Anda di halaman 1dari 29

DERMAGA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pelaksanaan Konstruksi 1
Yang dibina oleh Drs. Mujiono, M.Pd.

Oleh :
Farizul Hakim 170522526541
Elyasfi Alwi 170522526532
Indra Bagaswari 170522526511

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI D3 TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN
April 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Dermaga” yang merupakan salah satu tugas
mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi 1.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah mendapat banyak bantuan


dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. Mujiono, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Metode
Pelaksanaan Konstruksi 1 yang telah memberikan tugas yang bermanfaat
bagi penulis dikemudian hari.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dalam waktu yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Malang, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian Dermaga ............................................................................. 3
B. Macam-Macam Dermaga ..................................................................... 3
C. Faktor-Faktor Pemilihan Tipe Dermaga ................................................ 15
D. Bagian-Bagian Konstruksi Dermaga ..................................................... 16
E. Metode Pelaksanaan Dermaga .............................................................. 20

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 25


A. Kesimpulan .......................................................................................... 25
B. Saran .................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan The Global Competitiveness Report 2013/2014 yang dibuat oleh
World Economic Forum (WEF), peringkat infrastruktur dan konektivitas Indonesia
menempati peringkat ke-61 dari 148 negara. Sedangkan negara lain seperti
Singapura menempati tempat ke-2 dunia, Malaysia ke-29, Thailand ke-47, Brunei
Darussalam ke58, dan Indonesia berada pada peringkat ke-61 dunia. Satu tahun
berselang, data WEF 2014/2015 menyebutkan peringkat Infrastruktur dan
konektivitas Indonesia meningkat dari peringkat ke-61 menjadi peringkat ke-56
dunia.
Hal ini menjadi latar belakang kami untuk menelaah lebih dalam tentang
pengetahuan kesipilan dibidang infrastruktur laut, salah satunya ialah dermaga.
Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan
berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal. Di
dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air
minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut
di pelabuhan. Konstruksi dermaga sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, baik itu
struktur atas maupun struktur bawah. Pada makalah ini, akan dijelaskan mengenai
struktur bawah dermaga/ pondasi yang umumnya diterapkan pada dermaga.
Penjelasan mengenai struktur bawah dermaga ini hanya mencakup beberapa poin
penting seperti jenis-jenis pondasi dermaga, keuntungan beserta kerugiannya,
metode pelaksanaan dermaga.

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:


1. Apa pengertian dari dermaga?
2. Apa saja macam-macam dermaga?
3. Apa saja faktor-faktor dalam pemilihan tipe dermaga?
4. Apa saja bagian-bagian dari konstruksi dermaga?
5. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan struktur dermaga?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, dapat diambil tujuan sebagai berikut:


1. Menjelaskan pengertian dari dermaga.
2. Menjelaskan macam-macam dermaga.
3. Menjelaskan faktor-faktor dalam pemilihan tipe dermaga.
4. Menjelaskan bagian-bagian dari konstruksi dermaga.
5. Menjelaskan metode pelaksanaan pekerjaan struktur dermaga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dermaga


Dermaga adalah suatu struktur sipil yang berfungsi sebagai tempat kapal
bersandar melakukan bongkar muat barang/menaik-turunkan penumpang dari dan
ke kapal. Peranan dermaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua
aktifitas-aktifitas distribusi fisik di pelabuhan, antara lain: menaik turunkan
penumpang dengan lancar, mengangkut dan membongkar kargo, menghubungkan
angkutan dari-ke darat atau dari-ke laut, merapat dan melepaskan kapal, tempat
penyimpanan yang efektif, Gudang, dan fasilitas yang berhungan dengan lalu lintas
darat.

Gambar 2.1. Dermaga Peti Kemas


2.2. Macam-Macam Dermaga
Pemilihan jenis dermaga dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani
(dermaga penumpang ataupun barang yang bisa berupa barang satuan, curah, atau
cair), ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi, dan tanah dasar
laut. Berdasarkan fungsi operasionalnya, macam-macam dermaga adalah sebagai
berikut:
a. Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk
bongkar muat barang umum/general cargo ke atas kapal

Gambar 2.2. Dermaga Barang Umum


3
b. Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar
muat peti kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan crane.

Gambar 2.3. Dermaga Peti Kemas


c. Dermaga barang curah, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk
bongkar muat barang curah yang biasanya menggunakan ban berjalan
(conveyor belt).

Gambar 2.4. Dermaga Barang Curah


d. Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk
mengangkut barang khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
dan lain sebagainya.

Gambar 2.5. Dermaga Khusus


e. Dermaga Marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar,
kapal Ferry, speed boat
4
Gambar 2.6. Dermaga Marina
f. Dermaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan.

Gambar 2.7. Dermaga Kapal Ikan


Berdasarkan posisi letaknya, dermaga dapat dibedakan menjadi tiga tipe,
yaitu wharf, pier, dan jetty. Struktur wharf dan pier bisa berupa struktur tertutup
atau terbuka, sementara jetty pada umumnya berupa struktur terbuka.
a. Wharf
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat
berhimpit dengan garis pantai atau agak menjorok ke laut. Jenis wharf ini
biasanya dipilih bila dasar pantai agak curam atau kedalaman air yang
dalam, tidak terlalu jauh dari garis pantai. Kebanyakan digunakan untuk
pelabuhan barang potongan atau peti kemas dimana dibutuhkan suatu
halaman terbuka yang cukup luas untuk menjamin kelancaran angkutan
barang.
Perencanaan wharf harus memperhitungkan tambatan kapal,
perlatan bongkar muat barang dan fasilitas transportasi darat, karakteristik
kapal yang akan berlabuh mempengaruhi panjang wharf dan kedalaman
yang diperlukan untuk memperatkan kapal.

5
Gambar 2.8. Dermaga Wharf
b. Pier
Pier adalah dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya
tegak lurus dengan garis pantai (berbentuk jari). Berbeda dengan wharf
yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier dapat digunakan
pada satu sisi atau dua sisinya sehingga dapat digunakan untuk merapatkan
lebih banyak kapal. Perairan di antara dua pier yang berdampingan disebut
slip.

Gambar 2.9. Dermaga Pier


c. Jetty
Jetty adalah bangunan dermaga yang menjorok ke tengah laut
(sungai, danau) untuk mencapai kedalaman yang diperlukan dan
dihubungkan bangunan jembatan ke darat. Sisi muka jetty biasanya sejajar
dengan pantai. Pada umumnya jetty digunakan untuk merapat kapal tanker,
kapal LNG, dan kapal tongkang. Untuk menahan benturan kapal yang
merapat, dipasang dolphin penahan benturan (bresting dholpin) di depan

6
jetty. dolphin-dolphin tersebut dihubungkan dengan catwalk (jembatan
kecil), yang berfungsi sebagai jalan betugas yang akan mengikatkan tali
kapal ke dolphin.

Gambar 2.10. Dermaga Jetty

Gambar 2.11. Jenis Dermaga Jetty, Wharf, dan Pier

Gambar 2.12. Pertimbangan dalam Menentukan Tipe Dermaga


7
Berdasarkan jenis strukturnya, dermaga dapat dikelompokkan menjadi dua
macam berikut ini.
a. Deck On Pile
Dermaga Deck On Pile (open type structure) menggunakan serangkaian
tiang pancang (piles) sebagai pondasi untuk lantai dermaga. Seluruh beban di
lantai dermaga, termasuk gaya akibat berthing dan mooring, diterima sistem
lantai dermaga dan tiang pancang pada struktur dermaga ini. Di bawah lantai
dermaga, kemiringan tanah dibuat sesuai dengan kemiringan alaminya serta
dilapisi dengan perkuatan (revement) untuk mencegah tergerusnya tanah
akibat gerakan air yang disebabkan oleh manuver kapal. Untuk menahan gaya
lateral yang cukup besar akibat berthing dan mooring kapal, dapat dilakukan
pemasangan tiang pancang miring. Pada umumnya, jenis struktur tiang pada
Struktur Dermaga Deck On Pile sedikit sensitif terhadap getaran-getaran
lokal seperti tumbukan bawah air akibat haluan kapal dibandingkan struktur
dermaga lainnya.

Gambar 2.13. Dermaga Deck On Pile


Keuntungan Struktur Dermaga Deck On Pile:
(1) Sudah umum digunakan,
(2) Mudah dilaksanakan,
(3) Perawatan lebih mudah.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Deck On Pile:
(1) Diperlukan pekerjaan pengerukan dengan volume yang cukup besar,
(2) Diperlukan proteksi pada kemiringan tanah di bawah lantai dermaga,
(3) Diperlukan pemasangan tiang miring apabila gaya lateral cukup besar.

8
b. Sheet Pile
Dermaga jenis ini menggunakan sheet pile (turap atau dinding penahan
tanah) untuk menahan gaya-gaya akibat perbedaan elevasi antara lantai
dermaga dengan dasar kolam. Struktur Dermaga Sheet Pile adalah jenis
struktur yang tidak memperdulikan kemiringan alami dari tanah. Struktur
jenis ini biasanya dibangun pada garis pantai yang memiliki kemiringan
curam dimana, pada umumnya, tanah pada bagian laut kemudian dikeruk
untuk menambah kedalaman kolam pelabuhan. Tiang pancang masih
diperlukan untuk menahan gaya lateral dari kapal yang sedang sandar atau
untuk membantu sheet pile menahan tekanan lateral tanah. Struktur sheet pile
ini dapat direncanakan dengan menggunakan sistem penjangkaran (anchor)
ataupun tanpa penjangkaran. Sistem penjangkaran dapat berupa tiang angkur
atau angkur batu. Untuk kondisi perairan dimana gelombang agak besar,
Struktur Dermaga Sheet Pile kurang cocok karena gelombang akan
menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah dimana kapal sandar.
Keuntungan Struktur Dermaga Sheet Pile adalah tidak memerlukan
pengerukan tanah di bawah deck.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Sheet Pile:
(1) Perlu perlindungan terhadap korosi,
(2) Perlu perbaikan tanah,
(3) Masih memerlukan tiang miring.

Gambar 2.14. Dermaga Sheet Pile

9
Gambar 2.15. Dermaga Anchored Sheet Pile
c. Diaphragma Wall
Selain sheet pile, diaphragma wall beton juga dapat berfungsi sebagai
penahan tekanan lateral tanah. Struktur Dermaga Diafragma Wall terdiri dari
blok-blok beton bertulang berukuran besar yang diatur sedemikian rupa.
Perletakan blok beton dengan kemiringan tertentu dimaksudkan agar terjadi
geseran antara blok beton satu dengan lainnya sehingga dicapai kesatuan
konstruksi yang mampu memikul beban-beban vertikal (dari lantai dermaga)
maupun horizontal pada dermaga. Barrette pile dapat digunakan pada struktur
ini, yang berfungsi sebagai anchor untuk diaphragma wall, keduanya
dihubungkan oleh sistem tie beam atau tie slab. Untuk kondisi perairan
dimana gelombang agak besar, Struktur Dermaga Diaphragma Wall kurang
cocok karena gelombang akan menghantam dinding dan terjadi olakan air di
daerah dimana kapal sandar.

Gambar 2.16. Dermaga Diaphragma Wall dengan Barette Pile


Keuntungan Struktur Dermaga Diaphragma Wall:
(1) Waktu pelaksanaan relatif singkat, dan
(2) Dinding dapat dirancang menerima gaya aksial.
10
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Diaphragma Wall:
(1) Harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidang ini,
(2) Memerlukan material khusus,
(3) Memerlukan peralatan khusus.
d. Caisson
Struktur ini merupakan salah satu jenis dari dermaga gravity structure.
Pada prinsipnya, struktur dermaga jenis ini memanfaatkan berat sendiri untuk
menahan beban-beban vertikal dan horizontal pada struktur dermaga serta
untuk menahan tekanan tanah. Caisson dalah suatu konstruksi blok-blok
beton bertulang berbentuk kotak-kotak yang dibuat di darat dan dipasang
pada lokasi dermaga dengan cara diapungkan dan diatur pada posisi yang
direncanakan, kemudian ditenggelamkan dengan mengisi dinding kamar-
kamar caisson dengan pasir laut ataupun batu. Untuk kondisi perairan dimana
gelombang agak besar, Struktur Dermaga Caisson kurang cocok karena
gelombang akan menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah dimana
kapal sandar.
Keuntungan Struktur Dermaga Caisson:
(1) Blok-blok caisson dapat dibuat di temapt lain
(2) Dapat dilaksanakan pada kondisi tanah yang jelek.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Caisson:
(1) Diperlukan perbaikan tanah alas caisson agar mampu menahan berat
caisson dan beban yang akan bekerja
(2) Diperlukan keahlian khusus untuk pembuatan blok-blok beton dan
penempatan caisson.

Gambar 2.17. Dermaga Caisson

11
e. Dolphin’s System
Dermaga Sistem Dolphin membutuhkan jetty untuk menghubungkan
dermaga dengan darat. Ada dua jenis Dermaga Sistem Dolphin, yaitu L-jetty
dan fingerpier. Struktur Dermaga Sistem Dolphin dikatagorikan sebagai light
structure (struktur ringan) karena Struktur Dermaga Sistem Dolphin
direncanakan hanya untuk menerima beban-beban ringan seperti pipa-pipa
penyalur minyak dan gas sertaconveyors. Struktur Dermaga Sistem Dolhpin
biasanya digunakan untuk:
1. Dermaga ferry untuk kapal jenis Ro-Ro
2. Dermaga untuk bulk untuk loading batu bara serta loading-unloading
minyak.

Gambar 2.18. Dermaga Sistem Dolphin


Ciri-ciri Dermaga Sistem Dolphin adalah:
1. Kolam pelabuhan jauh dari garis pantai. Oleh karena itu dibuat jembatan
penghubung antara platform dengan terminal di darat.
2. Berdasarkan fumngsinya, struktur dermaga dibagi menjadi dua bagian:
 Working platform (jetty head), digunakan untuk menempatkan
peralatan bongkar muat (unloading arms dan vapour return line arm),
katup-katup pipa, dan lain-lain.
 Berthing dolphins dan mooring dolphins, digunakan untuk bersandar
dan mengontrol kapal yang berlabuh.
3. Working platform (jetty head) tidak dirancang digunakan untuk menahan
gaya horizontal yang ditimbulkan kapala saat bersandar dan berlabuh seperti
yang diterima oleh berthing (breasting) dolphins danmooring dolphins. Jetty
head merupakan platform yang terdiri dariloading/unloading arm, area

12
perbaikan, bangunan perbaikan, jetty crane, menara kebakaran, jalan, dan
lainnya. Biasanya jetty headberukuran 20 x 30 m.
4. Approach bridge terdiri dari jalan darat dengan lebar 2,5-3,5 m, jaringan
pipa, saluran perbaikan, lampu penerangan, dan fasilitas lainnya. Panjang
approach bridge ini bervariasi dan tergantung kondisi sekitar sehingga bisa
memcapai beberapa kilometer.
5. Berthing atau breasting dolphin berfungsi untuk menahan energi kinetik
saat kapal bersandar, menahan kapal selama angin pesisr bertiup, dan
memperkuat spring lines dari kapal.
6. Mooring dolphins berfungsi untuk memperkuat mooring lines (breast dan
stearn line) yang melintang.
Panjang dermaga ditentukan oleh LOA kapal yang akan dilayani,
seperti disebutkan dalam panduan British Standard Code of Practise for
Design of Fendering and Mooring System, yaitu:
1. Jika menggunakan 4 breasting dolphin, spasi antara breasting dolphin
bagian terluar (exterior) berjarak 0,3-0,4 LOA dari kapal terbesar. Untuk
breasting dolphin bagian dalam (interior) berjarak 0,3-0,4 LOA dari kapal
terkecil.
2. Jika menggunakan 2 breasting dolphin, spasi antara breasting dolphin
berjarak 0,3 LOA dari kapal terbesar.
3. ``111``Jika menggunakan bow dan stern line, spasi antara mooring
dolphinterluar (exterior) berjarak 1,35 LOA dari kapal terbesar.
4. Spasi antara mooring dolphin dalam (interior) berjarak 0,8 LOA dari kapal
terbesar.
5. Jarak aman ujung-ujung dermaga adalah 10 m.
Breasting dolphin (berthing dolphin) diletakkan berhadapan langsung
atau menempel dengan badan kapal pada saat kapal bersandar. Mooring
dolphindiletakkan dibelakang berthing line atau garis sandar kapal, dengan
jarak 34,5-49,5 m supaya mooring line tidak terlalu kendor.

13
Gambar 2.19. Struktur Dermaga Sistem Dolphin
f. Dermaga apung, digunakan pada perairan yang mempunyai pasang surut
besar, untuk menyesuaikan elevasi muka air. Dermaga berupa ponton dari
kotak baja atau beton yang bisa mengapung menyesuaikan perubahan
elevasi muka air laut. Ponton dan daratan dihubungkan dengan jembatan
yang kedua ujungnya ditumpu pada sendi putar sehingga bisa
menyesuaikan dengan perubahan posisi dermaga.

Gambar 2.20. Dermaga Terapung


Elevasi puncak dermaga ditentukan oleh beberapa faktor berikut:
a. Elevasi muka air pasang tertinggi,
b. Kenaikan muka air karena pengaruh gelombang dan angin,
c. Tipe kapal yang menggunakan pelabuhan,
d. Fasilitas yang digunakan untuk kegiatan bongkar muat barang.

14
2.3. Faktor-Faktor Pemilihan Tipe Dermaga
Pemilihan tipe dermaga disesuaikan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi tipe struktur dermaga adalah sebagai berikut (Triatmodjo, 1996 :
157-159 dalam HSB, 2009):
2.3.1. Tinjauan topografi daerah pantai
Pada perairan yang dangkal hingga dalam yang berada cukup jauh dari
darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan
pengurukan yang besar. Sedangkan di lokasi dimana kemiringan dasar cukup
curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang perairan yang
dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan
wharf lebih tepat.
2.3.2. Jenis kapal yang dilayani
Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah
mempunyai konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga potongan
(general chargo), karena dermaga tersebut tidak memerlukan perlatan
bongkar muat barang yang besar (kran), jalan kereta api, gudang-gudang, dsb.
Untuk melayani kapal tersebut, penggunaan pier akan lebih ekonomis.
Dermaga yang melayani barang potonga dan peti kemas menemrima beban
yang besar di atasnya, seperti kran barang yang dibongkar muat peralatan
transportasi (kereta api dan truk). Untuk keperluan tersebut dermaga tipe
wharf akan lebih cocok.
2.3.3. Daya dukung tanah.
Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada
umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya yang lebih besar daripada
tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum
padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding
penahan tanah lebih menguntungkan. Tetapi apabila tanah dasar berupa
karang pembuatan wharf akan mahal karena untuk memperoleh kedalaman
yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan
pier akan lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.
Dermaga harus memenuhi beberapa syarat minimal diantaranya :
1. Harus mampu mengakomodasi volume bongkar muat
2. Harus mampu mengakomodasi peralatan bongkar muat

15
3. Harus bebas dari luapan atau air laut akibat gelombang dan pasang surut
4. Harus mudah didekati kapal
5. Harus bisa berhubungan langsung dengan fasilitas darat di belakangnya
6. Harus kuat dan stabil dari gaya-gaya luar yang bekerja
2.4. Bagian-Bagian Konstruksi Dermaga
2.4.1 Bangunan Atas
Bangunan atas terdiri dari:
a. Pelat Lantai
Adalah bagian dari plat dermaga untuk dilewati kendaraan yang
menuju kapal atau dari kapal menuju daratan.
b. Balok
Adalah rangkaian dari gelagar memanjang dari konstruksi dermaga
tersebut dan merupakan pengaku serta memikul pelat lantai.
2.4.2 Sistem Fender (bantalan sandar)
Pada dasarnya dari segi konstruksi diketahui 3 sistem, yaitu:
a. Fender Pelindung Kayu
Fender jenis ini makin kurang penggunaannya, karena makin
langkanya mendapatkan kayu panjang.
b. Fender Gantung
Bentuk fender ini dari yang paling sederhana sampai yang lebih sulit
dalam pelaksanaannya. Biasanya digunakan untuk konstruksi dermaga
yang menampung kapal-kapal jenis kecil. Dikenal beberapa jenis yaitu:
1) Rantai dilindungi karet
2) Berbobot
Bentuk ini sudah jarang lagi digunakan karena biaya pemeliharaan
yang tinggi.
c. Fender Bentur
Guna menyerap energi tinggi yang ditimbulkan benturan kapal pada
dermaga, pada saat ini dikembangkan tiga jenis yaitu:
1) Fender hidraulis
2) Fender per baja
3) Fender karet

16
Gambar 2.21 Posisi Kapal Terhadap Fender

Gambar 2.22. Posisi Kapal Pada Waktu Membentur Fender


2.4.3 Alat Penambat
Alat penambat adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk keperluan
berikut ini:
a. Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pergeseran atau gerak
kapal yang disebabkan oleh gelombang, arus dan angin.
b. Menolong berputarnya kapal.
Menurut letaknya alat penambat dibagi:
1) Alat penambat di darat
Yaitu: bolder/bollard.
Bolder / bollard Adalah alat penambat yang ditanam di bagian tepi
dermaga yang berfungsi untuk menambat kapal-kapal yang berlabuh,
supaya tidak terjadi suatu penggeseran atau penggoyangan yang besar.

17
Tipe-tipe Bollard:
a) Bollard/Bitt
Direncanakan untuk menahan gaya tarik 35 ton
b) Double Bitt
Masing-masing bitt direncanakan untuk menahan gaya Tarik sebesar 35
ton.
c) Corner Mooring Post
Alat penambat yang ditanam pada tepi pantai dekat ujung dermaga yang
direncanakan untuk menahan gaya tarik sebesar 50-100 ton.
2) Alat penambat di dalam air
Yaitu: pelampung penambat, dolphin
Pelampung penambat adalah alat penambat yang letaknya diluar
dermaga, yaitu didalam kolam pelabuhan atau di tengah-tengah laut (off
share).
a) Di dalam kolam pelabuhan, fungsinya:
 Untuk mengikat kapal-kapal yang sedang menunggu dan berhenti
diluar dermaga, karena dermaga sedang dipakai.
 Sebagai penolong untuk berputarnya kapal.
b) Di tengah-tengah laut, fungsinya:
 Untuk keperluan kapal-kapal yang draftnya besar, dapat
membongkar memuat ke/dari tongkang.

Gambar 2.23. Konfigurasi Bollard pada Dermaga


18
2.4.4 Bangunan Bawah
Pondasi adalah suatu bagian dari dermaga yang tertanam atau berhubungan
dengan tanah, fungsi dari pondasi adalah untuk menahan beban bangunan di
atasnya dan meneruskannya ke tanah dasar. Tujuannya adalah agar didapat keadaan
yang kokoh dan stabil atau dengan kata lain tidak akan terjadi penurunan yang
besar, baik arah vertikal maupun horizontal. Dalam perencanaan suatu konstruksi
untuk bangunan yang kokoh, kuat, stabil dan ekonomis, perlu diperhitungkan hal-
hal sebagai berikut:
1. Daya dukung dan sifat-sifat tanah.
2. Jenis serta besar kecilnya bangunan yang dibuat.
3. Keadaan lingkungan lokasi pelaksanaan.
4. Peralatan yang tersedia.
5. Waktu pelaksanaan yang tersedia.
Dari kelima faktor tersebut diatas, dalam perencanaan dan pelaksanaan serta
jenis pondasi yang akan dipakai, maka dapat dipilih beberapa alternatif antara lain:
1. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah suatu pondasi yang mendukung bangunan bawah
secara langsung pada tanah. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi:
a. Pondasi tumpuan setempat.
b. Pondasi tumpuan menerus.
c. Pondasi tumpuan pelat.
2. Pondasi dalam
Pondasi dapat dibedakan menjadi:
a. Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang digunakan bila tanah pendukung berada pada
kedalaman lebih dari 8 meter, bentuk dari pondasi tiang pancang adalah
lingkaran, segi empat, segi tiga, dan lainnya.
b. Pondasi sumuran
Pondasi sumuran digunakan apabila tanah pendukung berada pada
kedalaman 2-8 meter, pondasi ini mempunyai bentuk penampang bulat,
segiempat, dan oval.

19
2.5. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang akan diuraikan hanya akan membahas mengenai konsep
dasar pelaksanaan dermaga dan tidak membahas secara detail tentang pelaksanaan
sesungguhnya di lapangan.
Metode pelaksanaan dermaga akan dibagi menjadi 3 poin utama, yaitu:
2.5.1. Masa Prakonstruksi
Dalam masa prakonstruksi ini hal-hal yang dilakukan adalah persiapan
pelaksanaan, baik yang di darat maupun di laut. Pada umumnya, sebelum
pelaksanaan sudah harus disiapkan:
a. Pembersihan lahan, yaitu membersihkan lahan proyek dan lahan disekitar
proyek yang telah dibebaskan dari hal-hal yang akan mengganggu
jalannya proyek secara keseluruhan,
b. Direksi kit, yang berfungsi sebagai tempat untuk keperluan rapat,
konfirmasi antar organisasi atau personil yang terkait pengawasan dan
lain-lain,
c. Pos jaga, berfungsi sebagai pengawasan alat dan material,
d. Gudang, sebagai tempat penyimpanan bahan yang akan dipakai,
e. Pendatangan alat berat seperti crane, pontin, hammer hydraulic untuk
keperluan pemancangan tiang pancang.
2.5.2. Masa Konstruksi
Dalam masa konstruksi ini pekerjaan dermaga dilakukan persegmen, pembahasan
akan dibagi atas item-item pekerjaan sebagai berikut:
a. Pemancangan
Alat yang dipergunakan:
2 buah ponton
1 crane
1 hydraulic hammer
2 teodolit/waterpass
Pemacangan dilakukan dengan 2 ponton, dimana 1 ponton sebagai
hydraulic hammer untuk pemancangan dan satunya sebagai ponton crane
untuk pengambilan tiang pancang dari areal penumpukan ke ponton
pancang. Alat teodolit dipergunakan untuk mengukur ketepatan posisi dan
kemiringan tiang saat pemancangan.

20
1. Ponton crane mengambil tiang pancang yang berada pada areal
penumpukan dan kemudian memindahkan tiang pancang dari ponton
crane ke ponton pancang, lalu kemudian dilaksanakan pemancangan.

Gambar 2.24. Proses Pengangkatan Tiang Pancang


2. Pada saat pemancangan, ponton pancang diarahkan ke titik yang
dituju, dengan bantuan alat teodolit untuk menentukan titik serta
kelurusan/kemiringan tiang pancang.
3. Setelah semuanya sesuai, tali pengikat pada hydraulic hammer
dikendorkan sehingga tiang pancang akan turun sampai seabed dan
diukur kembali ketepatannya dengan teodolit.
4. Apabila sudah sesuai kembali, baru mulai dipancang dengan hydraulic
hammer sampai kedalaman yang direncakan.

Gambar 2.25. Proses Pemancangan


5. Setelah beberapa tiang pancang selesai dipasang, dapat dilakukan
pemotongan tiang pancang yang terlebih dengan menggunakan
hammer ban sampai pada elevasi tiang yang direncakan.
21
6. Apabila pemotongan tiang sudah selesai semua, pekerjaan selanjutnya
adalah pengerjaan poer.
b. Pengecoran Poer
1. Sebelum merakit bekisting poer, terlebih dahulu dipasang landasan
untuk bekisting berupa sabuk pengikat dibaut sejumlah 2 baut untuk
tiap pengikatnya pada tiang pancang/
2. Kemudian dipasang balok yang menghubungkan antara tiang satu
dengan lainnya baik arah memanjang maupun melintang.
3. Dilanjutkan dengan perakitan bekisting poer di atas landasan yang
telah ada, sesuai dengan ukurannya. Untuk bagian vertikal dari
bekisting poer ditopang dengan kayu perancah ke balok yang
menghubungkan antar tiang pancang.
4. Setelah bekisting poer selesai, dilakukan pemasangan tulangan beton
pengisi tiang dan tulangan poer. Pengecoran dilakukan sekaligus
sehingga antara beton pengisi tiang dan poer monolit.

Gambar 2.26. Detail Pengunci Tiang Pancang dan Poer


c. Pengecoran pelat dan balok
Bekisting balok memanjang dan melintang dipasang sesuai dengan ukuran
rencana dan ditopang dengan kayu ke landasan yang telah terpasang pada
langkah sebelumnya, pengecoran dilakukan monolit (sekaligus) dengan
pelat dermaga, balok fender. Sebelum pengecoran dilakukan, angker
bolder dan fender dipasang pada posisinya dengan dilas dengan tulangan
balok untuk perkuatan.

22
Gambar 2.27. Detail Plat, Balok, dan Tiang Pancang
2.5.3. Masa Pasca Konstruksi
Setelah pengecoran selesai dan beton telah mengeras dengan sempurna, dilakukan
pekerjaan tambahan yaitu:
a. Pemasangan Bolder
Setelah beton mengeras sempurna, bollard dapat dipasang, angker yang
sudah tertanam pada saat pengecoran pelat Bersama tulangannya
dibersihkan dan dipasangkan bollard ke posisinya kemudian dicor
setempat.

Gambar 2.28 Bolder


b. Pemasangan Fender
Sama halnya dengan bolder, angker fender yang telah tertanah dibersihkan
dan fender ditempatkan di posisinya lalu dipasang pasangan angkernya.

23
Gambar 2.29 Felder
c. Pemasangan Rel Crane
Dalam pemasangan crane harus diawasi dengan ketat, dimana setiap
sambungan rel harus dites dengan ultrasonic, demikian pula dengan
kelurusan rel itu sendiri.

Gambar 2.30. Pemasangan Rel Crane

24
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Dermaga adalah suatu struktur sipil yang berfungsi sebagai tempat kapal
bersandar melakukan bongkar muat barang/menaik-turunkan penumpang
dari dan ke kapal.
2. Berdasarkan fungsi operasionalnya, macam-macam dermaga adalah
sebagai berikut: (1) Dermaga barang umum, (2) Dermaga peti kemas, (3)
Dermaga barang curah, (4) Dermaga khusus, (5) Dermaga marina, dan (6)
Dermaga kapal ikan. Berdasarkan posisi letaknya, dermaga dapat
dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu wharf, pier, dan jetty. Berdasarkan jenis
strukturnya, dermaga dibagi menjadi beberapa tipe, yaity Deck On Pile,
Sheet Pile, Diaphragma Wall, Caisson, Dolphin’s System, dan Dermaga
Apung
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe struktur dermaga yaitu tinjauan
topografi daerah pantai, jenis kapal yang dilayani, dan daya dukung tanah.
4. Bagian-bagian konstruksi dermaga, yaitu (1) Banguna atas, terdiri dari
pelat lantai dan balok, (2) Sistem Fender, (3) Alat penambat, (4) Bangunan
bawah (pondasi).
5. Secara garis besar, metode pelaksanaan dermaga diantaranya masa
prakonstruksi, masa konstruksi, dan masa pasca konstruksi.
3.2. Saran
Dalam merencanakan dan pemilihan jenis dermaga harus memperhatikan
beberapa aspek, diantaranya kebutuhan yang akan dilayani (dermaga penumpang
ataupun barang yang bisa berupa barang satuan, curah, atau cair), ukuran kapal,
arah gelombang dan angin, kondisi topografi, dan tanah dasar laut.

25
DAFTAR PUSTAKA

Triatmodjo, B. 2008. Pelabuhan. Yogyakarta: BETA OFFSET

https://www.scribd.com/document/343158781/SNI-Dermaga-Kapal-Perintis
(Online), diakses 30 Maret 2019

https://www.scribd.com/document/337882878/DERMAGA-MAKALAH (Online),
diakses 30 Maret 2019

https://www.academia.edu/24970146/PONDASI_DERMAGA (Online), diakses 31


Maret 2019

26

Anda mungkin juga menyukai