Anda di halaman 1dari 62

ANALISA PERCEPATAN

KETERLAMBATAN PROYEK JALAN

Dosen Pengampu :
Hendra Taufik, S.T., M.Sc.

Kelas A Kelompok 5:
Ade Septiani Putri 1307112992
Alvin Defarian 1307114695
Ardian Yolanda 1307112722
Dian Kharisma Dewi 1307113270
Novia Delta 1307123475
Yulasni Astri 1307113370

TEKNIK SIPIL S1 - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS RIAU
2016
i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper “Analisa Percepatan
Keterlambatan Pelaksanaan Pembangunan Proyek Jalan” dalam rangka memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah Pemindahan Tanah Mekanis.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, sehingga
penulis memohon kritikan yang bersifat membangun untuk menyempurnkan pepr
ini dikemudian hari. Semoga peper ini bermanfaat bagi para pembaca serta
menambah pengetahuan bagi kita semua, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, Maret 2016

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR RUMUS ............................................................................................ iv

BAB I PEDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
1.3. Contoh Soal ....................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN UMUM ........................................................................... 12

2.1. Dasar-dasar pelaksanaan proyek ..................................................... 12


2.2. Perencanaan Juklak ......................................................................... 16
2.3. Penyusunan Juklak .......................................................................... 18
2.4. Pembuatantan Juklak....................................................................... 19
2.5. Mobilisasi ........................................................................................ 28
BAB III TINJAUAN KHUSUS ....................................................................... 31

3.1. Tipe Keterlambatan ......................................................................... 31


3.2. Dampak Keterlambatan ................................................................... 31
3.3. Pengendalian Keterlambatan ........................................................... 32
3.4. Denda keterlambatan ....................................................................... 33
BAB IV ALTERNATIF PERCEPATAN ........................................................ 36

4.1. Crash Program ................................................................................. 36


4.2. kerja lembur .................................................................................... 36
4.3. Kerja Shift........................................................................................ 38
4.4. Penambahan Tenaga Kerja dan Alat ............................................... 38
4.5. Efisiensi Keterlambatan .................................................................. 38
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 34

5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 34


5.2. Daftar Pustaka ................................................................................. 34
LATIHAN ........................................................................................................ 36
iii

Pertanyaan ................................................................................................. 36
Jawaban ..................................................................................................... 42
iv

DAFTAR RUMUS

1. Rumus I.1. Estimate to Complete (ETC) dibawah 50% .............................. 7


2. Rumus I.2.Estimate at Completion (EAC) .......................................... 8
3. Rumus I.3.Time Estimated(TE) ........................................................... 8
4. Rumus IV.1.Durasi percepatan ............................................................ 33
5. Rumus IV.2.Crash Cost ....................................................................... 33
6. Rumus IV.3.% Efisiensi ....................................................................... 37
1

BAB I
PEDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan


penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan) dan untuk
memperoleh hasil yang sesuai dengan perencanaan diperlukan pengendalian.
Perencanaan adalah suatu proses yang meletakkan dasar tujuan dan sasaran
termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan proyek
adalah usaha untuk membuat penentuan mengenai apa yang harus dicapai dalam
proyek, kapan dan bagaimana proyek tersebut dilaksanakan. (Gunasti, 2011)

Penjadwalan proyek adalah usaha untuk menentukan kapan sebuah proyek


dilaksanakan berdasarkan urutan tertentu dari awal sampai akhir proyek.
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk
menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
urutan serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus
dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis
(Callahan, 1992). Penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu
kegiatan proyek yang harus diselesaikan dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap
aktivitas dalam proyek.

Penjadwalan proyek merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang


Manajer Proyek dalam:

1. Meminimumkan ketergantungan tugas untuk menghindari adanya jeda waktu


(delay) yang ditimbulkan oleh suatu tugas yang pengerjaannya harus
menunggu tugas lainnya selesai .
2. Pengorganisasian tugas yang bersamaan untuk membuat jadwal yang
optimum.
3. Membagi proyek ke dalam bentuk tugas dan estimasi waktu serta sumber
daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

1
2

Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam penjadwalan proyek antara lain:


4. Produktivitas tidak berbanding lurus dengan jumlah orang yang mengerjakan
tugas.
5. Seringkali hal tersebut dibatasi dengan solusi penambahan personal pada
akhir proyek. Namun solusi ini dikhawatirkan dapat menyebabkan adanya
overhead komunikasi antar personal dalam proyek karena terlalu banyak
personal yang terlibat dalam proyek.

1. Segala sesuatu yang tidak diharapkan bahkan hal yang paling buruk
mungkin akan terjadi, sehingga membutuhkan suatu perecanaan yang
matang dalam penjadwalan proyek, apabila perlu dibuat perencanaan
cadangan dalam proyek.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan proyek antara lain:

a) Bagi pemilik (owner):


(1) Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek
(2) Merencanakan aliran kas
(3) Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya
proyek
b) Bagi kontraktor:
(1) Memprediksi kapan suatu kegiatan yang spesifik dimulai dan diakhiri
(2) Merencanakan kebutuhan material, peralatan dan tenaga kerja
(3) Mengatur waktu keterlibatan sub-kontraktor
(4) Menghindari konflik antara sub-kontraktor dan pekerja
(5) Merencankan aliran kas
(6) Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya
proyek

Dampak penjadwalan yang tidak tepat :

1. Pelaksanaan tahapan konstruksi akan terlambat.


3

2. Jika ingin proyek tetap akan selesai tepat waktu, maka harus dilakukan
percepatan.
3. Percepatan keterlambatan pelaksanaan akan memerlukan biaya.

Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk


mengelolah waktu dan sumberdaya proyek. Masing-masing metode mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut
didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin di capai terhadap kinerja
penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus
kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variable-variabel yang
mempengaruhinya juga harus di monitor. Misalnya mutu, keselamatan kerja,
ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi
penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan
koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang di inginkan. (Setiawan, 2012)

• Waktu dan durasi kegiatan

Dalam konteks penjadwalan, terdapat dua perbedaan, yaitu waktu


(Time) dan kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang/malam,
sedangkan kurun waktu atau durasi menunjukan lama waktu yang dibutuhkan
dalam melakukan suatu kegiatan, seperti lamanya waktu kerja dalam satu hari
adalah 8 Jam. Melakukan durasi suatu kegiatan bisanya dilandasi volume
pekerjaan dan produktivitas crew/kelompok pekerja dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan. Produktivitas didapat dari pengalaman crew melakukan suatu
kegiatan yang telah dilakukan sebelum atau database perusahaan.

• Bagan balok (barchart)

Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Tailor dalam bentuk


bagan balok, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap
kegiatan. Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk
dikomunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Bagan balok
terdiri atas sumbu-Y yang dinyatakan kegiatan atau paket kerja dari lingkup
proyek, sedangkan sumbu-X menyatakan satuan waktu dalam hari, minggu,
atau bulan sebagai durasi. Pada bagan ini juga dapat ditentukan Milestone /
4

Baseline sebagai bagian target yang harus diperhatikan guna kelancaran


produktifitas proyek secara keseluruhan. Untuk proses updating, bagan balok
dapat diperpendek atau diperpanjang dengan memperhatikan total floatnya,
yang menunjukan bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau berkurang
sesuai kebutuhan dalam perbaikan jadwal. Penyajian informasi bagan balok
agak terbatas, misal hubungan antar kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis
kegiatan proyek tidak dapat diketahui. Karena urutan kegiatan kurang terinci,
maka bila terjadi keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi
menjadi sukar untuk dilakukan.

• Kurva S atau Hanumm curve

Kurva S adalah sebuah ghrafik yang dikembangkan oleh Warren T.


Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal
hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek
berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan
sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi Kurva
S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah
ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat
menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses
pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas
untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan
metode lain hyang dikombinasikan, misal dengan metode ba.gan balok yang
dapat digeser –geser dan network plaining dengan memperbaharui suber daya
maupun waktu pada masing – masing kegiatan.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing – masing
kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkanterhadap sumbu
vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk
kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal
biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah
cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil. Untuk
menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa
5

perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan / kegiatan dibagi


nilai anggaran, karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase
sehingga lebih mudah untuk menghitungnya.

1.2. Identifikasi Masalah

Dunia konstruksi merupakan suatu bidang industry yang akan ada terus menerus. Dunia
konstruksi sangat erat kaitannya dengan sebuah proyek. Dalam bidang konstruksi tidaknya
hanya membutuhkan seorang ahli bangunan saja, tetapi banyak bidang yang perlu ambil
alih dalam proyek kontruksi tersebut, antara lain :

 Ahli Struktur
 Ahli Arsitektur
 Ahli Mekanikal
 Ahli Elektronikal
 Ahli Interior
 dan lain-lain

Pelaksanaan proyek konstruksi umumnya mempunyai rencana dan jadwal .


Pembuatan rencana proyek mengacu pada perkiraan saat rencana pembangunan dibuat.
Masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara rencana dengan pelaksanaannya.
Dampaknya adalah keterlambatan pelaksanaan dan meningkatnya biaya.

Faktor-faktor yang potensial untuk mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi,


yang terdiri dari tujuh (7) kategori (Andi et al. 2003), adalah :
1. Tenaga Kerja (labors)
a. Keahlian tenaga kerja
b. Kedisiplinan tenaga kerja
c. Motivasi kerja para pekerja
d. Angka ketidakhadiran
e. Ketersediaan tenaga kerja
f. Penggantian tenaga kerja baru
g. Komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing
2. Bahan (material), :
a. Pengiriman bahan
b. Ketersediaan bahan
6

c. Kualitas bahan
3. Peralatan (equipment)
a. Ketersediaan peralatan
b. Kualitas peralatan
4. Karakteristik Tempat (site characteristic)
a. Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah
b. Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar
c. Karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek
d. Tempat penyimpanan bahan/material
e. Akses ke lokasi proyek
f. Kebutuhan ruang kerja
g. Lokasi proyek
5. Manajerial (managerial)
a. Pengawasan proyek
b. Kualitas pengontrolan pekerjaan
c. Pengalaman manajer lapangan
d. Perhitungan keperluan material
e. Perubahan desain
f. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor
g. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik
h. Jadwal pengiriman material dan peralatan
i. Jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan
j. Persiapan/penetapan rancangan tempat
6. Keuangan (financial)
a. Pembayaran oleh pemilk
b. Harga material
7. Faktor-faktor lainnya (other factors)
a. Intensitas curah hujan
b. kondisi ekonomi
c. Kecelakaan kerja

Suatu keterlambatan proyek akan memiliki banyak sekali dampak , antara lain :
1. Biaya
2. Waktu
3. Perselisihan antara owner dan kontraktor
7

Berikut jenis-jenis biaya dalam suatu proyek :


a. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah elemen biaya yang memiliki kaitan langsung dengan
volume pekerjaan yang tertera dalam item pembayaran atau menjadi komponen permanen
hasil akhir proyek. Komponen biaya langsung terdiri dari biaya upah pekerja, operasi
peralatan, material. Termasuk kategori biaya langsung adalah semua biaya yang berada
dalam kendali subkontraktor.
b. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung merupakan elemen biaya yang tidak terkait langsung dengan
besaran volume komponen fisik hasil akhir proyek, tetapi mempunyai kontribusi terhadap
penyelesaian kegiatan atau proyek. Elemen biaya ini umumnya tidak tertera dalam daftar
item pembayaran dalam kontrak atau tidak dirinci. Yang termasukdalam kategori biaya
tidak langsung antara lain adalah: biaya overhead, pajak (taxes), biaya umum (general
conditions), dan biaya risiko. Biaya risiko adalah elemen biaya yang mengandung dan/atau
dipengaruhi ketidakpastian yang cukup tinggi, seperti biaya tak terduga (contingencies) dan
keuntungan (profit).

Berikut Analisa Perkiraan Biaya Dan Waktu Penyelesaian Proyek :

a. Estimate to Complete (ETC)

ETC merupakan perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa pada minggu yang ditinjau,
dengan asumsi bahwa kecenderungan kinerja proyek akan tetap sama sampai dengan
akhir proyek, perkiraan tersebut dapat diekstrapolasi dengan beberapa cara sesuai
Rumus I.1 berikut:

ETC = (Anggaran – EV) (I.1)

Dengan :

ETC = Estimate to Complete (Rp)


EV = Earned Value (Rp)
8

Bila persentase pekerjaan di atas 50% dapat menggunakan Rumus 1.2 berikut:

ETC = (Anggaran total – EV) / CPI (I.2)


Dengan :

ETC = Estimate To Complete (Rp)


EV = Earned Value (Rp)
CPI = Cost Performance Index

b. Estimate at Completion (EAC)


EAC merupakan perkiraan biaya total dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan
sejak dimulainya pekerjaan sampai pada akhir penyelesaian proyek yang diperoleh
dari biaya aktual ditambah dengan ETC. Pada akhir minggu pelaksanaan proyek
nilai ETC sama dengan AC yang terjadi pada minggu tersebut. Berikut persamaan
untuk menghitung nilai EAC berdasarkan Rumus I.3:
EAC = AC + ETC (I.3)
Dengan :

EAC = Estimate At Completion (Rp)


AC = Actual Cost (Rp)
ETC = Estimate To Complete ((Rp)

Pentingnya menghitung CPI dan SPI adalah untuk memprediksi secara statistik
biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Perhitungan EAC dengan SPI
dan CPI lebih mudah dan cepat penggunaannya. Sisa biaya yang akan dibutuhkan
diprediksi secara statistik dengan memperhitungkan efektifitas penggunaan biaya
(CPI) dan kinerja pekerjaan terhadap rencana (SPI). Dari nilai EAC dapat diperoleh
perkiraan selisih antara biaya rencana penyelesaian proyek (Budget At
Completion/BAC) dengan biaya penyelesaian proyek berdasarkan kinerja pekerjaan
yang telah dicapai (EAC) atau yang disebut Variance At Completion (VAC). Indikator
CPI dan SPI lebih sering digunakan untuk penilaian kinerja proyek dibanding SV dan
CV. Melalui nilai CPI dan SPI dapat dilakukan perbandingan antara kinerja proyek
satu dengan lainnya. Selain itu nilai SPI dan CPI memberikan perbandingan relatif
terhadap PV yang menjadi dasar penilaian status proyek dari segi biaya dan waktu.
9

c. Time Estimated(TE)

TE merupakan waktu perkiraan penyelesaian proyek. Asumsi yang digunakan untuk


memperkirakan waktu penyelesaian adalah kecenderungan kinerja proyek akan tetap
seperti saat peninjauan. Berikut Rumus I.4 untuk menentukan nilai TE :

TE = ATE + OD-(ATE x SPI) / SPI (I.4)


Keterangan :
TE (Time Estimated) : Perkiraan waktu penyelesaian Proyek (minggu)
ATE (Actual Time Expended) : Waktu yang telah ditempuh (minggu)
OD (Original Duration) : Waktu yang direncanakan (minggu)

Pemendekan Durasi Dengan Metode Crashing Time Terminologi proses


crashing adalah dengan mereduksi durasi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh
terhadap waktu penyelesaian proyek. Pemendekan durasi tentunya harus menambah
sumber daya, termasuk biaya dan mempercepat pelaksanaan kegiatan. Akibat semakin
banyak kegiatan yang dipendekan maka terjadi penambahan biaya pada item pekerjaan
tersebut, namun biaya total pekerjaan akan dapat diminimilisir dari total biaya yang
seharusnyya dikeluarkan akibat keterlambatan tersebut. Kondisi yang terjadi di
lapangan mengakibatkan dilakukan alternatif pengendalian berdasarkan metode lembur.
Perhitungan dilakukan dengan menganalisa cost slope dan harga setelah dilakukan crash
program.Acuan crashing program , dilakukan pada kegiatan yang berada pada lintasan
kritis.

1.3. Contoh Soal


Diketahui :
Kontraktor = PT Sekawan Sejati Utama
Alamat Proyek = Jln. A.Yani, Surabaya
Nilai Proyek = Rp.5.882.631.641,87
Tanggal SPK = 29 April 2015
Tanggal STT-1 = 25 September 2015
Waktu Pelaksanaan = 150 hari kalender

Ditanya : EAC, ETC, TE ?


10

Jawab :
Planned Value dan Earned Value minggu ke-13 sesuai time schedule

Planned Value (PV) = Rencana progress x BAC

= 46362 % x RP. 5.882.631.641,87

= Rp. 2.727.305.681,80

Earned Value (EV) = presentase realisasi x BAC

= 68,968 % x Rp. 5.882.631.641,87

= Rp. 4.057.133.390,76

Actual Cost (AC) = Rp. 3.905.516.403,03

Planned Value dan Earned Value minggu ke-13 sesuai time schedule

Schedule Varians (SV) = EV - PV

= Rp.4.057.133.390,76 –

Rp. 2.727.305.681,80

= Rp. 1.329.827.708,96

Cost Varians (CV) = EV – AC

= Rp.4.057.133.390,76 –

Rp. 3.905.516.403,03

= Rp. 151.616.987,74

Schedule Performance Index (SPI) = EV / PV


= Rp. Rp. 4.057.133.390,76 /
Rp. 2.727.305.681,80
11

= 1,488

Cost Performance Index (CPI) = EV / AC


= Rp. 4.057.133.390,76 /
Rp. 3.905.516.403,03
= 1,039

ETC = (BAC – EV) / (CPI)


= (Rp.5.882.631.641,87 – Rp. 4.057.133.390,76) / (1,039)
= Rp. 1.757.278.520,74

EAC = AC + ETC
= Rp.3.905.516.403,03 + Rp.1.757.278.520,74
= Rp.5.662.794.923,77

Untuk perkiraan waktu penyelesaian proyek adalah sebagai berikut :

Waktu Rencana (OD) = 150 hari


Waktu yang telah ditempuh (ATE) = 86 hari
Nilai SPI = 1,488

TE = ATE + (OD – (ATE X SPI) / SPI


= 86 + (150 – (86 X 1,488) / 1,488
= 101 hari
Berdasarkan hasil estimasi nilai TE di atas waktu penyelesaian proyek adalah
101 hari kalender, sedangkan schedule yang direncanakan

150 hari kalender, jadi proyek tersebut mengalami percepatan selama 49 hari
kalender.
12

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Dasar-dasar pelaksanaan proyek
a. Addendum kontrak
Addendum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah; jilid tambahan
(pada buku);lampiran; ketentuan atau pasal tambahan, misal dalam akta. Pada
umumnya, istilah addendum dipergunakan saat ada tambahan atau lampiran pada
perjanjian pokoknya namun merupakan satu kesatuan dengan perjanjian pokoknya.
Meskipun jangka waktu perjanjian tersebut belum berakhir, para pihak dapat
menambahkan addendum sepanjang disepakati oleh kedua belah pihak.
Sedangkan, perpanjangan perjanjian/kontrak pada umumnya digunakan saat
suatu perjanjian berakhir, namun para pihak menghendaki perikatan yang berakhir
itu (misalnya hubungan kerja) untuk diteruskan. Sehingga, para pihak membuat
kesepakatan untuk memperpanjang perjanjian/kontrak.
Pada dasarnya, keduanya, baik addendum maupun perpanjangan kontrak
adalah perjanjian. Karena tanpa kesepakatan kedua belah pihak, salah satu pihak
tidak dapat membuat addendum atau memperpanjang suatu perjanjian secara
sepihak. Jadi, sebenarnya perbedaannya adalah pada penggunaan istilah atas dasar
perbedaan fungsi. Namun, esensi keduanya tetap adalah perjanjian.
Dengan demikian, keduanya sama-sama merupakan perjanjian dan tunduk pada
asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata ("KUHP").Jadi, dalam membuat kontrak/perjanjian,
para pihak bebas menentukan isi kontrak sepanjang isi dari perjanjian itu tidak
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum
(lihat Pasal 1337 KUHP). Termasuk dalam menentukan bentuk yang digunakan,
para pihak dapat menyepakatinya.
b. Berita acara negosiasi ( aanwijzing )

Aanwijzing adalah salah satu proses dalam tahapan tender untuk memberikan
penjelasan-penjelasan kepada peserta tender tentang pasal-pasal dalam RKS,
gambar tender, RAB, dan sebagainya. Proses aanwijzing ini melibatkan beberapa
personil antara lain owner, perencana arsitek, struktur dan MEP, Manajemen
Konstruksi, peserta tender dan konsultan Quantity Surveyor.

12
13

Rapat penjelasan merupakan forum yang diadakan untuk memberikan penjelasan


selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya kepada peserta tentang :
1. Tatacara dan aturan main dalam proses pemilihan penyedia.
2. Spesifikasi teknis barang/jasa yang harus disediakan oleh penyedia.
Disamping memberikan penjelasan, harus dibuka seluas-luasnya untuk melakukan
tanya jawab antara penyedia dengan ULP/Pejabat Pengadaan sehingga peserta
pemilihan penyedia mempunyai kesempatan untuk memahami dan mengerti
tentang tata cara pemilihan dan spesifikasi teknis.

Prinsip-prinsip aturan main dalam pemberian penjelasan ini adalah :

1. Peserta boleh tidak hadir dalam tahap ini, walaupun demikian peserta yang tidak
hadir harus mengikuti tambahan atau perubahan dokumen pengadaan yang
disampaikan pada saat tahap ini.
2. Seluruh acara pada pemberian penjelasan harus dituangkan dalam Berita Acara
dan Berita Acara ini WAJIB disampaikan oleh ULP/Pejabat Pengadaan kepada
SELURUH peserta baik yang hadir maupun yang tidak hadir.
3. Berita Acara tersebut merupakan acuan yang juga harus diikuti oleh seluruh
peserta dalam proses pelaksanaan pemilihan penyedia.
Langkah-langkah dan ketentuan selengkapnya dalam pemberian penjelasan adalah
sebagai berikut :
 Dilakukan pada tempat dan waktu yang ditentukan, serta dihadiri oleh para
peserta yang terdaftar.
 Ketidakhadiran peserta tidak menggugurkan penawaran.
 Perwakilan peserta yang hadir harus menunjukkan tanda pengenal dan surat
tugas kepada ULP.
 Peserta perorangan tidak boleh diwakilkan dan pada saat hadir menunjukkan
tanda pengenal kepada ULP.
 Dalam pemberian penjelasan, harus dijelaskan kepada peserta mengenai:
1. Metode pemilihan;
2. Cara penyampaian dokumen penawaran;
3. Kelengkapan yang harus dilampirkan bersama dokumen penawaran;
4. Pembukaan dokumen penawaran;

13
14

5. Metode evaluasi;
6. Hal-hal yang menggugurkan penawaran;
7. Jenis kontrak yang akan digunakan;
8. Ketentuan dan cara evaluasi berkenaan dengan preferensi harga atas
penggunaan produksi dalam negeri;
9. Ketentuan tentang penyesuaian harga;
10. Ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan kepada usaha mikro dan
usaha kecil serta koperasi kecil; dan
11. Besaran jaminan, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan
jaminan.
 Apabila dipandang perlu, dapat melakukan peninjauan lapangan.
 Hasil pemberian penjelasan dituangkan dalam Berita Acara Pemberian
Penjelasan yang isinya :
1. Hal-hal yang dijelaskan
2. Tanya jawab
3. Perubahan dokumen pengadaan
4. Hasil peninjauan lapangan
5. Keterangan lain yang dipandang perlu BAPP ditandatangani oleh semua
anggota pokja ULP yang hadir dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang
hadir.
 BAPP merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan.
 Apabila tidak ada peserta yang hadir atau tidak ada yang bersedia
menandatangani BAPP, maka BAPP cukup ditandatangani oleh anggota pokja
ULP yang hadir.
 Apabila dalam BAPP sebagaimana dimaksud pada angka 7) terdapat hal-
hal/ketentuan baru atau perubahan penting yang perlu ditampung, makaULP
menuangkan ke dalam Adendum Dokumen Pengadaan yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari Dokumen Pengadaan.
 Perubahan rancangan kontrak, spesifikasi teknis, gambar dan/atau nilai total
HPS, harus mendapatkan persetujuan PPK sebelum dituangkan dalam
Adendum Dokumen Pengadaan.
15

 Apabila PPK tidak sependapat dengan usulan perubahan dokumen pengadaan,


maka ULP menyampaikannya kepada PA/KPA untuk diputuskan, maka:
1. Apabila PA/KPA sependapat dengan PPK, tidak dilakukan perubahan; atau
2. Apabila PA/KPA sependapat dengan ULP, PA/KPA memutuskan
perubahan dan bersifat final.
 Apabila ketentuan baru atau perubahan penting tersebut tidak dituangkan dalam
Adendum Dokumen Pengadaan, maka ketentuan baru atau perubahan tersebut
dianggap tidak ada.
 Dalam Adendum Dokumen Pengadaan, ULP dapat memberikan tambahan
waktu untuk memasukkan Dokumen Penawaran.
 ULP memberitahukan kepada semua peserta untuk mengambil salinan
Adendum Dokumen Pengadaan.
 ULP diwajibkan untuk menyediakan salinan BAPP dan Adendum Dokumen
Pengadaan (apabila ada) dan mengunggah dokumen tersebut melalui website
K/L/D/I masing-masing yang dapat diunduh oleh peserta.

Proses aanwijzing biasanya tidak hanya dilakukan sekali saja. Ketidakhadiran


peserta lelang tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawar.

Aanwijzing merupakan tahapan tender yang paling penting mengingat


komunikasi secara langsung dengan pihak pemberi tugas akan memudahkan
kontraktor dalam memahami permintaan owner. Sebagai peserta tender sebaiknya
mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
pada saat proses aanwijzing sehingga terjalin komunikasi yang jelas. Apapun yang
kurang jelas dari gambar tender maupun BOQ harus ditanyakan kepada perencana
dan owner.

c. Surat perintah kerja (SPK)


SPK adalah surat perintah kerja yang digunakan oleh perusahaan manufaktur
dalam pekerjaan, sehingga akan terlihat laba rugi nya. Fungsi dari SPK adalah :

 Sebagai surat resmi perintah pengerjaan suatu proyek


16

 sebagai dokumentasi proyek yang sudah pernah dikerjakan


 alat estimasi biaya dan laba proyek tertentu secara historical

d. Syarat administrasi

Syarat administrasi, yaitu penjelasan tentang tata cara proses administrasi


yang harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan. Dalam peraturan administrasi
dibedakan pula antara peraturan administrasi keuangan dan teknis. Administrasi
keuangan mencakup hal-hal sebagai berikut : Harga penawaran termasuk
didalamnya biaya pelelangan, ketentuan apabila terjadi Pekerjaan tambah kurang,
persyaratan yang harus dipenuhi dari setiap jenis jaminan yang digunakan (Tender
bond, performance bond), ketentuan denda yang disebabkan karena keterlambatan,
kelalaian pekerjaan, pemutusan kontrak dan pengaturan pembayaran kepada
Kontraktor, resiko akibat kenaikan harga upah dan bahan. Administrasi Teknis
memuat hal-hal sebagai berikut: ketentuan apabila terjadi perselisihan beserta cara-
cara penyelesaiannya, syarat-syarat penawaran, tata cara pelelangan, kelengkapan
surat penawaran, ketentuan penyampaian dokumen penawaran dan sampul
penawaran, syarat peserta lelang dan sangsi apabila terjadi pelanggaran, dll. Hal
lain yang dijelaskan adalah peraturan penyelenggaraan, misalnya pembuatan
laporan kemajuan pekerjaan (progress), penyerahan pekerjaan dan pembuatan
schedule.

e. Syarat teknis

Syarat teknis, adalah rincian syarat teknis setiap bagian pekerjaan yang akan
dilaksanakan dimulai pekerjaan persiapan sampai dengan finishing.

2.2. Perencanaan Juklak


Juklak adalah singkatan dari kata petunjuk pelaksanaan. Istilah petunjuk
pelaksanaan apabila disingkat yaitu menjadi juklak. Akronim juklak (petunjuk
pelaksanaan) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia.

Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen


proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada
17

didalamnya dapat diimplentasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal.

Secara umum defenisi Perencanaan adalah :

Suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba meletakkan dasar


tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan administratif
agar dapat diimplementasikan.

Tujuan Perencanaan adalah : Melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan


spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan Biaya, Mutu dan Waktu serta
faktor keselamatan.

FILOSOFI PERENCANAAN.

Aman, kelamatan terjamin

Efektif, produk perencanaan berfungsi

Efisien, produk yang dihasilkan hemat biaya

Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan.

-Dokumen kontrak

Dokumen kontrak adalah sumber dari kriteria untuk pelaksanaaan pekerjaan


yang dilakukan oleh pemborong, karena itu pula menjadi sumber kriteria
pengendaliannya, yang kegiatan pengawasannya dilakukan oleh konsultan
pengawas dan tindak lanjutnya dilakukan pemilik proyek. Disusun kriteria2 sebagai
pedoman pernborong melaksanakan pekerjaan sekaligus sebagai kriteria
pengendalian.

Pemborong menghasilkan keluaran seperti apa yang telah disepakati dalam


kontrak, namun keluaran ini tidak sekaligus selesai tapi tahap demi tahap secara
kumulatif. Kriteria keluaran ini juga bersumber dari manajemen proyek di dalam
dokumen kontrak. Pada umumnya kriteria tsb terdiri dari :

 kriteria waktu,
18

 kriteria kualitas, dan


 kriteria biaya.

Untuk menghasilkan keluaran pemborong melakukan proses seperti apa yang


telah disepakati dalam kontrak. Kriteria Proses ini harus konsisten dengan kriteria
keluaran, agar proses yang dilakukan, dapat menghasilkan keluaran seperti yang
telah ditetapkan manajemen proyek di dalam dokumen kontrak.

Dalam melakukan manajemen proyek pemborong memerlukan masukan, seperti


apa yang telah disepakati dalam kontrak. Agar proses dapat berjalan lancar dan
menghasilkan keluaran seperti yang telah ditetapkan, maka kriteria rnasukan haruslah
konsisten dengan kriteria proses.

Kemudian dapatlah diamati bahwa antara kriteria masukan - proses - keluaran haruslah
konsisten satu sama lain.

2.3. Penyusunan Juklak


-Tim proyek

Bagian penting lainnya dari tahap perencanaan adalah memilih tim Anda.Perhatikan
baik-baik, terutama jika Anda memiliki tim-anggota yang dikenakan pada Anda oleh
singkat proyek. Memilih dan mendapatkan komitmen dari anggota tim terbaik - baik secara
langsung bekerja, freelance, kontraktor, pemasok, konsultan atau mitra lainnya - adalah
penting untuk kualitas proyek, dan kemudahan dengan yang Anda dapat
mengelolanya. Umumnya mencoba untuk membangun tim Anda sesegera
mungkin. Mengidentifikasi atau menunjuk satu atau dua orang bahkan selama
syarat tahap referensi mungkin kadang-kadang. Menunjuk tim awal
memaksimalkan kepemilikan dan membeli-in ke proyek, dan memaksimalkan apa
yang mereka dapat berkontribusi. Tapi sangat waspada terhadap penunjukan orang
sebelum Anda yakin seberapa baik mereka, dan tidak sampai mereka telah
berkomitmen untuk proyek tersebut pada istilah yang mudah dimengerti dan
diterima. Jangan membayangkan bahwa tim harus penuh anggota proyek dibayar
dan resmi tim.
19

2.4. Pembuatantan Juklak


-Perencanaan waktu

Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas
perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan
kompleksitas proyek yang cenderung bertambah. Usaha tersebut membuahkan hasil
dengan ditemukannya Metode Bagan Balok ( Bar Chart) dan Analisis Jaringan
Kerja (network analysis ) , yaitu penyajian perencanaan dan pengendalian,
khususnya jadwal kegiatan proyek secara sistematis dan analitis.

Di dalam membahas subjek di atas, akan ditinjau teknik dasar menyusun dan
menghitung berbagai aspek yang berkaitan dengan bagan balok dan jaringan kerja.
Juga dikemukakan kegunaan, kekurangan maupun kelebihannya bagi perencanaan
dan pengendalian proyek,ditambah beberapa keterangan dan contoh sebagai
ilustrasi aplikasinya dalam praktek.

Bagan Balok atau Bar Chart.

Sampai diperkenalkannya metode bagan balok oleh H.L.Gantt pada tahun 1917,
dianggap belum perah ada prosedur yang sistematis dan analitis dalam Aspek
Perencanaan dan Pengendalian Proyek. Bagan balok disusun dengan maksud
mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang
terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian,dan pada saat pelaporan.

Dewasa ini metode bagan balok masih digunakan secara luas, baik berdiri sendiri
maupun dikombinasikan dengan metode lain yang lebih canggih. Hal ini
disebabkan oleh karena bagan balok mudah dibuat dan dipahami sehingga amat
berguna sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.

Format yang dipakai

Pada bagian atas format berisi keterangan singkat proyek, antara lain pemilik
proyek,lokasi,nomor kontrak,dan tanggal pembaharuan.

Pemilik Proyek

Perusahaan atau perorangan yang memiliki proyek yang sedang di bangun.


20

Lokasi Proyek

Tempat proyek dibangun secara fisik dan bukan kantor pusat. '

Nomor Kontrak

Biasanya ditentukan oleh pemilik proyek.Seringkali kontraktor juga memiliki


nomor intern.

Tanggal Pembaharuan

Pada waktu tertentu, untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan, maka jadwal


pekerjaan sering mengalami peruhahan . Untuk ini dicatat tanggal pemhaharuan
atau revisi.

Keterangan Kegiatan atau Pekerjaan

Di samping penjelasan di atas, pada masing-masing halok minimal dibubuhi


keterangan perihal:

Kurun Waktu Kegiatan

Rencana atau perkiraan kurun waktu maupun kenyataan waktu yang digunakan.
Kenyataan waktu yang digunakan yang terungkap pada waktu pelaporan
biasanyadigamharkan dengan garis tebal,sejajar dengan waktu perencanaan. Di sini
akan terlihat herapa hesar perhedaan antara perencanaan dan kenyataan.

Sumber Daya Proyek

Penjelasan mengenai jumlah sumher daya untuk menyelesaikan kegiatan yang


hersangkutan. Berupa jam-orang atau jumlah orang dan lain-lain.

Node I dan J

Bila bagan balok ini dihasilkan dari analisis jaringan kerja, misalnya CPM, maka
akan meningkatkan dan memudahkan penggunaannya bila dicantumkan pula
penjelasan mengenai nomor node- I dan node-J pada masing-masing kegiatan.

Garis Laporan

terlihat seherapa jauh kemajuan atau keterlambatan masing-masing kegiatan.


21

-Perencanaan mutu

Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang


menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam
rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran
yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan
mengadakan pelatihan management kualitas.

Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah :


• Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.
• Proses management proyek itu sendiri.
Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak
belajar tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan
kerja, terutama tentang pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di
lapangan.

Syarat Penggunaan dalam Quality Management


Ada beberapa bagian yang mana digunakan dalam management kualitas. Dalam
konteks konstruksi beberapa akan di jelaskan.

1. Inspeksi

Inspeksi merupakan alat untuk mengukur kegiatan proses konstruksi untuk


memeriksa apakah standard spesifikasi udah di capai.

2. Quality control

Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi yang
digunakan agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Aktivitasnya
mencakup monitoring, mengeliminir problem yang diketahui, mengurangi
penyimpangan/perubahan yang tidak perlu serta usaha-usaha untuk mencapai
efektivitas ekonomi. Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan
sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang
22

mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan


tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan
karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu
dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.

1. Quality By Inspection

Tujuan :
1. Mencegah defect atau non-conforming product masuk pasar atau sampai pada
customer. Hal ini yang dilakukan oleh suatu bagian diluar produksi yang disebut
Quality Assurance. Ia langsung bertanggung jawab kepada pimpinan organisasi.
2. Mencegah bahan baku yang buruk masuk proses produksi
Kadang-kadang bagian produksi juga melakukan inspeksi sendiri yang hasilnya di
cek ulang oleh QA.

Kelemahan
1. Kesalahan baru diketahui pada akhir produksi
2. Umpan balik yang diperlukan untuk analisis persoalan dan pencegahan sering
terlambat sampai pada bagian yang membuat kesalahan dan harus
membetulkannya
3. Operator (pekerja) tidak peduli terhadap kesalahan yang terjadi karena sudah
ada bagian yang menanganinya
4. Pekerjaan ulang kadang-kadang dilakukan tanpa sepengetahuan bagian yang
bertanggung-jawab akan kesalahan yang terjadi

II. Quality Control


Para inspektur ditempatkan pada awal dan akhir tiap proses
Kerugian
- Membutuhkan lebih banyak inspektur
- Para operator hanya bergantung pada hasil evaluasi inspektur

III. Built-in Quality Control


23

Inspeksi dilakukan oleh para operator sendiri., Mereka diberdayakan untuk


mencek pekerjaannya sendiri. Pada awal proses ditempatkan inspektur. Dengan
cara ini setiap pekerja dimotivasi untuk melakukan pekerjaannya secar abenar
sejak awal dan bertanggung jawab penuh untuk menceah defects pada proses atau
operator berikutnya yang bergfungsi sebagai internal customer. Untuk melakukan
cara ini secara berhasil maka kecakapan tentang kualitas harus dilatih terlebih
dahulu dan juga ditanamkan sikap kualitas.

IV. Total Quality

Disini seluruh inspektur ditiadakan, termasuk inspektur untuk bahan baku yang
masuk. Hal ini dimungkinkan karena ada supplier-customer partnership sehingga
supplier dilatih oleh customer tentang Quality Management. Ini merupakan modus
yang paling ideal dan telah diterapkan oleh Toyota. Dengan melatih supplier dan
operator untuk melakukan pekerjaannya secara benar sejak awal maka kualitas
tinggi dapat dicapai pada seluruh tahap produksi. Dengan modus total quality dan
tanpa inspeksi maka akan menurunkan biaya operasi, memperpendek
manufacturing lead time dengan dapat mengendalikan inventories dengan baik.

Diposkan oleh universitas narotama di 20.04 0 komentar

-Perencanaan metode pelaksanaan

Metode pelaksanaan mengacu pada prinsip bahwa target pembangunan harus


dapat diselesaikan tepat waktu yaitu selama 2,5 bulan ( 72 hari Kalender), tepat
biaya sesuai dengan SPH dan tepat mutu sesuai dengan RKS + Spesifikasi teknis.
Proyek ini merupakan proyek paket pekerjaan Arsitektur, dimana pelaksanaan
mengikuti pekerjaan struktur dan sipil yang sudah berlangsung dan dibangun sesuai
perencanaan.

Metode yang kami susun berdasarkan 2 (dua) tahap yaitu :

1. Tahap Perencanaan

Penjadwalan pelaksanaan pekerjaan


24

a. Pembuatan Rencana Kerja ( Kurva S )

Penjadwalan adalah penentuan waktu dengan urutan-urutan kegiatan proyek


hingga menghasilkan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Penjadwalan ini disusun untuk merencanakan antara lain:

Untuk menyusun jadwal proyek dilakukan langkah-langkah berikut:

Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas (MK), akan
disahkan oleh Pemberi Tugas.

Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja 3 (tiga) rangkap kepada


MK, 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada Direksi keet di lapangan
yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan/prestasi kerja. Untuk rencana
kerja (Kurva S) sebagai acuan dalam pelaksanaan dilapangan kami lampirkan
dalam dokumen teknis.

Setelah dilakukan penjadwalan pekerjaan melalui pembuatan Rencana kerja &


Network Planning, dibutuhkan waktu selama 2,5 bulan (72 hari kalender) untuk
menyelesaikan proyek pembangunan, sehingga apabila dimungkinkan maka
penyelesaian proyek dapat dipercepat dari yang direncanakan, Hal ini akan sangat
bermanfaat agar gedung dapat segera dioperasikan dengan baik.

b. Pengajuan/Perijinan

 Pelaksanaan Pengurusan Ijin Kerja

Dalam pelaksanaan Kontraktor menerapkan standarisasi prosedur sesuai


dengan system mutu yang dimiliki serta memberitahukan/ijin setiap akan
melaksanakan pekerjaan, agar kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan serta untuk menghindari dari pekerjaan bongkar pasang yang akan
mengakibatkan terjadinya keterlambatan serta penambahan biaya dalam
pelaksanaan.

 Gambar Kerja (Shop Drawing)


25

Sebelum memulai pekerjaan dibuat gambar kerja (Shop Drawing) yang


detail dan diajukan kepihak MK untuk mendapat persetujuan.

Gambar kerja dibuat berdasarkan gambar perencana, dan setelah mendapat


persetujuan dari MK diserahkan kepada Site Manager untuk dilaksanakan di
lapangan.

Gambar kerja dibuat rangkap 3 (tiga): 1 (satu) set untuk kontraktor, 1 (satu) set
untuk pengguna jasa dan 1 (satu) set untuk konsultan pengawas (MK).

 Material/Bahan

Guna menjaga mutu hasil pelaksanaan material/bahan yang akan


dipergunakan, diajukan contoh untuk mendapat persetujuan dari pihak MK.

Semua material yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini sedapat mungki
dilengkapi dengan spesifikasi dari produsen sesuai dengan brosur serta mengacu
kepada persyaratan/RKS .

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan dibuat juga benda uji yang dipersiapkan
sesuai dengan standart yang dipersyaratkan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pekerjaan pembangunan meliputi:

I. TAHAPAN PERSIAPAN

1.Pembuatan Bedeng pekerja, Direksi Keet, gudang bahan, & sarana sanitasi
pekerja juga area kerja.

2.Peralatan kerja, air kerja & listrik kerja.

3.Keamanan Proyek + Pos Jaga.

4.Penggunaan Daya PLN.

5.Pembersihan lapangan dan daerah kerja.

II. PEKERJAAN ARSITEKTUR


26

1.Pekerjaan Bongkaran

2.Pekerjaan Dinding

3.Pekerjaan Atap Baja Ringan

4.Pekerjaan Plafond.

5.Pekerjaan Finishing Lantai.

6. Pekerjaan Kusen Pintu & Jendela

7.Pekerjaan Pengecatan

-Perencanaan K3

Menggambarkan secara singkat tentang proyek dan perencanaan K3

 Tujuan Safety Plane


Tuliskan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam proyek terkait
dengan K3

 Gambaran Umum pryek


Tuliskan gambaran umum tentang proyek, meliputi:

Nama proyek

Lokasi

Nilai proyek

Pihak –pihak yang terlibat dalam proyek

 Lingkup pekerjaan:
Umum
o Mobilisasi
o Pengaturan lalu lintas
o Gudang bahan/ matrial
o Pekerjaan misal Drainase
27

 Buis Beton
 Saluran beton precast
 Pekerjaan Tanah
 Galian
 Urugan
 –
 –
 Pekerjaan Struktur
 Pengadaan dan pemancangan tiang pancang
 Pekerjaan pile cap
 –
 –
 Kondisi lingkungan
 Batas-batas Lokasi proyek
 Instansi terkait tentang K3 yang dapat
dihubungi
i. LINGKUP APLIKASI PERENCAAN K3L
1. Melindungi pekerja
2. Pemakaian alat secara aman
3. Tidak terjadi penurunan kualitas
4. Proses kerja lancar dan aman
5. KEBIJAKAN K3
- Tuliskan kebijakan kerja yang dimiliki (ditetapkan)
perusahaan
- RENCANA K3L
a. HIRAC (Hazard Indentification Risk
Assessment And Risk Control)
b. Indentifikasi Aspek Lingkungan
i. Jatuh
ii. Kejatuhan
iii. Luka
iv. Gunakan table indentifikasi
28

c. Legistasi & Evaluasi Penerapan Legislasi


d. Sasaran dan Program K3LM
e. i. Semua orang yg berada di proyek: tamu, staf ,
pekerja dsb.
ii. Program safety meeting, safety patrol, safety induction
dsb.
f. Struktur Organisasi K3LM
i. Susunan organigram organisasi
g. Rencana Training K3LM
i. Sebutkan rencana-rencana pelatihan di proyek, misal
pemadam kebakaran ,dsb.
h. Komunikasi dan Konsultasi
i. System kumunikasi dan konsultasi dengan pihak-pihak
terkait
i. Rencana Gawat Darurat
i. Prosedur
ii.Organisasi tanggap darurat
j. Rencana Penangan Kecelakaan
i. Prosedur
ii.Organisasi
k. Rencana Pengukuran dan Pemantauan
i. Sistem pengawasan
ii.Sistem audit

2.5. Mobilisasi
Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi adalah semua kegiatan
yang berhubungan dengan transportasi peralatan yang akan dipergunakan dalam
melaksanakan paket pekerjaan. Penyedia jasa harus sudah bisa memperhitungkan
semua biaya yang diperlukan dalam rangkaian kegiatan untuk mendatangkan
peralatan dan mengembalikannya nanti bila pekerjaan telah selesai ke tempat
semula.
Cara Pelaksanaan
29

a. Penyediaan Peralatan dan Personil


a) Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan personil sesuai dengan
kebutuhan seperti yang termuat dalam kontrak untuk menyelesaikan
pekerjaan.
b) Sebelum mobilisasi dilaksanakan, maka penyedia jasa harus segera
melaporkan kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan, dan bila
dipandang perlu, direksi dapat meminta tambahan peralatan maupun
personil atas tanggungan penyedia jasa.
b. Program dan Pemberitahuan
a) Penyedia Jasa harus membuat schedule mobilisasi peralatan dan
personil yang dilengkapi dengan keterangan akan jenis dan kapasitas
peralatan yang akan didatangkan.
b) Penyedia Jasa harus membuat pemberitahuan tertulis kepada direksi
perihal kedatangan maupun pengangkutan kembali peralatan dan
personil.
c) Penyedia jasa harus meminta persetujuan direksi atas setiap perubahan
jadwal peralatan dan penyediaan personil.
d) Semua peralatan yang telah berada di lokasi pekerjaan, bila sudah tidak
diperlukan, dapat dipindahkan dari areal pekerjaan dengan seijin
direksi. (duniainformassipilpnup, 2014)

Berikut ini adalah tahapan pekerjaan yang akan dilakukan dalam proyek ini:
1. Persiapan Pekerjaan
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan yang harus dilakukan
dalam proyek adalah mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang
diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain dari pekerja-
pekerja lapangan, dalam pelaksanaannya juga harus mempersiapkan staf
pengawas lapangan baik dari proyek itu sendiri, konsultan, maupun
kontraktor.

b. Mobilisasi Peralatan
30

Dalam pelaksanaan pekerjaan penyedia fasilitas- fasilitas yang berfungsi


dapat mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan proyek mutlak
diperlukan. Oleh karena itu alat-alat berat digunakan sebagai salah satu
fasilitas dalam pekerjaan dapat menunjang kelancaran dan terlaksananya
kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, mulai dari tahap
pelaksanaan sampai akhir tahap pelaksanaan.

Alat-alat berat tersebut harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi


lapangan dan kemampuan pekerjaan yang mampu dilaksanakan, dimana
sejumlah alat berat perlu dikoordinasikan dengan secermat mungkin untuk
mendapatkan efisiensi pekerjaan yang sebaik-baiknya.

Peralatan yang dipergunakan pada proyek Peningkatan Jalan


Penghubung/Poros Desa Lorok – UPT 1 Parit antara lain yaitu :
a) Motor Grader
b) Vibrating Compactor
c) Tired Roller
d) Mobil Pick up
e) Sekop Penebar Agregat
f) Aspalt sprayer
g) Tandem Roller

2. Mobilisasi Material
Material yang dipergunakan dalam proyek Pembanguan Jalan
Penghubung/Poros Desa Lorok – UPT 1 Parit antara lain berupa agregat
kelas A, agregat kelas B, serta aspal. Batu pecah yang berupa bahan dasar
dari agregat kelas A dan agregat kelas B didatangkan dari jasa peyedia .
Sedangkan untuk aspal, diperoleh dari tempat pengolahan aspal yang
berlokasi Boom Baru Pusri Palembang. (Soeker, 2011)
31

BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1. Tipe Keterlambatan

Jervis (1988), mengklasifikasikan keterlambatan menjadi 4 type :


1. Excusable delay
Excusable delay, yaitu keterlambatan kinerja kontraktor yang terjadi
karena faktor yang berada diluar kendali kontraktor dan owner.
Kontraktor berhak mendapat perpanjangan waktu yang setara dengan
keterlambatan tersebut dan tidak berhak atas kompensasinya.
2. Non Excusable delay
Non Excusable delay, yaitu keterlambatan dalam kinerja kontraktor
yang terjadi karena kesalahan kontraktor tidak secara tepat
melaksanakan kewajiban dalam kontrak. Kontraktor tidak berhak
menerima penggantian biaya maupun perpanjangan waktu.
3. Compensable delay
Compensable delay, keterlambatan dalam kinerja kontraktor yang
terjadi karena kesalahan pihak owner untuk memenuhi dan
melaksanakan kewajiban dalam kontrak secara tepat. Dalam hal ini
kontraktor berhak atas kompensasi biaya dan perpanjangan waktu.
4. Concurrent delay
Concurrent delay, yaitu keterlambatan yang terjadi karena dua sebab
yang berbeda. Jika excusable delay dan compensable delay terjadi
berbarengan dengan non excusable delay maka keterlambatan akan
menjadi non excusable delay. Jika compensable delay terjadi
berbarengan dengan excusable delay maka keterlambatan akan
diberlakukan sebagai excusable delay. (SIGORO, 2015)

3.2. Dampak Keterlambatan


Keterlambatan proyek konstruksi dapat didefinisikan sebagai terlewatnya
batas waktu penyelesaian proyek dari waktu yang telah ditentukan dalam kontrak,
atau dari waktu yang disetujui oleh pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaia

31
32

suatu proyek. Keterlambatan proyek akan menyebabkan pembengkakan biaya serta


hilangnya peluang untuk mengerjakan proyek yang lain. Oleh karena itu, perlu
mengetahui faktor-faktor penyebab dan dampak keterlambatan proyek. Faktor
penyebab keterlambatan proyek disebabkan oleh kontraktor, pemilik proyek,
konsultan, dan faktor eksternal. Dampak keterlambatan proyek dapat diindikasi
menggunakan indikator biaya, waktu, dan pembayaran yang terlambat. (Desyllia,
2014)

3.3. Pengendalian Keterlambatan

1. Pengendalian Tenaga Kerja


Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya
dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek (the
right man in the right place), oleh karena itu, diperlukan suatu pengendalian
mutu tenaga kerja. Pada proyek ini, seluruh pengadaan tenaga kerja
diserahkan pada tim pelaksana. Jika target proyek direncanakan selesai
dengan waktu yang terbatas, maka juga harus ditambah jumlah tenaganya
sesuai dengan kebutuhan. Perlu diperhatikan juga bahwa belum tentu
dengan jumlah tenaga kerja yang banyak, pekerjaan dapat segera
terselesaikan. Hal ini juga menyebabkan pemborosan dalam pembayaran
upah tenaga kerja. Penentuan jumlah tenaga kerja juga harus sesuai dengan
produktifitas tenaga kerja itu sendiri. Diperlukan perhitungan yang matang
agar diperoleh jumlah tenaga yang efisien dan optimum agar target
pekerjaan dapat terpenuhi.

2. Pengendalian Waktu

Pengendalian waktu ini didasarkan pada time schedule pekerjaan.


Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada
anggaran pelaksanaan pekerjaan. Agar dapat berlangsung tepat waktu, time
schedule disusun sebagai alat kontrol untuk mengukur tingkat prestasi
pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan.

32
33

Pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus
dimulai dapat terlihat dengan jelas pada time schedule, sehingga
keterlambatan pekerjaan sebisa mungkin dihindari. Manfaat dari time
schedule adalah :

a. sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut


batasan-batasan untuk masing-masing pekerjaan,
b. sebagai alat koordinasi bagi pimpinan,
c. sebagai tolok ukur kemajuan pekerjaan yang dapat dipantau setiap
saat dengan bantuan time schedule ini, serta
d. sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap kegiatan pekerjaan yang
dilaksanakan.

Kontrol terhadap pelaksanaan kerja adalah dengan membandingkan


kurva S pelaksanaan dengan kurva S penawaran. Jika kurva S pelaksanaan
berada diatas kurva S penawaran berarti pelaksanaan pekerjaan lebih cepat
dari yang ditargetkan. Jika hasil kurva S pelaksanaan berada dibawah kurva
S penawaran berarti pekerjaan mengalami keterlambatan. Untuk mengejar
keterlambatan diambil langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menambah jam kerja (lembur).


b. Penambahan jumlah tenaga.
c. Evaluasi terhadap manajemen kontraktor khususnya mengenai
pelaksanaan proyek.
d. Penyediaan bahan dipercepat. (Hidhayath, 2011)

3.4. Denda keterlambatan

Denda keterlambatan proyek perhari = 1/1000 x nilai kontrak jika proyeknya


besar maka cukup banyak yang harus dibayar. kita tahu bahwa yang namanya
proyek terlambat itu bisa dibilang sering terjadi, apalagi jika pelaksananya kurang
menguasai manajemen proyek atau kurang disiplin dalam bekerja, meskipun
34

demikian banyak juga faktor lain yang diluar kendali sehingga menyebabkan
pelaksanaan proyek harus terlambat. Nah.. berikut ini peraturan atau pasal-pasal
yang menyebutkan tentang denda keterlambatan pengadaan barang dan jasa, juga
disertai dengan contoh perhitunganya

Peraturan tentang denda keterlambatan proyek Pasal 93 Perpres 54 Tahun 2010,


tentang Pemutusan Kontrak. (1) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak
apabila:

a. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia


Barang/Jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak;

b. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan


kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan;

c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau


pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang
berwenang; dan/atau

d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau


pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang. Pasal 120
Perpres 54 Tahun 2010, tentang sanksi.

Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1),
Penyedia Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka
waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dapat dikenakan denda
keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari harga Kontrak atau bagian
Kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui besarnya Jaminan
Pelaksanaan.

Peraturan denda keterlambatan proyek tersebut telah direvisi menjadi Pasal 120
Perpres 70 tahun 2012, tentang sanksi keterlambatan Selainperbuatan atau tindakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia Barang/Jasa yang
terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan
35

dalam Kontrak karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan


denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau
nilai bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
BAB IV
ALTERNATIF PERCEPATAN

4.1. Crash Program


Alternatif percepatan dihitung dengan menggunakan metode cost trade off. Dimana
hasil yang dicari adalah crash duration atau durasi percepatan dan crash cost atau
biaya percepatan. Perhitungan durasi percepatan dicari dengan rumus IV.1 :

volume pekerjaan (IV.1)


Crash duration =
produktivitas setelah percepatan

sedangkan untuk mencari nilai dari crash cost menggunakan rumus IV.2 :

crash cost = (biaya normal x durasi normal )+ {produktivitas setelah percepatan x


(durasi percepatan – durasi keterlambatan ) x harga alat/upah pekerja} (IV.2)

4.2. kerja lembur


Kerja lembur atau Overtime adalah pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan,
atas dasar perintah atasan, yang melebihi jam kerja biasa pada hari-hari kerja, atau
pekerjaan yang dilakukan pada hari istirahat mingguan karyawan atau hari libur
resmi. Peraturan Ini berlaku untuk semua karyawan golongan I – III. Prinsip kerja
lembur pada dasatnya bersifat sukarela, kecuali dalam kondisi tertentu pekerjaan
harus segera diselesaikan untuk kepentingan perusahaan. Waktu kerja lembur
adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam
seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau
waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang
ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).

Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam
dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.Ketentuan kerja
lembur (Pasal 6 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004):

“Untuk melakukan kerja lembur harus ada perintah tertulis dari pengusaha dan
persetujuan tertulis dari pekerja/buruh yang bersangkutan.”

Perintah tertulis dan persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk daftar


pekerja/buruh yang bersedia bekerja lembur yang ditandatangani oleh
pekerja/buruh yang bersangkutandan pengusaha. Perusahaan yang mempekerjakan
pekerja/buruh selama waktu kerja lembur berkewajiban (Pasal 7 Peraturan Menteri
no.102/MEN/VI/2004) :

36
37

 membayar upah kerja lembur.


 memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya.
 memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila
kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih. (Pemberian makan dan
minum sebagaimana dimaksud tidak boleh diganti dengan uang).

Tarif Upah Lembur(TUL)

Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung


upah sejam adalah :

1. Tarif upah lembur:


1/173 x Gaji Pokok
2. Perhitungan lembur dilakukan pada hari kerja biasa:
 Untuk jam pertama adalah 1,5 kali TUL.
 Untuk jam-jam berikutnya adalah sebesar 2 kali TUL.
 Lebih dari jam 19.30 WIB akan mendapatkan 1 kali tunjangan
makan.
 Lebih dari jam 22.30 WIB akan mendapatkan 1 kali tunjangan
transport.
3. Perhitungan lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari raya
resmi:
 Untuk setiap jam dalam batas waktu 7 (tujuh) jam pertama adalah
sebesar dua kali TUL.
 Untuk jam ke 8 (delapan) sebesar 3 kali TUL.
 Untuk jam ke 9 (sembilan) dan seterusnya adalah sebesar empat kali
TUL.
4. Pekerjaan lembur kurang dari ½ (setengah) jam sehari tidak diperhitungkan
dengan upah lembur.
5. Ketentuan upah lembur hanya berlaku untuk karyawan dengan golongan I-
III atau dinyatakan lain dalam perjanjian kerja.
6. Untuk karyawan shift, bilamana hari tugasnya jatuh pada hari libur resmi
(raya), maka jam kerja pada hari tersebut dihitung sebagai kerja lembur, dan
perhitungan upah lemburnya mempergunakan perhitungan jam lembur hari
raya.

Cara perhitungan upah kerja lembur sebagai berikut :

1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja :


 untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu
setengah) kali upah sejam;
 untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar
2(dua) kali upah sejam.
38

2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam
seminggu maka :
 perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2
(dua) kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah
sejam dan jam lembur kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali
upah sejam.
 apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan
upah lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam
keenam 3(tiga) kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan
4 (empat) kali upah sejam.
3. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam
seminggu, maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam
pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam kesembilan dibayar 3(tiga)
kali upah sejam dan jam kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.

Untuk memperpendek durasi keterlambatan suatu proyek terdapat 3 pendekatan


atau alternatif yang dapat digunakan. Yaitu :

4.3. Kerja Shift


Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara penambahan pekerja dan
alternatif shift kerja. Pada saat pemakaian shift kerja harapannya bisa meningkatkan
produktivitas tenaga kerja pada proyek, sebab pekerja pada masing-masing shift
orangnya tidak sama. Pembagian pekerja berdasarkan data tenaga kerja pada proyek
yang dilakukan penelitian. Jumlah shift disesuaikan dengan kebutuhan proyek atau
disesuaikan dengan perjanjian antara pemilik dengan pelaksana proyek. (Sani dan
Septiropa, 2014)

4.4. Penambahan Tenaga Kerja dan Alat


Dalam merencanakan penambahan jumlah tenaga kerja yang realistis perlu
memperhatikan berbagai faktor, yaitu produktivitas tenaga kerja, keterbatasan
sumber daya, jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan (Iqbal, 2012). Crashing
dengan menambahkan faktor sumber daya (tenaga kerja) akan mempengaruhi
efisiensi proyek. (Dwi Susanto, 2011)

4.5. Efisiensi Keterlambatan

Pandangan umum pelaku konstruksi dipastikan setuju bahwa mempercepat


pelaksanaan proyek adalah suatu bentuk efisiensi karena banyak elemen biaya yang
39

akan berkurang. Tapi sebaiknya tahan dulu pendapat anda sebelum membaca uraian
berikut.

Jika dilihat dalam sudut pandang indirect cost (Biaya Tak Langsung) tentu saja
tindakan untuk mempercepat pelaksanaan jelas akan menurunkan biaya indirect
cost. Hal ini beralasan mengingat bahwa indirect cost dapat dikatakan linear
terhadap waktu dimana semakin lama pelaksanaan maka akan meningkatkan biaya
ini secara linear.

Namun apabila dikaji terhadap direct cost, maka percepatan pelaksanaan justru
akan berbanding terbalik terhadap waktu dimana harga akan semakin turun jika
waktu pelaksanaan semakin lama walaupun tidak secara linear. Mengapa
demikian? Hal ini karena mempercepat waktu maka direct cost akan meningkat.
Contohnya adalah:

 Jika untuk melaksanakan suatu pekerjaan galian tersedia waktu 3 bulan


dengan 3 alat excavator dan tindakan percepatan yang menghendaki waktu
pelaksanaan menjadi 2 bulan dengan menambah excavator menjadi 5 unit,
maka akan menambah biaya mob-demob alat dan mungkin saja lembur
operator dengan asumsi produktifitas alat adalah sama.
 Jika untuk mengirim material yang awalnya dilakukan via laut dengan
waktu 1 bulan dan diinginkan percepatan menjadi 1 minggu via pesawat
cargo, maka tindakan ini akan meningkatkan biaya transportasi material.
 Jika suatu pekerjaan dengan upah sebanyak 30 orang tenaga selama 1 bulan
dengan bekerja normal 8 jam per hari dan dikehendaki adanya percepatan
menjadi 15 hari dengan cara bekerja secara lembur sd jam 12 malam yang
diikuti oleh penambahan 10 orang tenaga, maka akan menambah biaya upah
atas peningkatan rate bekerja lembur yang lebih tinggi dan biaya mob-
demob pekerja

Ketiga contoh di atas sepertinya cukup jelas bahwa percepatan pekerjaan akan
cenderung menaikkan biaya pelaksanaan. Lalu bagaimana kondisinya secara
akumulasi biaya direct cost dan indirect cost? Mari lihat hasil penelitian dalam
bentuk grafik di bawah ini:
40

Grafik hubungan antara biaya dan waktu pelaksanaan proyek

Grafik di atas adalah hasil suatu penelitian yang dilakukan oleh David Bentley
(Gray). Hasilnya seperti terlihat pada grafik bahwa percepatan pelaksanaan
memberikan dua konsekuensi yang berkebalikan yaitu menaikkan biaya dan juga
menurunkan biaya. Ini ternyata sangat tergantung pada dimana posisi optimum
durasi pelaksanaan dan bagaimana kondisi waktu pelaksanaan target sebelumnya.
Persentase efisiensi biaya untuk alternatif percepatan dihitung dengan rumus IV.3:

%efisiensi = Biaya sebelum percepatan – biaya setelah percepatan (IV.3)


X 100%
Biaya sebelum percepatan
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

1. Keterlambatan yang terjadi pada proyek dapat mengakibatkan penambahan


biaya.

2. Terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan antara lain kerja lembur,
kerja shift serta penambahan alat dan tenaga kerja.

3. Untuk mengetahui pilihan alternatif yang paling efisien, dilakukan


perhitungan persentase efisiensi keterlambatan.

4. Dari contoh soal diatas yakni proyek jalan, alternatif keterlambatan yang
paling efisien yaitu penambahan alat dan tenaga kerja.

5.2. Daftar Pustaka

1. Adipa, T. (2010). Analisi Percepatan Pelaksanaan Pekerjaan Pada Proyek


Pembangunan Jalan Simpang Petai Kecamatan Rumbio. Pekanbaru:
Project Management.
2. Apriani, D. (2012/04/29). Perkiraan Biaya Proyek. Tugas Majemen Proyek,
3-5.
3. Budisuanda. (2013, Desember 7). Perencanaan Biaya Tidak Langsung
Yang Lebih Baik. Retrieved From Manajemen Proyek Indonesia:
Http://Manajemenproyekindonesia.Com/?P=2429
4. Callahan, M. (1992). Construction Project Scheduling. In M. Callahan,
Construction Project Scheduling. Newy York: Mcgraw-Hill.
5. Desyllia, F. C. (2014). Model Faktor-Faktor Penyebab Dan Dampak
Keterlambatan Proyek Konstruksi Di Surabaya. Retrieved From Jurnal
Dimensi Pratama Teknik Sipil:
Http://Studentjournal.Petra.Ac.Id/Index.Php/Teknik-
Sipil/Article/View/1693
6. Duniainformassipilpnup. (2014). Metode Pelaksanaan Pekerjaan Sipil.
Retrieved From Dunia Informasi Sipil Pnup:
Http://Duniainformassipilpnup.Blogspot.Co.Id/2014/01/Metode-
Pelaksanaan-Pekerjaan-Sipil.Html

34
35

7. Firdaus, A. (2012, 12). Denda Keterlambatan Kontrak. Bandung.


8. Gunasti, A. (2011, Januari 12). Teori Perencanaan Proyek Konstruksi.
Diambil Kembali Dari Amri Gunasti:
Https://Amrigunasti.Wordpress.Com/2011/01/12/Teori-Perencanaan-
Proyek-Konstruksi/
9. Haslianie. (2012, Mei 9). Definisi Biaya Langsung Dan Biaya Tak
Langsiung. Retrieved From Haslianiecivil:
Http://Haslianiecivil.Blogspot.Co.Id/2012/05/Definisi-Biaya-Langsung-
Biaya-Tak.Html
10. Hidhayath, R. (2011, Februari 5). Pengendalian Proyek Kerja (Ilmu
Sipil.Com). Retrieved From Info Umum:
Http://Freeinformasirian.Blogspot.Co.Id/2011/02/Pengendalian-Proyek-
Kerja-Ilmu-Sipilcom.Html
11. Mhd.Amar Faiz, A. (2011, November 20). Jenis Jenis Biaya Proyek.
Retrieved From Faizsecret: Http://Faiz-15.Blogspot.Co.Id/2011/11/Jenis-
Jenis-Biaya-Proyek.Html
12. Octaindria. (2013, Januari 7). Biaya Overhead Pabrik. Retrieved From
Octaindria: Http://Octaindria.Blogspot.Co.Id/2013/01/Biaya-Overhead-
Pabrik.Html
13. Pt.Elang Cakra Ningrat. (2014, Desember 28). Analisa Perkiraan Biaya
Dan Waktu Penyelesaian Proyek. Retrieved From Jasa
Pemborong/Kontraktor Proyek Bangunan Gedung Dan Infrastruktur/Sarana
Dan Perdagangan:
Http://Elangcakraningrat.Blogspot.Co.Id/2014/12/Analisa-Perkiraan-
Biaya-Dan-Waktu.Html
14. Setiawan, F. (2012, April 7). Penjadwalan Proyek. Retrieved From
Farmysetiawan:
Https://Farmysetiawan.Wordpress.Com/2012/04/07/Penjadwalan-Proyek/
15. Sigoro, A. (2015). E-Journal.Uajy.Ac.Id. Retrieved From Bab Ii Tinjauan
Pustaka: E-Journal.Uajy.Ac.Id/7070/3/Ts213319.Pdf
16. Soeker. (2011, April 8). Metode Pelaksanaan Proyek. Retrieved From
Budak Sipil: Http://Budaksipil.Blogspot.Co.Id/2011/04/Metode-
Pelaksanaan-Proyek.Html

17. Yeremia, F., & Mandagi, R. (2015). Analisa Pengaruh Percepatan Durasi
Pada Biaya Proyek Menggunakan Program Microsoft Project. Sipil Statik,
146-148.
36

LATIHAN

Pertanyaan

1. Berdasarkan data yang diperoleh, upah tenaga kerja berasal dari Daftar Harga
dan Upah dilingkungan dinas perumahan pemukiman dan cipta karya kota
Pekanbaru pada pembangunan kantor dinas pekerjaan umum Provinsi Riau
yang dapat dilihat seperti dibawah ini :
1. Pekerja = Rp. 68.300,00
2. Kepala tukanng = Rp. 90.000,00
3. Tukan batu = Rp. 80.000,00
4. Tukang besi = Rp. 80.000,00
5. Tukang kayu = Rp. 80.000,00
6. Mandor = Rp. 90.000,00
7. Biaya makan = Rp. 35.000,00
8. Sopir = Rp. 80.000,00
9. Pembantu sopir = Rp. 68.000,00
10. Operator = 100.000,00
Untuk upah biaya peralatan berasal dari PT. Fitra Wika yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Biaya sewa per Biaya sewa per


No Jenis alat Mobilisasi
jam hari
1 Asphalt finisher Rp. 456.906 Rp. 3.198.341 Rp. 2.000.000
2 Asphalt sprayer Rp. 161.540 Rp. 1.130.780 Rp. 1.000.000
3 Compressor Rp. 240.039 Rp. 1.680.276 Rp. 1.000.000
4 Dump truck Rp. 201.603 Rp. 1.411.221 -
5 Excavator Rp. 558.345 Rp. 3.911.239 Rp. 2.000.000
6 Motor grader Rp. 589.345 Rp. 4.125.418 Rp. 2.000.000
7 Wheel loader Rp. 509.079 Rp. 3.563.551 Rp. 2.000.000
8 Tandem roller Rp. 297.122 Rp. 2.079.857 Rp. 2.000.000
9 Vibratory roller Rp. 309.951 Rp. 2.169.659 Rp. 2.000.000
10 Water tamker Rp. 292.199 Rp. 2.052.393 -
37

11 Pneumatic loller Rp. 314.326 Rp. 2.200.282 Rp. 2.000.000

Berdasarkan hasil pengolaha data yang telah dilakukan maka diperoleh hasil
sebagai berikut :

1. Lintasan kritis pekerjaan


Tabel pekerjaan yang mengalami lintasan kritis

No Uraian Pekerjaan Durasi Pekerjaan (hari)


1 Mobilisasi 11
2 Demobilisasi 10
3 Penyiapan badan jalan 91
4 Land clearing 84
5 Timbunan pilihan 70
6 Lapis agregat kelas B 165
7 Lapis agregat kelas A 145
8 Lapis resap pengikat 118
9 Lapis resap perekat 126
10 Pekerjaan aspa AC-WC 147
11 Timbunan biasa 70

Hitung Alternatif Percepatan!

2. Jumlah jam kerja tiap hari tetap aitu 8 jamper hari dan tiap minggu terdiri dari 6
hari kerja.

Pekerjaan-pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis.

No Pekerjaan Durasi
1 Galian tanah 18
2 Urungan pasir bawah pondasi 1
3 Pasangan batu kali camp 1:4 3
4 Sloof beton 30/50 cm 17
38

5 Klom k1 50/50cm (lantai basement) 5


6 Kolom k1 50/50 cm (lantai 1) 17
7 Pelat lantai (lantai 1) 35
8 Level beton (lantai 1) 2
9 Kolom k1 50/50 cm (lantai 2) 17
10 Pelat lantai (lantai 2) 35
11 Level beton (lantai 2) 2
12 Kolom k2 50/50 cm (lantai 3) 19
13 Pelat lantai (lantai 3) 28
14 Level beton (lantai 3) 2
15 Kolom k2 50/50 cm (lantai 4) 19
16 Pelat lantai (lantai 4) 24
17 Balok B1 40/60 cm (lantai 4) 5
18 Level beton (lantai 4) 2

Pekerjaan kolom K1 50/50 cm (lantai 1)

a. Volume pekerjaan : 20,30 M3


b. Durasi : 17 hari
c. Biaya normal :Rp. 150.939.738,84
d. Produktivitas normal (a:b) : 20.30 : 17 = 1,194 M3 / hari
e. Jumlah tenaga kerja normal : 8 orang/hari
f. Produktivitas tenaga kerja (d:e) = 0,14925 m3 / hari
g. Jumlah tenaga kerja cash : 8 + 4 = 12 orang/hari
h. Produktivitas cash (g x f ) : = 1,791 m3 / hari
i. Durasi cash (a:h) = 12 hari
j. Biaya tambahan 12 x (4x Rp. 70.000) upah = Rp. 3.360.000
k. Biaya cash (c+j) = Rp. 154.299.738,8
l. Cost slope : (Rp. 154.299.738,8 - Rp. 150.939.738,84)/(17-12) = Rp.
672.000/hari
Perhitungan selanjutnya terdapat pada tabel di bawah ini :
39

Keadaan Keadaan Crash


Normal
Keg Uraian Pekerjaan
Biaya (Rp) Biaya (Rp) Cost slope
(Rp/Hari)
1 Kolom k1 50/50 cm 150.939.738,84 154.299.738,8 672.000
(lantai 1)
2 Pelat lantai (lantai 1) 379.312.525,83 386.872.525,8 945.000
3 Kolom k1 50/50 cm 160.605.830,49 163.965.830,4 672.000
(lantai 2)
4 Pelat lantai (lantai 2) 379.312.525,83 386.872.525,6 945.000
5 Kolom k2 50/50 cm 165.624.762,69 169.544.762,6 945.000
(lantai 3)
6 Pelat lantai (lantai 3) 283.869.094,98 290.029.094,9 1.026.666.667
7 Kolom k2 50/50 cm 150.567.966,08 154.207.966 606.666.667
(lantai 4)
8 Pelat lantai (lantai 4) 283.869.094,98 227.947.255 1.064.000

Hitung durasi carsh dan biaya crash proyek yang direncanakan hanya pada kegiatan
nomor 5, no 6, no 7 dan no 8?

3. Ada pekerjaan pembuatan pagar dan pavling blck

a. Pagar Rp. 400 juta


b. Pavling block 300 juta
Kontak menggunakan “Penyedia barang/jasa”, dikenakan denda keterlambatan
sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari bagian kntrak untuk setiap hari keterlambatan.

Terlambat diserahkan bagian kontrak mengenai pagar selama 5 hari, hitung denda!
40

4. Perkiraan total biaya proyek industri yang memproses bahan cair bila total
biaya peralatan utama berjumlah Rp. 1.000.000.000. Hitung total perkiraan
biaya proyek?

5. Misalnya kita punya kontrak untuk menyelesaikan pembangunan gedung


selama satu tahun, nilai kontraknya adalah Rp.300 Milyar, karena berbagai hal
maka mengalami keterlambatan selama 1,5 bulan. bereapa total denda yang
harus dibayar?

6. Diketahui nilai kontrak suatu proyek jalan adalah 500 miliyar. Durasi normal
suatu proyek adalah 63 hari. Durasi keterlambatan 28 hari. Durasi kerja lembur
56 hari. Durasi penambahan alat dan tenaga 35 hari. Durasi kerja shift 42 hari.
Hitung biaya total dengan :
 alternatif kerja lembur !
 alternatif kerja shift !
 alternatif penambahan tenaga kerja dan alat!

7. Dari soal nomor 6 hitung efisiensi biayanya !

8. Biaya dalam proyek ada 2 jenis, sebutkan dan beri contohnya !

9. Sebutakan faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek !

10. Apa perbedaaan crash duration dan crash cost ?

11. Apa saja dampak dari keterlambatan proyek ?

12. Dalam perencanaan mutu, sebutkan dan jelaskan cara untuk mengecek mutu
pekerjaan?

13. Sebutkan perbedaan shop drawing dan asbuilt drawing ?

14. Kapan dilaksanakan nya addendum kontrak ?

15. Apa fungsi dari surat perintah kerja (SPK)?

16. Apa yng dimaksud Excusable Delay (Keterlambatan termaafkan) dan berikan
contohnya?
41

17. Apa yng dimaksud Non Excusable Delay (Keterlambatan Tidak Termaafkan)
dan berikan contohnya?

18. Apa yng dimaksud Compensable delay (Keterlambatan kompensasi) dan


berikan contohnya?

19. Jika terjadi keterlambatan excusable delay bersamaan dengan compansable


delay, manakah yang lebih kuat untuk bertanggung jawab dalam
keterlambatan?

20. Jika terjadi keterlambatan excusable delay bersamaan dengan non excusable
delay dan compensable delay, manakah yang lebih kuat untuk bertanggung
jawab dalam keterlambatan?

21. Sering kali terdapat masalah dalam penjadwalan proyek, dimana produktifitas
tidak berbanding lurus dengan jumlah orang yang mengerjakan tugas.
Bagaimanakah cara seorang manager proyek dapat mensiasati permasalahn
tersebut ?

22. Sejauh kita ketahui, keterlambatan proyek ini akan menyebabkan penambahan
biaya. Jika proyek ini milik pemerintah jumlah dana ini sudah ditentukan pada
saat tender. Bagaimana cara agar mencegah kelebihan biaya ini ?

23. Salah satu dampak keterlambatan proyek yaitu terjadinya perselisihan antara
owner dan kontraktor . Bentuk perselisihan seperti apakah yang terjadi ?
Apakah bentuk perselisihannya harus diselesaikan secara hukum ? Tolong
jelaskan !

24. Bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh pihak kontraktor, apabila proyek
sudah dipastikan tidak akan selesai tepat waktu? Dan bagaimana bentuk
pertanggung jawaban pihak kontraktor?

25. Dalam penjadwalan proyek jika terjadi keterlambatan apa saja penyebabnya?
Dan bagaimana solusinya?

26. Mengapa meskipun telah dilakukan penjadwalan proyek yang kita tahu
fungsinya agar proyek selesai tepat waktu tetapi tetap saja akan ada terjadi
keterlambatan terhadap pengerjaannya?

27. Apabila dalam suatu proyek, terdapat pekerjaan satu dengan pekerjaan lainnya
dalam waktu berdekatan dan harus diselesaikan sesuai dengan waktu kontrak
tetapi pekerjaan sebelumnya memiliki kendala dan tidak bisa diselesaikan
dengan cepat. Solusi apa yang bisa penyaji berikan kepada kami terhadap kasus
di atas?

28. Jika terjadi keterlambatanakibat bencana alam, apakah perencana juga harus
bertanggung jawab atas keterlambatan yang ditimbulkan?
42

29. Apa penyebab kualitas persediaan material kurang baik didapatkan oleh pihak
kontraktor yang menyebabkan keterlambatan pengerjaan terjadi?

30. Keterlambatan kerja yang disebabkan permasalahan yang terjadi pada


mobilisai alat berat seperti rusaknya kendaraan pengangkut alat berat tersebut
di jalan, Siapakah yang bertanggung jawab untuk mencegah dan mengatasi
permasalahan ini, dan apakah ada biaya ganti rugi akibat keterlambatannya?

31. Apa maksud perencanaan biaya proyek dalam juklak yang mengacu kepada
data yang ada pada waktu tender?

32. Jika terjadi keterlambatan pekerjaan kerja, sedangkan kontrak pekerjaan sudah
habis bagaimana?
Jawaban

1. Dari hasil perhitungan maka didapatlah hasil dari setiap alternatif yang
digunakan :

1) Alternatif kerja lembur :


Alternatif kerja lembur dapat menyelesaikan pekerjaan selama 1.026 hari
dengan tambahan biaya sebesar Rp. 5.221.985.035,25
2) Alternatif penambahan tenaga kerja
Alternatif penambahan tenaga kerja dan peralatan dapat menyelesaikan
pekerjaan selama 982 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp.
14.352.243.801,50
3) Alternatif kerja shift
Alternatif kerja shit dapat menyelsaikan pekerjaan selama 1004 hari dengan
tambahan biaya sebesar Rp. 11.001.593.778,46
Dari analisa yang dilakukan, alternatif kerja lembur merupakan alternatif yang
paling murah dibandingkan dengan alternatif yang lainnya yakni sebesar Rp.
5.221.985.035,25 dengan waktu penyelesaian selama 1026 hari. Untuk alternatif
penambahan tenaga kerja dan peralatan tambahan upah yang dikeluarkan sebesar
Rp. 14.352.243.801,50 dengan waktu penyelesaian selama 982 hari dan untuk
alternatif kerja shift upah yang dikeluarkan sebesar Rp. 11.001.593.778,46 dengan
waktu penyelesaian pekerjaan selama 1004 hari.
43

Jadi analisa dan perhitungan yang dilakukan bahwa alternatif kerja lembur adalah
alternatif yang paling murah dan efisien.

2. Pada perhitungan ini durasi cash dan biaya crash proyek yang direncanakan
hanya pada kegiatan nomor 5, no 6, no 7 dan no 8.

- Tahap 1
Pada tahap ini kegiatan yang dipercepat adalah pekerjaan k2 50/50 cm (lantai
4) yang berada pada jalur kritis dengan cost slope (Sw) = Rp. 606.666.667/
hari dengan waktu percepatan sebesar 6 hari durasi dan biaya yang
dibutuhkan pada tahap 1 adalah : cost = Rp. 3.766.881.881 + ( 6 hari x Rp.
606.666.667) = Rp. 3.770.521.881. durasi = 255 hari – 6 hari = 249 hari
- Tahap 2
Pada tahap 2 dilakukan crashing pada pekerjaan kolom k2 50/50 cm (lantai
3) dengan cost slope sebesar Rp. 945.000/hari, dengan waktu percepatan
sebesar 5 hari (19 hari-14 hari). Durasi dan biaya yang dibutuhkan pada tahap
2 adalah : cost = Rp. 3.3770.521.881 + 6 hari Rp. 945.000 = Rp
3.775.246.881. durasi = 249 hari – 5 hari = 244 hari
- Tahap 3
Pada tahap 3 dilakukan crashing pada pekerjaan plat lantai 3 dengan cost slpe
sebesar Rp. 1.026.666.667 dengan waktu percepatan sebesar 6 hari (28 hari –
22 hari). Durasi dan biaya yang dibutuhkan pada tahap 3 adalah : cost = Rp.
3.775.246.881 + (6 hari + Rp. 1.026.666.667 ) = Rp. 3.781.406.881 Durasi =
244 hari – 5 hari = 238 hari
- Tahap 4
Pada tahap 4, dilakukan crashing pada pekerjaan lantai 4 dengan cost slope
sebesar Rp. 1.064.000 dengan waktu percepatan sebesar 5 hari (24 hari-19
hari). Durasi dan biaya yang di butuhkan pada tahap 4 adalah : Cost = Rp. Rp.
3.781.406.881 + ( 5 hari x Rp. 1.064.000) = Rp. 3.786.726.881 Durasi = 238
hari – 5 hari = 233 hari.
44

3. makanya denda Rp. 400.000.000 x 1/1000 x 5 = Rp. 2.000.000

Bila kontrak menggunakan “Penyedia barang/jasa”, dikenakan denda


keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai koontrak, maka dendanya
Rp. 700.000.000 x 1/1000 x 5 = Rp, 3.500.000

4. Dipakai media faktor.

Harga pengadaan peralatan utama PCE = RP. 1.000.000.000

Jumlah f1 + f2 +f3 + . . . . + f8 = 2,,4

PPC = ( Rp. 1000.0000.000 ) (1+ 2,4) = Rp. 3.400.000.000

Jumlah fe + fc + ff = 0,45

Modal tetap FCC = PPC (1+0,45) = Rp. 4.930.000.000

Total biaya proyek = FCC + 10 % = Rp. 5.423.000.000

Dengan di dapat angka jumlah modal tetap, angka untuk modal kerja dapat
diperkiran yaitu sebesar 5-10 % dari modal tetap. Dengan demikian, total perkiraan
biaya proyek dapat diketahui yaitu modal tetap plus modal kerja.

5. Denda perhari = 1/1000 x 300 Milyar = Rp.300.0000.000,-(tiga ratus juta


rupiah).

Terlambat selama 1,5 bulan atau sama dengan 45 hari.

Total denda yang harus dibayar = 45 hari x Rp.300juta = Rp.13,5 Milyar.

Jika mengacu pada perpres 54 tahun 2010 yang menyatakan bahka kita akan
kena pinalti apabila dendanya melebihi 5% dari nilai kontrak.

5% x Rp.300Milyar = Rp.15Milyar

Denda yang harus dibayar Rp.13,5 Milyar tidak melebihi dari 5% dari nilai
kontrak ( Rp.15Milyar) berarti kita wajib membayar denda dan berhak untuk tidak
terkena pemutusan kontrak
45

6. Alternatif kerja lembur :

Biaya total = biaya lembur + (denda perhari x durasi)

Durasi kerja lembur – durasi keterlambatan = 56 hari – 28 hari = 28 hari

Percepatan selama 7 hari sehingga = 28 – 7 = 21 hari

Biaya total : 113.309.718 + (21 x 500.000.000)

= 10.613.309.720

Alternatif kerja shift :

Biaya total = biaya shift + (denda perhari x durasi )

Durasi kerja shift – durasi keterlambatan = 42 hari – 28 hari = 14 hari

Percepatan selama 7 hari sehingga = 14 – 7 = 7 hari

Biaya total : 65.176.036 + (500.000.000x7)

= 3.565.176.036

Alternatif penambahan tenaga kerja & alat :

Biaya total = biaya penambahan tenaga kerja & alat + biaya denda

Durasi penambahan tenaga kerja & alat – durasi keterlambatan = 35-28 = 7 hari

Durasi percepatan 7 hari , sehingga 7 hari -7 hari = 0 hari

Biaya total = 67.590.022 + (500.000.000x0)

= 67.590.022

7. Keterlambatan selama 28 hari


Denda yang harus dibayar : 1/1000 x 500.000.000.000 = 500.000.000 x 28 hari
= 14 miliyar
46

Efisiensi dengan alternatif kerja lembur :


biaya sebelum percepatan – biaya setelah percepatan
X
biaya sebelum percepatan 100 %

= 14.000.000.000 - 10.613.309.720
X 100 % = 24,19
%
14.000.000.000

Efisiensi dengan alternatif kerja shift :


biaya sebelum percepatan – biaya setelah percepatan
X
biaya sebelum percepatan 100 %

= 14.000.000.000 - 3.565.176.036
X 100 % =74,53
%
14.000.000.000

Efisiensi dengan alternatif penambahan tenaga kerja dan alat :


biaya sebelum percepatan – biaya setelah percepatan
X
biaya sebelum percepatan 100 %

= 14.000.000.000 - 67.590.022
X 100 % = 99,52
%
14.000.000.000

Sehingga diketahui bahwa alternatif yang memiliki efisiensi tertinggi yaitu de

8. a. Biaya Langsung . Contohnya : upah pekerja, biaya peralatan, biaya


bahan/material

b. Biaya Tidak Langsung . Contohnya : biaya overhead, biaya pajak, biaya tak
terduga, dll .

9. a. Tenaga Kerja

b. Material / bahan

c. Karakteristik Tempat
47

d. Keuangan

e. Dll

10. Crash duration yaitu durasi percepatan pekerjaan proyek. Sedangkan crash cost
adalah biaya yang diperlukan pada masa crash duration .
11. Keterlambatan proyek akan sangat berdampak pada :

1. Biaya

2. Waktu

3. Perselissihan Antara owner dan kontraktor

12. - Inspeksi , inspeksi adalah cara mengecek mutu saat suatu pekerjaan telah
selesai

- Quality control, quality control adalah cara untuk menjaga kualitas mutu
dengan melakukan upaya apabila tidak sesuai dengan perencanaan awal.

13. Shop drawing adalah gambar rencana awal yang dibuat oleh konsultan
perencana sebagai acuan pekerjaan.

Asbuilt drawing adalah gambar rencana yang dibuat oleh kontraktor apabila
terjadi perubahan selama pekerjaan dilaksanakan.

14. Addendum kontrak dilaksanakan pada saat suatu kontrak hampir habis masa
berlakunya tetapi kedua belah pihak masih ingin melakukan ikatan kerja.

15. - Sebagai surat resmi untuk melakukan pekerjaan

- Sebagai dokumentasi pekerjaan yang pernah dilakukan

- Sebagai alat pembanding nilai untung dan rugi dengan pekejaan dan nilai
yang sama ngan menambahkan tenaga kerja dan alat.

16. Excusable Delay adalah keterlambatan yang dimaafkan, contohnya


terlambatnya dating material akibat bencana alam sehingga memutuskan jalan
untuk datangnya material
48

17. Non Excusable Delay adalah keterlambatan yang tidak dimaafkan, contohnya
terlambatnya akibat kesalahn kontraktor karena terlambat melaksanakan suatu
proyek

18. Compensable delay adalah keterlambatan dengan kompensasi maksudnya


kontraktor akan mendapat kompensasi dari owner akibat keterlambatan, contohnya,
owner kehabisan dana pada saat konstruksi

19. Contoh faktor alam (excusable delay) dengan owner kehabisan modal
(compensable), yang lebih besar bertanggung jawab adalah excusable delay
(termaafkan)

20. Urutan dari yang paling kuat bertanggung jawab yaitu Non Excusable Delay
(Tidak termaafkan), Excusable Delay(Termaafkan), dan terkhir Compensable
Delay (Kompensasi)

21. Cara seorang manager proyek dapat mensiasati permasalahn keterlambatan


proyek adalah dengan : Penambahan tenaga kerja (kerja lembur) ,Kerja shift,
Penambahan alat

22. Cara mencegah penambahan biaya tersebut adalah meminimalisasikan


keterlambatan pada proyek. Dan apabila penambahan biaya tidak terelakkan, maka
penambahan biaya akan di keluarkan/dibayar oleh kontraktor proyek. Dengan nilai
denda 1/1000 x nilai proyek.
23. Seperti yang kita ketahui, apabila terjadi keterlambatan proyek, itu berarti sudah
tidak sesuai dengan kontrak yang telah disetujui terlebih dahulu oleh kedua belah
pihak. Biasanya karena itulah sebab perselisihan diantara kedua belah pihak. Tetapi
perselisihan tersebut bisa saja dihindari tergantung bagaimana kedua belah pihak
menanggapinya . Bisa saja dengan melakukan negosiasi atau membuat kesepakan
ulang . Namun apabila tidak menemukan solusi pihak yang merasa dirugikan bisa
membawanya ke jalur hukum .
49

24. Sebelum proyek dilaksanakan seharusnya sudah dibuat network planning


sehingga kita dapat tahu kegiatan apa yang harus dilaksanakan tepat waktu. Jika
pada suatu proyek mengalami keterlambatan biasanya aktivitas yang bersangkutan
adalah bagian kritis sehingga perlu dilakukan percepatan. Percepatan proyek dapat
dilakuakn dengan melaksanakan kerja lembur, penambahan tenag akerja dan alat
serta melakukan kerja shift. Keterlambatan suatu proyek memiliki efek adanya
denda keterlambatan. Denda keterlambatan dinilai sebagai upaya ganti rugi pihak
kontraktor kepada pemilik proyek.

25. Keterlambatan dalam suatu proyek dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti keadaan lokasi proyek misalnya sedang dalam musim hujan. Atau tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan kerja atau terlambatnya bahan material sampai
ke lokasi. Hal tersebut biasanya diantisipasi dengan alternatif percepatan yang telah
dijelaskan pada pertanyaan sebelumnya.

26. Penjadwalan proyek berfungsi untuk mengatur seluruh waktu kegiatan proyek
sehingga proyek dapat berjalan dengan baik. Apabila tetap terjadi keterlambatan,
maka itu disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor alam yang tidak dapat
diprediksi, faktor kesalahan kontraktor yang tidak ahli, dan faktor kesalahan owner
yang kehabisan dana dalam membangun proyek tersebut.
27. Sebelumnya harus ditinjau terlebih dulu penyebab dari kendala pekerjaan
sebelumnya. Kemudian agar proyek selesai sesuai dengan waktu kontrak, maka
dilakukan alternatif percepatan yakni, kerja shift, kerja lembur, maupun
penambahan bahan dan alat kerja.

28. Itu termasuk Excusable delay (keterlambatan yang dimaafkan), diluar kendali
dari pihak perencana, dan perencana berhak mendapat tambahan waktu sesuai lama
keterlambatan tetapi tidak berhak mendapat kompensasi.

29. Persedian material kurang baik dapat disebabkan beberapa factor, seperti
bencana alam yang menghambat datangnya material ke lokasi proyek, material
tidak tersedia, dan lain sebagainya.

30. Yang mencegah dan mengatsi permasalahan ini adalah dari pihak perencana
karena sebaiknya kerusakan alat bisah dicegah dengan memeriksa kondisi peralatan
50

sebelum didatangkan kelokasi dan pihak perencana tidak akan mendapat ganti ruagi
akibat keterlambatan tersebut

31. Pada waktu tender para peserta telah memasukkan harga perkiraan sendirinya
(HPS), jadi untuk pemenang tender nantinya dalam pelaksanaan proyek total nilai
pekerjaan tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil dari nilai HPS nya.

32. Pekerjaan akan tetap dilakukan akan tetapi sesuai yang telah dijelaskan
sebelumnya, denda harus dibayar 1/1000 dari nilai kontrak untuk satu hari
keterlambatan sampai pekerjaan selesai dilaksanakan, dan apabila jumlah uang
yang ada oleh penyedia sudah habis,total sisa nilai pekerjaan ditanggung oleh
penyedia.

Anda mungkin juga menyukai