WIYAN NUGRAHA
Wiyan Nugraha
NIM J3K214147
RINGKASAN
Kata Kunci : Metode dan Pengukuran Kerja, Waktu Baku, Operator Wire Caging.
MEMPELAJARI METODE DAN PENGUKURAN KERJA
OPERATOR WIRE CAGING PADA WORKSHOP PLANT 1
DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk
MAJALENGKA JAWA BARAT
WIYAN NUGRAHA
Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Keahlian Manajemen Industri
Disetujui oleh
Ir Sari Heviawati, MM
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Wiyan Nugraha
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.2.1 Tujuan Umum 2
1.2.2 Tujuan Khusus 2
1.3 Manfaat 2
1.3.2 Bagi Perusahaan 3
1.3.3 Bagi Perguruan Tinggi 3
1.4 Ruang Lingkup 3
1.4.1 Aspek Umum 3
1.4.2 Aspek Khusus 4
2. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Production Planning and Inventory Control (PPIC) 5
2.2 Aspek Perancangan 5
2.2.1 Perancangan Tata Letak 6
2.2.2 Perancangan Tata Cara Kerja 6
2.2.3 Peta Kerja 6
2.2.4 Ergonomi 7
2.2.5 Ekonomi Gerakan 8
2.3 Pengukuran Kerja dengan Metode Jam Henti 9
2.3.1 Langkah Persiapan Pengukuran Kerja 9
2.3.2 Tahapan Pengukuran Jam Henti 11
2.3.3 Penyesuaian 13
2.3.4 Kelonggaran 17
2.4 Pengukuran Kerja dengan Metode Sampling Pekerjaan 18
2.4.1 Sampling Pendahuluan 18
2.4.2 Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data 18
2.4.3 Perhitungan Jumlah Pengamatan yang diperhitungkan 19
2.5 Aspek Perencanaan 20
2.5.1 Perencanaan produksi 20
2.5.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia 20
2.5.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 20
2.6 Aspek Pengendalian 21
2.6.1 Pengendalian Produksi 21
2.6.2 Pengendalian Mutu 21
2.6.3 Supply Chain Management (SCM) 21
2.6.4 Pengendalian Lingkungan 21
2.6.5 Total Productive Maintenance (TPM) 21
3 TATA LAKSANA PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 23
3.1 Kerangka Kerja 23
3.2 Metode Praktik Kerja Lapang 24
3.3 Jadwal Kegiatan PKL 25
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26
4.1 Keadaan Umum Perusahaan 26
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan 26
4.1.2 Struktur Organisasi 26
4.1.3 Produk yang dihasilkan 27
4.1.4 Proses Produksi 29
4.2 Aspek Perancangan 31
4.2.1 Perancangan Tata Letak 31
4.2.2 Penanganan Bahan 32
4.2.3 Teknik Tata Cara Kerja 32
4.2.4 Identifikasi Masalah dan Solusi Aspek Perancangan 33
4.3 Aspek Perencanaan 33
4.3.1 Perencanaan Produksi 33
4.3.2 Manajemen Sumber Daya Manusia 35
4.3.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 36
4.3.4 Identifikasi Masalah dan Solusi Aspek Perencanaan 36
4.4 Aspek Pengendalian 37
4.4.1 Pengendalian Produksi 37
4.4.2 Total Productive Maintenance (TPM) 37
4.4.3 Pengendalian Mutu 39
4.4.5 Pengendalian Limbah 40
4.4.6 Supply Chain Manajement 41
4.4.7 Identifikasi Masalah dan Solusi Aspek Pengendalian 43
4.5 Topik Khusus Perancangan Tata Cara dan Pengukuran Kerja 44
4.5.1 Ergonomi 44
4.5.2 Pengukuran kerja Operator Wire Caging dengan menggunakan
Metode Work Sampling 47
5 SIMPULAN DAN SARAN 56
5.1 Simpulan 56
5.2 Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN 61
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktik Kerja Lapangan ini adalah bisa
dirasakan oleh mahasiwa, perusahaan dan Perguruan Tinggi. Adapun manfaat
yang diharapkan antara lain :
3
3. Aspek Pengendalian
a. Pengendalian Mutu
b. Supply Chain Management (SCM)
c. Pengendalian Persediaan
d. Penanganan dan Pengendalian Limbah
e. Total Productive Maintenance (TPM)
1.4.2 Aspek Khusus
Ruang lingkup dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini secara khusus
memfokuskan sebuah topik atau permasalahan sebagai topik bahasan dalam
penulisan laporan akhir. Aspek khusus tersebut adalah metode dan pengukuran
kerja dengan materi dibahas adalah:
1. Peta kerja
2. Ergonomika
3. Ekonomi gerakan
4. Pengukuran kerja dengan menggunakan sampling pekerjaan, untuk
mendapatkan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku, serta menentukan
faktor penyesuaian dan kelonggaran.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
horizontal, sehingga paralel satu sama lain, yang satu diatas atau dibawah
yang lainnya. Arah kegiatan dari sebelah kiri menuju ke sebelah kanan,
perubahan kegiatan di gambarkan dengan berubahnya lambang pada tiap Peta
Aliran Proses tersebut.
4. Diagram Aliran
Diagram Aliran merupakan suatu menurut skala, dari susunan lantai dan
gedung, yang menunjukan lokasi semua aktivitas yang terjadi pada Peta
Aliran Proses. Diagram aliran dapat berguna untuk memperbaiki tata letak
tempat kerja
2.2.4 Ergonomi
Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam
merancang suatu sistem kerja.pendekatan khusus dalam disiplin ergonomic ialah
aplikasi sistematis dari segala informasi yang berkaitan dengan karakteristik dan
perilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas, dan lingkungan kerja
yang dipakai.
8
i
̿
k
̿)
√∑( j
̿ ̅
̿ ̅
12
√ ∑ j (∑ j)
∑ j
[ ]
s p
= waktu siklus
= faktor penyesuaian
3. Waktu baku didapatkan dengan rumus:
Wb = Wn ( 1 + i)
Wb = waktu baku
Wn = waktu normal
i = kelonggaran yang diberikan pada pekerja
13
2.3.3 Penyesuaian
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengalikan waktu siklus rata-rata atau
waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian.
Jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja terlalu cepat maka harga p nya
lebih besar dari satu (p>1), jika operator bekerja terlalu lambat maka harga p nya
akan lebih kecil dari satu (p<1), dan apabila operator bekerja dengan wajar maka
harga p nya sama dengan satu (p=1).
Cara menentukan faktor penyesuaian menggunakan cara Westinghouse, cara
tersebut mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan
kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Faktor tersebut antara lain
keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam
kelas–kelas dengan nilainya masing-masing.
1. Keterampilan (skill)
Keterampilan (skill) merupakan kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. Keterampilan dapat ditingkatkan melalui latihan, namun dapat
menurun jika tidak menangani pekerjaan dalam waktu yang lama. Keperluan
penyesuain keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri dari
setiap kelas seperti yang dikemukakan sebagai berikut :
a. Super Skill : secara bawahan cocok sekali dengan pekerjaannya, bekerja
dengan sempurna, tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik,
gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti,
kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin,
perpindahan dari satu elemen ke elemen lain tidak terlampau terlihat
karena kelancarannya, tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan
merencana tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis), secara
umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja
yang baik.
b. Excellent skill : percaya pada diri sendiri, tampak cocok dengan
pekerjaannya, terlihat telah terlatih baik, bekerja teliti dengan tidak banyak
melakukan pengukuran atau pemeriksaan, gerakan-gerakan serta urutan-
urutannya dijalankan tanpa kesalahan, menggunakan peralatan dengan
baik, bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu, bekerjanya cepat tapi
halus, bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
c. Good skill : kualitas hasil baik, bekerjanya tampak lebih baik dari pada
kebanyakan pekerjaan pada umumnya, dapat memberi petunjuk pada
pekerjaan lain yang keterampilannya lebih rendah, tampak jelas sebagai
pekerja yang cakap, tidak memerlukan banyak pengawasan, tidak ada
keraguan-keraguan, bekerjanya stabil, gerakan-gerakannya terkoordinasi
dengan baik, dan gerakan-gerakannya cepat.
d. Average skill : tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri, gerakannya
cepat, terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan, tampak sebagai
pekerja yang cakap, gerakan-gerakannya menunjukkan tidak adanya
keraguan, mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik,
tampak cukup terlatih karena mengetahui seluk beluk pekerjaannya,
bekerjanya lebih teliti, dan secara keseluruhan cukup memuaskan.
e. Fair skill : tampak terlatih tapi belum cukup baik, mengenal peralatan dan
lingkungan secukupnya, terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum
melakukan gerakan, tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup,
14
2. Usaha (Effort)
Usaha (effort) juga merupakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian.
Maksud dari usaha (effort) adalah kesungguhan yang ditunjukan atau
diberikan operator ketika melakukan pekerjaanya. Berikut ini adalah enam
kelas usaha dengan ciri-cirinya :
a. Excessive effort : kecepatan sangat berlebihan, usahanya sangat
bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya, kecepatan
yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.
b. Excellent effort : jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi, gerakan-
gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa, penuh
pengertian pada pekerjaanya, banyak memberi saran-saran, menerima
saran-saran dan petunjuk dengan senang, bangga atas kelebihannya,
15
4. Konsistensi (Consistency)
Faktor konsistensi perlu diperhatikan karena pada setiap pengukuran
waktu angka-angka yang dicatat tidak selalu sama. Waktu penyelesaian yang
ditunjukkan pekerjaan selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya,
dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Konsistensi dibagi menjadi enam
kelas yaitu perfect, excellent, good, average, fair, dan poor. Cara perhitungan
faktor penyesuaian, bagi keadaan yang dianggap wajar diberi harga p = 1,
sedangkan terhadap penyimpangan dari keadaan ini harga p ditambah dengan
angka-angka yang sesuai dengan keempat faktor diatas. Penyesuaian pertama:
(p1) = 1 + (Jumlah Penyesuaian). Penyesuaian menurut tingkat kesulitan
faktor konsistensi dengan cara Westinghouse dapat dilihat pada Tabel 5.
…………………… ………………
19
Keterangan:
pi = persentase produktif di hari ke-i
ni = jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke-i
k = harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan
n = rata-rata jumlah pengamatan keseluruhan
Untuk melakukan pengamatan dalam sampling kerja maka masing-masing
kejadian yang diamati selama aktivitas berlangsung harus memiliki kesempatan
yang sama untuk diamati. Pengujian kecukupan data adalah suatu pengujian yang
berguna untuk memastikan bahwa data yang digunakan cukup untuk digunakan
sebagai bahan penelitian, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
S = tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal).
p = persentase terjadinya kejadian yang diamati (desimal).
N = jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja.
K = harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan.
Apabila setelah dihitung, ternyata harga ‟ lebih kecil dari pada harga
sebenarnya, maka pengamatan berhenti karena dianggap telah mencukupi.
Sebaliknya jika harga ‟ tersebut lebih besar dari harga sebenarnya, maka
dilakukan langkah pengamatan dari awal. Frekuensi pengamatan pada hakikatnya
tergantung pada jumlah pengamatan yang diperlukan dan waktu yang tersedia
untuk pengumpulan data yang direncanakan.
……… ………………
Keterangan:
S = tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal).
p = persentase terjadinya kejadian yang diamati (desimal).
N = jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja.
K = harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan.
20
2. Tiang Pancang
Tiang pancang atau biasa disebut juga dengan paku bumi adalah beton
yang digunakan untuk pondasi sebuah bangunan yang memiliki ukuran dan
kekuatan yang tinggi. Fungsi dari tiang pancang adalah sebagai pondasi dari
suatu bangunan tersebut. Tiang pancang memiiki 2 tipe yaitu top dan middle.
Berdasarkan bentuknya tiang pancang dibedakan menjadi 3 yaitu bulat, kotak
dan segitiga. Tiang pancang bentuk bulat dengan tipe middle dapat dilihat pada
Gambar 4.
3. U-ditch
Produk u-ditch merupakan produk yang di produksi di Plant 2 pada PT
Wijaya Karya Beton Tbk Majalengka. Produk ini memiliki fungsi dan
kegunaan yang hampir sama dengan box coulvert. Produk ini biasa digunakan
sebagai saluran air atau gorong-gorong. Namun perbedaanya terletak pada
tutup yang digunakan, tutup u-ditch memiliki tutup yang terpisah. Gambar u-
ditch dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 U-ditch
4. Box culvert
Box coulvert adalah produk yang diproduksi dengan beton pracetak.
Fungsi dan kegunaan dari produk ini yaitu sebagai saluran air pada bahu
jalanan atau gorong-gorong, pergudangan, pabrik atau di area perumahan.
Produk ini diproduksi pada Plant 2 di PT Wijaya Karya Beton Tbk majalengka.
Produk box culvert dapat dilihat pada Gambar 6.
29
Dan untuk tipe bottom dilakukan pemasangan sepatu pancang pada end plate
lalu plat sambung pada inner plat.
2. Pembuatan Beton
Setelah perakitan tulangan selesai, maka proses selanjutnya yaitu
persiapan pembuatan beton. Proses ini dilakukan dengan mempersiapkan bahan
baku atau material yang akan dicampur pada mesin Batching Plant. Langkah
pertama yaitu melakukan penimbangan material split dan pasir lalu masukan
kedalam bucket, menambahkan material semen yang telah ditimbang,
kemudian dituangkan kedalam mixer aduk material tersebut hingga merata.
Tambahkan kebutuhan air sesuai dengan kebutuhan dan komposisi yang telah
ditentukan oleh bagian teknik dan mutu. Penambahan material air dilakukan
secara bertahap, kemudian tambahkan admixture kedalam mixer. Setelah
semua bahan tercampur amati hingga bahan baku tercampur secara merata.
3. Pengecoran
Proses pengecoran akan berlangsung ketika slump atau adukan telah siap
di tuangkan. Letakan cetakan yang berisi tulangan pada trolley cor, pasang
tebeng cor pada kanan dan kiri cetakan bawah, masukan adukan kedalam
hopper kemudian tuangkan kedalam cetakan. Penuangan dimulai dari ujung
atas bergerak menuju kearah ujung lainnya. Distribusikan adukan secara merata
di sepanjang cetakan dan rojok pada bagian ujung agar tidak adanya sela-sela
yang kosong. Setelah merata tempatkan cetakan pada lokasi penutupan,
lepaskan tebeng cor dan bersihkan sisa-sisa adukan yang tidak merata. Setelah
semuanya rata pasangkan tutup cetakan atas kemudian pasang klem cetakan
dan kencangkan baut dengan menggunakan impact tool.
31
1. Autonomous Maintenance
Perawatan yang dilakukan operator dalam menerapkan autonomous
maintenance adalah melakukan pemeriksaan kekencangan ring cincin maupun
kekuatan dari tali Crane agar tetap terjaga pada kondisi yang diinginkan.
Khusus perawatan yang dilakukan untuk melihat kondisi abnormal. Operator
Wire Caging melakukan pengecekan pada bagian spiral untuk memastikan
bahwa tidak terdapat masalah pada mesin tersebut. Pada bagian tersebut
berfungsi untuk mengelas PC bar secara otomatis.
2. Periodic maintenance
Perawatan dalam menerapkan periodic maintenance adalah perawatan
yang dilakukan setiap satu minggu sekali atau sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat oleh divisi peralatan. Apabila mesin mengalami kerusakan parah maka
bagian peralatan akan menindak lanjuti untuk memperbaiki mesin tersebut.
3. Preventive maintenance
Perawatan yang dilakukan untuk menjaga fasilitas dan mengurangi
kerusakan adalah dengan adanya pengecekan setelah pemakaian dilakukan.
Pengecekan dilakukan pada beberapa bagian mesin seperti ring cincin, spiral
dan bagian controling. Beberapa komponen mesin diperiksa setiap hari oleh
karyawan peralatan. Karyawan memberikan ceklis pada form pemeriksaan jika
tidak terdapat masalah pada komponen tersebut.
4. Corrective maintenance
Apabila kerusakan mesin yang tidak dapat ditangani oleh operator, maka
diperbaiki oleh bagian peralatan. Beberapa kerusakan yang harus diperbaiki
oleh maintenance seperti tidak berfungsinya atau macet pada bagian mesin.
5. Budaya kerja 5S
PT Wijaya Karya Beton Tbk Majalengka sudah menerapkan budaya kerja
5S pada setiap kegiatan yang dilakukannya. Penerapan budaya kerja 5S telah
menjadi standar yang melibatkan seluruh karyawan mulai dari operator hingga
manajer beserta jajarannya. Budaya kerja 5S yang dilakukan oleh karyawan
adalah sebagai berikut :
a. Seiri (Ringkas)
Seiri adalah melakukan peringkasan terhadap barang-barang yang sudah
tidak terpakai. Karyawan pada Workshop Plant 1 selalu rutin menjalankan
peraturan tersebut karena telah terbiasa dan dilatih dari awal masuk ke
perusahaan. Salah satu kegiatan seiri yaitu barang yang tidak digunakan
segera dipisahkan. contohnya setelah membuka kemasan ring cincin maka
plastik dibuang ke tempat yang telah disediakan. Kemudian barang yang
setiap hari digunakan harus disimpan dekat dengan tempat kerja agar proses
penggunaan barang lebih dekat. Namun pada plant 1 dan plant 2 beberapa
operator tidak merapihkan alat-alat kerja setelah dipakai operator.
b. Seiton (Rapi)
Seiton adalah meletakan kembali barang yang telah selesai digunakan ke
tempat semula. Operator meletakan kembali tang yang telah dipakai
ketempat khusus yang sudah disediakan berdekatan dengan jangkauan
operator sehingga tidak menggangu pekerjaan operator, merapihkan alat-alat
yang sudah dipakai ketika selesai bekerja. Tetapi kegiatan tersebut kadang-
kadang tidak dilakukan oleh operator.
39
c. Seiso ( Resik)
Seiso merupakan kegiatan pembersihan yang dilakukan di area kerja. Saat
proses produksi meninggalkan kotoran, maka operator langsung
membersihkan kotoran tersebut saat itu juga, agar lingkungan kerja tetap
bersih dan suasana kerja tetap nyaman. Selain itu, operator langsung
membersihkan sepatu setelah selesai digunakan agar dapat dipakai kembali
untuk hari selanjunya.
d. Seiketsu (Rawat)
Seiketsu adalah kegiatan merawat dan memelihara peralatan agar tidak
mudah rusak. Karyawan merawat peralatan setelah digunakan dengan cara
membersihkan peralatan dan menempatkan peralatan ke tempat yang telah
disediakan berupa ruangan khusus untuk peralatan operator yang telah diberi
locker setiap masing-masing karyawan.
e. Shitsuke (Rajin)
Shitsuke adalah kegiatan untuk membiasakan karyawan pada aktivitas yang
rutin harus dilaksanakan. Beberapa kegiatan tersebut diantaranya memakai
seragam, safety shoes, helm, saling menyapa ketika bertemu dengan
karyawan lainnya, dan melakukan kegiatan 5S secara berulang.
Gambar 10 Skema struktur jaringan rantai pasok PT Wijaya Karya Beton Tbk
1. Aliran Informasi
Aliran informasi yang terdapat pada PT Wijaya Karya Beton Tbk
Majalengka melalui email dan surat menyurat administrasi seperti delivery
order dan surat pengiriman barang. Informasi melalui media elektronik dan
cetak ini memudahkan transaksi wilayah penjualan, perusahaan, pemasok dan
konsumen. Sehingga terciptanya kesinambungan dari ke-empat unsur tersebut.
Aliran pemesanan bahan baku dari perusahaan kepada pemasok melalui
email yang berbentuk purchase order. Untuk memudahkan proses permintaan
produk jadi dari wilayah penjualan ke perusahaan informasi berupa surat
permintaan produk beton ( SPPrB) yang didalamnya berisi jenis produk dan
tipe produk yang harus di produksi oleh PT Wijaya Karya Beton Tbk
Majalengka agar dapat memenuhi permintaan customer. Sedangkan informasi
yang diterima wilayah penjualan dari konsumen berupa Delivery Order yang
berisi jumlah unit pemesanan.
2. Aliran Barang
Aliran barang yang terdapat pada PT Wijaya Karya Beton Tbk
Majalengka adalah aliran bahan baku dan barang jadi. Bahan baku dipesan
oleh bagian gudang yang akan dikirim oleh supplier ke perusahaan.
Sebelunya pihak perusahaan akan meninjau lokasi tempat supplier berada
yang akan dijadikan bahan baku potensial. Bahan baku akan di cek oleh
bagian laboratorium mengenai kesesuian standar yang telah ditetapkan.
Setelah material dinyatakan baik oleh pemeriksa, maka pemeriksa membuat
persetujuan kepada supplier. Bahan baku yang telah sampai di perusahaan
akan di cek ulang oleh bagian laboratorium. Jika tidak sesuai dengan standar,
maka pihak perusahan melakukan complain pada supplier.
43
4.5.1 Ergonomi
Ergonomi sangat berguna untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui
pekerjaan secara aman, nyaman, sehat, efektif dan efisien. Pada ergonomic
mencakup beberapa hal seperti display, antropometri dan lingkungan kerja.
1. Display
Display adalah informasi yang diberikan kedalam bentuk yang lebih
mudah untuk dilihat dan dipahami.Bentuk yang diberikan berupa informasi
yang divisualisasikan. Adapun fungsi Display yaitu untuk memberikan
informasi kepada pekerja maupun semua orang yang berada dilingkungan
sekitar pabrik agar memahami aturan yang berlaku.Informasi dalam hal ini
luas, yaitu segala bentuk rangsangan yang diterima secara langsung maupun
tidak langsung.
Setiap perusahaan tentu menyadari pentingnya Display agar memudahkan
penyampaian informasi dan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja yang
tidak diinginkan. Maka dari itu Display akan banyak ditemukan di berbagai
pabrik termasuk di PT Wijaya Karya beton Tbk majalengka. Berikut ini adalah
beberapa Display yang ada di PT Wijaya Karya Beton Tbk majalengka dapat
dilihat pada Lampiran 8
2. Antropometri
Antropometri sangat berguna untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui
pekerjaan secara aman, nyaman, sehat, efektif dan efisien. Pekerjaan yang
harus dilakukan oleh operator di bagian Workshop Plant 1 lebih cocok
dilakukan dengan posisi berdiri, oleh karena itu tidak disediakan kursi duduk
posisi tetap untuk operator. Namun ada beberapa pekerjaan yang harus
dilakukan dengan posisi jongkok yaitu pada saat operator membuka plastik PC
bar. Sehingga sebagian besar pekerjaan pada Workshop Plant 1 dilakukan
dengan posisi berdiri, karena pekerja harus sering berpindah tempat.
3. Lingkungan Kerja
Setiap unit kerja di PT Wijaya Karya Beton Tbk Majalengka memiliki
kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh proses
yang dilakukan dan perbedaan mesin yang ditangani. Berikut penjelasan dari
lingkungan kerja yang berada di PT Wijaya Karya Beton Tbk Majalengka.
a. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak di kehendaki oleh telinga
manusia yang dapat mengganggu pendengaran, konsentrasi, dan komunikasi
saat bekerja. Kebisingan dapat mengganggu ketenangan operator saat
bekerja sehingga mengakibatkan pekerjaan yang dikerjakaan tidak maksimal
dan menurunkan kuantitas produk. Dalam jangka panjang juga kebisingan
dapat merusak pendengaran yang mengakibatkan rusaknya gendang telinga.
Kebisingan tertinggi di PT Wijaya Karya Beton Tbk dirasakan pada bagian
pemadatan beton atau spinning di Plant 1 sebesar 83 db. Kebisingan
bersumber dari mesin Spinning Simultan.
b. Cahaya
Cahaya adalah penerangan yang diterima operator atau pekerja saat berada
dalam lingkungan kerja. Cahaya sangat mempengaruhi penglihatan operator
terhadap suatu objek secara jelas, cepat, dan meminimalisir terjadinya
45
3) Gerakan tangan akan mudah jika satu terhadap lainnya berlawanan arah.
Gerakan tangan operator Wire Caging berlawanan arah, tangan kiri
dengan memudah mengarahkan tulangan dan tangan kanan memegang
remote control crain.
4) Pekerjaan sebaiknya dirancang lebih mudahdan jika memungkinkan
adanya irama kerja yang mengikuti irama operator.
Irama kerja pada operator sudah baik dikarenakan pekerjaan seirama
dengan operator. Misalnya gerakan membawa cincin spiral dari sudut
Workshop seirama yang terjadi pada sat pagi hari, irama pekerjaan
tersebut akan hilang pada saat siang hari dikarenakan operator sudah
mempunyai banyak pekerjaan yang lainnya.
5) Usahakan sedikit mungkin gerakan mata
Gerakan mata yang dilakukan oleh operator Wire Caging tidak terlalu
sering. Dikarenakan pada saat memasukan PC Bar kedalam mesin
membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.
b. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak
yaitu:
1) Usahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap
Alat perlengkapan tang dan yang lainya diletakan di sekitar operator
sehingga memudahkan untuk melakukan pengambilan.
2) Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat,
dicapai.
Peletakan cincin spiral diletakan pada samping mesin wire caging
sehingga pada saat penggantian spiral baru memudahkan dalam
penjangkauan tersebut.
3) Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai
dirancang.
Penempatan tulangan langsung diletakan pada samping Workshop setelah
selesai pada proses pengelasan. Sehingga memudahkan dalam
pengambilan tulangan oleh gerobak dorong.
4) Bahan-bahan dan peralatan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik.
Urutan-urutan gerakan yang baik dalam sitem kerja dapa dilakukan
dengan menempatkan PC bar tepang pada samping mesin Wire Caging
sehingga proses pengelasan tulangan dapat dilakukan dengan cepat.
5) Tata letak dan pencahayaan sebaiknya diatur sehingga membentuk
kondisi yang baik untuk penglihatan.
Pekerja menjalankan akivitas kerja, membutuhkan pencahayaan yang
baik. Pencahayaan yang baik diperlukandalam mendukung operator
melakukan proses Wire Caging yaitu memasukan PC bar kedalam mesin.
Hal yang harus diperhatikan adalah tata letak peralatan dan alat
penerangan yang dipakai untuk menerangi area Workshop Plant 1, alat
penerangan ang digunakan sudah cukup dan sirkuasi udara yang ada
sudah memadai.
c . Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan
peralatan yaitu:
1) Tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan peralatan
yang digerakan dengan kaki dapat ditingkatkan.
47
Operator yang dipilih adalah didin Sahidin berumur 30 tahun dan sudah
bekerja selama 10 tahun. Operator ini tidak pernah berpindah ke lini
produksi lain selama di PT Wijaya Karya Beton Tbk Majalengka. Pemilihan
tersebut berdasarkan pekerjaan utama dan penguasaan cara kerja yang
tergolong rata-rata jika dibandingkan dengan operator lain. Selain itu,
operator bekerja secara natural dan dapat diajak bekerjasama selama
pengukuran berlangsung
d. Melatih Operator
Pelatihan operator untuk pengukuran metode work sampling adalah
memberitahukan tujuan pengukuran agar tidak menimbulkan persepsi
negatif dari operator. Selain ini bertujuan agar operator dapat diajak
bekerjasama selama proses pengukuran. Hal ini akan berpengaruh pada
penguasaan cara kerja operator. Operator yang dipilih telah melakukan
pekerjaan dengan gerakan yang tidak kaku, dan tidak terlalu banyak
melakukan perancangan gerakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
operator telah menguasai pekerjaanya.
e. Melakukan Pemisahaan Kegiatan
Pemisahan kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi dua yaitu kegiatan
produktif dan kegiatan non produktif. Kegiatan produktif adalah kegiatan
berdasarkan job description operator yang telah ditentukan oleh kepala jalur.
49
Sedangkan kegiatan non produktif adalah kegiatan selain job description dan
kegiatan di luar lingkup produksi yang dilakukan oleh operator. Beberapa
kegiatan non produktif yang dilakukan oleh operator adalah duduk, makan,
mengobrol dan memainkan handphone.
f. Menyiapkan Perlengkapan Pengukuran
Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah lembar Tabel acak dan waktu
pengamatan acak. Selain itu diperlukan alat tulis untuk mencatat kegiatan
produktif maupun kegiatan non produktif yang dilakukan operator pada
waktu tertentu. Tabel acak ditentukan secara random. Cara lain untuk
memperoleh Tabel angka acak dapat melalui microsoft exel dengan
menggunakan rumus tertentu. Tabel angka acak tersebut disesuaikan dengan
urutan waktu pengamatan, sehingga diperoleh lembar waktu pengamatan
acak. Pengukuran dilakukan dengan melakukan kunjungan ke tempat kerja
operator sesuai dengan waktu pengamatan acak yang telah diperoleh.
2. Pengukuran dan Perhitungan Waktu Baku
Pengukuran waktu baku dilakukan jika tahapan sebelum pengukuran telah
selesai dikerjakan. Penyelesaian tahapan sebelum pengukuran bertujuan untuk
mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perhitungan.
Selain ini bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pengukuran.
Perhitungan untuk memperoleh waktu baku akan diberikan penyesuaian dan
kelonggaran. Hal ini bertujuan agar hasil pengukuran layak dijadikan standar
untuk semua operator, sehingga perusahaan dapat mengetahui produktifitas
atau kesanggupan pekerja dalam menghasilkan produk per harinya.
Pengukuran dan perhitungan waktu kerja pada operator Wire Caging dilakukan
melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Sampling Pendahuluan
Tahapan awal untuk melakukan pengukuran waktu baku adalah membuat
sampling pendahuluan. Sampling tersebut berupa penentuan kegiatan
produktif dan kegiatan non produktif yang dilakukan operator mesin Wire
Caging dalam melakukan pekerjaanya. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 12.
pi . . . . . . .
p = = =0.89
k
n = =
51
p( -p) . ( - . )
BKB = p – 2 √ = 0.89 -2 √ = 0.78
n
Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) merupakan
ukuran yang dapat digunakan untuk menilai keseragaman ata selama
pengamatan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa data telah memenuhi
kriteria dan pengontrolan operator oleh kepala jalur untuk menyelesaikan
proses pengelasan sesuai waktu siklus yang diterapkan. Hal ini dikarenakan
presentase produktif tidak ada yang melewati BKA sebesar 0.99 dan BKB
dengan nilai sebesar 0.78
Hasil perhitungan pi dari hari ke-1 sampai hari ke-8 berada dalam
BKA dan BKB, sehingga semua data dapat digunakan untuk menghitung
jumlah pengamatan yang diperlukan. Jika terdapat pi yang diluar batas
kontrol, maka data pengamatan dari hari tersebut dibuang.
c. Jumlah Pengamatan yang diperlukan
Menghitung jumlah pengamatan adalah tahap yang harus dilakukan setelah
penentuan BKA dan BKB. Tingkat ketelitian yang digunakan adalah 5% dan
tingkat keyakinan 95% pada presentase produktif yang telah dilakukan.
Hasil perhitungan tersebut memiliki persyaratan ‟< seperti dibawah ini:
( - P) ( - . )
‟= = = 197.75
P .
5.1 Simpulan
c. Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah
padat berasal dari sisa sisa PC bar yang tidak digunakan lagi. Sedangkan
limbah cair berasal dari sisa penyemprotan pada proses spinning.
d. Supply chain management pada perusahaan telah berjalan dengan baik
karena aliran informasi, aliran barang dan aliran uang dijalankan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
5.2 Saran
1. Aspek Perancangan
a. Waktu baku yang diperoleh melalui hasil perhitungan penulis dapat
digunakan sebagai waktu standar pada operator mesin Wire Caging yang
memproduksi tiang pancang.
b. Beberapa Display dibuat semenarik mungkin dengan cara menambahkan
Gambar yang menunjukan akibat jika melanggar peraturan yang terdapat
pada Display. Hal tersebut bertujuan agar dapat mempengaruhi pekerja
agar tidak melalaikan perintah dan larangan yang terdapat pada Display.
c. Perusahaan memberikan fasilitas tambahan berupa alat yang dapat
menurunkan suhu ryang tempat pada tempat kerja Plant 1.
2. Aspek Perencanaan
a. Membuat devartemen khusus bagian K3. Sehingga memiliki sistem yang
terstruktur guna tercapainya jumlah kecelakaan kerja yang rendah.
b. Dilakukan pengamatan ulang mengenai penataan dan penambahan alat di
tempat produksi agar pemasangannya tidak menimbukan kecelakaan
kerja.
3. Aspek pengendalian
a. Karyawan membuat tempat khusus untuk menyimpan peralatan yang
sering digunakan, jarang digunakan, dan sudah tidak digunakan agar lebih
mudah untuk dicari saat hendak digunakan.
b. Perusahaan memiliki penangung jawab kantin yang akan mengatur
tentang aktivitas dan budaya kerja 5S yang diterapkannya. Selain itu
perusahaan memberikan pelatihan kepada pekerja di kantin agar tetap
menjaga lingkungan dan fasilitas kantin.
58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
61
4 Mempelajari aspek
perancangan:
a. Ergonomi
b. Perancangan tata letak
c. Aliran bahan
d. Analisis dan rekapan
keterkaitan aktivitas
e. Penanganan bahan
5 Perancangan tatacara dan
pengukuran kerja
6 Mempelajari aspek perencanaan:
a. Perencanaan produksi
b. Pengadaan/pembelian
c. Perencanaan SDM
d. Perencanaan mutu
e. Perencanaan K3
7 Mempelajari aspek
pengendalian:
a. Pengendalian produksi
b. Pengendalian mutu
c. Pengendalian lingkungan
d. Supply Chain
Management
e. Total Productive
Maintenance
8 Penyusunan laporan dan
evaluasi
67
Pos
Satpam
Kope KP
rasi
Workshop Plant 1
Mushola
Bahan
Plant 2
Plant 1
Plant 3
baku
Split
Gudang
R. Mandor
Stock
Gudang
Yeard
Pera
Parkiran Penimbunan
Kantin latan
loader Material
68
Display yang
a. Srine digunakan pada mesin
(display stressing untuk proses
kualitatif) penarikan besi.
penyederhanaan dari
informasi yang
c. Remote control hoist semula berbentuk data
crane numerik, dan untuk
(display menunjukan informasi
kualitatif) dari kondisi yang
berbeda pada suatu
sistem
2. Display Statis
Display perhatian
memberikan informasi
a. Display Perhatian yang bersifat hati-hati
pada area ataualat-alat
tertentu
Larangan yang
diterapkan pada PT
Wijaya Karya Beton
b. Display Larangan Tbk antara lain,
larangan merokok di
kawasan pabrik.
73
Penyimpanan produk
1
1
Penguapan Spinning
Pembukaan penutup
7 6 5
8 4
Penandaan
Pengecoran
Perakitan Tulangan
Workshoop Plant 1
1 2 3
77
Pedal Kaki
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu dibawah kaki F 0
Satu atau dua pedal dengan sumbu, tidak dibawah kaki G 5
Pengggunaan Tangan
Kedua tangan saling bantu atau bergantian H 0
Kedua tangan mengerjakan gerakan yang sama H2 18
Peralatan
Dapat ditangani dengan mudah N 0
Dengan sedikit kontrol O 1
Perlu kontrol dan penekanan P 2
Perlu penekanan hati-hati Q 3
Mudah pecah, patah R 5
KETERANGAN
Produktif : 31
Non Produktif :5
TOTAL :36
80
RIWAYAT HIDUP