MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pelaksanaan Konstruksi 1
Yang dibina oleh Drs. Mujiono, M.Pd.
Oleh :
Farizul Hakim 170522526541
Elyasfi Alwi 170522526532
Indra Bagaswari 170522526511
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Dermaga” yang merupakan salah satu tugas
mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi 1.
Penulis
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
5
Gambar 2.8. Dermaga Wharf
b. Pier
Pier adalah dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya
tegak lurus dengan garis pantai (berbentuk jari). Berbeda dengan wharf
yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier dapat digunakan
pada satu sisi atau dua sisinya sehingga dapat digunakan untuk merapatkan
lebih banyak kapal. Perairan di antara dua pier yang berdampingan disebut
slip.
6
jetty. dolphin-dolphin tersebut dihubungkan dengan catwalk (jembatan
kecil), yang berfungsi sebagai jalan betugas yang akan mengikatkan tali
kapal ke dolphin.
8
b. Sheet Pile
Dermaga jenis ini menggunakan sheet pile (turap atau dinding penahan
tanah) untuk menahan gaya-gaya akibat perbedaan elevasi antara lantai
dermaga dengan dasar kolam. Struktur Dermaga Sheet Pile adalah jenis
struktur yang tidak memperdulikan kemiringan alami dari tanah. Struktur
jenis ini biasanya dibangun pada garis pantai yang memiliki kemiringan
curam dimana, pada umumnya, tanah pada bagian laut kemudian dikeruk
untuk menambah kedalaman kolam pelabuhan. Tiang pancang masih
diperlukan untuk menahan gaya lateral dari kapal yang sedang sandar atau
untuk membantu sheet pile menahan tekanan lateral tanah. Struktur sheet pile
ini dapat direncanakan dengan menggunakan sistem penjangkaran (anchor)
ataupun tanpa penjangkaran. Sistem penjangkaran dapat berupa tiang angkur
atau angkur batu. Untuk kondisi perairan dimana gelombang agak besar,
Struktur Dermaga Sheet Pile kurang cocok karena gelombang akan
menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah dimana kapal sandar.
Keuntungan Struktur Dermaga Sheet Pile adalah tidak memerlukan
pengerukan tanah di bawah deck.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Sheet Pile:
(1) Perlu perlindungan terhadap korosi,
(2) Perlu perbaikan tanah,
(3) Masih memerlukan tiang miring.
9
Gambar 2.15. Dermaga Anchored Sheet Pile
c. Diaphragma Wall
Selain sheet pile, diaphragma wall beton juga dapat berfungsi sebagai
penahan tekanan lateral tanah. Struktur Dermaga Diafragma Wall terdiri dari
blok-blok beton bertulang berukuran besar yang diatur sedemikian rupa.
Perletakan blok beton dengan kemiringan tertentu dimaksudkan agar terjadi
geseran antara blok beton satu dengan lainnya sehingga dicapai kesatuan
konstruksi yang mampu memikul beban-beban vertikal (dari lantai dermaga)
maupun horizontal pada dermaga. Barrette pile dapat digunakan pada struktur
ini, yang berfungsi sebagai anchor untuk diaphragma wall, keduanya
dihubungkan oleh sistem tie beam atau tie slab. Untuk kondisi perairan
dimana gelombang agak besar, Struktur Dermaga Diaphragma Wall kurang
cocok karena gelombang akan menghantam dinding dan terjadi olakan air di
daerah dimana kapal sandar.
11
e. Dolphin’s System
Dermaga Sistem Dolphin membutuhkan jetty untuk menghubungkan
dermaga dengan darat. Ada dua jenis Dermaga Sistem Dolphin, yaitu L-jetty
dan fingerpier. Struktur Dermaga Sistem Dolphin dikatagorikan sebagai light
structure (struktur ringan) karena Struktur Dermaga Sistem Dolphin
direncanakan hanya untuk menerima beban-beban ringan seperti pipa-pipa
penyalur minyak dan gas sertaconveyors. Struktur Dermaga Sistem Dolhpin
biasanya digunakan untuk:
1. Dermaga ferry untuk kapal jenis Ro-Ro
2. Dermaga untuk bulk untuk loading batu bara serta loading-unloading
minyak.
12
perbaikan, bangunan perbaikan, jetty crane, menara kebakaran, jalan, dan
lainnya. Biasanya jetty headberukuran 20 x 30 m.
4. Approach bridge terdiri dari jalan darat dengan lebar 2,5-3,5 m, jaringan
pipa, saluran perbaikan, lampu penerangan, dan fasilitas lainnya. Panjang
approach bridge ini bervariasi dan tergantung kondisi sekitar sehingga bisa
memcapai beberapa kilometer.
5. Berthing atau breasting dolphin berfungsi untuk menahan energi kinetik
saat kapal bersandar, menahan kapal selama angin pesisr bertiup, dan
memperkuat spring lines dari kapal.
6. Mooring dolphins berfungsi untuk memperkuat mooring lines (breast dan
stearn line) yang melintang.
Panjang dermaga ditentukan oleh LOA kapal yang akan dilayani,
seperti disebutkan dalam panduan British Standard Code of Practise for
Design of Fendering and Mooring System, yaitu:
1. Jika menggunakan 4 breasting dolphin, spasi antara breasting dolphin
bagian terluar (exterior) berjarak 0,3-0,4 LOA dari kapal terbesar. Untuk
breasting dolphin bagian dalam (interior) berjarak 0,3-0,4 LOA dari kapal
terkecil.
2. Jika menggunakan 2 breasting dolphin, spasi antara breasting dolphin
berjarak 0,3 LOA dari kapal terbesar.
3. ``111``Jika menggunakan bow dan stern line, spasi antara mooring
dolphinterluar (exterior) berjarak 1,35 LOA dari kapal terbesar.
4. Spasi antara mooring dolphin dalam (interior) berjarak 0,8 LOA dari kapal
terbesar.
5. Jarak aman ujung-ujung dermaga adalah 10 m.
Breasting dolphin (berthing dolphin) diletakkan berhadapan langsung
atau menempel dengan badan kapal pada saat kapal bersandar. Mooring
dolphindiletakkan dibelakang berthing line atau garis sandar kapal, dengan
jarak 34,5-49,5 m supaya mooring line tidak terlalu kendor.
13
Gambar 2.19. Struktur Dermaga Sistem Dolphin
f. Dermaga apung, digunakan pada perairan yang mempunyai pasang surut
besar, untuk menyesuaikan elevasi muka air. Dermaga berupa ponton dari
kotak baja atau beton yang bisa mengapung menyesuaikan perubahan
elevasi muka air laut. Ponton dan daratan dihubungkan dengan jembatan
yang kedua ujungnya ditumpu pada sendi putar sehingga bisa
menyesuaikan dengan perubahan posisi dermaga.
14
2.3. Faktor-Faktor Pemilihan Tipe Dermaga
Pemilihan tipe dermaga disesuaikan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi tipe struktur dermaga adalah sebagai berikut (Triatmodjo, 1996 :
157-159 dalam HSB, 2009):
2.3.1. Tinjauan topografi daerah pantai
Pada perairan yang dangkal hingga dalam yang berada cukup jauh dari
darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan
pengurukan yang besar. Sedangkan di lokasi dimana kemiringan dasar cukup
curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang perairan yang
dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan
wharf lebih tepat.
2.3.2. Jenis kapal yang dilayani
Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah
mempunyai konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga potongan
(general chargo), karena dermaga tersebut tidak memerlukan perlatan
bongkar muat barang yang besar (kran), jalan kereta api, gudang-gudang, dsb.
Untuk melayani kapal tersebut, penggunaan pier akan lebih ekonomis.
Dermaga yang melayani barang potonga dan peti kemas menemrima beban
yang besar di atasnya, seperti kran barang yang dibongkar muat peralatan
transportasi (kereta api dan truk). Untuk keperluan tersebut dermaga tipe
wharf akan lebih cocok.
2.3.3. Daya dukung tanah.
Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada
umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya yang lebih besar daripada
tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum
padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding
penahan tanah lebih menguntungkan. Tetapi apabila tanah dasar berupa
karang pembuatan wharf akan mahal karena untuk memperoleh kedalaman
yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan
pier akan lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.
Dermaga harus memenuhi beberapa syarat minimal diantaranya :
1. Harus mampu mengakomodasi volume bongkar muat
2. Harus mampu mengakomodasi peralatan bongkar muat
15
3. Harus bebas dari luapan atau air laut akibat gelombang dan pasang surut
4. Harus mudah didekati kapal
5. Harus bisa berhubungan langsung dengan fasilitas darat di belakangnya
6. Harus kuat dan stabil dari gaya-gaya luar yang bekerja
2.4. Bagian-Bagian Konstruksi Dermaga
2.4.1 Bangunan Atas
Bangunan atas terdiri dari:
a. Pelat Lantai
Adalah bagian dari plat dermaga untuk dilewati kendaraan yang
menuju kapal atau dari kapal menuju daratan.
b. Balok
Adalah rangkaian dari gelagar memanjang dari konstruksi dermaga
tersebut dan merupakan pengaku serta memikul pelat lantai.
2.4.2 Sistem Fender (bantalan sandar)
Pada dasarnya dari segi konstruksi diketahui 3 sistem, yaitu:
a. Fender Pelindung Kayu
Fender jenis ini makin kurang penggunaannya, karena makin
langkanya mendapatkan kayu panjang.
b. Fender Gantung
Bentuk fender ini dari yang paling sederhana sampai yang lebih sulit
dalam pelaksanaannya. Biasanya digunakan untuk konstruksi dermaga
yang menampung kapal-kapal jenis kecil. Dikenal beberapa jenis yaitu:
1) Rantai dilindungi karet
2) Berbobot
Bentuk ini sudah jarang lagi digunakan karena biaya pemeliharaan
yang tinggi.
c. Fender Bentur
Guna menyerap energi tinggi yang ditimbulkan benturan kapal pada
dermaga, pada saat ini dikembangkan tiga jenis yaitu:
1) Fender hidraulis
2) Fender per baja
3) Fender karet
16
Gambar 2.21 Posisi Kapal Terhadap Fender
17
Tipe-tipe Bollard:
a) Bollard/Bitt
Direncanakan untuk menahan gaya tarik 35 ton
b) Double Bitt
Masing-masing bitt direncanakan untuk menahan gaya Tarik sebesar 35
ton.
c) Corner Mooring Post
Alat penambat yang ditanam pada tepi pantai dekat ujung dermaga yang
direncanakan untuk menahan gaya tarik sebesar 50-100 ton.
2) Alat penambat di dalam air
Yaitu: pelampung penambat, dolphin
Pelampung penambat adalah alat penambat yang letaknya diluar
dermaga, yaitu didalam kolam pelabuhan atau di tengah-tengah laut (off
share).
a) Di dalam kolam pelabuhan, fungsinya:
Untuk mengikat kapal-kapal yang sedang menunggu dan berhenti
diluar dermaga, karena dermaga sedang dipakai.
Sebagai penolong untuk berputarnya kapal.
b) Di tengah-tengah laut, fungsinya:
Untuk keperluan kapal-kapal yang draftnya besar, dapat
membongkar memuat ke/dari tongkang.
19
2.5. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang akan diuraikan hanya akan membahas mengenai konsep
dasar pelaksanaan dermaga dan tidak membahas secara detail tentang pelaksanaan
sesungguhnya di lapangan.
Metode pelaksanaan dermaga akan dibagi menjadi 3 poin utama, yaitu:
2.5.1. Masa Prakonstruksi
Dalam masa prakonstruksi ini hal-hal yang dilakukan adalah persiapan
pelaksanaan, baik yang di darat maupun di laut. Pada umumnya, sebelum
pelaksanaan sudah harus disiapkan:
a. Pembersihan lahan, yaitu membersihkan lahan proyek dan lahan disekitar
proyek yang telah dibebaskan dari hal-hal yang akan mengganggu
jalannya proyek secara keseluruhan,
b. Direksi kit, yang berfungsi sebagai tempat untuk keperluan rapat,
konfirmasi antar organisasi atau personil yang terkait pengawasan dan
lain-lain,
c. Pos jaga, berfungsi sebagai pengawasan alat dan material,
d. Gudang, sebagai tempat penyimpanan bahan yang akan dipakai,
e. Pendatangan alat berat seperti crane, pontin, hammer hydraulic untuk
keperluan pemancangan tiang pancang.
2.5.2. Masa Konstruksi
Dalam masa konstruksi ini pekerjaan dermaga dilakukan persegmen, pembahasan
akan dibagi atas item-item pekerjaan sebagai berikut:
a. Pemancangan
Alat yang dipergunakan:
2 buah ponton
1 crane
1 hydraulic hammer
2 teodolit/waterpass
Pemacangan dilakukan dengan 2 ponton, dimana 1 ponton sebagai
hydraulic hammer untuk pemancangan dan satunya sebagai ponton crane
untuk pengambilan tiang pancang dari areal penumpukan ke ponton
pancang. Alat teodolit dipergunakan untuk mengukur ketepatan posisi dan
kemiringan tiang saat pemancangan.
20
1. Ponton crane mengambil tiang pancang yang berada pada areal
penumpukan dan kemudian memindahkan tiang pancang dari ponton
crane ke ponton pancang, lalu kemudian dilaksanakan pemancangan.
22
Gambar 2.27. Detail Plat, Balok, dan Tiang Pancang
2.5.3. Masa Pasca Konstruksi
Setelah pengecoran selesai dan beton telah mengeras dengan sempurna, dilakukan
pekerjaan tambahan yaitu:
a. Pemasangan Bolder
Setelah beton mengeras sempurna, bollard dapat dipasang, angker yang
sudah tertanam pada saat pengecoran pelat Bersama tulangannya
dibersihkan dan dipasangkan bollard ke posisinya kemudian dicor
setempat.
23
Gambar 2.29 Felder
c. Pemasangan Rel Crane
Dalam pemasangan crane harus diawasi dengan ketat, dimana setiap
sambungan rel harus dites dengan ultrasonic, demikian pula dengan
kelurusan rel itu sendiri.
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dermaga adalah suatu struktur sipil yang berfungsi sebagai tempat kapal
bersandar melakukan bongkar muat barang/menaik-turunkan penumpang
dari dan ke kapal.
2. Berdasarkan fungsi operasionalnya, macam-macam dermaga adalah
sebagai berikut: (1) Dermaga barang umum, (2) Dermaga peti kemas, (3)
Dermaga barang curah, (4) Dermaga khusus, (5) Dermaga marina, dan (6)
Dermaga kapal ikan. Berdasarkan posisi letaknya, dermaga dapat
dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu wharf, pier, dan jetty. Berdasarkan jenis
strukturnya, dermaga dibagi menjadi beberapa tipe, yaity Deck On Pile,
Sheet Pile, Diaphragma Wall, Caisson, Dolphin’s System, dan Dermaga
Apung
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe struktur dermaga yaitu tinjauan
topografi daerah pantai, jenis kapal yang dilayani, dan daya dukung tanah.
4. Bagian-bagian konstruksi dermaga, yaitu (1) Banguna atas, terdiri dari
pelat lantai dan balok, (2) Sistem Fender, (3) Alat penambat, (4) Bangunan
bawah (pondasi).
5. Secara garis besar, metode pelaksanaan dermaga diantaranya masa
prakonstruksi, masa konstruksi, dan masa pasca konstruksi.
3.2. Saran
Dalam merencanakan dan pemilihan jenis dermaga harus memperhatikan
beberapa aspek, diantaranya kebutuhan yang akan dilayani (dermaga penumpang
ataupun barang yang bisa berupa barang satuan, curah, atau cair), ukuran kapal,
arah gelombang dan angin, kondisi topografi, dan tanah dasar laut.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/343158781/SNI-Dermaga-Kapal-Perintis
(Online), diakses 30 Maret 2019
https://www.scribd.com/document/337882878/DERMAGA-MAKALAH (Online),
diakses 30 Maret 2019
26