapi juga masyarakat
seluruh Indonesia. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
104
Intensitas dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen
tenaga kerja operasi ini hanya terjadi satu kali, yakni pada saat rekrutmen.
Sementara itu, lama dari dampak ini berlangsung adalah selama tahap
operasi tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, dampak ini termasuk
kedalam dampak Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Terdapat beberapa komponen yang terpengaruhi oleh dampak terciptanya
kesempatan kerja. Komponen tersebut diantaranya adalah sosial, ekonomi,
dan budaya, yang berupa peningkatan pendapatan dan terjadinya keresahan
masyarakat. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja operasi ini bukanlah merupakan dampak yang bersifat kumulatif sebab
kecil kemungkinan dampak yang sama akan muncul kembali pada kegiatan
lainnya. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak penting (TP).
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja operasi ini dapat dikatakan sebagai dampak yang berbalik sebab,
dampak tersebut akan menghilang ketika kegiatan operasi telah selesai
dilaksanakan. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Media cetak dan media sosial dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mempublikasikan pemberitahuan terkait dengan kebutuhan dan rekrutmen
tenaga kerja. Hal ini memungkinkan masyarakat luas mengetahui akan
adanya rekrutmen tenaga kerja tersebut. Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak penting (P).
d. Kesimpulan Pentingnya Dampak
Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak terciptanya
kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasi ini
merupakan dampak positif penting (+/P).

2. Peningkatan Pendapatan
Peningkatan pendapatan merupakan dampak penting hipotetik yang terjadi pada
tahap operasi, yakni pada kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasi.
a. Besarnya Dampak
Kegiatan pengembangan Internasional Bandar Udara Yogyakarta International
Airport (YIA) akan memberikan dampak terhadap kawasan di sekitar bandar
tersebut, yakni Kabupaten Kulon Progo. Adapun jumlah tenaga kerja konstruksi
yang akan dilibatkan dan dibutuhkan dalam proses operasi adalah sebesar 200
orang. Proses perekrutan tenaga kerja dilakukan di kawasan sekitar bandara, yang
terdampak, melalui kerja sama yang dilakukan dengan aparatur desa setempat.
Berdasarkan data pengangguran, diketahui bahwa jumlah pengangguran sebesar
9.920 orang dimana, 200 orang diantaranya akan mendapat pekerjaan dan
penghasilan. Masyarakat yang terkena dampak akan mengalami peningkatan
pendapatan dimana, pada awalnya tidak memiliki pendapatan menjadi memiliki
pendapatan yang disesuaikan dengan UMK Kulon Progo, yakni sebesar Rp
2.050.447,15. Dengan mempertimbangkan hasil wawancara rencana upah pegawai
operasi per hari adalah sebesar Rp 125.000. Dengan demikian pendapatan per

105
bulan yang akan didapat masyarakat terdampak adalah sebesar Rp 3.750.000,00,
sehingga terjadi peningkatan pendapatan dari UMK Kulon Progo sebesar 82,9%.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi sosial, dampak peningkatan pendapatan yang timbul dari kegiatan
rekrutmen tenaga kerja operasi merupakan dampak yang bersifat positif (+).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak peningkatan pendapatan pada kegiatan rekrutmen
tenaga kerja operasi dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria.
Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Pada tahap operasi ini, utamanya pada kegiatan rekrutmen tenaga kerja
operasi, masyarakat yang terlibat pekerjaan secara langsung adalah 200
tenaga kerja. Dengan asumsi setiap pekerja memiliki 4 orang anggota
keluarga, maka yang terkena dampaknya adalah sebesar 800 orang. Maka
dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
2. Luas wilayah persebaran dampak
Dampak peningkatan pendapatan akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja
operasi ini memiliki luas wilayah persebaran yang sangat luas. Masyarakat di
sekitar lokasi proyek dapat membuka usaha di sekitar lokasi pembangunan.
Selain itu, luasan dampak ini meliputi keseluruhan lingkungan pekerja yang
terlibat, yakni sejumlah 200 orang. Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak ini berlangsung setiap bulannya dengan lama waktu
berlangsungnya dampak adalah hingga tahap operasi selesai dilaksanakan.
Dengan demikian, dampak ini termasuk kedalam dampak Tidak Penting
(TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Terdapat beberapa komponen yang terpengaruhi oleh dampak peningkatan
pendapatan. Komponen tersebut diantaranya adalah sosial, ekonomi, dan
budaya, yang berupa terciptanya peluang berusaha dan terjadinya keresahan
masyarakat. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja operasi ini bukanlah merupakan dampak yang bersifat kumulatif sebab
dampak tersebut bersifat fluktuatif bergantung pada perusahaan. Maka dari
itu, dampak ini termasuk dampak tidak penting (TP).
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja operasi ini dapat dikatakan sebagai dampak yang berbalik sebab,
dampak tersebut akan menghilang ketika kegiatan operasi telah selesai
dilaksanakan. Akan tetapi, pendapatan yang didapat selama masa operasi
dapat dipergunakan untuk membuka peluang berusaha tetap pada lokasi
tersebut. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK

106
Media cetak dan media sosial dapat dipergunakan media pembukaan usaha
setelah usaha operasi berakhir. Akan tetapi pengaruhnya tidak terlalu besar.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak tidak penting (TP).

e. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak peningkatan
pendapatan akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasi ini merupakan
dampak positif penting (+/P).

3. Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat yang terjadi pada tahap operasi ini berasal dari kegiatan
kegiatan yang dilakukan pada tahap operasi. Kegiatan tersebut adalah rekrutmen
tenaga kerja operasi.
Rekruitmen Tenaga Kerja Operasi
a. Besarnya Dampak
Kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasi cenderung akan menimbulkan
keresahan masyarakat. Keresahan ini timbul sebagai akibat dari proses rekrutmen
dimana, tidak semua pekerja di sekitar bandara dapat dilibatkan dalam proyek
pembangunan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik dan tingkat pendidikan.
Pada tabel sebelumnya, dijelaskan bahwa kebutuhan tenaga kerja dari pengeloa
bandar udara adalah sebesar 75 orang dengan kualifikasi pendidikan SD hingga S3.
Sementara itu kebutuhan tenaga kerja dari pihak lain yang bekerjasama dengan
pengelola bandar udara adalah sebesar 125 orang dengan kualifikasi pendidikan SD
hingga Pasca Sarjana. Jumlah rekrutmen yang sedikit inilah yang menjadi pembatas
dan penyebab bahwa tidak semua masyarakat di sekitar bandara dapat
dipekerjakan. Kemudian, berdasarkan hasil wawancara, harapan masyarakat adalah
agar rekrutmen memprioritaskan masyarakat di sekitar bandara. Dengan
menimbang kebutuhan tenaga kerja sebesar 200 orang dan jumlah pengangguran
sebesar 9.920 orang, maka dapat diperkirakan masyarakat yang akan mengalami
keresahan adalah sebesar 9.720 orang, yakni 98% dari keseluruhan masyarakat
pengangguran.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi lingkungan, dampak keresahan masyarakat yang timbul dari
kegiatan rekrutmen tenaga operasi merupakan dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan rekrutmen
tenaga kerja operasi dapat diamati melalui analisis terhadap beberapa kriteria.
Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak diperhitungkan dari jumlah tenaga
kerja yang cenderung tidak mendapatkan pekerjaan. Dari perhitungan
sebelumnya, diketahui bahwa kemungkinan masyarakat tidak diterima proses
rekrutmen adalah sebesar 9.720 orang. Dengan data yang menunjukkan
rerata satu keluarga berjumlah 4 orang, maka jumlah manusia yang akan
mengalami keresahan adalah sebesar 38.880 orang. Maka dari itu, dampak
ini termasuk dampak Penting (P).

107
2. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan
rekrutmen tenaga kerja operasi ini cukup luas. Selain berasal dari kawasan
sekitar bandara (Kabupaten Kulon Progo) sejumlah 38.880 orang. Keresahan
ini juga dapat menyebar seluas Provinsi DIY mengingat pengumuman
rekrutmen juga dapat diketahui oleh masyarakat seluruh provinsi. Maka dari
itu, dampak ini termasuk dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak keresahan masyarakat ini terjadi hanya sekali dan
tidak berlangsung lama. Hal ini hanya terjadi pada proses rekrutmen tenaga
saja setelah proses rekrutmen selesai, dampak akan berhenti, sehingga
termasuk tidak penting (TP)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Keresahan masyarakat terhadap kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasi ini
hanya mempengaruhi lingkungan sosial yang tidak mendapat kesempatan
untuk bekerja pada proyek tersebut. Sementara itu, komponen lingkungan
lainnya tidak terkena dampak lanjutan sehingga termasuk dampak tidak
penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak keresahan masyarakat terhadap kegiatan rekrutmen tenaga kerja
operasi ini bersifat kumulatif sebab dampak serupa dapat terjadi pada
kegiatan atau tahap berikutnya. Dampak tersebut dapat bertambah,
menumpuk dan menyebabkan terpengaruhnya kehidupan sosial masyarakat.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak yang berupa keresahan masyarakat ini dapat berbalik, dipulihkan,
atau berkurang dengan adanya interaksi yang baik dengan masyarakat
kedepannya, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK(TP)

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak berupa keresahan
masyarakat yang terjadi pada tahap operasi, yakni kegiatan rekrutmen
tenaga kerja operasi, merupakan dampak negatif penting (-/P).

4. Penurunan Kualitas Air Permukaan


Penurunan kualitas air permukaan yang terjadi pada tahap operasi ini berasal dari
kegiatan kegiatan yang dilakukan pada tahap operasi. Kegiatan tersebut adalah
pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional.
a. Besarnya Dampak
Dampak penurunan kualitas air permukaan yang timbul dari kegiatan
pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional dapat dikatakan sebagai
dampak yang cukup besar. Kegiatan ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
kandungan padatan tersuspensi (TSS) pada badan air penerima limbah cair yang
dihasilkan oleh kegiatan tersebut. Selain itu, terdapat juga bahan organik yang
kemungkinan besar turut terbawa ke badan air. Zat pencemar ini berasal dari
fasilitas tambahan untuk terminal 3 yang menghasilkan limbah cair. Selain itu, alih
fungsi lahan menjadi bangunan mengurangi area resapan air, sehingga air limpasan

108
akan menjadi semakin banyak. Dengan adanya air limpasan ini, terdapat
kecenderungan untuk terjadinya erosi sehingga memperbanyak kandungan TSS
pada badan air penerima.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari sifat dampaknya, dampak penurunan kualitas air permukaan yang
timbul dari kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional merupakan
dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak penurunan kualitas air permukaan pada kegiatan
pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional dapat diamati melalui analisis
terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak meliputi penduduk yang tinggal di
sekitar badan air penerima, dampak ini termasuk dampak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Penurunan kualitas air ini terjadi pada badan air penerima dengan jarak 50 m
dari sumber, mengingat padatan tersuspensi dapat mengalami pengendapan,
dampak ini termasuk dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak Penurunan kualitas air permukaan terjadi hanya
selama kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional
dilakukan, sehingga termasuk penting (P)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Penurunan kualitas air permukaan pada kegiatan pengoperasian fasilitas
gate 3 terminal internasional mempengaruhi komponen geo, fisik-kimia, dan
komponen lainnya yang berupa penurunan kualitas air, sehingga termasuk
dampak tidak penting (TP)
5. Sifat kumulatif dampak
Penurunan kualitas air permukaan pada kegiatan pengoperasian fasilitas
gate 3 terminal internasional merupakan dampak yang bersifat kumulatif,
dimana jika tidak ditangani maka TSS akan terakumulasi dan menyebabkan
pendangkalan badan air. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting
(P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Kriteria ini termasuk kedalam dampak tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Dampak penurunan kualitas air permukaan dapat ditanggulangi
dengan menggunakan teknologi(TP)

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak berupa penurunan
kualitas air permukaan pada kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal
internasional merupakan dampak negatif penting (-/P).

5. Peningkatan Limbah Cair Domestik

109
Peningkatan limbah cair domestik merupakan dampak penting hipotetik yang terjadi
atau mengacu pada kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional dan
kegiatan Pemeliharaan fasilitas bandar udara. Uraian kajian dampak tersebut dapat
dirincikan ke dalam beberapa parameter berikut:
Pengoperasian Fasilitas Gate 3 Terminal Internasional
a. Besarnya Dampak
Peningkatan limbah cair domestik merupakan dampak yang timbul dari adanya
kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional. Limbah tersebut
cenderung berasal dari tenaga kerja dan penumpang ketika melaksanakan kegiatan
di dalam bandar udara. Dengan adanya kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3
terminal internasional maka diperkirakan akan terjadi lonjakan penumpang pesawat
yang mengunjungi bandar udara tersebut. Maka dari itu, peningkatan limbah cair
domestik ini disinyalir akan terjadi dalam jumlah yang besar.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi lingkungan, dampak peningkatan limbah cair domestik ini
merupakan dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak peningkatan limbah cair domestik terhadap kegiatan
pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional dapat diamati melalui analisis
terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak meliputi masyarakat atau penduduk
yang tinggal berdekatan dengan badan air penerima limbah cair tersebut.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah persebaran dampak limbah cair domestik meliputi wilayah badan air
penerima limbah cair tersebut. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak
penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak ini berlangsung setiap hari dengan lama
berlangsungnya selama proses operasi tersebut dilaksanakan, sehingga
termasuk penting (P)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Peningkatan limbah cair domestik ini merupakan dampak pada komponen
fisik-kimia yang berdampak pada badan air terdekat, sehingga termasuk
dampak penting (P)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan pengoperasian
fasilitas gate 3 terminal internasional ini bersifat kumulatif sebab limbah cair
dapat terakumulasi pada badan air dan menyebabkan penurunan kualitas air.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan pengoperasian
fasilitas gate 3 terminal internasional dapat dikatakan berbalik sebab dampak
tersebut dapat diatasi dengan pemulihan lingkungan fisik kimia yang rusak
akibat limbah tersebut, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting
(TP)

110
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Dampak peningkatan limbah cair domestik dapat ditanggulangi
dengan teknologi (TP).

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak berupa peningkatan
limbah cair domestik pada kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal
internasional, merupakan dampak negatif penting (-/P)

Pemeliharaan Fasilitas Bandar Udara


a. Besarnya Dampak
Peningkatan limbah cair domestik merupakan dampak yang timbul dari adanya
kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional. Limbah tersebut
cenderung berasal dari tenaga kerja yang melakukan pemeliharaan terhadap
fasilitas bandara. Berdasarkan kegunaannya, air bersih dipergunakan untuk
membersihkan bandar udara yang kemudian dikatakan sebagai kegiatan
pemeliharaan bandar udara. Dengan adanya kegiatan pemeliharaan fasilitas
bandar udara maka diperkirakan akan terjadi lonjakan penggunaan air bersih untuk
pemeliharaan. Maka dari itu, peningkatan limbah cair domestik ini disinyalir akan
terjadi dalam jumlah yang besar.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi lingkungan, dampak peningkatan limbah cair domestik ini
merupakan dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak peningkatan limbah cair domestik terhadap kegiatan
pemeliharaan fasilitas bandar udara dapat diamati melalui analisis terhadap
beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak meliputi masyarakat atau penduduk
yang tinggal berdekatan dengan badan air penerima limbah cair tersebut.
Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah persebaran dampak limbah cair domestik meliputi wilayah badan air
penerima limbah cair tersebut. Maka dari itu, dampak ini termasuk dampak
penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak ini berlangsung setiap hari dengan lama
berlangsungnya selama proses operasi tersebut dilaksanakan, sehingga
termasuk penting (P)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Peningkatan limbah cair domestik ini merupakan dampak pada komponen
fisik-kimia yang berdampak pada badan air terdekat, sehingga termasuk
dampak penting (P)
5. Sifat kumulatif dampak

111
Dampak peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan pemeliharaan
fasilitas bandar udara ini bersifat kumulatif sebab limbah cair dapat
terakumulasi pada badan air dan menyebabkan penurunan kualitas air. Maka
dari itu, dampak ini termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan pemeliharaan
fasilitas bandar udara dapat dikatakan berbalik sebab dampak tersebut dapat
diatasi dengan pemulihan lingkungan fisik kimia yang rusak akibat limbah
tersebut, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting (TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Dampak peningkatan limbah cair domestik dapat ditanggulangi
dengan teknologi (TP).

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak berupa peningkatan
limbah cair domestik pada kegiatan pemeliharaan fasilitas bandar udara,
merupakan dampak negatif penting (-/P)

6. Peningkatan Limbah Padat Domestik


a. Besarnya Dampak
Peningkatan limbah padat domestik merupakan dampak yang timbul dari adanya
kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional. Limbah tersebut
cenderung berasal dari tenaga kerja dan penumpang ketika melaksanakan kegiatan
di dalam bandar udara. Limbah padat domestik yang dimaksudkan berupa sampah
dan beberapa jenis limbah lainnya. Dengan adanya kegiatan pengoperasian
fasilitas gate 3 terminal internasional maka diperkirakan akan terjadi lonjakan
penumpang pesawat yang mengunjungi bandar udara tersebut. Jumlah penumpang
diperkirakan akan terus mengalami kenaikan. Hal ini juga menjadi dasar pemikiran
bahwa jumlah limbah padat domestik akan cenderung mengalami kenaikan. Maka
dari itu, peningkatan limbah padat domestik ini disinyalir akan terjadi dalam jumlah
yang besar.

b. Sifat Dampak
Ditinjau dari segi lingkungan, dampak peningkatan limbah padat domestik ini
merupakan dampak yang bersifat negatif (-).

c. Pentingnya Dampak
Pentingnya dampak peningkatan limbah cair domestik terhadap kegiatan
pengoperasian fasilitas gate 3 terminal internasional dapat diamati melalui analisis
terhadap beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak meliputi tenaga kerja tahap operasi,
masyarakat pengguna jasa bandar udara, dan masyarakat umum yang
bertempat tinggal di sekitar kawasan bandar udara. Maka dari itu, dampak ini
termasuk dampak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah persebaran dampak limbah padat domestik meliputi wilayah sekitar
bandar udara, yakni Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon

112
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta . Maka dari itu, dampak ini termasuk
dampak penting (P).
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dari dampak ini berlangsung setiap hari dengan lama
berlangsungnya selama proses operasi tersebut dilaksanakan, sehingga
termasuk penting (P)
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
Peningkatan limbah padat domestik ini merupakan dampak pada komponen
fisik-kimia lingkungan yang berdampak pada kawasan sekitar bandar udara,
sehingga termasuk dampak penting (P)
5. Sifat kumulatif dampak
Dampak peningkatan limbah padat domestik pada kegiatan pengoperasian
fasilitas gate 3 terminal internasional ini bersifat kumulatif sebab limbah padat
dapat terakumulasi dan menimbulkan dampak turunan, yakni penurunan
kualitas sanitasi dan keresahan masyarakat. Maka dari itu, dampak ini
termasuk dampak penting (P)
6. Berbalik - Tidak berbaliknya Dampak
Dampak peningkatan limbah padat domestik pada kegiatan pengoperasian
fasilitas gate 3 terminal internasional dapat dikatakan berbalik sebab dampak
tersebut dapat diatasi dengan pemulihan lingkungan fisik kimia yang rusak
akibat limbah tersebut, sehingga termasuk kedalam dampak tidak penting
(TP)
7. Kriteria lain sesuai perkembangan IPTEK
Dampak peningkatan limbah padatt domestik dapat ditanggulangi
dengan teknologi (TP).

d. Kesimpulan Pentingnya Dampak


Dari uraian dampak diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kriteria
menunjukkan dampak yang penting, sehingga dampak berupa peningkatan
limbah padat domestik pada kegiatan pengoperasian fasilitas gate 3 terminal
internasional, merupakan dampak negatif penting (-/P)

113
114
Tabel 3.5 Matriks Prakiraan Dampak Penting Rencana Kegiatan Pembangunan Gate 3 Terminal Internasional Yogyakarta International Airport

Besaran Dampak Prakiraan Dampak

Kriteria Lain
Jumlah
Komponen Berbalik/ Sesuai dengan
Penduduk Luas Intensitas & Sifat Tingkat
Jenis Sumber Sifat Lain yang Tidak Perkembangan
No yang Persebaran Lamanya Kumulatif Kepentingan
Dampak Dampak Dampak Setelah Ada Terkena Berbalik Ilmu
Saat Ini Terkena Dampak Dampak Dampak Dampak
Proyek Dampak Dampak Pengetahuan
Dampak
dan Teknologi

1 2 3 4 5 6 7 8

TAHAP PRA KONSTRUKSI

1 Keresahan Survei Lokasi Negatif Ada Masyarakat (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Masyarakat keresahan cenderung merasa
resah ingin
mengetahui alasan
dari dilakukannya
survei lokasi
tersebut.
Wacana-wacana
terkait
pengembangan
bandara ini juga
turut menjadi alasan
dari adanya
masyarakat yang
memperhatikan
kegiatan survei
tersebut

Sosialisasi Negatif Ada Ketika kegiatan (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Rencana keresahan sosialisasi rencana
Kegiatan kerja ini dilakukan,
masyarakat merasa
resah dengan
adanya sosialisasi
ini. Masyarakat
merasa kegiatan
sosialisasi ini
menghabiskan
waktu mereka untuk
melaksanakan
kegiatan lainnya.

2 Gangguan Sosialisasi Negatif Belum ada Adanya kegiatan (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Kamtibmas Rencana gangguan sosialisasi rencana
Kegiatan
Besaran Dampak Prakiraan Dampak

Kriteria Lain
Jumlah
Komponen Berbalik/ Sesuai dengan
Penduduk Luas Intensitas & Sifat Tingkat
Jenis Sumber Sifat Lain yang Tidak Perkembangan
No yang Persebaran Lamanya Kumulatif Kepentingan
Dampak Dampak Dampak Setelah Ada Terkena Berbalik Ilmu
Saat Ini Terkena Dampak Dampak Dampak Dampak
Proyek Dampak Dampak Pengetahuan
Dampak
dan Teknologi

1 2 3 4 5 6 7 8

kerja dikhawatirkan
membawa gejolak
sosial di
masyarakat.
Adanya isu
pengembangan
bandara dapat
menyebabkan
masyarakat
berpandangan
bahwa
pengembangan
bandara tersebut
akan mengganggu
kenyamanan
masyarakat di
sekitar bandara

TAHAP KONSTRUKSI

1 Terciptanya Rekrutmen Positif Belum Peningkatan (P) (P) (TP) (P) (TP) (TP) (TP) (+P)
Kesempatan Tenaga Kerja tersedia kesempatan kerja
Kerja Konstruksi lapangan tahap konstruksi
kerja saat adalah 5,04 %
konstruksi

2 Peningkatan Rekrutmen Positif Belum Terjadi peningkatan (P) (P) (TP) (P) (TP) (TP) (TP) (+P)
Pendapatan tenaga kerja terjadi pendapatan dari
konstruksi peningkatan UMR Kab. Kulon
pendapatan Progo sekitar 46,3 %

3 Keresahan ● Rekrutmen Negatif Belum Masyarakat yang (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Masyarakat tenaga terjadi akan mengalami
kerja keresahan keresahan akibat
● Pembangun
tidak diterima dalam
an dan
Pengoperas rekrutmen adalah
ian base sebesar 9.520
camp orang, yakni 96%
dari keseluruhan
Besaran Dampak Prakiraan Dampak

Kriteria Lain
Jumlah
Komponen Berbalik/ Sesuai dengan
Penduduk Luas Intensitas & Sifat Tingkat
Jenis Sumber Sifat Lain yang Tidak Perkembangan
No yang Persebaran Lamanya Kumulatif Kepentingan
Dampak Dampak Dampak Setelah Ada Terkena Berbalik Ilmu
Saat Ini Terkena Dampak Dampak Dampak Dampak
Proyek Dampak Dampak Pengetahuan
Dampak
dan Teknologi

1 2 3 4 5 6 7 8

masyarakat
pengangguran.

4 Terciptanya Pembanguna Positif Belum Diasumsikan 1 (P) (TP) (TP) (P) (TP) (TP) (TP) (+P)
Peluang n dan terdapat warung dapat
Berusaha Pengoperasia terciptanya memenuhi 50 orang
n base camp peluang tenaga kerja
berusaha konstruksi sehingga
didapatkan peluang
usaha yang akan
muncul yaitu 10
peluang usaha

5 Penurunan Mobilisasi Negatif Belum Besarnya penurunan (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Kualitas Peralatan dan terjadi kualitas udara akan
Udara Material penurunan dipengaruhi ritase
kualitas jumlah kendaraan
udara yang dipakai,
diprediksikan akan
mengalami
peningkatan

6 Peningkatan Pembanguna Negatif Belum Limbah cair yang (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Limbah Cair n dan terjadi akan terproduksi
Domestik Pengoperasia peningkatan pada saat konstruksi
n base camp adalah sekitar 16
m3/hari

7 Peningkatan Penyiapan Negatif Belum Peningkatan air (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Air Lairan Lahan terjadi larian dengan
peningkatan adanya kegiatan
adalah sekitar 16,94
m3/s

8 Gangguan ● Pembangun Negatif Belum Gangguan (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Aktivitas an Gate 3 terjadi disebabkan adanya
Bandar Terminal gangguan pekerja konstruksi
Udara Internasion aktivitas yang bekerja
al bandar melakukan kegiatan
● Commissio udara di sekitar runway
ning sehingga
mengakibatkan
gangguan aktivitas
Besaran Dampak Prakiraan Dampak

Kriteria Lain
Jumlah
Komponen Berbalik/ Sesuai dengan
Penduduk Luas Intensitas & Sifat Tingkat
Jenis Sumber Sifat Lain yang Tidak Perkembangan
No yang Persebaran Lamanya Kumulatif Kepentingan
Dampak Dampak Dampak Setelah Ada Terkena Berbalik Ilmu
Saat Ini Terkena Dampak Dampak Dampak Dampak
Proyek Dampak Dampak Pengetahuan
Dampak
dan Teknologi

1 2 3 4 5 6 7 8

bandara terutama
terhadap lalu lintas
pesawat saat
boarding

TAHAP OPERASI

1 Terciptanya Rekrutmen Positif Belum Peningkatan (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (+P)
Kesempatan tenaga kerja tersedia kesempatan kerja
Kerja operasi lapangan pada tahap operasi
kerja pada adalah 2%
saat
operasional
untuk
rencana
pengemban
gan saat ini

2 Peningkatan Rekrutmen Positif Belum Terjadi peningkatan (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (+P)
Pendapatan tenaga kerja terjadi pendapatan dari
operasi peningkatan UMR Kab. Kulon
pendapatan Progo sekitar 82,9 %

3 Keresahan Rekrutmen Negatif Belum Jumlah tingkat (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Masyarkat tenaga kerja terjadi pengangguran di
operasi keresahan wilayah
pengembangan
berejumlah 9.920
orang sedangkan
tenaga kerja yang
dibutuhkan adalah
200 orang sehingga
mayrakat yang akan
resah karena tidak
lolos mendapatkan
pekerrjaan adalah
9520 orang atau
sekitar 96 %

4 Peningkatan Pengoperasia Negatif Belum Dengan adanya (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Limbah n Gate 3 terjadi pengelolaan limbah
Padat Terminal peningkatan padat secara
Internasional maksimal, sampah
Besaran Dampak Prakiraan Dampak

Kriteria Lain
Jumlah
Komponen Berbalik/ Sesuai dengan
Penduduk Luas Intensitas & Sifat Tingkat
Jenis Sumber Sifat Lain yang Tidak Perkembangan
No yang Persebaran Lamanya Kumulatif Kepentingan
Dampak Dampak Dampak Setelah Ada Terkena Berbalik Ilmu
Saat Ini Terkena Dampak Dampak Dampak Dampak
Proyek Dampak Dampak Pengetahuan
Dampak
dan Teknologi

1 2 3 4 5 6 7 8

yang tersisa di TPS


bandara untuk
setiap harinya hanya
tersisa sebagian
kecil dari total
timbulan sampah

5 Peningkatan ● Pengoperas Negatif Belum Peningkatan (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
Limbah Cair ian Gate 3 terjadi timbulan limbah cair
Terminal peeningkata dari tahun ke tahun
Internasion n setelah adanya
al proses pemanfaatan
● Pemelihara limbah cair yang
an Fasilitas terproduksi pada
Bandar tahap operasi
Udara mengalami
penurunan hingga
35%

6 Penurunan Pengoperasia Negatif Belum Diprakirakan TSS (P) (P) (P) (P) (P) (TP) (TP) (-P)
kualitas air n Gate 3 terjadi akan meningkat
permukaan Terminal peningkatan akibat terjadinya
Internasional erosi air larian
BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN

4.1 Evaluasi Secara Holistik terhadap Dampak Lingkungan


Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan dalam bagian ini merangkum
hasil prakiraan dan evaluasi terhadap Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang telah
dikemukakan secara komprehensif pada Bab III. Prakiraan dan evaluasi dampak pada Bab
III adalah untuk menentukan sifat penting dampak dari setiap DPH yaitu apakah dampak
bersifat diabaikan, minor, moderat, mayor, dan kritis. Rangkuman terhadap hasil evaluasi
terhadap seluruh DPH ditunjukkan Definisi sifat penting dampak tercantum pada Tabel 4.1
yang merupakan pemeringkatan relatif terhadap pentingnya dampak.
Metode yang digunakan dalam evaluasi holistik ini adalah antara DPH dengan lokasi
(ruang) dan waktu terjadinya dampak. baik yang bersifat penting atau tidak penting dari
hasil prakiraan dampak berdasarkan waktu dan lokasi terjadinya dampak. Identifikasi ini
menghasilkan yang memiliki ruang dan waktu yang sama, pada kegiatan yang kegiatan
yang berbeda. Evaluasi Holistik terhadap DPH terjadi pada kegiatan pembangunan Gate 3
Internasional Bandar Udara YIA (Yogyakarta Intenational Airport) yang terperinci dapat
dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Definisi Sifat Penting Dampak

Sifat Penting Definisi


Dampak

Dampak Diabaikan Tidak Penting: Besarnya perubahan hampir sama dengan


variasi alami

Dampak Minor Tidak Penting: Terdeteksi adanya dampak tetapi tidak


penting

Dampak Moderat Penting: Dampak dapat ditanggulangi; sejauh


memungkinkan dampak harus dikelola

Dampak Mayor Penting: dampak dapat ditanggulangi; dampak harus dikelola

Dampak Kritis Tidak dapat ditoleransi; dampak tidak dapat ditanggulangi;


perlu melakukan identifikasi alternatif untuk meniadakan
sumber dampak

4.1.1 Bentuk Hubungan Keterkaitan dan Interaksi


Masa Pra-Konstruksi
1. Interaksi DPH-01
Dampak keresahan masyarakat pada kegiatan survey dan investigasi serta
sosialisasi masyarakat, dampak yang memiliki ruang dan waktu yang sama yaitu
terjadi persiapan pekerjaan pengukuran dilakukan 14 bulan dengan lokasi dampak
berada pada Kecamatan Temon, Desa Glagah. Kegiatan survey dan investigasi
bertujuan untuk mengetahui potensi masyarakat mengalami keresahan masyarakat
di area konstruksi pembanguan Gate 3 Internasional. Kondisi keresahan
masyarakat yang ditimbulkan dari kegiatan survei dan investigasi berpotensi
menimbulkan adanya perubahan persepsi masyarakat yang perlu menjadi tindak
lanjut dalam penanganan dampak. Maka dari itu, dapat diketahui bagaimana
pembangunan yang sesuai seperti keinginan masyarakat. Berdasarkan data
tersebut dapat dijadikan acuan untuk sosialisasi ke masyarakat, dimana melalui
survei dan sosialisasi tersebut maka saran dan pendapat dari seluruh lapisan
masyarakat dapat terhimpun. Kemudian dilakukan pemberian informasi langsung
kepada masyarakat adanya kegiatan pembangunan Gate 3 Internasional serta
kegiatan AMDAL sehingga pada kegiatan penyusun dan penilai AMDAL serta
masyarakat bertemu untuk saling informasi, saran, tanggapan serta pendapat.
Sosialisasi masyarakat dua kegiatan yaitu kegiatan langsung ke lapang dengan
pemberian pengumpulan perwakilan masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu.

2. Interaksi DPH-02, DPH-03


Dampak dari sosialisasi rencana kegiatan pembangunan Gate 3 Internasional
Bandar Udara YIA yaitu adanya keresahan masyarakat. Sosialisasi rencana
kegiatan ini bertujuan untuk memberitahukan ke masyarakat bahwa akan adanya
pembangunan Gate 3 Internasional di Bandar Udara YIA. Kegiatan sosialisasi
tersebut dapat memunculkan keresahan masyarakat yang perlu ditindaklanjuti
dalam penanganan dampak. Kemudian sosialisasi memunculkan potensi dampak
gangguan dari Kamtibmas daerah tersebut, dengan adanya potensi tersebut, maka
perlu ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.

Masa Konstruksi
1. Interaksi DPH-04, DPH-05, DPH-06
Dampak Terciptanya Kesempatan Kerja (DPH-04) dan Peningkatan Pendapatan
(DPH-05) pada kegiatan konstruksi dapat diharapkan. Kondisi tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pihak konstruksi pembangunan untuk merekrut tenaga kerja
konstruksi. Dengan adanya rekrutmen tenaga kerja untuk proses konstruksi, tidak
memungkinkan bahwa adanya Keresahan Masyarakat (DPH-06) yang dapat timbul
karena tidak semua masyarakat akan direkrut untuk menjadi tenaga kerja
konstruksi. Maka dari itu, potensi dampak dari kegiatan Rekrutmen Tenaga Kerja
perlu ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.

2. Interaksi DPH-07,08,09
Dampak penurunan kualitas udara (DPH-07) disebabkan karena adanya
pemerataan lahan, mobilisasi, penggunaan alat berat, dan sejenisnya. Parameter
yang digunakan untuk memprakirakan dampak terjadinya penurunan kualitas udara
adalah peningkatan kadar debu. Berdasarkan hasil prakiraan dampak diketahui
bahwa kualitas udara telah melewati batas baku mutu kualitas udara. Selain itu
kegiatan pemerataan lahan, mobilisasi, penggunaan alat berat, dan sejenisnya
dapat menyebabkan dampak peningkatan kebisingan. Kemudian dampak dari
penyiapan lahan dapat menimbulkan air larian. Maka dari itu, potensi dampak dari
kegiatan Mobilisasi Tenaga kerja, Peralatan, dan Bahan dan Penyiapan lahan perlu
ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.

3. Interaksi DPH-10,11,12,13,14,15
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian
Basecamp dan Pembangunan Gate 3 Terminal Internasional dalam waktu 3 bulan akan
menimbulkan Peningkatan Limbah Cair Domestik (DPH-12), Peningkatan Limbah Padat
Domestik (DPH-13). Dampak tersebut terjadi saat bahan material tahap konstruksi sudah
tidak dipakai kembali dan harus dibuang. Alat berat yang digunakan juga dapat berpotensi
adanya tumpahan bahan bakar yang dapat menimbulkan pencemaran air. Kemudian
kegiatan konstruksi ini juga dapat menimbulkan gangguan aktivitas bandar udara (DPH-14
dan DPH-16) karena melihat tahap konstruksi yang dilakukan ini dilakukan saat bandar
udara sudah beroperasi. Kegiatan ini juga dapat menimbulkan peningkatan kebisingan
(DPH-15) yang ditimbulkan dari alat berat yang digunakan dalam proses konstruksi.
Kegiatan ini juga dapat menimbulkan keresahan masyarakat (DPH-10) karena dapat
menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat. Akan tetapi, Kegiatan ini berdampak positif
ke masyarakat karena akan terciptanya peluang berusaha (DPH-11). Maka dari itu, potensi
dampak dari kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp dan Pemabngunan Gate
3 Internasional perlu ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.

4. Interaksi DPH-16
Dampak gangguan aktivitas udara (DPH-17) dapat terjadi pada tahap Comissioning
(uji coba). Uji coba Gate 3 Internasional pada YIA ini dilakukan pada saat bandar
udara sudah beroperasi, maka dapat menimbulkan gangguan aktivitas udara di
bandar udara. Maka dari itu, potensi dampak dari kegiatan Commissioning perlu
ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.

Masa Operasi
1. Interaksi DPH-17,18,19
Dampak terciptanya kesempatan kerja (DPH-17) dan peningkatan pendapatan
(DPH-18) pada rekruitmen tenaga kerja dapat berdampak positif ke masyarakat
sekitar karena masyarakat yang sedang menganggur mendapat kesempatan kerja
dan meningkatkan pendapatnya saat Gate 3 beroperasi. Akan tetapi, kegiatan
rekrutmen tenaga kerja dapat menimbulkan keresahan warga (DPH-19) yang tidak
direkrut. Maka dari itu, potensi dampak dari kegiatan rekrutmen tenaga kerja perlu
ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.

2. Interaksi DPH-20,21,22,23,24,25
Kegiatan operasional gate 3 internasional dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap masyarakat seperti Peningkatan Kebisingan (DPH-20) karena suara pesawat
yang dapat membuat kebisingan di daerah sekitar operasional. Kemudian dapat timbulnya
Peningkatan Limbah Cair Domestik (DPH-21) dan Peningkatan Limbah Padat Domestik
(DPH-22) karena dengan adanya operasional Gate 3 dapat meningkatkan sumber limbah.
Dengan meningkatnya limbah cair domestik (DPH-21) akan menimbulkan dampak negatif
lainnya yaitu penurunan kualitas air (DPH-23). Kegiatan operasional gate 3 juga dapat
menimbulkan dampak munculnya air larian (DPH-24). Akan tetapi, dampak positif dari
kegiatan operasional ini dapat memunculkan peluang berusaha (DPH-25) yang akan
menaikkan UMKM daerah tersebut. Maka dari itu, kegiatan operasional Gate 3
Internasional ini memiliki dampak yang perlu ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.

3. Interaksi DPH-26
Kegiatan Pemeliharaan Fasilitas Bandar Udara dapat memiliki dampak yang negatif
terhadap masyarakat yaitu Peningkatan Limbah Cair Domestik (DPH-26). Dampak
peningkatan limbah cair domestik terjadi karena pihak bandar udara akan menggunakan
bahan kimia untuk membersihkan fasilitas bandar udara yang akan mengakibatkan
penambahan limbah cair domestik. Maka dari itu, kegiatan Pemeliharaan Fasilitas Bandar
Udara memiliki dampak yang perlu ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.
Tabel 4.2 Hubungan Interaksi Antar Dampak
Tahapan/Kegiatan DPH Ruang Waktu Evaluasi
Tahapan Pra Konstruksi
1. Survei Lokasi DPH-01 Keresahan Desa Glagah, 14 bulan H-1
Masyarakat Kecamatan
Temon
2. Sosialisasi DPH-02 Keresahan Desa Glagah, 14 bulan H-2
Rencana Kegiatan Masyarakat Kecamatan
Temon
DPH-03 Gangguan Desa Glagah, 14 bulan H-2
Kamtibmas Kecamatan
Temon
Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen DPH-04 Terciptanya Desa Glagah, 3 bulan H-3
Tenaga Kerja Kesempatan Kecamatan
Kerja Temon
DPH-05 Peningkatan Desa Glagah, 3 bulan H-3
Pendapatan Kecamatan
Temon
DPH-06 Keresahan Desa Glagah, 3 tahun H-3
Masyarakat Kecamatan
Temon
2. Mobilitas Tenaga DPH-07 Penurunan Desa Glagah, 3 bulan H-4
Kerja, Bahan, dan Kualitas Kecamatan
Peralatan Udara Temon
DPH-08 Peningkatan Desa Glagah, 3 bulan H-4
Kebisingan Kecamatan
Temon
3. Penyiapan lahan DPH-09 Peningkatan Desa Glagah, 3 bulan H-4
Air Larian Kecamatan
Temon
4. Pembangunan DPH-10 Keresahan Desa Glagah, 3 bulan H-5
dan Pengoperasian Masyarakat Kecamatan
Basecamp Temon

DPH-11 Terciptanya Desa Glagah, 3 bulan H-5


Peluang Kecamatan
Berusaha Temon

DPH-12 Peningkatan Desa Glagah, 3 bulan H-5


Limbah Cair Kecamatan
Domestik Temon

DPH-13 Peningkatan Desa Glagah, 3 bulan H-5


Limbah Padat Kecamatan
Domestik Temon
Tahapan/Kegiatan DPH Ruang Waktu Evaluasi
5. Pembangunan DPH-14 Gangguan Desa Glagah, 3 bulan H-5
Gate 3 Terminal Aktivitas Kecamatan
Internasional Bandar Udara Temon

DPH-15 Peningkatan Desa Glagah, 3 bulan H-5


Kebisingan Kecamatan
Temon

6. Commisioning DPH-16 Gangguan Desa Glagah, 3 bulan H-6


Aktivitas Kecamatan
Bandar Udara Temon

Tahap Operasi
1. Rekrutmen DPH-17 Terciptanya Desa Glagah, 3 tahun H-7
Tenaga Kerja Kesempatan Kecamatan
Kerja Temon
DPH-18 Peningkatan Desa Glagah, 3 tahun H-7
Pendapatan Kecamatan
Temon
DPH-19 Keresahan Desa Glagah, 3 tahun H-7
Masyarakat Kecamatan
Temon
2. Kegiatan DPH-20 Peningkatan Desa Glagah, 3 tahun H-8
Operasional Gate 3 Kebisingan Kecamatan
Temon
DPH-21 Peningkatan Desa Glagah, 3 tahun H-8
Limbah Cair Kecamatan
Domestik Temon
DPH-22 Peningkatan Desa Glagah, 3 tahun H-8
Limbah Padat Kecamatan
Domestik Temon
DPH-23 Penurunan Desa Glagah, 3 tahun H-8
Kualitas Air Kecamatan
Temon
DPH-24 Peningkatan Desa Glagah, 3 tahun H-8
Air Larian Kecamatan
Temon
DPH-25 Terciptanya Desa Glagah, 3 tahun H-8
Peluang Kecamatan
Berusaha Temon
3. Pemeliharaan DPH-26 Peningkatan Desa Glagah, 3 tahun H-9
Fasilitas Bandar Limbah Cair Kecamatan
Udara Domestik Temon

Tabel 4.3 DPH pada Ruang dan Waktu yang Sama


Holistik DPH Kegiatan
Tahap Pra Konstruksi
H-1 DPH-01 Keresahan Masyarakat Survei Lokasi
H-2 DPH-02 Keresahan Masyarakat Sosialisasi Rencana Kegiatan
DPH-03 Gangguan Kamtibmas Sosialisasi Rencana Kegiatan
Tahap Konstruksi
H-3 DPH-04 Terciptanya Kesempatan Kerja Rekrutmen Tenaga Kerja
DPH-05 Peningkatan Pendapatan Rekrutmen Tenaga Kerja
DPH-06 Keresahan Masyarakat Rekrutmen Tenaga Kerja
H-4 DPH-07 Penurunan Kualitas Udara Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan, dan
Peralatan
DPH-08 Peningkatan Kebisingan Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan, dan
Peralatan
DPH-09 Peningkatan Air Larian Persiapan lahan
DPH-10 Keresahan Masyarakat Pembangunan dan Pengoperasian
Basecamp
DPH-11 Terciptanya Peluang Berusaha Pembangunan dan Pengoperasian
Basecamp
DPH-12 Peningkatan Limbah Cair Domestik Pembangunan dan Pengoperasian
Basecamp
DPH-13 Peningkatan Limbah Padat Domestik Pembangunan dan Pengoperasian
Basecamp
H-5 DPH-14 Gangguan Aktivitas Bandar Udara Pembangunan Gate 3
DPH-15 Peningkatan Kebisingan Pembangunan Gate 3
H-6 DPH-16 Gangguan Aktivitas Bandar Udara Commissioning
Tahap Operasi
H-8 DPH-17 Terciptanya Kesempatan Kerja Rekrutmen Tenaga Kerja
DPH-18 Peningkatan Pendapatan Rekrutmen Tenaga Kerja
DPH-19 Keresahan Masyarakat Rekrutmen Tenaga Kerja
H-9 DPH-20 Peningkatan Kebisingan Kegiatan Operasional Gate 3
DPH-21 Peningkatan Limbah Cair Domestik Kegiatan Operasional Gate 3
DPH-22 Peningkatan Limbah Padat Domestik Kegiatan Operasional Gate 3
DPH-23 Penurunan Kualitas Air Kegiatan Operasional Gate 3
DPH-24 Peningkatan Air Larian Kegiatan Operasional Gate 3
DPH-25 Terciptanya Peluang Berusaha Kegiatan Operasional Gate 3
H-10 DPH-26 Peningkatan Limbah Cair Domestik Pemeliharaan Fasilitas Bandar Udara

4.1.2 Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Paling Menimbulkan


Dampak Lingkungan
Evaluasi keterkaitan antar DPH dapat memberikan informasi mengenai komponen
kegiatan pembangunan pengembangan Gate 3 Terminal Internasional Yogyakarta
International Airport (YIA) baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi, dan pasca
konstruksi, yang paling banyak menimbulkan dampak lingkungan. Dengan mengacu
pada Tabel 4.2, maka dapat hal tsb dapat terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Komponen Kegiatan yang Banyak Menimbulkan Dampak

DPH pada Komponen Lingkungan Jumlah Dampak

Perubah
Tahapan Kegiatan
Peningk Peningk an
atan atan Tercipta Tercipta Ganggu Persepsi Ganggu
Limbah Limbah Penurun Penurun nya nya Peningk an Keresah Peningk dan an Ganggu
Padat Cair an an Peningk Kesemp Peluang atan Aktivitas an atan Sikap Aktivitas an
Domesti Domesti Kualitas Kualitas atan Air atan Berusah Kebising Bandar Masyara Pendapa Masyara Bandar Kamtib
k k Air Udara Larian Kerja a an Udara kat tan kat Udara mas + - +/-
Tahap Pra Konstruksi
1. Survei dan
- 1
Investigasi
2. Sosialisasi
Rencana - - 2
Kegiatan
Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen
Tenaga + - + 2 1
Kerja
2. Mobilitas
Tenaga
Kerja, - - 2
Bahan, dan
Peralatan
3. Persiapan
- 1
lahan
4. Pembangu
nan dan
Pengoperas - - + - 1 3
ian
Basecamp
5. Pembangu
- - 2
nan Gate 3
6. Commision
- 1
ing
DPH pada Komponen Lingkungan Jumlah Dampak

Perubah
Tahapan Kegiatan
Peningk Peningk an
atan atan Tercipta Tercipta Ganggu Persepsi Ganggu
Limbah Limbah Penurun Penurun nya nya Peningk an Keresah Peningk dan an Ganggu
Padat Cair an an Peningk Kesemp Peluang atan Aktivitas an atan Sikap Aktivitas an
Domesti Domesti Kualitas Kualitas atan Air atan Berusah Kebising Bandar Masyara Pendapa Masyara Bandar Kamtib
k k Air Udara Larian Kerja a an Udara kat tan kat Udara mas + - +/-
Tahap Operasi
1. Rekrutmen
Tenaga + - + 2 1
Kerja
2. Kegiatan
Operasiona - - - - + - 1 5
l Gate 3
3. Pemelihara
an Fasilitas
- 1
Bandar
Udara
Jumlah DPH untuk
Setiap Sumber
Kegiatan 6 20
4.1.3 Area-Area yang Perlu Mendapatkan Perhatian Penting (Area Concern)
Evaluasi holistik dampak penting hipotetik ini bertujuan untuk mengidentifikasi
area-area yang perlu mendapatkan perhatian penting (area concern). Pertimbangan
dalam identifikasi area-area ini didasarkan pada jumlah terjadinya dampak penting
hipotetik (Tabel 4.2 dan 4.3). dengan mengacu pada Tabel 4.2, area-area yang menjadi
persebaran dampak dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Area yang Sering Menerima Dampak


Area Penerima Dampak
Ruas Jalan
Kecamatan
Kecamatan
Kokap,
Kokap,
Kecamatan
Kecamatan
Wates,
Tahapan/ Wates,
DPH Lokasi Kecamatan Kabupaten
Kegiatan Kecamatan
Kegiatan Temon, Kulon Progo
Temon,
Kecamatan
Kecamatan
Pengasih, dan
Pengasih, dan
Kecamatan
Kecamatan
Panjatan
Panjatan
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Survei dan Keresahan
Investigasi Masyarakat
3. Sosialisasi Keresahan
Rencana Masyarakat
Kegiatan Gangguan
Kamtibmas
B. Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen Terciptanya
tenaga kerja Kesempatan
Kerja
Peningkatan
Pendapatan
Keresahan
Masyarakat
2. Mobilitas Penurunan
tenaga kerja, Kualitas Udara
bahan, dan Peningkatan
peralatan Kebisingan
Keresahan
Masyarakat
3. Persiapan Peningkatan
lahan Air Larian
4. Keresahan
Pembangunan Masyarakat
dan
Area Penerima Dampak
Ruas Jalan
Kecamatan
Kecamatan
Kokap,
Kokap,
Kecamatan
Kecamatan
Wates,
Tahapan/ Wates,
DPH Lokasi Kecamatan Kabupaten
Kegiatan Kecamatan
Kegiatan Temon, Kulon Progo
Temon,
Kecamatan
Kecamatan
Pengasih, dan
Pengasih, dan
Kecamatan
Kecamatan
Panjatan
Panjatan
Pengoperasian Terciptanya
Basecamp Peluang
Berusaha
Peningkatan
Limbah Cair
Domestik
Peningkatan
Limbah Padat
Domestik
5. Gangguan
Pembangunan Aktivitas
Gate 3 Bandar Udara
Peningkatan
Kebisingan

6. Gangguan
Commissioning Aktivitas
Bandar Udara
C. Tahap Operasi
1. Rekrutmen Terciptanya
tenaga kerja Kesempatan
Kerja
Peningkatan
Pendapatan
Keresahan
Masyarakat
2. Kegiatan Peningkatan
Operasional Kebisingan
Gate 3 Peningkatan
Limbah Cair
Domestik
Peningkatan
Limbah Padat
Domestik
Area Penerima Dampak
Ruas Jalan
Kecamatan
Kecamatan
Kokap,
Kokap,
Kecamatan
Kecamatan
Wates,
Tahapan/ Wates,
DPH Lokasi Kecamatan Kabupaten
Kegiatan Kecamatan
Kegiatan Temon, Kulon Progo
Temon,
Kecamatan
Kecamatan
Pengasih, dan
Pengasih, dan
Kecamatan
Kecamatan
Panjatan
Panjatan
Penurunan
Kualitas Air
Peningkatan
Air Larian
Terciptanya
Peluang
Berusaha
3. Pemeliharaan Peningkatan
Fasilitas Bandar Limbah Cair
Udara Domestik
Jumlah 14 13 0 0

Berdasarkan Tabel 4.5, maka dapat diidentifikasi area-area yang perlu mendapatkan
perhatian penting (area concern) adalah sebagai berikut:

A. Tahap Pra-Konstruksi
1. Area di Lingkungan Kecamatan Kokap, Kecamatan Wetas, Kecamatan
Temon, Kecamatan Pengasih, dan Kecamatan Panjatan sebagai penerima
dampak:
a. Adanya Keresahan masyarakat pada tahapan survei dan investigasi
b. Adanya Keresahan masyarakat pada kegiatan sosialisasi rencana
kegiatan
c. Adanya Gangguan Kamtibmas pada kegiatan sosialisasi rencana
kegiatan
B. Tahap Konstruksi
1. Area di lokasi kegiatan, sebagai penerima dampak:
a. Adanya Penurunan kualitas udara pada kegiatan mobilitas tenaga
kerja, bahan, dan peralatan
b. Adanya peningkatan kebisingan pada kegiatan mobilitas tenaga
kerja, bahan, dan peralatan
c. Adanya Peninkatan Air larian pada kegiatan persiapan lahan
d. Adanya peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan
pembangnan dan pengoperasian basecamp
e. Adanya peningkatan limbah padat domestik pada kegiatan
pembangunan dan pengoperasian basecamp
f. Adanya gangguan aktivitas bandar udara pada pembangunan gate 3
g. Adanya peningkatan kebisingan pada kegiatan pembangunan gate 3
2. Area di Lingkungan Kecamatan Kokap, Kecamatan Wetas, Kecamatan
Temon, Kecamatan Pengasih, dan Kecamatan Panjatan sebagai penerima
dampak:
a. Adanya terciptanya kesempatan kerja pada kegiatan rekuritmen
tenaga kerja
b. Adanya peningkatan pendapatan pada kegiatan rekruitmen tenaga
kerja
c. Adanya keresahan masyarakat pada kegiatan rekuritmen tenaga
kerja
d. Adanya keresahan masyarakat pada kegiatan mobilitas tenaga
kerja, bahan, dan peralatan
e. Adanya keresahan masyarakat pada kegiatan pembangunan dan
pengoperasian basecamp
f. Adanya terciptanya peluang berusaha pada kegiatan pembangunan
dan pengoperasian basecamp
C. Tahap Operasional
1. Area di Lingkungan kegiatan, sebagai penerima dampak:
a. Adanya peningkatan kebisingan pada kegiatan operasional gate 3
b. Adanya peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan operasional
gate 3
c. Adanya peningkatan limbah padat domestik pada kegiatan
operasional gate 3
d. Adanya Penurunan kualitas air domestik pada kegiatan operasional
gate 3
e. Adanya peningkatan air larian pada kegiatan operasional gate 3
f. Adanya peningkatan limbah cair domestik pada kegiatan
pemeliharaan fasilitas bandar udara
2. Area di Lingkungan Kecamatan Kokap, Kecamatan Wetas, Kecamatan
Temon, Kecamatan Pengasih, dan Kecamatan Panjatan sebagai penerima
dampak:
a. Adanya terciptanya kesempatan kerja pada kegiatan rekruitmen
tenaga kerja
b. Adanya peningkatan pendapatan pada kegiatan rekruitmen tenaga
kerja
c. Adanya keresahan masyarakat pada kegiatan rekruitmen tenaga
kerja
d. Adanya terciptanya peluang berusaha pada kegiatan operasional
gate 3
4.2 Telaahan terhadap Pengelolaan Lingkungan
4.2.1 Arahan Pengelolaan Lingkungan
Telaahan dampak penting hipotetik sebagai dasar pengelolaan ini merupakan
penyampaian arahan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan berdasarkan
hasil evaluasi dampak penting. Arahan pengelolaan lingkungan hidup terhadap
dampak penting seperti pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dampak Penting Arahan Pengelolaan Lingkungan
Tahap Pra Konstruksi
1. Keresahan Masyarakat - Pengumuman secara terbuka
terhadap proses dan mekanisme
rekruitmen tenaga kerja
- Perlakuan yang sama kepada semua
pekerja
- Bekerjasama dengan aparat setempat
(tokoh adat, keamanan setempat, dan
kepala distrik) dalam proses
koordinasi dan pendekatan kepada
masyarakat
2. Peningkatan Kebisingan - Pengaturan operasional kendaraan
dan alat mesin untuk pembebasan
lahan
- Mengatur jadwal mobilisasi
kendaraan untuk pembebasan lahan
3. Gangguan Kamtibmas - Berkoordinasi dengan aparat
keamanan setempat, bahwa akan
dilakukan pembangunan
Tahap Konstruksi
1. Terciptanya Kesempatan Kerja - Memprioritaskan tenaga kerja lokal
yang memenuhi kualifikasi dan
persyaratan teknis yang dibutuhkan
- Mekanisme rekruitmen tenaga kerja
secara transparan
- Membangun dan meningkatkan
hubungan serta jalinan komunikasi
yang lebih baik dengan masyarakat
2. Peningkatan Pendapatan - Peningkatan pelayanan kepada warga
untuk membangun tempat usaha
untuk masyarakat dengan
menyediakan tempat di sekitar
bandar udara
- Menjalin hubungan dan kerjasama
yang baik dengan masyarakat di
sekitar lokasi proyek
- Membangun kerjasama dengan
beberapa usaha yang telah berdiri di
sekitar proyek sebagai penyedia
Dampak Penting Arahan Pengelolaan Lingkungan
kebutuhan aktivitas pembangunan
3. Keresahan Masyarakat - Memprioritaskan tenaga kerja lokal
dengan tetap memperhatikan tingkat
keahlian tenaga kerja pada kegiatan
pembangunan gedung, jalan, dan
sarana dan prasarana
- Pengumuman secara terbuka
terhadap proses dan mekanisme
rekruitmen tenaga kerja
- Perlakuan yang sama kepada semua
pekerja
4. Penurunan Kualitas Udara - Memasang jala pada lokasi
pembangunan untuk meminimalisir
terjadinya ceceran material konstruksi
- Penanaman pohon di sekitar
pembangunan bandar udara untuk
mengurangi pencemaran udara
5. Peningkatan Kebisingan - Pengaturan operasional kendaraan
dan alat mesin
- Mengatur jadwal mobilisasi
kendaraan untuk pembebasan lahan
- Melakukan penanaman pohon untuk
mengurangi tingkat kebisingan
6. Peningkatan Air Larian - Membuat saluran parit untuk air
larian
7. Terciptanya Peluang Berusaha - Peningkatan pelayanan kepada warga
untuk membangun tempat usaha
untuk masyarakat dengan
menyediakan tempat di sekitar
bandar udara
- Membangun kerjasama dengan
beberapa usaha yang telah berdiri di
sekitar proyek sebagai penyedia
kebutuhan aktivitas pembangunan
8. Peningkatan Limbah Cair Domestik - Pemeliharaan unit bangunan air
terutama pada saluran pembauangan
air limbah sesuai dengan SOP dan
ketentuan teknis yang dipersyaratkan
- Memberikan himbauan pada
masyarakat, khususnya masyarakat
yang ada di daerah hilir sungai untuk
menyampaikan informasi jika terjadi
pencemaran air sungai
- Pemenuhan penggunaan lahan
sebagai RTH
Dampak Penting Arahan Pengelolaan Lingkungan
- Pemanfaatan ulang air yang dihasilkan
dari pengolahan air limbah
9. Peningkatan Limbah Padat Domestik - Menerapkan 3R (Recycle, Reuse,
Reduce) pada saat pembangunan
- Menyortir limbah B3 agar tidak
mencemari lingkungan sekitar
- Menghubungi TPS terdekat untuk
membuang sampah konstruksi
10. Gangguan Aktivitas Bandar Udara - Memberitahu pengguna bandar udara
jikalau adanya pembangunan
konstruksi
11. Kerusakan Jalanan - Perbaikan jalanan secepatnya
- menghubungi kontraktor jalanan jika
ada jalan yang rusak akibat kegiatan
konstruksi
12. Gangguan Lalu Lintas Darat - Menghubungi DISHUB daerah bandar
udara
Tahap Operasi
1. Terciptanya Kesempatan Kerja - Memprioritaskan tenaga kerja lokal
yang memenuhi kualifikasi dan
persyaratan teknis yang dibutuhkan
- Mekanisme rekruitmen tenaga kerja
secara transparan
- Membangun dan meningkatkan
hubungan serta jalinan komunikasi
yang lebih baik dengan masyarakat
2. Peningkatan Pendapatan - Peningkatan pelayanan kepada warga
untuk membangun tempat usaha
untuk masyarakat dengan
menyediakan tempat di sekitar
bandar udara
- Menjalin hubungan dan kerjasama
yang baik dengan masyarakat di
sekitar lokasi proyek
- Membangun kerjasama dengan
beberapa usaha yang telah berdiri di
sekitar proyek sebagai penyedia
kebutuhan aktivitas pembangunan
3. Keresahan Masyarakat - Memprioritaskan tenaga kerja lokal
dengan tetap memperhatikan tingkat
keahlian tenaga kerja pada kegiatan
pembangunan gedung, jalan, dan
sarana dan prasarana
- Pengumuman secara terbuka
terhadap proses dan mekanisme
Dampak Penting Arahan Pengelolaan Lingkungan
rekruitmen tenaga kerja
- Perlakuan yang sama kepada semua
pekerja
4. Peningkatan Kebisingan - Pengaturan operasional kendaraan
dan alat mesin
- Mengatur jadwal mobilisasi
kendaraan untuk pembebasan lahan
- Melakukan penanaman pohon untuk
mengurangi tingkat kebisingan
5. Peningkatan Limbah Cair Domestik - Pemeliharaan unit bangunan air
terutama pada saluran pembuangan
air limbah sesuai dengan SOP dan
ketentuan teknis yang dipersyaratkan
- Memberikan himbauan pada
masyarakat, khususnya masyarakat
yang ada di daerah hilir sungai untuk
menyampaikan informasi jika terjadi
pencemaran air sungai
6. Peningkatan Limbah Padat Domestik - Menerapkan 3R (Recycle, Reuse,
Reduce) pada saat pembangunan
- Menyortir limbah B3 agar tidak
mencemari lingkungan sekitar
- Menghubungi TPS terdekat untuk
membuang sampah konstruksi
7. Penurunan Kualitas Air - Penerapan rainwater harvesting untuk
pemanfaatan air hujan
- Koordinasi dan kerjasama dengan BLH
daerah dan provinsi dalam
melaksanakan pengelolaan kualitas
air
- Pembuatan tempat saran untuk
menjaring pengaduan dari masyarakat
8. Peningkatan Air Larian - Membuat saluran parit untuk air
larian
9. Terciptanya Peluang Berusaha - Peningkatan pelayanan kepada warga
untuk membangun tempat usaha
untuk masyarakat dengan
menyediakan tempat di sekitar
bandar udara
- Membangun kerjasama dengan
beberapa usaha yang telah berdiri di
sekitar proyek sebagai penyedia
kebutuhan aktivitas pembangunan
4.2.2 Arahan Pemantauan Lingkungan
Sesuai dengan jenis dampak penting yang harus dilakukan pengelolaan sesuai
dengan hasil evaluasi dampak, maka perlu disusun arahan pemantauan lingkungan
terhadap pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan. Arahan pemantauan
lingkungan hidup terhadap dampak penting seperti pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Arahan Pemantauan Lingkungan
Dampak Penting Arahan Pemantauan Lingkungan
Tahap Pra Konstruksi
1. Keresahan Masyarakat - Memantau permasalahan yang
berkembang mengenai Pra
konstruksi gate 3 Bandar Udara YIA,
adanya ketidakpuasan dari warga
selama berjalannya survei,
pengadaan evaluasi setiap 6 bulan
sekali selama masa pra konstruksi
2. Peningkatan Kebisingan - Memantau kegiatan yang
menimbulkan kebisingan akibat
adanya kegiatan pembebasan
lahan
- Lokasi pemantauan kebisingan
dilakukan di titik sumber
kebisingan dan pemukiman
terdekat dengan lokasi
pembebasan lahan
3. Gangguan Kamtibmas - Memantau cakupan yang dilakukan
Kamtibmas agar tidak mengganggu
kegiatan pra konstruksi
Tahap Konstruksi
1. Terciptanya Kesempatan Kerja - Memantau masyarakat yang
menjadi kontraktor pada konstruksi
gate 3 Bandar Udara YIA. Dan
melakukan evaluasi sebanyak 1
bulan sekali selama
berlangsungnya konstruksi
2. Peningkatan Pendapatan - Memantau kegiatan ekonomi
masyarakat lokal (perdagangan
barang dan jasa) yang ada di Desa
Glagah dan dilaksanakan evaluasi
selama 1 bulan sekali
3. Keresahan Masyarakat - Memantau permasalahan yang
berkembang mengenai konstruksi
gate 3 Bandar Udara YIA, adanya
ketidakpuasan dari warga selama
berjalannya konstruksi, pengadaan
evaluasi setiap 1 bulan sekali
selama masa konstruksi
4. Penurunan Kualitas Udara - Memantau parameter udara sesuai
Dampak Penting Arahan Pemantauan Lingkungan
dengan mutu lingkungan yang
dipersyaratkan (PP Nomor 41
Tahun 1999) di titik konstruksi dan
dilakukan evaluasi 1 bulan sekali
5. Peningkatan Kebisingan - Memantau kegiatan yang
menimbulkan kebisingan akibat
adanya kegiatan pembebasan
lahan
- Lokasi pemantauan kebisingan
dilakukan di titik sumber
kebisingan dan pemukiman
terdekat dengan lokasi
pembebasan lahan
6. Peningkatan Air Larian - Memantau daerah yang terdampak
air luaran dan dilakukan
pembuatan parit
7. Terciptanya Peluang Berusaha - Memantau kegiatan yang bisa
menguntungkan warga dari segi
ekonomi di daerah konstruksi dan
dilakukan evaluasi 1 bulan sekali
8. Peningkatan Limbah Cair Domestik - Memantau limbah apa saja yang
dihasilkan dari tahap konstruksi
setiap 1 bulan sekali selama tahap
konstruksi
- MEmantau debit air yang
digunakan sebagai sumber
pemakaian air setiap 1 bulan sekali
9. Peningkatan Limbah Padat Domestik - Memantau limbah apa saja yang
dihasilkan dari tahap konstruksi
setiap 1 bulan sekali selama tahap
konstruksi
- Memantau pembuangan limbah
padat dan B3 dari tahap konstruksi
apa sudah sesuai dengan PP Nomor
21 Tahun 2021 selama 1 bulan
sekali
10.Gangguan Aktivitas Bandar Udara - Memantau kegiatan bandar udara
selama tahap konstruksi setiap 1
bulan sekali
Tahap Operasi
1. Terciptanya Kesempatan Kerja - Memantau masyarakat yang
menjadi kontraktor pada konstruksi
gate 3 Bandar Udara YIA. Dan
melakukan evaluasi sebanyak 1
bulan sekali selama
Dampak Penting Arahan Pemantauan Lingkungan
berlangsungnya konstruksi
2. Peningkatan Pendapatan - Memantau kegiatan ekonomi
masyarakat lokal (perdagangan
barang dan jasa) yang ada di Desa
Glagah dan dilaksanakan evaluasi
selama 6 bulan sekali
3. Keresahan Masyarakat - Memantau permasalahan yang
berkembang mengenai operasi
gate 3 Bandar Udara YIA, adanya
ketidakpuasan dari warga selama
berjalannya konstruksi, pengadaan
evaluasi setiap 6 bulan sekali
selama masa operasi
4. Peningkatan Kebisingan - Memantau kegiatan yang
menimbulkan kebisingan akibat
adanya kegiatan pembebasan
lahan
- Lokasi pemantauan kebisingan
dilakukan di titik sumber
kebisingan dan pemukiman
terdekat dengan lokasi
pembebasan lahan
5. Peningkatan Limbah Cair Domestik - Memantau limbah apa saja yang
dihasilkan dari tahap konstruksi
setiap 6 bulan sekali selama tahap
operasi
- MEmantau debit air yang
digunakan sebagai sumber
pemakaian air setiap 6 bulan sekali
i6. Peningkatan Limbah Padat Domestik - Memantau limbah apa saja yang
dihasilkan dari tahap konstruksi
setiap 6 bulan sekali selama tahap
operasi
- Memantau pembuangan limbah
padat dan B3 dari tahap konstruksi
apa sudah sesuai dengan PP Nomor
21 Tahun 2021 selama 6 bulan
sekali
7. Penurunan Kualitas Air - Memantau parameter dari air
apakah sudah sesuai dengan PP
No. 82 Tahun 2001 dan dilakukan
evaluasi selama 6 bulan sekali
selama tahap operasi
- Memantau jenis limbah yang
dihasilkan dari kegiatan operasi
Dampak Penting Arahan Pemantauan Lingkungan
setiap 6 bulan sekali
8. Peningkatan Air Larian - Memantau daerah yang terdampak
air luaran dan dilakukan
pembuatan parit
9. Terciptanya Peluang Berusaha - Memantau kegiatan yang bisa
menguntungkan warga dari segi
ekonomi di daerah konstruksi dan
dilakukan evaluasi 6 bulan sekali

4.3 Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup


Kelayakan lingkungan adalah menyatakan dengan jelas apakah suatu proyek atau
kegiatan layak lingkungan berdasarkan hasil penilaian dampak dan arahan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan. Dampak suatu proyek atau kegiatan, baik positif maupun
negatif, harus dikelola sedemikian rupa sehingga dampak negatifnya dapat dimaksimalkan
semaksimal mungkin. Dalam pelaksanaannya, segala dampak harus dikelola agar dampak
terhadap lingkungan terpantau sehingga pelaksanaan pembangunan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis prakiraan dampak penting dan hasil prakiraan dan evaluasi
dampak, maka kegiatan Pembangunan Bandar Udara YIA dapat dinilai layak dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Rencana Tata Ruang Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan
Berdasarkan aspek kesesuaian tata ruang, lokasi kegiatan pembangunan jalan
baru yang dilakukan oleh pemrakarsa telah memiliki kesesuaian dengan PERPRES
No. 98 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Bandar
Udara Baru di Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Aspek Kebijakan di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


serta Sumber Daya Alam
Penyusunan Dokumen AMDAL Rencana Pengembangan Gate 3 Bandar Udara
Yogyakarta International Airport dilakukan sebagai pelaksanaan amanat yang
tertuang dalam, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor SK 557/Menlhk/Setjen/PLA4/10/2017 tentang Kelayakan Lingkungan Hidup
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandar Udara New Yogyakarta International
Airport di Desa Palihan, Desa Glagah, Desa Jangkaran, Desa Sindutan, Desa
Kebonrejo, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta oleh PT Angkasa Pura I (PERSERO).
Dalam upaya pengelolaan dan pemantauan dampak, pemrakarsa telah mengacu
dan mengikuti peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya alam yang meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
c. Perarutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pembangunan Gate 3 Bandar Udara Yogyakarta International Airport telah
mengikuti kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam, dalam bentuk pengadaan bangunan pengolah limbah cair dan
padat, saluran drainase, membuat akses pesawat ke luar negeri atau masuk ke
dalam negeri, serta upaya pencegahan penurunan kualitas udara (debu dan
kebisingan) sebagai bentuk perlindungan terhadap kawasan di sekitar proyek

3. Aspek Kepentingan Pertahanan dan Keamanan


Kegiatan Pembangunan Gerbang 3 Bandara Internasional Yogyakarta di kawasan
dan kepentingan pertahanan dan keamanan kawasan dan pertahanan dan
keamanan. Lokasi diagram aktivitas juga salah berada dalam posisi mengganggu
kegiatan pertahanan dan keamanan berupa Organ militer Indonesia, kantor polisi,
asrama militer, tempat pelatihan tempur, pangkalan Militer, fasilitas komunikasi
militer, daerah perbatasan dengan pangkalan militer, dan gudang pembuangan
amunisi.

4. Prakiraan Secara Cermat Mengenai Besaran dan Sifat Penting Dampak dari
Aspek Biogeofisik Kimia, Sosial, Ekonomi, Budaya, Tata Ruang, dan
Kesehatan Masyarakat pada Tahap Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi, dan
Pasca Operasi Rencana Kegiatan
Dalam proses penentuan dampak penting dari rencana kegiatan telah dilakukan
prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
geo-fisika-kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, dan operasi. Besaran dampak
ditelaah dengan menentukan besaran dampak dengan adanya proyek dan tanpa
adanya proyek. Dengan demikian dapat diketahui nilai selisih dampak suatu
komponen lingkungan dengan dan tanpa proyek. Penentuan sifat penting dampak
berpedoman pada kriteria dampak penting seperti yang diamanatkan dalam UU Np.
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, berikut
ini merupakan kriterianya:
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
kegiatan
b. Luas wilayah persebaran dampak
c. Lama dan intensitas dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Berdasarkan prakiraan besaran dan sifat dampak penting terhadap aspek fisik
kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat, pemrakarsa
pembangunan jalan baru telah merencanakan upaya pengelolaan dampak sejak
awal serta merencanakan upaya pengelolaan dampak dari hasil berbagai dampak
penting hipotetik berdasarkan hasil prakiraan besaran dan sifat penting dampak,
sehingga semua dampak yang diperkirakan timbul dapat dikelola dengan baik.

5. Hasil Evaluasi secara Holistik terhadap Seluruh Dampak Penting Sebagai


Sebuah Kesatuan yang Saling Terkait dan Saling Mempengaruhi Sehingga
Diketahui Perimbangan Dampak Negatif yang Bersifat Positif dengan yang
Bersifat Negatif
Telah dilakukan evaluasi secara holistik terhadap semua tahapan kegiatan baik
tahap prakonstruksi, konstruksi, dan operasi yaitu berupa:
a. Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi DPH beserta karakteristiknya
b. Komponen rencana kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak
lingkungan
c. Area-area yang perlu mendapatkan perhatian penting (area concern)
Dari proses evaluasi akan diketahui perimbangan terhadap seluruh dampak positif
dan negatif yang timbul.

6. Kemampuan Pemrakarsa Dan/ Atau Pihak Terkait Yang Bertanggung Jawab


Dalam Menanggulangi Dampak Penting Negatif Yang Akan Ditimbulkan Dari
Rencana Kegiatan yang direncanakan Dengan Pendekatan Teknologi, Sosial
Dan Kelembagaan
Pemrakarsa berkomitmen untuk melaksanakan upaya pengelolaan dan
pemantauan terhadap berbagai dampak lingkungan yang diperkirakan terjadi
dengan serangkaian upaya pengelolaan baik dengan pendekatan teknologi,
pendekatan sosial ekonomi, maupun pendekatan institusi yang selanjutnya
dirumuskan secara sistematis dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup RPL.

7. Rencana Kegiatan Tidak Mengganggu Nilai-Nilai Sosial Atau Pandangan


Masyarakat
Kegiatan pembangunan Gate 3 Internasional dinilai tidak mengganggu sifat sosial
masyarakat lokal setempat. Hal ini ditunjukkan dengan sifat ramah dan dapat
beradaptasi warga setempat terhadap pembangunan serta partisipasi masyarakat
supaya proyek pembangunan dapat berjalan lancar. Selain itu, warga setempat
juga dapat menjaga hubungan baik dengan pendatang.

8. Rencana kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/ atau entitas ekologis yang
merupakan :
a. Spesies hampir punah/langka karena tidak ditemukan keberadaan hewan
tersebut di wilayah setempat
b. Nilai ekologis penting dan ilmiah penting karena pembangunan tidak
dilaksanakan di wilayah konservasi dan dilindungi

9. Rencana Kegiatan Tidak Menimbulkan Gangguan Terhadap Rencana Kegiatan


Yang Telah Berada Di Sekitar Rencana Kegiatan
Kegiatan pembangunan Gate 3 Internasional dinilai tidak mengganggu kegiatan
lain yang ada di wilayah setempat. Pembangunan jalan baru justru membuka
peluang kegiatan maupun usaha bagi warga setempat dan menaikkan tingkat
mobilitas ke wilayah lain.

10. Tidak Dilampauinya Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Dari
Lokasi Rencana Kegiatan
Kegiatan pembangunan Gate 3 Bandara YIA dinilai tidak melampaui daya tampung
dan daya dukung lingkungan setempat. Hal ini dikarenakan alih guna lahan
produktif menjadi jalan baru relatif rendah dan masih terdapat wilayah terbuka
lainnya. Selain itu, setelah jalan baru beroperasi, tidak ada limbah spesifik yang
menimbulkan pencemaran berat di lingkungan setempat.
Tabel 4.8 Ringkasan Analisa Dampak Penting
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Tahap Pra Konstruksi
1 Keresahan Masyarakat Kegiatan survey dan investigasi yang dilakukan adalah Besarnya Dampak : 1.Interaksi DPH-01
untuk memberikan bentuk representatif akan Dampak negatif kecil, dengan adanya Dampak akan keresahan masyarakat dari
pengembangan Gate yang akan dilakukan secara aman, sosialisasi pada tahap pra konstruksi kegiatan survey dan investigasi ini menjadi
baik, dan kondusif serta tidak menimbulkan gejolak diperkirakan dapat mengurangi dampak yang mempunyai ruang dan waktu.
sosial dan keresahan. keresahan masyarakat, Sosialisasi juga dilakukan dengan bertujuan
Pentingnya dampak : untuk memperoleh saran, tanggapan, dan
Lebih Penting, karena dampak pendapat masyarakat dan pihak berwenang.
keresahan masyarakat merupakan
dampak yang cepat berbalik

2 Keresahan Masyarakat Kegiatan untuk Sosialiasasi rencana pengembangan Gate Besarnya Dampak : 2. Interaksi DPH-02, DPH-03
Bandar Udara YIA ini merupakan kegiatan untuk mencari Dampak negatif kecil, dengan adanya Dampak dari sosialisasi rencana kegiatan
tahu dari pandangan masyarakat mengenai sosialisasi pada tahap pra konstruksi pembangunan Gate 3 Internasional
pembangunan ini. Interaksi yang dilakukan adalah diperkirakan dapat mengurangi Bandar Udara YIA yaitu adanya
dengan cara sosialiasi adil dan menjunjung tinggi norma keresahan masyarakat, keresahan masyarakat. Sosialisasi
sosial yang berlaku. Kondisi pembebasan dan penyiapan Pentingnya dampak : rencana kegiatan ini bertujuan untuk
lahan ini cenderung kecil tanpa konfik dan tentram Lebih Penting, karena dampak memberitahukan ke masyarakat bahwa
akan adanya pembangunan Gate 3
keresahan masyarakat merupakan
Internasional di Bandar Udara YIA.
dampak yang cepat berbalik
Kegiatan sosialisasi tersebut dapat
memunculkan keresahan masyarakat
yang perlu ditindaklanjuti dalam
3 Gangguan Kamtibmas Kegiatan Sosialisasi rencana kegiatan merupakan Besarnya Dampak : penanganan dampak. Kemudian
pemberitahuan ke masyarakat bahwasannya akan ada Bila ditinjau dari segi Sosial dampak sosialisasi memunculkan potensi dampak
pembangunan. Dampak ini muncul karena berupa terjadinya Gangguan gangguan dari Kamtibmas daerah
ketidaksetujuan masyarakat terhadap lahannya yang Kamtibmas akibat kegiatan tersebut, dengan adanya potensi tersebut,
akan dipakai sebagai pengembangan Gate 3. sosialisasi rencana kegiatan adalah maka perlu ditindaklanjuti dalam
bersifat negatif (-) karena apabila penanganan dampak.
tidak terkelola dengan baik dapat
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
menghambat pelaksanaan kegiatan
selanjutnya.
Pentingnya dampak :
dampak berupa Gangguan
Kamtibmas yang terjadi pada tahap
pra konstruksi dari kegiatan
sosialisasi merupakan dampak
negatif penting
Tahap Konstruksi
1 Terciptanya Kesempatan Adanya pengembangan Bandar Udara ini mengakibatkan Besarnya Dampak: 3. Interaksi DPH-04, DPH-05, DPH-06
Kerja dampak positif bagi masyarakat karena adanya Dampak berupa terciptanya Dampak Terciptanya Kesempatan Kerja
kesempatan kerja yang muncul selama tahap konstruksi. kesempatan kerja akibat kegiatan (DPH-04) dan Peningkatan Pendapatan
Jumlah pengangguran di wilayah pengembangan yaitu di penerimaan tenaga kerja konstruksi (DPH-05) pada kegiatan konstruksi dapat
Desa Glagah berjumlah 9.920 orang, dengan jumlah merupakan dampak yang bersifat diharapkan. Kondisi tersebut dapat
tenaga konstruksi yang dibutuhkan yaitu sebesar 500 positif. Dampak terciptanya dimanfaatkan oleh pihak konstruksi
pembangunan untuk merekrut tenaga
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi jumlah kesempatan kerja merupakan
kerja konstruksi. Dengan adanya
pengangguran di sekitar wilayah tersebut. dampak primer yang dapat
rekrutmen tenaga kerja untuk proses
mengakibatkan timbulnya dampak
konstruksi, tidak memungkinkan bahwa
sekunder berupa peningkatan
adanya Keresahan Masyarakat (DPH-06)
pendapatan. Kebutuhan pekerja yang dapat timbul karena tidak semua
operasi sebanyak sebanyak 2600 masyarakat akan direkrut untuk menjadi
Pentingnya Dampak: tenaga kerja konstruksi. Maka dari itu,
dampak Terciptanya Kesempatan potensi dampak dari kegiatan Rekrutmen
Kerja menjadi Dampak Positif Tenaga Kerja perlu ditindaklanjuti dalam
Penting penanganan dampak.
2 Peningkatan Pendapatan Perekrutan tenaga kerja pada tahap konstruksi sebanyak Besar Dampak:
500 orang dan jumlah pengangguran di Desa Glagah Dengan adanya pengembangan
9.920 orang. maka dengan adanya hal tersebut bandar udara yang akan berdampak
akan memberikan peningkatan pendapatan bagi peningkatan pendapatan terutama
2600 orang yang diterima menjadi tenaga kerja
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
pada masyarakat di sekitar lokasi
pembangunan Gate 3. Jumlah
tenaga kerja yang diperlukan untuk
pengembangan pada tahap
konstruksi sebanyak 2600 orang
dengan berbagai spesifikasi.
Rekrutment tenaga kerja dilakukan
di daerah yang langsung terkena
dampak dari proses pengembangan
bandar udara yang berkerjasama
dengan aparatur desa/kelurahan
setempat.
Pentingnya Dampak:
dampak Peningkatan Pendapatan
akibat pembangunan proyek
tersebut merupakan dampak positif
3 Keresahan Masyarakat Keresahan masyarakat timbul karena kekhawatiran Besar Dampak:
terhadap terbatasnya tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu Pada kegiatan rekruitmen tenaga
sebanyak 2600 orang dan tidak semua masyarakat kerja konstruksi ini akan
sekitar lokasi terserap menjadi tenaga kerja serta menimbulkan keresahan masyarakat,
khawatir penerimaan tenaga kerja untuk masayarakat hal ini timbul dikarenakan tidak
sekitar tidak di prioritaskan di karenakan persayratan semua tenaga kerja lokal akan
yang diberikan untuk rencana pengembangan Bandar dilibatkan dalam tahap konstruksi.
Udara. Hal ini di disebabkan tingkat
penddikan atau proses seleksi yang
ketat.
Pentingnya Dampak:
Sifat dampak berupa terciptanya
kesempatan kerja pada tahap
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
konstruksi akibat adanya kegiatan
rekruitmen tenaga kerja pada masa
konstruksi ini merupakan dampak
yang bersifat positif
4 Penurunan Kualitas Penyiapan lahan untuk area pengembangan Bandar Besar Dampak: 4. Interaksi DPH-07, DPH-08, DPH-09
Udara Udara yang telah dibebaskan dilakukan setelah Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi Dampak penurunan kualitas udara
masyarakat membongkar sendiri bangunan dan aset material dan alat melalui dua jalur (DPH-07) disebabkan karena adanya
lainya selain itu sebelum melakukan pembongkaran transportasi yaitu mobilisasi material pemerataan lahan, mobilisasi,
bangunan dan perataan bangunan lahan tersebut konstruksi dan alat dilakukan melalui penggunaan alat berat, dan sejenisnya.
dipagari dan berada pada area terbatas. Berdasarkan jalur darat. Kegiatan pengadaan alat Parameter yang digunakan untuk
memprakirakan dampak terjadinya
hasil Pengukuran monitoring Tahun 2015 semester II dan material ini berlangsung selama
penurunan kualitas udara adalah
kualitas udara masih memenuhi baku mutu PP RI Tahun masa konstruksi,dengan pelaksanaan
peningkatan kadar debu. Berdasarkan
41 Tahun 1999. Kegiatan penyiapan lahan ini juga yang lebih intensif pada tahun
hasil prakiraan dampak diketahui bahwa
berlangsung hanya sementara dan dilakukan secara pertama.
kualitas udara telah melewati batas baku
bertahap. Pentingnya Dampak: mutu kualitas udara. Selain itu kegiatan
Alat berat yang dioperasionalkan pemerataan lahan, mobilisasi,
pada tahap konstruksi akan penggunaan alat berat, dan sejenisnya
menimbulkan meningkatnya kadar dapat menyebabkan dampak peningkatan
emisi dalam udara. Diprakirakan kebisingan. Kemudian dampak dari
akan meningkatkan debu, CO, SOx penyiapan lahan dapat menimbulkan air
dan NOx pada udara ambien. larian. Maka dari itu, potensi dampak dari
Berdasarkan sifatnya, dampak kegiatan Mobilisasi Tenaga kerja,
penurunan kualitas udara berupa Peralatan, dan Bahan dan Penyiapan
peningkatan kadar debu, CO, SOx lahan perlu ditindaklanjuti dalam
dan NOx merupakan dampak negatif penanganan dampak.
5 Peningkatan Kebisingan Kegiatan konstruksi menggunakan alat berat yang Besar Dampak:
berpotensi menimbulkan kebisingan. Kegiatan tersebut Kegiatan pengembangan Gate 3
berada pada kawasan bandar udara dan termasuk dalam bandara YIA juga diperkirakan akan
kawasan kebisingan tingkat 3 yaitu > 80 dB(A) dan menimbulkan dampak penting
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
dipengaruhi juga oleh kebisingan dari lalu lintas berupa peningkatan kebisingan, yang
disekitarnya, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak apabila tidak dilakukan penanganan
signifikan. yang baik akan menimbulkan
dampak turunan berupa keresahan
masyarakat terhadap kegiatan
konstruksi
Pentingnya Dampak:
Berdasarkan besar dampak maka
dampak peningkatan kebisingan
merupakan dampak negatif.
6 Peningkatan Air Larian Dengan adanya penyiapan lahan dan akan Besar Dampak:
mempengaruhi kondisi media untuk aliran air serta Dampak penting hipotetik
berkurangnya tutupan lahan sebagai daerah resapan air peningkatan air larian pada tahap
karena hilangnya pepohonan, tutupan lahan dan konstruksi terjadi pada kegiatan
pemadatan atau perbaikan stuktur tanah yang dapat Penyiapan Lahan.
menyebabkan limpasan air meningkat ketika musim Pentingnya Dampak:
hujan. Apabila tidak tertangani dengan baik maka dapat Dampak timbulnya air larian akibat
menimbulkan banjir dari kegiatan penyiapan lahan,
pembersihan dan pematangan lahan
pada tahap konstruksi. Berdasarkan
sifat dampak maka dampak
timbulnya air larian merupakan
dampak negatif karena merugikan
lingkungan. Jika dampak tidak
dikelola maka dapat menjadi
hambatan bagi proyek.
7 Keresahan Masyarakat Keresahan masyarakat ini muncul pada tahap kegiatan Besar Dampak: 5. Interaksi DPH-10, DPH-11, DPH-12,
pembangunan dan pengoperasian base camp karena Pada kegiatan tersebut akan DPH-13, DPH-14, DPH-15
adanya pekerja dari luar daerah yang menetap menimbulkan keresahan masyarakat Dampak yang dapat ditimbulkan dari
kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
sementara di base camp dimana pekerja tersebut tidak dikarenakan banyaknya perkerja Basecamp dan Pembangunan Gate 3 Terminal
memahami keadaan atau tatanan sosial masyarakat di yang tinggal di base camp dengan Internasional dalam waktu 3 bulan akan
sekitar Bandar Udara sehingga menimbulkan keresahan asumsi tenaga kerja yang berkerja menimbulkan Peningkatan Limbah Cair
masyarakat. yaitu 2.600 pekerja. Dengan Domestik (DPH-12), Peningkatan Limbah
banyaknya tenaga kerja tersebut Padat Domestik (DPH-13). Dampak tersebut
maka aktivitas pada sekitar base terjadi saat bahan material tahap konstruksi
camp akan bertambah dan juga base sudah tidak dipakai kembali dan harus
camp ini beroperasi selama 24 jam dibuang. Alat berat yang digunakan juga dapat
sehingga dapat menimbulkan berpotensi adanya tumpahan bahan bakar
keresahan masyarakat disekitar yang dapat menimbulkan pencemaran air.
wilayah pengembangan yang Kemudian kegiatan konstruksi ini juga dapat
wilayahnya digunakan mobilisasi menimbulkan gangguan aktivitas bandar
para pekerja sehingga masyarakat udara (DPH-14 dan DPH-16) karena melihat
merasa terganggu tahap konstruksi yang dilakukan ini dilakukan
Pentingnya Dampak: saat bandar udara sudah beroperasi. Kegiatan
Berdasarkan uraian di atas maka ini juga dapat menimbulkan peningkatan
dampak terjadinya keresahan kebisingan (DPH-15) yang ditimbulkan dari
masyarakat menjadi dampak negatif alat berat yang digunakan dalam proses
tidak penting konstruksi. Kegiatan ini juga dapat
menimbulkan keresahan masyarakat (DPH-10)
karena dapat menimbulkan persepsi negatif
dari masyarakat. Akan tetapi, Kegiatan ini
berdampak positif ke masyarakat karena akan
terciptanya peluang berusaha (DPH-11). Maka
dari itu, potensi dampak dari kegiatan
Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp
dan Pemabngunan Gate 3 Internasional perlu
ditindaklanjuti dalam penanganan dampak.
8 Terciptanya Peluang Ini adalah dampak positif yang perlu dikembangkan. Besar Dampak:
Berusaha Adanya pembangunan dan pengoperasian base camp ini Dampak terciptanya peluang
mengakibatkan dampak positif bagi masyarakat karena berusaha ini akibat pembangunan
adanya pekerja ± 2600 orang di Bandar Udara selama dan pengoperasian base camp
masa konstruksi, sehingga masyarakat disekitar lokasi merupakan dampak yang muncul
dapat membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan karena adanya perkerja konstruksi
pekerja. yang menetap sementara di lokasi
proyek, dimana akan berpengaruh
positif berupa munculnya usaha,
warung-warung untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja konstruksi
Pentingnya Dampak:
dampak berupa terciptanya peluang
berusaha yang terjadi pada tahap
konstruksi dari kegiatan
Pembangunan dan pengoperasian
base camp merupakan dampak
Positif Penting
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
9 Peningkatan Limbah Cair Peningkatan limbah cair domestik ini diakibatkan karena Besar Dampak:
Domestik adanya aktivitas pekerja di base camp, namun aktivitas Peningkatan limbah cair domestik
pekerja di base camp bersifat sementara dan limbah cair ditimbulkan dari kegiatan
domestik akan di alirkan menuju IPAL yang saat ini pembangunan base camp. Limbah
mempunyai kapasitas 6.470 m3 /hari, akan tetapi pada yang berasal dari tenaga kerja yang
saat ini kapasitas IPAL limbah telah mencapai batas sedang melakukan kegiatan
maksimium pengolahan dimana air limbah yang yang di pengerjaan proyek.
olah yaitu ± 6.270 m3 /hari sehingga apabila Pentingnya Dampak:
ditambahkan limbah cair dari kegiatan perkerja Dampak Peningkatan Limbah Cair
konstruksi dimana 2600 tenaga kerja menghasilkan Domestik merupakan dampak
limbah cair sebesar 156 m3 /hari (Asumsi Penggunaan negatif yang berpotensi untuk
air limbah 100 L/orang/hari dengan limbah cair yang menimbulkan dampak turunan
dihasilkan 60 % dari penggunaan air bersih) maka air negatif. Dampak penurunan kualitas
limbah yang akan di olah menjadi 6.426 m3 /hari air permukaan merupakan dampak
Negatif Penting
10 Peningkatan Limbah Peningkatan limbah padat domestik ini diakibatkan Besar Dampak:
Padat Domestik karena adanya aktivitas pekerja di base camp, namun Peningkatan limbah padat domestik
aktivitas pekerja di base camp bersifat sementara dan ditimbulkan dari kegiatan konstruksi
hanya dilakukan untuk beristirahat. Saat ini sistem pengembangan bandar udara.
pengelolahan sampah domestik dilakukan oleh pihak Limbah yang berasal dari tenaga
ketiga yang mempunyai izin dan pihak pemrakarsa kerja yang sedang melakukan
sendiri dengan cara incenerasi limbah padat domestik kegiatan pengerjaan proyek.
Pentingnya Dampak:
Peningkatan limbah padat domestik
merupakan dampak Negatif Penting
11 Gangguan Aktivitas Dampak gangguan aktivitas bandar udara oleh adanya Besar Dampak:
Bandar Udara pembangunan runway 3 disebabkan karena adanya Dampak gangguan aktivitas
aktivitas keluar masuknya kendaraan proyek untuk penerbangan terjadi akibat adanya
pengangkutan bahan dan material kegiatan pembangunan fasilitas sisi
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
udara. Kegiatan pembangunan
fasilitas sisi udara ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan
runway capacity serta pembangunan
taxiway dan apron guna menampung
pesawat berbadan lebar. Kegiatan
pembangunan ini secara langsung
akan mengganggu aktivitas bandara
terutama pengaturan lalu lintas
udara, operasi penerbangan,
obstacle pergerakan pesawat.
Pentingnya Dampak:
dampak gangguan aktifitas bandar
udara yang terjadi pada tahap
konstruksi dari pembangunan
fasilitas udara merupakan dampak
negatif penting
12 Gangguan Aktivitas Dampak gangguan aktivitas bandar udara oleh adanya Besar Dampak:
Bandar Udara pembangunan runway 3 disebabkan karena adanya Dampak gangguan aktivitas
aktivitas keluar masuknya kendaraan proyek untuk penerbangan terjadi akibat adanya
pengangkutan bahan dan material kegiatan pembangunan fasilitas sisi
udara. Kegiatan pembangunan
fasilitas sisi udara ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan
runway capacity serta pembangunan
taxiway dan apron guna menampung
pesawat berbadan lebar. Kegiatan
pembangunan ini secara langsung
akan mengganggu aktivitas bandara
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
terutama pengaturan lalu lintas
udara, operasi penerbangan,
obstacle pergerakan pesawat.
Pentingnya Dampak:
dampak gangguan aktifitas bandar
udara yang terjadi pada tahap
konstruksi dari pembangunan
fasilitas udara merupakan dampak
negatif penting
Tahap Operasi
1 Terciptanya Kesempatan Adanya pengembangan Bandar Udara ini mengakibatkan Besarnya Dampak: 6. Interaksi DPH-17, DPH-18, DPH-19
Kerja dampak positif bagi masyarakat karena adanya Dampak berupa terciptanya Dampak terciptanya kesempatan kerja
kesempatan kerja yang muncul selama tahap konstruksi. kesempatan kerja akibat kegiatan (DPH-17) dan peningkatan pendapatan
Jumlah pengangguran di wilayah pengembangan yaitu di penerimaan tenaga kerja operasi (DPH-18) pada rekruitmen tenaga kerja
Desa Glagah berjumlah 9.920 orang, dengan jumlah merupakan dampak yang bersifat dapat berdampak positif ke masyarakat
tenaga konstruksi yang dibutuhkan yaitu sebesar 200 positif. Dampak terciptanya sekitar karena masyarakat yang sedang
menganggur mendapat kesempatan kerja
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi jumlah kesempatan kerja merupakan
dan meningkatkan pendapatnya saat
pengangguran di sekitar wilayah tersebut. dampak primer yang dapat
Gate 3 beroperasi. Akan tetapi, kegiatan
mengakibatkan timbulnya dampak
rekrutmen tenaga kerja dapat
sekunder berupa peningkatan
menimbulkan keresahan warga (DPH-19)
pendapatan. yang tidak direkrut. Maka dari itu, potensi
Pentingnya Dampak: dampak dari kegiatan rekrutmen tenaga
dampak Terciptanya Kesempatan kerja perlu ditindaklanjuti dalam
Kerja menjadi Dampak Positif penanganan dampak.
Penting
2 Peningkatan Pendapatan Perekrutan tenaga kerja pada tahap konstruksi sebanyak Besar Dampak:
2600 orang dan jumlah pengangguran di Desa Glagah Dengan adanya pengembangan
9.920 orang. maka dengan adanya hal tersebut bandar udara yang akan berdampak
akan memberikan peningkatan pendapatan bagi peningkatan pendapatan terutama
200 orang yang diterima menjadi tenaga kerja
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
pada masyarakat di sekitar lokasi
pembangunan Gate 3. Jumlah
tenaga kerja yang diperlukan untuk
pengembangan pada tahap
konstruksi sebanyak 2600 orang
dengan berbagai spesifikasi.
Rekrutment tenaga kerja dilakukan
di daerah yang langsung terkena
dampak dari proses pengembangan
bandar udara yang berkerjasama
dengan aparatur desa/kelurahan
setempat.
Pentingnya Dampak:
dampak Peningkatan Pendapatan
akibat pembangunan proyek
tersebut merupakan dampak positif
3 Keresahan Masyarakat Keresahan masyarakat timbul karena kekhawatiran Besar Dampak:
terhadap terbatasnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan Pada kegiatan rekruitmen tenaga
tidak semua masyarakat sekitar lokasi terserap menjadi kerja konstruksi ini akan
tenaga kerja serta khawatir penerimaan tenaga kerja menimbulkan keresahan masyarakat,
untuk masayarakat sekitar tidak di prioritaskan di hal ini timbul dikarenakan tidak
karenakan persayratan yang diberikan untuk rencana semua tenaga kerja lokal akan
pengembangan Bandar Udara. dilibatkan dalam tahap konstruksi.
Hal ini di disebabkan tingkat
penddikan atau proses seleksi yang
ketat.
4 Peningkatan Kebisingan Kegiatan pengoperasian berada pada kawasan bandar Besar Dampak: 6. Interaksi DPH-20, DPH-21, DPH-22,
udara dan termasuk dalam kawasan kebisingan tingkat 3 Kegiatan pengoperasian Gate 3 DPH-23, DPH-24, DPH-25
yaitu > 80 dB(A) dan dipengaruhi juga oleh kebisingan bandara YIA juga diperkirakan akan Kegiatan operasional gate 3 internasional
dapat menimbulkan dampak negatif
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
dari lalu lintas menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat seperti Peningkatan
berupa peningkatan kebisingan, yang Kebisingan (DPH-20) karena suara pesawat
apabila tidak dilakukan penanganan yang dapat membuat kebisingan di daerah
yang baik akan menimbulkan sekitar operasional. Kemudian dapat
dampak turunan berupa keresahan timbulnya Peningkatan Limbah Cair Domestik
masyarakat terhadap kegiatan (DPH-21) dan Peningkatan Limbah Padat
operasi bandar udara Domestik (DPH-22) karena dengan adanya
Pentingnya Dampak: operasional Gate 3 dapat meningkatkan
Berdasarkan besar dampak maka sumber limbah. Dengan meningkatnya limbah
dampak peningkatan kebisingan cair domestik (DPH-21) akan menimbulkan
merupakan dampak negatif. dampak negatif lainnya yaitu penurunan
5 Peningkatan Limbah Cair Peningkatan limbah cair domestik timbul dari aktivitas Besar Dampak: kualitas air (DPH-23). Kegiatan operasional
Domestik penumpang yang berada di toilet gate 3 dan hotel Peningkatan limbah cair domestik gate 3 juga dapat menimbulkan dampak
airport. Limbah cair domestik dari toilet kemudian ditimbulkan dari kegiatan operasi munculnya air larian (DPH-24). Akan tetapi,
disalurkan pada IPAL dimana saat ini kapasitas gate 3, Limbah yang berasal dari dampak positif dari kegiatan operasional ini
pengolahan IPAL sebesar ± 6470 m3 /hari tenaga kerja yang sedang melakukan dapat memunculkan peluang berusaha
kegiatan operasi dan penumpang (DPH-25) yang akan menaikkan UMKM daerah
atau pengunjung bandar udara. tersebut. Maka dari itu, kegiatan operasional
Pentingnya Dampak: Gate 3 Internasional ini memiliki dampak yang
Dampak Peningkatan Limbah Cair perlu ditindaklanjuti dalam penanganan
Domestik merupakan dampak dampak.
negatif yang berpotensi untuk
menimbulkan dampak turunan
negatif. Dampak penurunan kualitas
air permukaan merupakan dampak
Negatif Penting
6 Peningkatan Limbah Peningkatan limbah padat domestik timbul dari aktivitas Besar Dampak:
Padat Domestik penumpang serta tenaga kerja yang berada di Gate 3 dan Peningkatan limbah padat domestik
Hotel Airport Gate 3. Limbah padat domestik yang ditimbulkan dari kegiatan operasi
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
timbul di Bandar Udara terbagi menjadi 2 kawasan yaitu bandar udara. Limbah yang berasal
sisi darat dan sisi udara. dari tenaga kerja yang sedang
melakukan kegiatan pengerjaan dan
pengunjung atau pengguna bandar
udara.
Pentingnya Dampak:
Peningkatan limbah padat domestik
merupakan dampak Negatif Penting
7 Peningkatan Air Larian Dengan adanya penyiapan lahan dan akan Besar Dampak:
mempengaruhi kondisi media untuk aliran air serta Dampak penting hipotetik
berkurangnya tutupan lahan sebagai daerah resapan air peningkatan air larian pada
karena hilangnya pepohonan, tutupan lahan dan pengoperasian gate 3 terjadi saat
pemadatan atau perbaikan struktur tanah yang dapat hujan atau ada kelebihan air.
menyebabkan limpasan air meningkat ketika musim Pentingnya Dampak:
hujan. Apabila tidak tertangani dengan baik maka dapat Dampak timbulnya air larian akibat
menimbulkan banjir dari kegiatan penyiapan lahan,
pembersihan dan pematangan lahan
pada tahap konstruksi. Berdasarkan
sifat dampak maka dampak
timbulnya air larian merupakan
dampak negatif karena merugikan
lingkungan. Jika dampak tidak
dikelola maka dapat menjadi
hambatan bagi proyek.
8 Penurunan Kualitas Air Gangguan biota perairan merupakan dampak turunan Besar Dampak:
dari dampak penurunan kualitas air permukaan, akan Kegiatan pengoperasian fasilitas
tetapi air buangan yang sudah diolah dibuang pada kali darat diprakirakan akan
perancis (kanal) yang merupakan saluran khusus yang menimbulkan dampak terhadap
digunakan untuk pengaliran air buangan bandar udara ke menurunnya kualitas air permukaan,
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
laut. khususnya akan meningkatkan
padatan tersuspensi (TSS) dan
pelumpuran di badan air penerima.
Hal ini disebabkan karena tingginya
runoff pada saat musim hujan
sehingga akan menyebabkan
perubahan kestabilan tanah dan
perubahan laju erosi. Dampak erosi
apabila terbawa ke perairan umum
akan menyebabkan pelumpuran dan
peningkatan kandungan padatan
tersuspensi (TSS) sehingga akan
mempengaruhi kualitas air.
Pentingnya Dampak:
dampak penurunan kualitas air
permukaan merupakan dampak
negati
9 Terciptanya Peluang Ini adalah dampak positif yang perlu dikembangkan. Besar Dampak:
Berusaha Adanya pengoperasian Gate 3 ini mengakibatkan Dampak terciptanya peluang
dampak positif bagi masyarakat karena adanya pekerja ± berusaha ini akibat dari tahap
2600 orang di Bandar Udara selama masa operasi, pengoperasian gate 3 merupakan
sehingga masyarakat disekitar lokasi dapat membuka dampak yang muncul karena adanya
usaha untuk memenuhi kebutuhan pekerja. pihak bandar udara yang membuka
stand di sekitar gate 3 dimana akan
berpengaruh positif berupa
munculnya usaha, warung-warung
untuk memenuhi kebutuhan para
pekerja operasi
Pentingnya Dampak:
NO DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Perkiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
dampak berupa terciptanya peluang
berusaha yang terjadi pada tahap
operasi gate 3 merupakan dampak
Positif Penting
10 Peningkatan Limbah Cair Peningkatan limbah cair domestik timbul dari aktivitas Besar Dampak: 7. Interaksi DPH-26
Domestik penumpang yang berada di toilet gate 3 dan hotel Peningkatan limbah padat domestik Kegiatan Pemeliharaan Fasilitas Bandar
airport. Limbah cair domestik dari toilet kemudian ditimbulkan dari kegiatan operasi Udara dapat memiliki dampak yang negatif
disalurkan pada IPAL dimana saat ini kapasitas bandar udara terutama pada terhadap masyarakat yaitu Peningkatan
pengolahan IPAL sebesar ± 6470 m3 /hari pembersihan fasilitas bandara. Limbah Cair Domestik (DPH-26). Dampak
Limbah yang berasal dari tenaga peningkatan limbah cair domestik terjadi
kerja yang sedang melakukan karena pihak bandar udara akan
kegiatan. menggunakan bahan kimia untuk
Pentingnya Dampak: membersihkan fasilitas bandar udara yang
Peningkatan limbah padat domestik akan mengakibatkan penambahan limbah cair
merupakan dampak Negatif Penting domestik. Maka dari itu, kegiatan
Pemeliharaan Fasilitas Bandar Udara memiliki
dampak yang perlu ditindaklanjuti dalam
penanganan dampak.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati VDA. 2020. Analisis Hubungan Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu
Lintas di Ruas Jalan Wates-Purworejo Kabupaten Kulon Progo. Jurnal
KURTAVEK, 5(1): 123-132.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY. 2017. New Yogyakarta International
Airport (NYIA) “Mewujudkan DIY Sebagai Daerah Tujuan Wisata dan
Budaya Kelas Dunia”. Forum Tematik. Yogyakarta, 27 Maret.
Atmaja YN. 2015. Analisis Dampak Lalu Lintas Kulon Progo. Jurnal Warta Penelitian
Perhubungan, 27(4): 221-233.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. 2021. Kapanewon Temon Dalam Angka.
Kulon Progo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. 2022. Kabupaten Kulon Progo Dalam
Angka. Kulon Progo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo.
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2019. Statistik Lingkungan
Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta 2018/2019. Yogyakarta: Bidang Statistik
Sosial BPS Provinsi D.I. Yogyakarta.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo. 2019. Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LKjIP). Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo. 2020. Profil Kinerja Tahun 2020. Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2021. Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2021. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Widjihatini, Setyawan WA, Riza MS, Raden REN, Iwan N, Asiah, Safrudin, Arief, Rhesa
DR, Ratna K, Endang H, Raden DTP, Aulia NR, Annisa Z, Destara DH,
Sudarmono, Nusa M, Edy N, Dwi AE, Laila Y, Wiranto, Malik B, Mila B,
Achmad R, Romi S, dan Hanum S. 2020. Statistik Kualitas Air, Udara, dan
Tutupan Lahan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. 2014. Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014. Daerah Istimewa Yogyakarta:
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.
Prasetyo HE dan Trijeti. 2020. Analisis Dampak Pembangunan Bandara Udara Yogyakarta
International Airport (YIA) terhadap Kapasitas Jalan Nasional di Kabupaten
Kulon Progo. Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ. Jakarta, 7 Oktober.
Widagdo A, Subagyo P, Agung H, dan Ari S. 2016. Kajian Pendahuluan Kontrol Struktur
Geologi Terhadap Sebaran Batuan-Batuan di Daerah Pegunungan Kulon
Progo-Yogyakarta. Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9.
Yogyakarta, 6-7 Oktober.
Yoga AD dan Prakoso BS. 2018. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan oleh Masyarakat
Kabupaten Kulon Progo (Kasus: Kecamatan Wates dan Kecamatan
Kalibawang). Jurnal Bumi Indonesia: 1-12
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai