MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Proyek Konstruksi
Yang dibina oleh Mohammad Musthofa Al Ansyorie, S.Pd, M.Pd
Oleh :
Farizul Hakim 170522526541
Idam Khalid 170522526527
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Waktu/Penjadwalan Proyek
Konstruksi” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Proyek
Kosntruksi.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah mendapat banyak bantuan
dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Mohammad Musthofa Al Ansyorie, S.Pd, M.Pd selaku dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen Proyek Kosntruksi yang telah
memberikan tugas yang bermanfaat bagi penulis dikemudian hari.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dalam waktu yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mengenai performance pekerjaan di lapangan apakah telah sesuai atau tidak dengan
rencana.
Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang manajer proyek. Manajemen waktu proyek dibutuhkan
manajer proyek untuk memantau dan mengendalikan waktu yang dihabiskan dalam
menyelesaikan sebuah proyek. Dengan menerapkan manajemen waktu proyek,
seorang manajer proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim
proyek untuk membangun deliverables proyek sehingga memperbesar
kemungkinan sebuah proyek dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
6
Gambar 1.1 Sistem Manajemen Waktu
Sumber: Clough dan Scars (1991)
Jarang ditemui suatu keadaan dimana suatu jadwal rencana dapat tepat
dengan pelaksanaan di lapangan. Untuk dapat mencapai kondisi demikian
dibutuhkan suatu perencanaan yang cermat dan didukung factor eksternal agar hal
tersebut dapat tercapai. Penandaan prestasi pekerjaan dalam alat pengendalian
(schedule) dilanjutkan dengan penyesuaian urutan kegiatan disebut dengan
updating (Ervianto, 2002). Walaupun menghadapi keadaan yang terus mengalami
perubahan, target waktu yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 diulang secara teratur
selama proyek berlangsung.
7
Proses penyusunan jadwal tidak hanya berlangsung sebelum pekerjaan
dimulai, namun tetap berlanjut selama pekerjaan berlangsung. Project Management
Institute (1996) mengindentifikasikan proses yang berlangsung sebelum dan selama
pekerjaan berlangsung sebagai berikut:
2.2.1.1 Identifikasi Kegiatan (Activity Definition)
Agar sebuah proyek yang kompleks mudah dikendalikan, maka perlu
untuk diuraikan dalam bentuk komponen-komponen individual dalam
struktur hirarki, yang dikenal dengan Work Breakdown Structure (WBS).
Pada dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan
secara hirarkis menerangkan komponen-komponen yang harus dibangun dan
pekerjaan yang berkaitan dengannya.
Struktur dalam WBS mendefinisikan tugas-tugas yang dapat
diselesaikan secara terpisah dari tugas-tugas lain, memudahkan alokasi
sumber daya, penyerahan tanggung jawab, pengukuran dan pengendalian
proyek. Pembagian tugas menjadi sub tugas yang lebih kecil tersebut dengan
harapan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan dan diestimasi lama
waktunya.
Melakukan rincian sebuah proyek ke dalam bagian-bagian komponen
yang lebih kecil akan memudahkan pembagian alokasi sumber daya dan
pemberiantanggung jawab individual. Perlu kiranya memberi perhatian pada
penggunaan detail level yang sangat tinggi akan menyerupai hasil dan
manajemen mikro. Sedangkan kondisi ekstrim kebalikannya, tugas-tugas
mungkin akan menjadi demikian lebar untuk bisa diatur secara efektif. Hasil
dari WBS berupa daftar kegiatan.
9
b. Pendekatan praktek, meliputi pengalaman dan penilaian ahli (expert
judgement).
12
penguraian lingkup suatu proyek dan digambar sebagai balok. Sedangkan
pada sumbu vertikal, tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan.
2. Project Network Diagram
Diagram jaringan kerja adalah output yang dihasilkan oleh metode-
metode jaringan kerja seperti CPM, PERT dan PDM.
3. Milestones Chart
Milestone adalah event yang mendapat perhatian khusus dalam suatu
proyek, milestone biasanya ditempatkan sebelum akhir suatu kegiatan agar
corrective action masih dapat dilakukan saat terjadi masalah. Milestone chart
dapat digunakan sebagai alat kontrol kemajuan proyek terutama pada jaringan
kerja.
13
Kurva S dapat dimodifikasi dengan 3 indikator, yaitu : Realisasi dari volume
pekerjaan ( Budgeted Cost of Work Performed – BCWS), dan realisasi biaya
pekerjaan (Actual Cost of Work Performed - ACWP) (Husen, 2008)
14
c. Perubahan durasi dari suatu aktivitas
d. Penambahan atau pengurangan suatu aktivitas
e. Perubahan hubungan atau urutan dari suatu aktivitas (job logic)
f. Kejadian penting pada saat pengerjaan proyek
2. Mengukur penggunaan sumber daya
3. Mengukur kualitas
4. Mengukur kinerja dan produktivitas
15
2.2.4 Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corrective
Action)
Corrective Action adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengembalikan
kinerja masa depan yang diharapkan sesuai jalur yang direncanakan. Corrective
Action sering melibatkan expediting. Kegiatan khusus yang bertujuan memastikan
penyelesaian suatu kegiatan tepat pada waktunya atau dengan delay sesingkat
mungkin. Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang
cukup berarti, maka perlu dilakukan langkah-langkah pembetulan. Tindakan
pembetulan dapat berupa (Clough dan Sears, 1991)
1. Realokasi sumber daya
2. Menambah jumlah tenaga kerja
3. Jadwal alternatif (lembur atau shift)
4. Membagi-bagi pekerjaan ke subkontraktor
5. Mengubah metode kerja
6. Work Splitting (Pembagian pekerjaan dengan durasi yang lama)
2.3 Delay
Menurut Ervianto (2002), delay adalah sebagaian waktu pelaksanaan yang
tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa
kegiatan yang mengikutinya menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat
16
sesuai jadwal yang telah direncanakan. Terjadinya delay dapat disebabkan oleh
kontraktor atau faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap proyek konstruksi.
Berbagai hal dapat terjadi dalam proyek konstruksi yang dapat menyebabkan
bertambahnya durasi konstruksi, sehingga penyelesaian proyek menjadi terlambat.
Penyebab umum yang sering terjadi adalah terjadinya perbedaan kondisi lokasi
(deffering site condition), perubahan desain, pengaruh cuaca, tidak terpenuhinya
kebutuhan pekerja, material atau peralatan, kesalahan perencanaan atau spesifikasi,
pengaruh keterlibatan pemilik proyek. Pengaruh delay yang terjadi tidak hanya
menyebabkan meningkatnya durasi kegiatan, tetapi akan berpengaruh terhadap
meningkatnya biaya konstruksi
Menurut Husen (2008), delay dalam proyek konstruksi dalam proyek
konstruksi dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Excusable dan Non-Excusable delay
2. Conpensable dan Non-Conpensable delay
3. Concurrent dan Non-Concurrent delay
4. Critical dan Non-Critical
17
2.3.1.2 Non-Excusable Delay
Menurut Ervianto (2002), Non-excuseable delay adalah suatu kondisi
saat terjadi penundaan pekerjaan yang disebabkan oleh pihak pelaksana
proyek. Menurut beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Arditi
(1985), Yates (1993), dan Assaf (1995) dalam Majid dan McCaffer (1998),
faktor penyebab non-excusable delay dapat dikategorikan berdasarkan
sumber utamanya, antara lain:
a. Material
b. Tenaga Kerja
c. Alat dan perlengkapan kerja
d. Keuangan
e. Perencanaan yang tidak cermat
f. Kurangnya pengendalian
g. Subkontraktor
h. Kurangnya pengawasan
i. Metode konstruksi yang tidak tepat
j. Tidak cukup tenaga ahli
k. Kurangnya komunikasi
18
mengakibatkan terjadinya penundaan kegiatan lain, delay ini disebut non-
critical delay. Sedangkan delay yang menyebabkan terjadinya
perubahan/bertambahnya waktu penyelesaian proyek konstruksi disebut
critical delay. Misalnya terjadi perubahan dimensi balok baja secara tiba-tiba,
hal ini akan menyebabkan pengaruh yang besar terhadap waktu penyelesaian
proyek karena harus dilakukan pengaruh yang besar terhadap waktu
penyelesaian proyek karena harus dilakukan proses change order, shop
drawing atau perubahan elemen, proses pemesanan, dan transportasi ke lokasi
pekerjaan (Ervianto,2004)
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Manajemen waktu proyek adalah tahapan mendefinisikan proses-proses
yang perlu dilakukan selama proyek berlangsung berkaitan dengan
penjaminan agar proyek dapat berjalan tepat waktu dengan tetap
memperhatikan keterbatasan biaya serta penjagaan kualitas
produk/servis/hasil unik dari proyek.
2. Aspek-aspek manajemen proyek konstruksi diantaranya yaitu: (1)
Menyusun Jadwal (Planning), (2) Mengukur dan Membuat Laporan
Kemajuan (Monitoring), (3) Membandingkan kemajuan di lapangan
dengan rencana dan menentukan akibat yang timbul pada saat penyelesaian
(Analysis), (4) Merencanakan dan menetapkan tindakan pembetulan
(Corrective Action), dan (5) Memperbaharuhi jadwal (Updating Scheule).
3. Menurut Ervianto (2002), delay adalah sebagiam waktu pelaksanaan yang
tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan
beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi tertunda atau tidak dapat
diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan.
4. Menurut Husen (2008), delay dalam proyek konstruksi dapat dikategorikan
menjadi 4 kelompok, yaitu: (1) Excusable dan Non-Excusable delay, (2)
Conpensable dan Non-Conpensable delay, (3) Concurrent dan Non-
Concurrent delay, dan (4) Critical dan Non-Cricital.
3.2.Saran
Perencanaan manajemen waktu harus dilaksanakan dengan benar sehingga
kontraktor mampu memperkecil risiko keterlambatan penyelesaian proyek
konstruksi yang berakibat adanya denda dan/atau pemutusan kontrak secara sepihak
oleh owner bahkan adanya black list.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://myeducationcentre.wordpress.com/2013/12/21/manajemen-waktu-proyek/
(Online), diakses 1 Oktober 2019
21