Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN AKHIR

MEMPELAJARI TEKNIK TATA CARA DAN PENGUKURAN


KERJA OPERATOR WIRE CAGING WORKSHOP JALUR 1
DI PT WIJAYA KARYA BETON TBK PPB PASURUAN
JAWA TIMUR

UMI NUR FAUZIAH

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI

1. Saya menyatakan Laporan Akhir berjudul “Mempelajari Teknik Tata Cara dan
Pengukuran Kerja Operator Wire Caging Workshop Jalur 1 di PT Wijaya
Karya Beton Tbk PPB Pasuruan Jawa Timur” adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun.
2. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir laporan ini.

Bogor, Mei 2018

Umi Nur Fauziah


NIM J3K115025
RINGKASAN
UMI NUR FAUZIAH, Mempelajari Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja
Operator Wire Caging Workshop Jalur 1 di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB
Pasuruan. Dibimbing Oleh ARFIE THAHAR.
PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan merupakan suatu badan usaha
yang bergerak dibidang industri beton pracetak dengan hasil produksi bantalan
jembatan rel, tiang pancang, tiang listrik, CCSP, box culvert, u-ditch dan girder.
Aspek khusus yang dikaji selama kegiatan PKL adalah teknik tata cara dan
pengukuran kerja mengenai peta kerja, ergonomi, ekonomi gerakan, studi
gerakan, pengukuran kerja dengan metode work sampling.
Laporan akhir Praktik Kerja Lapanganan ini membahas metode kerja dan
pengukuran waktu baku khususnya bagian operator Wire Caging Workshop jalur
1 pada proses pengelasan rakitan Tiang Pancang. Metode yang digunakan dalam
pengukuran yaitu work sampling. Pengukuran waktu baku dilakukan pengukuran
pendahuluan dengan mengambil data pengamatan sebanyak 288 kali pengamatan.
Hasil pengujian menunjukkan data yang digunakan telah mencukupi, sehingga
dapat dilanjutkan dengan perhitungan waktu siklus. Waktu siklus pada operator
Wire Caging adalah 4.306 menit/unit, untuk menormalkan waktu siklus
dilakukan penyesuaian. Waktu normal yang diperoleh adalah 4.392 menit/unit
Waktu baku menurut perusahaan sama dengan waktu normal, namun perlu
dipertimbangkan faktor kelonggaran bagi operator sehingga waktu baku menjadi
5.248 menit/unit.

Kata Kunci : teknik tata cara dan pengukuran kerja, work sampling, operator wire
caging workshop jalur 1, waktu baku
LAPORAN AKHIR

M EMPELAJARI TEKNIK TATA CARA DAN PENGUKURAN


KERJA OPERATOR WIRE CAGING WORKSHOP JALUR 1
DI PT WIJAYA KARYA BETON TBK PPB PASURUAN
JAWA TIMUR

UMI NUR FAUZIAH

Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Keahlian Manajemen Industri

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
Judul Laporan Akhir : Mempelajari Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja
Operator Wire Caging Workshop Jalur 1 di PT Wijaya
Karya Beton Tbk PPB Pasuruan Jawa Timur.
Nama : Umi Nur Fauziah
NIM : J3K115025

Disetujui oleh

Arfie Thahar, STP, MM


Pembimbing

Diketahui oleh

Ir Pramono D Fewidarto, MS
Koordinator Program Keahlian

Tanggal lulus :
i

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Akhir dengan topik teknik tata cara dan pengukuran kerja yang berjudul
“Mempelajari Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja Operator Wire Caging
Workshop Jalur 1 di PT Wijaya Karya Beton Tbk Pasuruan Jawa Timur”. Praktik
Kerja Lapangan dan Laporan Akhir merupakan syarat untuk mendapatkan
kelulusan dan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Keahlian Manajemen
Industri Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
serta membimbing selama Praktik Kerja Lapangan dan penulisan laporan ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir Pramono D. Fewidarto, MS selaku Koordinator Program Keahlian
Manajemen Industri.
2. Bapak Arfie Thahar, STP, MM sebagai dosen Pembimbing.
3. Seluruh dosen Program Keahlian Manajemen Industri yang telah memberikan
ilmu dan waktunya.
4. Bapak Noor Asyik, ST selaku Manager Pabrik PT Wijaya Karya Beton Tbk
PPB Pasuruan.
5. Bapak Husridal dan Bapak Supardi selaku pembimbing lapang dan seluruh
staf yang telah memberikan pengalaman serta pengetahuan selama Praktik
Kerja Lapangan.
6. Orangtua dan keluarga yang senantiasa memberikan doa serta dukungan dalam
penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan.
7. Seluruh teman-teman Program Keahlian Manajemen Industri 52 yang telah
memberi dukungan selama pembuatan Laporan akhir hingga selesai.
8. Pihak-pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Akhir ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan
untuk perbaikan. Semoga laporan akhir ini dapat berguna bagi penulis dan
pembaca.

Bogor, Mei 2018

Umi Nur Fauziah


iii
iii

DAFTAR ISI

PRAKATA i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN v
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
1.3.1 Bagi Mahasiswa 2
1.3.2 Bagi Perusahaan 2
1.3.3 Bagi Perguruan Tinggi 2
1.4 Ruang Lingkup 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Production Planning and Inventory Control (PPIC) 4
2.2 Aspek Perancangan 4
2.3 Teknik dan Tata Cara Kerja 4
2.4 Peta Kerja 4
2.5 Ergonomi 6
2.6 Ekonomi Gerakan 7
2.7 Studi Gerakan 8
2.8 Pengukuran kerja 9
2.8.1 Langkah Persiapan Pengukuran Kerja 10
.8.2 Pengukuran Work Sampling 11
2.8.3 Penyesuaian 13
2.8.4 Kelonggaran 14
3 TATA LAKSANA PRAKTIK KERJA LAPANGAN 16
3.1 Kerangka Kerja 16
3.2 Metode Praktik Kerja Lapangan 17
3.3 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan 17
4 PEMBAHASAN 19
4.1 Keadaan Umum Perusahaan 19
4.1.1 Sejarah Perusahaan 19
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan 19
4.1.3 Struktur Organisasi 20
4.1.4 Hasil Produksi 23
4.1.5 Proses Produksi 26
4.2 Peta Kerja 28
4.3 Ergonomi 28
4.4 Ekonomi Gerakan 30
4.5 Studi gerakan 32
4.6 Pengukuran waktu kerja 32
4.6.1 Langkah Persiapan pengukuran waktu kerja metode work sampling 33
4.6.2 Perhitungan Keseragaman Data 35
4.6.3 Menghitung Jumlah Pengamatan yang diperlukan 37
4.6.4 Perhitungan Nilai Penyesuaian 38
4.6.5 Perhitungan Nilai Kelonggaran 38
4.6.6 Perhitungan Waktu Baku 39
4.6.7 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi 41
5 SIMPULAN DAN SARAN 43
5.1 Simpulan 43
5.2 Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 46
v

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Kerja Lapang 16
2 Logo Perusahaan 20
3 Struktur Organisasi PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan 21
4 Produk Bantalan Jembatan Rel 24
5 Produk Tiang Pancang 24
6 Produk Tiang Listrik 24
7 Produk Corrugated Concrete Sheet Pile 25
8 Produk Box Culvert 25
9 Produk U-ditch 26
10 Produk Balok Jembatan Beton (Girder) 26
11 Peta Tangan Kiri Tangan Kanan Therbligh 32
12 Grafik BKA dan BKB 37

DAFTAR TABEL
1Simbol pada peta kerja 5
2 Gerakan dasar Therbling 9
3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan PKL 18
4 Perbandingan operator mesin Wire Caging 34
5 Kegiatan Produktif dan Non Produktif 35
6 Hasil Pengamatan Kegiatan Produktif dan Non Produktif 35
7 Penyesuaian operator Wire Caging dengan metode westinghouse 38
8 Kelonggaran operator Wire Caging 39

DAFTAR LAMPIRAN
1 Penyesuaian menurut Westinghouse 47
2 Penyesuaian dengan metode objektif 51
3 Alur proses produksi Tiang Pancang 52
4 Peta proses operasi 53
5 Peta aliran proses 54
6 Diagram alir 55
7 Display 56
8 Waktu Acak Pengamatan hari-1 59
9 Kebutuhan Data dan Informasi Topik Khusus 67
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan suatu bangsa dapat dilihat dari sektor perekonomian,
Perekonomian yang berkembang merupakan integrasi dari berbagai bidang. Salah
satu yang mendorong tumbuhnya bangsa dari segi ekonomi adalah bidang
perindustrian. Tidak terlepas dari itu semakin banyak peranan akademisi yang
merancang pendidikan dengan kurikulum yang sesuai agar industri semakin
berkembang pesat. Program Keahlian Manajemen Industri Institut Pertanian
Bogor adalah Program Keahlian yang memberikan kompetensi khusus untuk
mencetak lulusan yang mampu merancang, merencanakan, dan mengendalikan
produksi di industri manufaktur ataupun jasa.
PT Wijaya Karya Beton Tbk, sebagai salah satu anak perusahaan dari PT
Wijaya Karya (Persero), merupakan bagian dari ekspansi perusahaan yang
mengkhususkan diri dalam industri beton pracetak. WIKA mulai berkonsentrasi
pada industri beton pracetak pada tahun 1977 dengan mengembangkan panel
beton pracetak untuk proyek perumahan bertingkat rendah. Sejak saat itu, WIKA
bertekad untuk terus mengembangkan produk mereka untuk mengantisipasi
rencana pembangunan dan proyek-proyek infrastruktur yang muncul.
Pengembangan produk telah menciptakan hasil ini, prastress tiang beton
untuk jalur distribusi listrik, kemudian diikuti oleh produk lain, misalnya saluran
terbuka beton, bantalan rel kereta api, jembatan gelagar, tumpukan lembaran,
pipa, lembaran Platform dan bangunan komponen yang telah diterapkan di
berbagai macam proyek. Produk-produk tersebut muncul di waktu yang tepat dan
berhasil menjadi produk terkemuka di pasar.
Terlepas dari pengembangan produk usaha, WIKA juga terus
mengembangkan fasilitas produksi dengan menambah pabrik di beberapa lokasi.
Sampai saat ini, WIKA Beton memiliki 9 (sembilan) pabrik di tujuh lokasi di
seluruh Indonesia, seperti di Sumatera Utara, Lampung, Bogor, Karawang,
Majalengka, Boyolali, Pasuruan, Sulawesi Selatan dan 2 (dua) pabrik dari anak
perusahaan. Didukung oleh sejumlah besar pabrik yang dimiliki, berbagai produk
serta manajemen yang profesional, WIKA Beton menjadi produsen dan pemimpin
pasar utama produk beton pra-cetak di Indonesia.
Salah satu masalah dalam industri yang masih perlu diadakan perbaikan
adalah sistem perancangan tata cara kerja bagi pekerja. Perancangan tata cara
kerja berkaitan dengan pengukuran waktu baku dan kelonggaran bagi suatu
pekerja sehingga perusahaan dapat mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam
produksi dan dapat mengetahui pemanfaatan mesin yang digunakan. Terdapat
sistem lain yang berhubungan dengan sistem perancangan tata cara kerja. Sistem
tersebut terdiri dari komponen-komponen manusia, bahan, mesin, peralatan, dan
uang. Komponen-komponen tersebut mempelajari peranan tenaga kerja dalam
industri serta manusia yang bekerja secara tepat sesuai dengan elemen
pekerjaanya. Selain itu mempelajari tentang kekonsistenan dalam melakukan tata
cara kerja secara baik dan benar terhadap suatu pekerjaan, melalui perhitungan
waktu baku yang akan menjadi baku standar untuk melakukan perancangan,
perencanaan, dan pengendalian suatu produksi.
2

Sejalan dengan teori yang telah dikemukakan di atas, pendekatan TTCK


diharapkan mampu meningkatkan efektivitas produksi melalui efektivitas pekerja
dilihat dari segi waktu yang digunakan dalam suatu proses produksi dengan
mempertimbangkan penyesuaian dan kelonggaran. Hal tersebut yang menjadi
pertimbangan penulis tertarik untuk mengkaji topik “Mempelajari Teknik Tata
Cara dan Pengukuran Kerja pada PT Wijaya Karya Beton Tbk Pasuruan Jawa
Timur”.

1.2 Tujuan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan merupakan kegiatan yang dapat
dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk melihat secara langsung kegiatan teknik tata
cara dan pengukuran kerja yang dilakukan di perusahaan tempat PKL. Tujuan
khusus melaksanaan Praktik Kerja Lapangan di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB
Pasuruan adalah untuk mempelajari lebih mendalam mengenai ekonomi gerakan,
studi gerakan dan pengukuran waktu kerja yang nantinya akan dijadikan bahan
sebagai topik khusus saat penyusunan Laporan Akhir.

1.3 Manfaat
Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis, pembaca dan PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB
Pasuruan. Manfaat dari PKL ini adalah:

1.3.1 Bagi Mahasiswa


a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan pada lapangan
kerja yang sesungguhnya.
b. Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai kegiatan produksi, mengenai
penerapan perancangan Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja di PT Wijaya
Karya Beton Tbk PPB Pasuruan.
c. Mendapatkan pengalaman kerja secara langsung.

1.3.2 Bagi Perusahaan


a. Menjadi masukan dalam membantu perusahaan untuk meningkatkan efisiensi
produksi dengan cara perancangan, perencanaan, dan pengendalian dalam
proses produksi.
b. Menjadi media promosi di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan kepada
perguruan tinggi, lingkungan kampus, dan pendidikan.
c. Memberikan kontribusi kerja bagi perusahaan dengan telah bekerjanya
mahasiswa pada bagian atau bidang tertentu.

1.3.3 Bagi Perguruan Tinggi


a. Membekali mahasiswa dengan keterampilan dari dunia kerja yang sebenarnya.
b. Menjadi umpan balik bagi perguruan tinggi untuk usulan perbaikan atau
penambahan kurikulum yang dibutuhkan agar relevan sesuai kebutuhan dunia
kerja saat ini.
c. Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dan perusahaan.
3

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup aspek khusus berfungsi untuk membuat sebuah kegiatan


kerja praktik menjadi lebih fokus dan konsisten pada tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan PKL diterapkan pada ruang lingkup secara khusus yang
ditetapkan untuk lebih fokus terhadap permasalahan yang menjadi topik dalam
penulisan Laporan Akhir. Aspek khusus yang menjadi kajian adalah Teknik Tata
Cara dan Pengukuran Kerja di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan yang
mencakup peta kerja, ergonomi, studi gerakan, lingkungan pada area kerja,
display, pengukuran waktu kerja (waktu siklus, waktu normal dan waktu baku).
4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Production Planning and Inventory Control (PPIC)


Bidang perancangan dan pengawasan produksi (atau operasi) dan persediaan
(production and inventory planning and control) atau disingkat PPIC dalam
organisasi-organisasi manufacturing dan jasa memberikan suatu kesempatan yang
menarik dan menantang bagi orang-orang yang mempelajari bisnis dan teknik.
Para spesifikasi PPIC berpartisipasi dalam peramalan permintaan, perencanaan
kapasitas, penentuan berapa banyak persedian bahan baku dan komponen-
komponen yang harus ada dan kapan mendapatkannya (Handoko 2008).

2.2 Aspek Perancangan


Perancangan produksi merupakan ilmu yang terdiri dari teknik dan prinsip
untuk mendapatkan rancangan yang terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan.
Teknik-teknik dan prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen
sistem kerja yang terdiri dari manusia dan sifat kemampuannya, peralatan kerja,
bahan serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas
dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan (Kusuma 2004).

2.3 Teknik dan Tata Cara Kerja


Tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip dan
teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sitem kerja yang baik. Teknik-
teknik dan prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem
kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan,
perlengkapan, dan peralatan kerja serta lingkungan kerja yang sedemikian rupa
sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi, yang diukur
dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat-akibat psikologis
dan sosiologis yang ditimbulkan. Tujuan perancangan tata cara kerja dapat
disingkat EASNE, yaitu dapat mencapai efektifitas dan efisiensi yang tinggi bagi
perusahaan serta aman, sehat dan nyaman bagi pekerja (Sutalaksana et al. 2006).

2.4 Peta Kerja


Peta Kerja merupakan salah satu alat yang menggambarkan kegiatan kerja
secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa
melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari
mulai masuk ke pabrik (bentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semua
langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan
perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau
merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Dalam sebuah peta kerja terdapat
simbol-simbol yang digunakan (Tabel 1).
5

Tabel 1 Simbol pada peta kerja


Simbol Nama Simbol Keterangan
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila
Operasi benda kerja mengalami perubahan sifat,
baik fisik maupun kimiawi, termasuk
mengambil informasi maupun
memberikan informasi pada suatu
keadaan.
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi
Pemeriksaan apabila suatu objek diperiksa baik
pemeriksaan pada segi kualitas maupun
kuantitas apakah sudah sesuai dengan
karakteristik performans yang
distandarkan.
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila
Transportasi benda kerja, pekerja atau perlengkapan
mengalami perpindahan tempat yang
bukan merupakan bagian dari suatu
operasi.
Proses menunggu terjadi apabila benda
Menunggu kerja, pekerja ataupun perlengkapan tidak
mengalami kegiatan apa-apa selain
menunggu (biasanya sebentar).
Proses penyimpan terjadi apabila benda
Penyimpanan kerja disimpan untuk jangka waktu yang
cukup lama. Jika benda kerja tersebut
akan diambil kembali, biasanya
memerlukan suatu prosedur perizinan
tertentu.
Sumber : Sutalaksana et al.(2006)
Pada dasarnya peta-peta biasa dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan
kegiatannya, yaitu:
1. Peta Kerja Keseluruhan
Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja
keseluruhan. Disebut kegiatan kerja keseluruhan bila melibatkan sebagian
besar atau semua sistem kerja yang diperlukan untuk membuat produk yang
bersangkutan. Peta yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan yaitu:
a. Peta Proses Operasi
b. Peta Aliran Proses
c. Peta Proses Kelompok Kerja dan
d. Diagram Alir
6

2. Peta Kerja Setempat


Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja
setempat. Disebut kegiatan kerja setempat apabila hal itu menyangkut hanya
satu sistem kerja saja yang biasanya melibatkan orang dan fasilitas dalam
jumlah terbatas. Peta kerja yang termasuk ke dalam kelompok kegiatan kerja
setempat adalah Peta Pekerja dan Mesin serta Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri.

2.5 Ergonomi
Ergonomi ialah cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik.
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang
sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari segi ilmu
saja. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan Ergonomi diperlukan dukungan dari
berbagai disiplin, antara lain Psikologi, Antropolgi, Faal Kerja, Biologi, Sosiologi,
Perencanaan Kerja, Fisika, dan lain-lain. Salah satu usaha untuk mendapatkan
informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala
keterbatasannya untuk bisa menerapkan Ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Penyelidikan tentang display.
2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya.
3. Penyelidikan mengenai tempat kerja.
4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik.
Secara umum lingkungan fisik terjadi dalam dua kelompok, yaitu lingkungan
yang langsung berhubungan dengan pekerja (seperti stasiun kerja, kursi, meja, dan
sebagainya) dan lingkungan umum (seperti rumah, kantor, pabrik, sekolah,
komunitas, dan lain-lain). Kategori kedua, yaitu lingkungan perantara, dapat juga
disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, yaitu:
1. Temperatur
Tubuh manusia masih dapat menyesuaikan diri dengan temperatur luar
jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20% untuk kondisi panas
dan 35% untuk kondisi dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh.
Apabila temperatur udara terlampau panas dibandingkan temperatur normal
tubuh, maka akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi jauh lebih
besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan dirinya melalui sistem
penguapannya. Ini menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik dengan
lebih tingginya temperatur udara.
2. Kelembaban
Kelembaban yang dimaksud adalah banyaknya air yang terkandung
dalam udara, biasanya dinyatakan dalam persen. Kisaran kelembaban yang
normal adalah 60-70 %.
3. Sirkulasi udara
Untuk menjaga agar udara di sekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti
kata cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa
mengganggu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang
baik,sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih, yang
biasanya dilakukan melalui ventilasi.
7

4. Pencahayaan
Kemampuan mata untuk dapat melihat obyek dengan jelas ditentukan oleh
ukuran obyek, derajat kontras, luminensi, dan lamanya melihat.
5. Kebisingan
Kebisingan dalam jangka panjang dapat mengganggu ketenangan bekerja,
merusak pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi. Ada
tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan
tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu lama, intensitas, dan frekuensi.
Kantor yang gaduh menghasilkan intensitas yang kuat dengan 70 dB,
sedangkan bunyi mesin uap menghasilkan intensitas yang dapat menulikan
dengan 120 dB.
6. Getaran mekanis
Besarnya getaran ditentukan intensitas dan frekuensi getar. Getaran
mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-
alat mekanik yang sebagain dari getaran ini sampai ketubuh dan
menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh.
7. Bau-bauan
Adanya bau-bauan dapat juga dipertimbangkan sebagai “polusi” akan
dapat mengganggu konsentrasi orang kerja. Temperatur dan kelembaban
merupakan dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan
penciuman.
8. Warna
Warna yang dimaksud adalah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana
warna selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek,
warna juga berpengaruh secara psikologis yang berbeda-beda terhadap
manusia.

2.6 Ekonomi Gerakan


Mendapatkan hasil kerja yang baik diperlukan perancangan sistem kerja yang
baik. Oleh karena itu, sistem kerja harus dirancang sedemikian hingga dapat
memberikan hasil kerja yang diinginkan. Ergonomi dan Studi gerakan merupakan
aspek yang sangat penting dalam sistem kerja karena sistem kerja harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang
ekonomis (Sutalaksana et al.2006). Prinsip-prinsip dalam ekonomi gerakan yaitu:
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan
gerakan- gerakannya:
a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang
sama.
b.Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali
pada waktu istirahat.
c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan
berlawanan arah.
d.Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat.
e. Sebaiknya memanfaatkan momentum untuk membantu gerakan.
f. Gerakan yang patah-patah dan banyak perubahan arah akan memperlambat
gerakan tersebut.
g.Gerakan balistik (gerakan bebas) akan lebih cepat, nyaman dan lebih teliti
daripada gerakan yang dikendalikan.
8

h.Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan mengikuti irama


yang alamiah bagi pekerja.
i. Mengusahakan sedikit mungkin gerakan mata.
2. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja:
a. Mengusahakan badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.
b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan di tempat yang mudah, cepat, dan
nyaman untuk dicapai.
c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya
memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan digunakan
selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.
d. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai
dirancang.
e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.
f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga
alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan menjadi
nyaman.
g. Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya
bersikap (mempunyai postur) yang baik.
h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
3. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan:
a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan
perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat
ditingkatkan.
b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih
dari data kegunaan.
c. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam pemegangan dan penyimpanan.
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, beban yang
didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.
e. Roda tangan, palang, dan peralatan yang sejenis sebaiknya diatur
sedemikian sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi yang baik
serta dengan tenaga minimum.

2.7 Studi Gerakan


Menurut Wignjosoebroto S (2008), studi gerakan adalah suatu studi tentang
gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaiakan pekerjaannya.
Dengan demikian gerakan-gerakan yang efektif dan efisien. Untuk memperoleh
hal tersebut maka perlu diperhatikan terlebih dahulu kondisi pekerjaan yang ada
yaitu kondisi pekerjaan yang memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan kerja
yang ekonomis.
Analisa terhadap gerakan yang dipelajari dapat dipermudah dengan mengenal
gerakan-gerakan dasar yang diteliti oleh Frank dan Lillian Gilberth yang
menguraikan kedalam 17 gerakan dasar Therbligs (Tabel 2)
9

Tabel 2 Gerakan dasar Therbling


Nama Therbling Lambang Nama Therbling Lambang
Therblig Therbling

Mencari (Search) SH Pengarahan Sementara PP


(Pre Position)
Memilih (Select) ST Memeriksa I
(Inspection)
Memegang G Merakit (Assemble) A
(Grasp)
Menjangkau RE Lepas Rakit DA
(Reach) (Disassemble)
Membawa (Move) M Memakai (U;se) U
Memegang untuk H Kelambatan yang tak UD
memakai (Hold) terhindar
(Unavoidable
delay)
Melepas (Released RL Kelambatan yang AD
dapat
load) dihindarkan(Avoidable
Delay)
Pengarahan P Merencana (Plan) Pn
(Position)
Istilah untuk R
menghilangkan
fatigue (Rest to
overcome
Fatigue
Sumber: Wignjosoebroto S (2008).

2.8 Pengukuran kerja


Pengukuran kerja adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai dan
mengevaluasi kecepatan operator dalam melakukan pekerjaan. Tujuan kegiatan
untuk menormalkan waktu kerja. Pengukuran waktu kerja adalah aktivitas untuk
menetukan lama kerja yang diperlukan seorang operator yang terlatih dan
memenuhi standar dalam menyelesaikan suatu pekerjan yang khusus pada tingkat
kecepatan kerja yang normal. Pengukuran kerja terdapat dua jenis pengukuran
yaitu:
1. Pengukuran secara langsung :
a. Pengukuran Jam Henti (Stop Watch Time Study)
b. Work Sampling
2. Pengukuran secara Tidak Langsung :
a. Data Waktu Baku (standar data)
b. Data Waktu Gerakan
10

2.8.1 Langkah Persiapan Pengukuran Kerja


Sutalaksana, et al., (2006) menerangkan, bahwa untuk mendapatkan hasil yang
baik yang dapat dipertanggung jawabkan maka tidak cukup sekedar melakukan
beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti, apalagi jam biasa. Di
bawah ini adalah sebagian langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat
tercapai:
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan
kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal
penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah peruntukan penggunaan
hasil pengukuran, tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan
dari hasil pengukuran tersebut.
2. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh
waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Tentu suatu sistem kerja dengan kondisi yang telah ada selama ini
termasuk di antara yang dapat dicarikan waktu yang pantas tersebut.
3. Memilih Operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang
yang begitu saja diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi
beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan
dapat diandalkan hasilnya. Syarat–syarat tersebut adalah berkemampuan
normal dan dapat diajak bekerjasama. Jika jumlah pekerja yang tersedia di
tempat kerja yang bersangkutan berjumlah banyak dan kemampuan mereka
dibandingkan akan terlihat perbedaan di antaranya dari yang berkemampuan
rendah sampai tinggi. Pada umumnya orang–orang yang berkemampuan
rendah dan tinggi itu jumlahnya sedikit, sementara orang yang berkemampuan
rata–rata jumlahnya banyak.
Kembali pada tujuan mengukur waktu baku, yaitu untuk mendapatkan
waktu penyelesaian, maka dengan melihat kenyataan kemampuan pekerja
seperti ditunjukan tadi jelaslah orang yang dicari bukanlah orang yang
berkemampuan tinggi atau rendah, karena orang–orang yang demikian hanya
meliputi sebagian kecil saja dari seluruh pekerja yang ada. Jadi, yang dicari
adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang secara wajar diperlukan oleh
pekerja normal dan ini merupakan orang–orang yang berkemampuan rata–
rata. Dengan demikian pengukur harus mencari operator yang memenuhi hal
tersebut.
4. Melatih Operator
Operator yang baik telah didapatkan, kadang-kadang masi diperlukan
adanya latihan bagi operator tersebut terutama bila kondisi dan cara kerja yang
dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalakan operator. Dalam keadaan ini
operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus
sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan dan
dibakukan. Harap diingat bahwa yang dicari adalah waktu penyelesaian
pekerjaan yang didapat dari suatu penyelesaian wajar dan bukan penyelesaian
dari orang yang bekerja kaku dengan berbagai kesalahan.
5. Elemen Pekerjaan
a. Jam henti
11

Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian


pekerjaan atas elemen–elemennya. Pertama, untuk mejelaskan catatan tentang
tata cara kerja yang dibakukan. Pada langkah kedua di atas telah dikemukakan
bila kondisi dan cara kerja yang telah (dianggap) baik dibakukan, dinyatakan
secara tertulis untuk kemudian digunakan sebagai pegangan sebelum, pada saat–
saat dan sesudah pengukuran. Salah satu cara membakukan cara kerja adalah
dengan membakukan pekerjaan berdasarkan elemen–elemennya. Alasan kedua
adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena
keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama dengan bagian dari gerak–
gerakan kerjanya. Alasan ketiga adalah untuk memudahkan mengamati
terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Alasan
keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu standar
untuk tempat kerja bersangkutan.
b. Sampel pekerjaan
Pemisahan kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan
produktif dan kegiatan non produktif. Kegiatan produktif adalah kegiatan
berdasarkan job description operator yang telah dilakukan oleh kepala jalur.
Sedangkan kegiatan non produktif adalah kegiatan selain job description dan
kegiatan diluar lingkup yang dilakukan oleh operator. Beberapa kegiatan non
produktif yang dilaksanakan oleh operator adalah duduk, makan, mengobrol,
dan memainkan telepon genggam.
6. Menyiapkan perlengkapan pengukuran
Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, maka saatnya
melakukan langkah terakhir sebelum pengukuran, yaitu menyiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan. Hal-hal tersebut adalah:
a. Jam henti
b. Lembar pengamatan
c. Alat tulis
d. Papan pengamatan.
Jika alat-alat sudah disiapkan, maka pengukuran waktu kerja sudah bisa
dilakukan.

.8.2 Pengukuran Work Sampling


Menurut Wignjosoebroto S (2008) Pengukuran kerja dengan menggunakan
teknik sampling, sama halnya dengan pengukuran kerja dengan menggunakan
metoda jam henti harus terlebih dahulu dilakukan tahapan-tahapan persiapan.
Sampling pekerjaan (work sampling) merupakan suatu pengukuran tuntunan
yang dilakukan pada waktu tertentu secara acak yang dikembangkan berdasar
dengan ketentuan probabilitas, pengamatan yang dilakukan menggunakan sampel
yang diambil secara acak. Penyebab dari pengambilan sample adalah keterbatasan
waktu yang ada tenaga dan biaya yang tidak memungkinkan untuk melakukan
pengamatan terhadap seluruh anggota populasi. Sampling pekerjaan cocok
diterapkan untuk pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan
siklus waktu yang dimiliki panjang. Sampling dilakukan secara sesaat pada
waktu-waktu yang telah ditentukan secara acak. Dalam metode ini sangat
diperlukan penggunaan tabel acak.
1. Sampling Pendahuluan
12

Sampling pendahuluan dilakukan pula beberapa kunjungan untuk


mengetahui selang waktu dari operator yang bekerja selama satu siklus
pekerjaan. Dilakukan pula pemilihan operator yang bekerja normal untuk
diamati pada pengamatan berikutnya. Total waktu kerja dari stasiun kerja
operator yang bersangkutan diketahui melelui penelitian ini. Selanjutnya jam
pengamatan di tentukan mengikuti pada interval waktu dan waktu siklus serta
jam istirahat yang digunakan untuk menentukan populasi pengamatan yang akan
diamati. Bila memungkinkan melatih operator terlebih dulu untuk sistem kerja
terbaik agar operator terbiasa dengan sistem kerja yang ada dan pekerja lain
yang tidak diamati dapat terwakili.
2. Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data
Pengujian keseragaman data dalam suatu pengujian berguna untuk
memeriksa kembali bahwa data yang dikumpulkan berasal dari satu sistem yang
seragam. Dengan pengujian ini dapat diketahui ada tidaknya perbedaan data
yang berada di luar batas kendali. Dapat digambarkan dalam peta kontrol. Data
yang diluar batas kontrol tersebut akan dihilangkan dan tidak dipergunakan
dalam perhitungan selanjutnya. Sebelum membuat peta kontrol, dilakukan
terlebih dahulu menentukan batas batas kontrolnya dengan menggunakan rumus
berikut:
√ ( )

√ ( )

Dimana : p = Σ pi : k
n = Σ ni : k
Keterangan:
pi : persentase produktif di hari ke-i
ni : jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke-i
k : harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan
n : rata-rata jumlah pengamatan keseluruhan
Pengamatan sampling kerja maka masing-masing kejadian yang diamati
selama aktivitas berlangsung harus memiliki kesempatan yang sama untuk
diamati.
Pengujian kecukupan data adalah suatu pengujian yang berguna untuk
memastikan bahwa data yang digunakan cukup untuk digunakan sebagai bahan
penelitian, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

( ) ( )

Keterangan:
S : tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal).
p : persentase terjadinya kejadian yang diamati (desimal).
N : jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja.
k : harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan

Catatan:
Tingkat kepercayaan 68% harga k = 1
13

Tingkat kepercayaan 95% harga k = 2


Tingkat kepercayaan 99% harga k = 3
Apabila setelah dihitung, ternyata harga N’ lebih kecil daripada harga
sebenarnya, maka pengamatan berhenti karena dianggap telah mencukupi.
Sebaliknya jika harga N’ tersebut lebih besar dari harga sebenarnya, maka
dilakukan langkah pengamatan dari awal. Frekuensi pengamatan pada
hakikatnya tergantung pada jumlah pengamatan yang diperlukan dan waktu
yang tersedia untuk pengumpulan data yang direncanakan.
3. Perhitungan Jumlah Pengamatan yang Diperlukan
Formulasi yang digunakan untuk menetapkan jumlah pengamatan yang
dibutuhkan dalam aktivitas teknik sampling dengan mempertimbangkan dua
faktor yaitu:
a. Tingkat ketelitian dari hasil pengamatan.
Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil dari
pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.
b. Tingkat keyakinan dari hasil pengamatan
Tingkat keyakinan menunjukan seberapa besar keyakinan pengukur yang
mengamati bahwa dari hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian.
Contohnya data dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%
artinya bahwa penyimpangan yang diperbolehkan dari rata-rata sebenarnya
adalah sebesar 5% dan pengukur yakin bahwa data yang diperoleh itu benar
sebesar 95%.
Rumus:
( )

Keterangan:
S : tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal).
p : persentase terjadinya kejadian yang diamati (desimal).
N : jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja.
k : harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan.

2.8.3 Penyesuaian
Sutalaksana et al. (2006) mengemukakan bahwa penyesuaian dilakukan
dengan cara mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan
suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Jika pengukur berpendapat bahwa
operator bekerja terlalu cepat maka harga p nya lebih besar dari satu (p>1), jika
operator bekerja terlalu lambat maka harga p nya akan lebih kecil dari satu (p<1),
dan apabila operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan satu
(p=1).
Cara menentukan faktor penyesuaian menggunakan cara Westinghouse,
dimana cara tersebut mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap
menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Faktor tersebut antara
lain Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja dan Konsistensi. Setiap faktor terbagi
dalam kelas–kelas dengan nilainya masing-masing.
Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara
kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya
sampai ke tingkat tertentu saja, tingkat yang merupakan kemampuan maksimal
yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Keterampilan juga dapat
14

menurun, yaitu bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut atau
karena sebab–sebab lain seperti kesehatan terganggu, rasa fatique yang
berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya. Untuk keperluan
penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri–ciri dari setiap
kelas. Tabel penyesuaian dengan metode Westinghouse dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Penyesuaian juga bisa dilakukan dengan cara objektif dan cara ini lebih melihat
jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang operator dan memperhatikan faktor
kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja adalah kecepatan
dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Pengukur harus melakukan
penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditunjukan oleh operator. Agar
lebih jelas tabel penyesuaian dengan metode objektif dapat dilihat pada Lampiran
2.
Nilai penyesuaian dibutuhkan untuk memperoleh waktu normal. Waktu
normal adalah waktu siklus yang telah ditambahkan dengan nilai penyesuaian.
Waktu normal dihitung, yaitu dengan rumus:
Wn = Ws × p
Wn : waktu normal
Ws : waktu siklus
p : faktor penyesuaian (persentase untuk menormalkan waktu siklus)

2.8.4 Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun
dihitung. Oleh karena itu, sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu
normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi disini adalah, hal-hal seperti
minum, ke kamar kecil, dan bercakap-cakap. Besarnya kelonggaran yang
diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Besarnya kelonggaran bagi pekerja pria
berbeda dari pekerja wanita, misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada
kondisi-kondisi kerja normal pria memerlukan 0%-2,5% dan wanita 2-5%
(persentase ini adalah dari waktu normal).
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa keletihan (fatique)
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Salah satu cara untuk menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja
dan mencatat saat-saat dimana hasil produksi menurun. Kesulitan dalam
menentukan pada saat-saat mana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh
timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lainnya yang dapat
menyebabkan.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan
Seorang pekerja tidak akan lepas dari yang namanya hambatan. Ada
hambatan yang dapat dihindarkan seperti bercakap-cakap di luar kegiatan
15

kerjanya, ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada di
luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya.
Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan tak terhindarkan adalah:
a. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.
b. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.
c. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong
yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya.
d. Mengasah peralatan potong.
e. Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.
4. Menyertakan kelonggaran dalam penghitungan waktu baku
Langkah pertama adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga
hal diatas yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan
hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan. Dua hal yang pertama antara lain
dapat diperolehdengan memperhatikan kondisi-kondisi yang sesuai dengan
pekerjaan yang bersangkutan. Untuk yang ketiga dapat diperoleh melalui
pengukuran khusus seperti sampling pekerja. Kesemuanya, masing–masing
dinyatakan dalam presentase, dijumlahkan dan kemudian mengalikan jumlah
ini dengan waktu normal yang telah dihitung sebelumnya.
Nilai kelonggaran dibutuhkan untuk memperoleh waktu baku. Waktu baku
adalah waktu normal yang telah ditambah dengan nilai kelonggaran. Waktu
baku dihitung, yaitu dengan rumus:
Wb = Wn ( 1 + 1)
Wb : waktu baku
Wn : waktu normal
I : kelonggaran yang diberikan pada pekerja
16

3 TATA LAKSANA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Kerangka Kerja


Kerangka kerja Praktik Kerja Lapangan (PKL) memudahkan penulis untuk
melaksanakan kegiatan PKL. Kerangka PKL tersaji pada Gambar 1.

Mempelajari, mengamati, serta mendiskusikan aspek khusus Teknik Tata


Cara dan Pengukuran Kerja

Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan aspek khusus


Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja

Peta Ekonomi Studi Pengukuran


Ergonomi
Kerja gerakan gerakan kerja

Mencari akar masalah dan alternatif solusi aspek khusus


Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja

Konfirmasi dan penetapan prioritas pemecahan masalah

Pelaporan

Gambar 1 Kerangka Kerja Lapang


17

3.2 Metode Praktik Kerja Lapangan


Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data Primer ialah
data yang diperoleh dari observasi dan wawancara langsung. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari internet atau dokumen perusahaan. Metode
pengumpulan data yang dipakai adalah:
1. Observasi atau pengamatan secara langsung pada proses produksi, kondisi
lingkungan kerja, tata letak, tata cara kerja, dan penanganan bahan.
2. Wawancara secara langsung dengan Kepala Bagian Produksi, staff
ketenagakerjaan mengenai karakteristik dan spesifikasi produk, ergonomi,
display, studi gerakan, dan lingkungan kerja.
3. Studi Literatur dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari studi
literature yang ada pada perusahaan yang terkait dengan aspek yang dipelajari.
4. Pengukuran untuk mendapatkan data primer. Pengambilan beberapa data
perusahaan dilakukan atas izin yang telah diberikan sebelumnya oleh pihak
perusahaan.

3.3 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


Praktik Kerja Lapangan (PKL) akan dilaksanakan di PT Wijaya Karya Beton
Tbk Pasuruan yang berlokasi di Jalan Raya Kejapanan No 323 Gempol, Pasuruan,
Jawa Timur 67155. PKL akan dilaksanakan selama 45 hari kerja efektif dengan
asumsi rata-rata 8 jam kerja perhari dan dimulai pada 15 Februari hingga 21 April
2018. Waktu pelaksanaan praktik kerja lapang ini dapat dilihat pada Tabel 3
Rencana Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan:
18

Tabel 3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan PKL

Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Februari Maret April Mei
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Perkenalan kondisi
lapangan
2 Mempelajari aspek
khusus:
a. Peta kerja
(keseluruhan dan
setempat)
b. Ergonomi
c. Ekonomi gerakan
3 Pengukuran untuk
aspek Khusus :
a. Penetapan tujuan
pengukuran
b. Melakukan
penelitian
pendahuluan
c. Memilih operator
d. Pembagian elemen
pekerjaan untuk
lini yang diamati
e. Melakukan
pengambilan data
baik dengan
metode sampling
4 Melakukan
perhitungan untuk
mendapatkan waktu
baku
5 Penyusunan laporan
dan evaluasi
19

4 PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan


PT Wijaya Karya Beton Tbk Pabrik Produk Beton (PPB) Pasuruan
merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Wijaya Karya Tbk. PT Wijaya
Karya Beton Tbk PPB Pasuruan merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak di bidang industri beton pracetak. Perusahaan PT Wijaya Karya
Beton Tbk PPB Pasuruan terletak di Jalan Raya Kejapanan No. 323 Pasuruan,
Jawa Timur 67155. PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan dalam
pengembangan produknya telah menciptakan beberapa hasil seperti tiang beton
(tiang listrik), tiang pancang, bantalan jembatan rel kereta api, u-ditch, box
culvert, dan lain-lain .
PT Wijaya Karya Beton PPB Pasuruan ini memiliki 2 plant. Plant 1 terdiri
dari 6 jalur produksi. Plant 2 terdiri dari 3 jalur produksi. Pabrik ini dibangun di
atas tanah seluas 6 hektar untuk plant 1 (jalur 1-6), sedangkan plant 2 dibangun di
atas tanah seluas 6,5 hektar untuk plant 2 (jalur 7-9) dan pabrik ini telah
melaksanakan “Quality Management System” yang selaras dengan ISO
9001:2015. PT Wijaya Karya Beton Tbk ini memiliki 10 pabrik yang tersebar di
wilayah Indonesia serta 6 Wilayah Penjualan. PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB
Pasuruan melayani Wilayah Penjualan 5 dimana masing-masing berlokasi di
Pasuruan, Boyolali, dan Makassar.
Jejak PT Wijaya Karya Beton Tbk merupakan suatu Badan Usaha Milik
Negara yang didirikan sejak tahun 1960 sebagai perusahaan yang bergerak dalam
instalasi listrik. PT Wijaya Karya Beton Tbk mulai mengembangkan industri
beton pracetak pada tahun 1980-an yang tumbuh dengan pesat dan kemudian
menjadi produsen tiang listrik dan tiang pancang beton sentrifugal terbesar di
Indonesia dengan pabrik-pabrik yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara.
Terdapat 10 pabrik milik PT Wijaya Karya Beton Tbk yang tersebar di beberapa
lokasi yaitu:
1. PPB Sumatera Utara di Kabupaten Binjai, Sumatera Utara.
2. PPB Tenggineneng Lampung.
3. PPB Lampung Selatan.
4. PPB Bogor di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
5. PPB Boyolali di Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
6. PPB Pasuruan di Kejapanan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
7. PPB Sulawesi Selatan di Makassar, Sulawesi Selatan.
8. PPB Majalengka di Jatiwanggi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
9. PPB Karawang, Jawa Barat.
10. PPB Subang, Jawa Barat.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan


1. Visi :
“Menjadi Perusahaan Terkemuka Dalam Bidang Engineering Production
Installation (EPI) Industri Beton di Asia Tenggara”.
20

2. Misi :
a. Menyediakan produk dan jasa yang berdaya saing dan memenuhi harapan
pelanggan.
b. Memberikan nilai lebih melalui proses bisnis yang sesuai dengan
persyaratan dan harapan pemangku kepentingan.
c. Menjalankan sistem manajemen dan teknologi yang tepat untuk
meningkatkan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan, dan kesehatan kerja
yang berwawasan lingkungan.
d. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan
berkesinambungan.
e. Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.
3. Logo Perusahaan
PT Wijaya Karya Beton Tbk memiliki logo perusahaan yang digunakan
juga untuk logo produk beton yang diproduksi pada pabrik PT Wijaya Karya
Beton Tbk PPB Pasuruan. Logo perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Logo Perusahaan

4.1.3 Struktur Organisasi


Setiap perusahaan membutuhkan struktur organisasi guna mencapai visi
dan misinya. Struktur organisasi menggambarkan wewenang dan tanggung jawab
pekerja dalam melaksanakan tugasnya, mengetahui garis perintah, dan
mengetahui klasifikasi jabatan dalam suatu perusahaan. PT Wijaya Karya Beton
Tbk PPB Pasuruan dipimpin oleh Manajer Pabrik yang menaungi beberapa seksi
dari divisi yang berbeda-beda. Masing-masing divisi bertanggung jawab terhadap
masalah yang berbeda dipimpin oleh Manajer. Adapun struktur organisasi PT
Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan dapat dilihat pada Gambar 3.
21

MANAJER PABRIK
PRODUK BETON
(Noor Asyik, ST)

MANAJER
MANAJER TEKNIK PERENCANAAN MANAJER PERALATAN MANAJER KEUANGAN
MANAJER PRODUKSI
MUTU EVALUASI PRODUKSI (Eko Nurmawan M.W, dan PERSONALIA
(Husridal)
(Isma Sofianto, ST) (Hendra Prasteyo W, ST) (Ahmad Zaenudin)
ST)

Keterangan :
Garis Instruksi :

Garis Koordinasi :

Gambar 3 Struktur Organisasi PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan


Berikut adalah tanggung jawab, tugas, dan wewenang dari masing-masing
manajer di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan:
1. Manajer Pabrik
a. Tanggung Jawab dan Tugas
1) Terkendalinya rencana kerja dan anggaran biaya Pabrik Produk Beton.
2) Terkendalinya aktivitas operasional Pabrik Produk Beton.
3) Terkendalinya hasil produksi Pabrik Beton.
4) Terlaksananya pengelolaan pegawai di Pabrik Produk Beton.
5) Terkendalinya kegiatan pendukung operasional di Pabrik Produk Beton.
b. Wewenang
1) Menandatangani surat/memo internal maupun eksternal sesuai
kewenangan.
2) Menandatangani surat perjanjian kerja, surat perintah kerja, perjanjian
kerja sama terkait Pabrik Produk Beton sesuai wewenang.
3) Memberikan otorasi atas realisasi anggaran biaya Pabrik Produk Beton
sesuai limit.
4) Memberikan keputusan terkait dengan pengadaan dan biaya sesuai
dengan wewenang.
5) Mengajukan usulan kebutuhan dan pengembangan Human Resources
yang berada di bawah supervisinya.
6) Memberikan penilaian prestasi kerja bagi para pejabat struktural dalam
Pabrik Produk Beton.
7) Bertanggung jawab atas terlaksananya K3 di lingkup tugas dan tanggung
jawabnya.
2. Manager Teknik Mutu
a. Tanggung Jawab dan Tugas
1) Terkendalinya rencana kerja dan anggaran di bagian teknik dan mutu.
2) Terkendalinya aspek teknis dam mutu untuk mendukung proses produksi
dan purna jual.
3) Memastikan kegiatan pengujian, penelitian, dan pengembangan produk
sesuai dengan rencana.
4) Terlaksananya Sistem Management ISO dan K3 di pabrik.
b. Wewenang
1) Mengajukan rencana kerja dan anggaran di bagian teknik dan mutu.
22

2) Merekomendasikan bahan baku, suku cadang dan material penunjang


diterima dan atau ditolak.
3) Melakukan koordinasi fungsi teknik dan mutu di pabrik.
4) Mengendalikan dokumen dan acuan teknis.
5) Menentukan status produk baik, cacat atau gagal.
6) Merekomendasikan tindak lanjut perbaikan penyimpangan produk.
7) Berkoordinasi dengan biro teknik dan litbang terkait program kerja
pengujian, penelitian, dan pengembangan produk.
8) Merekomendasikan hasil karya inovasi untuk diterapkan.
9) Merekomendasikan saran-saran yang diperlukan dalam rangka menjaga
kesinambungan penerapan SM ISO dan SMK3 di pabrik.
10) Bertanggung jawab atas terlaksananya K3 di lingkup tugas dan
tanggung jawabnya.
3. Manager Perencanaan Evaluasi Produksi
a. Tanggung jawab dan Tugas
1) Menyusun Rencana Anggaran Biaya Pabrik
2) Terkendalinya rencana produksi dan distribusi.
3) Melakukan evaluasi biaya produksi secara rutin.
4) Terlaksananya koordinasi dengan Wilayah Penjualan.
b. Wewenang
1) Mengkoordinasikan seluruh fungsi di pabrik dalam penyusunan RAB
beserta evaluasinya untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi biaya
produksi.
2) Berkoordinasi dengan wilayah penjualan dalam bentuk memenuhi
kapasitas produksi.
3) Memastikan perencanaan produksi sesuai dengan kebutuhan Wilayah
Penjualan.
4) Menginstruksikan untuk memulai produksi sesuai dengan kebutuhan
Wilayah Penjualan.
5) Bertanggung jawab atas terlaksananya K3 di lingkup tugas dan tanggung
jawabnya.
4. Manager Peralatan
a. Tanggung Jawab dan Tugas
1) Terpenuhinya kebutuhan peralatan produksi.
2) Terpenuhinya kebutuhan cetakan produksi.
3) Melakukan perencanaan dan evaluasi biaya cetakan serta peralatan.
4) Terlaksananya perizinan operasi peralatan.
b. Wewenang
1) Merekomendasikan jenis pemeliharaan peralatan dan fasilitas
produksi yang cocok untuk mendapatkan kinerja yang optimal.
2) Merekomendasikan jenis suku cadang dan bahan penunjang lainnya yang
mendukung kinerja peralatan yang optimal, efektif, dan efisien.
3) Merekomendasikan pembaruan izin alat dan operator.
4) Merekomendasikan penundaan produksi dikarenakan terjadinya
perbaikan alat.
5) Bertanggung jawab atas terlaksananya K3 di lingkup tugas dan tanggung
jawabnya.
23

5. Manager Keuangan dan SDM


a. Tanggung jawab dan Tugas
1) Terpenuhinya kebutuhan SDM.
2) Terpenuhinya kelengkapan perizinan di pabrik.
3) Mengelola keuangan, akuntansi, dan pajak sesuai dengan prosedur.
4) Memastikan pengadaan material dan suku cadang sesuai dengan
kebutuhan produksi.
5) Memastikan kegiatan sekretariatan dan umum sesuai dengan yang
direncanakan.
b. Wewenang
1) Melaksanakan proses rekruitmen pegawai.
2) Mengkoordinasikan penilaian pegawai dengan bagian lain.
3) Membuat usulan RKD.
4) Menyelenggarakan negosiasi dengan mitra kerja.
5) Bertanggung jawab atas terlaksananya K3 di lingkup tugas dan tanggung
jawabnya.
6. Manager Produksi
a. Tanggung jawab dan Tugas
1) Terpenuhinya rencana produksi yang direncanakan.
2) Terpenuhinya pelaksanaan prosedur di bagian produksi.
3) Mengelola sumber daya produksi pada lingkup bagian produksi.
b. Wewenang
1) Mengkoordinasikan kegiatan produksi di pabrik.
2) Merekomendasikan jadwal produksi.
3) Merekomendasikan pemberhentian produksi.
4) Merekomendasikan pemakaian mitra kerja bidang jasa.
5) Bertanggung jawab atas terlaksananya K3 di lingkup tugas dan
tanggung jawabnya.

4.1.4 Hasil Produksi


Produksi merupakan suatu proses mengubah input menjadi output sehingga
nilai suatu barang tersebut bertambah. PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan
memproduksi beberapa produk yang mempunyai kegunaan dan tipe yang berbeda.
Berikut adalah produk yang dihasilkan oleh PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB
Pasuruan:
1. Bantalan Jembatan Rel (BJR)
Bantalan Jembatan Rel (BJR) merupakan produk yang dihasilkan oleh PT
Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan khususnya pada Plant 1. Produk ini
berfungsi sebagai pengikat rel dengan alat penambat agar laju kereta api selalu
dalam jalurnya. Jenis struktur landasan Bantalan Jembatan Rel (BJR) dapat
dibagi sesuai dengan bahan dan karakteristik penyusunnya, salah satunya
bantalan beton. Produk ini merupakan produk unggulan yang dihasilkan oleh
PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan. Sehingga ini mendorong
permintaan Bantalan Jembatan Rel (BJR) meningkat setiap tahunnya. Produksi
yang dihasilkan pada produk BJR setiap harinya menghasilkan 200 batang
produk dengan jam kerja satu shift. Bantalan Jembatan Rel dapat dilihat pada
Gambar 4.
24

Gambar 4 Produk Bantalan Jembatan Rel


2. Tiang Pancang (Paku Bumi)
Tiang Pancang atau sering disebut paku bumi pada umumnya digunakan
untuk pondasi bangunan yang dipancangkan ke dalam tanah sebagai
penyangga beban utamanya. Tiang pancang yang dihasilkan menghasilkan
beberapa tipe berdasarkan besar kecilnya diameter tiang pancang dimulai dari
30 cm hingga 100 cm. Berdasarkan bentuknya tiang pancang dibedakan
menjadi tiga yaitu bulat, kotak, dan segitiga. Jumlah Tiang pancang yang
dihasilkan per harinya sebanyak 300 batang pada tiga jalur produksi dengan
jam kerja 3 shift. Tiang pancang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Produk Tiang Pancang


3. Tiang Listrik (Tiang Beton)
Tiang Listrik merupakan produk yang dihasilkan oleh PT Wijaya Karya
Beton Tbk PPB Pasuruan khususnya pada Plant 1. Tiang Listrik ini sering juga
disebut dengan tiang beton. Tiang listrik terbuat dari material besi ukuran
tertentu, pasir alam, semen, split cor, dan bahan campuran penunjang lainnya.
Fungsi dari tiang listrik sebagai penyangga dan penyalur peralatan listrik.
Produksi Tiang Listrik yang dihasilkan pada PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB
Pasuruan sebanyak 50 batang per harinya dengan jam kerja tiga shift. Tiang
Listrik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Produk Tiang Listrik


25

4. Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP)


Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP) atau sering disebut turap
bergelombang merupakan beton pracetak berguna sebagai pondasi penahan
tanah. Produk ini merupakan beton pracetak pretension karena dalam proses
pembuatannya, tulangan stranda pada CCSP di stressing terlebih dahulu
sebelum di cor. Jumlah produk CCSP yang dihasilkan per hari sebanyak 50
batang dengan jam kerja tiga shift. Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP)
dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Produk Corrugated Concrete Sheet Pile


5. Box Culvert
Produk Box Culvert merupakan produk beton pracetak yang berbentuk
persegi atau kotak dengan ukuran yang sudah ditentukan. Box culvert berfungsi
sebagai material dalam proses konstruksi bawah tanah karena sifatnya yang
kedap terhadap air tanah, bukan hanya bisa digunakan menjadi saluran air
besar atau drainase saja. Box Culvert yang diproduksi pada jalur 9 ini
menghasilkan kurang lebih 40 buah per harinya. Box Culvert dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Produk Box Culvert


6. U-ditch
U-ditch merupakan produk yang hampir sama dengan produk box culvert,
hanya saja perbedaan keduanya pada bagian tutup atau cover yang terpisah. U-
ditch adalah saluran dari beton bertulang dengan bentuk penampang huruf U.
Produk ini biasanya berfungsi sebagai saluran drainasi air atau irigasi. Dimensi
saluran ini dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Kelebihan u-
ditch adalah sangat mudah untuk mengecek aliran arus air dan mudah untuk
diperbaiki jika ada saluran yang terhambat. Produk yang dihasilkan U-ditch
setiap harinya sebanyak kurang lebih 40 buah. U-ditch dapat dilihat pada
Gambar 9.
26

Gambar 9 Produk U-ditch

7. Balok Jembatan Beton (Girder)


Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga, dapat berupa pier
ataupun abutment pada suatu jembatan atau fly over. Material penyusun girder
ini terdiri dari girder beton dan girder baja. Sistem perancangannya terdiri dari
girder precast yaitu girder beton yang telah dicetak di plant 2, selain itu juga
dikenal istilah on-site girder yaitu girder yang dicor di tempat pelaksanaan
proyek. Girder ini dirancang sesuai dengan perancangan beton pada umumnya
yaitu menggunakan bekisting sebagai cetakannya. Kapasitas produksi yang
dihasilkan Girder setiap harinya sebanyak 5 buah. Girder atau balok jembatan
beton dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Produk Balok Jembatan Beton (Girder)

4.1.5 Proses Produksi


PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan memiliki 9 jalur yang
menghasilkan produk yang berbeda setiap jalurnya. Proses produksi yang
dipelajari dan diamati adalah pembuatan produk Tiang Pancang pada jalur 1.
Bagan alur proses produksi Tiang Pancang dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut
merupakan uraian alur proses produksi pembuatan Tiang Pancang:
1. Perakitan tulangan
Proses produksi Tiang pancang diawali dengan perakitan tulangan yang
dilakukan pada preparation workshop jalur 1. Proses pertama yaitu
memotong PC bar sesuai dengan ukuran dan tipe produk yang telah
ditentukan. Kemudian PC bar yang telah dipotong dilakukan proses heading,
lalu dimasukan ke mesin Wire Caging (WCM). Sebelum WCM diaktifkan,
operator menyiapkan besi spiral yang telah dililitkan pada drum spiral lalu
mengaitkan spiral pada PC bar. Kemudian operator mengaktifkan mesin
melalui control panel. Selanjutnya mesin akan melakukan proses caging yaitu
pengelasan antara PC bar dan besi spiral secara otomatis. Rakitan yang sudah
siap selanjutnya akan dipindah ke proses produksi dengan menggunakan
kereta dorong menuju Jalur 1. Sebelum rakitan dimasukan ke cetakan
menggunakan hoist crane dilakukan pemasangan plat sambung. Tiang
27

pancang tipe bottom akan dipasang plat sambung pada bagian inner plate dan
sepatu pancang pada bagian end plate. Sedangkan untuk tipe middle akan
dipasang plat sambung pada bagian inner plate dan end plate. Cetakan yang
berisi rakitan tulangan yang sudah dipasang plat sambung dan sepatu pancang
akan dipindah ke trolley cor.
2. Pembuatan beton
Setelah perakitan tulangan selesai, maka proses selanjutnya yaitu
persiapan pembuatan beton. Proses tersebut dilakukan dengan mempersiapkan
bahan baku atau material yang akan dicampur pada mesin Batching Plant.
Langkah pertama yaitu melakukan penimbangan material pasir dan split lalu
masukkan kedalam bucket, menambahkan material semen yang telah
ditimbang, kemudian dituangkan kedalam mixer adukan material tersebut
hingga merata. Tambahkan kebutuhan air sesuai dengan kebutuhan dan
komposisi yang telah ditentukan oleh bagian teknik dan mutu. Penambahan
material air dilakukan secara bertahap, kemudian tambahkan admixture
kedalam mixer. Setelah semua bahan tersebut tercampur amati hingga bahan
baku secara rata tercampur.
3. Pengecoran
Adukan beton siap dimasukkan kedalam cetakan yang telah berisi
tulangan berada diatas trolley cor. Adukan beton tersebut berasal dari mixer
yang dipindahkan kedalam hopper conveyor. Penuangan adukan beton
didistribusikan secara merata dari ujung menuju ujung lainnya sepanjang
cetakan. Setelah merata menempatkan cetakan pada lokasi penutupan,
membersihkan sisa-sisa adukan yang tidak merata. Kemudian memasang tutup
cetakan atas selanjutnya pasang klem cetakan dan kencangkan baut dengan
menggunakan impact tool.
4. Stressing besi PC bar
Penarikan besi atau stressing dilakukan untuk menguji kekuatan besi pada
rakitan. Pada proses ini coupler mesin stressing simultan (MSS) dimasukkan
kedalam roda cetakan lalu dikencangkan. Penarikan besi tersebut dilakukan
secara otomatis, mesin akan berhenti apabila jarum sudah mencapai jarum
pembatas tarikan. Batas tarikan tersebut ditentukan oleh diameter beton.
Cetakan yang sudah melewati proses stressing akan diangkat menggunakan
hoist crane untuk proses selanjutnya.
5. Pemadatan beton (Spinning)
Proses pemadatan dilakukan setelah penarikan tulangan atau stressing
telah selesai. Pada proses ini beton akan dipadatkan dengan cara diputar
dengan menggunakan mesin spinning. Cetakan diletakan diatas mesin, dan
diputar bertahap selama 12 menit. Pada proses ini menghasilkan limbah padat
dan limbah cair yang kemudian dialirkan menuju bak penampungan.
6. Perawatan beton
Cetakan yang telah dilakukan proses pemadatan selanjutnya dipindahkan
ke bak uap. Tujuan dari proses penguapan agar beton cepat kering dan pada.
Satu bak uap dapat menampung kurang lebih 10 cetakan beton. Temperatur
penguapan berkisar 65-75°C. Pengaliran uap membutuhkan waktu selama 6,5
jam.
28

7. Pengeluaran dan penandaan produk beton


Cetakan beton yang telah melewati proses perawatan dengan uap
kemudian diangkat menggunakan hoist crane dari bak uap dan diletakkan
pada trolley. Cetakan atas dan bawah akan dibuka dengan mengendorkan baut
menggunakan impact tool. Setelah dibuka maka beton dilakukan pembersihan
terlebih dahulu dan dilakukan pengecekan kualitas oleh bagian teknik dan
mutu. Selanjutnya dilakukan penandaan produk, pemberian tanda
menunjukkan bahwa beton produk Tiang Pancang telah selesai diproduksi.
Kemudian produk tersebut dipindahkan ke trolley dan diangkut menggunakan
hoist crane untuk dikeluarkan dan disimpan pada tumpukan stock yard.

4.2 Peta Kerja


Peta Kerja merupakan kegiatan kerja yang menggambarkan kegiatan proses
awal sampai dengan proses akhir secara sistematis dan jelas. Tujuan dari peta
kerja adalah meningkatkan fleksibilitas sistem kerja maupun meningkatkan
produktivitas kerja. Peta kerja terdiri Peta Proses Operasi, Peta Aliran Proses, dan
Diagram Alir.
1. Peta Proses Operasi
Peta proses operasi merupakan gambaran langkah proses operasi. Peta
proses operasi dibuat bertujuan untuk mengetahui urutan bahan baku yang
dioperasikan sekaligus dilakukan pemeriksaan. Proses produksi yang
dilakukan analisis adalah produk Tiang Pancang yang terdapat pada jalur 1.
Berdasarkan dari hasil dari peta proses operasi produksi Tiang Pancang maka
didapatkan total sebesar 470.95 menit dengan jumlah operasi sebanyak 17
dan inspeksi sebanyak 1. Pada peta proses ini sudah dianggap baik karena alur
produksi yang ada sudah sesuai prosedur yang ditetapkan untuk pembuatan
produk Tiang Pancang, sehingga tidak memungkinkan untuk dikurangi atau
dipersingkat. Peta proses operasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
2. Peta Aliran Proses
Peta aliran proses merupakan diagram yang menunjukan urutan-urutan
dari proses operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan
serta membuat informasi mengenai waktu yang dibutuhkan sebesar 478.52
menit dan perpindahan dalam 155 meter yang terdapat pada proses pembuatan
Tiang Pancang. Peta aliran proses dapat dilihat pada Lampiran 5.
3. Diagram Aliran
Diagram aliran merupakan gambaran yang menunjukan lokasi darisemua
aktivitas dari Peta aliran proses pembuatan Tiang Pancang. Diagram aliran ini
berguna untuk memperjelas suatu peta aliran proses dan perbaikan tata letak
suatu ruang produksi terutama pada jalur 1 sebagai produsen Tiang Pancang.
Diagram aliran dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.3 Ergonomi
Ergonomi ialah cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat bekerja dengan sistem yang
baik dan mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan yang efektif, aman,
sehat, nyaman, dan efisien (EASNE). PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan
29

untuk pengamatan yang dilakukan yaitu kondisi lingkungan kerja, display, dan
antropometri yang terdapat pada jalur 1.
1. Lingkungan kerja
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas produksi, salah
satunya yaitu lingkungan kerja. Lingkungan kerja pada PT Wijaya Karya
Beton Tbk PPB Pasuruan memiliki kondisi kerja yang berbeda-beda. Faktor-
faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja PT Wijaya Karya Beton Tbk
PPB Pasuruan diantara lain:
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap tingkat produktivitas. Apabila suhu terlalu
panas atau terlalu dingin mengakibatkan kurang optimalnya pekerja dalam
beraktivitas. Setiap anggota tubuh manusia dalam keadaan normal memiliki
suhu yang berbeda-beda. Setiap manusia juga memiliki kemampuan dalam
menerima rangsangan berbeda-beda sesuai faktor yang mempengaruhinya.
Faktor yang dapat berpengaruh yaitu jenis kelamin, usia, suku bangsa, dan
lain-lain. Suhu yang terdapat pada PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan
dikategorikan tinggi karena terdapat pada ruangan yang terbuka
(semioutdoor). Suhu yang berada PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan
berkisar 32-35°C. Contoh suhu yang terdapat pada jalur 1 produksi tiang
pancang berkisar 32°C hal ini disebabkan terdapat proses penguapan beton
yang mengakibatkan suhu di ruangan tersebut meningkat.
b. Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki oleh pendengaran
yang timbul akibat adanya kegiatan yang menghasilkan suatu bunyi yang
dapat menggangu kerja, konsentrasi, dan kesulitan berkomunikasi. Sumber
kebisingan yang terjadi di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan
dihasilkan dari beberapa dari berbagai jalur salah satunya yaitu pada jalur 1.
Pada jalur tersebut sumber kebisingan berasal dari proses spinning atau
pemadatan beton sebesar 85 dB. Kebisingan tersebut diatasi dengan cara
mewajibkan setiap pekerja untuk memakai earplug sebagai alat pelindung diri
untuk meminimalisir terganggunya kesehatan pendengaran.
c. Cahaya
Cahaya merupakan hal penting karena tidak mungkin pekerja dapat
bekerja dalam kondisi gelap dan kurang pencahayaan. Pencahayaan yang baik
dapat mengurangi kelelahan mata pada pekerja dan meminimalisir terjadinya
kesalahan saat bekerja. Pencahayaan pada ruang produksi PT Wijaya Karya
Beton Tbk PPB Pasuruan cukup baik. Sumber cahaya pada siang hari berasal
dari sinar matahari sudah cukup baik karena didukung dengan ruang produksi
yang semi outdoor dan tinggi bangunan. Sedangkan pekerja shift malam hari
difasilitasi dengan adanya penerangan lampu yang cukup banyak di setiap
ruang produksi dan cadangan instalasi genset. Pengukuran cahaya yang
terdapat pada jalur 1 sebesar 300 Lux.
d. Sirkulasi Udara
Sirkulasi udara merupakan perputaran keluar masuknya udara. Sirkulasi
udara di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan sudah cukup baik.
Dukungan adanya tanaman-tanaman yang diberikan di sekitar lingkungan
pabrik untuk memberi efek psikologis kesejukan akibat kelelahan kerja dan
kandungan udara kotor yang terdapat di sekitar area produksi. Bangunan pada
30

semua jalur produksi juga didukung dengan tinggi bangunan sekitar 20 meter.
Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perputaran udara
yang baik. Sedangkan di setiap ruang kantor didukung dengan fasilitas
ventilasi udara yang cukup baik dan terdapat Air Conditioner (AC).
e. Warna fasilitas
Warna ruangan pada setiap jalur produksi dominan berwarna silver yang
berasal dari dinding alumunium dengan kombinasi biru dan hijau. Warna
tersebut bertujuan memberi kesan sejuk dan luas pada setiap ruangan.
f. Bau-bauan
Bau-bauan merupakan jenis pencemaran udara apabila menganggu
penciuman dan konsentrasi kerja dan membahayakan kesehatan pekerja. Pada
ruang produksi jalur 1 terdapat bau-bauan yang berasal dari debu, material,
dan adukan beton tetai tidak menyengat. Antisipasi yang dilakukan oleh PT
Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan mewajibkan penggunaan masker
untuk setiap pekerja.
2. Display
Display merupakan alat untuk memberikan suatu informasi kepada
pekerja dalam bekerja agar tercipta suatu lingkungan kerja yang aman. Pada
PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan pemasangan display terdapat di
berbagai tempat guna menyajikan informasi-informasi yang diperlukan
pekerja dalam melaksanakan aktivitasnya dan meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja. Display yang terdapat pada PT Wijaya Karya Beton Tbk
PPB Pasuruan dapat dilihat pada Lampiran 7.
3. Antropometri
Antropometri bertujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui
pekerjaan yang dilakukan secara efektif, aman, sehat, nyaman, dan efesien
(EASNE). Aktivitas pekerjaan yang dilakukan operator pada jalur 1 bagian
preparation workshop lebih cocok dilakukan dengan posisi berdiri. Hal
tersebut dikarenakan sebagian besar pekerjaan pada preparation workshop
dilakukan dengan posisi berdiri dan pekerja harus sering berpindah tempat,
namun perusahaan tetap menyediakan kursi untuk pekerja istirahat sejenak.
Ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dengan posisi jongkok ketika
operator membuka plastik PC bar.

4.4 Ekonomi Gerakan


Ekonomi gerakan merupakan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan
tubuh manusia, tata letak, tempat kerja dan peralatan pekerjaan yang dirancang
sehingga memungkinkan menghemat gerakan secara ekonomis. Penghematan
gerakan secara ekonomis yaitu menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak
diperlukan dalam bekerja seperti menghilangkan gerakan tubuh berputar,
mengambil barang yang memiliki jarak terlalu jauh sehingga sulit dijangkau oleh
pekerja, atau mengurangi gerakan patah-patah yang terdapat pada pekerjaan
sehingga memperlambat pekerjaan. Berikut ekonomi gerakan pada operator Wire
Caging di jalur 1 preparation workshop:
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan
gerakan-gerakannya yaitu:
31

a. Gerakan tangan memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama.
Pekerjaan dimulai dari gerakan operator Wire Caging menggunakan kedua
tangan untuk mengangkat PC bar untuk dibuat heading.
b. Gerakan kedua tangan tidak menganggur pada saat yang sama kecuali
istirahat. Kedua tangan operator Wire Caging tidak menganggur pada
waktu yang sama pada saat operator menunnggu perpindahan PC bar dari
proses heading ke mesin wire caging.
c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya berlawanan
arah. Gerakan tangan pada operator Wire Caging berlawanan arah, tangan
kiri memegang remote control tangan kanan mengarahkan tulangan.
d. Pekerjaan sebaiknya dirancang mudah dan mengikuti irama yang alamiah
bagi operator. Irama kerja pada operator sudah sesuai dengan
pekerjaannya, misal pada saat operator membawa cincin spiral pada pagi
hari karena pada siang hari irama tersebut akan hilang karena sudah
banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
e. Gerakan mata diusahakan sedikit mungkin. Gerakan mata yang dilakukan
oleh operator Wire Caging tidak terlalu sering. Dikarenakan pada saat
memasukan PC bar kedalam mesin membutuhkan tingkat ketelitian yang
tinggi.
2. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja yaitu:
a. Usahakan badan dan peralatan memiliki tempat yang tepat. Alat
perlengkapan mesin wire caging, tombol control dan lainnya diletakkan di
sekitar operator sehingga memudahkan untuk pengoperasian.
b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah dan nyaman
untuk dicapai. Peletakkan cicin spiral diletakkan pada samping mesin wire
caging agar mudah dijangkau pada saat pergantian spiral yang baru.
c. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai
dirancang. Penempatan hasil tulangan langsung diletakan pada samping
preparation workshop setelah selesai proses pengelasan oleh mesin wire
caging. Sehingga memudahkan dalam transportasi tulangan dengan
bantuan hoist crane dan kereta dorong.
d. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik.
3. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan
yaitu:
a. Tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan peralatan
yang digunakan dengan kaki dapat ditingkatkan. Semua aktivitas kerja
pada operator bagian preparation workshop terutama pada operator wire
caging tidak dapat menggunakan kaki, karena seluruh kegiatan kerja
menggunakan tangan.
b. Peralatan dirancang agar memiliki lebih dari satu data kegunaan. Suatu alat
dapat dirancang memiliki beberapa kegunaan dalam pemakaianya, maka
diharapkan alat tersebut meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Elemen-
elemen gerakan pada proses pengelasan wire caging dapat diuraikan
menjadi beberapa elemen gerakan. Tidak terdapat pemakaian alat yang
memiliki kegunaan lebih dari satu kegunaan.
32

c. Peralatan dirancang sehingga dapat memudahkan dalam pemegangan dan


penyimpanan. Pada proses pengelasan, peralatan yang digunakan operator
wire caging dirancang mudah dioperasikan dan disimpan pada tempat yang
tepat.

4.5 Studi gerakan


Studi gerakan merupakan analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan
bagian tubuh pekerja dalan menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian
diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak perlu dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan baik dalam bentuk tenaga,
waktu kerja maupun dana (Sutalaksana,2004)
Studi gerakan yang diamati adalah gerakan operator pada proses pengelasan
menggunakan mesin Wire Caging. Penjelasan proses pengelasan tersebut terdapat
pada peta tangan kiri tangan kanan yang dapat dilihat pada Gambar 11.
Peta Tangan Kiri Tangan Kanan
Pekerjaan : proses pengelasan preparation workshp jalur 1 operator mesin wire caging
Dipetakan oleh : Umi Nur Fauziah
Tanggal dipetakan : 18 April 2018
Tangan Kiri Therbligh Lambang Therbligh Tangan Kanan
Menjangkau PC bar Menjangkau RE RE Menjangkau Menjangkau PC bar

Memegang PC bar Memegang G G Memegang Memegang PC bar


Membawa PC bar dari proses Membawa PC bar dari proses
Membawa M M Membawa
heading ke proses pengelasan heading ke proses pengelasan
Memposisikan PC bar ke mesin wire Memposisikan PC bar ke mesin wire
Pengarahan P P Pengarahan
caging caging
Melepaskan PC bar masuk kedalam
Memegang PC bar bagian tengah Memegang G RL Melepas
mesin wire caging
Menggunakan tombol untuk Memegang bolpen untuk mencatat
Memakai U G Memegang
mengoperasikan mesin wire caging kode produk

Memeriksa rakitan Memeriksa I I Memeriksa Memeriksa rakitan

Mematikan tombol operasi mesin Memakai U RL Melepas Melepaskan part mesin


Menjangkau rakitan yang telah jadi Menjangkau RE H Memegang untuk memakai Memegang tombol hoist crane

Memegang rakitan agar terkendali Memegang G H Memegang untuk memakai Memegang tombol hoist crane

Membawa rakitan ke kereta dorong Membawa M H Memegang untuk memakai Memegang tombol hoist crane

Gambar 11 Peta Tangan Kiri Tangan Kanan Therbligh

4.6 Pengukuran waktu kerja


Pengukuran waktu kerja bertujuan untuk menghitung standar waktu baku
operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku merupakan waktu
yang dibutuhkan pekerja secara wajar untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan
sistem kerja terbaik. Pengukuran waktu yang dilakukan pada PT Wijaya Karya
Beton Tbk PPB Pasuruan menggunakan metode work sampling. Hal tersebut
dikarenakan dilakukan lebih dari satu operator yang bergabung menjadi satu tim
dan siklus waktu pekerjaan yang dimiliki panjang. Metode work sampling
33

digunakan untuk mengetahui penggunaan waktu jam kerja yang dilakukan oleh
pekerja. Selain itu, metode work sampling bertujuan untuk mengetahui tingkat
penggunaan alat atau mesin saat proses produksi berlangsung.
Pengamatan yang dipilih selama PKL pada salah satu pekerjaan PT Wijaya
Karya Beton Tbk PPB Pasuruan, yaitu pengamatan pada operator mesin Wire
Caging di jalur 1. Tujuan dari pengamatan ini untuk mengidentifikasi kegiatan
produktif dan non produktif, selain itu juga untuk mengetahui distribusi
pemakaian waktu kerja oleh mesin atau operator Wire Caging. Pengamatan
dilakukan secara tidak terus menerus harus berada di lokasi pengamatan,
melainkan pada waktu yang telah ditentukan secara acak sehingga dapat efektif
dan efisien untuk mengumpulkan informasi mengenai mesin atau operator. Tabel
acak dibuat dengan panjang satuan waktu 5 menit dengan perhitungan berikut:
Pengamatan dilakukan saat proses pengelasan pada mesin Wire Caging
dengan lama kerja di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan 1 shift adalah 8
jam kerja dimulai dari pukul 07.00-15.00 WIB. Namun pengukuran waktu
tersebut hanya dilakukan pada saat jam kerja produktif, sehingga jam istirahat
tidak perlu dilakukan perhitungan. Sehingga didapatkan banyaknya jumlah
pengamatan yaitu 7 jam x 60 menit : 5 menit = 84 kali untuk satu satuan
panjangnya. Berdasarkan waktu perhitungan tersebut, pengamatan tidak boleh
lebih dari angka 84 dan angka tidak boleh berulang atau sama. Tabel bilangan
acak dibuat dengan Microsoft Excel menggunakan formula =RAND()*100.
Setelah dipilih bilangan acak maka didapatkan waktu pengamatan secara acak.
Tabel waktu kunjungan hari ke-1 untuk work sampling dapat dilihat pada
Lampiran 8.

4.6.1 Langkah Persiapan pengukuran waktu kerja metode work sampling


Pengukuran waktu kerja selama kegiatan PKL dilakukan pada Preparation
Workshop jalur 1 mesin Wire Caging. Proses pengelasan Wire Caging berkaitan
dengan proses sebelumnya dan proses selanjutnya. Jika proses pengelasan pada
mesin Wire Caging tidak dilaksanakan maka proses selanjutnya tidak dapat
berjalan. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan beberapa langkah
sebagai berikut:
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Dalam pengukuran waktu baku, hal-hal penting yang harus diketahui
dan ditetapkan adalah peruntukkan penggunaan hasil pengukuran, tingkat
ketelitian, dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran
tersebut. Pengamatan untuk pengukuran yang dilakukan bertujuan
memperoleh waktu baku operator mesin Wire Caging. Waktu baku tersebut
menjadi acuan standar maksimal waktu kerja operator dalam menyelesaikan
proses pengelasan tiang pancang dengan menggunakan mesin Wire Caging
serta sebagai pembanding produktivitas aktual pekerja dengan target.
2. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh
waktu yang pantas untuk diberikan kepada operator mesin Wire Caging dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Tentu suatu sistem kerja dengan kondisi yang
ada perlu dicarikan waktu yang pantas. Penelitian pendahuluan dilakukan
selama dua hari untuk melihat sistem kerja yang baik. Hasil penelitian pada
Preparation Workshop jalur 1 tergolong baik. Hal tersebut dapat dilihat dari
34

sietem kerja operator yang sudah melaksanakan kegiatan sesuai Job


Description dan operator jarang menganggur.
3. Memilih Operator
Pengukuran waktu baku dilakukan pada operator yang memiliki
kemampuan normal, dapat diajak bekerjasama artinya tidak terlalu cepat tidak
terlalu lambat sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan secara wajar. Operator
yang dilakukan pengukuran adalah operator mesin Wire Caging. Alasan
penulis memilih operator tersebut karena pada pekerjaan Wire Caging
merupakan pekerjaan kritis diantara pekerjaan yang lain. Pekerjaan pada
proses pengelasan Wire Caging dapat berpengaruh pada kegiatan sebelum dan
selanjutnya. Hal tersebut disebabkan proses tersebut membutuhkan keahlian
khusus oleh operator, sehingga waktu yang dihasilkan pada proses pengelasan
Wire Caging tersebut tidak sama. Selain itu, proses ini menjadi salah satu
penentu baik tidaknya produk yang akan dihasilkan. Pemilihan operator
dilakukan dengan cara melakukan perbandingan terhadap dua operator yang
bekerja pada bagian Preparation Workshop jalur 1 khususnya operator mesin
Wire Caging. Berikut adalah perbandingan dua operator pada mesin Wire
Caging dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan operator mesin Wire Caging
No Nama Operator Pekerjaan Lama Bekerja
1 Amin Operator mesin 10 tahun
Wire Caging
2 Supadi Operator mesin 12 tahun
Wire Caging

Operator yang dipilih adalah Bapak Supadi berumur 41 tahun dan sudah
bekerja di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan selama 12 tahun.
Operator dipilih berdasarkan pekerjaan utamanya dan penguasaan cara kerja
yang dianggap dapat bekerja normal dengan kemampuan rata-rata saat
dilakukan pengukuran dan mudah bekerjasama saat pengukuran berlangsung.
4. Melatih Operator
Dalam melakukan pengukuran waktu baku perlu dilakukan pelatihan
terlebih dahulu terhadap operator, karena sebelum diukur operator harus sudah
terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan dan dibakukan.
Selain itu bertujuan untuk melatih operator agar dapat diajak bekerjasama
selama pengukuran berlangsung. Operator mesin Wire Caging yang dipilih
telah mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan wajar dan tidak kaku,
sehingga tidak melakukan perancangan gerakan. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa operator yang dipilih dan dilatih telah menguasai sistem
kerja.
5. Elemen Pekerjaan
Membagi kegiatan menjadi elemen-elemen pekerjaan yang merupakan
kegiatan yang bersangkutan. Elemen pekerjaan tersebut dibagi menjadi dua,
yaitu kegiatan produktif dan kegiatan non produktif. Kegiatan ini yang
nantinya menjadi panduan selama 8 hari pengamatan pada operator mesin
Wire Caging. Dua penggolongan kegiatan produktif dan non produktif dapat
dilihat pada Tabel 5.
35

Tabel 5 Kegiatan Produktif dan Non Produktif


No Kegiatan Produktif Kegiatan Non Produktif
1 Melakukan setting terhadap mesin Makan
Wire Caging
2 Mengontrol persediaan PC bar Duduk
3 Memindahkan PC bar dari Pergi
heading ke proses pengelasan
Wire Caging
4 Memasukan PC bar ke mesin Mengobrol
Wire Caging
5 Memindahkan tulangan Segala aktivitas yang berada di luar
job description
6 Melakukan pencatatan produk
7 Melaksanakan 5R

6. Menyiapkan perlengkapan pengukuran


Setelah melaksanakan kelima langkah sebelumnya,selanjutnya
melakukan langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu
menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan sebagai berikut:
a. Lembar pengamatan berisi waktu acak
b. Alat tulis
c. Jam henti
Perlengkapan diatas digunakan untuk mencatat hasil pengukuran kerja
yang dilakukan pada operator mesin Wire Caging PT Wijaya Karya Beton
Tbk PPB Pasuruan.

4.6.2 Perhitungan Keseragaman Data


Pengamatan secara langsung dilakukan sebanyak 36 kali dalam 1 hari atau
setara 7 jam kerja berdasarkan waktu-waktu pengamatan yang diperoleh dari tabel
acak. Tabel waktu acak dan waktu pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 7.
Setelah diperoleh data waktu acak selanjutnya melakukan perhitungan
menggunakan work sampling. Hasil pengamatan Kegiatan Produktif dan Non
Produktif dituliskan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Pengamatan Kegiatan Produktif dan Non Produktif
Kegiatan Frekuensi teramati pada hari ke Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
Produktif 31 34 33 27 27 33 32 34 251
Non Produktif 5 2 3 9 9 3 4 2 37

Jumlah 36 36 36 36 36 36 36 36 288
% Produktif 0.86 0.94 0.92 0.75 0.75 0.92 0.89 0.94 0.87

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pengamatan yang


dilakukan selama 8 hari didapatkan kegiatan produktif yang berada pada bagian
operator mesin Wire Caging di jalur 1 sebanyak 288 kali selama pengamatan, 37
kali untuk kegiatan non produktif, dengan presentase produktif sebesar 0.87.
36

Selain itu, data hasil pengamatan tersebut digunakan untuk menguji keseragaman
data agar dapat dipastikan bahwa data yang dikumpulkan berasal dari satu sistem
yang sama, maka perlu dilakukan pengujian keseragaman data dengan
perhitungan sebagai berikut:
̅
Keterangan:
p = rata-rata presentase produktif
pi = presentase produktif di hari ke-i
k = jumlah hari pengamatan
̅ = 0.87
Setelah dilakukan pengujian keseragaman data, maka langkah selanjutnya
dilakukan perhitungan jumlah rata-rata pengamatan. Perhitungan tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh jumlah rata-rata pengamatan yang
selanjutnya digunakan untuk menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas
Kontrol Bawah (BKB). Jumlah rata-rata pengamatan dapat diperoleh dengan
rumus sebagai berikut:
̅
Keterangan:
n = jumlah rata-rata pengamatan
ni = jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke-i
k = jumlah hari pengamatan

̅ = 36

Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) merupakan
ukuran yang dapat digunakan untuk melihat keseragaman data yang diperoleh
selama 8 hari pengamatan pada operator mesin Wire Caging preparation
workshop jalur 1. Dari BKA dan BKB yang diperoleh dapat dilihat apakah data
berada dalam batas control atas dan bawah, yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung berapa banyaknya pengukuran yang diperlukan. BKA dan BKB dapat
dijelaskan dengan rumus sebagai berikut:

̅ √ ̅( ̅
̅)

̅ √ ̅( ̅
̅)
Keterangan:
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
p = rata-rata presentase produktif
n = rata-rata jumlah pengamatan

( )
√ = 1.04
37

( )
√ = 0.71
Hasil perhitungan menunjukan bahwa data telah memenuhi persyaratan
dan pengontrolan operator Wire Caging untuk menyelesaikan proses pengelasan
penulangan PC bar sesuai dengan waktu siklus. Hasil perhitungan p pengamatan
hari-1 sampai dengan hari ke-8 berada dalam BKA dan BKB. Hal tersebut
dikarenakan presentase produktif tidak ada yang melewati BKA sebesar 1.04 dan
BKB sebesar 0,71. Grafik BKA dan BKB dapat dilihat pada Gambar 12.
GRAFIK BKA dan BKB

1.2
1
0.8
0.6 BKA = 1.04
0.4 x = 0.87

0.2 BKB = 0.71

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Hari pengamatan ke -

Gambar 12 Grafik BKA dan BKB

4.6.3 Menghitung Jumlah Pengamatan yang diperlukan


Menghitung jumlah pengamatan yang diperlukan merupakan langkah
selanjutnya setelah memperoleh BKA dan BKB. Tingkat ketelitian yang
digunakan sebesar 5% dan tingkat keyakinan sebesar 95%, yang berarti rata-rata
hasil pengukuran diperbolehkan menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya
dan kemungkinan berhasil sebesar 95% dengan syarat nilai N´ harus lebih kecil
atau sama dengan N. Dimana N merupakan jumlah pengamatan yang dilakukan
sedangkan N´ merupakan jumlah pengamatan yang diperlukan. Untuk
memperoleh jumlah pengamatan yang diperlukan maka perlu dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
Keterangan :
1 1-p̅
N= N´: Jumlah pengamatan yang
p diperlukan
p= . p : rata-rata presentase produktif
1 1-p̅
N= = 239
p
Berdasarkan perhitungan N´ menunjukan hasil pengamatan yang sudah dilakukan
sudah mencukupi. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan nilai N´ lebih kecil
dibandingkan dengan nilai N yaitu 239<288 dari hasil pengamatan selama 8 hari.
Maka dapat diartikan bahwa jumlah pengamatan yang diperlukan memenuhi
persyaratan minimal perolehan data.
38

4.6.4 Perhitungan Nilai Penyesuaian


Aktivitas untuk menilai dan mengevaluasi kecepatan kerja operator Wire
Caging jalur 1 pada PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan dengan
menggunakan penyesuaian. Penilaian penyesuaian yang dilakukan menggunakan
cara Westinghouse yaitu cara memberikan nilai penyesuaian dengan
mempertimbangkan 4 faktor. Setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan
nilainya masing-masing. Penilaian penyesuaian operator Wire Caging dengan
metode Westinghouse dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Penyesuaian operator Wire Caging dengan metode westinghouse
Faktor Kelas Lambang Keteranganan Penyesuaian

Keterampilan Average D Memasukan PC 0.00


bar ke mesin
Wire Caging
Usaha Good C1 Sedikit waktu +0.05
menganggur
Kondisi kerja Fair E Suhu mencapai -0.03
35°C
Konsistensi Average D Rata-rata 0.00
kecepatan kerja
dapat bertahan

Jumlah +0.02
Dari penjelasan Tabel 8 didapatkan penjelasan jumlah penyesuaian pada operator
wire caging menggunakan metode Westinghouse sebesar 2 % . Dalam melakukan
penyesuaian untuk keadaan dianggap wajar p= 1, sedangkan terhadap
penyimpangan dari keadaan kerja p-nya ditambah dengan angka-angka yang
sesuai dengan keempat faktor tersebut. Jadi dari hasil penyesuaian didapatkan
angka sebesar p= (1+0.02) = 1.02.

4.6.5 Perhitungan Nilai Kelonggaran


Selain berdasarkan keseragaman data dan kecukupan jumlah pengukuran
serta penyesuaian, menghitung penentuan waktu baku diperlukan kelonggaran.
Kelonggaran perlu ditambahkan dengan waktu normal yang telah diperoleh
sebelumnya. Kelonggaran diberikan untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa
fatique, dan hambatan-hambatan tak terhindarkan. Tujuan diberikan kelonggaran
adalah untuk memenuhi kebutuhan pekerja yang tidak termasuk kedalam
pengukuran.
PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan belum menerapkan kelonggaran
pada operator. Berdasarkan kelonggaran berikut merupakan hasil dari pengamatan
sendiri serta pendapat dari kepala jalur (KJ) yang mengacu pada kondisi
lingkungan kerja pada workshop jalur 1 di tempat Praktik Kerja Lapangan.
Kelonggaran pribadi ditentukan dari peraturan perusahaan untuk karyawan.
Kelonggaran operator Wire Caging dapat dilihat pada Tabel 8.
39

Tabel 8 kelonggaran operator Wire Caging


No Faktor Pekerjaan Kelonggaran
1 Tenaga yang dikeluarkan Memindahkan PC 7,5
Ringan bar ke dalam
mesin Wire
Caging
2 Sikap kerja Badan tegak 1
berdiri,
Berdiri diatas dua kaki Ditumpu dua kaki
3 Gerakan kerja Menekan remote 0
Normal Hoist crane
4 Kelelahan mata Membaca angka 0
Pandangan yang terputus- Digital pada
putus mesin
5 Keadaan suhu tempat kerja Pekerjaan
Tinggi suhu 34°C dilakukan pada 5
ruangan
semioutdoor
6 Keadaan atmosfir Ventilasi kurang 0
Cukup baik,ada bau(tidak
berbahaya)
7 Keadaan lingkungan yang Lingkungan kerja 0
baik selalu dibersihkan
Bersih,sehat, dan cerah sebelum dan
setelah digunakan
Jumlah 13.5
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pria = 1%
Kelonggaran tak terhindarkan = 5%
Kelonggaran yang diberikan kepada pekerja = 13.5% + 1% +5%
= 19.5 %
Perhitungan kelonggaran yang disarankan untuk diberikan kepada operator Wire
Caging pada workshop jalur 1 pada PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan
sebesar 19.5 %.

4.6.6 Perhitungan Waktu Baku


Dari data yang telah didapatkan, maka langkah terakhir yaitu menghitung
waktu baku. Untuk mendapatkan waktu baku langkah sebelumnya yakni
menghitung waktu siklus dan waktu normal pada operator wire caging workshop
jalur 1. Pengamatan dilakukan selama 8 hari dengan satu hari waktu kerja yaitu 7
jam. Sehingga dapat dituliskan 8 hari x 7 jam = 56 jam kerja efektif. Perhitungan
waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku dijelaskan sebagai berikut:
1. Waktu siklus
Waktu siklus merupakan waktu penyelesaian satu satuan produksi. Perhitungan
waktu siklus merupakan langkah awal dalam menentukan waktu baku pada
suatu pekerjaan. Perhitungan waktu siklus didapatkan dari rumus sebagai
berikut:
WS =
40

Keterangan:
WS : Waktu siklus
: jumlah menit produktif
: jumlah produksi selama
pengamatan
a. Jumlah pengamatan = 294
Jumlah produktif = 251
Presentase produktif =
b. Jumlah menit pengamatan = 8 hari x 7 jam x 60 menit = 3 360 menit
Jumlah menit produktif = 87.15% x 3360 menit = 2928.24 menit

c. Jumlah produksi selama pengamatan = 680 unit


d. Waktu siklus (WS) = = 4.306menit/unit

2. Waktu normal
Waktu normal merupakan pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam
kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Waktu normal ini yang digunakan
untuk mewakili penggunaan waktu secara keseluruhan setelah dilakukan
perhitungan dengan pertimbangan penyesuaian-penyesuaian yang ada. Untuk
memperoleh waktu normal dapat dihitung menggunakan rumus:
Wn = Ws x p
Keterangan:
Wn : waktu normal
Ws : waktu siklus
p : faktor penyesuaian = 1.02
(perhitungan pada 4.6.4)

Waktu normal (WN) = (4.306 x 1.02)


= 4.392 menit/unit

3. Waktu baku
Langkah terakhir adalah menghitung waktu baku, setelah memperoleh
hasil perhitungan waktu siklus dan waktu normal. Waktu baku merupakan
waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang dikerjakan dengan sistem terbaik saat itu. Waktu baku yang
perusahaan gunakan tanpa mempertimbangkan kelonggaran pada operator,
sehingga work sampling tanpa mengalikan dengan kelonggaran karena
kelonggaran pada metode work sampling dianggap merupakan waktu non
produktif operator. Hal ini menyebabkan waktu siklus dengan perhitungan non
produktif operator sudah mewakili waktu baku. Sehingga perhitungan waktu
baku sama dengan waktu normal atau seperti rumus berikut:
Wb = Wn
Keterangan:
Wb : waktu baku
Wn : waktu normal
i : kelonggaran
41

Waktu baku (WB) = 4.392 menit/unit

Sedangkan apabila perusahaan mempertimbangkan faktor kelonggaran bagi


operator . Maka perhitungan waktu baku menggunakan rumus berikut:
Wb = Wn x (1+ i ) Keterangan:
Wb : waktu baku
Wn : waktu normal
i : kelonggaran

Waktu baku (WB) = 4.392 x (1 +0.195)


= 5.248 menit/unit

Berdasarkan perhitungan waktu tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu


siklus operator wire caging dalam menyelesaikan pekerjaannya sebesar 4.306
menit/unit, dengan waktu normal dan waktu baku sebesar 4.392 menit/unit
(tanpa kelonggaran). Waktu baku dengan mempertimbangkan kelonggaran
sebesar 5.248 menit/unit
Terdapat perbedaan kecepatan penyelesaian pekerjaan antara waktu-waktu
tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa
perusahaan harus menggunakan waktu baku untuk menyelesaikan proses
pengelasan pada mesin wire caging dikarenakan waktu tersebut merupakan
waktu yang telah disertakan penyesuaian dan kelonggaran bagi operator. Proses
pengelasan pada mesin wire caging telah dilakukan pengamatan sebanyak 288
kali selama 8 hari dengan waktu 7 jam kerja. Dari hasil pengamatan sebanyak
288 kali tersebut, frekuensi kegiatan produktif yang teramati sebanyak 251 kali.
Jumlah produk yang dihasilkan selama pengamatan sebanyak 680 unit atau
target aktual produksi yang dicapai operator wire caging workshop jalur 1 pada
PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan setiap harinya dalam 1 shift kerja
yaitu 85 unit. Namun pada kenyataannya seringkali pengerjaan pengelasan
pada operator Wire Caging tidak mencapai 85 unit. Kemudian pekerjaan
dilanjutkan pada keesokan harinya. Jika dibandingkan waktu baku dengan
mempertimbangkan kelonggaran sebesar 5.248 menit/unit maka target produksi
menjadi 80 unit/shift kerja.
Target produksi = = 80 unit/shift

4.6.7 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi


Selama Praktik Kerja Lapangan ditemukan beberapa permasalahan dari
topik yang diamati. Selain menemukan permasalahan, penulis memberikan
alternatif solusi dari setiap permasalahan yang ada. Berikut identifikasi
permasalahan dan alternatif solusi dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 1 Identifikasi permasalahan dan alternatif solusi
No Permasalahan Lokasi Alternatif solusi
1 Kebisingan tinggi Area produksi Mengontrol
yang ditimbulkan kebisingan pada
dari mesin stressing, mesin dan
proses spinning pada menekankan
42

jalur 1 dapat penggunaan APD


menyebabkan resiko khususnya earplug
kesehatan jangka pada pekerja
panjang bagi pekerja
2 Tata letak khususnya Area produksi Penataan ulang
lokasi workshop jalur 1 layout khususnya
yang terpisah dengan bagian workshop
proses pembuatan dijadikan satu
tiang pancang dengan proses
lainnya lainnya agar waktu
mengakibatkan perpindahan lebih
kurang efektif dan efektif
efisien
3 Perusahaan belum Area produksi Perlunya penetapan
menerapkan waktu waktu baku untuk
baku untuk setiap setiap pekerjaan
pekerjanya, salah sehingga dapat
satunya pada mengetahui aktual
operator wire caging dan target yang harus
dicapai para pekerja
43

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan merupakan suatu badan usaha
yang bergerak di bidang industri beton pracetak yang menghasilkan produk yaitu
bantalan jembatan rel (BJR), tiang pancang, tiang Listrik, Corrugated Concrete
Sheet Pile (CCSP), box culvert, u-ditch, dan girder. Hasil yang dapat penulis
simpulkan selama kegiatan PKL mengenai teknik tata cara dan pengukuran kerja
di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan meliputi:
1. Peta Kerja yang terdiri dari peta proses operasi produksi Tiang Pancang maka
didapatkan total sebesar 470.95 menit, peta aliran proses didapatkan total
sebesar 478.52 menit dan dengan jarak total 155 m, dan diagram aliran sudah
sesuai dengan peta aliran proses.
2. Kondisi lingkungan kerja cukup baik untuk area kantor, tetapi kurang baik
untuk area produksi karena suhu rata-rata sebesar 32-35°C dengan tingkat
kebisingan yang tinggi sebesar 85 dB.
3. Display yang terdapat pada PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Pasuruan yaitu
display statis dan display dinamis.
4. PT Wijaya Karya Beton Tbk sudah menerapkan Antropometri dan Ekonomi
gerakan dengan baik.
5. Pengukuran waktu kerja dilakukan pada operator mesin wire caging bagian
proses pengelasan. Pengukuran tersebut menggunakan metode work sampling
sehingga diperoleh waktu siklus sebesar 4.306 menit/unit, dengan waktu
normal dan waktu baku sebesar 4.392 menit/unit(tanpa kelonggaran).
6. Pengukuran dengan mempertimbangkan faktor kelonggaran pada operator
tersebut sebesar 19.5% menggunakan metode work sampling maka waktu
baku menjadi 5.248 menit/unit. Target produksi dengan menggunakan waktu
baku ini menjadi 80 unit/shift kerja.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kegitan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT Wijaya


Karya Beton Tbk PPB Pasuruan, terdapat beberapa saran yang ingin penulis
sampaikan untuk perusahaan, diantaranya:
1. Sosialisasi dan penekanan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
mengingat potensi bahaya sangat tinggi. Pekerja menganggap remeh APD
sehingga melalaikannya. Oleh sebab itu, pihak perusahaan diharapkan lebih
tegas dalam penekanan K3 pada pekerja yang melanggar ketentuan tersebut.
Sehingga kecelakan kerja dapat diminimalisir.
2. Perbaikan dan penataan ulang layout khususnya pada lokasi workshop
mengingat adanya proses perpindahan rakitan ke proses produksi jalur 1 yang
memakan waktu dan jarak yang cukup jauh. Sehingga perlunya penataan
ulang agar proses produksi lebih efektif dan efisien.
44

3. Perusahaan sebaiknya menerapkan perhitungan waktu baku agar pekerja


mampu menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan target produksi yang ingin
dicapai perusahaan. Sehingga produktivitas perusahaan dapat meningkat.
4. Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor perhitungan kelonggaran pada
operator untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-
hambatan tak terhindarkan.
45

DAFTAR PUSTAKA

Handoko TH. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Ed ke-1.


Yogyakarta (ID): BPFE-Yogyakarta.
Heizer J dan Render B. 2011. Manajemen Operasi. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Kusuma H. 2004. Manajemen Produksi, Perencanaan dan Pengedalian
Produksi.Yogyakarta (ID) : Andi.
Sutalaksana IZ, Anggawisata R, Tjakraatmadja JH. 2006. Teknik Tata Cara
Kerja. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Wignjosoebroto S. 2008. Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya (ID) :
Prim Printing
46

LAMPIRAN
47

Lampiran 1 Penyesuaian menurut Westinghouse


Faktor Kelas Lambang Penyesuaian (Nilai)
Keterampilan Superskill A1 +0,15
A2 +0,13
Excellent B1 +0,11
B2 +0,08
Good C1 +0,06
C2 +0,03
Average D 0,00
Fair E1 -0,05
E2 -0,10
Poor F1 -0,16
F2 -0,22
Usaha Excessive A1 +0,13
A2 +0,12
Excellent B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1 +0,05
C2 +0,02
Average D 0,00
Fair E1 -0,04
E2 -0,08
Poor F1 -0,12
F2 -0,17
Kondisi Kerja Ideal A +0,06
Excellent B +0,04
Good C +0,02
Average D 0
Fair E -0,03

Poor F -0,07
Konsistensi Perfect A +0,04
Exellent B +0,03
Good C +0,01
Average D 0
Fair E -0,02
Poor F -0,04
Sumber: Sutalaksana (2006)
Untuk keperluan penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas
dengan ciri-ciridari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut.
Super skill :
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengan sempurna
3. Tampak telah terlatih dengan sangat baik
4. Gerakan-gerakannya halis tapi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti.
5. Kadang-kadang terkesan tidak jauh berbeda dengan gerakan mesin.
48

6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lain terlampau tidak terlihat
karena lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tenang apa
yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja
yang sangat baik.

Excellent skill
1. Percaya pada diri sendiri.
2. Tampak cocok dengn pekerjannya.
3. terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan penngukuran atau
pemeriksaan lagi.
5. Gerakan kerja dan urutannya dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerja dengan cepat tanpa mengorbankan mutu.
8. Bekerja dengan cepat tetapi dengan gerakan yang halus.
9. Bekerja berirama dan terkoordinasi.

Good skill
1. Kualitas hasil baik.
2. Bekerja tampak lebih baik dari kebanyakan pekerja pada umumnya.
3. Dapat memberi petunjuk kepada pekerja lain yang keterampilannya lebih
rendah.
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6. Tiada keragu-raguan.
7. Bekerja dengan stabil
8. Gerakanya terkoordinasi dengan baik.
9. Gerakannya cepat.

Average skill
1. Tampak adanya kepecayaan pada diri sendiri.
2. Gerakannya tidak cepat tetapi tidak juga lambat.
3. Terlihat adanya pekerjaan perencanaan.
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerkannya cukup menunjukan tidak adanya keragu-raguan.
6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya.
8. Bekerja cukup teliti.
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

Fair skill
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan dengan secukupnya.

3. Terlihat adanya perencanaan sebelum melakukan gerakan-gerakan.


49

4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.


5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya.
6. Mengetahui apa yang dilakukan tapi tampak tidak selalu yakin.
7. Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan-kesalahannya sendiri.
8. Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh outputnya akan rendah.
9. Biasanya tidak ragu dalam menjalankan gerakannya.

Poor skill
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2. Gerakannya kaku.
3. Terlihat ketidakyakinan pada urutan-urutan gerakan.
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6. Ragu-ragu dalam melaksanakan gerakan-gerakan kerja.
7. Sering melakukan kesalahan.
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.

Usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga kelas-kelas dengan ciri-ciri
tersendiri.
Excessive effort
1. Kecepatan sangat berlebihan
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan
kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkan tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

Excellent effort
1. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi.
2. Gerakan lebih ekonomis dari pada operator pada umumnya.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Banyak memberi saran.
5. Memberi saran-saran petunjuk dengan senang.
6. Pecaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Tidak bertahan lebih dari beberapa hari.
8. Bangga atas kelebihannya
9. Gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
10. Bekerjanya sangat sistematis.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu elemen lain tidak terlihat.

Good effort
1. Bekerja berirama.
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Senang pada pekerjaannya.
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6. Percaya pada kebaikan kegiatan pengukuran waktu.
7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
50

8. Dapat memberi saran untuk perbaikan kerja.


9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik.
11. Memeliharadengan baik kondisi peralatan.

Average effort
1. Tidak sebaik good, tapi lebih baik dari pada poor..
2. Bekerja dengan stabil.
3. Menerima saran tapi tidak melaksanakannya.
4. Set up dilaksanakan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan perencanaan.

Fair effort
1. Saran perbaikan diterima dengan kesal.
2. Kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.
3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari kerja baku.
6. Alat-alat yang dipakai tidak selalu yang terbaik.
7. Terlihat adanya kecenderungan kurag perharian pada pekerjaannya.
8. Terlampau hati-hati.
9. Sistematika kerjanya sedang saja.
10. Gerakannya tidak terencana.

Poor effort
1. Banyak membuang-buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan.
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu, Ideal, Excellent, Good,
Average, Fair, dan Poor. Kondisiyag tidak ideal tidak selalu sama setiap
pekerjaan karena berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerja
membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Pada dasarnya kondisi ideal
adalah kondisi yang paling cocok untuk yang bersangkutan.Konsistensi juga
dibagi menjadi enam kelas yaitu Perfect, Excellent, Good, Average, Fair, dan
Poor.
51

Lampiran 2 Penyesuaian dengan metode objektif


Lamban
Keadaan Penyesuaian (Nilai)
g
Anggota Badan Yang Terpakai
Jari A 0
Pergelangan tangan dan jari B 1
Lengan bawah, pergelangan tangan dan jari C 2
Lengan atas, lengan bawah dst D 5
Badan E 8
Mengangkat beban dari lantai dengan kaki E2 10
Pedal Kaki
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu F 0
dibawah kaki.
Satu atau dua pedal dengan sumbuh, tidak G 5
dibawah kaki
Penggunaan Tangan
Kedua tangan saling bantu atau bergantian H 0
Kedua tangan mengerjakan gerakan yang H2 18
sama
Koordinasi mata dengan tangan
Sangat sedikit I 0
Cukup dekat J 2
Konstan dan dekat K 4
Sangat dekat L 7
Lebih kecil dari 0,04 cm M 10
Peralatan
Dapat ditangani dengan mudah N 0
Dengan sedikit control O 1
Perlu control dan penekanan P 2
Perlu penekanan dan hati-hati Q 3
Mudah pecah, patah R 5
Beban Berat (Kg) Tangan Kaki
0,45 B-1 2 1
0,90 B-2 5 1
1,35 B-3 6 1
1,80 B-4 10 1
2,25 B-5 13 3
2,70 B-6 15 3
3,15 B-7 17 4
3,60 B-8 19 5
4,05 B-9 20 6
4,50 B-10 22 7
4,95 B-11 24 8
5,40 B-12 25 9
5,85 B-13 27 10
6,30 B-14 28 10
52

Lampiran 3 Alur proses produksi Tiang Pancang

Perakitan Tulangan Pembuatan Beton Pengecoran

Pemadatan Beton Stressing Besi PC


Perawatan Beton
(Spinning) bar

Pengeluaran dan
penandaan produk
53

Lampiran 4 Peta proses operasi

PETA PROSES OPERASI


Nama Obyek : Pembuatan Tiang Pancang
Nomor Peta : 01
Dipetakan oleh : Umi Nur Fauziah
Tanggal dipetakan : 16 Maret 2018
Pasir, split dan Besi PC bar
semen

Penimbangan
dan Pemotongan 2 O-1
2 O-9 1 O-2 Persiapan cetakan
pencampuran PC bar
bahan baku

Pengadukan Penulangan
6 O-10 3.58 O-3
adonan dengan mesin
wire caging

5.45 O-4 Perakitan Tulangan

7.30 O-5 Pemasangan plat sambung

1 O-6 Pelumasan cetakan

2.05 O-7 Pemasukan tulangan ke


cetakan

3.20 O-8 Pengencangan mur roda


simultan

8.40 O-11 Pengecoran

0.54 O-12 Penutupan cetakan

Pengencangan baut dengan


11.20 O-13 impact tools

2.04 O-14 Stressing

12 O-15 Spinning

390 O-16 Penguapan

Pembukaan cetakan dan


11.19 O-17
pelabelan

I-1 Pemeriksaan produk


2

Penyimpanan di stockyard
54

Lampiran 5 Peta aliran proses


PETA ALIRAN PROSES
Sekarang Pekerjaan : Pembuatan Tiang Pancang
Kegiatan
Jumlah Waktu No. Peta : 02
Operasi 17 468.95
Pemeriksaan 1 2 Orang Bahan
Transportasi 9 7.57
Sekarang Usulan
Menunggu
Dipetakan Oleh : Umi Nur Fauziah
Penyimpanan Tanggal dipetakan : 19 Maret 2018
Total 17 478.52
Total Jarak 155m
Lambang Jarak Waktu
Uraian Kegiatan
(meter) (menit)
Persiapan cetakan 10m 2
Pemotongan PC bar 1
Penulangan dengan mesin wire caging 5m 3.58
Pemindahan tulangan ke kereta dorong 30m 2,15
Perakitan tulangan 5.45
Pemasangan plat sambung 3m 7.3
Pelumasan cetakan 4m 1
Pemasukan tulangan ke cetakan 2.05
Pengencangan mur roda simultan 3.20
Penimbangan dan pencampuran bb 15m 2
Pengadukan adonan 5m 6
Pengangkutan ke trolley untuk pengecoran 15m 1,17
Pengecoran 8.4
Penutupan cetakan 0.54
Pengencangan baut dengan impact tools 11.20
Pemindahan ke stressing 6m 0,48
Stressing 2.04
Pemindahan ke spinning 15m 1,19
Spinning v 12
Pemindahan menuju bak uap v 4m 1,45
Penguapan v 390
Pengeluaran produk dari bak uap v 3m 1,13
Buka cetakan dan pelabelan v 11.19
Inspeksi produk sebelum disimpan v 8m 2
Penyimpanan 18m
55

Lampiran 6 Diagram alir

Pemeriksaan

Penguapan
Stockyard

Spinning
16 15

Stressing
Preparation Workshop jalur 1 14
Penyimpanan tutup
17
cetakan

Buka cetakan dan


1pelabelan

Pengencangan Penutupan
impact tolols
Cutting & Perakitan tulangan Pemasangan plat sambung
Wire Caging

baut
Heading
4 5 13
Persiapan cetakan
3 2
1

cetakan Pengecoran
6 Pelumasan 12
cetakan

7 Pemasukan 11
cetakan
Pengencangan
8 mur
simultan

Penimbangan dan Pengadukan adonan


pencampuran bahan 9 10
baku

Pembuatan Adonan
56

Lampiran 7 Display
Display Gambar Lokasi Keterangan

Peringatan Area produksi Display


peringatan
dipasang dengan
maksud untuk
memberikan
peringatan bahwa
area produksi
merupakan area
yang berbahaya.
Hoist Crane yang
bolak-balik dan
Trolley yang
melintas dapat
menyebabkan
kecelakaan kerja
yang beresiko
tinggi.
Larangan Area produksi Display tersebut
menunjukan
mengenai
informasi bahwa
pada area
produksi hanya
memperbolehkan
petugas/karyawan
yang berhak
masuk ke area-
area tertentu.
Anjuran Area produksi Display anjuran
diterapkan PT
Wijaya Karya
Beton Tbk
Pasuruan salah
satunya Display
anjuran untuk
wajib memakai
APD di masing-
masing area yang
dianjurkan.
57

Lampiran 7 Display (lanjutan)


Display Gambar Lokasi Keterangan
Budaya Kerja Area produksi Display budaya
kerja yang
diterapkan pada
perusahaan
bertujuan untuk
memotivasi
pekerja.
Contohnya pada
penerapan
display budaya
kerja untuk
mengingatkan
untuk berdoa
sebelum bekerja.
Kuantitatif Laboratorium Salah satu contoh
pabrik display
kuantitatif yang
terdapat di PT
Wijaya Karya
Beton Tbk PPB
Pasuruan yaitu
digital
penimbangan
pasir halus yang
berada di
laboratorium
yang akan di
quality control.
Kualilatif - Area produksi Display kualitatif
Stock yard yang ada terdapat
pada tombol on-
off Hoist Crane.
Tombol tersebut
digunakan untuk
mengoperasikan
Hoist Crane
dalam kegiatan
produksi.
58

Lampiran 7 Display (lanjutan)


Display Gambar Lokasi Keterangan
Representatif Laboratorium Contoh display
pabrik representatif
yang terdapat
PT Wijaya
Karya Beton
Tbk Pasuruan
adalah cara
penggunaan
mesin Test
Kubus. Display
tersebut tertera
untuk
meminimalisir
penggunaan
mesin yang
tidak benar.
59

Lampiran 8 Waktu Acak Pengamatan hari-1


P P P
No Pukul N No Pukul N No Pukul N
mac man mac man mac man
0 07 .00 √ 36 10 .00 60 13 .00
1 07 .05 √ 37 10 .05 61 13 .05 √
2 07 .10 38 10 .10 √ 62 13 .10
3 07 .15 √ 39 10 .15 63 13 .15
4 07 .20 √ 40 10 .20 64 13 .20
5 07 .25 √ 41 10 .25 √ 65 13 .25
6 07 .30 √ 42 10 .30 √ 66 13 .30
7 07 .35 43 10 .35 √ 67 13 .35
8 07 .40 √ 44 10 .40 68 13 .40
9 07 .45 √ 45 10 .45 69 13 .45 √
10 07 .50 46 10 .50 √ 70 13 .50 √
11 07 .55 √ 47 10 .55 71 13 .55
12 08 .00 √ 48 11 .00 √ 72 14 .00
13 08 .05 49 11 .05 √ 73 14 .05
14 08 .10 50 11 .10 √ 74 14 .10 √
15 08 .15 51 11 .15 75 14 .15
16 08 .20 52 11 .20 76 14 .20
17 08 .25 53 11 .25 √ 77 14 .25
18 08 .30 √ 11 .30 78 14 .30
19 08 .35 11 .35 79 14 .35
20 08 .40 11 .40 80 14 .40
21 08 .45 11 .45 81 14 .45 √
22 08 .50 √ √ 11 .50 82 14 .50 √
23 08 .55 √ 11 .55 83 14 .55 √
24 09 .00 √ 12 .00
25 09 .05 √ 12 .05
26 09 .10 12 .10
27 09 .15 √ 12 .15
28 09 .20 √ 12 .20
29 09 .25 √ 12 .25
30 09 .30 √ 54 12 .30 √
31 09 .35 55 12 .35
32 09 .40 56 12 .40
33 09 .45 57 12 .45
34 09 .50 58 12 .50
35 09 .55 59 12 .55

Kegiatan Jumlah
Produktif 31
Non Produktif 5
60

Lampiran 8 Waktu Acak Pengamatan hari-2 (lanjutan)


P P P
No Pukul N No Pukul N No Pukul N
mac man mac man mac man
0 07 .00 √ 36 10 .00 60 13 .00
1 07 .05 √ 37 10 .05 √ 61 13 .05
2 07 .10 38 10 .10 62 13 .10 √
3 07 .15 39 10 .15 63 13 .15 √
4 07 .20 40 10 .20 √ 64 13 .20 √
5 07 .25 41 10 .25 65 13 .25 √
6 07 .30 42 10 .30 √ 66 13 .30 √
7 07 .35 43 10 .35 67 13 .35
8 07 .40 √ 44 10 .40 √ 68 13 .40
9 07 .45 45 10 .45 69 13 .45
10 07 .50 46 10 .50 √ 70 13 .50 √
11 07 .55 √ 47 10 .55 √ 71 13 .55 √
12 08 .00 √ 48 11 .00 √ 72 14 .00
13 08 .05 √ 49 11 .05 √ 73 14 .05
14 08 .10 50 11 .10 74 14 .10
15 08 .15 √ 51 11 .15 75 14 .15
16 08 .20 √ 52 11 .20 76 14 .20 √
17 08 .25 √ 53 11 .25 √ 77 14 .25
18 08 .30 11 .30 78 14 .30
19 08 .35 11 .35 79 14 .35 √
20 08 .40 11 .40 80 14 .40 √
21 08 .45 √ 11 .45 81 14 .45
22 08 .50 11 .50 82 14 .50
23 08 .55 11 .55 83 14 .55
24 09 .00 12 .00
25 09 .05 12 .05
26 09 .10 12 .10
27 09 .15 12 .15
28 09 .20 12 .20
29 09 .25 12 .25
30 09 .30 √ 54 12 .30
31 09 .35 √ 55 12 .35
32 09 .40 √ 56 12 .40 √
33 09 .45 √ 57 12 .45 √
34 09 .50 58 12 .50
35 09 .55 √ 59 12 .55

Kegiatan Jumlah
Produktif 34
Non Produktif 2
61

Lampiran 8 Waktu Acak Pengamatan hari-3 (lanjutan)


P P P
No Pukul N No Pukul N No Pukul N
mac man mac man mac man
0 07 .00 36 10 .00 √ 60 13 .00
1 07 .05 37 10 .05 61 13 .05 √
2 07 .10 √ 38 10 .10 √ 62 13 .10
3 07 .15 √ 39 10 .15 √ 63 13 .15
4 07 .20 √ 40 10 .20 √ 64 13 .20 √
5 07 .25 41 10 .25 65 13 .25
6 07 .30 42 10 .30 66 13 .30
7 07 .35 √ 43 10 .35 √ 67 13 .35
8 07 .40 √ 44 10 .40 68 13 .40 √
9 07 .45 √ 45 10 .45 √ 69 13 .45
10 07 .50 46 10 .50 70 13 .50 √
11 07 .55 √ 47 10 .55 √ 71 13 .55
12 08 .00 √ 48 11 .00 √ 72 14 .00 √
13 08 .05 49 11 .05 √ 73 14 .05 √
14 08 .10 √ 50 11 .10 74 14 .10 √
15 08 .15 51 11 .15 75 14 .15
16 08 .20 52 11 .20 76 14 .20 √
17 08 .25 √ 53 11 .25 77 14 .25
18 08 .30 11 .30 78 14 .30 √
19 08 .35 √ 11 .35 79 14 .35
20 08 .40 11 .40 80 14 .40
21 08 .45 √ 11 .45 81 14 .45
22 08 .50 11 .50 82 14 .50 √
23 08 .55 11 .55 83 14 .55
24 09 .00 12 .00
25 09 .05 12 .05
26 09 .10 √ 12 .10
27 09 .15 √ 12 .15
28 09 .20 12 .20
29 09 .25 12 .25
30 09 .30 54 12 .30 √
31 09 .35 √ 55 12 .35
32 09 .40 56 12 .40
33 09 .45 57 12 .45
34 09 .50 58 12 .50 √
35 09 .55 59 12 .55

Kegiatan Jumlah
Produktif 33
Non Produktif 3
62

Lampiran 8 Waktu Acak Pengamatan hari-4 (lanjutan)


P P P
No Pukul N No Pukul N No Pukul N
mac man mac man mac man
0 07 .00 √ 36 10 .00 60 13 .00 √
1 07 .05 √ 37 10 .05 61 13 .05 √
2 07 .10 √ 38 10 .10 62 13 .10
3 07 .15 √ 39 10 .15 √ 63 13 .15 √
4 07 .20 40 10 .20 64 13 .20
5 07 .25 √ 41 10 .25 65 13 .25 √
6 07 .30 42 10 .30 √ 66 13 .30
7 07 .35 √ 43 10 .35 √ 67 13 .35
8 07 .40 44 10 .40 68 13 .40
9 07 .45 √ 45 10 .45 √ 69 13 .45 √
10 07 .50 √ 46 10 .50 √ 70 13 .50
11 07 .55 47 10 .55 71 13 .55
12 08 .00 48 11 .00 √ 72 14 .00
13 08 .05 49 11 .05 √ 73 14 .05
14 08 .10 50 11 .10 √ 74 14 .10 √
15 08 .15 51 11 .15 √ 75 14 .15
16 08 .20 √ 52 11 .20 76 14 .20
17 08 .25 √ 53 11 .25 77 14 .25
18 08 .30 11 .30 78 14 .30
19 08 .35 √ 11 .35 79 14 .35 √
20 08 .40 11 .40 80 14 .40 √
21 08 .45 11 .45 81 14 .45 √
22 08 .50 11 .50 82 14 .50
23 08 .55 11 .55 83 14 .55
24 09 .00 √ 12 .00
25 09 .05 √ 12 .05
26 09 .10 12 .10
27 09 .15 12 .15
28 09 .20 12 .20
29 09 .25 12 .25
30 09 .30 54 12 .30 √
31 09 .35 55 12 .35 √
32 09 .40 √ 56 12 .40 √
33 09 .45 57 12 .45
34 09 .50 √ 58 12 .50
35 09 .55 59 12 .55

Kegiatan Jumlah
Produktif 27
Non Produktif 9
63

Lampiran 8 Waktu Acak Pengamatan hari-5 (lanjutan)


P P P
No Pukul N No Pukul N No Pukul N
mac man mac man mac man
0 07 .00 36 10 .00 √ 60 13 .00
1 07 .05 √ 37 10 .05 √ 61 13 .05
2 07 .10 √ 38 10 .10 √ 62 13 .10
3 07 .15 √ 39 10 .15 63 13 .15
4 07 .20 40 10 .20 √ 64 13 .20
5 07 .25 41 10 .25 65 13 .25 √
6 07 .30 √ 42 10 .30 √ 66 13 .30
7 07 .35 43 10 .35 √ 67 13 .35 √
8 07 .40 √ 44 10 .40 68 13 .40 √
9 07 .45 √ 45 10 .45 √ 69 13 .45
10 07 .50 √ 46 10 .50 √ 70 13 .50 √
11 07 .55 47 10 .55 71 13 .55
12 08 .00 48 11 .00 √ 72 14 .00 √
13 08 .05 49 11 .05 √ 73 14 .05
14 08 .10 50 11 .10 74 14 .10 √
15 08 .15 √ 51 11 .15 75 14 .15 √
16 08 .20 √ 52 11 .20 76 14 .20
17 08 .25 53 11 .25 77 14 .25 √
18 08 .30 11 .30 78 14 .30
19 08 .35 11 .35 79 14 .35
20 08 .40 11 .40 80 14 .40
21 08 .45 11 .45 81 14 .45
22 08 .50 11 .50 82 14 .50 √
23 08 .55 √ 11 .55 83 14 .55
24 09 .00 √ 12 .00
25 09 .05 √ 12 .05
26 09 .10 12 .10
27 09 .15 12 .15
28 09 .20 √ 12 .20
29 09 .25 12 .25
30 09 .30 54 12 .30
31 09 .35 55 12 .35
32 09 .40 √ 56 12 .40
33 09 .45 57 12 .45
34 09 .50 √ 58 12 .50
35 09 .55 √ 59 12 .55 √

Kegiatan Jumlah
Produktif 27
Non Produktif 9
64

Lampiran 8 Waktu Acak Pengamatan hari-6 (lanjutan)


P P P
No Pukul N No Pukul N No Pukul N
mac man mac man mac man
0 07 .00 36 10 .00 60 13 .00 √
1 07 .05 √ 37 10 .05 √ 61 13 .05
2 07 .10 38 10 .10 62 13 .10
3 07 .15 √ 39 10 .15 √ 63 13 .15 √
4 07 .20 √ 40 10 .20 64 13 .20
5 07 .25 41 10 .25 √ 65 13 .25 √
6 07 .30 √ 42 10 .30 66 13 .30
7 07 .35 43 10 .35 67 13 .35 √
8 07 .40 √ 44 10 .40 √ 68 13 .40 √
9 07 .45 √ 45 10 .45 69 13 .45
10 07 .50 46 10 .50 70 13 .50 √
11 07 .55 47 10 .55 71 13 .55 √
12 08 .00 48 11 .00 √ 72 14 .00
13 08 .05 49 11 .05 73 14 .05 √
14 08 .10 50 11 .10 74 14 .10
15 08 .15 51 11 .15 75 14 .15 √
16 08 .20 52 11 .20 √ 76 14 .20
17 08 .25 53 11 .25 √ 77 14 .25 √
18 08 .30 √ 11 .30 78 14 .30 √
19 08 .35 11 .35 79 14 .35
20 08 .40 11 .40 80 14 .40 √
21 08 .45 11 .45 81 14 .45
22 08 .50 11 .50 82 14 .50
23 08 .55 √ 11 .55 83 14 .55
24 09 .00 12 .00
25 09 .05 12 .05
26 09 .10 12 .10
27 09 .15 √ 12 .15
28 09 .20 12 .20
29 09 .25 √ 12 .25
30 09 .30 54 12 .30 √
31 09 .35 √ 55 12 .35
32 09 .40 √ 56 12 .40 √
33 09 .45 √ 57 12 .45
34 09 .50 58 12 .50
35 09 .55 √ 59 12 .55 √

Kegiatan Jumlah
Produktif 33
Non Produktif 3
65

Lampiran 8 Waktu Acak Pengamatan hari-7 (lanjutan)


P P P
No Pukul N No Pukul N No Pukul N
mac man mac man mac man
0 07 .00 36 10 .00 √ 60 13 .00 √
1 07 .05 37 10 .05 61 13 .05
2 07 .10 38 10 .10 62 13 .10 √
3 07 .15 √ 39 10 .15 63 13 .15 √
4 07 .20 √ 40 10 .20 64 13 .20 √
5 07 .25 √ 41 10 .25 65 13 .25
6 07 .30 √ 42 10 .30 √ 66 13 .30 √
7 07 .35 43 10 .35 √ 67 13 .35
8 07 .40 44 10 .40 √ 68 13 .40
9 07 .45 45 10 .45 69 13 .45 √
10 07 .50 √ 46 10 .50 √ 70 13 .50
11 07 .55 47 10 .55 71 13 .55 √
12 08 .00 √ 48 11 .00 72 14 .00
13 08 .05 49 11 .05 73 14 .05
14 08 .10 50 11 .10 74 14 .10
15 08 .15 √ 51 11 .15 √ 75 14 .15 √
16 08 .20 √ 52 11 .20 √ 76 14 .20 √
17 08 .25 √ 53 11 .25 √ 77 14 .25
18 08 .30 11 .30 78 14 .30
19 08 .35 11 .35 79 14 .35 √
20 08 .40 √ 11 .40 80 14 .40 √
21 08 .45 √ 11 .45 81 14 .45
22 08 .50 11 .50 82 14 .50
23 08 .55 11 .55 83 14 .55
24 09 .00 √ 12 .00
25 09 .05 12 .05
26 09 .10 12 .10
27 09 .15 √ 12 .15
28 09 .20 12 .20
29 09 .25 12 .25
30 09 .30 54 12 .30
31 09 .35 55 12 .35
32 09 .40 56 12 .40 √
33 09 .45 √ 57 12 .45
34 09 .50 √ 58 12 .50
35 09 .55 59 12 .55 √

Kegiatan Jumlah
Produktif 32
Non Produktif 4
66

Lampiran 8 Waktu Acak Pengamatan hari-8 (lanjutan)


P P P
No Pukul N No Pukul N No Pukul N
mac man mac man mac man
0 07 .00 √ 36 10 .00 60 13 .00 √
1 07 .05 37 10 .05 61 13 .05 √
2 07 .10 38 10 .10 62 13 .10 √
3 07 .15 39 10 .15 63 13 .15
4 07 .20 40 10 .20 64 13 .20 √
5 07 .25 41 10 .25 65 13 .25
6 07 .30 √ 42 10 .30 √ 66 13 .30
7 07 .35 43 10 .35 67 13 .35
8 07 .40 √ 44 10 .40 √ 68 13 .40
9 07 .45 √ 45 10 .45 69 13 .45
10 07 .50 46 10 .50 √ 70 13 .50 √
11 07 .55 √ 47 10 .55 71 13 .55 √
12 08 .00 48 11 .00 72 14 .00
13 08 .05 √ 49 11 .05 73 14 .05
14 08 .10 √ 50 11 .10 74 14 .10 √
15 08 .15 51 11 .15 75 14 .15
16 08 .20 √ 52 11 .20 √ 76 14 .20 √
17 08 .25 53 11 .25 77 14 .25 √
18 08 .30 √ 11 .30 78 14 .30 √
19 08 .35 √ 11 .35 79 14 .35
20 08 .40 √ 11 .40 80 14 .40 √
21 08 .45 11 .45 81 14 .45
22 08 .50 11 .50 82 14 .50 √
23 08 .55 11 .55 83 14 .55 √
24 09 .00 12 .00
25 09 .05 √ 12 .05
26 09 .10 √ 12 .10
27 09 .15 √ 12 .15
28 09 .20 √ 12 .20
29 09 .25 12 .25
30 09 .30 54 12 .30
31 09 .35 55 12 .35
32 09 .40 √ 56 12 .40 √
33 09 .45 57 12 .45
34 09 .50 58 12 .50
35 09 .55 √ 59 12 .55 √

Kegiatan Jumlah
Produktif 34
Non Produktif 2
67

Lampiran 9 Kebutuhan Data dan Informasi Topik Khusus


No Aspek Kajian Data dan Informasi Hasil yang diharapkan
1 Perancangan Peta Kerja Keseluruhan  Pemahaman terhadap
Peta Kerja Membuat Peta Proses proses produksi
Produksi  Rekomendasi
Membuat Peta Aliran Proses perbaikan proses
Membuat Peta Kelompok produksi
Kerja
Membuat Diagram Aliran
Peta Kerja Setempat
Membuat Peta Tangan Kiri
Tangan Kanan
Membuat Peta Pekerja Mesin
2 Ergonomi Mengidentifikasi display Rekomendasi
informasi penggunaan display
informasi berdasarkan
kaidah-kaidah display
yang baik
Mengidentifikasi hasil kerja Rekomendasi
manusia dan proses pengaturan kerja
pengendaliannya dikaitkan dengan
 Proses terjadinya kelelahan kelelahan, kecepatan
 Faktor kecepatan dan dan ketelitian kerja
ketelitian kerja
Mengidentifikasi alat dan Rekomendasi
tempat kerja pemanfaatan alat dan
tempat kerja
berdasarkan prinsip-
prinsip anthropometry
Mengidentifikasi lingkungan Rekomendasi
kerja (suhu, kelembaban, pengaturan lingkungan
sirkulasi udara, pencahayaan, kerja berdasarkan
kebisingan, getaran mekanis, ketentuan yang berlaku
bau-bauan dan warna fasilitas)
3 Studi Menyusun elemen-elemen  Evaluasi studi
Gerakan gerakan suatu pekerjaan gerakan berdasarkan
berdasarkan 17 gerakan prinsip-prinsip
therbligh ekonomi gerakan,
 Rekomendasi
perbaikan studi
gerakan
68

Lampiran 9 Kebutuhan Data dan Informasi Topik Khusus (Lanjutan)

No Aspek Kajian Data dan Informasi Hasil yang Diharapkan


4 Pengukuran Langkah sebelum Kesiapan sebelum
kerja dengan pengukuran pengukuran kerja
metode 1. Menetapkan tujuan
sampling pengukuran
pekerjaan 2. Penelitian pendahuluan
untuk mendapatkan
sistem kerja terbaik
3. Memilih operator
4. Melatih operator
5. Melakukan pemisahan
kegiatan berdasarkan
penugasan operator
6. Menyiapkan peralatan
Menentukan waktu Tabel waktu
pengamatan secara acak kunjungan/pengamatan
Melakukan pengukuran Hasil pengukuran
pendahuluan berdasarkan pendahuluan
tingkat ketelitian dan
keyakinan yang diinginkan
untuk mendapatkan jumlah
kegiatan produktif dan non
produktif

5 Menghitung Data waktu sampling Waktu baku yang


waktu baku pekerjaan, data nilai digunakan untuk
dengan penyesuaian, data nilai  Memperkirakan upah
memasukan kelonggaran kerja
nilai  Estimasi biaya
kelonggaran produksi
 Menetapkan dasar
untuk estimasi tujuan
produktivitas
 Meningkatkan
performa pekerja
 Evaluasi alternatif
proses, peralatan
69

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 18 Oktober 1996.


Penulis merupakan anak tunggal. Penulis memulai pendidikan
di taman kanak-kanak Aisyiah Wonogiri pada tahun 2002.
Penulis melanjutkan Sekolah Dasar Muhammadiyah 1
Wonogiri dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan
pendidikan setelah lulus sekolah dasar ke sekolah menengah
pertama di SMP N 1 Wonosegoro pada tahun 2009. Penulis
meneruskan ke jenjang pendidikan sekolah menengah atas di
SMA N 1 Boyolali dan lulus pada tahun 2015. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Program Diploma Institut
Pertanian Bogor Program Keahlian Manajemen Industri melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi) pada tahun 2015 sampai saat ini.
Selama di bangku perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi Himpunan
Mahasiswa Vokasi Akmapesa IPB dan organisasi Mahasiswa Daerah Jawa
Tengah serta aktif dalam kepanitian, baik dalam organisasi maupun diluar
organisasi. Penulis pernah menjadi Bendahara Organisasi Mahasiswa Daerah
Jawa Tengah dan Wakil Ketua Divisi Pendidikan Himavo Akmapesa IPB.
70

Anda mungkin juga menyukai